waktu
Pada reaksi di atas : Laju berkurangnya konsentrasi A tidak sama dengan laju berkurangnya
konsentrasi B, demikian juga laju bertambahnya konsentrasi C tidak sama dengan laju
bertabahnya konsentrasi D.
Dari koefisien reaksi nampak bahwa setiap kebutuhan 1 mol A, maka B yang dibutuhkan
harus 2 mol untuk menghasilkan 3 mol C dan 4 mol D
Jadi B berkurang dengan laju dua kali berkurangnya A atau
Untuk reaksi : A + 2B → 3C +
Laju berkurangnya B = 2 x laju berkurangnya A
4D
jadi untuk reaksi : A + 2 B → 3 C + 4 D dapat dinyatakan :
Berlaku :
Laju berkurangnya A :
Laju Reaksi = - laju berkurangnya konsentrasi A =½ kali laju berkurangnya B
= - 1 2 laju berkurangnya konsentrasi B = 1/3 kali laju bertambahya C
= ¼ kali laju bertambahnya D
= + 1 3 laju bertambahnya konsentrasi C Laju berkurangnya B :
= + 1 4 laju bertambahnya konsentrasi D = 2 kali laju berkurangnya A
= 2/3 kali laju bertambahnya C
atau : = 2/4 kali laju bertambahnya D
Δ A 1 Δ B 1 Δ C Laju pembentukan C :
1 Δ D
VA = - , VB = - 2 , VC = + 3 , VD = + 4
Δt Δt Δt Δt = 3 kali laju berkurangnya A
atau dapat ditulis : = 3/2 kali laju berkurangnya B
Δ A 1 Δ B 1 Δ C 1 Δ D = ¾ kali laju bertambahmya D
2 3 4 Laju pembentukan D :
Δt Δt Δt Δt = 4 kali laju berkurangnya A
= 4/2 kali laju berkurangnya B
sehingga : VA : VB : VC : VD = 1 : 2 : 3 : 4
Δ A Δ B Δ C Δ D
berlaku : VA = - 1
p , VB = 1
q , VC = 1
r , dan VD = 1
s .
Δt Δt Δt Δt
Sehingga :
VA : VB : VC : VD = p : q : r : s
Contoh soal 3.: 1 Pada reaksi : 2 H2O2(aq) → 2H2O(l) + O2(g)
Jika laju pengurangan H2O2 adalah 0,2 M per detik, berapakah laju
bertambahnya gas O2 ?
Jawab :
Untuk reaksi di atas dapat ditulis :
VH2O2 : VH2O : VO2 = 2 : 2 : 1
VH2O2 : VO2 = 2 : 1
1
Jadi VO2 = 2 x VH2O
1
= 2 x 0,2 M det-1
= 0.1 M det-1
Contoh soal 3. 3 Pada pembentukan senyawa XY2 dari peruraian X2Y5 menurut persamaan
reaksi :
2 X2Y5 → 4 XY2 + Y2, diperoleh data sebagai berikut
V XY3 = +
Δ XY 3
=
0,2 M
0,00167 Mdet 1
Δt 120 det
Jadi laju pembentukan XY3 adalah 0,00167 M det-1
Orde (tingkat) reaksi adalah tingkat ketergantungan laju reaksi terhadap perubahan
konsentrasi. Jika x 1 , menunjukkan reaksi orde pertama terhadap zat A, jika x 2 ,
reaksi merupakan reaksi orde ke dua terhadap zat A, dan jika y 2 berarti reaksi adalah
reaksi orde ke dua terhadap zat B dan seterusnya. Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat
positif,nol ataupun bilangan pecahan, namun umumnya reaksi kimia selalu memiliki orde
reaksi yang berupa bilangan bulat positif.
Orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi. Jika kebetulan orde reaksi
sama dengan koefisien reaksinya, artinya x p dan y q, maka reaksi seperti ini
disebut Reaksi Elementer
Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui data percobaan.
Contoh : Data hasil percobaan reaksi gas Nitrogen oksida dengan gas Hidrogen pada suhu
800oC diperoleh sebagai berikut :
Dari percobaan 1, 2 dan 3, [NO] dibuat tetap sedangkan [H 2] diperbesar sebesar 2 kali dari
semula, ternyata laju reaksi naik dua kali, berarti laju reaksi berbanding lurus dengan [H2]
Jadi pada [NO] tetap, laju reaksi (V) ≈ k [H2]1
Pada percobaan 3, 4 dan 5, konsentrasi H 2 dibuat tetap, sedangkan konsentrasi NO
diturunkan/diperkecil sebesar dua kali dari semula, ternyata laju reaksi turun sebesar 4 kali.
Jadi pada [H2] tetap maka laju reaksi berbanding lurus dengan kwadrat [NO]. Jadi laju
reaksi (V) ≈ k [NO]2
Maka untuk reaksi stoikhiometris ; 2 NO + 2 H 2 → N2 + 2 H2O ungkapan persamaan
laju reaksi adalah :
V = k [NO]2 [H2]
k adalah tetapan laju reaksi yang dapat dihitung sebagai berikut :
V = k [NO]2 [H2]
3,2 x 10-5 = k (4 x 10-2)2 (1,5 x 10-2)
3,2 x 10-5 = k 2,4 x 10-6
3,2 x 10 5
k=
24 x 10 6
Pangkat dari kosentrasi pada ungkapan persamaan laju reaksi menunjukkan orde (tingkat)
reaksi. Jadi reaksi tersebut adalah orde 2 terhadap NO dan orde 1 terhadap H2
Jadi orde (tingkat) reaksi total adalah (2 + 1) = 3.
Contoh soal 3. 4 Untuk reaksi : S2O82- + 3I - → 2SO42- + I3- , diperoleh data sebagai
berikut
Perco Konsentrasi Laju reaksi
baan S2O8
2-
(M) I – (M) (v)
M det-1
1 0,038 0,060 1,4 x 10-5
2 0,076 0,060 2,8 x 10-5
3 0,076 0,030 1,4 x 10-5
Tentukan :
a. Orde reaksi terhadap S2O82–
b. Orde reaksi terhadap I–
c. Orde reaksi total
Jawab :
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa [I –] tetap, sedangkan [S2O82-]
dinaikkan dua kali, ternyata laju reaksi juga naik sebesar dua kali jadi
[I –]2 = [I–]1 , [S2O82–]2 = 2 x [S2O82-]1 dan V2 = 2 x V1 data ini
menunjukkan x = 1
Atau dapat dilakukan dengan cara :
x y
k 2 (S 2 O 8 ) II
2
v2 (I ) II
k 1 (S O 2 )
= . x
v1
2 8 I (I ) I
2,8 x 10 5 k2
1,4 x 10 5 =
k1
X [ 00,,076
038
] X
x [ 00,,060
060
] y
= =
v2 k 2 (P) (2) 1 / 1,8 k2 0,10
(Q) (2)
y
0,1
0,2
y y
18 1 1 1
= = maka y = 2. orde reaksi
72 2 4 2
terhadadap Q = 2
b. Orde reaksi terhadap P dapat dicari dengan membandingkan data 1
dan 3 atau data 2 dan 3
x y
v2 k 2 (P) 2 (Q) 2 1 / 1,8 k 2 0,10 0,02
x y
= =
v3 k 3 (P) 3 (Q) 3 1 / 0,2 k 3 0,20 0,03
( harga y = 2 )
x 2 x
2 1 2 1 1 4
= =
18 2 3 9 2 9
x x
1 1 9 1 1
2 = 9 x 4 2 = 4 maka x = 2.
Orde reaksi terhadap P =2
c. Orde reaksi total adalah : ( x + y ) = 2 + 2 = 4
d. Persamaan Laju reaksi adalah : v = k [P]2 [Q]2
Orde Nol.
V Pada reaksi orde nol, perubahan konsentrasi tidak
mempengaruhi laju reaksi. Dengan
demikian harga laju reaksi sama dengan konstanta laju
reaksi (k)
A Persamaan laju reaksi : v = k A0 = k
Orde satu
V
Pada reaksi orde satu, persamaan laju reaksi adalah
bentuk persamaan linier , sehingga setiap
perubahan konsentrasi satu kali, laju reaksi naik
sebesar satu kali dan setiap perubahan
konsentrasi dua kali, laju reaksi juga naik dua kali
A
Persamaan laju reaksi : v = k A1 = k A
Orde dua
V Pada reaksi orde dua, persamaan laju reaksi merupakan
persamaan kuadrat sehingga setiap perubahan
konsentrasi satu kali, laju reaksi naik satu kali,
perubahan konsentrasi dua kali, laju reaksi akan naik
sebesar empat kali dan seterusnya.
A Persamaan laju reaksi : v = k A2
Orde reaksi -2
V
Pada reaksi orde negatif dua, persamaan laju reakasi
berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi
zat
1
Persamaan laju reaksi : v = k
A A 2
Orde reaksi ½
V
Reaksi Kimia dapat berlangsung dengan laju yang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada
yang lambat tergantung pada jenis pereaksi, situasi dan kondisi reaksi kimia itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi yaitu :
a. Sifat zat Pereaksi
Pada kondisi yang sama, Besi labih mudah mengalami perkaratan dibanding Tembaga,
Alkohol sangat mudah terbakar sedangkan Air tidak dapat terbakar. Dari uraian di atas
jelas bahwa laju reaksi sangat tergantung pada sifat zat pereaksi.
b. Konsentrasi.
Pada umumnya reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi lebih besar, dan
sebaliknya reaksi akan lebih lambat jika konsentrasi pereaksi lebih kecil. sebagai contoh
hasil percobaan antara reaksi gas Hidrogen dengan gas Nitrogen monoksida menurut
persamaan reaksi :
2H2(g) + 2NO → 2H2O(g) + N2(g), diperoleh data sebagai berikut :
Berdasarka data hasil eksperimen di atas dapat dilihat bahwa laju reaksi bertambah
dengan pertambahan konsentrasi gas Hidrogen pada konsentrasi gas NO yang tetap,
demikian juga pada konsentrasi gas H2 yang tetap, laju reaksi bertambah pada
setiap pertambahan konsentrasi gas NO
c. Temperatur
Pengaruh temperatur sangat besar terhadap laju reaksi. Umumnya setiap kenaikan
temperatur 100C akan menyebabkan laju reaksi bertambah besar 2 atau 3 kali.
Kenaikan temperatur 1000C menyebabkan laju reaksi bertambah sebesar 210 kali,
namun keadaan ini bukan merupakan aturan baku, pengaruh kuantitatif dari perubahan
temperatur terhadap laju reaksi hanya dapat diketahui melalui eksperimen.
Sebagai contoh, Gula akan lebih mudah larut dalam air panas tetapi agak sukar larut
dalam air yang dingin.
Arrhenius menyatakan ketergantungan konstanta laju reraksi terhadap suhu dengan
suatu persamaan yang dikenal sebagai persamaan Arrhenius yaitu :
k = A e Ea/RT , persamaan ini dapat diubah dengan mengalikan logaritma natural (ln) di
kedua sisi, sehingga diperoleh :
Ea
ln k = ln A-
RT
d. Luas permukaan.
Reaksi dalam sistim heterogen dapat terjadi pada bidang permukaan zat-zat yang
bereaksi. Oleh karena itu semakin halus zat-zat yang bereaksi ( semakin luas bidang
permukaannya ), akan semakin cepat reaksinya. Sebagai contoh, dalam jumlah yang
sama garam halus akan lebih cepat larut dalam air bila dibandingkan dengan garam kasar
yang dilarutkan dalam air yang sama
e. Katalis.
Katalis adalah zat yang dapat mengubah laju reaksi tanpa mengalami perubahan secara
kimiawi di akhir reaksi. Katalis yang mempercepat laju reaksi disebut katalis positif
atau lebuh umum disebut Katalis, sedangkan katalis yang memperlambat laju reaksi
disebut katalis negatif atau lebih umum disebut Inhibitor. Katalis dapat dibedakan
atas katalis Anorganik dan Katalis Organik yang disebut Biokatalis atau Enzim.beberapa
contoh katalis dan kegunaannya :
Jenis
katalis Kegunaan
Katalis
V2O5 Pada pembuatan asam sulfat melalui proses kontak
MnO2 Pembuatan Oksigen dari reaksi pirolisis Kalium klorat
Platunum (Pt) Pembuatan Asam Nitrat pada proses Ostwald
Nikel (Ni) Pembuatan margarin dari minyak (proses Hidrogenasi)
Katalis
Besi (Fe) Pembuatan Ammoniak pada proses Haber-Bosch
Anorganik
Platinum (Pt) dan Katalitik konverter pada kendaraan bermotor untuk
Rhodium (Rh) mengurangi kadar gas buangan seperti CO dan NO
Gel Alumina silika Pada kilang minyak untuk perengkahan (cracking)
TEORI TUMBUKAN.
Pada fase gas atau cair, molekul-molekul zat pada mediumnya akan bergerak bebas. Bila
kita campurkan dua jenis zat yang berbeda ( misalnya zat A 2 dan B2 ), maka akibat gerakan
molekul-molekul zat A2 dan B2 yang bebas suatu saat akan menimbulkan tumbukan dan
tumbukan ini akan mengakibatkan putusnya ikatan-ikatan pada molekul A 2 dan B2, dan
kemudian terbentuk kembali ikatan yang baru.
Jadi reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan antar molekul-molekul pereaksi, namun
tidak semua tumbukan dapat menghasilkan reaksi, hanya tumbukan yang efektif dapat
menghasilkan reaksi.
Agar tumbukan efektif maka molekul-molekul pereaksi harus memenuhi syarat yaitu :
1. Posisi ( orientasi ) molekul-molekul yang bertumbukan
Untuk reaksi elementer : 2 NOCl(g) → 2 NO(g) + Cl2(g)
Diperoleh harga tetapan laju reaksi hasil pengukuran sebesar 0,16 kali tetapan laju
reaksi hasil perhitungan. ini membuktikan bahwa tidak semua tumbukan
menghasilkan reaksi, meskipun molekulnya memiliki energi yang cukup. Orientasi
molekul-molekul yang bertumbukan sangat berperan dalam menentukan apakah
setiap tumbukan dapat menghasilkan reaksi atau tidak. Agar molekul Cl2 dapat terpisah
maka dua molekul NOCl harus saling mendekat sedemikian rupa sehingga atom klorin
dari kedua molekul NOCl berdekatan. Dengan demikian frekuensi tumbukan harus
memperhitungkan faktor sterik P ( dalam hal ini 0,16 ) sebab hanya tumbukan
yang terjadi dengan orientasi yang benar yang akan menghasilkan reaksi.
+ →
+
Perhitungan tetapan laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dapat diperluas ke reaksi
bimolekuler dari dua unsur A dan B. Perbandingan tetapan laju reaksi hasil perhitungan
dan yang diperkirakan menghasilkan nilai-nilai seperti dalam tabel di bawah ini.
Semakin besar dan semakin rumit molekul yang bertumbukan makin kecil faktor sterik
P, sebab semakin sedikit fraksi tumbukan efektif yang menghasilkan reaksi
Tabel faktor sterik (ruang) untuk reaksi fasa gas
Reaksi Faktor sterik P
Rata-rata
Harga energi aktivasi sangat erat hubungannya dengan tetapan jenis reaksi (k), makin
besar energi aktivasi, makin kecil
Energi tetapan jenis reaksi (k) berarti semakin sukar reaksi
Kinetik
berlangsung
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang bagaimana suatu
reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi antara dua jenis molekul
A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan waktu antara kedua jenis
molekul tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan
konsentrasi A dan konsentrasi B.
Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh teori keadaan transisi atau teori laju reaksi absolut.
Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh molekul-
molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk). Keadaan
tersebut dinama- kan keadaan transisi.
Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:
A + B → T* --> C + D
dimana:
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal
sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul
pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat
mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).
Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh
molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.
Persamaan reaksi setara tidak dapat dijadikan sebagai informasi tentang bagaimana reaksi
sesungguhnya terjadi. Dalam banyak hal persamaan rekais ini menyatakan jumlah dari
sederetan reaksi sederhana yang sering disebut tahapan reaksi, karena reaksi-reaksi
sederhana tersebut mempresentasikan jalannya reaksi keseluruhan pada tingkat molekul.
Urutan tahapan-tahapan reaksi yang mengarah pada pembentukan hasil reaksi disebut
mekanisme reaksi.sebagai contoh mrkanismer reaksi mari kita lihat reaksi antara nitrogen
monoksida dengan oksigen.
2NO(g) + O2 → 2NO2(g)
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hasil reaksi tidak terbentuk langsungdari tumbukan
dua molekul NO dengan satu molekul O 2, karena N2O2 terdeteksi selama reaksi berlangsung,
oleh karena itu kita dapat menganggap bahwa reaksi yang sebenarnya berlangsung dalam
dua tahap reaksi elementer seperti berikut ini :
Tahap 1. NO + NO → N2O2
Tahap 2. N2O2 + O2 → 2NO2
Reaksi keseluruhan : 2NO + N2O2 + O2 → N2O2 + 2NO2
Jadi dalam suatu reaksi kimia, berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal)
sampai keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.
Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut
ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya
paling lambat.
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan
kecepatan berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling lambat
dalam mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan
reaksi.