Anda di halaman 1dari 203

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS

BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

BUKU PEGANGAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN


Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

INFORMASI PUBLIK BAGI PEMERINTAH DAERAH


USAID-KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832 Mei 2014
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Penyusun
Henri Subagiyo
BUKU PEGANGAN

Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi


untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

Penyusun:
Henri Subagiyo

Editor:
Firmansyah S. Hamdani

Ilustrator:
Bakhtiar Fitanto

Disain & Tata Letak:


Bakhtiar Fitanto & Iriawan Cahyadi

Penyelia Akhir:
Firmansyah S. Hamdani

www.kinerja.or.id
KATA PENGANTAR

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik mengamanatkan peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA
telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/
kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang
bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia
layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan
dasar dan peningkatan iklim usaha atau perizinan. Pada tahun ketiga, Program KINERJA menambah 4
(empat) kabupaten/ kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Peningkatan
pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium
Development Goals).

Undang Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan publik juga telah mengatur partisipasi masyarakat
dalam peningkatan Pelayanan publik. Pengikutsertaan masyarakat dalam Pelayanan publik mencakup seluruh
proses penyelenggaraan Pelayanan, yang meliputi:

1. Penyusunan kebijakan Pelayanan publik,


2. Penyusunan standar Pelayanan,
3. Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan publik, dan
4. Pemberian penghargaan.

Sebagai wahana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan Pelayanan publik, KINERJA
mengembangkan dan mendorong adanya keterbukaan informasi dari seluruh penyedia pelayanan publik,
baik di tingkat dinas maupun unit layanan (seperti: puskesmas dan sekolah). Keterbukaan informasi tersebut
merupakan prasyarat terjadinya partisipasi masyarakat. Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
Nomor 14 tahun 2008, bertujuan untuk memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program,
pengambilan keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik; mendorong partisipasi publik dalam
proses pengambilan keputusan; meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik; mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik yang baik; mengetahui
alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak dan meningkatkan
pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

BUKU PEGANGAN
2 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Khusus mengenai hal pengelolaan dan pelayanan informasi dari badan penyedia pelayanan publik,
KINERJA juga mendorong mereka untuk menyediakan informasi publik secara proaktif maupun pasif; dan
mengembangkan serta membangun sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik
secara efektif dan efisien dengan memiliki Pejabat yang secara khusus bertanggung-jawab atas sistem
dokumentasi informasi publik (PPID, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) dan petugas layanan
informasi (Meja Informasi); serta memiliki sistem dokumentasi informasi publik yang mutakhir dan ter-update
secara baik; memelihara indeks informasi yang dimiliki (Daftar Informasi Publik).

Selain kepada para penyedia pelayanan publik, sebagaimana pendekatan lainnya dalam program KINERJA,
maka untuk hal keterbukaan informasi publik ini, KINERJA juga melibatkan masyarakat sebagai pengguna
pelayanan publik. Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong
kelahirannya oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi publik
yang mereka butuhkan, apapun jenisnya, termasuk yang berkaitan dengan pelayanan publik yang mereka terima.

Mengingat praktik-praktik pengembangan penyelenggaraan keterbukaan informasi publik yang dilaksanakan


KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi
penyedia layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah
daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan dan pelaksanaannya karena modul ini dapat
memberikan gambaran secara utuh konsep dan tahapan pengembangan penyelenggaraan keterbukaan
informasi publik, khususnya PPID di daerah.

Diharapkan modul ini dapat membantu penyelenggara pelayanan, pemerintah daerah dan pihak-pihak lain
yang ingin menerapkan tatakelola yang baik, khususnya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan berstandar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Jakarta, Oktober 2014

ELKE RAPP
Chief of Party, USAID-KINERJA

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 3
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 4

I. PENDAHULUAN 6
1. Bagaimana Membaca Dokumen Ini 6
2. Review Hasil Pelatihan 6

II. STRATEGI DAN SKENARIO FASILITASI 8


1. Apa Tujuan Fasilitasi? 8
2. Siapa yang Memfasilitasi? 8
3. Siapa yang Difasilitasi? 9
4. Apa yang Perlu Dilakukan Fasilitator? 10

III. PRASYARAT DASAR 13


1. Fasilitator: Peran, Fungsi dan Teknik Komunikasi 13
2. Pemahaman Akan Modul dan Materi Mengenai PPID 16

IV. FASILITASI PENYUSUNAN SK PPID 19


1. Mengapa PPID Perlu Ditetapkan Melalui SKP atau Keputusan Kepala Daerah? 19
2. Apa Saja Isi SK atau Peraturan Kepala Daerah Tersebut? 19
3. Tahapan di dalam Fasilitasi 20

V. FASILITASI PENYUSUNAN SOP LAYANAN INFORMASI PUBLIK 23


1. Mengapa PPID Perlu Memiliki SOP Pelayanan Informasi Publik yang Dituangkan di 23
dalam Peraturan Kepala Daerah?
2. Apa Saja Isi Peraturan Kepala Daerah Mengenai SOP Pelayanan Informasi Publik? 23
3. Tahapan di dalam Fasilitasi Penyusunan 26

VI. FASILITASI PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI PUBLIK 30


1. Mengapa DIP Diperlukan? 30
2. Apa Saja Isi di dalam DIP? 30
3. Tahapan Penyusunan DIP 31

BUKU PEGANGAN
4 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VII FASILITASI PENGADAAN MEJA INFORMASI DAN PERANGKAT 33
PENDUKUNG LAINNYA
1. Mengapa Meja Informasi dan Perangkat Pendukung Lainnya Diperlukan? 33
2. Perangkat Pendukung yang Diperlukan 33
3. Bagaimana Memastikan Perangkat Pendukung Tersedia? 34
4. Tahapan Fasilitasi Ketersediaan Meja Informasi dan Sarana Pendukung Lainnya 35

VIII FASILITASI WARGA MENGAKSES INFORMASI 36


1. Mengapa Warga Perlu Mengakses Informasi Publik? 37
2. Siapa Saja yang Perlu Difasilitasi? 37
3. Hal Apa Saja yang Diperlukan? 38
4. Langkah yang Perlu Dilakukan? 39

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 5
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
I. PENDAHULUAN

1. BAGAIMANA MEMBACA DOKUMEN INI

Dokumen ini merupakan kelanjutan dari dokumen yang disusun sebelumnya yakni Modul Pelatihan
Implementasi Keterbukaan Informasi Publik bagi Pemerintah Daerah dan Panduan Pelatihan bagi PPID
Pemerintah daerah. Layaknya setelah selesai pelatihan, agar PPID dapat mulai menjalankan perannya, perlu
mendapatkan bantuan teknis berupa fasilitasi untuk memenuhi prasyarat dasar bagi implementasi keterbukaan
informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Dengan demikian, sudah sewajarnya jika membaca dokumen ini setidak-tidaknya fasilitator sudah pula
membaca dua dokumen yang telah disebutkan di atas terlebih dahulu.

2. REVIEW HASIL PELATIHAN

Layaknya sebelum proses fasilitasi kepada calon pejabat PPID ataupun pejabat PPID dilakukan, mereka
telah terlebih dahulu memahami Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik serta berbagai turunan peraturannya seperti PP nomor 61 tahun 2012, Kepmendagri Nomor 35 tahun
2010 dan PERKI (Peraturan Komisi Informasi No 1 dan No 2 Tahun 2010). Memahami secara substansi tidak
terlalu mudah, karena artinya harus membaca semua dokumen. Memahami dengan cara lain adalah mengikuti
berbagai kegiatansosialisasi.

Khusus untuk wilayah kerja Kinerja USAID, proses membangun pemahaman akan paradigma dan substansi
Keterbukaan Informasi Publik telah dilakukan melalui berbagai kegiatan. Pertama, sosialisasi Undang-Undang
itu sendiri dengan penekanan pada peran PPID telah dilakukan, terutama ditujukan kepada pihak-pihak terkait
di Kab/Kota masing-masing, dimana didalamnya terdapat calon PPID Utama yakni Humas atau Dinas Infokom,
Calon PPID Pembantu terkait, sekretaris SKPD dan pihak-pihak terkait lainnya. Kedua, pelatihan mengenai
implementasi UU KIP dengan materi yang lebih teknis yakni mengenai pemahaman peran, struktur organisasi
PPID, menyusun SOP, memilah informasi, menangani sengketa informasi dan sebagainya.

Dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, tidak semua peserta pelatihan memahami 100 persen materi,
selain karena materi yang jumlahnya banyak dengan waktu yang sedikit, terkadang peserta bukan merupakan

BUKU PEGANGAN
6 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
orang yang ditetapkan sebagai calon PPID, dan masih banyak sederet lain persoalan yang menyebabkan gap
pemahaman paska pelatihan terhadap implementasi masih jauh dari sempurna.

Dengan demikian menjadi penting bahwa paska pelatihan, calon/PPID Utama maupun PPID Pembantu masih
harus difasilitasi di dalam melengkapi berbagai prasyarat agar dapat menjalankan peran dan fungsinya secara
baik. Dari hasil melakukan proses review terhadap kegiatan sosialisasi maupun pelatihan yang diberikan ada
dua kutub besar isu yang harus dibangun di dalam pemahaman masing-masing calon PPID yakni:

a. Kutub pertama: Paradigma. Apakah peserta yang mendapat pelatihan memahami paradigma tentang
keterbukaan informasi publik. Hal ini perlu dicek ulang oleh fasilitator melalui berbagai diskusi sederhana.
b. Kutub kedua: pemahaman teknis. Yang dimaksud dengan pemahaman teknis terkait dengan apa yang
harus dikerjakan oleh peserta yang mendapat pelatihan ketika mereka menjalankan peran sebagai tim di
dalam PPID, baik di dalam fungsinya sebagai PPID Utama maupun sebagai PPID Pembantu, atau bahkan
sebagai bagian dari struktur PPID Utama maupun Pembantu.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 7
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
II. STRATEGI DAN SKENARIO
FASILITASI

1. APA TUJUAN FASILITASI?

Fasilitasi yang hendak dilakukan oleh fasilitator bertujuan paling tidak pada dua hal. Pertama, untuk
memastikan adanya keluaran yang terkait dengan prasyarat-prasyarat pelaksanaan Keterbukaan Informasi
Publik di SKPD/Pemda masing-masing. Keluaran dimaksud tidak dirumuskan dan dihasilkan oleh fasilitator,
melainkan dihasilkan sendiri oleh tim yang dibentuk Pemerintah Daerah atau kelompok yang ditugaskan untuk
merumuskan produk/prasyarat tersebut. Kedua, karena semenjak awal pihak-pihak sudah dilibatkan di dalam
proses, diharapkan substansi lebih dipahami dan yang paling penting adalah rasa kepemilikan yang tinggi.
Fasilitator berperan memberi dorongan, memasok materi pendukung, menyampaikan alternative jalan keluar,
membuka jalan, membantu menggali persoalan, membantu mencari titik temu dan berbagai kegiatan lain yang
intinya adalah dukungan agar tim dapat bekerja untuk menghasilkan keluaran yang hendak dicapai.

2. SIAPA YANG MEMFASILITASI?

Adalah orang yang memiliki kapasitas tertentu dan terpenuhinya prasyarat dasar seperti yang dijelaskan dalam
bagian di bawah ini:

a) Memiliki motivasi untuk mendorong keterbukaan informasi;


b) Memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadahi dalam melakukan fasilitasi;
c) Memiliki pemahaman dan keterampilan tentang keterbukaan informasi;
d) Proaktif dan memiliki kemauan yang kuat dalam mengatasi peroblem yang berkembang;
e) Memiliki kemampuan untuk membaca dan memanfaatkan momentum yang ada;
f) Bersedia mempelajari berbagai hal baru yang belum dipahami.

BUKU PEGANGAN
8 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. SIAPA YANG DIFASILITASI?

Fasilitator perlu memetakan siapa saja di dalam Pemerintah Daerah yang perlu difasilitasi. Dari sisi program
Kinerja, fasilitator perlu menetapkan sasaran yakni:

a. Calon PPID Utama. Mereka umumnya adalah Kabag Humas Pemerintah Daerah atau Dinas
HubtelInfokom atau dengan nama yang berbeda. Hingga saat ini belum ada struktur baku terkait dengan
siapa yang menjabat sebagai PPID Utama. Namun demikian hal ini tidak selalu negatif melainkan
memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil pilihan sesuai dengan kondisi
daerahnya. Untuk itu fasilitator perlu mencari tahu dan mendiskusikannya dengan pejabat daerah
bagaimana struktur organisasi PPID di Pemda akan dibangun.
b. Calon PPID Pembantu yang berada di dalam sektor dampingan Program Kinerja. Umumnya mereka
adalah Sekretaris Dinas dalam SKPD Pendidikan, Kesehatan atau PTSP (ini nama generik yang bisa
jadi ada perbedaan di masing-masing Kab/Kota). Dari target sosialisasi maupun pelatihan mereka –
seharusnya – terlibat sebagai peserta sehingga seharusnya mereka memahami substansi.
c. Bagian Organisasi/Bappeda yang menjadi lead agency Program Kinerja di Pemerintah Daerah setempat.
Pihak ini merupakan motor kegiatan Kinerja dari sisi Pemerintah Daerah, sehingga untuk kepentingan
koordinasi dan komunikasi pihak ini merupakan stakeholder kunci yang perlu didekati.
d. Bagian Hukum. Fasilitator perlu memastikan ada pihak dari Bagian Hukum yang akan terlibat dalam
proses-proses pembahasan hal-hal yang terkait regulasi seperti SK, Perbup/Wako dan sebagainya.
e. Peserta pelatihan yang terkait dengan pejabat-pejabat yang disebutkan di atas (biasanya adalah staf yang
ditugaskan mengikuti pelatihan PPID oleh calon PPID).
f. Petugas Meja Informasi. Petugas Meja Informasi adalah petugas harian yang melaksanakan pelayanan
informasi baik secara proaktif maupun pasif (berdasarkan permintaan). Petugas ini perlu mendapatkan
dampingan bagaimana melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Fasilitator perlu mengkaji siapa dari kesemua ini yang relatif lebih siap dan aktif di dalam mengusung isu
PPID. Jikalau orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya tidak cukup tinggi untuk mempengaruhi pihak
lain, maka harus dicari pijakan lain. Namun jika orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya cukup tinggi,
misalnya setingkat Kepala Dinas atau Assisten Sekretaris Daerah atau malah Sekretaris Daerahnya sendiri,
akan lebih mudah.

Fasilitator perlu mendekati yang bersangkutan dan menjelaskan A sd Z apa itu KIP, PPID hingga apa yang
harus dilakukan Pemda dan peran apa yang bisa diambil yang bersangkutan. Namun jika yang cukup aktif
adalah Kabid/Kasubbag ataupun staf biasa, maka langkah yang perlu dilakukan adalah fasilitator perlu

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 9
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mendorong yang bersangkutan untuk mengagendakan bertemu dengan pimpinannya untuk kemudian
dilakukan cara yang sama seperti terhadap Sekda di atas.

Intinya, fasilitator perlu mencari pioneer atau championship pada tataran Pemerintah Daerah yang dapat
menggerakkan Pemerintah Daerah untuk mendorong lahirnya PPID. Pioneer atau championship didapat
berdasarkan pengamatan fasilitator terhadap pejabat atau staf yang memiliki keinginan tinggi untuk sesegera
mungkin menetapkan PPID dan sering mendiskusikannya kepada pihak-pihak tertentu.

4. APA YANG PERLU DILAKUKAN FASILITATOR?

Fasilitator harus memahami lapangan seperti apa yang akan dihadapi, siapa yang akan dihadapi, siapa yang
dapat membantu kerja-kerja lapangannya, target atau capaian apa yang harus dituju. Untuk memastikan hal
tersebut, fasilitator harus memiliki alat untuk mencapainya dan mengetahui kemampuan yang ada yang dapat
digunakan

a. ALAT KERJA

Untuk dapat menjalankan perannya maka dari sisi pengelolaan kegiatan paling tidak fasilitator perlu
memiliki dua buah tools yakni:

a.1. Rancangan Kerja

Untuk memiliki sebuah rancangan kerja, banyak metode dan alat yang dapat digunakan. Di dalam
panduan ini disebutkan salah satunya saja yakni mind map. Seorang fasilitator perlu menyusun mind
map sederhana atau alur fasilitasi dengan target-target yang ingin dicapai pada setiap tahapan. Mind
map ini menjadi penting agar fasilitator dapat melakukan self monitoring sudah sampai dimana saat
ini proses yang difasilitasinya. Metode sederhana perumusan mind map dapat dilihat di http://www.
muhammadnoer.com/2012/03/membuat-mind-map-anak/ atau yang sedikit lebih kompleks pada http://
strategimanajemen.net/2012/01/23/mind-map-tool-ampuh-untuk-melejitkan-produktivitas-anda/. Alur
fasilitasi yang ada di dalam mind map ini juga dapat menjadi masukan di dalam penyusunan workplan
bulanan yang wajib disusun oleh fasilitator. Paling tidak beberapa hal yang harus diperhatikan di
dalam mind map adalah:
i. Apa yang mau dikerjakan
ii. Apa yang perlu disiapkan

BUKU PEGANGAN
10 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Siapa yang akan terlibat
iv. Apa tujuan-tujuan yang ingin dicapai

Dari mind map yang sudah disusun, apa yang mau dikerjakan oleh fasilitator, apa yang perlu disiapkan,
siapa yang akan terlibat harus mengarah pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Fasilitator harus
memastikan tujuan yang ingin dicapai didukung oleh ketiga hal yang disebutkan di awal.

a.2. Buku Catatan atau Log Book

Di dalam proses baik itu memberikan asistensi, input, nasehat, suplai dokumen atau dialog dengan
berbagai jenis dialog/pertemuan, fasilitator selalu membawa catatan untuk memastikan tidak ada proses
yang terlewati. Fasilitator perlu sesering mungkin melihat kembali mind map dan mencocokkan dengan
catatan yang dimiliki. Secara sederhana catatan tersebut atau bisa disebut juga log book berisi apa yang
dilakukan dan dihasilkan oleh fasilitator pada hari tersebut dan kesepakatan-kesepakatan atau ide
kegiatan berikutnya.

Contoh format catatan sederhana hasil pertemuan

Hari/tanggal
Jam 10:00 – 12:00
Diskusi dengan:
• Abraham, Sekda
• Julianis, Kasubag Humas
• Indardi, Kabid Sosial Budaya Bappeda
Pembahasan:
• Materi SK PPID
• Pihak-pihak yang dilibatkan dalam rapat-rapat ke depan
Keputusan:
• Segera disusun draft SK PPID
• Bappeda, Bag Hukum, Bag Organisasi, Asda 1, Dininfokomhubtel, Humas
Tindak lanjut:
• Fasilitator menyediakan data mengenai substansi yang harus ada di SK PPID berikut contoh
• Fasilitator akan datang dalam pertemuan-pertemuan untuk memfasilitasi proses pembahasan.
• Kabid Bappeda mengidentifikasi person-person, membuat jadwal pertemuan dan
mengundang mereka.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 11
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. BENTUK DUKUNGAN YANG DIBERIKAN FASILITATOR

Mind map ataupun gambaran mengenai rancangan kerja yang telah disusun akan memperjelas banyak hal
diantaranya adalah bentuk yang akan diberikan oleh fasilitator kepada tim PPID. Untuk memastikan bahwa
dukungan dari fasilitator cukup bagi tim/kelompok individu yang hendak difasilitasi maka perlu diperhatikan
oleh fasilitator paling tidak ada dua jenis dukungan yang dapat diberikan kepada mereka yakni:

i. Asistensi melalui dialog/pertemuan dimana di dalamnya fasilitator dapat menjalankan peran fasilitasi,
menyampaikan nasehat dan juga masukan sebagai bahan perbandingan (opini kedua), dan sebagainya.
ii. Asistensi dengan memberikan suplai materi dan dokumen

Ada beberapa jenis dialog dengan (calon) PPID/peserta yang pernah mendapat pelatihan yang dapat
difasilitasi yakni:

i. Dialog dengan individu staf


ii. Dialog dengan melibatkan lebih dari satu orang di dalam sebuah pertemuan informal
iii. Rapat formal membahas materi atau persoalan tertentu dan bertujuan mencari jalan keluar.
iv. Lokakarya yang bertujuan menghasilkan satu output tertentu, misalnya draf SOP Pelayanan Informasi

BUKU PEGANGAN
12 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III. PRASYARAT DASAR

Untuk memastikan fasilitator dapat menjalankan peran dan memberi dukungan yang sesuai seperti diuraikan
di atas terdapat prasyarat dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prasyarat ini menghendaki perbaikan
kapasitas fasilitator secara terus menerus agar dapat memberi layanan kepada pihak-pihak menjadi semakin
baik dan juga pengetahuan fasilitator mengenai substansi dan materi yang diberikan kepada pihak-pihak
yang difasilitasi.

1. FASILITATOR: PERAN, FUNGSI DAN TEKNIK KOMUNIKASI

Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok
orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah
seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat. Fasilitator harus
menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan. Fasilitator juga seseorang yang membantu
sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.

Seorang fasilitator yang baik harus memiliki ketrampilan dalam hal memimpin sebuah pertemuan termasuk
juga ketepatan waktu, mengikuti agenda yang sudah disepakati, merangkum pembicaraan, menengahi
pertentangan. Selain itu fasilitator juga harus memiliki ketrampilan untuk mendengarkan termasuk kemampuan
untuk menghentikan pembicaraan yang sudah menyimpang, serta memastikan semua orang berpartisipasi.
Di dalam pertemuan, diskusi, ataupun dalam bentuk lain di dalam pandangan seorang fasilitator adalah sebuah
proses belajar.

Tugas dan Wewenang

a. Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya.
b. Menata situasi proses belajar.
c. Mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok.
d. Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan modul.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 13
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
e. Mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan balik/feedback kepada anggota
kelompok.
f. Apabila dalam diskusi terdapat pembicaraan yang keluar jalur, Fasilitator juga bertugas sebagai mediator/
penengah untuk mengembalikan topikpembicaraan ke jalur yang benar.
g. Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan peserta.
h. Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.

Tanggung Jawab

Fasilitator bertanggung jawab agar persiapan dan kegiatan proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian menjadi penting bahwa di awal sebelum proses belajar (dalam bentuk
pertemuan, diskusi, rapat dan sebagainya) fasilitator perlu menyampaikan apa yang menjadi tujuan. Jika
fasilitator belum merumuskannya, maka fasilitator wajib mendiskusikan dengan peserta dan menyatakannya.

Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang fasilitator, paling tidak adalah:
a. Mampu berkomunikasi dengan baik. Fasilitator harus mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok,
menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan
peserta diskusi.
b. Menghormati sesama anggota kelompok. Fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari
setiap anggota kelompok.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup. Fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap
persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada.
Oleh karenanya MUTLAK bagi fasilitator mempelajari seluruh materi mengenai isu Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) dan Isu mengenai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
d. Memiliki Sifat Terbuka. Fasilitator harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai
yang disampaikan oleh anggota kelompok. Fasilitator harus menanggapi hal tersebut di atas dengan sikap
terbuka, sambil tertawa atau bergurau

Teknik Fasilitasi

Dalam melaksanakan tugas sebagai Fasilitator baik dalam menyampaikan materi pelatihan, memberikan
bimbingan atau diskusi, terdapat teknik-teknik sebagai berikut:

a. Pencairan Suasana. Maksud pencairan suasana adalah agar suasana diskusi kelompok menjadi tenang,
nyaman, santai dan tidak beku/tegang. Maka Fasilitator harus memperlihatkan raut wajah yang ramah,

BUKU PEGANGAN
14 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
banyak senyum serta dalam memberikan contoh atau celetukan yang lucu tetap dalam suasana terkendali.
Waktu untuk pencairan suasana cukup maksimal 10 menit, dan hal ini dilakukan pada saat pertemuan
pertama.
b. Ceramah. Ceramah adalah menyampaikan materi kepada anggota kelompok agar pesan dan kesan yang
benar dapat dipahami oleh peserta. Untuk memudahkan digunakan alat bantu seperti buku, flipchart, white
board, LCD projector, dan lain-lain. Waktu yang diperlukan untuk ceramah disesuaikan dengan banyaknya
materi yang akan dibahas.
c. Diskusi. Diskusi adalah pendalaman materi yang dilakukan secara komunikasi 2 arah, sehingga akan
memberikan arti lebih mendalam bagi anggota kelompok. Fasilitator bertindak sebagai penengahdan
memberikan kesempatan berbicara pada semua anggota kelompok, agar anggota juga merasa lebih
dihargai pengetahuan atau pendapatnya.
d. Permainan. Permainan diperlukan untuk mencairkan suasana dari kejenuhan. Sering disebut dengan Ice
Breaking. Namun permainan tidak diperlukan jika diskusi atau pertemuan hanya berlangsung singkat.
Permainan umumnya digunakan jika dilakukan workshop, sarasehan yang mengambil waktu hingga
setengah hari ataupun satu hari penuh.

Jenis permainan sangat bermacam-macam, mulai yang bersifat sederhana sampai kompleks. Mulai dari
yang sekedar untuk menggerakkan anggota badan agar bisa lebih segar sampai yang mengandung makna
dan unsur-unsur tertentu terkait dengan materi yang tengah didiskusikan.

• Kuis
Permainan kuis adalah cara mudah bagi kelompok untuk mengulang atau mengingat kembali materi
yang telah disampaikan agar kita yakin bahwa isi dari materi telah dapat dimengerti sepenuhnya oleh
peserta kelompok.
Contoh dari kuis adalah penggunaan kartu-kartu yang berisi pernyataan dengan jawaban mudah yaitu
Ya atau Tidak, atau Benar atau Salah. Beberapa pernyataan sengaja dibuat salah, sehingga jawaban
yang benar harus diterangkan oleh peserta kelompok. Sedangkan bagi beberapa pernyataan yang
benar, fasilitator hanya bertugas untuk menegaskan kebenaran pernyataan tersebut.
• Bermain Peran
Permainan peran adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersikap secara benar bagi peserta
dan sangat membantu peserta kelompok apabila mereka menemukan masalah yang nyata di
kemudian hari. Untuk permainan ini dapat dibuat kartu2 cerita, kasus atau dialog yang dibuat untuk
permainan individual maupun kelompok.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 15
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Membangun Komunikasi: Jangan memakai bahasa yang terlalu resmi. Untuk mencairkan suasana,
sesekali boleh menggunakan berbagai istilah yang berkembang di kalangan anak muda, seperti bahasa
“gaul” atau jargon-jargon yang popular di televisi atau di daerah Anda.

Jangan menggurui. Ajaklah mereka berdiskusi mengenai keadaan dan masalah yang sedang dihadapi
dengan menghormati sudut pandang mereka.

Beberapa hal yang dapat dijadikan tips untuk menjadi fasilitator adalah:

a. Fasilitator lebih banyak mendengar ketimbang berbicara


b. Fasilitator lebih banyak memancing diskusi melalui pertanyaan ketimbang menjawab pertanyaan
c. Fasilitator tidak perlu menunjukkan kemampuannya, baik dalam bidang memfasilitasi ataupun materi
yang tengah didiskusikan.
d. Fasilitator harus selalu mengambil simpati peserta diskusi agar tetap disegani peserta.
e. Fasilitator harus selalu membangun komunikasi yang cair dengan peserta diskusi.
f. Di atas semua ini Fasilitator harus memahami substansi yang tengah didiskusikan, oleh karenanya
MUTLAK bagi fasilitator mempelajari modul PPID serta seluruh bahan-bahan pendukung lainnya yang
sudah tersedia.

2. PEMAHAMAN AKAN MODUL DAN MATERI MENGENAI PPID

Untuk memastikan bahwa fasilitator dapat menjalankan peran di dalam memfasilitasi proses terkait
berbagai tujuan yang ingin dicapai paska pelatihan, maka selain kapasitas fasilitator seperti yang
dijelaskan dalam uraian di atas, fasilitator harus memahami berbagai substansi terkait bagaimana
mengimplementasikan keterbukaan informasi publik bagi seorang pejabat di daerah.

Beberapa materi yang perlu diperdalam oleh fasilitator paling tidak adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman Dasar
i. Arti penting Keterbukaan Informasi Publik
ii. Prinsip-prinsip umum Keterbukaan Informasi
iii. Jaminan hukum keterbukaan informasi

BUKU PEGANGAN
16 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Siapa pemohon dan pengguna informasi
v. Mengapa badan publik harus menjalankan keterbukaan informasi

b. Bagaimana menjalankan Keterbukaan Informasi


i. Prasyarat untuk melaksanaan keterbukaan informasi publik di daerah
ii. Berbagai regulasi yang dibutuhkan
iii. Struktur Organisasi dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
iv. Bagaimana mengimplementasikan KIP melalui SOP layanan informasi publik
v. Apa saja kebutuhan sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh PPID

c. Pengkategorisasian Informasi Publik berdasarkan Undang-Undang


i. Arti pentingnya pengkategorian informasi publik
ii. Informasi publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
iii. Informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta
iv. Informasi publik yang wajib tersedia setiap saat
v. Informasi publik yang dikecualikan/rahasia

d. Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi


i. Layanan informasi sebagai bagian dari pengelolaan informasi publik
ii. Layanan informasi melalui pengumuman
iii. Layanan informasi melalui permohonan informasi

e. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik


i. Makna penyelesaian sengketa informai dan alasan terjadinya sengketa informasi
ii. Tahapan penyelesaian sengketa informasi dan institusi yang terlibat
iii. Optimalisasi fungsi PPID dalam pengelolaan pengaduan atau keluhan atas pelayanan publik

Materi di atas dapat dipelajari di dalam dokumen modul implementasi keterbukaan informasi publik bagi
Pemerintah Daerah. Meskipun demikian fasilitator selain membaca harus dapat menangkap beberapa hal
penting dan mendasar setelah selesai membaca semua materi.

Di dalam proses pendampingan di lapangan, banyak pertanyaan yang sering dilontarkan oleh Pemerintah
Daerah antara lain:

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 17
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Mengapa kami harus membentuk PPID? Apa sanksi jika kami tidak membentuk PPID?
b. Untuk membentuk PPID kami harus memulai darimana?
c. Apakah dengan adanya organisasi dan struktur PPID masing-masing SKPD harus merekrut staf baru?
d. Siapa yang harus menjabat sebagai PPID di Dinas kami?
e. Bagaimana kami tahu bahwa masyarakat datang meminta informasi untuk tujuan yang baik dan
benar?
f. Apakah tidak bisa menunjukan saja seorang staf untuk menjadi penyedia informasi jika ada
masyarakat yang datang meminta?
g. Mengapa kami tidak bisa mengatakan bahwa dokumen ABPD sebagai dokumen rahasia, toh selama
ini hal itu sudah dipahami oleh semua staf Pemda seperti itu?
h. Kalau ada LSM datang meminta informasi LPJ Bupati menurut kami tidak perlu diberi, karena kami
tahu LSM itu hendak macam-macam, apakah benar pernyataan ini?

Daftar pertanyaan ini bisa menjadi puluhan bahkan ratusan yang muncul dari Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, wajib bagi fasilitator memahami paradigma dan substansi keterbukaan informasi publik hingga
yang bisa diimplementasikan di lapangan, agar dapat merespon tidak hanya pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari staf Pemerintah Daerah, tetapi juga memberi panduan bagaimana langkah sebaiknya yang
perlu dilakukan.

Di dalam sesi panduan berikutnya, terdapat lima hal penting sebagai prasyarat agar PPID di Pemerintah
Daerah dapat menjalankan tugasnya yakni:
a. Penyusunan Surat Keputusan Pimpinan Daerah mengenai PPID
b. Penyusunan SOP Layanan Informasi Publik
c. Penyusunan dan pemutakhiran daftar informasi publik
d. Mendorong pengadaan meja informasi dan sarana lain untuk pelaksanaan keterbukaan informasi.
e. Mendorong warga masyarakat meminta layanan informasi kepada PPID.

BUKU PEGANGAN
18 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
IV. FASILITASI PENYUSUNAN SK PPID

1. MENGAPA PPID PERLU DITETAPKAN MELALUI SKP ATAU


KEPUTUSAN KEPALA DAERAH?

a. Untuk memastikan tugas dan kerja PPID sah menurut aturan yang berlaku, berada di bawah koordinasi
Pimpinan Daerah atau pihak yang ditunjuk serta bersifat legal.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan

2. APA SAJA ISI SK ATAU PERATURAN KEPALA DAERAH


TERSEBUT?

Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2012 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010.

Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh keputusan ini antara lain berisikan:

a. Siapa yang menjadi PPID Utama


b. Apa saja peran fungsi dan wewenangnya
c. Siapa yang menjadi atasan PPID Utama
d. Apa peran, fungsi dan wewenang atasan PPID Utama
e. Siapa saja yang membantu PPID Utama di dalam menjalankan tugasnya
f. Apa saja peran fungsi dan wewenang pihak yang membantu PPID Utama
g. Siapa saja yang menjadi PPID pelaksana atau sering disebut PPID pembantu pada masing-masing satuan
kerja pemerintah daerah (SKPD). Namun daftar PPID pelaksana/pembantu untuk semua SKPD dapat
disampaikan juga di lampiran SK.
h. Apa saja peran fungsi dan wewenangnya

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 19
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu
j. Apa peran, fungsi serta wewenang atasan PPID pelaksana/pembantu

Versi lain dari SK PPID berisikan substansi yang lebih ringkas adalah hanya menyebutkan siapa saja yang ada
di dalam struktur PPID di Kabupaten/Kota:
a. Siapa yang menjadi PPID Utama
b. Siapa yang menjadi atasan PPID Utama
c. Siapa saja yang membantu PPID Utama di dalam menjalankan tugasnya
d. Siapa saja yang menjadi PPID pelaksana atau sering disebut PPID pembantu pada masing-masing satuan
kerja pemerintah daerah (SKPD). Namun daftar PPID pelaksana/pembantu untuk semua SKPD dapat
disampaikan juga di lampiran SK.
e. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu

Sedangkan peran, fungsi dan wewenangnya dimasukkan di dalam SOP Pelayanan Informasi Publik sebagai
bagian dari penjelasan SOP tersebut.

3. TAHAPAN DI DALAM FASILITASI

a. Membentuk tim penetapan PPID. Di dalam pembentukan tim penetapan PPID dapat dilengkapi dengan
SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang dimaksud dengan
tim penetapan PPID adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah Daerah
yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat lain
yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut didalam
pembahasan penetapan PPID.
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan secretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.
c. Menjalankan serangkaian pertemuan pembahasan.Kegiatan selanjutnya adalah melangsungkan berbagai
pertemuan secara kontinyu. Berbagai pertemuan diatur untuk membahas substansi sebagai berikut:

BUKU PEGANGAN
20 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-bahan
pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim penetapan mengapa PPID perlu
ada di Pemerintah Daerah serta apa peran, fungsi dan wewenang PPID. Yang juga perlu dibahas
adalah memutuskan pembagian peran antara PPID Utama dan PPID Pembantu/Pelaksana.

ii. Identifikasi calon PPID. Pertemuan berikutnya adalah mengidentifikasi dan menyusun daftar siapa
saja yang akan menjadi PPID di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Panduan siapa yang menjadi
PPID ada di dalam Permendagri No 35 Tahun 2010. Daftar calon PPID untuk setiap Kabupaten/Kota
meliputi seluruh SKPD, Kantor, Badan, Kecamatan, termasuk Rumah Sakit dan UPTD lainnya yang
berada di bawah naungan Pemerintah Daerah. Dalam mengidentifikasi struktur PPID ini sebaiknya
mengidentifikasi pula tim teknis atau petugas yang akan bekerja mendukung kerja-kerja teknis PPID,
misalnya Petugas Informasi di setiap SKPD, Petugas Meja Informasi, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan.

iii. Mengidentifikasi Meja Informasi. Meja Informasi merupakan tempat layanan informasi baik secara
proaktif maupun pasif berdasarkan permintaan. Setiap permohonan informasi diharapkan dapat
dilayani dan dikoordinasikan melalui Meja Informasi ini. Terkait dengan hal ini perlu diidentifikasi: 1)
Bagaimana model layanan yang akan dikembangkan melalui Meja Informasi apakah terpusat (satu
Pemda satu Meja Informasi) dibawah PPID Utama ataukah akan dibentuk Meja Informasi Pendukung
disetiap PPID Pembantu. Penetapan model Meja Informasi ini perlu mempertimbangkan kemudahan
akses bagi masyarakat dan efisiensi kerja petugas, misalnya beberapa Pemda telah mengatur
kantornya dalam satu kawasan sehingga akan lebih mudah jika Meja Informasi dibuat terpusat atau
sebaliknya; 2) Siapa petugas harian yang akan bertanggungjawab mengelola Meja Informasi.

iv. Penyusunan Rancangan SK PPID. Bagian Hukum menyusun draft SK dengan memasukkan substansi
yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran Pertimbangan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 21
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dan sebagainya sebelum keputusan mengenai: (i) Penetapan PPID; (ii) peran dan fungsi; (iii)
wewenang; (iv) tata cara kerja dan sebagainya. Rancangan SK PPID dibahas di dalam pertemuan
tim penetapan PPID. Untuk kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/Humas kepada Sekda. Sekda
kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui. Proses penyampaikan dari tim
penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda perlu mempertimbangkan untuk
memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan seterusnya. Fasilitator perlu
memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap Sekda dapat menjelaskan
substansi tersebut. Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan
kepada Sekda. Demikian juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim
penetapan menunggu tanda tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya keputusan tersebut.

v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID yang telah ditetapkan di dalam rancangan SK PPID. Meskipun hal ini bukan tugas fasilitator
untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan bagaimana
menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang direncanakan
bertujuan untuk membangun pemahaman dasar mengenai KIP serta memberi pemahaman mengani
peran, fungsi dan wewenang PPID. Sebelum pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR
bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan, apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan,
siapa yang akan memandu/memimpin, siapa yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa
dan kapan sudah harus siap dan dapat didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu
dipersiapkan.

Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan keputusan PPID, penjelasan mengenai UU KIP dan peran PPID.
Fasilitator dapat membantu memilihkan materi inti mengenai penjelasan KIP dan peran PPID yang
akan didistribusikan di dalam undangan juga.

Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan kedua materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan
disusun di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah
penjelasan mengenai materi KIP/PPID dan diikuti oleh penjelasan rancangan SK PPID, maka di dalam
diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan kepada peserta satu atau
dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.

BUKU PEGANGAN
22 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
V. FASILITASI PENYUSUNAN SOP
LAYANAN INFORMASI PUBLIK

1. MENGAPA PPID PERLU MEMILIKI SOP PELAYANAN


INFORMASI PUBLIK YANG DITUANGKAN DI DALAM
PERATURAN KEPALA DAERAH?

a. Untuk memastikan PPID yang telah ditetapkan mengetahui tugas dan fungsi, serta wewenangnya pada hal
apa saja, dan adanya kejelasan mengenai tata cara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan
c. Kewajiban penyusunan SOP Layanan Informasi Publik sudah diatur di dalam PERKI No 1 Tahun 2010
pasal 38.

2. APA SAJA ISI PERATURAN KEPALA DAERAH MENGENAI SOP


PELAYANAN INFORMASI PUBLIK?

Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2010 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010, terutama pasal 38.

Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh peraturan ini antara lain berisikan:

a. Pendahuluan. Di dalam bagian ini paling tidak dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

• Maksud dan tujuan. Di dalam penjelasan ini perlu dirumuskan apa yang menjadi maksud dan tujuan
disusunnya SOP Pelayanan Informasi ini.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 23
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Ruang lingkup. Di dalam penjelasan ini dirumuskan apa saja yang menjadi ruang lingkup SOP
Pelayanan Informasi ini.
• Dasar hukum. Kebijakan dan regulasi apa saja yang menjadi dasar hukum dan konsideran di dalam
menyusun SOP
• Pengertian-pengertian. Istilah nama atau kegiatan apa yang perlu dijelaskan, dimasukkan di dalam
bagian ini.

b. Prinsip-prinsip pelayanan informasi publik. Regulasi ini hendak mengedepankan pelayanan yang baik
kepada publik, oleh karenanya perlu dicantumkan prinsip-prinsip pelayanan yang mengarah pada tata
kelola pelayanan publik yang baik.

c. Struktur organisasi pelayanan informasi publik. Umumnya yang dijelaskan pada bagian ini adalah (i)
Bagaimana tim pertimbangan pelayanan informasi publik. Khusus untuk tim pertimbangan ini tidak semua
struktur Pemda memilikinya. Ada Pemda yang memasukkan unsur Tim Pertimbangan, ada yang tidak.
Dalam hal ini diberikan keleluasaan kepada masing-masing Pemda untuk menunjuk atau tidak; (ii) PPID
(Utama) dan (iii) PPID Pelaksana/Pembantu. Penjelasannya paling tidak pada hal-hal di bawah ini:

• Siapa-siapa saja yang ditetapkan di dalam struktur organisasi yang memberi pelayanan informasi
publik. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu
serta petugas teknis maupun Petugas Meja Informasi yang akan mendukung kerjanya, karena tim
pertimbangan pelayanan informasi publik tidak membutuhkan struktur organisasi.
• Penjelasan spesifik mengenai pihak yang ada di dalam struktur organisasi; antara lain: kriteria,
kedudukan dan penunjukan, susunan organisasinya. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID
(Utama) dan PPID pelaksana/pembantu.
• Penjelasan mengenai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing tersebut.
• Alur kerja PPID dan petugas teknis. Pada dasarnya alur kerja ini adalah alur permintaan informasi
mulai dari publik yang mengajukan permintaan sampai menerima informasi dari PPID. Di dalam alur
tersebut ada beberapa cabang alur yang disusun jika permintaan diterima dilanjutkan kepada alur
berikutnya, namun jika ditolak maka prosesnya akan berlanjut pada tahapan yang berbeda dan
seterusnya. Di dalam alur ini juga perlu diberi penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh petugas
pada setiap tahapnya dan berapa lama proses berlangsung dimasing-masing tahapannya.
• Bagaimana relasi dan wewenang antara PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu. Apa
perbedaan wewenang antara PPID (utama) dan PPID pelaksana/pembantu dan relasi antara
keduanya perlu digambarkan di dalam penjelasan di sini (jika tidak ada penjelasan di masing-masing
tugas dan fungsi yang membedakan keduanya).

BUKU PEGANGAN
24 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
d. Mekanisme pengumpulan, pengklasifikasian, pendokumentasian dan pelayanan informasi.
Penjelasan pada berbagai kegiatan yang disampaikan didalam kelompok ini jika dilihat secara umum
merupakan bagian dari pengelolaan informasi (manajemen informasi) dimana ada kegiatan pengumpulan
informasi, lalu semua informasi yang terkumpul diklasifikasi menurut kategori masing-masing, lalu
didokumentasikan berdasarkan kategorinya dan sebagian sudah dapat disampaikan kepada publik melalui
berbagai media yang ada. Khusus untuk kategori informasi yang tersedia diberikan kepada publik jika ada
permintaan atas informasi dimaksud.

• Apa yang dimaksud dengan proses pengumpulan informasi, informasi apa saja yang dikumpulkan,
siapa saja yang mengumpulkan, siapa saja atau divisi/bagian mana saja yang merupakan sumber-
sumber informasi proses-proses, siapa yang terlibat, alur pengumpulan informasi dimulai dari mana
dan sampai dimana serta hal-hal apa yang penting untuk diperhatikan di dalam proses pengumpulan
informasi.
• Apa yang dimaksud dengan proses pengklasifikasian informasi, apa saja kategori di dalam
pengklasifikasian informasi, bagaimana tata cara mengklasifikasi informasi serta bagaimana masing-
masing kategori informasi tersebut dapat diakses oleh publik. Secara spesifik ada kategori informasi
yang termasuk informasi dikecualikan, bagaimana proses pengecualian informasi dilakukan dan
metode apa yang digunakan, hal ini perlu dipaparkan di dalam dokumen ini, sehingga membuat publik
jelas mengapa satu jenis informasi termasuk informasi yang dikecualikan.
• Apa yang dimaksud dengan pendokumentasian informasi publik, bagaimana tahapan
pendokumentasian dilakukan, siapa saja yang terlibat dan pada setiap tahapan hal-hal apa yang harus
diperhatikan.
• Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi , apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu.

e. Mekanisme Pelayanan Informasi. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi baik proaktif (tanpa
diminta) maupun pasif (berdasarkan permintaan), apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu. Dalam membuat mekanisme
pelayanan ini perlu memperhatikan: 1) Standar layanan minimum nasional yang telah dimuat dalam PERKI
No. 1 Tahun 2010. Selain itu perlu pula diperhatikan; 2) Tahapan kerja perlu mencakup atau menjangkau
hingga pejabat atau petugas yang secara riil menguasai informasi untuk mempermudah petugas layanan.

e. Penyelesaian sengketa informasi. Saat informasi yang diminta oleh publik tidak diberikan oleh PPID
dengan berbagai pertimbangan dan alasan, maka akan terjadi sengketa informasi. Pemerintah Daerah

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 25
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
perlu menyiapkan prosedur yang baku mengenai penanganan sengketa informasi ini, termasuk siapa saja
yang terlibat di dalam pengorganisasian penanganan sengketa informasi, apa saja yang harus dilakukan
dan oleh siapa, termasuk tahapan dan jenjang penanganan mulai dari SKPD masing-masing (atasan PPID
Pembantu), Pemerintah Daerah (Tim Asistensi dan Atasan PPID Utama), Komisi Informasi, PTUN hingga
sampai ke Mahkamah Agung. Petunjuk mengenai hal ini ada di dalam Peraturan Komisi Informasi (PERKI)
nomor 2 Tahun 2010.

f. Pelaporan. Pemerintah Daerah melalui PPID memiliki kewajiban menyusun laporan pelaksanaan
pelayanan informasi kepada publik. Dengan demikian dalam bagian ini perlu diatur apa saja yang
harus dilaporkan, bagaimana laporan dibuat, siapa dan kepada siapa laporan disampaikan serta cara
penyampaiannya seperti apa.

3. TAHAPAN DI DALAM FASILITASI PENYUSUNAN

Ada dua opsi yang dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah di dalam proses penetapan SOP Pelayanan
informasi. SOP disusun bersamaan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk menetapkan PPID, namun ada
juga yang disusun secara tersendiri. Tidak ada alasan tertentu dibalik kedua opsi tersebut, namun umumnya
Pemerintah Daerah mengikuti apa yang sudah disusun oleh Daerah lain yang kebetulan diketahui. Di dalam
regulasi terkait KIP maupun PPID hal inipun tidak diatur.

Pendekatan fasilitasi. Semua proses penyusunan dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dan kerja
penulisan berdasarkan kesepakatan dalam pertemuan. Pertemuan dimaksud dapat berbentuk rapat
pembahasan dan lokakarya. Kerja penulisan merupakan kerja bagian tertentu (umumnya bagian hukum),
namun dari sisi substansi merupakan hasil kesepakatan. Fasilitator dapat memfasilitasi proses pertemuan
dengan berperan menjadi fasilitator atau moderator pertemuan.

a. Membentuk tim penyusunan SOP Pelayanan Informasi. Di dalam pembentukan tim SOP pelayanan
informasi pada prinsipnya dapat berbarengan (atau disatukan) di dalam tim penetapan PPID. Tim ini dapat
dilengkapi dengan SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang
dimaksud dengan tim ini adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah
Daerah yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat
lain yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut
didalam pembahasan penyusunan SOP Pelayanan Informasi Publik.

BUKU PEGANGAN
26 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan sekretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.

c. Melaksanakan serangkaian pertemuan. Kegiatan selanjutnya adalah melangsungkan berbagai pertemuan


secara kontinyu. Berbagai pertemuan diatur untuk membahas substansi sebagai berikut:

i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-
bahan pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim mengapa SOP pelayanan
informasi perlu ada di Pemerintah Daerah.

ii. Merumuskan kerangka isi SOP. Fasilitator mendorong peserta diskusi untuk tidak mengutamakan
pembahasan pada bagian yang menjadi konsideran rancangan regulasi ini, namun difokuskan pada
substansi yang ada pada SOP itu sendiri. Substansi SOP itu sendiri sebenarnya sudah diatur di
dalam UU KIP, PP No 10 Tahun 2010, PERKI No 1 Tahun 2010 dan Perki No 2 Tahun 2010. Panduan
substansinya sudah disampaikan pada bagian di atas. Dengan demikian, fasilitator perlu menjelaskan
kerangka substansi di atas pada peserta dan rumusan isi berdasarkan substansi yang ada dalam
regulasi. Sebelum pertemuan dilakukan, fasilitator perlu mengidentifikasi bagian mana saja di dalam
regulasi yang masuk ke dalam kerangka substansi di maksud. Hal ini akan memudahkan ketika diskusi
berlangsung.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 27
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Penyusunan Rancangan Regulasi mengenai SOP. Untuk memudahkan hasil diskusi dapat diserahkan
kepada Bagian Hukum untuk menyusun dan melengkapirancangan peraturan dengan memasukkan
substansi yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran
terlebih dahulu. Bersama tim yang ditentukan rancangan ini kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/
Humas kepada Sekda. Sekda kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui.
Proses penyampaikan dari tim penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda
perlu mempertimbangkan untuk memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan
seterusnya. Fasilitator perlu memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap
Sekda dapat menjelaskan substansi tersebut. Minimal hal yang perlu secara garis besar disampaikan
adalah:

• Mengapa perlu ada penetapan standar pelayanan informasi publik


• Struktur organisasi pelayanan informasi publik
• Penjelasan mengenai pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang
• Penjelasan mengenai standar layanan informasi serta tata cara pengelolaannya, termasuk
pengelolaan sengketa informasi

Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan kepada Sekda. Demikian
juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim penetapan menunggu tanda
tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya peraturan tersebut.

iv. Audiensi kepada DPRD. Untuk memperkuat penetapan regulasi ini fasilitator dapat mengusulkan
kepada PPID Utama atau pimpinan tim menyampaikan rancangan ini kepada DPRD. Untuk itu,
fasilitator dengan pihak terkait perlu melakukan pendekatan awal kepada DPRD melalui komisi yang
relevan. Di dalam pendekatan tersebut beberapa hal yang perlu disampaikan dan disepakati adalah:

• Maksud dan tujuan untuk menyampaikan rancangan ini kepada Komisi yang relevan sifatnya
sebagai sosialisasi
• Meminta waktu untuk audiensi kepada Komisi yang relevan dan mengusulkan agenda pertemuan
tersebut.

Saat disepakati dan dilakukan pertemuan dengan Komisi yang relevan, maka pimpinan rombongan
diharapkan dapat memimpin sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan. Tim Pemerintah Daerah
sudah menyiapkan materi yang hendak disampaikan dan juga staf yang akan menyampaikannya.
Materi yang akan disampaikan hendaknya sudah dibagikan terlebih dahulu (rancangan keputusan
kepala daerah soal SOP pelayanan Informasi) dan saat staf menyampaikan ada baiknya

BUKU PEGANGAN
28 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
menggunakan materi yang sudah siap presentasi (versi power point, misalnya). Untuk itu sudah harus
dipastikan perangkat pendukungnya seperti file, laptop dan LCD projector.

v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID standar pelayanan informasi seperti apa yang telah dirumuskan. Meskipun hal ini bukan tugas
fasilitator untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan
bagaimana menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang
direncanakan bertujuan untuk membangun pemahaman dasar substansi SOP sehingga peserta
pertemuan memahami apa peran dan fungsi mereka serta konsekuensi logis yang dihadapi di dalam
setiap tahapan pelaksanaan penyampaian informasi kepada publik. Termasuk di dalamnya adalah jika
terjadi sengketa informasi dimana staf PPID harus pula berhubungan dengan pihak di luar Pemerintah
Daerah seperti Komisi Informasi dan juga PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). Sebelum
pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan,
apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan, siapa yang akan memandu/memimpin, siapa
yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa dan kapan sudah harus siap dan dapat
didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu dipersiapkan.

Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan peraturan kepala daerah mengenai SOP ini, penjelasan mengenai
substansi pokok di dalam rancangan ini antara lain organisasi yang terkait dengan implementasi SOP,
apa saja lingkup kerja implementasi SOP ini, Tahapan seperti apa yang harus dilalui dan peran seperti
apa yang dikehendaki di setiap tahapan, serta pengelolaan sengketa informasi. Fasilitator dapat
membantu memilihkan materi inti yang akan didistribusikan di dalam undangan juga.

Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan disusun
di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah penjelasan
mengenai, maka di dalam diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan
kepada peserta satu atau dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 29
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VI. FASILITASI PENYUSUNAN DAFTAR
INFORMASI PUBLIK

1. MENGAPA DIP DIPERLUKAN?

a. Untuk memudahkan publik mengidentifikasi informasi yang dicari di satu badan publik.
b. Kewajiban setiap Badan Publik yang diamanatkan di dalam Undang-Undang dan Peraturan yang
membawahinya.

2. APA SAJA ISI DI DALAM DIP?

a. Daftar Informasi Publik adalah daftar informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau
diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
b. Setiap informasi publik di dalam daftar informasi publik setidaknya mengandung hal-hal sebagai berikut:
i. nomor
ii. ringkasan isi informasi
iii. pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi
iv. penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi
v. waktu dan tempat pembuatan informasi
vi. bentuk informasi yang tersedia.
vii. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;
c. Informasi publik yang dimasukkan di dalam daftar informasi publik adalah semua informasi yang termasuk
di dalam kategori yang telah disebutkan di atas yang meliputi BAB III yang terdiri dari Bagian Kesatu,
Kedua dan Ketiga mulai dari Pasal 11, 12 sampai Pasal 13.
d. Di dalam bagian daftar informasi publik juga disebutkan kategori informasi yang dikecualikan. Daftar
Informasi yang dikecualikan ini adalah informasi-informasi yang telah dilakukan uji konsekuensi dan

BUKU PEGANGAN
30 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
memenuhi prasyarat sesuai dengan ayat-ayat yang dijelaskan di dalam pasal 17 Undang-Undang nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

3. TAHAPAN PENYUSUNAN DIP

Untuk mengumpulkan dan menyusun daftar informasi yang ada di suatu Badan Publik diperlukan kerja tim dan
tidak hanya PPID semata, karena semua divisi, bagian, ataupun departemen umumnya menguasai informasi
yang beredar dan berkembang di wilayahnya masing-masing, sementara PPID hanya terdiri dari pejabatnya
(pimpinan), petugas informasi, petugas dokumentasi saja. Dengan demikian untuk menyusun daftar informasi
publik di suatu Badan Publik (SKPD, Unit Layanan) maka langkah fasilitasi yang diperlukan adalah sebagai
berikut:

a. Fasilitator bersama dengan PPID mengembangkan tabel sesuai dengan penjelasan yang ada di dalam
Bagian 2 (a), (b) dan (c).
b. Fasilitator bersama dengan PPID di dalam Badan Publik dimaksud mengidentifikasi dan mengundang Sub
Bidang, Bagian, Unit yang ada di dalam Badan Publik dimaksud ke dalam suatu pertemuan.
c. Untuk membangun legitimasi yang kuat, pertemuan sebaiknya mengundang pimpinan badan publik
(Kepala Dinas) termasuk membuka dan menjelaskan secara umum tujuan dan kepentingan penyusunan
daftar informasi publik.
d. Pertemuan dimaksud untuk memberi penjelasan penyusunan daftar informasi publik. PPID di dorong
untuk meminta petugas yang diundang didalam pertemuan untuk mengidentifikasi informasi apa saja yang
dapat disusun oleh masing-masing bagian/divisi/bidang. PPID menugaskan petugas di masing-masing
bidang untuk melakukan identifikasi, penyusunan dan sekaligus pendokumentasian informasi dimaksud.
Yang dimaksud dengan pendokumentasian adalah mengelompokkan informasi yang sudah terdata untuk
kemudian dikategorisasikan ke dalam kategorisasi sesuai dengan yang ada di dalam Undang-Undang.
Dokumentasi tersebut ditempatkan disatu tempat (rak atau lemari khusus) yang mudah diakses oleh
petugas.
e. Fasilitator dapat memandu masing-masing Bagian/Bidang ataupun Unit di dalam menyusun daftar
informasi publik dimaksud jika diperlukan. Semua informasi yang telah diidentifikasi dan disusun ke dalam
DIP diserahkan kepada PPID dan Atasan PPID.
f. PPID dan Atasan PPID mengidentifikasi seluruh daftar yang sudah disusun oleh masing-masing
Bagian/Bidang ataupun Unit untuk mengidentifikasi kemungkinan terdapat informasi yang dikecualikan.
Manakala terdapat potensi informasi yang dikecualikan, maka PPID dan Atasan PPID harus melakukan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 31
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
uji konsekuensi. Hasil uji konsekuensi ini kemudian melahirkan daftar informasi yang dikecualikan. Yang
dimaksud dengan informasi yang dikecualikan ini tidak semuanya dimaksudkan sebagai dokumen yang
dikecualikan, namun hanya informasi tertentu saja. Setelah dilakukan uji konsekuensi, maka Atasan PPID
perlu menyusun berita acara yang menjelaskan alasan mengapa informasi dimaksud termasuk ke dalam
kategori informasi yang dikecualikan.
g. PPID menyampaikan daftar informasi publik tersebut kepada PPID Utama dan juga ke meja informasi.
PPID Utama selanjutnya mengumpulkan seluruh daftar informasi publik yang terdiri dari informasi publik
yang berasal dari Badan Publik yang ada di dalam lingkup Pemerintah Daerah dimaksud.
h. PPID melalui petugas informasi selanjutnya mempublikasikan informasi publik yang dikategorikan
sebagai informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Sesuai dengan setandar bahwa
informasi yang wajib diumumkan secara berkala sekurang-kurangnya tercantum dalam website dan
papan pengumuman. Sedangkan informasi yang wajib diumumkan secara serta merta diumumkan melalui
media yang paling memungkinkan target masyarakat untuk mengetahui informasi tersebut sesuai dengan
kondisinya karena sifat informasi ini adalah darurat.
i. PPID perlu menyiapkan mekanisme dan alat yang sederhana dimana petugas pada bagian/bidang
atau unit yang ada di dalam Badan Publik dapat melakukan pemutakhiran informasi publiknya. Untuk
menghindari kadaluarsa dan alasan belum menguasai informasi dimaksud yang dapat menimbulkan
terjadinya sengketa informasi, pemutakhiran dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali.

BUKU PEGANGAN
32 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VII. FASILITASI PENGADAAN
MEJA INFORMASI DAN
PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA

1. MENGAPA MEJA INFORMASI DAN PERANGKAT PENDUKUNG


LAINNYA DIPERLUKAN?

a. Untuk memudahkan kerja dan proses pelayanan informasi oleh PPID


b. Untuk mendukung kepastian layanan informasi lebih mudah dan cepat diakses oleh publik

2. PERANGKAT PENDUKUNG YANG DIPERLUKAN

Perangkat minimal yang diperlukan antara lain:


• Meja dan rak informasi. Meja dimaksud adalah meja dan perangkat pendukung lainnya antara lain kursi
untuk memudahkan layanan bagi peminta informasi yang datang. Meja dapat dilengkapi dengan rak
infrormasi berisi dokumen-dokumen yang berisi daftar informasi publik yang dimiliki oleh Badan Publik
terkait, formulir-formulir yang dibutuhkan dan buku-buku catatan lain yang diperlukan. Tata letak meja dan
rak informasi dapat didesain sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan bagi orang yang hendak
meminta informasi. Misalnya layaknya front office sebuah kantor layanan jasa yang mengutamakan
kenyamanan pelanggan.
• Komputer. Komputer yang diperlukan minimal adalah (1) komputeryang berisikan basis data yang
memudahkan petugas melacak keberadaan data dan informasi dimaksud berada dimana. Komputer
ini dapat terdiri dari dua jenis, satu yang berada di internal kantor PPID yang dapat diakses untuk
memasukkan, memperbaiki dan memutakhirkan data serta informasi dan komputer sejenis yang hanya
dapat menjadi tampilan bagi publik untuk mencari data dan informasi dimaksud. Kedua jenis komputer tadi
harus terhubung minimal dengan LAN (jaringan untuk area local); (2) komputer yang berisikan formulir dan
segala bentuk dokumen pencatatan yang dilakukan oleh petugas di kantor depan (front office).
• Buku pencatatan. Dalam hal SKPD maupun Pemerintah Daerah mengalami kesulitan pendanaan bagi
pengadaan komputer baru sementara komputer yang ada sudah mengalami overloaded (kelebihan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 33
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
kapasitas di dalam penyimpanan data dan penggunaannya), maka sementara proses pencatatan dan
pendokumentasian dapat dilakukan menggunakan buku pencatatan. Fungsi buku-buku tersebut sementara
dapat menggantikan fungsi komputer.
• Papan informasi alur dan mekanisme pengajuan permintaan informasi. Informasi yang terdapat di
papan ini berisikan alur dan tahapan saat publik mengakses informasi dan proses internal yang terjadi,
lama setiap tahapan, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap tahapan tersebut. Intinya
adalah papan tersebut memberikan penjelasan yang memudahkan publik yang datang mencari informasi.
• Papan petunjuk (sign board) dimana kantor PPID berada. Publik yang mencari informasi belum tentu
mengenal kompleks perkantoran Pemda dan dimana letak kantor SKPD masing-masing. Oleh karenanya
penting untuk memberi petunjuk kepada publik dimana kantor PPID sector A, B, C dan seterusnya.
• Situs web (web site). Saat ini hampir semua Pemerintah Daerah, bahkan setiap SKPD di Pemda tersebut
memiliki website tersendiri. Website bisa beragam jenisnya, mulai dari website berbayar atau gratis
(dikenal dengan free blog), dinamic atau static (dapat dimutakhirkan atau tidak), interactive atau tidak
(dapat dilakukan diskusi dengan pengunjung/visitor) dan sebagainya. Umumnya website yang dimiliki
oleh Pemda adalah bersifat dynamic, namun jarang sekali dilakukan pemutakhiran.Untuk mengantisipasi
implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi, Pemerintah Daerah harus menyiapkan website
yang minimal bersifat dynamic dan selalu diperhatikan untuk melakukan pemutakhiran pada periode-
periode tertentu. Hal ini terkait dengan adanya kewajiban pemutakhiran data dan informasi yang
diamanahkan di dalam Undang-Undang maupun Peraturan di bawahnya.
• Papan informasi yang disebarkan di tempat publik. Tidak ada petunjuk maupun keharusan untuk
menyediakan papan informasi di tempat publik. Namun bagi daerah yang masyarakatnya masih belum
banyak memanfaatkan internet didalam kesehariannya, papan informasi menjadi penting keberadaannya.
Papan informasi ini berfungsi menyediakan informasi layaknya informasi yang disebarkan melalui
website. Jumlahnya sangat tergantung pada distribusi dan keluasan wilayahnya. Papan informasi dapat
ditempatkan di kantor kecamatan, kantor kelurahan ataupun tempat publik lainnya. Yang tidak kalah
penting adalah SKPD atau PPID harus menetapkan informasi apa yang ingin ditempatkan di dalam papan
informasi dan bagaimana proses pemutakhiran dilakukan.

3. BAGAIMANA MEMASTIKAN PERANGKAT PENDUKUNG


TERSEDIA?

Salah satu keraguan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah saat memulai menginisiasi keberadaan PPID
adalah keraguan mendapatkan sumber pendanaan bagi perangkat pendukung yang dibutuhkan seperti

BUKU PEGANGAN
34 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
yang diuraikan di atas. Namun dari penjelasan di atas, dapat dihitung bahwa jumlah kebutuhan dana
bagi pengadaan perangkat pendukung bersifat relative sekali. Untuk mendapatkan perangkat pendukung
yang memadahi, fasilitator perlu mendorong Pemerintah Daerah untuk memperhitungkan hal ini dalam
penganggaran daerah. Masalah pendanaan ini seringkali terlambat, pada saat PPID disahkan ternyata kerja-
kerja PPID maupun kebutuhan perangkat pendukung belum diperhitungkan dalam penganggaran daerah. Oleh
karena itu pada saat pembahasan rencana awal SK PPID maupun SOP perlu juga segera memperhitungkan
penyusunan penganggaran untuk pelaksanaannya.

SKPD atau Pemerintah Daerah harus menyusun semacam rencana pengadaan infrastruktur informasi dan
basis data (semacam rencana induk/master plan untuk infrastruktur informasi dan basis data ) terlebih dahulu.
Penyusunan tersebut dapat dibuat untuk setahun, dua tahun atau bahkan lebih lama lagi. Penyusunan tersebut
harus cukup realistis terkait dengan pengembangan system yang dikembangkan untuk mengantisipasi peran
PPID yang semakin kompleks ke depannya. Rencana pengadaan ini dapat dilakukan secara tersentralisasi di
PPID Utama (Humas) atau di masing-masing SKPD. Namun karena umumnya Pemda belum mengantisipasi
penetapan dan operasionalisasi PPID dalam perencanaan tahun sebelumnya, pengadaan baru dapat
dilakukan secara terbatas pada perubahan anggaran tahun berjalan. Meskipun demikian, di dalam rencana
tersebut harus dipastikan pengadaan berikutnya untuk melengkapi sarana dan prasarana guna memastikan
keberadaan sarana dan prasarana pendukung tersedia.

4. TAHAPAN FASILITASI KETERSEDIAAN MEJA INFORMASI DAN


SARANA PENDUKUNG LAINNYA

a. Fasilitator mendorong SKPD untuk menyusun rencana pengadaan sarana dan prasarana. Bilamana
perlu fasilitator terlibat aktif membahas kebutuhan tersebut berdasarkan daftar kebutuhan yang telah
dijelaskan di atas.
b. Mendorong SKPD terkait atau HUMAS membahas kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana informasi
dan basis data pada tahun berjalan dapat terpenuhi.
c. Mendorong SKPD terkait membahas kebutuhan sarana dan prasarana informasi dan basis data tahun
berikutnya dibahas di dalam pembahasan anggaran.
d. Memfasilitasi pengembangan kapasitas Petugas Meja Informasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 35
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VIII. FASILITASI WARGA
MENGAKSES INFORMASI

1. MENGAPA WARGA PERLU MENGAKSES INFORMASI PUBLIK?

Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong kelahirannya
oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi publik. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
publik yang mereka butuhkan, apapun jenis informasinya.

Di dalam Undang-Undang tersebut banyak diatur mengenai apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah
(Badan Publik) untuk memastikan penyediaan informasi publik oleh mereka berjalan dengan baik dan dapat
sepenuhnya memberi layanan bagaimana informasi itu dapat diakses dan diterima oleh warga masyarakat.
Sebagai penyedia informasi, Undang-Undang beserta turunan regulasinya mengatur benar apa dan
bagaimana penyedia informasi harus menyiapkan diri dengan berbagai prasyarat dan mekanisme, sehingga
memudahkan warga masyarakat mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya.

Saat ini tidak banyak warga masyarakat yang mengetahui bahwa hak masyarakat untuk tahu sudah diatur dan
diwujudkan di dalam Undang-Undang dan regulasi turunannya. Dan juga, kewajiban Badan Publik – termasuk
Pemerintah Daerah – untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat. Akibat ketidaktahuan
masyarakat soal hak ini juga menjadi salah satu keengganan Pemerintah atau Badan Publik untuk menyiapkan
diri menetapkan struktur organisasi di internal badan publik, menetapkan mekanisme serta menyiapkan orang-
orang dan a basis data informasi publik di lembaganya, selain berbagai alasan lain yang sering mengemuka.

Oleh karenanya, warga perlu juga didorong tidak sekedar mengetahui adanya undang-undang tersebut,
tetapi juga bagaimana mengakses informasi dari badan publik sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya
masing-masing.

BUKU PEGANGAN
36 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. SIAPA SAJA YANG PERLU DIFASILITASI?

Dalam bagian ini, yang menjadi sasaran adalah warga masyarakat atau stakeholder yang menjadi mitra kerja
Kinerja. Yang dimaksud warga masyarakat di dalam konteks Kinerja adalah mereka-mereka yang tengah
terlibat di dalam proses advokasi pada bidang-bidang tertentu, misalnya kesehatan, pendidikan ataupun
peningkatan iklim usaha.

Dengan demikian jika diidentifikasi siapa saja yang perlu difasilitasi untuk mengakses informasi ke badan
publik terkait adalah mereka yang tengah difasilitasi oleh mitra Kinerja di bidang-bidang yang telah disebutkan
di atas (kesehatan, pendidikan dan juga peningkatan iklim usaha).

Untuk Pendidikan antara lain:

a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait pendidikan seperti advokasi regulasi daerah, pemantauan
regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor pendidikan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada tingkat sekolah (SD dan SMP), termasuk
di dalamnya adalah orang tua murid, komite sekolah, guru dan tokoh-tokoh di sekitar sekolah yang terlibat.

Untuk kesehatan antara lain:

a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait kesehatan ibu dan anak seperti untuk kepentingan advokasi
regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan, kebutuhan
informasi bagi promosi kebijakan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor kesehatan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada skala kecamatan dimana puskesmas
yang didukung Kinerja berada, termasuk di dalamnya adalah ibu, suami siaga, ibu hamil, pasien, kader
posyandu, dukun, LSM Peduli, Tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lain yang berada di sekitar Puskesmas
yang terlibat.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 37
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Untuk perijinan/peningkatan iklim usaha antara lain:

a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak/PPD (public private dialogue) pada tingkat Kabupaten
yang dikembangkan atau diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait perijinan seperti untuk kepentingan
advokasi regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut SOP pelayanan perijinan,
kebutuhan pendanaan bagi promosi keberadaan PTSP (pelayanan terpadu satu pintu) dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sector perijinan di dalam program Kinerja.

3. HAL APA SAJA YANG DIPERLUKAN?

Untuk memastikan warga masyarakat dapat mengakses informasi dari Badan Publik diperlukan paling tidak
tiga hal yakni:

a. Warga/Masyarakat mengetahui kebutuhan informasi yang berasal dari Badan Publik.


b. Warga/Masyarakat mengetahui kemana dan bagaimana cara mengakses informasi publik.
c. Badan Publik telah siap melayani permintaan informasi yang berasal dari warga masyarakat.

Khusus untuk point (C) sudah dijelaskan di dalam panduan di atas bagaimana Badan Publik siap melayani
masyarakat untuk mengakses informasi. Sehingga fokus pembahasan bagian ini ada pada dua point di
atasnya yakni (a) dan (b).

Bagaimana warga/masyarakat dapat mengetahui informasi apa yang dibutuhkan?


Umumnya pengakses informasi publik selama ini adalah lembaga atau individu yang tengah melakukan riset,
lembaga atau individu yang memiliki keterkaitan dengan program pemerintah, misalnya perusahaan kontraktor
atau konsultan mencari informasi terkait pengadaaan, proses pengadaan dan sebagainya,ataupun LSM yang
mencari informasi untuk kepentingan advokasi bagi kasus/isu tertentu, atau ingin melakukan uji akses terhadap
informasi yang ada di SKPD terkait. Untuk kelompok ini umumnya mereka telah memahami informasi dan jenis
informasi yang dibutuhkan.

Namun bagi warga lainnya, terkadang masih tidak jelas informasi apa yang ingin dicari. Bukannya mereka
tidak mengetahui apa yang dibutuhkan, namun ada beberapa hal yang menjadi latar belakang persoalan
tersebut. Antara lain karena perbedaan istilah dan terminology atas informasi tersebut, ketidaktahuan harus

BUKU PEGANGAN
38 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mencari dimana, “ketidakberanian” datang ke kantor pemerintah/badan publik, dan banyak hal lain yang
menyebabkan mereka tidak dapat mengakses informasi. Memberi pemahaman kepada mereka tentang
informasi yang dibutuhkan serta memberi petunjuk kemana informasi harus dicari merupakan bentuk fasilitasi
yang dapat dilakukan.

Bagaimana warga/masyarakat mengetahui bagaimana mengakses informasi?


Di dalam advokasi yang tengah dilakukan sering ada kebutuhan data dan informasi dari kelompok-kelompok
yang tengah difasilitasi oleh Kinerja. Namun kebutuhan itu terkadang mudah terpenuhi karena di dalam forum
multipihak terdapat perwakilan SKPD yang mudah memberikan informasi dimaksud. Namun jika tidak ada –
atau perwakilan SKPD tidak terlibat –maka diperlukan upaya tertentu untuk mendapatkan informasi dari SKPD
atau unit pelayanan dimaksud. Pengalaman sebelum UU Keterbukaan Informasi Publik diberlakukan, hal ini
tidak terlalu mudah diakses. Namun setelah diberlakukan UU bahkan setelah ditetapkannya PPID di masing-
masing Pemerintah Daerah seharusnya informasi tidak lagi sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, fasilitator
perlu menjelaskan kepada warga/masyarakat yang tergabung di dalam forum multipihak bagaimana informasi
publik diakses.

4. LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN?

Untuk memastikan kedua hal tersebut di atas terfasilitasi, maka fasilitator dapat melakukan intervensi
sebagai berikut:

a. Fasilitator perlu menjelaskan sebelumnya kepada mitra pelaksana sektor tentang maksud dan tujuan
keterlibatan fasilitator di dalam pertemuan-pertemuan multipihak. Adapun tujuan keterlibatan di dalam
pertemuan untuk membantu warga/forum tersebut dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan
di dalam rangka melakukan advokasi.

b. Fasilitator menyiapkan materi yang hendak disampaikan di dalam forum tersebut. Materi dapat berupa
materi dengan template presentasi di dalam laptop, ataupun materi sederhana yang disusun di dalam
kertas plano dengan menuliskan melalui spidol. Materi terdiri paling tidak adalah:

i. Paradigma keterbukaan informasi publik dan hak publik untuk tahu


ii. Badan publik dan siapa serta apa peran PPID
iii. Kategori informasi yang disediakan badan publik, termasuk informasi yang dikecualikan dan
penyediaannya melalui mekanisme apa saja.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 39
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Alur mendapatkan informasi dari Badan Publik
v. Bagaimana jika permintaan ditolak dan menyatakan keberatan

c. Fasilitator perlu melibatkan diri di dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh Mitra pelaksana
sektor (Pendidikan, Kesehatan ataupun perijinan). Fasilitator perlu memastikan kepada mitra pelaksana
sektor bahwa salah satu agenda di dalam pertemuan adalah kesempatan fasilitator menjelaskan mengenai
isu keterbukaan informasi publik dan bagaimana mengakses informasi kepada badan publik.

d. Di dalam penjelasannya, fasilitator selain menyampaikan materi yang sudah disiapkan, mendorong forum
(yang diwakili oleh pihak-pihak tertentu) untuk meminta informasi ke badan publik terkait sesuai dengan
kebutuhan forum didalam pembahasannya. Fasilitator perlu memberi contoh kebutuhan melalui simulasi
atau menanyakan kepada forum apakah didalam proses advokasi membutuhkan informasi yang berasal
dari badan publik tertentu. Pandu forum dengan pertanyaan-pertanyaan yang memberi pemahaman
mengenai kebutuhan informasi tersebut.

e. Pada tahap selanjutnya, fasilitator juga perlu memberikan gambaran bagaimana alur yang akan dilalui oleh
pemohon informasi, apa kewajiban yang harus dipenuhi dan apa hak yang akan didapatnya. Fasilitator
juga perlu mengajarkan apa saja yang perlu disiapkan atau dilakukan oleh pemohon untuk melengkapi
persyaratan permohonan sesuai dengan standar, misalnya bagaimana mengisi formulir permohonan,
memastikan untuk mendapatkan tanda terima permohonan, dan bagaimana memonitor permohonan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

f. Tahap akhir di dalam sesi tersebut sebaiknya ada rencana konkrit untuk melakukan permintaan informasi
oleh forum (yang diwakili oleh kelompok tertentu didalam pertemuan tersebut) kepada badan publik
terkait dirumuskan. Rencana konkrit tersebut disusun secara sederhana saja, yakni siapa yang akan
melakukannya, kemana permintaan informasi akan ditujukan (badan publik), apa jenis informasi yang akan
ditanyakan, dan kapan kegiatan tersebut akan dilakukankan. Fasilitator perlu menjelaskan dan menyiapkan
hal-hal teknis terkait dimana kantor badan publik/SKPD tersebut berada, kepada siapa mereka akan
bertemu, apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan petugas dan lain sebagainya.

g. Fasilitator pada sesi berikutnya, juga dapat menjelaskan kepada forum Multistakeholder bagaimana
seandainya permintaan informasi ditolak oleh PPID dan langkah-langkah apa yang harus dijalankan oleh
pemohon informasi (penjelasan alur dan langkah pelaksanaan sengeketa informasi dapat merujuk kepada
PERKI No 2 Tahun 2010).

BUKU PEGANGAN
40 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di
CD terlampir.

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENGENALAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 46


I.1. Arti Penting Keterbukaan Informasi 46
I.2. Sejarah Keterbukaan Informasi di Indonesia 47
I.3. Prinsip-Prinsip Umum Keterbukaan Informasi 48
I.4. Jaminan Hukum Keterbukaan 51
I.5. Pemohon & Pengguna Informasi 60
I.6. Badan Publik 63

BAB II MELAKSANAKAN KETERBUKAAN INFORMASI 78


II.1. Prasyarat Umum Pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik 78
II.2. Regulasi 83
II.3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) 84
II.4. Standar Operasional Prosedur (SOP) 94
II.5. Sarana dan Prasarana 99
II.6. Tahapan Pembentukan PPID 101

BAB III KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK 120


III.1. Pentingnya Kategorisasi Informasi Publik 120
III.2. Informasi Publik yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala 121

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 41
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III.3. Informasi Publik yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta 123
III.4. Informasi Publik yang Wajib Tersedia Setiap Saat 125
III.5. Informasi Publik yang Dikecualikan/Rahasia 126

BAB IV STANDAR DAN MEKANISME PELAYANAN INFORMASI 142


IV.1. Layanan Informasi Sebagai Bagian Dari Pengelolaan Informasi Publik 142
IV.2. Layanan Informasi Melalui Pengumuman Informasi 146
IV.3. Layanan Informasi Melalui Permohonan Informasi 147

BAB V PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK 164


V.1. Makna Penyelesaian Sengketa Informasi 164
V.2. Alasan Terjadinya Sengketa Informasi 165
V.3. Tahapan dan Lembaga Penyelesaian Sengketa Informasi 163
V.4. Optimalisasi Fungsi Ppid Dalam Pengelolaan Pengaduan atau Keluhan Atas 178
Pelayanan Publik

DAFTAR PUSTAKA 200

BUKU PEGANGAN
42 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media
dan Bahan Promosi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 43
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran B
Uraian Substansi

BUKU PEGANGAN
44 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Pengenalan

1
Keterbukaan
Informasi Publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 45
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I I.1. ARTI PENTING
KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
Pengenalan Keterbukaan informasi publik berangkat dari prinsip

Keterbukaan bahwa “informasi yang dikelola oleh Badan Publik


merupakan sumber daya milik publik dan akses

Informasi terhadap sumber daya berupa informasi tersebut


akan mendorong transparansi dan akuntabilitas

Publik Badan Publik yang mengelola informasi”


(Transparency International). Menjamin keterbukaan
informasi publik dalam sebuah Undang-undang
berarti memastikan bahwa pemerintah semakin
terbuka dan akuntabel (demokratis).
........
akses terhadap Pemerintah dikatakan demokratis apabila setiap
sumber daya berupa mengambil keputusan yang menyangkut hajat
informasi tersebut hidup orang banyak (publik) selalu dilakukan secara
akan mendorong terbuka dan melibatkan masyarakat yang akan
transparansi dan terkena dampak dari keputusan tersebut. Oleh
akuntabilitas karena itu, pemerintah yang demokratis menjamin

Badan Publik ketersediaan informasi publik dan akses terhadap


....... informasi publik tersebut karena menyadari hanya
dengan bekal informasi yang cukuplah masyarakat
dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Pada umumnya, ketika pemerintahan dilakukan


secara terbuka dan pelibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan diakui, maka kualitas
hidup masyarakat pun menjadi lebih baik. Hal
ini dikarenakan masyarakat pada dasarnya tahu
prioritas hidupnya, yaitu terpenuhinya kebutuhan
dasar seperti kesehatan, kecukupan air bersih dan
pangan, serta pendidikan.Dengan adanya akses

BUKU PEGANGAN
46 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi yang cukup tentang hal-hal tersebut membandingkan apakah pelaksanaan telah
maka otomatis masyarakat dapat mengakses sesuai dengan perencanaan, apakah dana yang
fasilitas kesehatan, air bersih dan pangan, serta dibelanjakan sesuai dengan yang direncanakan, dan
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Di seterusnya.
sisi lain, pemerintah dapat meminta masukan dari
masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut
untuk memperbaiki mutu pelayanannya. Di banyak I.2. SEJARAH
negara, akses informasi publik memang digunakan
KETERBUKAAN
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan
hak-hak dasar dan kebutuhan masyarakat.
INFORMASI DI
INDONESIA
Keterbukaan informasi publik juga merupakan
sarana yang penting untuk membangun Wacana tentang keterbukaan informasi telah
kepercayaan antara pemerintah dengan muncul sejak lama di Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat. Ketersediaan informasi publik dan perjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM).
akses terhadap informasi publik akan meningkatkan Adalah sekelompok masyarakat sipil yang memiliki
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. kepedulian dalam isu penegakan HAM, perlindungan
Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tentunya lingkungan, penegakan hukum, dan pemberantasan
akan menciptakan suasana aman dan damai yang korupsi yang memulai memunculkan wacana
menjadi modal penting bagi pemerintah melakukan tersebut. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran
tugas-tugasnya dengan efektif dan efisien. Situasi di HAM, pencemaran lingkungan, pelanggaran
atas merupakan modal penting dalam melaksanakan hukum dan korupsilah yang membuat mereka pada
pembangunan. akhirnya sadar bahwa hanya dengan keterbukaan
informasilah berbagai pelanggaran tersebut dapat
Lebih jauh lagi, keterbukaan informasi publik ditelusuri, dimintai pertanggungjawaban, dihentikan
merupakan prasyarat utama dalam upaya ataupun dicegah.
pemberantasan korupsi. Korupsi dapat tumbuh
menjamur dalam pemerintahan yang tertutup. Pada akhir tahun 90-an, sekelompok masyarakat
Keterbukaan informasi ibarat disinfektan yang sipil tersebut mulai membangun koalisi untuk
dapat membunuh jamur yang sedang tumbuh mendorong isu keterbukaan informasi menjadi
tersebut. Dengan keterbukaan informasi agenda bersama antara masyarakat sipil dan
publik, masyarakat dapat mengawasi jalannya pemerintah.Koalisi yang kemudian dinamakan
pemerintahan sejak tahap perencanaan hingga Koalisi Kebebasan Informasi (KKI) mengawali
pelaksanaannya; mengetahui berapa besar alokasi upayanya dengan menyusun Rancangan Undang-
dana yang direncanakan dan yang dibelanjakan, undang tentang Kebebasan Memperoleh Informasi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 47
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

– RUU KMI (nama ini diterjemahkan dari Freedom beberapa Pemerintah Daerah telah memiliki
of Information Act – FOIA, nama yang biasa Peraturan Daerah (Perda) tentang Transparansi
digunakan oleh negara lain yang sudah memiliki yang memiliki semangat dan mengatur susbtansi
Undang-undang tentang keterbukaan informasi. yang sama dengan UU KIP. Sebagai contoh, Tahun
Dalam perjalanannya, nama RUU berubah 2002 Kota Gorontalo mengeluarkan Perda tentang
menjadi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
– RUU KMIP). Koalisi kemudian menyampaikan Gorontalo. Inisiatif ini diikuti oleh beberapa Pemda
Rancangan Undang-undang tersebut kepada DPR lain seperti Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lebak,
RI pada tahun 2001, dengan harapan DPR RI dll. Dengan berlakunya UU KIP dan beberapa
dapat mengadopsinya sebagai RUU Usul Inisiatif peraturan pelaksananya, inisiatif Pemda ini tentunya
DPR.Beberapa anggota DPR RI pada waktu itu harus diselaraskan dengan peraturan di tingkat
menyambut baik usulan Koalisi dan bersama-sama nasional.Sedangkan Pemda yang belum memiliki
dengan Koalisi menggalang dukungan di dalam Peraturan Daerah dapat mengikuti Peraturan
DPR. yang berlaku di tingkat nasional. Namun apabila
membutuhkan peraturan teknis dalam lingkup
Setelah melalui upaya advokasi yang cukup intensif, Pemda, maka Pemda dapat menyusun peraturan
DPR RI akhirnya mengadopsi Rancangan Undang- tersebut.
undang dari Koalisi menjadi RUU Usul Inisiatif
DPR pada tahun 2003.Sejak saat itu, RUU KMI
dibahas oleh DPR RI. Pembahasan RUU cukup alot
mengingat substansi yang diatur akan mengubah I.3. PRINSIP-PRINSIP
secara radikal paradigma tata kelola pemerintahan,
UMUM KETERBUKAAN
dari tertutup menjadi terbuka. Hingga akhir masa
jabatan DPR RI periode 1999-2004 pembahasan
INFORMASI
tentang RUU ini belum selesai.Pembahasan
kemudian dilanjutkan oleh DPR RI periode Keterbukaan informasi merupakan isu global
selanjutnya.Hingga pada akhirnya, pada bulan yang terus-menerus didorong untuk mewujudkan
April 2008 DPR mengesahkan RUU yang awalnya pemerintahan yang demokratis. Secara umum
disusun oleh masyarakat sipil menjadi Undang- ada beberapa prinsip agar tujuan tersebut dapat
undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). tercapai, meskipun implementasinya sangat
bergantung pada konteks masing-masing negara.
Sejarah membuktikan bahwa sikap progresif dan Article 19, sebuah organisasi non-pemerintah yang
reformis tidak hanya berasal dari masyarakat. aktif bergerak di bidang kebebasan informasi dan
Pemerintah Daerah pun juga memiliki semangat berbasis di London, Inggris, mencatat beberapa
yang sama. Jauh sebelum UU KIP diundangkan, prinsip dasar keterbukaan informasi publik sebagai
berikut:

BUKU PEGANGAN
48 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Informasi harus dibuka seluas-luasnya sistemsistem pengelolaan dan pelayanan
informasi serta mengembangkan kapasitasnya
Informasi yang dikelola oleh badan publik untukmelayani permintaan informasi. Di sisi
harus dibuka seluas-luasnya dan hanya dapat lain, pemerintah juga harus meningkatkan
dikecualikan dalam situas-situasi tertentu dan kesadaran masyarakat akan hak mereka untuk
bersifat terbatas. Sebagai konsekuensi, setiap mendapatkan informasi. Caranya, antara lain
orang berhak untuk mendapatkan informasi- dengan mendayagunakan berbagai media
informasi tersebut. Setiap permintaan informasi komunikasi yang ada, seperti surat kabar, radio,
seharusnya tidak perlu disertai dengan alasan televisi, dll.
permintaan. Sebaliknya, badan publik yang
menyelenggarakan pengelolaan informasi 4. Lingkup pengecualian yang terbatas
harus dapat menunjukan bahwa mereka telah
menggunakan kriteria obyektif ketika menolak Setiap informasi adalah bersifat terbuka
permintaan informasi. dan dapat diakses, kecuali informasi yang
dikategorikan sebagai informasi rahasia. Oleh
2. Informasi wajib disebarluaskan karena itu, badan publik pengelola informasi
yang akan menolak permintaan informasi harus
Keterbukaan informasi tidak hanya berarti melakukan uji tiga tahap:
bahwa badan publik wajib memenuhi
permintaan informasi. Namun, ia juga wajib i. Pengecualian informasi dibenarkan oleh
menyebarluaskan informasi secara proaktif, peraturan perundang-undangan; rincian
meskipun tidak didahului dengan permintaan tentang informasi yang dapat dibuka atau
sekalipun. Untuk itu badan publik wajib untuk ditutup harus tercantum dalam peraturan
mengidentifikasi dan mengklasifikasi informasi perundang-undangan. Pengecualian
apa saja yang masuk kategori informasi proaktif. sebaiknya didasarkan pada isinya (substansi
informasi), bukan jenis dokumennya.
3. Menegakkan pemerintahan terbuka Pengecualian juga harus dibatasi dengan
waktu yang memadai (tidak permanen).
Menegakkan pemerintahan terbuka tidak Misalnya, informasi yang apabila dibuka
cukup dengan membuat Undang-undang pada satu ketika membahayakan
tentang Keterbukaan Informasi Publik dan pertahanan nasional, tidak akan berbahaya
peraturan-peraturan tertulis lainnya.Pemerintah apabila dibuka 20 tahun kemudian.
harus memastikan bahwa aturan tersebut ii. Penolakan informasi telah melalui uji
dijalankan. Konsekuensinya, pemerintah harus konsekuensi bahaya, yaitu apabila dibuka
menyediakan dana yang cukup, membangun justru membahayakan kepentingan publik
(consequenstial harm test)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 49
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

iii. Penolakan didasarkan pada uji kepentingan pribadi atau komersial lebih mahal
kepentingan, yaitu bahaya yang timbul dibandingkan dengan informasi yang akan
akibat dibukanya informasi tersebut digunakan untuk publik.
lebih besar daripada kepentingan untuk
mendapatkan informasi (balancing publik 7. Pertemuan terbuka
interest test)
Keterbukaan informasi tidak hanya
5. Akses yang mudah berkaitan dengan hak untuk mengakses
dokumen-dokumen, namun juga menghadiri
Badan publik wajib untuk membangun sistem pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
pengelolaan dan pelayanan informasi yang pemerintah dalam mengambil keputusan
mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, yang bersifat publik, misalnya pertemuan
badan publik juga harus membangun sistem yang diselenggarakan oleh DPR yang akan
penyelesaian sengketa informasi yang juga membahas anggaran. Untuk itu, badan publik
mudah diakses dan prosedur yang digunakan juga harus mendefinisikan pertemuan terbuka
cukup sederhana. dan tertutup dan membuat “aturan main” kapan
suatu pertemuan terbuka dan kapan dapat
6. Biaya yang terjangkau tertutup, dengan kriteria obyektif yang jelas dan
dituangkan dalam bentuk peraturan resmi.
Biaya untuk mendapatkan informasi harus
ditetapkan sesuai dengan kemampuan 8. Mengedepankan keterbukaan
masyarakat. Jangan sampai biaya yang
dibebankan terlalu mahal sehingga membuat Undang- undang yang mengatur tentang
masyarakat enggan untuk meminta informasi. keterbukaan informasi sebaiknya dijadikan
Dalam jangka panjang, keuntungan yang acuan untuk mengatur segala hal terkait
diperoleh dengan memberikan informasi lebih informasi dan akses informasi.Oleh karena itu,
banyak daripada menutup informasi. Dengan peraturan perundang-undangan lain seharusnya
terbukanya akses informasi, masyarakat diselaraskan dengan prinsip-prinsip keterbukaan
dapat turut serta melakukan pengawasan informasi. Selain itu, pejabat yang memiliki
sehingga kebocoran anggaran di badan- itikad baik untuk membuka informasi dilindungi
badan publik dapat dihindari. Pemerintah dari sanksi, apabila informasi yang dibuka tidak
perlu mempertimbangkan penerapan sistem tergolong sebagai informasi yang dikecualikan.
tarif berjenjang, misalnya tarif informasi untuk Hal ini perlu dipertimbangkan untuk diberlakukan

BUKU PEGANGAN
50 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
agar dapat mendobrak “budaya” ketertutupan 1. A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
yang masih mengakar pada birokrasi. REPUBLIK INDONESIA 1945

9. Perlindungan bagi “peniup peluit” Akses informasi merupakan bagian dari


(whistle blower) hak asasi manusia (HAM) yang dijamin
dan dilindungi oleh konstitusi (UUD 1945).
Setiap orang yang beritikad baik Perubahan Kedua UU 1945 Pasal 28F
mengungkapkan terjadinya pelanggaran menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak
hukum harus dilindungi dari sanksi hukum untuk berkomunikasi dan memperoleh
maupun administratif, meskipun informasi yang informasi untuk mengembangkan pribadi
diungkapkan tersebut masuk di dalam kategori dan lingkungan sosialnya, serta berhak
informasi yang dirahasiakan. Oleh karena itu, untuk mencari, memiliki, menyimpan,
peraturan tentang keterbukaan informasi harus mengolah, dan menyampaikan informasi
dilaksanakan sejalan dengan peraturan tentang dengan menggunakan segala jenis saluran
perlindungan bagi si “peniup peluit”. yang tersedia.”

Jaminan konstitusional ini harus dijabarkan


lebih lanjut dalam peraturan perundang-
I.4. JAMINAN HUKUM undangan yang sifatnya operasional agar

KETERBUKAAN tidak sekedar menjadi moral rights, tetapi


juga menjadi positive rights dan exercise of
INFORMASI
rights (Muhamad Yasin, 2007). Oleh karena
itu, pemerintah menjabarkan jaminan hak
tersebut dalam UU HAM (UU No. 39 Tahun
1. JAMINAN HUKUM UMUM
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 14)
dan UU KIP (UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Jaminan hukum keterbukaan informasi di
Keterbukaan Informasi Publik).
Indonesia sangat kuat. UUD 1945 sebagai dasar
hukum tertinggi menjamin hak setiap orang
1.B. UNDANG – UNDANG NOMOR 14 TAHUN
untuk mendapatkan informasi. Hal ini berarti
2008 TENTANG KETERBUKAAN
negara wajib memenuhi hak tersebut. Jaminan
INFORMASI PUBLIK (UU KIP)
tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
peraturan perundang-undangan di bawahnya,
UU KIP tidak hanya menjamin hak atas
mulai dari Undang-undang, Peraturan Komisi
informasi (hak atas substansi/substantive
Informasi, Peraturan Menteri, hingga Peraturan
rights) tetapi juga menjamin hak akses
Daerah dan regulasi lain pada tingkat daerah.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 51
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

informasi (hak atas prosedur/procedural dirahasiakan oleh pengelola informasi.


rights). Beberapa pokok pikiran yang Namun, pengecualian informasi tersebut
terkandung dalam UU KIP adalah: harus dilakukan secara obyektif, teliti
dan cermat, yaitu melalui uji konsekuensi
• Setiap badan publik wajib menjamin bahaya (consequential harm test) dan uji
keterbukaan informasi publik. UU KIP kepentingan publik (consequential harm
mengatur tentang pihak-pihak yang dikenai test).
kewajiban (duty bearers) untuk memenuhi
hak masyarakat atas informasi dan atas Uji konsekuensi bahaya adalah pengujian
akses informasi, yaitu badan publik. UU KIP oleh Badan Publik (dalam hal ini Pejabat
mendefinisikan badan publik berdasarkan Pengelola Informasi dan Dokumentasi -
sumber pendanaannya, yaitu badan yang PPID) atas kemungkinan bahaya yang
mendapatkan sumber pendanaan dari publik muncul sebagai konsekuensi dari dibukanya
(masyarakat). suatu informasi publik. Sedangkan uji
kepentingan publik adalah pengujian
• Setiap informasi publik bersifat yang dilakukan oleh Badan Publik
terbuka dan dapat diakses oleh publik. untuk menimbang apakah kepentingan
Pengelolaan negara diselenggarakan oleh masyarakat menghendaki suatu informasi
pemerintah, untuk kepentingan publik dan untuk dibuka atau ditutup. Apabila
dengan menggunakan danapublik. Oleh kepentingan masyarakat yang lebih luas
karena itu, maka setiap informasi yang menghendaki suatu informasi dibuka,
terkait dengan penyelenggaraan negara walaupun sebenarnya informasi tersebut
pada dasarnya adalah terbuka dan harus termasuk kategori rahasia, maka Badan
dapat diakses oleh publik. Publik wajib membuka informasi tersebut,
dan sebaliknya.
• Informasi publik yang dikecualikan
bersifat ketat, terbatas, tidak mutlak/ • Informasi harus dapat diakses secara
tidak permanen. Meskipun pada dasarnya cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan
setiap informasi publik bersifat terbuka cara sederhana. Jaminan bahwa hak
dan dapat diakses, namun dalam praktek atas informasi adalah hak setiap orang
tidak semua informasi dapat dibuka. Ada telah banyak diatur dalam UU lain, namun
informasi-informasi tertentu yang apabila jaminan akan “hak akses informasi” tidak
dibuka justru dapat menimbulkan kerugian diatur dalam berbagai UU tersebut. UU
atau membahayakan kepentingan publik. KIP meletakan dasar bagi jaminan hak
Oleh karena itu, UU KIP juga menjamin akses informasi, yaitu setiap orang harus
adanya informasi-informasi yang dapat dapat mengakses informasi dengan cepat,

BUKU PEGANGAN
52 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
tepat waktu, biaya ringan dan caranya perbedaan tafsir atas keberadaan informasi
sederhana. Sebagai konsekuensinya, dimaksud. UU KIP mengantisipasi kondisi
pengelola informasi (badan publik) harus ini dengan menyediakan jaminan hukum
dapat memenuhi hak akses tersebut dengan tentang penyelesaian sengketa informasi
menyediakan membangun sistemsistem yang harus dilakukan secara cepat dan
yang dapat mendukung pelayanan informasi murah dan dilakukan oleh pihak yang
yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan kompeten dan independen, yaitu internal
cara sederhana. badan publik sebagai penyelesai sengketa
tahap pertama dan Komisi Informasi serta
• Informasi publik harus bersifat utuh, pengadilan sebagai forum penyelesaian
akurat, dan dapat dipercaya. Indikator sengketa tingkat banding.
bahwa hak masyarakat atas informasi
terpenuhi adalah apabila ia mendapatkan • Ancaman pidana bagi penghambat akses
informasi yang dibutuhkan secara utuh, informasi. Ancaman pidana merupakan
akurat, dan dapat dipercaya (tidak perangkat yang ditujukan untuk memberikan
mengandung unsur kesalahan yang efek jera bagi penghambat akses informasi.
disengaja atau dimanipulasi). Agar hak UU KIP mendefinisikan penghambat
masyarakat tersebut dapat terpenuhi, UU informasi sebagai: (a) orang yang sengaja
KIP menterjemahkannya dalam ketentuan menghancurkan informasi, (b) orang
tentang: (a) kewajiban badan publik untuk yang dengan sengaja membuat informasi
membangun sistem pengelolaan informasi tidak benar, (c) pejabat publik yang tidak
dan dokumentasi, (b) kewajiban badan menjalankan kewajibannya dalam rangka
publik untuk menyusun sistem pelayanan keterbukaan informasi, (d) orang yang
informasi, (c) kewajiban badan publik untuk menyalahgunakan informasi, dan (e) orang
membangun sistem penyelesaian sengketa, yang membocorkan informasi rahasia.
dan (d) ancaman hukuman bagi pihak-pihak
yang menghalangi akses informasi.
1.C. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61
• Penyelesaian sengketa secara cepat, TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN
murah, kompeten, dan independen. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN
Dalam sebuah hubungan kontraktual 2008 TENTANG KETERBUKAAN
penyelenggaraan negara, dalam hal ini INFORMASI PUBLIK
antara peminta dan pemberi informasi
publik, melekat potensi terjadinya sengketa Peraturan Pemerintah (PP) ini merupakan
apabila salah satu pihak menciderai penjabaran lebih lanjut Pasal 20 UU KIP tentang
hubungan tersebut ataupun memiliki jangka waktu pengecualian informasi (masa

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 53
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

retensi) dan Pasal 58 UU KIP tentang tata Selain pedoman tentang ganti rugi, PP No.
cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik 61/2010 juga memberikan pedoman tentang
Negara dan pembebanan pidana denda. pembebanan pidana denda (Lihat Pasal 51-55
UU KIP). Menurut PP ini, apabila Badan Publik
Pasal 20 di dalam UU KIP menyatakan bahwa melanggar ketentuan dalam Pasal 51-55 UU
pengecualian informasi yang diatur dalam KIP, maka Badan Publik yang bersangkutan
Pasal 17 UU KIP tidak bersifat permanen. dapat dikenai sanksi pidana berbentuk
Artinya, setelah jangka waktu tertentu suatu pembayaran denda. Beban pembayaran
informasi rahasia harus dapat dibuka kepada denda tersebut ada pada Badan Publik atau
publik. PP No. 61/2010 ini memberikan Pejabat Publik apabila dapat dibuktikan bahwa
pedoman jangka waktu yang diperbolehkan Pejabat Publik yang bersangkutan terbukti telah
untuk memperlakukan suatu informasi sebagai melakukan tindakan di luar tugas pokok dan
informasi rahasia (Lihat Bab IX untuk penjelasan fungsinya serta melampau kewenangan yang
lebih lanjut). diberikan kepadanya.

PP No. 61/2010 juga memberikan pedoman


tentang tata cara pembayaran ganti rugi bagi 1.D. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR1
Badan Publik Negara yang perbuatannya TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
telah menimbulkan kerugian secara materiil LAYANAN INFORMASI PUBLIK
kepada Pemohon Informasi (catatan: Pemohon (PERKI SLIP)
Informasi yang tidak puas dengan keputusan
Badan Publik Negara dapat menggungat UU KIP telah mengatur tentang hal-hal prinsip
ke pengadilan setelah melalui prosedur berkaitan dengan hak dan kewajiban serta tata
penyelesaian sengketa internal dan Komisi cara untuk mendapatkan hak dan memenuhi
Informasi. Lihat Bab V untuk penjelasan lebih kewajiban atas informasi publik. Hal-hal prinsip
lanjut). Jumlah ganti rugi maksimal yang dapat tersebut masih memerlukan penjabaran lebih
diberikan adalah Rp. 5.000.000,00 (lima juta lanjut agar pelaksanaan UU KIP optimal.
rupiah) dan dibebankan kepada keuangan Oleh karena itu, Komisi Informasi Pusat
Badan Publik Negara yang bersangkutan. Ganti sebagai lembaga yang diberi mandat untuk
rugi tersebut harus ditetapkan berdasarkan melaksanakan UU KIP menyusun Peraturan
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Komisi Informasi No. 1 tentang Standar
dan dibayarkan dengan tata cara yang biasa Layanan Informasi Publik (PERKI SLIP) yang
digunakan dalam pembayaran ganti rugi pada disahkan pada tahun 2010.
PTUN.

BUKU PEGANGAN
54 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKISLIP secara rinci menjabarkan lebih lanjut • Tata cara permohonan penyelesaian sengketa
tentang: informasi publik
• Tata cara penyelesaian sengketa informasi
• daftar informasi yang wajib disediakan dan publik melalui mediasi dan ajudikasi
diumumkan, informasi yang wajib diumumkan
secara serta-merta, dan informasi yang wajib Adapun tata cara penyelesaian sengketa internal
tersedia setiap saat; Badan Publik menjadi kewenangan masing-masing
• tata cara pengecualian informasi publik; Badan Publik untuk menyusun prosedurnya.
• standar pelayanan informasi publik, yang Sementara tata cara penyelesaian sengketa
meliputi: (i) standar informasi publik melalui informasi di pengadilan diatur dalam peraturan
pengumuman, (ii) standar informasi publik perundang-undangan lain berupa Peraturan
melalui permohonan, (iii) kewajiban untun Mahkamah Agung (Lihat Bagan Alur Penyelesaian
membuat maklumat pelayanan informasi bagi Sengketa di Pengadilan pada Bab V).
badan publik, dan (iv) kewajiban penyusunan
standar prosedur operasional layanan informasi
publik; 1.F. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
• tata cara pengelolaan keberatan; NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG
• laporan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN
informasi publik. INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM
NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH
1.E. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR
2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR Permendagri No. 35/2010 menekankan dan
PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI menjabarkan lebih lanjut tentang pengelolaan
PUBLIK (PERKI PPSIP) dan pelayanan informasi di Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang
PERKI PPSIP mengatur lebih lanjut tata cara didefinisikan sebagai Pemerintah Daerah
penyelesaian sengketa informasi yang telah (Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
diatur dalam UU KIP, khususnya penyelesaian daerah sebagai unsur penyelenggara
sengketa informasi di Komisi Informasi (Pusat, pemerintahan daerah) beserta Dewan
Provinsi ataupun Kabupaten/Kota). Beberapa Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Ulasan
hal yang diatur dalam PERKI ini antara lain: singkat ini hanya akan fokus pada pengelolaan
• Kewenangan Komisi Informasi dalam dan pelayanan informasi di Pemerintah Daerah.
penyelesaian sengketa informasi publik melalui
mediasi dan ajudikasi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 55
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

Menurut Permendagri No. 35/2010, Disamping itu, Permendagri ini juga


Pemerintah Daerah merupakan Badan memandatkan agar segala biaya yang
Publik yang wajib menyediakan, memberikan diperlukan untuk pengelolaan pelayanan
dan/atau menerbitkan Informasi Publik informasi dan dokumentasi di lingkungan
yang berada di bawah kewenangannya Pemerintahan Provinsi dibebankan pada
kepada Pemohon Informasi Publik, selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
informasi yang dikecualikan sesuai peraturan Provinsi sedangkan di lingkungan Pemerintahan
perundang-undangan (Pasal 6 Ayat (1)). Kabupaten/Kota dibebankan pada Anggaran
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/
Pemerintahan Daerah wajib membangun Kota.
dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi pengelolaan Informasi Publik yang
dapat diakses dengan mudah (Pasal 6 Ayat (2)). 2. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT (SEKTORAL)
Pedoman lain yang disampaikan di dalam
Permendagri ini mengenai keberadaan Pejabat Selain UU KIP dan peraturan pelaksanaannya,
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). ada juga peraturan perundang-undangan lain yang
PPID melekat pada pejabat struktural yang mengatur tentang keterbukaan informasi.Namun,
membidangi tugas dan fungsi pelayanan pada umumnya peraturan perundang-undangan
informasi. Pada lingkup Pemerintah Provinsi, tersebut hanya mengatur hal-hal yang sifatnya
PPID ditetapkan oleh Gubernur,sedangkan pada umum, misalnya jaminan hak setiap orang untuk
lingkup Pemerintah Kabupaten/Kota ditetapkan memperoleh informasi atau kewajiban Pemerintah
oleh Bupati/Walikota. Para PPID ini bertanggung untuk memberikan informasi.Adapun tata cara
jawab kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk memperoleh hak atau menjalankan kewajiban
melalui Sekretaris Daerah pada lingkup tugas tersebut, maupun tata cara penyelesaian sengketa
masing-masing. Untuk membantu tugas PPID, apabila hak dilanggar atau kewajiban tidak dipenuhi
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat tidak diatur sehingga harus merujuk pada UU KIP
menetapkan PPID Pembantu/Pelaksana yang dan peraturan pelaksanaannya.
berasal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan/atau Pejabat Fungsional di masing-masing Beberapa peraturan terkait dengan UU KIP di bidang
lingkup tugasnya (Lihat Bagian Struktur Pejabat kesehatan, pendidikan, dan pelayanan perizinan
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) antara lain adalah UU Kesehatan, UU Pendidikan,
pada Bab II). dan UU Pelayanan Publik serta beberapa peraturan

BUKU PEGANGAN
56 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pelaksanaannya.Berikut adalah ulasan ringkas menghilangkan dokumen atau informasi secara
tentang jaminan keterbukaan informasi di dalam melawan hukum. Pemusnahan atau penghilangan
berbagai peraturan perundang-undangan tersebut. suatu dokumen atau informasi harus dilakukan
sesuai dengan prosedur dan masa retensi
2.A. UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 sebagaimana diatur dalam UU Kearsipan.
TENTANG KEARSIPAN ( UU KEARSIPAN)
UU Kearsipan mengatur tentang bagaimana arsip
UU Kearsipan memiliki keterkaitan yang erat disimpan, dikelola, dan dilindungi untuk mendukung
dengan UU KIP. UU Kearsipan bisa dibaratkan penyelenggaraan Negara.UU ini mengatur
sebagai “dapur” layanan informasi publik, karena tentang kapan dan bagaimana badan publik harus
UU ini memandatkan agar setiap lembaga mendokumentasikan atau mengarsipkan suatu arsip
Negara, pemerintahan daerah, lembaga baik arsip dinamis yang menjadi tanggungjawab
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, pencipta arsip maupun statis yang menjadi
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan tanggungjawab lembaga kearsipan (Pasal 9). UU
agar menyimpan dan mendokumentasikan setiap ini juga memberikan ancaman bagi siapapun yang
kegiatan atau peristiwa yang berkaitan dengan melakukan pemusnahan dokumen atau arsip diluar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan prosedur pemusnahan sesuai dengan ketentuan
bernegara (Pasal 1). Oleh karena itu, pelaksanaan (Pasal 86) maupun tidak melakukan pengarsipan
UU ini akan mempengaruhi bagaimana layanan melalui pemberkasan dan pelaporan bagi arsip
informasi dapat diberikan. Hal ini juga ditegaskan dinamis (Pasal 43 dan Pasal 85).
dalam Pasal 8 UU KIP yang menyatakan bahwa
“Kewajiban Badan Publik yang berkaitan dengan 2.B. UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
kearsipan dan pendokumentasian Informasi TENTANG KESEHATAN (UU KESEHATAN).
Publik dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.” Pasal 6 Ayat 3 Huruf e UU Hak atas informasi di bidang kesehatan merupakan
KIP juga menyatakan bahwa salah satu alasan hal yang sangat penting sehingga dijaminsecara
yang diperbolehkan bagi badan public untuk tidak rinci di dalam UU Kesehatan.UU ini secara tegas
memenuhi permintaan informasi apabila informasi menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan mendapatkan informasi dan edukasi tentang
meskipun harus diberitahukan kapan informasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung-jawab
tersebut selesai didokumentasikan. Kemudian pada (Pasal 7).Informasi tentang kesehatan ini meliputi,
Pasal 53 UU KIP mengatur ancaman pidana bagi antara lain: informasi tentang data kesehatan
siapa saja yang menghancurkan, merusak, atau dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 57
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

telah maupun yang akan diterimanya dari petugas • Informasi tentang kesehatan jiwa
kesehatan (Pasal 8), informasi, edukasi, dan • Informasi tentang persebaran penyakit yang
konseling mengenai kesehatan reproduksi yang berpotensi menular atau menyebar dalam waktu
benar dan dapat dipertanggungjawabkan (Pasal singkat
72 huruf d) serta informasi dan edukasi yang benar • Informasi tentang daerah yang dapat menjadi
mengenai kesehatan jiwa (Pasal 146 Ayat (1)). Di sumber penularan
sisi lain, UU Kesehatan juga menjamin hak atas • Informasi tentang faktor resiko penyakit tidak
rahasia kesehatan pribadi setiap orang (Pasal 57 menular
Ayat (1)).Namun, sifat kerahasiaan tersebut tidaklah
mutlak.Sepanjang diperintahkan oleh Undang- Berdasarkan mandat UU Kesehatan dan UU KIP,
undang, pengadilan, atau atas izin pribadi yang maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan untuk dibuka, maka informasi tersebut berwenang di bidang kesehatan selaku badan publik
dapat dibuka baik untuk kepentingan pribadi orang wajib menyediakan informasi tentang kesehatan
tersebut atau masyarakat. kepada masyarakat.

Selain mengatur tentang hak atas informasi,


UU Kesehatan juga mengatur kewajiban untuk 2.C. UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003
memberikan informasi. Secara khusus UU ini TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
memandatkan Pemerintah untuk bertanggung (UU SISDIKNAS)
jawab atas ketersediaan terhadap akses informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk UU Sisdiknas tidak secara khusus mengatur tentang
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan hak atas informasi, namun UU ini menyatakan
yang setinggi-tingginya (Pasal 17) dan memberikan bahwa pengelolaan dana pendidikan harus
kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh dilakukan secara transparan dan akuntabel (Pasal
akses informasi kesehatan dalam upaya 48). Dengan adanya mandat untuk mengelola
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Pasal dana pendidikan secara transparan, maka dana
169). Untuk itu, Pemerintah dikenai kewajiban untuk pendidikan yang bersumber dari sumbangan peserta
membangun sistem informasi kesehatan lintas didik atau orang tua/walinya apabila mencapai
sektor (Pasal 168). jumlah tertentu harus diaudit oleh akuntan publik
dan diumumkan (Pasal 55 Ayat (2)).
Beberapa informasi yang secara khusus disebut
dalam UU Kesehatan yang wajib disediakan oleh Walaupun UU Sisdiknas hanya mengatur secara
Pemerintah ataupun Pemerintah Daerah adalah: umum tentang transparansi di bidang pendidikan,
• Informasi tentang kesehatan reproduksi namun mengingat setiap lembaga pendidikan (baca:
• Informasi tentang gizi sekolah) dapat dipastikan mengelola dana publik

BUKU PEGANGAN
58 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– baik yang bersumber dari APBN maupun dana Dalam kaitan dengan kedua hal tersebut di
masyarakat/orang tua murid – maka sesuai dengan atas (pengelolaan dan pelayanan informasi
mandat UU KIP, sekolah merupakan badan publik oleh institusi penyelenggara pelayanan publik
yang wajib memberikan informasi kepada publik. atau Badan Publik), UU Pelayanan Publik telah
Di sisi lain, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan pedoman tentang penyelenggaraan
yang berwenang di bidang pendidikan selaku pelayanan publik, termasuk dalam hal ini pelayanan
badan publik juga berkewajiban untuk menyediakan permohonan informasi. Penyelenggara diwajibkan
informasi tentang pendidikan kepada masyarakat. untuk, antara lain: (i) menyusun dan menetapkan
standar pelayanan; (ii) menyusun, menetapkan,
dan mempublikasikan maklumat pelayanan;
2.D. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN (iii) menempatkan pelaksana yang kompeten;
2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK (UU (iv) menyediakan sarana, prasarana, dan/ atau
PELAYANAN PUBLIK) fasilitaspelayanan publik yang mendukung
terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
UU Pelayanan Publik merupakan salah satu (v) memberikan pelayanan yang berkualitas
Undang-undang yang erat kaitanya dengan UU KIP. sesuaidengan asas penyelenggaraan pelayanan
Kaitan tersebut terletak pada mandat yang diberikan publik; (vi) melaksanakan pelayanan sesuai
baik oleh UU Pelayanan Publik maupun UU KIP dengan standar pelayanan; serta (vii) memberikan
dalam hal pengelolaan dan pelayanan informasi. pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
Institusi yang dikenai kewajiban oleh kedua UU diselenggarakan.
tersebut saling beririsan; UU Pelayanan Publik
memandatkan setiap organisasi penyelenggara
pelayanan publik untuk melakukan pengelolaan dan 2.E. BEBERAPA PERATURAN
pelayanan informasi sedangkan UU KIP mewajibkan PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG
setiap Badan Publik yang menggunakan dana PENYELENGGARAAN PELAYANAN
publik untuk melakukan hal serupa. Di dalam UU TERPADU SATU PINTU (PPTSP)
Pelayanan Publik, yang institusi yang dikenai
kwajiban adalah institusi penyelenggara negara, Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
korporasi serta lembaga independen yang dibentuk melalui peningkatan investasi, Pemerintah telah
berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan mengeluarkan paket peraturan perundang-undangan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang yang berkaitan dengan penyederhanaan proses
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan perizinan melalui Penyelenggaraan Pelayanan
publik. Institusi-institusi tersebut besar kemungkinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Paket tersebut terdiri
juga merupakan Badan Publik sebagaimana diatur dari, antara lain: Permendagri No. 24 Tahun 2006
oleh UU KIP. tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 59
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

Terpadu Satu Pintu, Permendagri No. 20 Tahun mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat
2008 tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja (Permendagri 24/2006). Selain itu, dalam kaitannya
Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah, dengan penanaman modal, peraturan tersebut juga
Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan memandatkan agar Perangkat Daerah Kabupaten/
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Kota Bidang Penanaman Modal (PDKPM) untuk
Modal, dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi membangun Sistem Pelayanan Informasi dan
Penanaman Modal No. 14 Tahun 2009 tentang Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Sistem ini merupakan sistem elektronik pelayanan
Secara Elektronik. perizinan dan non-perizinan yang terintegrasi antara
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan PPTSP dengan lembaga yang memiliki kewenangan di
ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan bidang perizinan, baik di tingkat pusat (Kementerian
publik, mendorong efisiensi pemberian ijin (usaha) atau Lembaga Pemerintah Non Departemen)
serta memperluas akses masyarakat terhadap maupun daerah (Perangkat Daerah Provinsi/
layanan publik tersebut. Untuk itu pelayanan publik, Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal).
khususnya yang berkaitan dengan proses perizinan, Artinya, perangkat daerah yang bertanggung jawab
harus diberikan secara cepat, murah, mudah, di bidang pelayanan satu pintu dan penanaman
transparan, pasti dan terjangkau (Permendagri modal memiliki kewajiban untuk membangun
24/2006). sistem informasi yang terintegrasi dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang informasi
Dalam konteks PPTSP di tingkat Kabupatan/ terkait perizinan.
Kota, peraturan-peraturan tersebut
mewajibkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
menyederhanakan pelayanan atas prosedur
perizinan serta memberikan hak kepada masyarakat
I.5. PEMOHON &
untuk memperoleh informasi yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai konsekuensi
PENGGUNA
Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya instansi
INFORMASI
yang bertanggung jawab di bidang PPTSP,wajib
membangun sistem informasi dan memberikan
UU KIP membedakan antara Pemohon Informasi
informasi kepada masyarakat tentang jenis
dan Pengguna Informasi. Pembedaan tersebut
pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme,
mempertegas pihak yang dapat meminta informasi
penelusuran posisi dokumen pada setiap proses,
kepada badan publik dan yang tidak. Pihak yang
biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta
dapat mengajukan permohonan informasi adalah:
tata cara pengaduan melalui berbagai media yang

BUKU PEGANGAN
60 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Warga Negara Indonesia
• Badan Hukum yang sah menurut hukum di DEFINISI PEMOHON DAN
Indonesia PENGGUNA INFORMASI

Sedangkan yang menggunakan informasi Pasal 1 Angka 12 UU KIP


(Pengguna Informasi) bisa setiap orang, baik itu Pemohon informasi adalah warga negara
individu, sekelompok orang, badan hukum atau dan/atau badan hukum Indonesia yang
badan publik Indonesia maupun asing (di luar meng­ajukan permintaan informasi publik
Indonesia). sebagaimana diatur dalam Undang-undang
ini.

Pasal 1 Angka 11 UU KIP


Pengguna informasi adalah orang yang
menggunakan informasi publik sebagaimana
diatu dalam Undang-undang ini.

MEMAKNAI PEMOHON INFORMASI SECARA LEBIH LUAS

UU KIP maupun peraturan pelaksanaannya tidak mengatur tentang bagaimana cara membuktikan
bahwa pemohon adalah WNI ataupun suatu badan hukum yang sah menurut hukum di Indonesia.
Pemohon informasi hanya perlu mengisi formulir permohonan informasi yang menyebutkan nama,
alamat, pekerjaan, dll (lihat lampiran formulir permohonan)

Pemohon dapat dimaknai lebih luas, mencakup orang asing (orang-perorangan atau badan hukum)
yang akan melakukan penelitian (PP 41/2006).

Orang yang asing yang akan melakukan penelitian dapat memohon informasi apabila:
- Mendapat izin dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Memiliki lembaga penjamin dan mitra kerja di Indonesia.
- Menyampaikan laporan berkala kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 61
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

Orang asing juga dapat memohon informasi tentang administrasi kependudukan apabila yang
bersangkutan tinggal di wilayah Indonesia .

UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa setiap penduduk (WNI
atau WNA yang bertempat tinggal di Indonesia memiliki hak untuk memperoleh informasi mengenai
data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya.

Jadi, meskipun orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia tidak mempunyai jaminan hukum
untuk memperoleh informasi dalam UU KIP, namun untuk konteks administrasi kependudukan
mereka mempunyai jaminan hukum berdasar UU Adminduk, khusus atau terbatas tentang informasi
diri dan keluarganya yang dikuasai oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang administrasi
kependudukan. Hal ini lazim dikenal dalam konteks perlindungan data pribadi seseorang yang
dikuasai oleh instansi pemerintah sehingga mereka juga dimungkinkan untuk mengkoreksi data diri
dan keluarganya apabila terdapat kesalahan.

Hak – hak Pemohon Informasi: • Informasi berkala yang diminta tidak


disediakan
1. Memperoleh informasi publik
• Permintaan informasinya tidak ditanggapi
2. Melihat dan mengetahui informasi publik
• Permintaan informasinya ditanggapi tetapi
3. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka
tidak sebagaimana diminta
untuk umum untuk memperoleh informasi publik
• Dikenakan biaya tidak wajar
4. Mendapatkan salinan informasi publik melalui
• Penyampaian informasi yang diminta
permohonan sesuai dengan peraturan
melebihi tenggang waktu yang diatur dalam
perundang-undangan yang berlaku
UU KIP
5. Menyebarluaskan informasi publik sesuai
8. Mengajukan gugatan ke pengadilan apabila
dengan peraturan peraturan perundang-
mendapat hambatan dalam memperoleh
undangan yang berlaku
informasi publik, termasuk apabila keberatan
6. Mengajukan permintaan informasi disertai
yang diajukan dalam poin 7 tidak ditanggapi
dengan alasan permintaan
atau diselesaikan.
7. Mengajukan keberatan secara tertulis apabila:
• Permohonan informasinya ditolak dengan
alasan informasi yang diminta merupakan
informasi yang dikecualikan

BUKU PEGANGAN
62 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Lembaga-lembaga organ pendukung atau
I.6. BADAN PUBLIK penunjang pemerintahan (auxilariy bodies)
seperti Komisi Informasi Kabupaten/Kota,
Komisi Ombudsman Kabupaten/Kota
UU KIP mendefinisikan badan publik berdasarkan
• Dewan Pimpinan Cabang Parpol
sumber pendanaan; sepanjang mendapatkan
• Badan Usaha Milik Daerah
dana dari APBN dan/atau APBD atau sumbangan
masyarakat maka lembaga tersebut dapat disebut
sebagai badan publik dan wajib menyediakan
informasi publik. Selain lembaga-lembaga tersebut, DEFINISI BADAN PUBLIK
UU KIP juga memandatkan Partai Politik, BUMN/
BUMD untuk menyediakan informasi-informasi
Pasal 1 Angka 3 UU KIP
tertentu sehingga keduanya dapat dikategorikan
sebagai badan publik.
Badan Publik adalah lembaga eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
Jadi, badan publik terdiri dari:
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, yang
• Lembaga eksekutif
sebagian atau seluruh dananya bersumber
• Lembaga legislatif
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
• Lembaga yudikatif
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
• Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
dan Belanja Daerah, atau organisasi non
berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang
pemerintah sepanjang sebagian atau
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
seluruh dananya bersumber dari Anggaran
APBN dan/atau APBD
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
• Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
atau seluruh dananya bersumber dari APBN
sumbangan masyarakat, dan/atau luar
dan/atau APBD atau sumbangan masyarakat
negeri.
dan/atau luar negeri
• Partai Politik
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
• Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Contoh-contoh badan publik di tingkat Kabupaten/


Kota:

• Pemerintah Kabupaten/Kota
• DPRD Kabupaten/Kota

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 63
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

KEWAJIBAN BADAN PUBLIK

Pasal 7 UU KIP

(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang
berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang
dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola
Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil
untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-
elektronik.

Pasal 9 Ayat (1) UU KIP

Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.

Pasal 10 Ayat (1) UU KIP

Badan publik wajib mengumumkan secara serta-merta suatu informasi yang dapat mengancam
hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

Pasal 11 Ayat (1) UU KIP

Badan Publik wajib menyediakan informasi setiap saat.

(catatan: yang tergolong informasi jenis ini lihat di bagian jenis-jenis informasi)

BUKU PEGANGAN
64 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewajiban Badan Publik dalam pelayanan informasi
(PERKI 1/2010):
HAK BADAN PUBLIK
• Menetapkan peraturan standar prosedur
operasional layanan informasi publik sesuai Pasal 6 UU KIP

dengan peraturan yang berlaku. (1) Badan publik berhak menolak


• Membangun dan mengembangkan sistem memberikan informasi yang
informasi dan dokumentasi yang baik dan efisien dikecualikan sesuai dengan ketentuan
• Menunjuk dan mengangkat Pejabat Pengelola peraturan perundang-undangan.
Informasi dan Dokumentasi (PPID) beserta (2) Badan publik berhak menolak
struktur di dalamnya. memberikan informasi publik apabila
• Menyediakan anggaran yang memadai untuk tidak sesuai dengan ketentuan
pelayanan informasi publik. peraturan perundang-undangan.
• Menyediakan sarana dan prasarana
layanan informasi publik (antara lain: papan
pengumuman, meja informasi, situs web dan
Badan Publik dapat menolak permintaan informasi
sebagainya).
jika:
• Menetapkan standar biaya perolehan salinan
informasi.
• Informasi yang diminta termasuk dalam kategori
• Menetapkan dan memutakhirkan Daftar
informasi yang dirahasiakan sesuai dengan
Informasi Publik yang dikelolanya secara
Pasal 17 UU KIP
berkala.
• Setelah melakukan uji konsekuensi bahaya;
• Menyediakan dan memberikan informasi publik
yaitu apabila informasi tersebut dibuka dapat
• Memberikan tanggapan atas keberatan yang
membahayakan kepentingan-kepentingan
diajukan oleh Pemohon Informasi.
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17 UU
• Membuat laporan layanan informasi yang telah
KIP
diselenggarakannya dan mengumumkannya.
• Apabila setelah melakukan uji konsekuensi
• Mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan
bahaya Badan Publik belum yakin dan melihat
pelayanan informasi di instansinya.
ada indikasi kepentingan publik yang lebih besar
menghendaki agar informasi dibuka, maka
Badan Publik dapat menolak setelah melakukan
uji kepentingan publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 65
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

Badan publik tidak boleh menolak permintaan


informasi dengan alasan:

• Belum mendokumentasikan informasi yang


diminta
• Tidak mengelola informasi yang diminta padahal
informasi tersebut seharusnya berada di bawah
pengelolaannya
• Pemohon tidak memenuhi prosedur yang
berlaku

BUKU PEGANGAN
66 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI

SESI I
PENGENALAN KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK

Henri Subagiyo

ALUR PELATIHAN
TOPIK :
• TUJUAN KETERBUKAAN INFORMASI
• PERKEMBANGAN DAN PARADIGMA KETERBUKAAN INFORMASI
• JAMINAN HUKUM KETERBUKAAN INFORMASI
• BADAN PUBLIK
• KEWAJIBAN BADAN PUBLIK

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 67
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

DISKUSI
Tuliskan pada metaplan atau kertas plano:
1. Tujuan pelaksanaan keterbukaan informasi
2. Prinsip-prinsip keterbukaan informasi
3. Siapakah Badan Publik
4. Kewajiban Badan Publik dalam pelaksanaan
keterbukaan informasi

INFORMASI PUBLIK

• Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan,


disimpan, dikelola, dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu
Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan
penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai
dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang
berkaitan dengan kepentingan publik.

BUKU PEGANGAN
68 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP
1. Memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program, pengambilan
keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik;
2. Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik
5. Mengetahui alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat
hidup orang banyak
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan
informasi yang berkualitas


TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP
Rezim Ketertutupan Rezim Keterbukaan
1. Maximum
Access, Limited
Exemption
2. Akses yg murah,
cepat, utuh, dan
akurat
3. Proaktif
4. Penyelesaian
sengketa yg
cepat kompeten,
independen
5. Sanksi bagi
penghambat

Pengecualian bersifat ketat,


terbatas, dan tidak mutlak

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 69
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

Perkembangan Jaminan Hukum Keterbukaan Informasi (2009)


Jaminan Hukum Keterbukaan Informasi
PS. 28 F UUD NRI 1945
UU SEKTORAL LAIN

UU 14/2008 (UUKIP)
Hierarki

PERKI 1/2010 - SLIP PERKI PP 61/2010 –


2/2010 - PELAKSANAAN
PPSIP UU KIP
PERMENDAGRI
NO. 35 TAHUN 2010

REGULASI INTERNAL & STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Tahun

BUKU PEGANGAN
70 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
HAK PUBLIK

• Memperoleh informasi
• Melihat dan mengetahui informasi
• Menghadiri pertemuan terbuka badan publik
• Mendapat salinan informasi
• Menyebarluaskan informasi


BADAN PUBLIK
• Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi
non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 71
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

BADAN PUBLIK (lanjutan)


Ruang lingkup Badan Publik sesuai dengan peraturan ini mencakup:
a. Lembaga eksekulif;
b. Lembaga legislatif;
c. Lembaga yudikatif;
d. Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja;
e. Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau selumh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan'atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri;
f. Partai politik; dan
g. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010


tentang Standar Layanan Informasi Publik

KEWAJIBAN
DAN
KEWENANGAN BADAN PUBLIK

BUKU PEGANGAN
72 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
(Pasal 7 UU KIP)

1. Menyediakan informasi publik secara proaktif maupun pasif;


2. Mengembangkan dan membangun sistem informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara efektif dan
efisien;
3. Membuat pertimbangan tertulis dari setiap kebijakan yang diambil;
4. Melaporkan pelaksaan UU ini setiap tahunnya (Pasal 11 (1) h dan
Pasal 12).


1. Kewajiban Badan Publik dalam Menyediakan
Informasi
A. Proaktif
• Informasi yg wajib disediakan dan diumumkan secara
berkala;
• Informasi yg wajib diumumkan secara serta merta;
B. Pasif
• Informasi yg wajib disediakan setiap saat;
• Informasi yg disediakan berdasarkan permintaan.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 73
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

2. Membangun Sistem Dokumentasi dan


Pengelolaan Informasi Publik
• Memiliki Pejabat yg secara khusus bertanggungjawab atas
sistem dokumentasi informasi publik (PPID) dan petugas
layanan informasi (Meja Informasi)
• Memiliki sistem dokumentasi informasi publik yg mutakhir
dan ter-update secara baik;
• Memelihara index informasi yg dimiliki (Daftar Informasi
Publik);
• Memiliki sistem yang mendokumentasikan pelaksanaan
UU KIP di lingkungannya.
Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik


3. Memiliki Sistem Pelayanan Informasi Publik
yang baik (Pasal 13)

• Memiliki pejabat yg bertanggungjawab melayani


permintaan informasi (PPID), Meja Informasi, dan Petugas
layanan (meja informasi);
• Memiliki dan memelihara sistem untuk melayani akses
informasi secara proaktif dan pasif;
• Memiliki sistem penerimaan keberatan internal (Pasal 36);
• Memiliki sistem evaluasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan akses informasi.

BUKU PEGANGAN
74 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
4. Membuat Pertimbangan Tertulis

• Memiliki sistem perencanaan pembuatan kebijakan yang


partisipatif;
• Membuat pertimbangan tertulis dari setiap kebijakan
yang setidaknya memuat pertimbangan politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau pertahanan/keamanan (Pasal
7:5).


5. Membuat Laporan Tahunan
• Memiliki sistem dokumentasi pelaksanaan pelayanan akses
informasi publik termasuk dokumentasi tentang jumlah
permintaan informasi yang masuk, berapa yang ditolak
berikut alasannya dan berapa yang diterima, jangka waktu
yang dibutuhkan untuk memberikan akses publik, biaya yang
dibutuhkan untuk melayani akses informasi publik, biaya yang
diterima dari masyarakat.
• Memiliki sistem terintegrasi dengan Komisi Informasi
untuk kepentingan evaluasi perbaikan layanan dan laporan
pelaksanaan UU KIP kepada DPR setiap tahunnya.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 75
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi

III. Hak (kewenangan) Badan Publik


• Menolak memberikan informasi yang
dikecualikan (Pasal 6);
• Mengecualikan informasi publik untuk diakses
secara ketat dan terbatas berdasarkan prinsip
consequential harm test, balancing public
interest test dan non-permanence (Pasal 2, 17
19 dan 20). Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik

TERIMA KASIH

Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com

BUKU PEGANGAN
76 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Melaksanakan
Keterbukaan

2
Informasi Publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 77
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II II.1. PRASYARAT
PELAKSANAAN
KETERBUKAAN
Melaksanakan INFORMASI PUBLIK

Keterbukaan Dari sisi kebijakan pada skala nasional keterbukaan

Informasi
informasi publik seharusnya sudah dapat dijalankan
oleh semua Badan Publik, termasuk Badan Publik
yang ada di dalam Pemerintah Daerah. Namun

Publik belum semua Badan Publik di daerah memiliki


perangkat yang diwajibkan dan menjalankan
keterbukaan informasi publik. Beberapa kendala
termasuk pemahaman akan UU KIP, ketidaktahuan
memulainya darimana sampai pada pemahaman
....... teknis pelaksanaan yang belum dipahami.
keterbukaan
informasi publik Untuk itu agar keterbukaan informasi publik dapat

seharusnya sudah dilaksanakan di daerah dengan baik diperlukan

dapat dijalankan paling tidak prasyarat dasar dan faktor pendukung.


Prasyarat dasar agar keterbukaan informasi publik
oleh semua Badan
dapat berjalan di daerah adalah:
Publik, .......
1. Regulasi
Setelah pada tingkat nasional keberadaan
regulasi terpenuhi, maka pada tingkat
daerah hal tersebut juga harus dipenuhi agar
keterbukaan informasi publik dapat dijalankan.
Jika pada tingkat nasional Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri serta Peraturan Komisi Informasi, maka
di daerah (Kabupaten/Kota) paling tidak perlu
ditetapkan beberapa regulasi. Regulasi ini
memastikan siapa yang wajib melayani publik

BUKU PEGANGAN
78 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
di dalam penyediaan informasi dan bagaimana proses administrasi dan pembiayaan yang relatif
layanan itu diberikan. Regulasi yang diperlukan lebih besar dan proses yang panjang ketimbang
yakni: menetapkan berdasarkan sumberdaya manusia
yang sudah ada. Meskipun demikian, Badan
a. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Publik perlu menyediakan paket peningkatan
Pembentukan PPID. Surat keputusan ini kapasitas bagi sumberdaya manusia yang
untuk mengukuhkan keberadaan PPID ditempatkan sebagai petugas-petugas yang
dan tugas pokok serta fungsinya sebagai memberikan layanan informasi.
pelaksana dari unsur Pemerintah Daerah b. Sarana dan Prasarana. Badan Publik yang
sebagai badan publik untuk mengelola berada di lingkungan Pemerintah Daerah
(di dalamnya termasuk menyediakan memiliki kegiatan yang sangat beragam dengan
dan melayani publik di dalam permintaan bidang-bidang yang relative banyak di dalam
informasi) informasi publik. satu badan (SKPD). Oleh karenanya informasi
b. Peraturan Kepala Daerah mengenai maupun jenisnya sangat beragam. Untuk
bagaimana layanan informasi publik memberi layanan yang optimal diperlukan
diberikan. Peraturan ini mengatur sarana dan prasarana yang memadai. Prasyarat
bagaimana layanan informasi diberikan minimal sarana dan prasarana yang dibutuhkan
kepada publik, melalui tata cara dan adalah yang dapat menunjang peran-peran
mekanisme seperti apa, dilayani dengan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan
cara seperti apa, menggunakan media apa, dan/atau penampilan (display) kepada publik,
serta juga mengatur jika terjadi sengketa serta pelayanan informasi. Sarana dan
informasi antara Pemerintah Daerah (dalam prasarana minimal yang dibutuhkan yakni:
hal ini PPID) sebagai penyedia informasi
dengan publik sebagai peminta informasi. i. Lemari atau wadah tempat menyimpan
semua dokumen dan informasi yang dimiliki.
2. Teknis Lemari atau wadah penyimpanan dokumen
dapat ditetapkan terpusat di dalam satu
a. Ketersediaan sumberdaya manusia.
SKPD atau terbagi-bagi berdasarkan bidang
Memberikan layanan dan penyediaan informasi
atau bagian masing-masing.
kepada publik membutuhkan penunjukan
ii. Buku atau berkas (file) dapat berbentuk
petugas pada posisi yang jelas agar layanan
softcopy atau hardcopy yang berisi hasil
tersebut dapat dijalankan yang memenuhi
pendokumentasian informasi publik, baik
unsur-unsur tepat waktu serta kepuasan
pada masing-masing bidang/bagian atau
publik atas layanan yang diberikan. Didalam
dipusatkan pada Badan Publik terkait.
penyediaannya, regulasi pada tingkat nasional
iii. Media yang memuat berbagai daftar
tidak menganjurkan badan publik merekrut staf
informasi publik yang dapat diakses oleh
baru, karena dapat menimbulkan konsekuensi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 79
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

publik. Media tersebut dapat dikembangkan a. SOP atau prosedur operasi standar.
berdasarkan kategori informasi yang ada Prosedur ini disusun untuk memastikan
dan dikembangkan melalui wadah yang bahwa setiap langkah yang melibatkan
sederhana sampai yang menggunakan pihak-pihak dengan perannya masing-
perangkat teknologi informasi. Umumnya masing dapat terukur kinerjanya dari
yang digunakan adalah website, papan sisi penyampaian kualitas layanan serta
informasi, penampilan di computer yang ketepatan waktu. SOP ini memiliki berbagai
memperlihatkan daftar informasi publik dan jenis tergantung pada layanan atau kerja-
sebagainya. kerja yang melibatkan berbagai pihak mana
iv. Meja informasi/front desk tempat melayani saja yang hendak diatur, Idealnya semua
permintaan informasi. Meja ini diperlukan kerja-kerja yang dijalankan memiliki SOP
untuk tempat interaksi langsung antara nya masing-masing.
petugas di Badan Publik dengan masyarakat b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan.
yang meminta informasi.
Sedangkan faktor pendukung antara lain:
Tidak semua sarana dan prasarana disediakan
secara parsial seperti yang dijelaskan di 1. Kemauan politik (political will) pimpinan.
atas. Dengan memanfaatkan sistem jaringan Untuk melaksanakan keterbukaan informasi publik
area lokal (Local Area Network/LAN) yang diperlukan adanya perubahan paradigma dalam
menggunakan sarana computer serta kabel penyelenggaraan pemerintah daerah dengan
penghubung (atau nirkabel) semua sarana di mengedepankan prinsip good governance, salah
atas dapat dihubungkan satu dengan lainnya, satunya adalah transparansi. Oleh karena itu,
sehingga dapat mempercepat layanan informasi perubahan paradigma tersebut harus ditopang oleh
yang diberikan oleh Badan Publik. political will pimpinan yang kuat untuk melahirkan
berbagai instrumen lainnya seperti kebijakan,
3. Administrasi regulasi, sarana prasarana, dan sebagainya.
Prasyarat dasar ini merupakan prasyarat Political will yang kuat merupakan modal awal agar
yang dapat memastikan prasyarat-prasyarat misi pelaksanaan keterbukaan informasi publik
sebelumnya dapat berjalan. Untuk memastikan dapat dilaksanakan dengan baik.
regulasi diimplementasikan dibutuhkan
ketersediaan sumberdaya manusia yang sesuai 2. Regulasi yang jelas. Kurang memadainya
dan sarana serta prasarana. Untuk memastikan regulasi di daerah di dalam melaksanakan
sumberdaya manusia dapat menggunakan keterbukaan informasi publik yang jelas merupakan
sarana serta menjalankan fungsi-fungsi yang salah satu tantangan yang harus dipecahkan.
telah ditetapkan dibutuhkan prosedur operasi Keberadaan regulasi yang memadai, jelas, dan
standar dan petunjuk pelaksanaan. tegas akan membantu pelembagaan keterbukaan

BUKU PEGANGAN
80 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi dalam suatu pemerintah daerah, SKPD, Petugas Meja Informasi yang akan melayani
terlebih lagi keterbukaan informasi mencakup permohonan informasi maupun penyelesaian
semua bagian atau unit dalam suatu pemerintah sengketa informasi, dan juga pejabat fungsional
daerah. Keberadaan regulasi juga dapat menjamin seperti arsiparis, petugas website dan IT, dan
keberlanjutan pelaksanaan keterbukaan informasi sebagainya.
publik agar tidak selalu tergantung dengan mood
atasan atau pimpinan. Regulasi ini setidaknya 5. Anggaran yang memadai. Agar dapat
mengatur tentang: a) Struktur pelaksana menjalankan perannya ketersediaan anggaran
keterbukaan informasi beserta tugas, fungsi, dan merupakan faktor pendukung yang harus
tanggungjawabnya; b) Mekanisme kerja antar dipertimbangkan keberadaannya. Tersedianya
unit atau bagian dalam pelaksanaan keterbukaan regulasi yang memadai, sumberdaya manusia yang
informasi; c) sistem pengelolaan dan pelayanan kompeten tidak cukup menjamin bahwa keterbukaan
informasi; d) penyelesaian sengketa; dan e) informasi publik dapat berjalan. Faktor pembiayaan
pembiayaan. merupakan hal penting yang menjadi faktor
pendukung agar pelaksanaan keterbukaan informasi
3. Struktur kelembagaan yang memiliki kejelasan dapat berjalan. Anggaran yang perlu disediakan
kewenangannya. Struktur kelembagaan diperlukan oleh Badan Publik paling tidak untuk melakukan
untuk menjalankan regulasi yang telah dibuat. sosialisasi kepada publik tentang keberadaan PPID
Struktur kelembagaan ini mencerminkan tugas dan serta operasionalisasi PPID (termasuk didalamnya
tanggungjawab setiap unsur dalam suatu badan sarana dan prasarana serta operasionalisasi
publik. Struktur kelembagaan terdiri dari Atasan harian). Anggaran merupakan salah satu aspek
PPID, PPID, petugas yang mendukung kerja penting agar pelaksanaan keterbukaan informasi
PPID dalam pengelolaan dan pelayanan informasi dapat ditopang dengan baik. Oleh karena itu, dalam
(petugas layanan, teknologi informasi, kearsipan, mempersiapkan sistem keterbukaan informasi perlu
dan pejabat fungsional lainnya) serta bagaimana dipikirkan penganggaran yang memadai sesuai
hubungan antara unsur-unsur dimaksud dalam dengan kebutuhan. Penganggaran merupakan salah
pelaksanaan keterbukaan informasi. satu bentuk konsekuensi dari kewajiban badan
publik dalam menjalankan keterbukaan informasi.
4. Sumber Daya Manusia yang kompeten. Seringkali badan publik memiliki kendala atas
Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai keterbatasan pembiayaan. Oleh karena itu suatu
baik dari segi kuantitas maupun kualitas merupakan perencanaan yang tepat sangat diperlukan dalam
salah satu prasyarat penting agar pengelolaan dan mempersiapkan dan melaksanakan keterbukaan
pelayanan informasi dapat dilakukan dengan baik. informasi. Strategi lainnya yang dapat dilakukan
Beberapa sumber daya yang diperlukan dalam selain melakukan penganggaran pada setiap
hal ini antara lain: PPID dan PPID Pembantu, SKPD adalah dengan mengembangkan pola-
Petugas Informasi di masing-masing unit atau pola kemitraan dengan lembaga-lembaga di luar

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 81
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

badan publik yang memiliki kepedulian terhadap 7. Dukungan publik. Keterbukaan informasi perlu
keterbukaan informasi untuk membantu pembiayaan mendapatkan dukungan publik yang kuat. Oleh
kegiatan atau sarana prasarana melalui dana karena itu upaya penyadaran publik terhadap
hibah. Beberapa persoalan yang mengemuka pentingnya informasi perlu terus dikembangkan
yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah, karena agar masyarakat dapat memanfaatkan keterbukaan
merasa dana yang dimiliki terbatas, maka konsep informasi dengan baik. Tidak jarang badan publik
pengembangan desain untuk implementasi yang telah membentuk sistem dengan baik namun
keterbukaan informasi publik dibuat sangat permintaan informasi dari masyarakat masih rendah.
minimalis. Misalnya pertimbangan menentukan Hal ini mengakibatkan sistem yang telah dibentuk
letak meja informasi sebagai tempat layanan dengan susah payah tidak dapat dimanfaatkan oleh
informasi hanya pada PPID utama saja, karena jika masyarakat padahal tujuan pengembangan layanan
harus membuka meja informasi di semua SKPD ini adalah untuk pemenuhan hak masyarakat atas
dikuatirkan dana membengkak. Padahal penentuan informasi. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang
meja informasi harusnya mempertimbangkan variasi bertujuan bagi penyadaran masyarakat perlu terus
dan keragaman informasi di Pemerintah sendiri, dilakukan seiring dengan pengembangan sistem
jarak antar kantor/SKPD, percepatan layanan layanan informasi.
pemberian informasi dan bukan disebabkan oleh
dana yang terbatas. Oleh karena prasyarat pelaksanaan keterbukaan
informasi sebagaimana di atas cukup luas, badan
6. Sistem reward and punishment. Pelaksanaan publik perlu memprioritaskan beberapa hal, antara
keterbukaan informasi perlu diperkuat dengan lain: a) Regulasi di Daerah; b) Struktur PPID; c)
sistem reward and punishment yang memadai. Standar opersional prosedur; dan d) Sarana dan
Seringkali posisi-posisi layanan publik dianggap Prasarana.
sebagai posisi yang tidak menarik bagi pegawai atau
petugas badan publik. Oleh karena itu pegawai atau
petugas layanan publik termasuk layanan informasi
perlu mendapatkan reward dan punishment
yang seimbang terkait dengan tugas-tugas yang
diembannya. Pada sistem penilaian kinerja perlu
dikembangkan khusus mekanisme ini. Sistem ini
tidak selalu harus berbentuk misalnya keuntungan
finansial melainkan juga bisa berbentuk lain seperti
pengembangan kapasitas melalui pendidikan atau
pelatihan-pelatihan maupun kredit kerja.

BUKU PEGANGAN
82 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Tujuan dan Asas

II.2. REGULASI b. Struktur PPID dan pendukungnya, misalnya:


PPID Pembantu, Petugas Informasi di setiap
SKPD, Petugas Meja Informasi, Pejabat
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, fungsi Fungsional, dan sebagainya
regulasi dalam keterbukaan informasi adalah c. Kategorisasi Informasi
untuk menerjemahkan hal-hal apa saja yang i. Informasi berkala
perlu dilakukan sekaligus memperkuat kedudukan ii. Informasi serta merta
pelaksanaan keterbukaan informasi. Sebelum iii. Informasi tersedia setiap saat
membicarakan bentuk-bentuk regulasi sebaiknya iv. Informasi rahasia dan teknik pengecualian/
pemerintah daerah menentukan terlebih dahulu perahasiaan informasi
apa yang dibutuhkan dan menjadi tantangan dalam d. Tata cara pelayanan informasi dan biaya
melaksanakan keterbukaan informasi. Beberapa hal perolehan informasi
yang umumnya diperlukan dalam tahap awal, antara e. Tata cara pengelolaan keberatan
lain: (1) Pelaksana keterbukaan informasi yang f. Penyusunan laporan
setidaknya terdiri dari: Atasan PPID, PPID, PPID
Pembantu, Petugas Meja Informasi. Hal ini biasanya Sedangkan Peraturan Bupati/Walikota mengatur
tercermin dalam struktur kelembagaan PPID; (2) tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
Kategorisasi informasi; (3) Pedoman pelaksanaan mencakup:
pengelolaan dan pelayanan informasi; (4) aturan
tentang pembiayaan; (5) Sarana prasarana. a) SOP Penyusunan Daftar Informasi Publik
sebagai penjabaran dari kategori informasi :
Beberapa opsi regulasi yang dapat ditetapkan oleh i. Informasi berkala
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan keterbukaan ii. Informasi serta merta
informasi adalah: iii. Informasi tersedia setiap saat
iv. Informasi rahasia dan teknik pengecualian/

Opsi Pertama: Peraturan Daerah dan perahasiaan

Peraturan Bupati /Walikota b) SOP penyimpanan dan pendokumentasian


c) SOP pelayanan informasi dan biaya perolehan

Pada banyak daerah, Peraturan Daerah (Perda) informasi

merasa tidak perlu ditetapkan, karena aturan di d) SOP Pengelolaan keberatan

atasnya sudah cukup jelas. Namun di daerah yang e) SOP Penyusunan Laporan

lain tetap merasa Perda perlu ditetapkan untuk


memperkuat posisi PPID dan payung hukum. Bagi Opsi Kedua :Surat Keputusan tentang PPID dan

daerah yang merasa memerlukan Perda, maka Peraturan Bupati /Walikota

materi muatannya adalah sebagai berikut: Banyak pemerintah daerah yang sudah menetapkan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 83
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Surat Keputusan tentang PPID namun kurang


lengkap misalnya hanya menunjuk PPID atau PPID II.3. PEJABAT
Pembantu tanpa petugas informasi dan tupoksinya. PENGELOLA
Oleh karena itu diperlukan Peraturan Bupati/ INFORMASI DAN
Walikota dapat mengatur tentang: DOKUMENTASI
(PPID)
a) Struktur PPID dan pendukungnya, misalnya:
PPID pembantu, Petugas Informasi di
setiap SKPD, Petugas Meja Informasi , dan 1. PERAN DAN FUNGSI PPID
sebagainya)
b) SOP penyusunan Daftar Informasi Pemahaman mengenai PPID serta apa tugas pokok
Publiksebagai penjeabaran dari kategori dan fungsinya (Tupoksi) merupakan hal penting agar
informasi dapat mendesain struktur PPID secara tepat. UU
c) SOP Penyimpanan dan pendokumentasian KIP tidak mengatur secara rinci tentang kedudukan
d) SOP Standar layanan informasi dan biaya maupun Tupoksi PPID. Beberapa regulasi yang
perolehan informasi mengatur tentang PPID adalah : 1) PERKI 1/2010
e) SOP Tata cara pengelolaan keberatan tentang Standar Layanan Informasi Publik (SLIP);
f) SOP Penyusunan laporan 2) PP No. 61/2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
3) Permendagri No. 35/2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi
di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan
Daerah.

PERKI 1/2010 memperjelas PPID adalah pejabat


yang bertanggungjawab dalam pengelolaan
informasi dan dokumentasi (penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan/atau
pelayanan informasi) dengan fungsi utama
koordinasi. Penekanan pada “koordinasi” tersebut
menunjukkan bahwa PPID tidak dapat bekerja
sendiri, namun memerlukan dukungan dari unit
lain atau SKPD dalam suatu badan publik dalam
hal ini adalah Pemerintah Daerah. Peraturan ini
juga mengatur tentang tugas-tugas apa saja yang
dikoordinasikan oleh PPID.

BUKU PEGANGAN
84 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tugas PPID

1. mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap unit/satuan kerja
yang meliputi:
a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;
c. informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja
di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik setelah
dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
3. mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik melalui pengumuman dan/atau
permohonan
4. Dalam hal pengumuman, mengkoordinasikan:
a. pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara efektif dapat menjangkau seluruh
pemangku kepentingan; dan
b. penyampaian Informasi Publik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami
serta mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.
5. Dalam hal pelayanan permohonan:
a. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
Informasi Publik;
b. melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu
dikecualikan;
c. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal
permohonan Informasi Publik ditolak;
d. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya; dan
e. mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka
peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
6. mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan prosedur
penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.

Pasal 6 – 8 PERKI 1/2010

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 85
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Berikut bagan yang menggambarkan tugas PPID dalam PERKI 1/2010:

TUGAS PPID
KOORDINASI PENYEDIAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PENGUMUMAN LAYANAN PERMOHONAN

Melalui media yang efektif Mengkoordinasi petugas


menjangkau publik informasi di unit/satuan kerja

Dalam bahasa yang mudah Melakukan uji konsekuensi


dipahami masyarakat (Bahasa bahaya sebelum
Indonesia atau bahasa mengecualikan informasi
setempat)
Menyertakan alasan tertulis
yang jelas apabila menolak
permintaan informasi

Menghitamkan atau
mengaburkan informasi publik
yang dikecualikan dan
memberi alasan
penghitaman/pengaburan
Mengkoordinasikan proses
penyelesaian keberatan akibat
penolakan informasi

PP 61/2010 juga mengatur tentang PPID mulai dari kompetensi hingga tugas dan tanggungjawabnya (Pasal
12 – 15). PPID yang ditunjuk oleh pimpinan haruslah orang yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan
informasi dan dokumentasi dalam hal ini adalah pejabat di bidang informasi publik. Jika dilihat dari ketentuan
ini sepertinya PP ini mengarah atau mendorong adanya jabatan khusus di bidang pengelolaan informasi dan
dokumentasi meskipun tidak dinyatakan secara tegas.

Tugas dan Tanggungjawab PPID

1. Penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, dan pengamanan informasi;


2. Pelayanan informasi sesuai dengan aturan yang berlaku;

BUKU PEGANGAN
86 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Pelayanan Informasi Publik yang cepat, tepat, dan sederhana;
4. Penetapan prosedur operasional penyebarluasan Informasi Publik;
5. Pengujian Konsekuensi;
6. Pengklasifikasian Informasi dan/atau pengubahannya;
7. Penetapan Informasi yang Dikecualikan yang telah habis Jangka Waktu Pengecualiannya
sebagai Informasi Publik yang dapat diakses; dan
8. Penetapan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap
orang atas Informasi Publik.

Pasal 14 PP 61/2010

Permendagri 35/2010 mengatur tentang tugas- membantu PPID dalam menjalankan tugas-
tugas PPID, oleh siapa PPID diangkat dan tugasnya. PPID maupun PPID Pembantu diangkat
kepada siapa mempertanggungjabkan kinerjanya, dan bertanggungjawab kepada Menteri untuk PPID
serta kompetensi PPID. Peraturan ini mengatur Kementerian Dalam Negeri, Gubernur untuk PPID
adanya PPID dan PPID Pembantu yang berfungsi Provinsi, dan Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota.

Tugas dan Wewenang PPID

Tugas PPID:
1. mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi
dari PPID Pembantu;
2. menyimpan, mendokumentasikan, menyediakan dan memberi pelayanan informasi kepada
publik;
3. melakukan verifikasi bahan informasi publik;
4. melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan;
5. melakukan pemutakhiran informasi dan dokumentasi; dan
6. menyediakan informasi dan dokumentasi untuk diakses oleh masyarakat.

Wewenang PPID :
1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/ satuan kerja yang menjadi
cakupan kerjanya;

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 87
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

3. mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID Pembantu dan/atau Pejabat


Fungsional yang menjadi cakupan kerjanya;
4. menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses oleh publik; dan
5. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional untuk membuat, mengumpulkan,
serta memelihara informasi dan dokumentasi untuk kebutuhan organisasi.

Pasal 9 – 10 Permendagri 35/2010

Membentuk PPID harus mengacu pada peraturan beban tugas, tanggungjawab, dan kewenangan
perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, tersebut, Badan Publik dapat menentukan
membentuk PPID juga perlu mempertimbangkan kualifikasi pejabat mana yang dapat ditunjuk dan
kondisi faktual serta kebutuhan di lapangan. ditetapkan sebagai PPID.
4. Penunjukkan dan penetapan PPID harus
Pedoman yang telah diberikan oleh PERKI No. dilakukan dengan mempertimbangan rentang
1/2010 tentang pembentukan PPID adalah: kendali/kewenangan yang dimiliki pejabat
tersebut untuk melakukan koordinasi antar
1. Penunjukkan dan penetapan PPID diserahkan
bidang/unit/ divisi pada Badan Publik dalam
kepada masing-masing Badan Publik.
rangka pelaksanaan pelayanan Informasi Publik.
2. Fungsi PPID dapat dilakukan oleh pejabat
5. Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai
yang telah ada. Dengan kata lain, fungsi PPID
PPID harus memiliki kompetensi tidak hanya
dapat dilekatkan pada tugas pokok dan fungsi
terbatas pada bidang informasi dan dokumentasi
(tupoksi) pejabat yang telah ada.
tetapi juga memahami substansi informasi
3. Penunjukkan dan penetapan PPID dilakukan
yang dikelola Badan Publik sehingga dapat
berdasarkan analisis tugas, tanggungjawab, dan
menimbang dengan baik dalam mengecualikan
kewenangan PPID sebagaimana diatur dalam
suatu Informasi Publik.
UU KIP dan PERKI No. 1/2010. Berdasarkan

Apakah Badan Publik dapat menunjuk lebih dari satu PPID?


Ya, tetapi Badan Publik harus:
1. Menetapkan PPID utama dan PPID pembantu;
2. Menetapkan tugas, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing PPID utama dan PPID
pembantu;
3. Menetapkan garis rentang koordinasi antara PPID utama dan PPID pembantu.

BUKU PEGANGAN
88 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. STRUKTUR ORGANISASI PPID

Setelah tugas, fungsi dan wewenang PPID diketahui, maka dapat diperhatikan struktur organisasi PPID.
Struktur organisasi yang ada memiliki beberapa opsi. Opsi-opsi itu didasarkan pada filosofi dasar pembagian
kewenangan (terutama antara PPID Utama dan PPID Pelaksana/Pembantu, serta atasan PPID masing-masing).

Opsi 1
PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan kepada PPID Pembantu kecuali kewenangan
mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID

Bupati
Atasan PPID Utama 1. PPID Utama bertugas
melaksanakan pengelolaan dan
Sekda pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan
sebagian kewenangan
pengelolaan dan pelayanan
PPID Utama
informasi kepada PPID Pembantu,
selain kewenangan pengujian
konsekuensi.
Informasi yang dikecualikan Petugas Informasi
3. Membuat kebijakan pengelolaan
dan pelayanan informasi publik
yang berlaku di badan publik.
Informasi yang dapat diakses

1. PPID Pembantu bertugas


Dinas Kesehatan UPT. Perizinan Dinas Pendidikan melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan informasi.
PPID Pembantu PPID Pembantu PPID Pembantu 2. Melaksanakan kewenangan
PPID Utama yang didelegasikan
kepadanya, selain kewenangan
Petugas Informasi Petugas Informasi Petugas Informasi pengujian konsekuensi.

Keterangan:
1. Tanggungjawab PPID utama:
a. Mengoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;
b. Mengoordinasikan PPID pembantu dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;
c. Mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID pembantu,
kecuali kewenangan pengujian tentang konsekuensi; dan
d. Mengkoordinasikan pelayanan Informasi Publik

2. Tanggungjawab PPID pembantu:


a. PPID pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan
Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik sesuai dengan
kewenangannya;
b. Melaksanakan kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya, kecuali kewenangan pengujian tentang
konsekuensi sesuai dengan kewenangannya; dan
c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 89
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Opsi 2
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan
untuk mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID.

Bupati 1. PPID Utama bertugas


melaksanakan pengelolaan dan
Atasan PPID Utama
pelayanan informasi.
Sekda
2. PPID Utama mendelegasikan
sebagian kewenangan
Informasi yang dikecualikan PPID Utama pengelolaan dan pelayanan
informasi kepada PPID Pembantu,
Informasi yang dapat diakses Petugas Informasi termasuk kewenangan pengujian
konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan
Informasi yang dikecualikan dan pelayanan informasi publik
yang berlaku di badan publik.
Informasi yang dapat diakses

1. PPID Pembantu bertugas


Dinas Kesehatan UPT. Perizinan Dinas Pendidikan melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan informasi.
PPID Pembantu PPID Pembantu PPID Pembantu 2. Melaksanakan kewenangan
PPID Utama yang didelegasikan
kepadanya, termasuk
Petugas Informasi Petugas Informasi Petugas Informasi kewenangan pengujian
konsekuensi.

Keterangan:

1. Tanggungjawab PPID Utama:


a. Mengoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;
b. Mengoordinasikan PPID Pembantu dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;
c. Mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID
pembantu, termasuk kewenangan untuk melakukan uji konsekuensi untuk menilai apakah Informasi Publik
termasuk sebagai Informasi Publik yang dikecualikan atau tidak; dan
d. Mengoordinasikan pelayanan Informasi Publik.

2. Tanggungjawab PPID Pembantu:


a. PPID Pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi
Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;
b. Melaksanakan sebagian atau seluruh kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya termasuk
kewenangan untuk melakukan uji konsekuensi untuk menilai apakah Informasi Publik termasuk sebagai Informasi
Publik yang dikecualikan atau tidak; dan
c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.

BUKU PEGANGAN
90 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Opsi 3
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan
untuk mengecualikan informasi dengan Sekda sebagai Atasan PPID.

Tugas Atasan PPID selain melakukan fungsi monitoring dan evaluasi serta pengambilan kebijakan penting
terkait dengan keterbukaan informasi juga untuk merespon keberatan terhadap layanan informasi termasuk
penolakan permohonan informasi dengan alasan pengecualian. Namun demikian karena alasan pengajukan
keberatan sangat beragam mulai dari keberatan yang sifatnya teknis, misalnya layanan melebihi jangka
waktu, biaya yang tidak wajar, layanan tidak sesuai dengan yang diminta, dan seterusnya hingga alasan
keberatan yang bersifat substansi karena informasi yang dimohon adalah rahasia atau dikecualikan, maka
perlu dipertimbangkan apakah cukup efektif jika Bupati/Walikota dimandatkan sebagai Atasan PPID yang
mengemban fungsi tersebut dengan pertimbangan kesibukan dan sebagainya. Sebagai alternatif dapat dipilih
Atasan PPID adalah Sekretaris Daerah yang merupakan pejabat birokrasi tertinggi di suatu pemerintahan
daerah.

Berikut contoh Bagan PPID Utama dijabat oleh Kepala Hubungan Masyarakat atau Kepala
Dishubkominfo dengan PPID Pembantu disetiap SKPD.

Bupati/Walikota

Sekda
Atasan PPID
Informasi yang dikecualikan

Informasi yang dapat diakses

Informasi yang dikecualikan

Informasi yang dapat diakses

1. PPID Utama bertugas 1. PPID Pembantu bertugas


melaksanakan Kepala Humas/ Kepala UPT. Kepala Dinas melaksanakan pengelolaan
pengelolaan dan Kepala Perizinan Pendidikan dan pelayanan informasi.
pelayanan informasi. Dishubkominfo 2. Melaksanakan kewenangan
2. PPID Utama PPID Utama yang
mendelegasikan sebagian
PPID Utama PPID Pembantu PPID Pembantu didelegasikan kepadanya,
kewenangan pengelolaan
termasuk kewenangan
dan pelayanan informasi
pengujian konsekuensi.
kepada PPID Pembantu,
termasuk kewenangan
pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan
pengelolaan dan Petugas Informasi Petugas Informasi Petugas
pelayanan informasi publik dan
yang berlaku di badan Meja Informasi
publik.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 91
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Di luar 3 opsi yang disampaikan di atas, ada juga Badan Publik yang memiliki opsi penetapan PPID seperti
di bawah ini. Penetapan model semacam di bawah ini disebabkan badan publik tersebut memiliki struktur
organisasi yang sangat ramping dan biasanya hanya memiliki satu kantor saja, misalnya pada organisasi non-
pemerintah.

Badan Publik dengan sedikit atau satu unit/satuan kerja

Pemimpin Badan Publik


1. Melaksanakan tugasnya
sebagai PPID.
2. Melakukan pengujian
konsekuensi dan mewakili
Humas / PPID badan publik dalam sengketa
informasi.
3. Merangkap sebagai petugas
informasi.

Keterangan:

PPID dalam skema ini sekaligus merangkap sebagai Petugas Informasi yang bertugas melaksanakan penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/
atau diterima oleh Badan Publik. Selain itu, PPID dalam skema ini bertugas melakukan pengujian konsekuensi untuk
memutuskan suatu informasi dikecualikan atau terbuka untuk diakses publik.

BUKU PEGANGAN
92 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BEBERAPA CATATAN UMUM TERKAIT menyelenggarakan keterbukaan informasi
DENGAN STRUKTUR PPID BEBERAPA hingga ke level masyarakat.
PEMERINTAH DAERAH (SUATU d. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang
PEMBELAJARAN) belum mengatur Meja Informasi dan SKPD
mana yang menyelengarakan Meja Informasi
Pada saat ini telah banyak pemerintah daeran tersebut sebagai pintu layanan informasi
yang mempersiapkan pelaksanaan keterbukaan bagi masyarakat. Dalam penentuan Meja
informasi dengan membentuk struktur PPID. Berikut Informasi terdapat variasi antar pemerintah
ini catatan atas refleksi Struktur PPID yang telah daerah mengingat kondisi yang berbeda-beda
dibentuk oleh beberapa pemerintah daerah selama pula, misalnya untuk pemerintah daerah yang
penyelenggaraan pelatihan PPID oleh KINERJA : kantor SKPD-nya sudah terdapat dalam satu
kawasan, maka Meja Informasi dibuat terpusat
a. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang atau satu pintu dibawah tanggungjawab PPID
belum mencantumkan siapa Atasan PPID dan Utama. Namun ada pula beberapa pemerintah
apa tupoksinya; daerah yang membuat Meja Informasi di
b. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang setiap kantor SKPD dibawah tanggungjawab
membentuk struktur tidak hanya Atasan PPID, PPID Pembantu mengingat letak setiap kantor
PPID, dan PPID Pembantu, misalnya Dewan yang jaraknya berjauhan satu sama lainnya
Pertimbangan namun belum mencantumkan sehingga diharapkan mempermudah layanan
tupoksinya; bagi masyarakat. Meja Informasi dibawah
c. Terdapat variasi beberapa pemerintahan setiap PPID Pembantu akan memberikan
daerah dalam mencantumkan SKPD-nya. layanan informasi yang tercakup di SKPD nya
Ada pemerintah daerah yang mencantumkan namun pada Meja Informasi tersebut dibekali
Unit Pelaksanan Teknis sebagai bagian dari Daftar Informasi Publik yang memungkinkan
pemerintahan daerah bahkan mencakup juga masyarakat dapat melihat SKPD mana yang
kecamatan dan desa/kelurahan, namun ada menguasai informasi yang dibutuhkannya.
juga pemerintah daerah tidak memasukan
kecamatan dan desa/kelurahan dalam struktur
PPID. Oleh karena itu perlu dipikirkan apakah
kecamatan dan desa/kelurahan merupakan
bagian dari pemerintah daerah? Jika Ya, maka
kedua instansi tersebut perlu dimasukkan
dalam struktur PPID. Dengan memasukkan
kecamatan dan desa/kelurahan akan sangat
membantu kedua instansi tersebut untuk

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 93
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

publik berkaitan dengan cara/prosedur Badan Publik

II.4. STANDAR dalam mengelola informasi di dalam Badan publik itu

OPERASIONAL sendiri, untuk mendukung pelayanan informasi. Oleh

PROSEDUR (SOP) karena itu, titik berat dalam mengembangkan SOP


pengelolaan informasi publik adalah efektifitas arus
informasi di dalam Badan Publik (pola hubungan
yang efektif antara unit penyedia informasi di dalam
Badan Publik memiliki kewajiban untuk membangun
Badan Publik) serta kualitas informasi dihasilkan
dan mengembangkan sistem informasi dan
atau disediakan.
dokumentasi agar dapat mengelola informasi publik
dengan baik dan efisien sehingga dapat diakses
Ada banyak manfaat dari keberadaan SOP, antara
dengan mudah oleh masyarakat (Pasal 7 Ayat
lain:
(3) UU KIP). Termasuk dalam kewajiban tersebut,
Badan Publik harus membuat peraturan mengenai
1) Sebagai standarisasi cara yang dilakukan
SOP layanan informasi sebagai bagian dari sistem
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang
informasi dan dokumentasinya (Pasal 38 PERKI
menjadi tugasnya.
SLIP).
2) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian
yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai
Baik UU KIP maupun peraturan pelaksananya tidak
dalam melaksanakan tugas.
mengatur secara khusus tentang SOP pengelolaan
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
informasi publik. Hal ini dikarenakan SOP sangat
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
tergantung pada bentuk dan besarnya Badan Publik
individual pegawai dan organisasi secara
serta bidang kegiatan dan mekanisme kerja yang
keseluruhan.
(sudah) ada di Badan Publik yang bersangkutan.
4) Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan
Oleh sebab itu, kewenangan untuk mengaturnya
tidak tergantung pada intervensi manajemen,
diserahkan kepada masing-masing Badan Publik.
sehlngga akan mengurangl keterlibatan
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
SOP layanan informasi publik berkaitan dengan
5) Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.
cara/prosedur Badan Publik dalam melayani
6) Menciptakan ukuran standar kinerja yang
permohonan informasi secara efektif dan efisien
akan memberikan pegawai cara konkrit
(out-flow). Oleh karena itu, titik berat dalam
untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengembangkan SOP layanan informasi publik
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
adalah pola hubungan yang efektif dan efisien
7) Memastikan pelaksanaan tugas
antara penyedia informasi dengan pemohon
penyelenggaraan pemerintahan dapat
informasi. Sedangkan SOP pengelolaan informasi
berlangsung dalam berbagai situasi.

BUKU PEGANGAN
94 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
8) Menjamin konsistensi pelayanan kepada 3) Keselarasan. Prosedur-prosedur yang
masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan distandarkan harus selaras dengan prosedur-
prosedur. prosedur standar lain yang terkait.
9) Memberikan informasi mengenai kualifikasi 4) Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur
kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai yang distandarkan mengandung standar
dalam melaksanakan tugasnya. kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur
10) Memberikan informasi bagi upaya peningkatan pencapaian keberhasilannya.
kompetensi pegawai. 5) Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan
11) Memberikan informasi mengenai beban tugas harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan
yang dipikul oleh seorang pegawai dalam kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
melaksanakan tugasnya. yang berkembang dalam penyelenggaraan
12) Sebagai instrumen yang dapat melindungi administrasi pemerintahan.
pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum 6) Berorientasi pada pengguna (mereka yang
karena tuduhan melakukan penyimpangan. dilayani). Prosedur-prosedur yang distandarkan
13) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas. harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna
14) Membantu penelusuran terhadap kesalahan- (customer's needs) sehingga dapat memberikan
kesalahan prosedural dalam memberikan kepuasan kepada pengguna.
pelayanan. 7) Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang
15) Membantu memberikan informasi yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
diperlukan dalam penyusunan standar peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.
pelayanan, sehingga sekaligus dapat 8) Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang
memberikan informasi bagi kinerja pelayanan. distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan
sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
Dalam menyusun SOP perlu diperhatikan beberapa dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk
hal, yaitu: melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan
hukum.
1) Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur
yang distandarkan harus dapat dengan mudah Dilihat dari jenisnya terdapat 2 jenis SOP, yaitu:
dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai SOP Teknis dan SOP Administratif.
bahkan seseorang sama sekali baru dalam
tugas pelaksanaan tugasnya. 1. SOP Teknis. SOP teknis adalah standar
2) Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur prosedur yang sangat rinci dan bersifat teknis.
yang distandarkan harus merupakan prosedur Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti
yang paling efisien dan efektif dalam proses sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan tugas. variasi lain.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 95
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

SOP teknis banyak digunakan pada bidang- Jika dilihat dari segi format, terdapat 4 format
bidang antara lain: teknik, seperti: perakitan SOP, yaitu: (1) Langkah sederhana (Simple
kendaraan bermotor, pemeliharaan kendaraan, Steps); (2) Tahapan berurutan (Hierarchical
pengoperasian alat-alat, dan lainnya; kesehatan, Steps); (3) Grafik (Graphic); (4) Diagram
pengoperasian alat-alat medis, penanganan Alir (Flowcharts). Terdapat 2 faktor yang
pasien pada unit gawat darurat, medical check dapat dijadikan dasar dalam penentuan
up, dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan format penyusunan SOP, yaitu : (1) berapa
administrasi pemerintahan, SOP teknis banyak keputusan yang akan dibuat dalam
dapat diterapkan pada bidang-bidang antara suatu prosedur; (2) berapa banyak langkah
lain: pemeliharaan sarana dan prasarana, dan sublangkah yang diperlukan dalam
pemeriksaan keuangan (auditing), kearsipan, suatu prosedur. Format terbaik SOP adalah
korespondensi, dokumentasi, pelayanan- yang dapat memberikan wadah serta dapat
pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian menstransmisikan informasi yang dibutuhkan
dan lainnya. secara tepat dan memfasilitasi implementasi
SOP secara konsisten.
2. SOP Administratif. SOP administratif adalah
standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis- Berikut penjelasan dari format SOP:
jenis pekerjaan yang bersifat administratif.
1. Langkah sederhana (Simple Steps). Format
Dalam penyelenggaraan administrasi ini dapat digunakan jika prosedur yang akan
pemerintahan lingkup makro, SOP administratif disusun hanya memuat sedikit kegiatan dan
dapat digunakan untuk proses-proses memerlukan sedikit keputusan. Format SOP ini
perencanaan, pengganggaran, dan lainnya, atau dapat digunakan dalam situasi dimana hanya
secara garis besar proses-proses dalam siklus ada beberapa orang yang akan melaksanakan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan. prosedur yang telah disusun dan biasanya
merupakan prosedur rutin. Dalam simple steps
Dalam lingkup mikro, SOP administratif disusun ini kegiatan yang akan dilaksanakan cenderung
untuk proses-proses administratif dalam sederhana dengan proses yang pendek.
operasional seluruh instansi pemerintah, dari 2. Tahapan berurutan (Hierarchical Steps).
mulai level unit organisasi yang paling kecil Format ini merupakan pengembangan dari
sampai pada level organisasi secara utuh, simple steps. Digunakan jika prosedur yang
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. disusun panjang, lebih dari 10 langkah dan

BUKU PEGANGAN
96 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
membutuhkan informasi lebih detail, akan rencana pembentukan SOP. Selain itu pada
tetapi hanya memerlukan sedikit pengambilan tahap ini perlu pula diidentifikasi kapasitas tim
keputusan. Dalam hierarchical langkah-langkah yang akan menyusun SOP. Jika diperlukan
yang telah diidentifikasi dijabarkan kedalam dapat dilakukan peningkatan kapasitas atau
sub-sub langkah secara terperinci. pelatihan terlebih dahulu tentang bagaimana
3. Grafik (Graphic). Jika prosedur yang disusun menyusun SOP dengan baik.
menghendaki kegiatan yang panjang dan
spesifik, maka format ini dapat dipakai. Dalam 2. Indentifikasi kebutuhan SOP. Pada tahap
format ini proses yang panjang tersebut ini tim penyusun perlu melakukan identifikasi
dijabarkan ke dalam sub-sub proses yang lebih tentang SOP apa saja yang dibutuhkan.
pendek yang hanya berisi beberapa langkah. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan melihat
Hal ini memudahkan bagi pegawai dalam bussines process dari keterbukaan informasi
melaksanakan prosedur. Format ini juga bisa maupun juga dengan menggali masukan
digunakan jika dalam menggambarkan prosedur dari stakeholders di internal badan publik.
diperlukan adanya suatu foto atau diagram. Pelaksanaan keterbukaan informasi umumnya
4. Diagram Alir (Flowcharts). Flowcharts membutuhkan SOP seperti di bawah ini:
merupakan format yang biasa digunakan jika a. Penyusunan daftar informasi publik.
dalam SOP tersebut diperlukan pengambilan b. Pendokumentasian dan penyimpanan
keputusan yang banyak (kompleks) dan informasi publik.
membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak" yang c. Pengumuman dan pelayanan permohonan
akan mempengaruhi sub langkah berikutnya. informasi publik.
Format ini juga menyediakan mekanisme yang d. Pengelolaan keberatan layanan informasi
mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para publik.
pegawai melalui serangkaian langkah-langkah e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
sebagaihasil dari keputusan yang telah diambil. keterbukaan informasi publik.

3. Penyusunan SOP. Pada tahap ini bisa

LANGKAH-LANGKAH UMUM DALAM dilakukan dengan beberapa kegiatan mulai


MENYUSUN SOP dari pengumpulan informasi yang dibutuhkan,
penulisan (drafting), dan pengesahan.
1. Persiapan. Pada tahap ini dilakukan
pembentukan tim dan sosialisasi tentang

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 97
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Berikut contoh format SOP secara umum:

Nomor SOP
SARKER Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh

Nama SOP:

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:


1.
2.
....
Keterkaitan: Peralatan/Perlengkapan:
1. 1.
2. 2.
.... ....
Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:
1.
2.
....

Pelaksana Baku Tembak


No. Aktivitas Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Persyaratan/ Keterangan
Kelengkapan Waktu Output
1 2 3
1.
2.
....

Keterangan:

• Dasar hukum diisi dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur materi yang akan dibuat SOP nya.
• Keterkaitan diisi dengan keterkaitan kegiatan atau prosedur ini dengan prosedur lainnya.
• Peringatan diisi dengan kemungkinan masalah yang terjadi ketika prosedur ini dilaksanakan (jika ada) ataupun tidak
dilaksanakan. Sebaiknya juga diisi dengan bagaimana mengatasi masalah yang muncul tersebut.
• Kualifikasi pelaksana diisi dengan kualifikasi pegawai atau petugas yang melaksanakan prosedur
• Pencatatan dan pendataan memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan
dalam pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan, Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang
akan diisi oleh setiap pegawai yang terlibat dalam proses, (Misalnya formulir yang menunjukkan perjalanan sebuah
proses pengolahan dokumen pelayanan perijinan.

BUKU PEGANGAN
98 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Pada perangkat meja yang dijadikan Meja

II.5. SARANA DAN Informasi diberikan keterangan/tulisan :

PRASARANA MEJA INFORMASI


• Untuk mempermudah pemohon menemukan
letak Meja Informasi di lokasi kantor PPID perlu
diberikan petunjuk arah yang memberitahukan
Sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek
dimana letak Meja Informasi.
penting dalam pelaksanaan keterbukaan informasi.
Pelayanan informasi dapat diselenggarakan dengan
Ad.2. Formulir Layanan Informasi
baik apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana
yang memadai, khususnya pada tahap awal adalah
Formulir layanan adalah formulir-formulir yang
sarana dan prasarana pada Meja Informasi.
merupakan perangkat layanan berdasarkan
Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010
Meja informasi adalah tempat pelayanan informasi
tentang Standar Layanan Informasi Publik (PERKI
publik serta berbagai sarana atau fasilitas
SLIP). Formulir-formulir tersebut adalah:
penyelenggaraan pelayanan informasi lainnya yang
bertujuan memudahkan perolehan informasi publik.
1. Register Permohonan Informasi. Format
Beberapa fasilitas yang umumnya diperlukan dalam
Register tersedia pada Lampiran 4 didalam
meja informasi adalah:
PERKI No 1/2010 tentang SLIP
2. Formulir Permohonan Informasi. Format formulir
1. Meja dan kursi layanan
ini tersedia pada Lampiran 3 di dalam PERKI No
2. Formulir layanan informasi
1/2010 tentang SLIP
3. Maklumat Pelayanan Informasi Publik
3. Tanda Terima Permohonan Informasi. Tanda
4. Komputer, Printer, dan Scanner
terima ini dapat menggunakan copy dari formulir
5. Telepon dan Faximile
permohonan informasi atau dapat dibuat sendiri
6. Papan pengumuman dan Website
secara sederhana dengan mencantumkan
7. Database
tanggal permohonan diterima/dinyatakan
lengkap dan waktu bagi pemohon untuk
Ad.1. Meja dan Kursi layanan
mengkonfonfirmasi hasil permohonan.
4. Surat Pemberitahuan Tertulis. Format ini telah
• Meja dan kursi layanan ini diperuntukkan baik
tersedia pada Lampiran 5 di dalam PERKI No
bagi petugas maupun bagi pemohon informasi
1/2010 tentang SLIP.
selama layanan informasi diberikan. Bagi
5. Surat Perpanjangan Layanan. Format ini dapat
pemohon informasi, meja dan kursi dapat
dibuat dengan menggunakan format tersendiri.
mengoptimalkan sarana ruang tunggu di kantor
6. Surat Keputusan PPID tentang Penolakan
PPID.
Permohonan Informasi. Format ini tersedia pada

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 99
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Lampiran 6 di dalam PERKI No 1/2010 tentang layanan terlebih lagi dengan penerapan aplikasi
SLIP. layanan. Aplikasi layanan akan mencetak secara
7. Register Permohonan Keberatan. Format ini otomatis berbagai form-form yang diperlukan oleh
tersedia pada Lampiran 8 di dalam PERKI No petugas. Selain itu, keberadaan komputer juga
1/2010 tentang SLIP. dapat dihubungkan dengan database terkait dengan
8. Formulir Keberatan. Format ini tersedia pada informasi/dokumen yang telah dicantumkan dalam
Lampiran 7 di dalam PERKI No 1/2010 tentang Daftar Informasi Publik. Untuk kebutuhan print, copy,
SLIP. dan scan bisa diupayakan dengan printer yang
9. Tanda Terima Pengajuan Keberatan. Tanda memiliki kelengkapan untuk ketiga fungsi tersebut.
terima ini dapat menggunakan copy dari formulir
keberatan atau dapat dibuat sendiri secara Ad. 5. Telepon dan Faximile
sederhana dengan mencantumkan tanggal
permohonan diterima/dinyatakan lengkap dan Telepon dan faximile diperlukan sebagai media
waktu bagi pemohon untuk mengkonfirmasi hasil komunikasi dalam proses layanan. Oleh karena itu
permohonan. diharapkan setiap pemerintah daerah menyediakan
saluran ini untuk kebutuhan pelayanan informasi.
Ad. 3. Maklumat Pelayanan Informasi Publik Nomor telepon dan faximile perlu dicantumkan
dalam Maklumat Pelayanan Informasi Publik dan
Maklumat Pelayanan Informasi Publik adalah disebarluaskan kepada publik agar mengetahui
penjelasan tertulis kepada publik seputar pelayanan kemana mereka melakukan permohonan informasi.
informasi yang terdiri dari:
1. Dasar Hukum; Ad.6. Papan pengumuman dan Website
2. Pemohon Informasi Publik;
3. Cakupan pemerintah daerah; Papan pengumuman dan website merupakan
4. Tata Cara Permohonan Informasi Publik; media wajib yang digunakan dalam pengumuman
5. Tata Cara Pelayanan Informasi Publik; informasi yang wajib diumumkan secara berkala.
6. Tata Cara Mengajukan Keberatan; Oleh karena itu, setiap kantor pemerintah daerah
7. Tata Cara Pengelolaan keberatan; dan harus menyediakan papan pengumuman untuk
8. Saran dan Masukan; mengumumkan informasi-informasi tertentu yang
disajikan dengan menyesuaikan kapasitas papan
Ad.4. Komputer, Printer, dan Scanner pengumuman. Pemerintah daerah yang telah
memiliki website perlu segera mengunggah jenis
Perangkat komputer, printer, alat copy, dan scanner informasi yang wajib diumumkan dan disediakan
diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat secara berkala ke dalam website-nya.

BUKU PEGANGAN
100 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Ad.7. Database landasan kegiatan operasional awal, karena
disinilah dikenalkan berbagai hal tentang
Database merupakan salah satu perangkat keterbukaan informasi publik. Pemerintah
penting dalam pelayanan informasi. Melalui Daerah perlu melakukan kegiatan sosialisasi
keberadaan database yang optimal diharapkan dengan tujuan dapat memberi gambaran kepada
dapat mempermudah dan mempercepat pelayanan Badan Publik/Satker/SKPD mengenai:
informasi publik sesuai dengan standar operasional i. Paradigma serta prinsip keterbukaan
prosedur. Oleh karena itu kedepan perlu dipikirkkan informasi publik
agar setiap pemerintah daerah memiliki database ii. Lembaga atau institusi yang terlibat di dalam
untuk menyimpan informasi/dokumen yang telah kegiatan keterbukaan informasi publik, serta
dicantumkan dalam Daftar Informasi Publik. peran masing-masing.
Database ini harus dikelola oleh PPID dan PPID iii. Peran Pemerintah (Daerah) dalam
Pembantu dengan dibantu oleh petugas teknologi keterbukaan informasi publik, dimana secara
informatika. spesifik menjelaskan peran dan fungsi PPID
iv. Kategori Informasi publik dan prosedur
pengecualian informasi
v. Mekanisme umum pelayanan informasi
publik
II.6. TAHAPAN vi. Penyelesaian sengketa informasi
PEMBENTUKAN vii. Sanksi terhadap tidak terpenuhinya hak
PPID publik atas informasi.

Materi sosialisasi dapat diambilkan dari Undang-


Setelah segala prasyarat dasar maupun
Undang KIP atau berbagai bahan yang dapat
faktor pendukung diuraikan di atas, termasuk
diunduh dari website Komisi Informasi Pusat
bagaimana PPID serta beberapa opsi struktur
ataupun Kementrian Informasi dan Komunikasi.
organisasi, maka untuk dapat mengoperasionalkan
Di dalam pelaksanaan sosialisasi perlu
diperlukan langkah-langkah untuk membentuk
dipastikan bahwa SKPD/Satker yang hadir
PPID berdasarkan berbagai prasyarat dan faktor
adalah pejabat tertinggi atau wakilnya, dan
pendukung tersebut di atas. Langkah-langkah
bukan staf biasa.
tersebut adalah sebagai berikut:

b. Pembentukan Tim Persiapan. Pemerintah


a. Sosialisasi Undang-Undang KIP beserta regulasi
Daerah selanjutnya dapat membentuk tim
yang mendukungnya kepada Badan Publik
persiapan. Tim ini dibentuk untuk membahas
(Satker/SKPD). Sosialisasi ini merupakan
struktur organisasi, SOP dan menyusun kriteria

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 101
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

informasi. Tim ini paling tidak terdiri dari Bagian PPID diajukan kepada Pimpinan Daerah untuk
Hukum, Humas/Kominfo dan semua Bagian di mendapatkan persetujuan untuk ditetapkan.
bawah SEKDA). Output yang diharapkan dapat
dihasilkan oleh tim ini adalah: e. Tim persiapan melalui Bagian Hukum
i. Rancangan SK Pembentukan PPID. menyampaikan Rancangan Peraturan Kepala
Adapun materi mengenai regulasi ini telah Daerah mengenai SOP Pelayanan Informasi
dijelaskan di dalam bagian terdahulu yang Publik oleh PPID kepada Pimpinan Daerah
menjelaskan mengenai prasyarat dasar untuk ditetapkan.
maupun factor pendukung mengenai
regulasi. f. Setelah rancangan SK Pembentukan PPID
ii. Rancangan kategori dan kriteria informasi. ditetapkan melalui Pimpinan Daerah, maka
Adapun materi mengenai rancangan ini tim persiapan melakukan sosialisasi SK
dapat dapat diamati berdasarkan bagian di Pembentukan PPID kepada seluruh Satker/
dalam Undang-Undang KIP dan Perki No SKPD. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
1/2010 berbagai opsi, yakni: (i) mengundang seluruh
iii. Rancangan SOP Pelayanan Informasi SKPD/Satker untuk diberi penjelasan; (ii)
Publik. Adapun materi mengenai rancangan mempublikasikan melalui media internal; (iii)
ini dapat diambil dari Undang-Undang KIP mendistribusikan salinan SK kepada seluruh
dan Perki No 1/2010. Satker/SKPD dengan meminta semua pimpinan
Satker mensosialisasikan SK kepada stafnya;
c. Pembahasan kriteria informasi. Tim persiapan (iv) mengunggah SK ke seluruh situs yang
merumuskan rancangan kriteria informasi. dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Opsi yang
Selanjutnya, tim persiapan mengundang seluruh disampaikan di sini dapat dilakukan secara
Staker/SKPD untuk membahas rancangan bersamaan antar satu opsi dengan opsi yang
kriteria informasi publik untuk disepakati dengan lain.
seluruh satker. Keluaran dari pertemuan
pembahasan ini adalah disepakatinya kriteria g. Setelah rancangan Peraturan Kepala Daerah
informasi publik menjadi alat untuk menentukan mengenai SOP Pelayanan Informasi Publik
kriteria informasi yang dikecualikan dan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, maka tim
tidak. Kriteria ini selanjutnya digunakan sebagai persiapan melakukan sosialisasi kepada
panduan untuk menyusun daftar informasi publik seluruh Satker. Metode sosialisasi sama dengan
di masing-masing SKPD/Satker. saat melakukan sosialisasi SK Pembentukan
PPID kepada Satker, hanya saja untuk SOP ini
d. Tim persiapan melalui Bagian Hukum diperlukan sesi khusus untuk memastikan SOP
menyampaikan Rancangan SK Pembentukan dipahami dan dapat dijalankan oleh masing-

BUKU PEGANGAN
102 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
masing Satker. PPID Utama atau tim persiapan yang hendak digunakan untuk mempermudah
dapat menyiapkan paket peningkatan kapasitas proses pengelolaan informasi (penyimpanan,
bagi petugas-petugas yang nanti ditetapkan di pendokumentasian, penyediaan) dan berbagai
masing-masing Satker/SKPD untuk menjalankan formulir yang dibutuhkan yang sebagian besar
peran-peran tersebut. dapat dilihat di dalam lampiran Perki no 1 tahun
20120.
h. Pembentukan struktur organisasi PPID
pada masing-masing SKPD. Kepala SKPD Rencana tersebut dapat diajukan kedalam
membentuk tim pelaksana pelayanan informasi usulan SKPD untuk Tahun Anggaran berjalan
publik. Tim ini dikoordinasikan oleh PPID melalui Perubahan APBD ataupun usulan
pelaksana atau PPID pembantu yang ada di rancangan APBD tahun berikutnya.SKPD
SKPD terkait. Jumlah tim dan struktur internal masing-masing perlu memberikan alasan
dibentuk tergantung pada rentang dan struktur mengapa saat ini dibutuhkan peralatan
yang ada di dalam SKPD masing-masing. tersebut. Usulan disampaikan melalui proses
Pembentukan ini harus memastikan masing- pembahasan perubahan APBD tahun berjalan
masing staf yang ditetapkan memahami peran ataupun rancangan APBD tahun berikutnya.
dan fungsi mereka di dalam pengelolaan
informasi di dalam SKPD masing-masing. j. Sosialisasi kepada publik. Publik perlu
Kepala SKPD perlu mempertimbangkan mengetahui keberadaan PPID dan perannya,
peningkatan kapasitas dari tim pelaksana agar terutama apa yang menjadi hak publik di dalam
dapat menjalankan peran dan fungsinya secara mengakses informasi. Hal ini merupakan
optimal. langkah penting setelah semua proses di atas
dilakukan. Di dalam melakukan sosialisasi
i. Pengadaan sarana dan prasarana. Hal yang kepada publik adalah penting menyampaikan
perlu dilakukan adalah merumuskan kebutuhan pokok-pokok materi yang hendak disosialisasi.
sarana dan prasarana seperti apa yang hendak Hendaknya dihindari penyampaian SK,
digunakan. Ada baiknya SKPD/Satker menyusun Peraturan ataupun Undang-Undang semata,
kebutuhan berdasarkan rencana jangka namun perlu diberi penjelasan spesifik,
panjang yang berbentuk semacam rencana terutama yang terkait dengan apa yang perlu
induk pengelolaan informasi publik, sehingga diketahui oleh publik. Selain materi yang
tergambar jelas di dalam rencana berapa hendak disosialisasi, juga penting media yang
kebutuhan komputer (serta ditempatkan dimana digunakan untuk melakukan sosialisasi.
masing-masing serta apakah diperlukan server),
lemari penyimpanan (storage cabinets), meja
informasi (front desk), bagaimana sistem apa

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 103
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

BAHAN PRESENTASI

SESI II
MELAKSANAKAN KETERBUKAAN
INFORMASI

Henri Subagiyo

Sub Pokok Bahasan


• PRASYARAT UMUM PELAKSANAAN KETERBUKAAN
INFORMASI
• STRUKTUR DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN
DOKUMENTASI (PPID)
- PENGEMBANGAN STRUKTUR
- KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB
• PENGEMBANGAN STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR

BUKU PEGANGAN
104 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DISKUSI KELOMPOK
• Tuliskan kebutuhan apa saja yang menjadi prasyarat dalam
melaksanakan pelayanan informasi dan apa hambatan/tantangannya
serta bagaimana solusinya menurut anda
• Berikan jawaban kepada fasilitator anda untuk ditempelkan sesuai
dengan kerangka

Kebutuhan Hambatan/tantangan Solusi

• Lihat slide selanjutnya dan identifikasi jawaban dengan slide


• Diskusikan


PRASYARAT UMUM DALAM IMPLEMENTASI UU KIP
• Peraturan Komisi
Informasi
Partisipatif • Peraturan
Pemerintah • PPID
8. Dukungan • SOP internal • Penanggung-
(PERDA/PERGUB jawab
Publik /KEPGUB
• Sistem
Keberatan
• Daftar Informasi
penilaian Publik (Atasan PPID)
kinerja • Koordinasi
 Kesadaran • Sistem Monev antar unit
Publik & pelaporan • Koordinasi
 Permintaan antar Badan
1. Political Publik 2.
Informasi
Pemanfaata will Peraturan
n Informasi pimpinan Pelaksana
• Penganggaran
yg memadahi • Kualitas &
• Strategi kuantitas
pendanaan SDM
lainnya • Kultur
birokrasi
• Kemitraan • Sarana (awareness)
software & • Regenerasi
hardware
• Maintenance

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 105
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Membentuk
Kelembagaan PPID


PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)
SERTA LINGKUP TANGGUNGJAWAB PPID (Ps. 6-8 PERKI)

• PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang


penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan
informasi di Badan Publik dan bertanggungjawab langsung kepada
atasan PPID (PERKI 1/2010)
• Mengkoordinasikan:
- penyimpanan dan pendokumentasian seluruh Informasi Publik;
- penyediaan dan pelayanan seluruh Informasi Publik di bawah
penguasaan Badan Publik yang dapat diakses oleh publik.

BUKU PEGANGAN
106 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
RENTANG FUNGSI KELEMBAGAAN
Penanggungjawab:
 supervisi
ATASAN PPID  merespon keberatan

INFLOW OUTFLOW
Penyediaan & Pelayanan:
Pengumpulan,
 Pelayanan melalui
penyimpanan,
Pengumuman
pendokumentasian dari
 Pelayanan melalui
setiap unit
permohonan informasi


LINGKUP TUGAS PPID (Ps. 6-8 PERKI)
1. Mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap
unit/satuan kerja yang meliputi:
• informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
• informasi yang wajib tersedia setiap saat;
• informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. Mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/
satuan kerja di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar
Informasi Publik setelah dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan
kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
3. Penyimpanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada poin (1) dan (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kearsipan.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 107
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

• Mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi


Publik melalui pengumuman dan/atau permohonan.
• Dalam hal pengumuman, mengkoordinasikan:
- pengumuman Informasi Publik melalui media yang
secara efektif dapat menjangkau seluruh pemangku
kepentingan; dan
- penyampaian Informasi Publik dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami serta
mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan
oleh penduduk setempat.


• Dalam hal pelayanan permohonan:
- mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
Informasi Publik;
- melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam
Pasal 17 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan
Informasi Publik tertentu dikecualikan;
- menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas,
dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak;
- menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta
alasannya; dan
- mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam
rangka peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
• mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan
prosedur penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.

BUKU PEGANGAN
108 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewenangan PPID (Permendagri 35/2010)
1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/satuan
kerja yang menjadi cakupan kerjanya;
3. mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID
Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional yang menjadi cakupan
kerjanya;
4. menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses
oleh publik; dan
5. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional untuk
membuat, mengumpulkan, serta memelihara informasi dan dokumentasi
untuk kebutuhan organisasi.


KOMPETENSI PPID
• Membidangi informasi publik  Ps. 12 PP 61/2010
• Memiliki kemampuan dalam pengelolaan informasi dan dokumentasi
(penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan
informasi )  Ps. 13 PP 61/2010
• Melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi
pelayanan informasi  Ps. 7 Permendagri 35/2010
• Dapat didukung oleh pejabat fungsional  Ps. 8 Permendagri 35/2010;
Ps. 15 PP 61/2010; dan Ps. 13 UU KIP
• Mampu mengambil keputusan (selonitas yang memadahi)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 109
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Tahapan Pembentukan PPID


• Mempersiapkan tim perumus,
• Mengidentifikasi tupoksi yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawab
PPID dan eselonitas,
• Mengidentifikasi hubungan kerja dengan satker lainnya, misalnya untuk
menentukan PPID Pembantu,
• Membuat mekanisme kerja antara PPID, PPID pembantu, dan atasan
PPID,
• Merumuskan Meja Informasi dan menentukan petugas meja informasi,
• Mengidentifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Diskusi Kelompok

• Setelah mengetahui presentasi di atas, buatlah:


- Usulan tahapan aktifitas dalam membentuk struktur
PPID
- Bagan/struktur PPID, PPID Pembantu, dan Meja
Informasi bagi Pemerintah Daerah
• Presentasikan dan diskusikan bersama

BUKU PEGANGAN
110 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bupati/Walikota
Wakil Bupati/Walikota DPRD
Simulasi Atasan PPID
SETDA
(Bahan Diskusi) PPID
SEKDA (Utama)

Alternatif I MEJA
SET-DPR
SEKWAN
INFORMASI
(utama) PPID
(Utama)
BAPPEDA DINAS
MEJA
KEPALA PPID KEPALA PPID INFORMASI
(Pembantu/Pelaksana) (Pembantu/Pelaksana)

BADAN KANTOR RUMAH SAKIT


KEPALA
PPID KEPALA DIREKTUR
PPID PPID
(Pembantu/Pelaksana) (Pembantu/Pelaksana) (Pembantu/Pelaksana) MEJA
Jika lokasi kantor terpisah sebaiknya ada Meja Informasi INFORMASI


KOMPETENSI PPID
Bupati/Walikota
Wakil Bupati/Walikota
Fungsi
Koordinasi/sinkronisasi DPRD

Simulasi SETDA
SEKDA Atasan PPID
(Bahan Diskusi) Asisten

Alternatif II PPID
SET-DPR
MEJA Atasan PPID SEKWAN
INFORMASI
BAPPEDA DINAS Kapala Bagian
PPID
KEPALA Atasan PPID KEPALA Atasan PPID
Kepala Bagian PPID Kepala Bagian PPID MEJA MEJA
INFORMASI INFORMASI
MEJA
INFORMASI
BADAN KANTOR RUMAH SAKIT
KEPALA Atasan PPID KEPALA Atasan PPIDDIREKTUR PPID
Kepala Bagian (Utama)
Kepala Bagian PPID PPID Kepala Bagian PPID
MEJA MEJA
INFORMASI INFORMASI MEJA INFORMASI

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 111
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif III


1. PPID Utama bertugas
Bupati melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan informasi.
Atasan PPID Utama
2. PPID Utama mendelegasikan
Sekda sebagian kewenangan
pengelolaan dan pelayanan
informasi kepada PPID Pembantu,
selain kewenangan pengujian
Informasi yang dikecualikan PPID Utama
konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan
dan pelayanan informasi publik
Informasi yang dapat diakses Petugas Informasi
yang berlaku di badan publik.

Dinas Kesehatan UPT. Perizinan Dinas Pendidikan 1. PPID Pembantu bertugas


melaksanakan pengelolaan dan
PPID Pembantu PPID Pembantu PPID Pembantu pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan
PPID Utama yang didelegasikan
Petugas Informasi Petugas Informasi Petugas Informasi kepadanya, selain kewenangan
pengujian konsekuensi.


Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif IV
Bupati 1. PPID Utama bertugas
melaksanakan pengelolaan dan
Atasan PPID Utama
pelayanan informasi.
Sekda
2. PPID Utama mendelegasikan
sebagian kewenangan
Informasi yang dikecualikan PPID Utama pengelolaan dan pelayanan
informasi kepada PPID Pembantu,
Informasi yang dapat diakses Petugas Informasi selain kewenangan pengujian
konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan
Informasi yang dikecualikan dan pelayanan informasi publik
yang berlaku di badan publik.
Informasi yang dapat diakses

1. PPID Pembantu bertugas


Dinas Kesehatan UPT. Perizinan Dinas Pendidikan melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan informasi.
PPID Pembantu PPID Pembantu PPID Pembantu 2. Melaksanakan kewenangan
PPID Utama yang didelegasikan
kepadanya, selain kewenangan
Petugas Informasi Petugas Informasi Petugas Informasi pengujian konsekuensi.

BUKU PEGANGAN
112 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEMBUAT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MANDAT TUJUAN

• Badan Publik wajib membuat Standar • Kepastian prosedur, jangka waktu,


Operasional Prosedur Pengelolaan dan administrasi bagi petugas/
dan Pelayanan Informasi sebagai pegawai
bagian dari sistem informasi dan • Indikator mengukur kinerja
dokumentasi sebagaimana diatur • Pembagian tugas dan
dalam Pasal 7 ayat (3) Undang- tanggungjawab
Undang Keterbukaan Informasi • Pertanggungjawaban
Publik
• Materi minimum dalam SOP (Ps. 38
PERKI 1/2010)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 113
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik

Materi Minimum dalam SOP


a. Kejelasan tentang pejabat yang ditunjuk sebagai PPID;
b. Kejelasan tentang orang yang ditunjuk sebagai pejabat tungsional dan/atau
petugas Informasi apabila diperlukan;
c. Kejelasan pembagian tugas, tanggung jawab, dan kewenangan PPID dalam hal
terdapat lebih dari satu PPID;
d. Kejelasan tentang pejabat yang menduduki posisi sebagai atasan PPID yang
bertanggungjawab mengeluarkan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Informasi Publik;
e. Standar layanan Informasi Publik serta tata cara pengelolaan keberatan di
lingkungan internal Badan Publik; dan
f. Tata cara pembuatan laporan tahunan tentang layanan Informasi Publik.


TAHAPAN PENYUSUNAN SOP

Persiapan Penilaian Pengembangan Integrasi dalam Monitoring dan


Kebutuhan Manajemen Evaluasi

• Membentuk • Menyusun rencana • Pengumpulan • Perencanaan • Monitoring


Tim dan tindak penilaian Informasi dan penerapan • Evaluasi
kelengkapannya kebutuhan Identifikasi • Pemberitahuan
• Melakukan • Melakukan Alternatif • Distribusi dan
pelatihan-pelatihan penilaian • Analisis dan aksibilitas
bagi anggota tim kebutuhan Pemilihan Alternatif • Pelatihan
• Memberitahukan
• Membuat sebuah • Penulisan SOP pemahaman
kepada seluruh
daftar mengenai • Pengujian dan
unit tentang
kegiatan SOP yang akan Reviu SOP
penyusunan SOP dikembangkan • Pengesahan SOP
• Membuat
dokumen penilaian
kebutuhan SOP Gambar 2
Tahapan Penyusunan SOP

BUKU PEGANGAN
114 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kaidah Umum Pembuatan SOP
1. Judul: jelas dan menggambarkan aspek kegiatan
2. Tujuan : detail dan jelas sehingga pelaksana SOP mengetahui arah kegiatan.
3. Lingkup SOP : proses kegiatan apa saja, diterangkan dengan jelas dan lengkap.
4. Tanggungjawab dan wewenang (pelaksana dan fungsi organisasi)
5. Keterangan tentang kegiatan, tergantung pada kebutuhan organisasi, yang menerangkan
proses dengan bagan atau yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
berikutnya harus dapat menjelaskan dan menentukan apa yang akan dilaksanakan, oleh
siapa, bagian atau unit mana, mengapa, kapan dimana dan bagaimana. Pada keterangan
juga harus menginformasikan kendali proses dan kendali aktifitas yang telah ditentukan.
Selain itu juga menentukan dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan kegiatan
terkait dan menentukan skema.
6. Rekaman/catatan yang berkaitan dengan aktifitas harus ditentukan dengan pasti. Metode
untuk menyimpan arsip dan semua pelaporan harus dinyatakan dengan jelas.


JENIS DAN FORMAT SOP
JENIS FORMAT

• SOP TEKNIS • Langkah sederhana (simple


• SOP ADMINISTRATIF steps)
• Tahapan berurutan
(hierarchical steps)
• Grafik (Graphic)
• Diagram alir (flowchart)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 115
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh
Nomor SOP
SARKER Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif

Disahkan oleh

Nama SOP:

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:


1.
2.
....
Keterkaitan: Peralatan/Perlengkapan:
1. 1.
2. 2.
.... ....
Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:
1.
2.
....

Pelaksana Baku Tembak


No. Aktivitas Pelaksanaan Persyaratan/ Keterangan
Pelaksanaan 1 Pelaksanaan 2 Kelengkapan Waktu Output
3
1.
2.
....


Diskusi kelompok

• Fasilitator menunjukkan contoh SOP.


• Aktifitas Peserta:
- Mengidentifikasi business process yang memerlukan
SOP.
- Membuat contoh SOP, misalnya: SOP Pelayanan
Informasi.
• Presentasikan dan diskusikan.

BUKU PEGANGAN
116 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TERIMA KASIH

Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 117
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kategorisasi

3
Informasi Publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 119
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III III.1. PENTINGNYA
KATEGORISASI
INFORMASI PUBLIK
Kategorisasi UU KIP maupun peraturan pelaksananya mengatur

Informasi
tentang kategorisasi informasi. Jika dikaji lebih
dalam peraturan tersebut, ada dua alasan penting
mengapa perlu kategorisasi informasi. Pertama,

Publik alasan manajemen bahwa dengan kategorisasi akan


mempermudah bagi badan publik untuk melakukan
pengelolaan dan pelayanan informasi. Kedua,
alasan pemenuhan akses bagi publik bahwa dengan
kategorisasi akan lebih menjamin akses publik
........ terhadap informasi, misalnya informasi tertentu
masyarakat yang termasuk wajib diumumkan berkala atau serta
harus dipastikan merta, maka masyarakat harus dipastikan dapat
dapat memperoleh memperoleh informasi tanpa harus melakukan
informasi tanpa permohonan informasi terlebih dahulu.
harus melakukan
permohonan Dikenal ada 5 kategorisasi informasi, yaitu:
informasi terlebih
dahulu. 1. Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala;
2. Informasi Publik yang wajib diumumkan secara
serta merta;
3. Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat;
4. Informasi Publik lain yang disediakan atas dasar
permintaan dan
5. Informasi Publik yang dikecualikan

Kelima kategori informasi diatas diatur dalam UU


KIP dan dirinci dalam Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan

BUKU PEGANGAN
120 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 3. target dan/atau capaian program dan
61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP. kegiatan;
4. jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
5. anggaran program dan kegiatan yang
meliputi sumber dan jumlah;
III.2. INFORMASI PUBLIK 6. agenda penting terkait pelaksanaan tugas
YANG WAJIB Badan Publik;
DISEDIAKAN DAN 7. informasi khusus lainnya yang berkaitan
langsung dengan hak-hak masyarakat;
DIUMUMKAN
8. informasi tentang penerimaan calon
SECARA BERKALA pegawai dan/atau pejabat Badan Publik
Negara; dan
Informasi Publik yang wajib diumumkan secara 9. informasi tentang penerimaan calon
berkala berdasarkan rincian dari Peraturan Komisi peserta didik pada Badan Publik yang
Informasi No. 1 tahun 2010 sekurang-kurangnya menyelenggarakan kegiatan pendidikan
terdiri atas: untuk umum;

a. informasi tentang profil Badan Publik yang c. ringkasan informasi tentang kinerja dalam
meliputi: lingkup Badan Publik berupa narasi tentang
1. informasi tentang kedudukan atau domisili realisasi kegiatan yang telah maupun sedang
beserta alamat lengkap, ruang lingkup dijalankan beserta capaiannya;
kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan
fungsi Badan Publik beserta kantor unit-unit d. ringkasan laporan keuangan yang sekurang-
di bawahnya; dan kurangnya terdiri atas:
2. struktur organisasi, gambaran umum setiap 1. rencana dan laporan realisasi anggaran;
satuan kerja, profil singkat pejabat struktural; 2. neraca;
3. laporan arus kas dan catatan atas laporan
b. ringkasan informasi tentang program dan/atau keuangan yang disusun sesuai dengan
kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkup standar akuntansi yang berlaku; dan
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri 4. daftar aset dan investasi;
atas:
1. nama program dan kegiatan; e. ringkasan laporan akses Informasi Publik yang
2. penanggungjawab, pelaksana program sekurang-kurangnya terdiri atas:
dan kegiatan serta nomor telepon dan/atau 1. jumlah permohonan Informasi Publik yang
alamat yang dapat dihubungi; diterima;

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 121
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik

2. waktu yang diperlukandalam memenuhi g. informasi tentang hak dan tata cara memperoleh
setiap permohonan Informasi Publik; Informasi Publik, serta tata cara pengajuan
3. jumlah permohonan Informasi Publik yang keberatan serta proses penyelesaian sengketa
dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya Informasi Publik berikut pihak-pihak yang
dan permohonan Informasi Publik yang bertanggungjawab yang dapat dihubungi;
ditolak; dan
4. alasan penolakan permohonan Informasi h. informasi tentang tata cara pengaduan
Publik; penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran
yang dilakukan baik oleh pejabat Badan
f. informasi tentang peraturan, keputusan, Publik maupun pihak yang mendapatkan izin
dan/atau kebijakan yang mengikat dan/atau atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang
berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh bersangkutan;
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri
atas: i. informasi tentang pengumuman pengadaan
1. daftar rancangan dan tahap pembentukan barang dan jasa sesuai dengan peraturan
Peraturan Perundang-undangan, perundang-undangan terkait; dan
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang
sedang dalam proses pembuatan; j. informasi tentang prosedur peringatan dini dan
2. daftar Peraturan Perundang-undangan, prosedur evakuasi keadaan darurat di setiap
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang telah kantor Badan Publik.
disahkan atau ditetapkan;

Berapa jangka waktu penyediaan dan pengumuman Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala?
• sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun sekali

Bagaimana cara menyediakan dan mengumumkan Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala?
• melalui situs resmi, papan pengumuman atau cara lain yang mudah diakses;
• menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa lain yang mudah dipahami
penduduk setempat; dan
• memudahkan masyarakat yang memiliki kemampuan berbeda untuk memperoleh informasi
(disable).

BUKU PEGANGAN
122 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
wabah, kejadian luar biasa, kejadian antariksa
III.3. INFORMASI PUBLIK atau benda-benda angkasa;

YANG WAJIB b. informasi tentang keadaan bencana non-alam


seperti kegagalan industri atau teknologi,
DIUMUMKAN
dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran
SECARA SERTA lingkungan dan kegiatan keantariksaan;
MERTA c. bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat dan teror;
Informasi Publik yang wajib diumumkan secara
d. informasi tentang jenis, persebaran dan daerah
serta merta adalah suatu informasi yang dapat
yang menjadi sumber penyakit yang berpotensi
mengancam hajat hidup orang banyak dan
menular;
ketertiban umum antara lain:
e. informasi tentang racun pada bahan makanan
yang dikonsumsi oleh masyarakat; atau
a. informasi tentang bencana alam seperti
f. informasi tentang rencana gangguan terhadap
kekeringan, kebakaran hutan karena faktor
utilitas publik.
alam, hama penyakit tanaman, epidemik,

Mengapa perlu ada informasi publik yang harus serta-merta diumumkan?


• Informasi yang harus serta-merta diumumkan adalah informasi yang berkaitan dengan keadaan
bahaya yang dapat mengancam hidup. Informasi ini harus diumumkan tanpa penundaan agar
masyarakat dapat mengantisipasi keadaan darurat sehingga dapat meminimalisir akibat/dampak
buruk yang ditimbulkan.

Apa yang harus dipersiapkan badan publik agar dapat memberikan informasi serta-merta?
1. Sistem tanggap darurat informasi
2. Standar pengumuman informasi, yang setidaknya mencakup:
a. potensi bahaya dan/atau besaran dampak yang dapat ditimbulkan;
b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat umum maupun pegawai Badan
Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik tersebut;
c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi;
d. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi;
e. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan;
f. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 123
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik

g. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau pihak-pihak yang berwenang
dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.

mendasari terbitnya peraturan, keputusan

III.4. INFORMASI PUBLIK atau kebijakan tersebut;


2. masukan-masukan dari berbagai pihak
YANG WAJIB atas peraturan, keputusan atau kebijakan
TERSEDIA SETIAP tersebut;
SAAT 3. risalah rapat dari proses pembentukan
peraturan, keputusan atau kebijakan
tersebut;
Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat 4. rancangan peraturan, keputusan atau
yang sekurang-kurangnya terdiri atas: kebijakan tersebut;
5. tahap perumusan peraturan, keputusan atau
a. Daftar Informasi Publik yang sekurang- kebijakan tersebut; dan
kurangnya memuat: 6. peraturan, keputusan dan/atau kebijakan
1. nomor; yang telah diterbitkan.
2. ringkasan isi informasi;
3. pejabat atau unit/satuan kerja yang c. seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan
menguasai informasi; dan diumumkan secara berkala sebagaimana
4. penanggungjawab pembuatan atau dimaksud dalam Pasal 11 PERKI No. 1/2010;
penerbitan informasi;
5. waktu dan tempat pembuatan informasi; d. informasi tentang organisasi, administrasi,
6. bentuk informasi yang tersedia; dan kepegawaian, dan keuangan, antara lain:
7. jangka waktu penyimpanan atau retensi 1. pedoman pengelolaan organisasi,
arsip. administrasi, personil dan keuangan;
2. profil lengkap pimpinan dan pegawai yang
b. informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau meliputi nama, sejarah karir atau posisi,
atau kebijakan Badan Publik yang sekurang- sejarah pendidikan, penghargaan dan
kurangnya terdiri atas: sanksi berat yang pernah diterima;
1. dokumen pendukung seperti naskah 3. anggaran Badan Publik secara umum
akademis, kajian atau pertimbangan yang maupun anggaran secara khusus

BUKU PEGANGAN
124 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
unit pelaksana teknis serta laporan menangani layanan Informasi Publik beserta
keuangannya; dan kualifikasinya, anggaran layanan Informasi
4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh Publik serta laporan penggunaannya;
Badan Publik.
l. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
e. surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga yang ditemukan dalam pengawasan internal
berikut dokumen pendukungnya; serta laporan penindakannya;

f. surat menyurat pimpinan atau pejabat Badan m. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
Publik dalam rangka pelaksanaan tugas pokok yang dilaporkan oleh masyarakat serta laporan
dan fungsinya; penindakannya;

g. syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan n. daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;
dan/atau dikeluarkan berikut dokumen
pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang o. Informasi Publik lain yang telah dinyatakan
diberikan; terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian
h. data perbendaharaan atau inventaris; sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 UU KIP;
i. rencana strategis dan rencana kerja Badan
Publik; p. informasi tentang standar pengumuman
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
j. agenda kerja pimpinan satuan kerja; 13 PERKI No. 1 bagi penerima izin dan/atau
penerima perjanjian kerja;
k. informasi mengenai kegiatan pelayanan
Informasi Publik yang dilaksanakan, sarana dan q. informasi dan kebijakan yang disampaikan
prasarana layanan Informasi Publik yang dimiliki pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka
beserta kondisinya, sumber daya manusia yang untuk umum.

Apakah yang dimaksud dengan informasi harus “tersedia setiap saat”?


1. Informasi harus dapat diberikan oleh Badan Publik ketika ada permohonan informasi, dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan (10 hari kerja dan
dapat diperpanjang 7 hari kerja)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 125
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik

2. Informasi diberikan atas dasar permohonan.


3. Badan publik dapat proaktif mengumumkan apabila mampu.

Apakah Daftar Informasi Publik?


1. Daftar Informasi Publik adalah catatan yang berisi keterangan secara sistematis tentang
seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaan Badan Publik tidak termasuk
informasi yang dikecualikan.
2. Badan Publik juga dapat membuat daftar informasi publik yang dikecualikan.

Mengapa Daftar Informasi Publik penting?


1. Memudahkan petugas informasi ketika mencari dan melayani permohonan Informasi Publik.
2. Memudahkan masyarakat saat mencari dan meminta informasi.

3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan

III.5. INFORMASI rencana-rencana yang berhubungan dengan


pencegahan dan penanganan segala bentuk
PUBLIK YANG
kejahatan transnasional;
DIKECUALIKAN/ 4. membahayakan keselamatan dan kehidupan
RAHASIA penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/
atau
5. membahayakan keamanan peralatan,
Informasi yang dikecualikan terdiri dari:
sarana, dan/atau prasarana penegak
hukum.
a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
b. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
dapat menghambat proses penegakan hukum,
diberikan kepada Pemohon Informasi
yaitu informasi yang dapat:
Publikdapat mengganggu kepentingan
1. menghambat proses penyelidikan dan
perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan
penyidikan suatu tindak pidana;
perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
2. mengungkapkan identitas informan, pelapor,
saksi, dan/atau korban yang mengetahui
c. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
adanya tindak pidana;
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik

BUKU PEGANGAN
126 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dapat membahayakan pertahanan dan d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
keamanan negara, yaitu: diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, dapat mengungkapkan kekayaan alam
taktik dan teknik yang berkaitan dengan Indonesia;
penyelenggaraan sistem pertahanan
dan keamanan negara, meliputi tahap e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran diberikan kepada Pemohon Informasi
atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman Publik,dapat merugikan ketahanan ekonomi
dari dalam dan luar negeri; nasional:
2. dokumen yang memuat tentang strategi, 1. rencana awal pembelian dan penjualan
intelijen, operasi, teknik dan taktik yang mata uang nasional atau asing, saham dan
berkaitan dengan penyelenggaraan sistem aset vital milik negara;
pertahanan dan keamanan negara yang 2. rencana awal perubahan nilai tukar,
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan suku bunga, dan model operasi institusi
dan pengakhiran atau evaluasi; keuangan;
3. jumlah, komposisi, disposisi, atau 3. rencana awal perubahan suku bunga bank,
dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam pinjaman pemerintah, perubahan pajak,tarif,
penyelenggaraan sistem pertahanan atau pendapatan negara/daerah lainnya;
dan keamanan negara serta rencana 4. rencana awal penjualan atau pembelian
pengembangannya; tanah atau properti;
4. gambar dan data tentang situasi dan 5. rencana awal investasi asing;
keadaan pangkalan dan/atau instalasi 6. proses dan hasil pengawasan perbankan,
militer; asuransi, atau lembaga keuangan lainnya;
5. data perkiraan kemampuan militer dan dan/atau
pertahanan negara lain terbatas pada 7. hal-hal yang berkaitan dengan proses
segala tindakan dan/atau indikasi negara pencetakan uang.
tersebut yang dapat membahayakan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
Indonesia dan/atau data terkait kerjasama diberikan kepada Pemohon Informasi Publik,
militer dengan negara lain yang disepakati dapat merugikan kepentingan hubungan luar
dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia negeri :
atau sangat rahasia; 1. posisi, daya tawar dan strategi yang
6. sistem persandian negara; dan/atau akan dan telah diambil oleh negara
7. sistem intelijen negara. dalam hubungannya dengan negosiasi
internasional;

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 127
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik

2. korespondensi diplomatik antarnegara; 3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan


3. sistem komunikasi dan persandian yang rekening bank seseorang;
dipergunakan dalam menjalankan hubungan 4. hasil evaluasi sehubungan dengan
internasional; dan/atau kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi
4. perlindungan dan pengamanan infrastruktur kemampuan seseorang; dan/atau
strategis Indonesia di luar negeri. 5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang
yang berkaitan dengan kegiatan satuan
g. Informasi Publik yang apabila dibuka dapat pendidikan formal dan satuan pendidikan
mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat nonformal.
pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang; i. memorandum atau surat-surat antar Badan
Publik atau intra Badan Publik, yang menurut
h. Informasi Publik yang apabila dibuka dan sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik Komisi Informasi atau pengadilan;
dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:
1. riwayat dan kondisi anggota keluarga; j. informasi yang tidak boleh diungkapkan
2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan berdasarkan Undang-Undang.
kesehatan fisik, dan psikis seseorang;

TIPS MENETAPKAN INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang terkait
dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral:
– Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen tersebut;
– pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU tersebut
dapat tercapai atau sebaliknya.
3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan dengan
membuka/menutup informasi.
4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebagaimana poin sebelumnya.
5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi)  Lihat Pasal 3 – 11 PP
61/2010.

BUKU PEGANGAN
128 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TEKNIK PENGECUALIAN INFORMASI

Bagaimana cara mengecualikan informasi?


1. Pengecualian Informasi Publik dilakukan dengan melakukan dua uji/pertimbangan, yaitu:
a. Uji tentang konsekuensi (bahaya) yang timbul apabila suatu informasi diberikan;
b. Uji kepentingan publik; setelah mempertimbangkan dengan seksama bahwa
menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada
membukanya.
2. Dalam melakukan pengujian tentang konsekuensi (bahaya) perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Uji konsekuensi bahaya harus berdasarkan Pasal 17 UU KIP.
b. Apabila mengacu pada peraturan lain, maka harus menyebutkan ketentuan yang diacu
secara jelas dan tegas.
c. Alasan pengecualian Informasi Publik harus dinyatakan secara tertulis dan disertakan
dalam surat keputusan PPID atas penolakan permohonan Informasi Publik.
3. Uji kepentingan publik dilakukan setelah PPID melakukan uji konsekuensi (bahaya) namun
PPID tidak yakin apakah harus membuka atau menutup informasi tersebut.

Apakah yang dikecualikan dokumennya atau materi Informasi Publiknya?


Yang dikecualikan adalah materi informasinya, bukan dokumennya. Namun, jika suatu
dokumen berisi informasi yang seluruhnya dikecualikan, maka dokumen tersebut dapat
dikecualikan untuk diakses oleh publik.

Bagaimana jika suatu dokumen berisi sebagian informasi yang dikecualikan?


1. Jika suatu dokumen mengandung sebagian materi informasi yang dikecualikan, maka
materi informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan atau dikaburkan (misal
nama orang diganti dengan huruf A, B, C sehingga melindungi rahasia pribadi, dll).
2. Informasi lain yang ada di dokumen yang tidak termasuk pengecualian dapat tetap diberikan.
3. PPID harus mencantumkan alasan penghitaman atau pengaburan secara jelas dan tegas.

Contoh penghitaman nama:


Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, xxxx dinyatakan telah mengidap penyakit HIV/
AIDS.

Contoh pengaburan nama:


Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, PASIEN (tanpa nama) dinyatakan telah
mengidap penyakit HIV/AIDS.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 129
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik

Pengecualian informasi tidak permanen. Suatu akibat dibukanya suatu informasi sudah tidak ada,
informasi yang termasuk dalam kategori informasi informasi tersebut harus dapat dibuka. Oleh karena
yang dikecualikan (rahasia) pada satu waktu itulah, UU KIP mengatur secara tegas bahwa
tertentu, di waktu lain harus dapat dibuka. Hal ini informasi yang dikecualikan tidak bersifat permanen.
merupakan konsekuensi asas yang dianut oleh Mandat UU KIP ini ditindaklanjuti oleh PP No. 61
UU KIP, bahwa pengecualian informasi harus Tahun 2010 yang mengatur tentang masa retensi
didasarkan pada uji konsekuensi (bahaya) dan uji atas informasi yang dikecualikan, sebagaimana
kepentingan publik. Artinya, apabila unsur bahaya terlibat pada tabel berikut:

Informasi yang dikecualikan Masa retensi

Informasi yang apabila dibuka dapat menghambat Maksimal 30 tahun atau telah dibuka dalam sidang
proses penegakan hukum. pengadilan yang terbuka untuk umum untuk

Informasi yang apabila dibuka mengganggu Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perlindungan HAKI dan persaingan usaha tidak undangan.
sehat.

Informasi yang apabila dibuka membahayakan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
pertahanan dan keamanan negara.

Informasi yang apabila dibuka dapat Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
mengungkapkan kekayaan alam milik negara.

Informasi yang apabila dibuka dapat merugikan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
ketahanan ekonomi nasional.

Informasi yang apabila dapat merugikan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
kepentingan hubungan luar negeri.

Informasi yang apabila dibuka dapat Sesuai ketentuan peraturan perundang-


mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat undanganatau dapat dibuka apabila pihak yang
pribadi dan wasiat seseorang. rahasianya diungkap memberikan persetujuan
tertulis atau pengungkapan berkaitan dengan posisi
seseorang dalam jabatan publik.

Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkap Selama jangka waktu yang dibutuhkanatau
rahasia pribadi seseorang. dapat dibuka apabila pihak yang rahasianya
diungkap memberikan persetujuan tertulis atau
pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang
dalam jabatan publik.

Memorandum atau surat antar atau intra Badan Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Publik yang berkaitan dengan informasi yang
dikecualikan.

BUKU PEGANGAN
130 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI

SESI III
KATEGORISASI INFORMASI

Henri Subagiyo

Sub Pokok Bahasan


• INFORMASI YANG WAJIB DIUMUMKAN DAN DISEDIAKAN
SECARA BERKALA
• INFORMASI YANG WAJIB DIUMUMKAN SECARA SERTA
MERTA
• INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN SETIAP SAAT
• INFORMASI YANG DIKECUALIKAN DAN TEKNIS
PENGECUALIAN INFORMASI

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 131
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK
Berkala Serta merta Tersedia setiap Rahasia Berdasar
saat Permohonan
• Diumumkan • Diumumkan • Diberikan • Bersifat ketat, • Informasi yang
dan disediakan tanpa penundaan berdasarkan terbatas, dan tidak belum dikategorikan
sekurang- (menyangkut permintaan; permanen; dalam kategori
kurangnya 1 tahun hajat hidup dan • Informasi bersifat • Berdasar uji berkala, serta
sekali; keselamatan); lengkap; konsekuensi dan merta, tersedia
• Dapat diminta untuk • Sanksi pidana • Disampaikan kepentingan publik setiap saat, dan
diperoleh/ diminta Pasal 52 UU KIP melalui media yang • Penghitaman/ rahasia;
untuk diumumkan atau kemungkinan memungkinkan; pengaburan • Dapat diminta
sesuai dengan Per- gugatan perdata • Dapat • Dapat • Dapat
UU-an; secara langsung; disengketakan disengketakan disengketakan
• Disampaikan • Disampaikan apabila tidak • Rincian pada • Yang tidak
melalui media melalui media yang diberikan; Pasal 14-18 PERKI dinyatakan
website dan papan memungkinkan; • Rincian ada pada 1/2010 dan Pasal secara tegas
pengumuman; • Rincian ada pada Pasal 13 PERKI 17 – 20 UU KIP dalam kategori
• Rincian ada pada Pasal 12 PERKI 1/2010 sebelumnya
Pasal 11 PERKI 1/2010
1/2010


Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala
(Ps. 9 UU KIP)
• Disediakan/diumumkan secara rutin, teratur, dan dlm jangka waktu tertentu
(setidak-tidaknya setiap 6 bulan sekali)
• Penyebarluasan informasi disampaikan dengan cara yg mudah dijangkau &
bahasa yang mudah dipahami. Memperhatikan kelompok difable.
• Mencakup:
- informasi berkaitan dengan Badan Publik;
- informasi kegiatan dan kinerja Badan Publik;
- informasi ttg laporan keuangan;
- informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 11 PERKI 1/2010

BUKU PEGANGAN
132 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta
(Ps. 10 UU KIP)
1. Wajib diumumkan tanpa penundaan
2. Menyangkut ancaman terhadap hajat hidup orang banyak
dan ketertiban umum
3. Informasi aktif
4. Misal: Informasi tentang keadaan darurat, bencana,
keselamatan kerja, dst.
5. Diatur lebih lanjut dalam Ps. 12 PERKI 1/2010


Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat
(Ps. 11-16 UU KIP)
• Informasi pasif (dengan permintaan)
• Rutin disediakan badan publik
• Mecakup :
- Daftar informasi dalam penguasaan badan publik;
- Keputusan badan publik dan pertimbangannya;
- Kebijakan badan publik dan dokumen pendukungnya;
- Rencana proyek dan anggaran tahunannya;
- Perjanjian badan publik dengan pihak lain
- Informasi dalam pertemuan yg bersifat terbuka;
- Prosedur kerja yang berkaitan dg layanan publik;
- Laporan layanan akses informasi
- Informasi lain yang dinyatakan terbuka berdasar Putusan Sengketa
Informasi
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 13 PERKI 1/2010

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 133
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

Informasi yg dikecualikan
(Ps. 17-20 UU KIP)
• Bersifat ketat, terbatas dan tidak mutlak: (Ps. 2 Ayat 2 UU KIP)
• metode valid, obyektif berdasar kepentingan publik
• Ada batasan yang dikecualikan (obyek informasi & jangka waktu)
• Dapat dibuka untuk kepentingan yang lebih besar
• Metode uji: (Ps. 2 Ayat 4 UU KIP)
• Uji konsekuensi bahaya (Consequential harm test )
• Uji kepentingan publik (Balancing public interest test)
• Mencakup informasi yang apabila dibuka dapat merugikan: (Ps. 17 UU KIP)
• Penegakan hukum
• HAKI & persaingan usaha sehat
• Pertahanan & keamanan
• Kekayaan alam
• Ketahanan ekonomi nasional
• Kepentingan hubungan luar negeri
• Informasi pribadi, wasiat
• Memo atau surat intra dan antar badan publik yg menurut sifat dikecualikan
• Tidak boleh diungkap berdasar UU
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 14-18 PERKI 1/2010 (uji koneskuensi dan kepentingan publik; tata cara penghitaman/
pengaburan; tata cara pengecualian)
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 3-11 PP 61/2010 (pengklasifikasian informasi rahasia, masa retensi)


DAFTAR INFORMASI PUBLIK
PENGERTIAN TUJUAN

Catatan yang berisi keterangan • Mempermudah mendeteksi


secara sistematis tentang informasi yang dikuasai
seluruh informasi publik yang • Mempermudah menemukan
berada dibawah penguasaan keberadaan informasi
Badan Publik, tidak termasuk • Memberikan informasi bagi
informasi yang dikecualikan. publik tentang informasi apa
(Ps. 1 Angka 7) saja yang dimiliki oleh badan
publik dan keberadaannya

BUKU PEGANGAN
134 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta
(Ps. 10 UU KIP)
NO RINGKASAN ISI INFORMASI PEJABAT/UNIT/ PENANGGUNG WAKTU & BENTUK MASA RETENSI
SATKER YANG JAWAB TEMPAT INFORMASI ARSIP
MENGUSASI PEMBUATAN PEMBUATAN (SOFT & HARD
INFORMASI ATAU INFORMASI COPY)
PENERBITAN
INFORMASI
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA
1
2
3
4
5
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SERTA MERTA
1
2

NO RINGKASAN ISI PEJABAT/ PENANGGUNG WAKTU & BENTUK MASA


INFORMASI UNIT/ JAWAB TEMPAT INFORMASI RETENSI
SATKER PEMBUATAN PEMBUATAN (SOFT & ARSIP
YANG ATAU INFORMASI HARD COPY)
MENGUSASI PENERBITAN
INFORMASI INFORMASI

INFORMASI PUBLIK YANG TERSEDIA SETIAP SAAT

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 135
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

DISKUSI KELOMPOK
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok
( 1 Kelompok 5 Orang).

Lihat format Daftar Informasi Publik.

Buatlah Daftar Informasi Publik masing-masing


kategori 5 informasi publik. Tuliskan dalam kertas plano.

Presentasikan di depan kelas dan mari


diskusikan bersama.

PENGECUALIAN
INFORMASI PUBLIK

BUKU PEGANGAN
136 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang dikecualikan

PRINSIP METODE TEKNIK

• Ketat, • Consequential Penghitaman/


harm test pengaburan
• terbatas • Balancing public
• tidak mutlak interest test


Bagaimana menentukan informasi
yang dikecualikan?
1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang
terkait dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral:
• Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen
tersebut;
• Pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU
tersebut dapat tercapai atau sebaliknya.
3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan
dengan membuka/menutup informasi.
4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebaimana poin sebelumnya.
5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi)  Lihat Ps. 3 – 11 PP
61/2010.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 137
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

TATA CARA PENGHITAMAN/


PENGABURAN INFORMASI
Pada dasarnya metode pengaburan informasi dilakukan melalui 2 cara
sesuai dengan media penyampaian :
• Apabila Media Penyampaian adalah media cetak
- MENGHITAMKAN INFORMASI (DENGAN SPIDOL/PENGHAPUS
TINTA) - untuk informasi yang sumbernya berupa dokumen
tercetak/hard copy.
• Apabila Media Penyampaian adalah elektronik (via internet)
- MENGGANTI/MEMPERPENDEK INFORMASI – untuk informasi
yang sumbernya adalah softcopy (dokumen ditampilkan pada
situs/website)

Simulasi
• Sebutkan 3 informasi/dokumen yang menurut anda
adalah rahasia dan jelaskan alasannya.

• Diskusikan dengan melihat peraturan yang ada.

BUKU PEGANGAN
138 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TERIMA KASIH

Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 139
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
4
Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 141
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV IV.1. LAYANAN
INFORMASI SEBAGAI
BAGIAN DARI
Standar dan PENGELOLAAN
INFORMASI PUBLIK
Mekanisme
Salah satu aspek penting dalam keterbukaan

Pelayanan informasi adalah layanan informasi. Melalui layanan


informasi memungkinkan setiap orang terpenuhi

Informasi hak-nya atas informasi sebagaimana dijamin dalam


UU KIP. Oleh karena itu, UU KIP mengatur secara
khusus bagaimana mekanisme pelayanan informasi
yang diatur lebih lanjut dalam PERKI 1/2010 tentang
Standar Layanan Informasi Publik.

Layanan informasi merupakan “hilir’ dari proses


Salah satu pengelolaan informasi. Baik UU KIP maupun
aspek penting peraturan pelaksananya tidak mengatur secara
dalam keterbukaan khusus tentang SOP pengelolaan informasi publik.
informasi Hal ini dikarenakan SOP sangat tergantung pada
adalah layanan bentuk dan besarnya Badan Publik serta bidang
informasi. kegiatan dan mekanisme kerja yang (sudah) ada di
Badan Publik yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
kewenangan untuk mengaturnya diserahkan kepada
masing-masing Badan Publik.

SOP layanan informasi publik berkaitan dengan


cara/prosedur Badan Publik dalam melayani
permohonan informasi secara efektif dan efisien
(out-flow). Oleh karena itu, titik berat dalam
mengembangkan SOP layanan informasi publik
adalah pola hubungan yang efektif dan efisien
antara penyedia informasi dengan pemohon

BUKU PEGANGAN
142 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi. Sedangkan SOP pengelolaan informasi pengelolaan informasi publik adalah efektifitas arus
publik berkaitan dengan cara/prosedur Badan Publik informasi di dalam Badan Publik (pola hubungan
dalam mengelola informasi di dalam Badan publik itu yang efektif antara unit penyedia informasi di dalam
sendiri, untuk mendukung pelayanan informasi. Oleh Badan Publik) serta kualitas informasi dihasilkan
karena itu, titik berat dalam mengembangkan SOP atau disediakan.

Alur pengelolaan informasi

PPID Utama

Petugas Meja
Informasi Pemohon

Pusat Data

Dinas Kesehatan UPT. Perizinan Dinas Pendidikan

Pusat Data Dinas Pusat Data UPT Pusat Data Dinas

Petugas Meja Petugas Meja Petugas Meja Pemohon


Informasi Informasi Informasi

Keterangan:
• Masing-masing unit kerja melakukan pengelolaan informasi yang terpusat pada Pusat Data Unit Kerja (Dinas/UPT)
• Pusat Data Unit Kerja menyampaikan secara proaktif kepada Pusat Data yang berada di bawah pengelolaan
PPID Utama.
• Petugas Pusat Data di bawah PPID utama juga dapat secara proaktif mengumpulkan informasi dari Pusat Data di
masing-masing unit kerja.
• Pengelola Pusat Data dapat merangkap sebagai petugas informasi.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 143
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

Bagan di atas menunjukkan tahapan pengelolaan yang dipilih oleh Badan Publik (dalam hal ini
informasi yang meliputi kegiatan: (1) Pengumpulan Pemda) yang bersangkutan (Lihat Bagian
informasi; (2) Pengkategorian informasi; (3) Struktur Pejabat Pengelola Informasi dan
Pendokumentasian informasi; (4) Pelayanan Dokumentasi pada Bab II). Apabila PPID Utama
informasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing tidak mendelegasikan pada unit kerja, maka
tahapan tersebut. kewenangan pengkategorian berada pada PPID
Utama (Pola 1). Namun, apabila PPID Utama
1. Pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi mendelegasikan kewenangan tersebut kepada
dilakukan oleh masing-masing unit kerja. masing-masing unit kerja (PPID Pembantu/
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pelaksana), maka kewenangan pengkategorian
pengumpulan informasi, antara lain: ada pada PPID Pembantu yang berada di
a. Informasi yang dikumpulkan adalah masing-masing unit kerja (Pola 2).
informasi yang telah, sedang dan akan
dikerjakan oleh masing-masing unit kerja, 3. Pendokumentasian informasi.
yang relevan dengan tugas pokok dan Pendokumentasian informasi meliputi kegiatan:
fungsinya a. Penyusunan daftar informasi publik. Daftar
b. Informasi yang dikumpulkan dapat informasi publik berisi antara lain:
bersumber dari pejabat di unit yang i. Nomor
bersangkutan, arsip, maupun sumber lain ii. Perihal/ringkasan isi informasi
yang terpercaya (reliable) iii. Pejabat/Unit kerja yang menguasai
iv. Penanggung jawab pembuatan
2. Pengkategorian informasi. Pengkategorian informasi
informasi adalah memilah dan mengelompokan v. Waktu dan tempat pembuatan informasi
informasi yang dapat dibuka dan informasi tidak vi. Format informasi yang tersedia
dapat dibuka karena sifatnya yang rahasia vii. Kategori informasi (diumumkan berkala,
(informasi yang dikecualikan). Informasi yang tersedia setiap saat, serta-merta)
dapat dibuka dikategorikan ke dalam kelompok viii. Masa retensi, klasifikasi kerahasiaan
informasi yang wajib diumumkan secara berkala, (jika ada), dan pejabat yang memiliki
informasi yang wajib tersedia sedtiap saat, kewenangan akses terhadap informasi
dan informasi yang wajib diumumkan secara yang dikecualikan
serta-merta. Sedangkan untuk informasi yang b. Verifikasi informasi. Informasi yang telah
dikecualikan, pengaktegorian dilakukan setelah dikumpulkan dan diringkas, diverifikasi
melalui uji konsekuensi bahaya. keberadaannya dan diklasifikasi sesuai
dengan jenis kegiatannya
Kewenangan untuk mengkategorikan informasi c. Otentifikasi informasi.Untuk menjamin
tergantung pada pola pembagian kewenangan keaslian informasi (dokumen), otentifikasi

BUKU PEGANGAN
144 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dilakukan dengan membuat surat terhubung dengan LAN. Apabila
pernyataan kebenaran informasi yang memungkinkan, setiap unit pengelola
ditandatangani oleh pejabat kepala unit informasi direkomendasikan untuk memiliki
kerja. perangkat komputer. Apabila tidak, maka
d. Pemberian kode informasi. Tiap unit kerja komputer dapat ditempatkan di unit
membuat sistem pengkodean informasi pengelola informasi terpusat di institusi yang
(code of information system) untuk bersangkutan
memudahkan pencarian informasi yang • Lemari/ruang penyimpanan dokumen
dibutuhkan. PPID utama dapat membuat yang tidak berbentuk soft copy. Dokumen-
sistem pengkodean yang seragam bagi dokumen tersebut hendaknya diberi kode
tiap-tiap unit kerja untuk memudahkan penomoran dan disusun sedemikian rupa
pengelolaan data di Pusat Data Kabupaten/ agar mudah ditemukan oleh petugas
Kota. informasi
e. Penataan dan penyimpanan informasi. 3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Penataan dan penyimpanan hendaknya SDM yang memiliki kemampuan pengelolaan
dilakukan secara sistematis terhadap informasi merupakan komponen kunci dalam
dokumen soft copy maupun hard copy. pelayanan informasi. Untuk itu, ada beberapa
Apabila memungkinkan, setiap unit kerja kompetensi dasar yang sebaiknya dimiliki oleh
memiliki satu komputer yang difungsikan SDM pengelola informasi (PPID), antara lain:
sebagai pusat penyimpanan informasi. • Pengetahuan dan pemahaman yang
f. Pemutakhiran (up-date) informasi. Petugas baik tentang nilai-nilai dasar UU KIP dan
PPID (Utama dan Pembantu) melalui peraturan perundang-undangan yang terkait
petugas yang ditetapkan diharapkan selalu • Kompetensi manajerial, utamanya untuk
melakukan pemutakhiran informasi secara mengkoordinasikan pengelolaan dan
regular. pelayanan informasi
• Kompetensi fungsional, utamanya untuk
Agar tahapan kegiatan pengelolaan informasi di atas pengelolaan dan informasi secara teknis
dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan seperti mengklasifikasikan informasi,
beberapa komponen pendukung, antara lain: mengelola database, pemahaman IT, dll.
1. Sistem pengelolaan informasi dan dokumen
terintegrasi antar unit. Layanan informasi terkait erat juga dengan
2. Sarana pra-sarana, antara lain: kategorisasi informasi. Dari sudut pandang layanan
• Daftar informasi publik yang dikelola informasi, pada dasarnya kategori informasi dapat
• Panduan pengklasifikasian informasi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Informasi Proaktif;
• Seperangkat komputer yang dilengkapi dan 2) Informasi Pasif. Informasi proaktif adalah
dengan sistem-sistem jaringan yang informasi yang secara proaktif – tanpa harus diminta

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 145
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

– yaitu: a) informasi yang wajib disediakan dan


diumumkan secara berkala; dan 2) Informasi yang IV.2. LAYANAN
wajib diumumkan secara sera merta. Informasi
INFORMASI MELALUI
pasif adalah informasi yang untuk mendapatkannya
mensyaratkan adanya permohonan informasi, yaitu:
PENGUMUMAN
1) Informasi yang wajib disediakan setiap saat; dan INFORMASI
2) Informasi lainnya berdasarkan permohonan.
Untuk informasi lainnya berdasarkan permohonan
adalah informasi yang tidak tercantum dalam Layanan informasi melalui pengumuman tidak
kategori informasi namun tetap dapat diminta karena banyak diatur secara teknis dalam UU KIP. UU KIP
berdasarkan UU KIP layaan informasi tidak dibatasi mengatur bahwa penyebarluasan informasi harus
hanya pada kategori yang secara tegas diatur dalam dilakukan dengan cara yang mudah dijangkau dan
kategori yang ada. bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat (Ps.
9 Ayat (4) dan Ps. 10 Ayat (2)). Bagaimana cara-
Berdasarkan kategorisasi di atas, maka layanan cara yang mudah dijangkau masyarakat tersebut
informasi bagi informasi yang dalam kategori diserahkan kepada PPID (Ps. 9 Ayat (5)). Ketentuan
proaktif harus diberikan melalui pengumuman lebih lanjut tentang ha ini diatur oleh Komisi
yang memungkinkan masyarakat dapat dengan Informasi.
mudah mengakses dan mendapatkan informasi
tanpa harus meminta terlebih dahulu. Sedangkan Berdasarkan PERKI 1/2010 tentang Standar
untuk informasi yang dalam kategori pasif diberikan Layanan Informasi Publik, badan publik Negara
setelah ada permohonan melalui saluran media wajib mengumumkan informasi yang wajib
tertentu (internet, kotak surat, pos dsbnya) atau disediakan dan diumumkan secara berkala setidak-
meja informasi yang digunakan sebagai saluran tidaknya melalui media website atau situs resmi dan
permohonan informasi oleh badan publik. papan pengumuman. Namun demikian penggunaan
media tidak terbatas hanya kepada jenis media
tersebut, PPID harus juga memastikan agar
informasi tersebut dapat dijangkau secara mudah
oleh masyarakat. PPID harus mempertimbangkan
kemudahan akses publik kepada jenis media yang
ada, artinya PPID harus juga mempertimbangkan
jenis media-media lainnya yang mungkin dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik masyarakat
dalam penggunaan media, misalnya radio lokal,
radio komunitas, TV lokal, dan sebagainya. Dalam

BUKU PEGANGAN
146 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKI 1/2010 juga mengatur bahwa badan publik
dimungkinkan untuk menggunakan bahasa lokal IV.3. LAYANAN
setempat dalam penyebarluasan informasi untuk
INFORMASI MELALUI
memudahkan masyarakat dalam memahami
informasi yang disebarluaskan.
PERMOHONAN
INFORMASI
PERKI 1/2010 tidak mengatur secara teknis untuk
penyebarluasan informasi yang wajib diumumkan
serta merta. PERKI hanya mengatur bahwa Layanan informasi berdasarkan permohonan
informasi yang wajib diumukan secara serta informasi dilakukan oleh petugas meja informasi.
merta tidak boleh ditunda dan harus diumumkan Beberapa perangkat yang minimal harus disediakan
dengan menggunakan media yang tepat dan dalam pelayanan informasi ini antara lain:
mudah dipahami. Hal ini dapat dimengerti karena
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta 1. Meja informasi. Meja informasi sebaiknya
umumnya menyangkut dengan early warning atau ditempatkan di dalam ruangan yang mudah
kondisi darurat sehingga sangat tergantung dengan diakses oleh publik, terbuka dan memberi kesan
perkembangan teknologi informasi maupun kondisi nyaman bagi orang untuk datang meminta
masyarakat setempat, misalnya untuk daerah informasi.
tertentu penggunaan kentongan atau sirine ataupun 2. Daftar informasi. Daftar informasi harus mudah
pengeras suara di masjid misalnya dianggap lebih dipahami oleh publik, termasuk istilah-istilah di
efektif dalam menyebarluaskan informasi darurat. dalamnya.
Dengan demikian PPID memiliki keleluasaan untuk 3. Formulir-formulir layanan:
memilih media yang efektif dalam penyebarluasan a. Formulir permohonan & tanda terima. Lihat
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta. Lampiran III PERKI 1/2010
b. Register permohonan. Lihat Lampiran IV
PERKI 1/2010
c. Surat pemberitahuan. Lihat Lampiran V
PERKI 1/2010
d. Surat penolakan (informasi rahasia). Lihat
Lampiran VI PERKI 1/2010
e. Surat perpanjangan layanan (jika
diperpanjang). Format dapat dibuat sendiri
yang menjelaskan tentang berapa lama
perpanjangan pelayanan dan alasannya.
4. Maklumat Pelayanan Informasi. Maklumat
pelayanan berisi tentang seluruh informasi

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 147
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

mengenai pelayanan yang memuat dasar A. ALUR PELAYANAN


hukum, standar pelayanan, tata cara INFORMASI PUBLIK
mengajukan keberatan, dan nama pejabat atau
petugas yang bertanggungjawab serta nomor Agar layanan informasi dapat dilaksanakan dengan
kontak yang dapat dihubungi oleh pemohon. baik, badan publik perlu memahami alur pelayanan
5. Petugas informasi. Hendaknya pada saat sudah informasi sesuai dengan standar layanan yang
diumumkan waktu layanan informasi, maka berlaku berdasarkan peraturan.Berikut inistandard
selalu tersedia petugas yang berada di meja an mekanisme pelayanan informasi tersebut:
informasi yang siap melayani publik yang datang
meminta informasi. Ketiadaan petugas pada
waktu layanan yang sudah ditetapkan akan
membuat publik kecewa dan memiliki dampak
kurang baik pada citra pelayanan.

Maks. 10 hari kerja


+
Perpanjangan 7 hari kerja

Permohonan PPID Pemberitahuan tertulis


&
Pemberitahuan informasi

• Info ada dibawah penguasaan.


• Memberitahu keberadaan info yang diminta jika di BP lain dan tidak
Memberi: Mencatat: dibawah penguasaannya.
• Tanda bukti • Nama
penerimaan • Menerima/menolak permintaan.
• Alamat
permintaan • Subyek • Jika diterima (sebagian/seluruhnya) dicantumkan info yang diminta.
• Nomor • Format • Penghitaman dokumen yang mengandung info dikecualikan.
pendaftaran • Cara • Alat penyampaian dan format info.
penyampaian • Biaya dan cara pembayaran.
yang diminta
• Pemberitahuan perpanjangan waktu dan alasannya jika tidak dapat
dilakukan dalam 20 hari.

Saat menerima permintaan (langsung/elektronik)


Saat pengiriman informasi (surat)

Keterangan :
Setelah Petugas PPID menerima permohonan informasi dari pemohon, maka:
1. Petugas PPID wajib mencatat dalam register permohonan informasi, sekurang-kurangnya:
a. Nama dan alamat Pemohon
b. Subyek atau materi informasi yang diminta Pemohon
c. Format dan cara penyampaian informasi yang diminta Pemohon
2. Petugas PPID wajib mencatat permohonan dalam formulir permohonan dan register jika Pemohon tidak mengajukan
permohonan secara tertulis.

BUKU PEGANGAN
148 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Petugas PPID wajib memberikan tanda bukti termasuk nomor pendaftaran (tanda bukti dapat berupa copy dari formulir
permohonan informasi)
a. Jika permohonan langsung atau melalui surat elektronik, maka tanda bukti diberikan pada saat menerima
permohonan informasi
b. Jika permohonan disampaikan melalui surat, maka tanda bukti dapat diberikan bersamaan dengan pengiriman
informasi
4. Paling lambat 10 hari kerja, Petugas PPID menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Pemohon, berisi:
a. Informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya atau tidak
b. Badan Publik yang menguasai informasi tersebut jika informasi tidak di bawah penguasaannya sedangkan PPID
tahu di mana informasi tersebut berada
c. Alasan peneriman atau penolakan berdasarkan pasal 17 UU KIP
d. Format dan alat penyampai informasi yang akan diberikan
e. Biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi
f. Penjelasan atas penghitaman atau pengaburan informasi apabila ada
g. Penjelasan apabila informasi tidak dapat diberikan karena belum dikuasai atau belum didokumentasikan
5. Jika dalam 10 PPID belum dapat memenuhi permohonan informasi, PPID dapat memperpanjang hingga 7 hari kerja,
dengan catatan PPID harus menyampaikan perpanjangan waktu kepada pemohon.
6. PPID wajib memberitahukan alasan perpanjangan secara tertulis kepada Pemohon. PPID dapat saja memberitahukan
perpanjangan waktu secara lisan terlebih dahulu yang kemudian surat perpanjangan waktu tersebut disampaikan
bersamaan dengan pemberian informasi atau surat penolakan jika akhirnya permohonan tersebut ditolak dengan
alasan termasuk informasi yang dikecualikan.

BIAYA DAN TATA CARA PEMBAYARAN

1. Biaya yang dapat dikenakan untuk mendapatkan informasi hanyalah:


a. Biaya penyalinan informasi
b. Biaya pengiriman informasi
c. Biaya pengurusan izin untuk memberikan informasi publik yang mengandung informasi
tentang pihak ketiga.

2. Badan publik harus menetapkan standar biaya perolehan informasi berdasarkan pertimbangan
standar biaya yang berlaku umum di wilayah setempat.

3. Badan publik harus mengumumkan besaran biaya dan tata cara pembayaran perolehan
informasi.

• Pembayaran dapat dilakukan dengan:


a. Pembayaran langsung
b. Pembayaran melalui rekening resmi Badan Publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 149
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

B. TATA CARA PENGAJUAN a) mengisi formulir permohonan; dan


PERMOHONAN INFORMASI b) membayar biaya salinan dan/atau
pengiriman informasi apabila dibutuhkan.
Pemerintah Daerah harus memastikan layanan 4. Jika permohonan diajukan secara tidak tertulis,
informasi yang diberikan oleh PPID berjalan dengan PPID memastikan permohonan Informasi Publik
baik. Oleh karenanya PPID perlu memahami tercatat dalam formulir permohonan.
bagaimana tata cara permohonan informasi 5. Formulir dimaksud paling tidak berisi:
diajukan. Hal ini juga diperlukan agar PPID dapat a) nomor pendaftaran yang diisi berdasarkan
membantu masyarakat yang belum memahami nomor setelah permohonan Informasi Publik
tentang tata cara pengajuan permohonan informasi. di registrasi;
Berikut ini tata cara pengajuan permohonan b) nama;
informasi tersebut: c) alamat;
d) pekerjaan;
1. Permohonan dapat disampaikan langsung e) nomor telepon/e-mail;
(datang ke Badan Publik) atau tidak langsung f) rincian informasi yang dibutuhkan;
(melalui email, telepon, media lain) g) tujuan penggunaan informasi;
2. Permohonan Informasi Publik dapat dilakukan h) cara memperoleh informasi; dan
secara tertulis maupun tidak tertulis. i) cara mendapatkan salinan informasi.
3. Jika permohonan diajukan secara tertulis,
pemohon:

BUKU PEGANGAN
150 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh Formulir Permohonan Informasi

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO


Jl. ……, SITUBONDO
Telp. ……. / Faks. ………..

FORMULIR PERMOHONAN INFORMASI


Nomor Pendaftaran: …

Nama : Andi Suncoko


Alamat : Jl. Pahlawan No. 1, Situbondo
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor Telepon/Email : 081…… / andis@yahoo.com

Rincian Informasi yang Dibutuhkan:


1. Data tentang jumlah dana bantuan operasional sekolah dari Pemerintah Pusat;
2. Data tentang alokasi anggaran belanja dana pendidikan yang berasal dari APBD
3. Data jumlah siswa sekolah di Kabupaten Situbondo;
4. Data tentang jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah;

Tujuan Penggunaan Informasi:


Sebagai bahan penelitian.

Cara Memperoleh Informasi:


 Melihat/membaca/mendengarkan/mencatat
 Mendapatkan salinan informasi (hardcopy/softcopy)

Cara Mendapatkan Salinan Informasi:


 Mengambil Langsung
 Kurir
 Pos
 Faksimili
 E-mail

Situbondo, 15 November 2011

Pejabat Pengelola Pemohon Informasi


Informasi dan
Dokumentasi

(Lamidi) (Andi Suncoko)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 151
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

C. TATA CARA PELAYANAN ATAS • Jika Informasi Publik yang dimohon adalah
PERMOHONAN INFORMASI Informasi Publik yang dikecualikan, PPID
dapat menolak permohonan dan wajib
Berikut ini beberapa kegiatan yang perlu dilakukan menginformasikan bahwa Pemohon dapat
oleh PPID dalam memberikan layanan atas mengajukan keberatan dan tata cara
permohonan informasi: keberatan atas penolakan permohonan
1. memastikan pemohon Informasi Publik mengisi tersebut, serta tata cara mengajukan
formulir permohonan; keberatan.
2. melakukan registrasi permohonan Informasi
Publik dalam buku register permohonan;
3. memberikan tanda bukti terima berupa nomor
pendaftaran kepada pemohon:
• jika permohonan diajukan langsung atau
melalui email, PPID memberikan nomor
pendaftaran sebagai tanda bukti kepada
pemohon pada saat permohonan diterima,
• jika diajukan melalui surat atau faksimili
atau cara lain yang tidak memungkinkan
bagi Badan Publik untuk memberikan nomor
pendaftaran secara langsung, PPID wajib
memastikan nomor pendaftaran dikirimkan
kepada Pemohon Informasi Publik
bersamaan dengan pengiriman Informasi
Publik;
4. menyimpan salinan formulir permohonan yang
telah terdaftar sebagai tanda bukti permohonan
Informasi Publik;
5. memberikan pemberitahuan tertulis selambat-
lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan kepada Pemohon.
• Jika Informasi Publik yang dimohon
diberikan baik sebagian atau seluruhnya
pada saat permohonan dilakukan, PPID
wajib memberikan pemberitahuan tertulis
pada saat yang bersamaan dengan
pemberian Informasi Publik;

BUKU PEGANGAN
152 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir penolakan permohonan informasi

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO


Jl. ……, SITUBONDO
Telp. ……. / Faks. ………..

KEPUTUSAN PPID TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN INFORMASI


No. Pendaftaran:…………………….……….*

Nama : ………………………………………………………………………..........................
Alamat : ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
Pekerjaan : ………………………………………………………………………..........................
Nomor Telp/Email : ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
Rincian Informasi yang : ………………………………………………………………………..........................
dibutuhkan ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
……………………………….............................… (tambahkan kertas bila perlu)

PPID memutuskan bahwa Informasi Publik yang dimohon adalah:

INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

Pengecualian Informasi
didasarkan pada alasan
:
] Pasal 17 huruf ……… Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).**
] Pasal …………… Undang-Undang ………….………...…….***

Bahwa berdasarkan Pasal-Pasal di atas, membuka Informasi tersebut dapat menimbulkan konsekuensi sebagai
berikut:
…………………………………………………………………………………………………………………........................
…………………………………………………………………………………………………………………........................
…………………………………………………………………………………………………………………........................

Dengan demikian menyatakan bahwa:

PERMOHONAN INFORMASI DITOLAK

Jika Pemohon Informasi keberatan atas penolakan ini, maka Pemohon Informasi dapat mengajukan keberatan
kepada atasan PPID selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima Surat Keputusan ini.

……………………, …………………………… ****

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(……………………………………………..)

Keterangan:
* Diisi oleh Petugas Meja Informasi berdasarkan nomor registrasi permohonan Informasi.
** Diisi oleh PPID sesuai dengan pengecualian pada Pasal 17 huruf a – i UU KIP.
*** Sesuai dengan Pasal 17 huruf j UU KIP, diisi oleh PPID sesuai dengan pasal pengecualian dalam undang-undang lain yang mengecualikan
informasi yang dimohon tersebut (sebutkan pasal dan undang-undangnya).
**** Diisi oleh Petugas Meja Informasi dengan memperhatikan batas jangka waktu pemberitahuan tertulis sebagaimana diatur dalam UU KIP dan
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 153
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

Selain kegiatan pelayanan diatas, PPID juga perlu resmi, media cetak, radio komunitas, koran
memperhatikan hal-hal berikut ini: lokal, dll.
• Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
• Informasi yang wajib diumumkan. Pastikan pengumuman adalah Bahasa Indonesia
bahwa informasi tersebut masuk dalam yang baik dan benar, mudah dipahami oleh
kategori “informasi yang wajib disediakan dan masyarakat umum. Bagi daerah-daerah yang
diumumkan secara berkala” dan “informasi yang penggunaan bahasa setempatnya dominan,
wajib diumumkan serta-merta” sesuai dengan perlu dipertimbangkan juga untuk menggunakan
PERKI No. 1 Tahun 2010 (lihat lampiran) bahasa setempat tersebut.
• Media yang digunakan. Pada prinsipnya media • Sarana dan prasarana. Badan publik perlu
jenis apapun dapat digunakan oleh PPID. menyediakan meja pelayanan dan sistem
Namun PPID perlu memilih berbagai jenis dokumentasi yang efektif.
media yang dapat menjangkau masyarakat • Pengakses dengan keterbatasan. PPID perlu
secara efektif. Media yang digunakan sekurang- mengusahakan agar informasi sedapat mungkin
kurangnya adalah papan pengumuman. Apabila dapat diakses oleh orang-orang yang memiliki
mampu, sebaiknya menggunakan situs web keterbatasan (difable).

MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK

Pasal 21 UU KIP
Mekanisme untuk memperoleh Informasi Publik didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan
biaya ringan.

UU KIP menjamin bahwa setiap orang dapat memperoleh informasi publik dengan cara:
1. Melihat dan mengetahui informasi publik
2. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum
3. Mendapatkan salinan informasi publik

JENIS INFORMASI CARA PEROLEHAN


Informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala • Tanpa permohonan
Informasi yang wajib diumumkan • Badan publik proaktif memberikan
secara serta-merta

Informasi yang wajib tersedia setiap saat


Mengajukan permohonan informasi
Informasi lain yang tidak termasuk informasi
yang dikecualikan

BUKU PEGANGAN
154 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TIPS MENGAJUKAN PERMOHONAN INFORMASI

 Pastikan Anda mengisi dengan benar formulir permohonan informasi yang disediakan oleh
badan publik;
 Apabila permohonan tidak menggunakan formulir permohonan informasi, tetapi dengan
surat, pastikan surat memuat hal-hal yang harus ada dalam formulir permohonan informasi
sebagaimana diatur dalam PERKI No. 1/2010 (tersebut di atas);
 Pastikan menulis dengan benar, jelas, dan rinci informasi yang Anda minta, sehingga
memudahkan PPID untuk mencari dan menyediakannya;
 Pastikan surat Anda ditujukan kepada PPID;
 Pastikan Anda menerima tanda bukti penerimaan dari PPID;
 Jika surat permohonan dikirimkan melalui pos, pastikan memiliki surat tanda bukti tercatat yang
menerangkan bahwa surat Anda telah diterima oleh PPID (Badan Publik);
 Pastikan Anda mencatat tanggal diterimanya surat permohonan oleh PPID (Badan Publik)
untuk memudahkan menghitung jangka waktu 10 hari kerja bagi badan publik dalam
menanggapi permohonan kita;
 Jika PPID memberikan tanggapan atas permohonan informasi Anda, maka ada dua
kemungkinan bentuk tanggapan:
1. Surat pemberitahuan yang berisi menerima permohonan anda (baik seluruhnya atau
sebagian);
2. Surat Keputusan PPID tentang penolakan permohonan apabila informasi yang anda
mohon dianggap sebagai informasi yang dikecualikan;
 Jika PPID (Badan Publik) memberikan pemberitahuan tertulis untuk memperpanjang waktu
penyediaan dan pemberian informasi, maka 7 hari kerja terhitung sejak diberikannya surat
pemberitahuan tersebut, PPID harus menyediakan dan memberikan informasi yang Anda
minta;
 Jika informasi tidak juga diberikan dalam masa tersebut, Anda dapat mengajukan keberatan
kepada atasan PPID.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 155
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

BAHAN PRESENTASI

SESI IV
STANDAR DAN MEKANISME
PELAYANAN INFORMASI
Henri Subagiyo

Sub Pokok Bahasan


STANDAR DAN MEKANISME PELAYANAN
INFORMASI PUBLIK
1. PELAYANAN MELALUI PENGUMUMAN
2. PELAYANAN MELALUI PERMOHONAN INFORMASI

BUKU PEGANGAN
156 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEKANISME
LAYANAN INFORMASI


SIFAT LAYANAN INFORMASI
Informasi yang
Diumumkan dan
Disediakan Berkala
Proaktif
(Diumumkan)
Informasi Yang
Diumumkan Serta
Merta

Informasi Yang
Pasif Tersedia Setiap
Layanan Informasi Saat
(Berdasar
Permintaan)
Informasi Lainnya
Berdasar
Permohonan

Informasi Rahasia/
Penolakan
Dikecualikan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 157
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

LAYANAN MELALUI PENGUMUMAN (PROAKTIF)

• Muatan informasi: Pasal 11 PERKI 1/2010


• Media: Papan pengumuman, situs resmi, dan
media lainnya;
• Bahasa: Bahasa Indonesia & bahasa lokal
(dimungkinkan)
• Mempertimbangkan kelompok difable

DISKUSI KELOMPOK

1. Bukalah situs instansi anda.


2. Temukan 5 informasi yang wajib diumumkan dalam
situs pemerintah daerah anda.
3. Temukan 5 informasi yang wajib diumumkan yang
TIDAK terdapat di situs pemerintah daerah anda.
4. Diskusikan jawaban anda.

BUKU PEGANGAN
158 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

LAYANAN BERDASARKAN PERMINTAAN (PASIF)


• Semua Informasi dapat diminta/dimohon,
kecuali Informasi rahasia;

• Informasi yang belum didokumentasikan


tetap harus direspon dengan

• memberitahukan kapan informasi tersebut


siap diberikan atau diminta kembali;

• Prinsip layanan: cepat dan tepat waktu,


biaya ringan, dan sederhana  sesuai
dengan standar.


TATA CARA PELAYANAN PERMOHONAN INFORMASI
Maks. 10 hari kerja
+
perpanjangan 7 hari kerja

Permohonan PPID Pemberitahuan tertulis


&
Pemberian informasi

• Info ada dibawah penguasaan


• Memberitahu keberadaan info yang diminta
Memberi: Mencatat: jika di BP lain dan tidak dibawah penguasaannya
• Tanda bukti • Nama • Menerima/menolak permintaan
penerimaan • Alamat • Jika diterima (sebagian/seluruhnya) dicantumkan
permintaan • Subyek
• No pendaftaran info yang diminta
• Format
• Penghitaman dokumen yg mengandung info dikecualikan
• Cara
• Alat penyampaian dan format info
penyampaian
• Biaya dan cara pembayaran
yang diminta
• Pemberitahuan perpanjangan waktu dan alasannya jika
tidak dapat dilakukan dalam 10 hari

Saat menerima permintaan (langsung/elektronik)


Saat pengiriman informasi (surat)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 159
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

BIAYA PEROLEHAN INFORMASI


PEMBIAYAAN YANG DAPAT DIKENAKAN:
• Biaya penyalinan
• Biaya pengiriman

Sesuai dengan standar biaya


yang berlaku umum

Biaya riil (actual cost)


STANDAR MINIMAL SARANA PRASARANA PELAYANAN
• PELAYANAN BERBASIS PENGUMUMAN:
- Informasi yang diumumkan (berkala dan informasi tertentu yang menurut PPID
perlu diumumkan)
- Media pengumuaman: website, papan pengumuman, media lainnya (leaflet, dst)
• PELAYANAN BERBASIS PERMOHONAN:
- Daftar Informasi Publik
- Formulir permohonan & tanda terima
Format ada pada
- Buku register
Lampiran PERKI
- Surat pemberitahuan
1/2010
- Surat penolakan (informasi rahasia)
- Surat perpanjangan layanan (jika diperpanjang)
• MAKLUMAT PELAYANAN INFORMASI
• MEJA INFORMASI DAN PETUGAS

BUKU PEGANGAN
160 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

MEJA INFORMASI
• Tempat pelayanan Informasi Publik
dan keberatan

• Ada Petugas Meja Informasi

• Tersedia sarana atau fasilitas


pelayanan

• Untuk mempermudah perolehan


Informasi Publik di Badan Publik


SIMULASI KELOMPOK
• Bagikan undian peran kepada peserta
• Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut:
- Pemohon Informasi
- Petugas Meja Informasi
- PPID
- Unit/Satker (identifikasi bersama dengan peserta berdasar skenario), misalnya:
• Dinas Pendidikan
• Dinas Kesehatan
• Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari:
- Narasi permasalahan (studi kasus)
- Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh diketahui oleh
peserta lainnya)
• Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar
• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 161
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi

REFLEKSI

• Mintalah komentar pemohon apakah petugas telah


memberikan layanan sesuai dengan standar.

• Setelah itu beri kesempatan kepada peserta lainnya


untuk mengomentari apakah pemohon maupun
petugas telah sesuai dengan sekenario dan standar
layanan.

TERIMA KASIH

Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com

BUKU PEGANGAN
162 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
5
Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 163
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V V.1. MAKNA
PENYELESAIAN
SENGKETA
Penyelesaian INFORMASI

Sengketa Salah satu prinsip penting dalam keterbukaan


informasi adalah adanya penyelesaian sengketa
Informasi Publik informasi yang murah, sederhana, dan independen.
Penyelesaian sengketa memiliki peran yang sangat
penting baik untuk melindungi hak masyarakat atas
informasi maupun untuk meningkatkan kualitas
layanan informasi.

Penyelesaian Melalui penyelesaian sengketa, masyarakat dapat


sengketa memiliki menjaga pelanggaran atas hak-haknya terkait
peran yang sangat dengan layanan informasi yang mungkin terjadi
penting baik untuk karena lemahnya kinerja layanan informasi. Bagi
melindungi hak badan publik, penyelesaian sengketa informasi juga
masyarakat atas dapat berperan untuk mendapatkan feed back atas
informasi layanan informasi yang sudah diberikannya untuk
........ kemudian dapat diperbaiki.

Penyelesaian sengketa juga merupakan bentuk


pelaksanaan akuntabilitas dalam layanan informasi.
Oleh karena itu, badan publik harus memiliki
cara pandang yang positif terhadap penyelesaian
sengketa dengan melihat penyelesaian sengketa
bukanlah “perlawanan” yang dilakukan oleh
masyarakat melainkan perwujudan dari upaya
masyarakat untuk memperoleh haknya yang harus
dikelola badan publik karena adanya kendala-
kendala dari kinerja layanan. Agar badan publik

BUKU PEGANGAN
164 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
memiliki cara pandang yang positif tersebut, diakibatkan oleh tidak diumumkannya informasi
maka perlu adanya kesadaran yang memadai berkala, masyarakat tidak perlu mengajukan
yang terwujud dalam penyediaan sistem layanan permohonan informasi terlebih dahulu, sehingga
informasi yang memungkinkan sengketa tersebut mereka dapat langsung mengajukan penyelesaian
dikelola dengan baik. sengketa.Sedangkan untuk informasi yang wajib
diumumkan secara serta merta, tidak diatur dalam
alasan di atas, sehingga memungkinkan masyarakat
langsung menempuh jalur keperdataan maupun

V.2. ALASAN pidana jika memang ditemukan perbuatan melawan


hukum dan kerugian yang diakibatkan oleh tidak
TERJADINYA
disampaikannya informasi serta merta tersebut.
SENGKETA Oleh karena itu, meskipun informasi serta merta ini
INFORMASI kuantitasnya sedikit, namun dalam sistem layanan
informasi perlu mendapatkan perhatian yang serius.

Sengketa informasi dapat terjadi karena beberapa


alasan, yaitu:
V.3. TAHAPAN DAN
a) penolakan atas permohonan Informasi Publik;
b) tidak disediakannya informasi berkala;
LEMBAGA
c) tidak ditanggapinya permohonan Informasi PENYELESAIAN
Publik; SENGKETA
d) permohonan Informasi Publik ditanggapi tidak INFORMASI
sebagaimana yang diminta;
e) tidak dipenuhinya permohonan Informasi Publik;
f) pengenaan biaya yang tidak wajar; atau Ada 3 tahapan dan lembaga yang ditunjuk oleh UU
g) penyampaian Informasi Publik yang melebihi KIP untuk menyelesaikan sengketa informasi, yaitu:
waktu.
1) Penyelesaian sengketa internal (di dalam badan
Jika dikaitkan dengan layanan informasi, alasan publik, dengan mengajukan keberatan kepada
terjadinya sengketa diatas mencakup tata cara atasan PPID)
layanan informasi baik yang bersifat proaktif dimana 2) Apabila tidak puas dengan putusan PPID,
badan publik harus mengumumkan informasi dapat mengajukan banding ke Komisi Informasi
yang berkala maupun layanan yang bersifat pasif (selama di Kabupaten/Kota atau Provinsi belum
dimana harus ada permohonan terlebih dahulu terbentuk Komisi Informasi Kabupaten/Kota atau
dari masyarakat. Terhadap alasan sengketa yang

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 165
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

Provinsi, maka sengketa diajukan ke Komisi 5. Badan publik member informasi tetapi hanya
Informasi Pusat) sebagian dari yang diminta.
3) Apabila tidak puas dengan Putusan Komisi 6. Badan publik mengenakan biaya yang tidak
Informasi, maka para pihak dapat mengajukan wajar.
gugatan banding ke Pengadilan. 7. Badan publik menyampaikan informasi melebihi
waktu yang ditentukan Undang-undang.

a. TAHAP PENYELESAIAN
SENGKETA INTERNAL
BADAN PUBLIK

Badan publik dimana masyarakat seharusnya


memperoleh informasi merupakan pintu terdepan
dalam penyelesaian sengketa informasi yang
dikenal dengan upaya keberatan. Sebelum
masyarakat menempuh penyelesaian sengketa
di Komisi Informasi maupun pengadilan, terlebih
dahulu masyarakat harus mengajukan keberatan
kepada badan publik apabila ditemukan alasan-
alasan sengketa.

Setiap pemohon informasi dapat mengajukan


keberatan secara tertulis kepada atasan PPID
apabila:

1. Permintaan informasinya ditolak dengan alasan


informasi masuk dalam kategori pengecualian
Pasal 17 UU KIP.
2. Badan Publik tidak menyediakan informasi
berkala.
3. Badan Publik tidak menanggapi permintaan
informasi.
4. Badan publik menanggapi tetapi informasi yang
diberikan tidak sebagaimana yang diminta.

BUKU PEGANGAN
166 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

BAGAN ALUR PENGELOLAAN KEBERATAN LAYANAN INFORMASI

Permohonan lengkap
(formulir/surat
dinyatakan lengkap)
Unit Pelayanan
Pemohon Keberatan Informasi
Permohonan tidak
lengkap (surat/
formulir)

Pengisian Formulir Permohonan


Dilengkapi
Keberatan atau pengiriman surat
keberatan

Maks. 5 hari kerja sejak dikeluarkannya


keputusan atasan PPID
Selesai Pemohon Puas

Mengajukan
permintaan Pemohon Tidak
penyelesaian sengketa Puas
kepada Komisi
Informasi selambat-
lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja sejak
diterimanya keputusan
atasan PPID.

BUKU PEGANGAN
168 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Maksimal 25 hari kerja

PPID: Atasan PPID:


PPID:
1. Meregister permohonan
Mengeluarkan surat
keberatan; Menyampaikan permohonan
tanggapan sesuai
2. Memberikan tanda terima keberatan keatasan.
dengan Peraturan
permohonan keberatan;
Komisi Informasi tentang
3. Memberitahukan nomor
Pengelolaan dan
registrasi permohonan
Pelayanan Informasi
keberatan dalam hal
Publik.
diajukan melalui surat.

PPID:

• Mengirimkan surat tanggapan atas keberatan dan/atau sesegera mungkin


memberitahukan terlebih dahulu kepada pemohon keberatan atas
tanggapan atasan terhadap keberatan yang diajukan.
• Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui surat, tanda terima dikirim
bersama dengan surat tanggapan.

PPID:

• Dalam hal keberatan dikabulkan seluruh atau sebagian oleh Atasan PPID,
PPID segera menjalankan perintah Atasan sebagaimana dalam surat
tanggapan sesuai dengan ketentuan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis.
• Mengirimkan surat tanggapan dan/atau sesegera mungkin memberitahukan
terlebih dahulu hasil tanggapan Atasan PPID
• Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui surat, tanda terima
dikirimkan bersama dengan surat tanggapan.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 169
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

1. Pengajuan keberatan dilakukan dengan cara mengisi formulir keberatan yang disediakan oleh Badan
Publik;
2. Dalam hal pengajuan keberatan disampaikan secara tidak tertulis, PPID wajib membantu Pemohon
Informasi Publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa untuk mengisikan formulir
keberatan dan kemudian memberikan nomor registrasi pengajuan keberatan; dan
3. Keberatan diajukan kepada atasan PPID melalui PPID.

TUGAS PPID DALAM PENGELOLAAN KEBERATAN

• Menyediakan formulir keberatan


• Membantu pemohon yang mengajukan keberatan mengisi formulir keberatan
• Mencatat keberatan dalam buku register
• Memastikan surat keberatan sampai ke tangan atasan
• Melaksanakan putusan yang dibuat oleh Atasan PPID

BUKU PEGANGAN
170 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir keberatan

TIPS MENGAJUKAN PERMOHONAN INFORMASI

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO


Jl. …………., SITUBONDO
Telp. ……………../ Faks. …………………..

PERNYATAAN KEBERATAN ATAS PERMOHONAN INFORMASI

INFORMASI PENGAJU KEBERATAN


No.Registrasi Keberatan : (diisi petugas)
No.Pendaftaran Permohonan Informasi :
Tujuan Penggunaan Informasi : Sebagai bahan untuk menyusun skripsi.
Identitas Pemohon
Nama : Andi Suncoko
Alamat : Jl. Pahlawan No. 1, Surabaya
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor Telepon/Email : 0811……… / andis@yahoo.com

ALASAN PENGAJUAN KEBERATAN:


 permohonan informasi ditolak;
 informasi berkala tidak disediakan;
 permohonan informasi tidak ditanggapi;
 permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang dimohon;
 permohonan informasi tidak dipenuhi;
 biaya yang dikenakan tidak wajar;
 informasi disampaikan melebihi jangka waktu yang ditentukan.

KASUS POSISI:
Pada tanggal 15 November 2011 saya mengajukan permohonan informasi kepada Komisi
Informasi Provinsi Jawa TImur (KIP) dengan mengisi formulir permohonan. Namun demikian, 10
hari kerja sejak permohonan saya sampaikan, yaitu tepatnya 25 November 2011, KIP Jatim belum
menanggapi permohonan tersebut.

Situbondo, 30 November 2011

Petugas Informasi Pengaju Keberatan

ttd ttd

(Lamidi) (Andi Suncoko)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 171
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

b. TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI

Komisi Informasi Pusat telah mengeluarkan Peraturan Komisi Informasi No. 2 tahun 2010 tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai pedoman untuk menyelesaikan sengketa informasi publik
di Komisi Informasi Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Penyelesaian sengketa informasi publik melalui
Komisi Informasi dapat ditempuh apabila:

1. Pemohon Informasi tidak puas dengan tanggapan Atasan PPID (dalam proses penyelesaian sengketa
internal Badan Publik)
2. Pemohon Informasi tidak mendapat tanggapan atas keberatan yang diajukan kepada Atasan PPID dalam
waktu 30 hari sejak keberatan diterima oleh atasan PPID

Dengan demikian, proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi merupakan proses banding terhadap
putusan PPID Badan Publik.

Proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik dilakukan berdasarkan asas cepat, biaya ringan,
dan sederhana (Pasal 2 PerKI No. 2 Tahun 2010)

Penyelesaian sengketa informasi publik melalui Komisi Informasi dapat dilakukan melalui dua prosedur,
mediasi dan ajudikasi.

MEDIASI DAN AJUDIKASI DI KOMISI INFORMASI

Apakah yang dimaksud dengan mediasi?


Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak dengan bantuan
mediator Komisi Informasi. Dalam proses mediasi, mediator tidak memiliki wewenang untuk
memberi keputusan atas sengketa. Mediator hanya berperan sebagai penengah yang memfasilitasi
penyelesaian sengketa oleh para pihak; para pihaklah yang pada dasarnya menyelesaikan
sengketa dengan membuat kesepakatan secara sukarela.

BUKU PEGANGAN
172 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kapan prosedur mediasi ditempuh?
Penyelesaian sengketa melalui mediasi di Komisi Informasi dapat ditempuh apabila memenuhi
salah satu atau beberapa alasan berikut:
1. Badan Publik tidak mengumumkan informasi berkala;
2. Badan Publik tidak menanggapi permohonan informasi;
3. Badan Publik menanggapi permohonan informasi tetapi tidak sebagaimana yang dimohon;
4. Badan Publik tidak memenuhi permohonan informasi;
5. Badan Publik mengenakan biaya tidak wajar; dan/atau
6. Badan Publik menyampaikan informasi melebihi jangka waktu yang diharuskan.

Apakah yang dimaksud dengan ajudikasi?


Ajudikasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh
Komisi Informasi.

Kapan prosedur ajudikasi ditempuh?


Penyelesaian sengketa melalui ajudikasi di Komisi Informasi dapat ditempuh apabila memenuhi
salah satu berikut:
1. Permohonan informasi ditolak karena alasan kerahasiaan (Pasal 17 UU KIP).
2. Pemohon informasi telah menempuh prosedur mediasi namun gagal, baik karena tidak
mencapai kesepakatan atau salah satu pihak menarik diri dari proses mediasi.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 173
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
174
Bagan
Alur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Di Komisi Informasi

BUKU PEGANGAN
REGISTRASI PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PEMERIKSAAN PERKARA
Informasi Publik

Pemberitahuan untuk
melengkapi Putusan mediasi
BELUM KI

untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik


LENGKAP
BAB V - Penyelesaian Sengketa

7 hari • Kewenangan KI

Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi


Ketua KI wilayah/ tingkat
tidak tepat
• Bukan SEPAKAT
Pemohon
Registrasi oleh kewenangan KI
menyampaikan
Panitera • Pemohonan tidak
permohonan Mediasi
Majelis memiliki hak
Pemeriksaan TIDAK
Jangka waktu 14 SEPAKAT
Pendahuluan hari sejak
LENGKAP mediasi I
Jangka waktu 40
hari sejak sidang I
Kewenangan
KI

7 hari Pencatatan Ajudikasi


Pemohonan
Bukti dalam Register
registrasi
Putusan Majelis
Komisioner

www.kinerja.or.id
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI KOMISI INFORMASI

KOMISI INFORMASI KEWENANGAN


Komisi Informasi Pusat • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik Pusat
• Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota apabila
belum ada Komisi Informasi tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota di wilayah yang bersangkutan
• Menyelesaikan sengketa informasi Publik yang tidak dapat
diselesaikan oleh Komisi Informasi Provinsi

Komisi Informasi Provinsi • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut


Badan Publik tingkat Provinsi
• Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Kabupaten/Kota apabila belum ada
Komisi Informasi tingkat Kabupaten/Kota di wilayah yang
bersangkutan
• Menyelesaikan sengketa informasi Publik yang tidak dapat
diselesaikan oleh Komisi Informasi Kabupaten/Kota

Komisi Informasi Kabupaten/Kota • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut


Badan Publik tingkat Kabupaten/Kota

TENTANG KOMISI INFORMASI

Komisi Informasi terdiri dari:


1. Komisi Informasi Pusat; berkedudukan di Ibu Kota Negara
2. Komisi Informasi Provinsi; berkedudukan di Ibu Kota Provinsi
3. Komisi Informasi Kabupaten/Kota; berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota. Komisi Informasi
Kabupaten/Kota dibentuk apabila dibutuhkan.

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang memiliki dua fungsi utama:
1. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (dalam menjalankan UU KIP), yaitu:

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 175
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

a. Dalam hal pelayanan informasi


b. Dalam hal penyelesaian sengketa informasi
2. Menyelesaikan sengketa Informasi

Komisi Informasi Pusat menjalankan fungsi 1 (a dan b) dan 2

Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota menjalankan fungsi 1 a dan 2. Dalam menjalankan
fungsi 1a Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak boleh membuat Petunjuk Pelaksana
atau Petunjuk Teknis yang bertentangan dengan yang dibuat oleh Komisi Informasi Pusat.

c. TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN

Penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan merupakan kelanjutan proses dari penyelesaian
sengketa di Komisi Informasi. Apabila salah satu pihak tidak menerima putusan Komisi Informasi, maka ia
dapat mengajukan banding ke pengadilan. Syaratnya, pihak tersebut harus menyatakan secara tertulis bahwa
ia tidak menerima putusan Komisi Informasi paling lambat 14 hari kerja setelah diterimanya putusan.
Prosedur penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan ini telah diatur dalam Mahkamah Agung RI
telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2011 tentang Tata-cara Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik di Pengadilan.

Sengketa Informasi Publik & Kewenangan Pengadilan


(Pasal 3 PerMA No. 02 Tahun 2011)

Sesuai dengan Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik:
a. Pengadilan Negeri berwenang untuk mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik selain
Badan Publik Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik
selain Badan Publik Negara.
b. Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik
Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik Negara.

BUKU PEGANGAN
176 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan
Alur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Di Pengadilan

www.kinerja.or.id
KI yang
memutuskan Termohon
sengketa

14 hari kerja

14 hari kerja
14 hari kerja
BELUM

Pemberitahuan
SELESAI
LENGKAP

Kirim salinan putusan

Minta salinan putusan


Kirim salinan putusan
Pengadilan di Ketua Majelis Hakim
wilayah Hukum Pengadilan Para pihak
Badan Publik Putusan
PENUNJUKAN Dalam Sidang
Pihak REGISTRASI MAJELIS Terbuka Kecuali
yang tidak Informasi
menerima Rahasia Mahkamah
putusan TIDAK TERIMA Agung
KEBERATAN
KIRIM BERKAS KASASI

Pengadilan di
wilayah Pemohon
Informasi PUTUSAN

BUKU PEGANGAN

untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik


Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi
177
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

1. PPID memiliki saluran atau media yang


lebih beragam yang dapat menghubungkan
V.4. OPTIMALISASI
dengan masyarakat secara luas. Dalam
FUNGSI PPID DALAM berbagai regulasi yang ada, PPID seharusnya
PENGELOLAAN memiliki akses yang memadai terhadap media
PENGADUAN ATAU yang memungkinkan untuk menghubungkannya

KELUHAN ATAS dengan masyarakat. Hal ini merupakan salah


satu potensi penting yang memungkinkan
PELAYANAN PUBLIK
masyarakat dapat dengan mudah mengetahui
kemana pengaduan atau keluhan tersebut
disampaikan. Semakin banyak masyarakat
yang mengetahui saluran pengaduan atau
Keterbukaan informasi publik dan pelayanan
keluhan dengan media yang beragam, maka
publik adalah dua aspek yang memiliki keterkaitan
semakin baik bagi pengelolaan pengaduan
erat.Pelayanan publik yang baik mensyaratkan
layanan publik. Selain itu, optimalisasi fungsi
adanya keterbukaan informasi yang memadai agar
PPID untuk pengelolaan pengaduan akan
masyarakat mendapatkan layanan yang optimal.
meningkatkan pula efisiensi penggunaan media
Oleh karena itu, salah satu informasi publik yang
oleh pemerintah daerah.
harus dibuka oleh badan publik adalah informasi
2. Rentang koordinasi PPID di dalam SKPD/
tentang penyelenggaraan layanan publik. Di sisi lain,
Unit Kerja. Rentang koordinasi yang dimiliki
pelayanan informasi mensyaratkan pelaksanaan
oleh PPID cukup luas yakni mencakup seluruh
prinsip-prinsip layanan publik yang baik pula. Oleh
unit dalam suatu badan publik sehingga
karena itu, memperkuat fungsi layanan informasi
memudahkan dalam mengkoordinasikan
juga seharusnya dapat memperkuat fungsi layanan
pengelolaan pengaduan atau keluhan yang
publik, misalnya di bidang kesehatan, pendidikan,
muncul. PPID memiliki rentang koordinasi
perizinan, dan sebagainya.
yang mencakup seluruh unit atau SKPD
dalam suatu pemerintah daerah dalam rangka
A. Peluang Optimalisasi Fungsi mendukung layanan informasi, termasuk
PPID unit atau SKPD yang melaksanakan layanan
publik. Hal ini akan memudahkan PPID dalam
Penyelesaian sengketa informasi dapat dioptimalkan meneruskan pengaduan atau keluhan yang
untuk memperkuat pengelolaan pengaduan atau diterimanya kepada unit atau SKPD yang
keluhan terhadap layanan publik melalu optimalisasi terkait. Dari sisi kapasitas, masyarakat yang
fungsi PPID. Beberapa alasan teknis yang melakukan pengaduan akan lebih terbantu
memungkinkan hal ini dilakukan adalah: karena pengaduan yang ada dapat diorganisir

BUKU PEGANGAN
178 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
oleh PPID untuk kemudian disampaikan fungsi kontrol melalui pengelolaan keluhan
atau diteruskan kepada satuan kerja yang masyarakat atas layanan publik baik di Pemerintah
melaksanakan layanan publik untuk segera Daerah atau SKPD yang dimaksud. Apabila
mendapatkan penanganan. pemerintah daerah bermaksud mengoptimalkan
3. Fungsi Atasan PPID dalam keterbukaan fungsi PPID sekaligus menjadi Unit Penanganan
informasi selaras dengan Atasan Pengaduan Masyarakat, berikut ini pembagian tugas
Penyelenggara Pelayanan Publik dan dapat dan tanggungjawab yang dapat dilakukan:
membawahi seluruh unit dalam suatu badan
publik untuk memastikan pelaksanaan tindak 1. PPID dan Petugas Meja Informasi
lanjut. Melihat fungsi dan tanggungjawab PPID, bertangggungjawab atas pengelolaan
Atasan PPID haruslah orang yang memiliki pengaduan yang masuk mulai dari registrasi,
rentang koordinasi atau kendali terhadap klarifikasi dan investigasi, meneruskan
seluruh unit atau SKPD dalam suatu pemerintah pengaduan kepada unit atau SKPD dan Atasan
daerah, misalnya Sekda. Hal ini tentu memiliki PPID, hingga mendiseminasikan hasilnya
manfaat yang baik untuk memastikan agar kepada pengadu;
pengelolaan pengaduan atau keluhan dapat 2. Unit atau SKPD Pelaksana Layanan Publik
ditangani dengan baik oleh unit atau SKPD melakukan analisa dan rencana penanganan
yang menyelenggarakan layanan publik karena yang hasilnya dilaporkan kepada PPID dan
sekaligus sebagai bawahan dari Atasan PPID Atasan PPID;
tersebut. 3. Atasan PPID melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tindaklanjut serta menjalankan
fungsi pemberian penghargaan dan sanksi jika
B. Pengelolaan Pengaduan atau diperlukan (reward and punishment).
Keluhan Atas Pelayanan Publik
dengan Mengoptimalkan Fungsi
PPID C. Alur Proses Pencatatan dan
Tindak Lanjut Penanganan
Pada dasarnya fungsi PPID adalah untuk Keluhan
pengelolaan informasi, termasuk di dalamnya adalah
pelayanan informasi dan pengelolaan keberatan 1. Alur Informasi/Laporan
atas pelayanan informasi yang diteruskan kepada
Setiap informasi/laporan yang masuk melalui
unit atau SKPD yang bersangkutan dan Atasan
Meja Informasi PPID akan dicatat dan
PPID untuk mendapat respon atau tindak lanjut.
didokumentasikan sesuai bagan alur berikut:
Namun seiring dengan optimalisasi peran kontrol
terhadap kualitas pelayanan publik, Pemerintah
Daerah maupun SKPD dapat saja menjalankan

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 179
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

Bagan
Alur Informasi Pengaduan Masyarakat

Meja Informasi Kab/Kota


Gerai Informasi
Media

Meja Informasi SKPD

Meja Informasi Badan


Publik lainnya

Informasi: dapat berasal dari siapa saja dan bersumber dari apa/mana saja

Informasi Info progres


Tindak lanjut Pelaporan
Akses publik

Penjelasan Bagan :
1. Pada prinsipnya informasi/laporan dapat masuk pada jenjang manapun melalui media yang telah disediakan dan atau
diatur dalam SOP ini.
2. Informasi/laporan yang masuk pada level kabupaten/kota atau dibawahnya (SKPD/UPTD/Unit Layanan lainnya) akan
dikonsolidasikan oleh PPID.
a. Informasi/laporan yang diperoleh oleh Pihak penerima keluhan (meja informasi akan dilanjutkan kepada PPID
(yang juga difungsikan sebagai Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat).
b. Informasi/laporan yang masuk melalui PPID Utama (level Kabupaten/Kota) akan didisposisikan kepada Kepala
SKPD terkait dan untuk selanjutnya diteruskan kepada PPID pelaksana/pembantu yang difungsikan sebagai Unit
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
c. Informasi/laporan yang masuk dalam berita surat kabar akan langsung dikonsolidasikan oleh PPID Pembantu
selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
3. Temuan hasil supervisi, monitoring maupun audit akan didapat PPID selaku Unit Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat melalui tim monitoring dan evaluasi (ME) PPID
4. PPID Utama selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat kabupaten/kota yang telah menerima
pengaduan selanjutnya akan memfasilitasi proses tindak lanjut dan secara paralel melakukan pelaporan pada jenjang
diatasnya sesuai dengan mekanisme pelaporan.

BUKU PEGANGAN
180 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. Proses Pencatatan Informasi
Yang dimaksud proses pencatatan meliputi beberapa tahap berikut:

Bagan
Proses Pencatatan Informasi

Sekolah, Manajemen, Publik, Monev, Audit

Data Tidak Lengkap Data Lengkap


Pengaduan

Tidak dicatat Pencatatan

Klasifikasi

Update

Publikasi

a. Registrasi/Pencatatan; Seluruh informasi/ kecukupan data apabila memuat inti usulan


laporan yang memiliki kecukupan data bagi secara jelas. Sementara laporan pengaduan/
upaya tindak-lanjut akan dimasukkan kedalam masalah baik terkait dengan ketidak-taatan
data base yang khusus disediakan oleh PPID peraturan maupun penyimpangan dana
karena perannya sebagai unit Pelayanan dianggap memiliki kecukupan data apabila
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat. memuat:
Sementara informasi/laporan yang tidak memiliki 1. materi pengaduan/masalah secara jelas,
kecukupan data tidak akan dimasukkan dalam 2. lokasi dimana masalah muncul dan
database. 3. pelaku yang diduga melakukan
b. Untuk informasi berupa pertanyaan, memiliki penyimpangan.
kecukupan data apabila memuat inti pertanyaan
dan menginformasikan identitas dan alamat c. Klasifikasi; informasi/laporan selanjutnya
penanya. Informasi berupa usulan, memiliki diklasifikasi sesuai dengan aturan main

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 181
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

(SOP) guna mempermudahkan proses Peraturan dan Penyimpangan Dana


pendokumentasian dan tindaklanjut. Program.
Adapun informasi/laporan yang masuk akan 2. Setiap jenis klasifikasi selanjutnya disusun
diklasifikasikan sebagai berikut: berdasarkan kode informasi/laporan sesuai
1. Pertanyaan; merupakan kebutuhan akan kode yang ada dalam database.
informasi berkenaan dengan pelaksanaan 3. Dokumen pendukung atas setiap laporan/
program pendidikan. informasi selanjutnya disusun berdasarkan
2. Saran, Usulan atau Masukkan adalah kronologi, atau disusun berdasarkan tanggal
bentuk apresiasi publik yang ditujukan bagi penerimaan informasi/dokumen.
perbaikan kinerja atau desain program
dimasa yang akan datang.
3. Ketidaktaatan Peraturan; yaitu kegiatan 3. Alur Tindak Lanjut
terkait dengan pelaksanaan layanan namun
tidak sesuai dengan aturan main yang telah Setelah informasi/laporan dicatat dan diregistrasi,
ditetapkan. Ketidaktaatan peraturan dalam maka tahap berikutnya adalah proses tindaklanjut.
klasifikasi ini tidak sampai pada tahap Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam
merugikan keuangan program. sistem Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
4. Penyalahgunaan Dana Proyek/Program; Masyarakat, karena pada tahap inilah pengelola
adalah penggunaan dana di luar ketentuan program akan merespon apresiasi publik yang telah
program. disampaikan baik dalam bentuk pertanyaan, usulan
d. Pemutakhiran data dan progres status; maupun pengaduan. Mekanisme tindaklanjut akan
adalah proses pencatatan progress terkini yang melalui berbagai tahap sebagaimana tertuang pada
dilakukan manakala terdapat perkembangan bagan dan penjelasan berikut:
atas proses dan hasil tindaklanjut laporan/
informasi.
e. Pengaturan arsip dan dokumen; Kegiatan
ini meliputi penyusunan berbagai bukti dan
informasi yang diperoleh terkait dengan suatu
kasus dalam suatu dokumen yang mudah
disimpan dan mudah dicari. Oleh sebab
itu pengarsipan dokumen informasi perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Setiap informasi Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat
dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya:
Pertanyaan, Usulan, Ketidaktaatan

BUKU PEGANGAN
182 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan
Proses Tindaklanjut / Penanganan Pengaduan

Keterangan Bagan :
1. Pelayanan publik masih dilaksanakan oleh masing-masing unit atau SKPD sesuai dengan fungsinya;
2. Menambahkan tugas dan tanggungjawab PPID untuk mengelola pengaduan masyarakat terkait dengan pelayanan
publik dengan alur atau tahapan kerja sesuai dengan pengelolaan keberatan layanan informasi sebagai berikut:
a. Informasi masuk kepada PPID berupa: pertanyaan, usulan/masukan, dan pengaduan melalui berbagai media
yang telah disediakan misalnya: situs pemerintah daerah, SMS, telepon, faximili, email, dan sebagainya:
i. terkait dengan pertanyaan, maka PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur pelayanan informasi
ii. terkait dengan usulan/masukan dan pengaduan PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur
penyelesaian sengketa internal atau pengelolaan keberatan atas layanan informasi
b. PPID perlu mengklarifikasi atau memverifikasi seluruh informasi yang masuk untuk kemudian dicatat dalam register;
c. PPID memberikan tanda terima kepada pemberi informasi
d. PPID meneruskan informasi yang diperoleh kepada unit atau SKPD yang terkait dengan layanan publik dan
memberikan tembusan kepada Atasan PPID;
e. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik kemudian merumuskan rencana penanganan pengaduan yang hasilnya
dilaporkan kepada Atasan PPID untuk diputuskan dengan pemberitahuan kepada PPID;
f. Atasan PPID mengambil keputusan yang disampaikan kepada unit atau SKPD pelaksana layanan publik untuk
dilaksanakan dan diberitahukan kepada PPID;
g. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik menjalankan keputusan Atasan PPID dan melaporkan hasilnya serta
memberitahukan kepada PPID;
h. PPID memberitahukan kepada masyarakat yang mengadu tentang pelaksanaan keputusan dari Atasan PPID oleh
unit atau SKPD yang diadukan;
i. PPID menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut pengaduan kepada Atasan PPID.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 183
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

Untuk memudahkan proses tindak lanjut diperlukan b. PPID dan atau PPID Pembantu akan
pengklasifikasian keluhan yang masuk. PPID dapat membuat feed back atau umpan balik
mengkategori informasi yang masuk menjadi 3 hal kepada masyarakat pelapor bahwa
yakni: usulannya telah diteruskan kepada pihak
yang berwenang.
1. Apakah informasi yang disampaikan publik c. Update status informasi selanjutnya
berupa PERTANYAAN. Jika benar, maka dilaporkan sesuai dengan mekanisme
langkah tindak lanjut bagi informasi yang berupa pelaporan.
pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk informasi yang berupa pertanyaan, 3. Apakah informasi yang masuk dapat
PPID dan atau PPID Pembantu dapat dikategorikan sebagai bentuk keluhan
segera memberikan jawaban dan status karena KETIDAKTAATAN PERATURAN
informasi/laporan dinyatakan selesai. dan PENYALAHGUNAAN DANA PROYEK/
b. Apabila pertanyaan tidak dapat dijawab PROGRAM. Jika benar, maka langkah tindak
pada level bersangkutan, maka pertanyaan lanjut informasi dengan klasifikasi ini memiliki
tersebut akan dibawa ke jenjang yang langkah penanganan yang sama sebagai
lebih tinggi untuk mendapatkan jawaban. berikut:
Demikian seterusnya hingga pengaduan
dinyatakan selesai. a. Klarifikasi dan Investigasi
c. PPID dan atau PPID Pembantu selanjutnya KLARIFIKASI adalah proses pencarian
mengupdate status informasi dan informasi terkait dengan materi pengaduan
melaporkannya sesuai dengan mekanisme atau temuan masalah yang bertujuan untuk
pelaporan. memastikan dan atau membuktikan apakah
pengaduan atau temuan masalah tersebut
2. Apakah informasi yang masuk dapat benar. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
dikategorikan sebagai USULAN. Jika benar, bahwa pengaduan/temuan masalah tersebut
maka Langkah tindak lanjut untuk setiap usulan tidak benar, maka masalah dapat dinyatakan
dan saran yang masuk adalah: selesai, dengan menginformasikan status
a. Informasi yang diterima PPID dan atau PPID pengaduan melalui saluran informasi yang
Pembantu terkait dengan usulan, masukan ada. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
dan saran untuk selanjutnya akan di bahwa pengaduan/temuan masalah
teruskan kepada pihak terkait untuk menjadi tersebut benar maka langkah berikut adalah
input bagi perbaikan pelaksanaan program, melakukan investigasi jika data yang ada
baik yang bersifat teknis maupun kebijakan. belum mencukupi.

BUKU PEGANGAN
184 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tahap klarifikasi akan mengandalkan data i. Pengakuan
awal yang telah diperoleh dari pengaduan/ ii. Pernyataan
temuan masalah. Adapun informasi minimal iii. Keterangan ahli/pihak yang
yang harus ada agar pengaduan dapat di berkompeten
follow up apabila mencantumkan lokasi/ iv. Risalah pertemuan/berita acara
nama sekolah dan materi pengaduan. v. Kwitansi
vi. Buku rekening
INVESTIGASI adalah upaya sistematis
untuk mendapatkan informasi, yang lebih Hasil dari perolehan 5 informasi diatas
dalam tentang suatu kejadian hingga selanjutnya akan dirunut menjadi skema/
mendapatkan gambaran yang jelas tentang kronologis masalah.
substansi pengaduan/masalah. Sesuai
dengan target pelaksanaan investigasi b. Analisis Masalah
untuk mendapatkan data lengkap tentang Analisis masalah dalam hal ini adalah
gambaran masalah, maka investigasi proses untuk merumuskan akar masalah,
dilakukan baik dengan melakukan kajian kerugian yang diakibatkan dan dampak
lapangan maupun kajian dokumen. Adapun yang ditimbulkan/mungkin timbul. Akar
data/informasi yang harus diperoleh dalam masalah dimaksud adalah sebab musabab
proses investigasi adalah untuk menjawab terjadinya masalah yang akan digunakan
pertanyaan 5 W 1 H (What, Who, When, sebagai dasar bagi penyusunan langkah
Where, Why and How) sebagai berikut: penyelesaian. Dengan diketahui akar
i. What; apa pokok persoalan yang terjadi masalah diharapkan upaya penyelesaian
ii. Who; siapa pelaku masalah dan siapa yang dilakukan akan dapat menyelesaikan
yang menjadi ‘korban’ masalah secara tuntas, dan bukan
iii. Why; mengapa hal tersebut terjadi, apa penyelesaian yang berisifat sporadis.
latar belakang kejadian Mengetahui tentang kerugian dan dampak
iv. Where; dimana kasus terjadi yang ditimbulkan oleh masalah akan
v. When; kapan kejadiannya menjadi acuan target penyelesaan dan
vi. How; Bagaimana kejadiannya basis bagi penyusunan langkah-langkah
penanganan.
Untuk memperkuat hasil investigasi, maka
jawaban pertanyaan tersebut perlu didukung Analisis stakeholder merupakan bagian
dengan bukti-bukti. Adapun yang bisa dari tahap analisis masalah yang lebih
dijadikan alat bukti dalam hal ini antara lain: difokuskan pada para pihak yang ada

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 185
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

disekitar permasalah. Hasil analisis itu akan lebih baik jika rencana tindakan
stakeholder berupa peta para pihak yang harus dibuat dalam beberapa skenario (Plan
dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya A dan Plan B).
yang akan membantu proses penyelesaian
masalah dan atau para pihak yang akan Setelah rencana tindakan disusun maka
menjadi faktor penghambat proses langkah berikutnya adalah melaksanakan
penyelesaian masalah. tahapan atau langkah penanganan dan
memastikan bahwa target waktu dan output
c. Rencana dan Tindak Penanganan dapat tercapai. Apabila semua rencana
Setelah diperoleh data yang cukup terkait telah dilaksanakan, namun masalah/
dengan pengaduan yang diterima, dan pengaduan belum juga dapat diselesaikan,
analisis telah dilakukan, maka langkah maka Unit penanganan pengaduan dapat
berikut adalah menyusun rencana tindakan. meminta dukungan penanganan pada level
Adapun rencana tindakan harus memuat yang lebih tinggi. Kapan PPID selaku Unit
dan memperhatikan hal-hal berikut: penanganan pengaduan dapat meminta
• Langkah-langkah yang akan dilakukan; dukungan pada jenjang diatasnya akan
dalam menentukan langkah yang akan ditentukan berdasarkan hasil monitoring dan
diambil, Unit penanganan pengaduan evaluasi proses penanganan masalah.
harus berpegang pada acuan
penyelesaian masalah yang terdapat d. Monitoring dan Evaluasi
pada lampiran 1. Pemantauan dan pengawasan terhadap
• Memuat para pihak yang akan pelaksanaan rencana tindakan dilakukan
melaksanakan dan atau mendukung untuk memastikan tercapainya target
langkah penanganan tersebut. Perlu output dan target waktu. Pemantauan
diingat bahwa Unit penanganan yang dimaksud dalam hal ini adalah
pengaduan tidak akan bekerja sendiri. pemantauan oleh PPID selaku Unit
Fungsi kerja Unit penaganan pengaduan penanganan pengaduan terhadap para
akan lebih banyak pada fungsi fasilitasi. pihak yang disepakati akan menyelesaikan
• Mencatumkan waktu dimana langkah – permasalahan tertentu.
langkah tersebut akan dilakukan.
Untuk mempermudah kerja pemantauan,
Rencana tindakan ini akan ditambah atau maka setiap minggu PPID selaku Unit
diperbaiki manakala dalam prosesnya tidak Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
dapat berjalan sesuai harapan, atau tidak Masyarakat akan melihat daftar pengaduan/
dapat mencapai target output. Oleh sebab masalah yang ada di kabupaten/kota
bersangkutan.

BUKU PEGANGAN
186 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Berdasarkan hasil pemantauan atas pengawasan dalam hal ini ada pada Atasan
pelaksanaan tindakan inilah, PPID selaku PPID.
Unit penanganan pengaduan akan
melakukan evaluasi terhadap progres Atasan PPID harus mendapatkan laporan
penanganan pengaduan/masalah. Apabila tentang kemajuan proses penanganan
berdasarkan evaluasi tersebut diketahui pengaduan dari PPID selaku Unit Pelayanan
berbagai tindakan telah dilaksanakan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
namun juga tidak berhasil menyelesaikan setiap bulan, untuk selanjutnya akan
masalah, maka PPID selaku Unit Pelayanan menjadi bahan laporan dan materi dalam
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat rapat koordinasi dinas.
dapat meminta dukungan penanganan pada
level yang lebih tinggi, termasuk bila akan f. Pemutakhiran Data, Status Penanganan
meminta dukungan pihak eksternal. & Pelaporan
PPID selaku Unit Pelayanan dan
Sementara itu, pemantauan yang bersifat Penanganan Pengaduan Masyarakat secara
terbuka oleh masyarakat atas penanganan kontinyu akan melakukan pemutakhiran
pengaduan/masalah dapat dilakukan status tindak lanjut informasi/laporan.
dengan melihat update status yang Hasil pemutakhiran status tersebut, akan
disampaikan melalui website. Jika terdapat menjadi bahan bagi penyusunan laporan.
ketidakjelasan atau kebutuhan informasi Laporan PPID selaku Unit Pelayanan dan
tambahan dapat langsung menghubungi Penanganan Pengaduan Masyarakat terdiri
PPID selaku Unit Pelayanan dan dari:
Penanganan Pengaduan Masyarakat pada • Laporan Bulanan; adalah laporan
lokasi dimana pengaduan/masalah tersebut tertulis tentang status tindak lanjut
berada. informasi/laporan yang disampaikan
  setiap bulan kepada Atasan PPID.
e. Pengawasan • Laporan Triwulanan; adalah
Pengawasan adalah mekanisme kontrol pemutakhiran status penanganan
yang dibangun dalam sistem Pelayanan seluruh informasi/laporan yang terjadi
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat di kabupaten/kota untuk disampaikan
berupa tindakan memantau, bertanya dan ke pusat secara berjenjang dan akan
meminta laporan atas progres tindak lanjut dikonsolidasikan oleh PPID selaku Unit
informasi/laporan yang difasilitasi oleh PPID Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Masyarakat pusat. Data inilah yang akan
Pengaduan Masyarakat. Kewenangan digunakan sebagai bahan dasar update
status di website.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 187
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

g. Respon/Umpan Balik & Diseminasi Publik 1. Mudah Dihubungi. PPID dan atau Petugas
Umpan balik harus disampaikan kepada Meja Informasi harus mudah dihubungi,
pelapor terkait dengan progres tindak lanjut untuk menjamin aksesibilitas pelapor, dan
laporan yang telah mereka kirimkan. Umpan memperlancar arus informasi dan diharapkan
balik dalam hal ini dapat dilakukan secara akan membantu mempercepat tindak-lanjut.
langsung perorangan maupun secara 2. Pendengar Yang Baik. PPID dan atau Petugas
umum. Meja Informasi harus dapat menempatkan diri
sebagai pendengar yang baik, sikap seperti
Umpan balik perorangan dapat dilakukan empati, simpatik diperlukan ketika menerima
apabila alamat pelapor jelas, atau informasi informasi. PPID atau Petugas Meja Informasi
berasal dari disposisi pejabat berwenang tidak diperkenankan memotong laporan
dan atau memperhatikan tingkat masalah sehingga menggangu kebebasan penyampaian
dan kemendesakan, sementara media yang informasi, tapi wajib menanyakan/mengklarifikasi
digunakan disesuaikan dengan media pada informasi.
saat pelaporan. Misal: pengaduan lewat 3. Mendengarkan Keterangan Semua Pihak
surat akan dibalas surat, atau email akan Secara Adil (audi et alteram partem) dan
direspon melalui email. Netral. Dalam menggali informasi/data,
harus mendengar keterangan dari dua belah
Sementara secara umum, umpan balik pihak. Untuk menghindarkan kecenderungan
kepada masyarakat luas akan dilakukan telah memiliki stigma atas informasi yang
melalui website program secara periodik. bersangkutan, sehingga cenderung hanya
Data yang akan ditampilkan di website mendengarkan pihak yang menguatkan. Untuk
berupa rekapitulasi status informasi/laporan menjaga obyektivitasnya, PPID dan atau
dan grafik berdasarkan media time series. Petugas Meja Informasi tidak boleh memihak,
harus bersikap netral terhadap kedua belah
pihak dan mengedepankan prinsip praduga tak
D. Etika Penanganan Pengaduan bersalah.
Masyarakat 4. Bersikap Obyektif. PPID dan atau Petugas
Meja Informasi harus mendudukkan informasi
Pelaksanaan pengelolaan keberatan informasi
pada proposinya. Tidak boleh terlibat dalam
maupun penanganan pengaduan masyarakat tidak
konflik kepentingan.
cukup hanya mendasarkan kepada peraturan yang
5. Menjaga Kerahasiaan. Sering kali terjadi
ada melainkan juga harus memperhatikan etika yang
pelapor/informan/saksi mendapatkan intimidasi
secara umum dikenal. Beberapa etika pengelolaan
dari terlapor dan para pendukungnya. Intimidasi
pengaduan masyarakat adalah:
ini tidak saja berdampak pada pencabutan

BUKU PEGANGAN
188 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pernyataan atau kesaksian namun tidak jarang sarana yang sederhana terkait dengan pengelolaan
mengancam keselamatan/jiwa pelapor. Oleh pengaduan, diantaranya:
sebab itu menjadi penting identitas pelapor
ataupun informan DIRAHASIAKAN. Hal ini 1. Melengkapi fitur dari saluran media yang
sesuai dengan Pasal 17 UU KIP. digunakan untuk penyebarluasan informasi,
6. Responsif. Atasan PPID, PPID, Unit atau misalnya menambahkan fitur dari situs internet
SKPD Penyelenggara Layanan, dan Petugas yang khusus menerima pengaduan;
Meja Informasi harus menindaklanjuti seluruh 2. Formulir pengaduan apabila masyarakat
informasi/laporan yang memiliki kecukupan langsung mengadukan dengan mendatangi
data untuk ditindaklanjuti. Tidak diperkenankan Meja Informasi
menunda-nunda, terlebih-lebih jika hal tersebut 3. Register pengaduan untuk mencatat atau
memiliki dampak yang luas. mengarsipkan pengaduan yang diterima PPID/
7. Tidak Menimbulkan Masalah Baru. Atasan petugas meja informasi sekaligus mencatat
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara tidaklanjut yang telah dilaksanakan
Layanan, dan Petugas Meja Informasi dalam
memfasilitasi proses tindak-lanjut sejauh
mungkin menghindarkan munculnya masalah
baru.
8. Tidak Boleh Menerima Imbalan. Atasan
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara
Layanan, dan Petugas Meja Informasi tidak
diperbolehkan menerima imbalan dalam bentuk
apapun yang patut diduga akan menggangu
obyektifitas pelaksanaan tugasnya.

E. Sarana dan Prasarana

Untuk mengoptimalkan fungsi PPID dalam


pengelolaan pengaduan masyarakat, pemerintah
daerah tidak memerlukan penambahan sarana
prasarana yang signifikan daripada sarana
prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan
layanan informasi. Pemerintah daerah atau SKPD
terkait hanya memerlukan penambahan berapa

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 189
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

Berikut contoh format formulir pengaduan

FORM PENGADUAN MASYARAKAT


Dinas .................................................

Identitas Pemberi informasi/laporan


Nama : .........................................................................................................................................(L/P)
Alamat :
Desa ..........................................................................................................................................
Kecamatan ................................................................................................................................
Kabupaten/kota ........................................................................................................................
No Telp ......................................................................................................................................

Substansi Pertanyaan/Usulan/Pengaduan:
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................

Pihak yang dilaporkan .......................................................................................................................

Dugaan kerugian (jika ada) ..................................................................................................................

Lokasi Kejadian :
Nama Sekolah ..........................................................................................................................
Desa .........................................................................................................................................
Kecamatan ...............................................................................................................................
Kabupaten ................................................................................................................................

......................., ............... (tempat, tanggal)

BUKU PEGANGAN
190 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
FORM RENCANA TINDAK PELAYANAN DAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

Kode Informasi/Laporan :

Lokasi Nama Sekolah: Kecamatan:


Desa/Kelurahan Kabupaten/kota
Tanggal Kejadian Permasalahan

Target Penyelesaian* (Lihat acuan permasalahan dinyatakan selesai; lampiran 1 SOP)

Target Waktu PIC Rencana Tindak Output/progres

(Rencana A)

(Rencana B)

Keterangan:

……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........
……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........

(dapat diisi berupa keterangan terkait dengan pelaksanaan rencana, termasuk kendala yang ditemui manakala
Plan A dan Plan B tidak menghasilkan target output)

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 191
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

BAHAN PRESENTASI

SESI V
PENYELESAIAN SENGKETA
INFORMASI PUBLIK
Henri Subagiyo


ALASAN SENGKETA INFORMASI
1. Penolakan permohonan informasi
dengan alasan kerahasiaan
2. Tidak disediakan informasi berkala
3. Tidak ditanggapi permohonan informasi
4. Permohonan ditanggapi tidak
sebagaimana mestinya
5. Tidak dipenuhinya permohonan
informasi
6. Pengenaan biaya yang tidak wajar
7. Pelayanan informasi melebihi waktu
yang diatur
Ps. 35 UU KIP

BUKU PEGANGAN
192 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
F-1 F-2 F-3


1. TAHAP KEBERATAN INTERNAL BADAN PUBLIK
Pelaksanaan
Keputusan oleh
30 hari PPID
Sejak
ditemukan
alasan Menerima
keberatan
30 hari
Pengajuan Atasan Tanggapan/
Meja
PPID PPID Keputusan
Keberatan Info

Tidak menerima

Pengajuan
14 hari permohonan
penyelesaian
•Formulir sengketa ke Komisi
•Tanda terima Informasi
•Register

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 193
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

SARANA MINIMUM PENGELOLAAN KEBERATAN

1. KELENGKAPAN TEKNIS :
• Formulir keberatan dan tanda terima Format ada
• Buku register keberatan pada Lampiran
• Tanggapan atas keberatan PERKI 1/2010
(surat keputusan penanggungjawab)

2. MEJA INFORMASI DAN PETUGAS


SIMULASI
• Bagikan undian peran kepada peserta
• Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut:
- Pemohon keberatan
- Petugas Meja Informasi
- PPID
- Unit/Satker, misalnya:
• Dinas Pendidikan
• Dinas Kesehatan
• Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari:
- Narasi permasalahan (studi kasus)
- Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh
diketahui oleh peserta lainnya)
• Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar
• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario

BUKU PEGANGAN
194 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

REFLEKSI

• Mintalah komentar pemohon apakah petugas telah


memberikan layanan sesuai dengan standar.
• Setelah itu beri kesempatan kepada peserta lainnya
untuk mengomentari apakah pemohon maupun
petugas telah sesuai dengan standar layanan.


PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 195
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PENYELESAIAN


SENGKETA KOMISI INFORMASI
KEDUDUKAN KOMISI KEWENANGAN
INFORMASI PENYELESAIAN SENGKETA

• Komisi Informasi Pusat di • Sengketa menyangkut Badan


Ibukota Negara Publik Tingkat Pusat
• Komisi Informasi Provinsi di • Sengketa menyangkut Badan
Ibukota Provinsi Publik Tingkat Provinsi
• Komisi Informasi Kab/Kota • Sengketa menyangkut Badan
di Ibukota Kab/Kota (jika tingkat Kab/kota
diperlukan)


ALASAN PENYELESAIAN SENGKETA
DI KOMISI INFORMASI

• Tidak puas atas hasil tanggapan keberatan yang


diberikan oleh Penanggungjawab

• Masa : 30 hari sejak diterima keputusan


penanggungjawab

BUKU PEGANGAN
196 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI


Putusan Komisi
Informasi Pelaksanaan
(final & mengikat) Putusan

Sepakat 100 hari Menerima


14 hari
Pengajuan
Komisi
permohonan PSI ke Mediasi Adjudikasi Putusan
Informasi
Komisi Informasi
14 hari
Tidak
Tidak terjadi menerima
kesepakatan
Kedudukan Komisi Informasi:
1. Komisi Informasi Pusat di Ibukota Negara Gugatan ke
2. Komisi Informasi Provinsi di Ibukota Provinsi 14 hari
3. Komisi Informasi Kab/Kota di Ibukota Kab/Kota (jika diperlukan)
Pengadilan


PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 197
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik


PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
Badan Publik
Negara
Pelaksanaan
Menerima
Putusan
Putusan

Pengadilan
Tata Usaha
Negara Tidak
Kasasi
menerima
Putusan
Gugatan ke Final &
Pengadilan 14 hari 14 hari
Mengikat
Tidak
Kasasi
menerima
Putusan

Pengadilan
Negeri
Pelaksanaan
Menerima
Putusan

Badan Publik
Non-Negara

TERIMA KASIH

Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com

BUKU PEGANGAN
198 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

MATERI KEPUTUSAN ATASAN PPID


ATAS PENGAJUAN KEBERATAN
• Tanggal pembuatan surat tanggapan atas keberatan;
• Nomor surat tanggapan atas keberatan;
• Tanggapan/jawaban tertulis atasan PPID atas
keberatan yang diajukan;
• Perintah atasan PPID yang bersangkutan apabila
keberatan dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya;
• Jangka waktu pelaksanaan perintah


PENGELOLAAN KEBERATAN OLEH PPID
• Mengumumkan tata cara keberatan, alamat, dan nomor kontak PPID.
• Menggunakan sarana komunikasi yang dianggap efektif dalam menerima
keberatan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimilikinya.
• PPID wajib membantu mengisikan formulir keberatan dan ditandatangani
oleh pemohon informasi atau penerima kuasa yang mengajukan keberatan
dalam hal permohonan diajukan secara lisan.
• PPID wajib memberikan salinan formulir keberatan sebagai tanda terima
pengajuan keberatan.
• PPID wajib mencatat pengajuan keberatan dalam buku register keberatan.

BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 199
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Anotasi UU Keterbukaan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, Jakarta, 2010
Panduan Pelayanan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, 2010
Standar Operasional dan Prosedur Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, World Bank, Jakarta,
2012
Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman
Modal
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik
Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi
Dan Dokumentasi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja Unit
Pelayanan Perijinan Terpadu Di Daerah
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : Per/21/M.Pan/11/2008 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operational Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan
Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik

BUKU PEGANGAN
200 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik

Anda mungkin juga menyukai