BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Penyusun:
Henri Subagiyo
Editor:
Firmansyah S. Hamdani
Ilustrator:
Bakhtiar Fitanto
Penyelia Akhir:
Firmansyah S. Hamdani
www.kinerja.or.id
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik mengamanatkan peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA
telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/
kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang
bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia
layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan
dasar dan peningkatan iklim usaha atau perizinan. Pada tahun ketiga, Program KINERJA menambah 4
(empat) kabupaten/ kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Peningkatan
pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium
Development Goals).
Undang Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan publik juga telah mengatur partisipasi masyarakat
dalam peningkatan Pelayanan publik. Pengikutsertaan masyarakat dalam Pelayanan publik mencakup seluruh
proses penyelenggaraan Pelayanan, yang meliputi:
Sebagai wahana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan Pelayanan publik, KINERJA
mengembangkan dan mendorong adanya keterbukaan informasi dari seluruh penyedia pelayanan publik,
baik di tingkat dinas maupun unit layanan (seperti: puskesmas dan sekolah). Keterbukaan informasi tersebut
merupakan prasyarat terjadinya partisipasi masyarakat. Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
Nomor 14 tahun 2008, bertujuan untuk memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program,
pengambilan keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik; mendorong partisipasi publik dalam
proses pengambilan keputusan; meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik; mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik yang baik; mengetahui
alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak dan meningkatkan
pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
BUKU PEGANGAN
2 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Khusus mengenai hal pengelolaan dan pelayanan informasi dari badan penyedia pelayanan publik,
KINERJA juga mendorong mereka untuk menyediakan informasi publik secara proaktif maupun pasif; dan
mengembangkan serta membangun sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik
secara efektif dan efisien dengan memiliki Pejabat yang secara khusus bertanggung-jawab atas sistem
dokumentasi informasi publik (PPID, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) dan petugas layanan
informasi (Meja Informasi); serta memiliki sistem dokumentasi informasi publik yang mutakhir dan ter-update
secara baik; memelihara indeks informasi yang dimiliki (Daftar Informasi Publik).
Selain kepada para penyedia pelayanan publik, sebagaimana pendekatan lainnya dalam program KINERJA,
maka untuk hal keterbukaan informasi publik ini, KINERJA juga melibatkan masyarakat sebagai pengguna
pelayanan publik. Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong
kelahirannya oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi publik
yang mereka butuhkan, apapun jenisnya, termasuk yang berkaitan dengan pelayanan publik yang mereka terima.
Diharapkan modul ini dapat membantu penyelenggara pelayanan, pemerintah daerah dan pihak-pihak lain
yang ingin menerapkan tatakelola yang baik, khususnya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan berstandar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
ELKE RAPP
Chief of Party, USAID-KINERJA
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 3
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 4
I. PENDAHULUAN 6
1. Bagaimana Membaca Dokumen Ini 6
2. Review Hasil Pelatihan 6
BUKU PEGANGAN
4 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VII FASILITASI PENGADAAN MEJA INFORMASI DAN PERANGKAT 33
PENDUKUNG LAINNYA
1. Mengapa Meja Informasi dan Perangkat Pendukung Lainnya Diperlukan? 33
2. Perangkat Pendukung yang Diperlukan 33
3. Bagaimana Memastikan Perangkat Pendukung Tersedia? 34
4. Tahapan Fasilitasi Ketersediaan Meja Informasi dan Sarana Pendukung Lainnya 35
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 5
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
I. PENDAHULUAN
Dokumen ini merupakan kelanjutan dari dokumen yang disusun sebelumnya yakni Modul Pelatihan
Implementasi Keterbukaan Informasi Publik bagi Pemerintah Daerah dan Panduan Pelatihan bagi PPID
Pemerintah daerah. Layaknya setelah selesai pelatihan, agar PPID dapat mulai menjalankan perannya, perlu
mendapatkan bantuan teknis berupa fasilitasi untuk memenuhi prasyarat dasar bagi implementasi keterbukaan
informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, sudah sewajarnya jika membaca dokumen ini setidak-tidaknya fasilitator sudah pula
membaca dua dokumen yang telah disebutkan di atas terlebih dahulu.
Layaknya sebelum proses fasilitasi kepada calon pejabat PPID ataupun pejabat PPID dilakukan, mereka
telah terlebih dahulu memahami Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik serta berbagai turunan peraturannya seperti PP nomor 61 tahun 2012, Kepmendagri Nomor 35 tahun
2010 dan PERKI (Peraturan Komisi Informasi No 1 dan No 2 Tahun 2010). Memahami secara substansi tidak
terlalu mudah, karena artinya harus membaca semua dokumen. Memahami dengan cara lain adalah mengikuti
berbagai kegiatansosialisasi.
Khusus untuk wilayah kerja Kinerja USAID, proses membangun pemahaman akan paradigma dan substansi
Keterbukaan Informasi Publik telah dilakukan melalui berbagai kegiatan. Pertama, sosialisasi Undang-Undang
itu sendiri dengan penekanan pada peran PPID telah dilakukan, terutama ditujukan kepada pihak-pihak terkait
di Kab/Kota masing-masing, dimana didalamnya terdapat calon PPID Utama yakni Humas atau Dinas Infokom,
Calon PPID Pembantu terkait, sekretaris SKPD dan pihak-pihak terkait lainnya. Kedua, pelatihan mengenai
implementasi UU KIP dengan materi yang lebih teknis yakni mengenai pemahaman peran, struktur organisasi
PPID, menyusun SOP, memilah informasi, menangani sengketa informasi dan sebagainya.
Dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, tidak semua peserta pelatihan memahami 100 persen materi,
selain karena materi yang jumlahnya banyak dengan waktu yang sedikit, terkadang peserta bukan merupakan
BUKU PEGANGAN
6 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
orang yang ditetapkan sebagai calon PPID, dan masih banyak sederet lain persoalan yang menyebabkan gap
pemahaman paska pelatihan terhadap implementasi masih jauh dari sempurna.
Dengan demikian menjadi penting bahwa paska pelatihan, calon/PPID Utama maupun PPID Pembantu masih
harus difasilitasi di dalam melengkapi berbagai prasyarat agar dapat menjalankan peran dan fungsinya secara
baik. Dari hasil melakukan proses review terhadap kegiatan sosialisasi maupun pelatihan yang diberikan ada
dua kutub besar isu yang harus dibangun di dalam pemahaman masing-masing calon PPID yakni:
a. Kutub pertama: Paradigma. Apakah peserta yang mendapat pelatihan memahami paradigma tentang
keterbukaan informasi publik. Hal ini perlu dicek ulang oleh fasilitator melalui berbagai diskusi sederhana.
b. Kutub kedua: pemahaman teknis. Yang dimaksud dengan pemahaman teknis terkait dengan apa yang
harus dikerjakan oleh peserta yang mendapat pelatihan ketika mereka menjalankan peran sebagai tim di
dalam PPID, baik di dalam fungsinya sebagai PPID Utama maupun sebagai PPID Pembantu, atau bahkan
sebagai bagian dari struktur PPID Utama maupun Pembantu.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 7
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
II. STRATEGI DAN SKENARIO
FASILITASI
Fasilitasi yang hendak dilakukan oleh fasilitator bertujuan paling tidak pada dua hal. Pertama, untuk
memastikan adanya keluaran yang terkait dengan prasyarat-prasyarat pelaksanaan Keterbukaan Informasi
Publik di SKPD/Pemda masing-masing. Keluaran dimaksud tidak dirumuskan dan dihasilkan oleh fasilitator,
melainkan dihasilkan sendiri oleh tim yang dibentuk Pemerintah Daerah atau kelompok yang ditugaskan untuk
merumuskan produk/prasyarat tersebut. Kedua, karena semenjak awal pihak-pihak sudah dilibatkan di dalam
proses, diharapkan substansi lebih dipahami dan yang paling penting adalah rasa kepemilikan yang tinggi.
Fasilitator berperan memberi dorongan, memasok materi pendukung, menyampaikan alternative jalan keluar,
membuka jalan, membantu menggali persoalan, membantu mencari titik temu dan berbagai kegiatan lain yang
intinya adalah dukungan agar tim dapat bekerja untuk menghasilkan keluaran yang hendak dicapai.
Adalah orang yang memiliki kapasitas tertentu dan terpenuhinya prasyarat dasar seperti yang dijelaskan dalam
bagian di bawah ini:
BUKU PEGANGAN
8 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. SIAPA YANG DIFASILITASI?
Fasilitator perlu memetakan siapa saja di dalam Pemerintah Daerah yang perlu difasilitasi. Dari sisi program
Kinerja, fasilitator perlu menetapkan sasaran yakni:
a. Calon PPID Utama. Mereka umumnya adalah Kabag Humas Pemerintah Daerah atau Dinas
HubtelInfokom atau dengan nama yang berbeda. Hingga saat ini belum ada struktur baku terkait dengan
siapa yang menjabat sebagai PPID Utama. Namun demikian hal ini tidak selalu negatif melainkan
memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil pilihan sesuai dengan kondisi
daerahnya. Untuk itu fasilitator perlu mencari tahu dan mendiskusikannya dengan pejabat daerah
bagaimana struktur organisasi PPID di Pemda akan dibangun.
b. Calon PPID Pembantu yang berada di dalam sektor dampingan Program Kinerja. Umumnya mereka
adalah Sekretaris Dinas dalam SKPD Pendidikan, Kesehatan atau PTSP (ini nama generik yang bisa
jadi ada perbedaan di masing-masing Kab/Kota). Dari target sosialisasi maupun pelatihan mereka –
seharusnya – terlibat sebagai peserta sehingga seharusnya mereka memahami substansi.
c. Bagian Organisasi/Bappeda yang menjadi lead agency Program Kinerja di Pemerintah Daerah setempat.
Pihak ini merupakan motor kegiatan Kinerja dari sisi Pemerintah Daerah, sehingga untuk kepentingan
koordinasi dan komunikasi pihak ini merupakan stakeholder kunci yang perlu didekati.
d. Bagian Hukum. Fasilitator perlu memastikan ada pihak dari Bagian Hukum yang akan terlibat dalam
proses-proses pembahasan hal-hal yang terkait regulasi seperti SK, Perbup/Wako dan sebagainya.
e. Peserta pelatihan yang terkait dengan pejabat-pejabat yang disebutkan di atas (biasanya adalah staf yang
ditugaskan mengikuti pelatihan PPID oleh calon PPID).
f. Petugas Meja Informasi. Petugas Meja Informasi adalah petugas harian yang melaksanakan pelayanan
informasi baik secara proaktif maupun pasif (berdasarkan permintaan). Petugas ini perlu mendapatkan
dampingan bagaimana melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Fasilitator perlu mengkaji siapa dari kesemua ini yang relatif lebih siap dan aktif di dalam mengusung isu
PPID. Jikalau orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya tidak cukup tinggi untuk mempengaruhi pihak
lain, maka harus dicari pijakan lain. Namun jika orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya cukup tinggi,
misalnya setingkat Kepala Dinas atau Assisten Sekretaris Daerah atau malah Sekretaris Daerahnya sendiri,
akan lebih mudah.
Fasilitator perlu mendekati yang bersangkutan dan menjelaskan A sd Z apa itu KIP, PPID hingga apa yang
harus dilakukan Pemda dan peran apa yang bisa diambil yang bersangkutan. Namun jika yang cukup aktif
adalah Kabid/Kasubbag ataupun staf biasa, maka langkah yang perlu dilakukan adalah fasilitator perlu
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 9
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mendorong yang bersangkutan untuk mengagendakan bertemu dengan pimpinannya untuk kemudian
dilakukan cara yang sama seperti terhadap Sekda di atas.
Intinya, fasilitator perlu mencari pioneer atau championship pada tataran Pemerintah Daerah yang dapat
menggerakkan Pemerintah Daerah untuk mendorong lahirnya PPID. Pioneer atau championship didapat
berdasarkan pengamatan fasilitator terhadap pejabat atau staf yang memiliki keinginan tinggi untuk sesegera
mungkin menetapkan PPID dan sering mendiskusikannya kepada pihak-pihak tertentu.
Fasilitator harus memahami lapangan seperti apa yang akan dihadapi, siapa yang akan dihadapi, siapa yang
dapat membantu kerja-kerja lapangannya, target atau capaian apa yang harus dituju. Untuk memastikan hal
tersebut, fasilitator harus memiliki alat untuk mencapainya dan mengetahui kemampuan yang ada yang dapat
digunakan
a. ALAT KERJA
Untuk dapat menjalankan perannya maka dari sisi pengelolaan kegiatan paling tidak fasilitator perlu
memiliki dua buah tools yakni:
Untuk memiliki sebuah rancangan kerja, banyak metode dan alat yang dapat digunakan. Di dalam
panduan ini disebutkan salah satunya saja yakni mind map. Seorang fasilitator perlu menyusun mind
map sederhana atau alur fasilitasi dengan target-target yang ingin dicapai pada setiap tahapan. Mind
map ini menjadi penting agar fasilitator dapat melakukan self monitoring sudah sampai dimana saat
ini proses yang difasilitasinya. Metode sederhana perumusan mind map dapat dilihat di http://www.
muhammadnoer.com/2012/03/membuat-mind-map-anak/ atau yang sedikit lebih kompleks pada http://
strategimanajemen.net/2012/01/23/mind-map-tool-ampuh-untuk-melejitkan-produktivitas-anda/. Alur
fasilitasi yang ada di dalam mind map ini juga dapat menjadi masukan di dalam penyusunan workplan
bulanan yang wajib disusun oleh fasilitator. Paling tidak beberapa hal yang harus diperhatikan di
dalam mind map adalah:
i. Apa yang mau dikerjakan
ii. Apa yang perlu disiapkan
BUKU PEGANGAN
10 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Siapa yang akan terlibat
iv. Apa tujuan-tujuan yang ingin dicapai
Dari mind map yang sudah disusun, apa yang mau dikerjakan oleh fasilitator, apa yang perlu disiapkan,
siapa yang akan terlibat harus mengarah pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Fasilitator harus
memastikan tujuan yang ingin dicapai didukung oleh ketiga hal yang disebutkan di awal.
Di dalam proses baik itu memberikan asistensi, input, nasehat, suplai dokumen atau dialog dengan
berbagai jenis dialog/pertemuan, fasilitator selalu membawa catatan untuk memastikan tidak ada proses
yang terlewati. Fasilitator perlu sesering mungkin melihat kembali mind map dan mencocokkan dengan
catatan yang dimiliki. Secara sederhana catatan tersebut atau bisa disebut juga log book berisi apa yang
dilakukan dan dihasilkan oleh fasilitator pada hari tersebut dan kesepakatan-kesepakatan atau ide
kegiatan berikutnya.
Hari/tanggal
Jam 10:00 – 12:00
Diskusi dengan:
• Abraham, Sekda
• Julianis, Kasubag Humas
• Indardi, Kabid Sosial Budaya Bappeda
Pembahasan:
• Materi SK PPID
• Pihak-pihak yang dilibatkan dalam rapat-rapat ke depan
Keputusan:
• Segera disusun draft SK PPID
• Bappeda, Bag Hukum, Bag Organisasi, Asda 1, Dininfokomhubtel, Humas
Tindak lanjut:
• Fasilitator menyediakan data mengenai substansi yang harus ada di SK PPID berikut contoh
• Fasilitator akan datang dalam pertemuan-pertemuan untuk memfasilitasi proses pembahasan.
• Kabid Bappeda mengidentifikasi person-person, membuat jadwal pertemuan dan
mengundang mereka.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 11
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. BENTUK DUKUNGAN YANG DIBERIKAN FASILITATOR
Mind map ataupun gambaran mengenai rancangan kerja yang telah disusun akan memperjelas banyak hal
diantaranya adalah bentuk yang akan diberikan oleh fasilitator kepada tim PPID. Untuk memastikan bahwa
dukungan dari fasilitator cukup bagi tim/kelompok individu yang hendak difasilitasi maka perlu diperhatikan
oleh fasilitator paling tidak ada dua jenis dukungan yang dapat diberikan kepada mereka yakni:
i. Asistensi melalui dialog/pertemuan dimana di dalamnya fasilitator dapat menjalankan peran fasilitasi,
menyampaikan nasehat dan juga masukan sebagai bahan perbandingan (opini kedua), dan sebagainya.
ii. Asistensi dengan memberikan suplai materi dan dokumen
Ada beberapa jenis dialog dengan (calon) PPID/peserta yang pernah mendapat pelatihan yang dapat
difasilitasi yakni:
BUKU PEGANGAN
12 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III. PRASYARAT DASAR
Untuk memastikan fasilitator dapat menjalankan peran dan memberi dukungan yang sesuai seperti diuraikan
di atas terdapat prasyarat dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prasyarat ini menghendaki perbaikan
kapasitas fasilitator secara terus menerus agar dapat memberi layanan kepada pihak-pihak menjadi semakin
baik dan juga pengetahuan fasilitator mengenai substansi dan materi yang diberikan kepada pihak-pihak
yang difasilitasi.
Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok
orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah
seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat. Fasilitator harus
menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan. Fasilitator juga seseorang yang membantu
sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Seorang fasilitator yang baik harus memiliki ketrampilan dalam hal memimpin sebuah pertemuan termasuk
juga ketepatan waktu, mengikuti agenda yang sudah disepakati, merangkum pembicaraan, menengahi
pertentangan. Selain itu fasilitator juga harus memiliki ketrampilan untuk mendengarkan termasuk kemampuan
untuk menghentikan pembicaraan yang sudah menyimpang, serta memastikan semua orang berpartisipasi.
Di dalam pertemuan, diskusi, ataupun dalam bentuk lain di dalam pandangan seorang fasilitator adalah sebuah
proses belajar.
a. Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya.
b. Menata situasi proses belajar.
c. Mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok.
d. Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan modul.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 13
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
e. Mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan balik/feedback kepada anggota
kelompok.
f. Apabila dalam diskusi terdapat pembicaraan yang keluar jalur, Fasilitator juga bertugas sebagai mediator/
penengah untuk mengembalikan topikpembicaraan ke jalur yang benar.
g. Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan peserta.
h. Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.
Tanggung Jawab
Fasilitator bertanggung jawab agar persiapan dan kegiatan proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian menjadi penting bahwa di awal sebelum proses belajar (dalam bentuk
pertemuan, diskusi, rapat dan sebagainya) fasilitator perlu menyampaikan apa yang menjadi tujuan. Jika
fasilitator belum merumuskannya, maka fasilitator wajib mendiskusikan dengan peserta dan menyatakannya.
Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang fasilitator, paling tidak adalah:
a. Mampu berkomunikasi dengan baik. Fasilitator harus mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok,
menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan
peserta diskusi.
b. Menghormati sesama anggota kelompok. Fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari
setiap anggota kelompok.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup. Fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap
persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada.
Oleh karenanya MUTLAK bagi fasilitator mempelajari seluruh materi mengenai isu Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) dan Isu mengenai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
d. Memiliki Sifat Terbuka. Fasilitator harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai
yang disampaikan oleh anggota kelompok. Fasilitator harus menanggapi hal tersebut di atas dengan sikap
terbuka, sambil tertawa atau bergurau
Teknik Fasilitasi
Dalam melaksanakan tugas sebagai Fasilitator baik dalam menyampaikan materi pelatihan, memberikan
bimbingan atau diskusi, terdapat teknik-teknik sebagai berikut:
a. Pencairan Suasana. Maksud pencairan suasana adalah agar suasana diskusi kelompok menjadi tenang,
nyaman, santai dan tidak beku/tegang. Maka Fasilitator harus memperlihatkan raut wajah yang ramah,
BUKU PEGANGAN
14 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
banyak senyum serta dalam memberikan contoh atau celetukan yang lucu tetap dalam suasana terkendali.
Waktu untuk pencairan suasana cukup maksimal 10 menit, dan hal ini dilakukan pada saat pertemuan
pertama.
b. Ceramah. Ceramah adalah menyampaikan materi kepada anggota kelompok agar pesan dan kesan yang
benar dapat dipahami oleh peserta. Untuk memudahkan digunakan alat bantu seperti buku, flipchart, white
board, LCD projector, dan lain-lain. Waktu yang diperlukan untuk ceramah disesuaikan dengan banyaknya
materi yang akan dibahas.
c. Diskusi. Diskusi adalah pendalaman materi yang dilakukan secara komunikasi 2 arah, sehingga akan
memberikan arti lebih mendalam bagi anggota kelompok. Fasilitator bertindak sebagai penengahdan
memberikan kesempatan berbicara pada semua anggota kelompok, agar anggota juga merasa lebih
dihargai pengetahuan atau pendapatnya.
d. Permainan. Permainan diperlukan untuk mencairkan suasana dari kejenuhan. Sering disebut dengan Ice
Breaking. Namun permainan tidak diperlukan jika diskusi atau pertemuan hanya berlangsung singkat.
Permainan umumnya digunakan jika dilakukan workshop, sarasehan yang mengambil waktu hingga
setengah hari ataupun satu hari penuh.
Jenis permainan sangat bermacam-macam, mulai yang bersifat sederhana sampai kompleks. Mulai dari
yang sekedar untuk menggerakkan anggota badan agar bisa lebih segar sampai yang mengandung makna
dan unsur-unsur tertentu terkait dengan materi yang tengah didiskusikan.
• Kuis
Permainan kuis adalah cara mudah bagi kelompok untuk mengulang atau mengingat kembali materi
yang telah disampaikan agar kita yakin bahwa isi dari materi telah dapat dimengerti sepenuhnya oleh
peserta kelompok.
Contoh dari kuis adalah penggunaan kartu-kartu yang berisi pernyataan dengan jawaban mudah yaitu
Ya atau Tidak, atau Benar atau Salah. Beberapa pernyataan sengaja dibuat salah, sehingga jawaban
yang benar harus diterangkan oleh peserta kelompok. Sedangkan bagi beberapa pernyataan yang
benar, fasilitator hanya bertugas untuk menegaskan kebenaran pernyataan tersebut.
• Bermain Peran
Permainan peran adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersikap secara benar bagi peserta
dan sangat membantu peserta kelompok apabila mereka menemukan masalah yang nyata di
kemudian hari. Untuk permainan ini dapat dibuat kartu2 cerita, kasus atau dialog yang dibuat untuk
permainan individual maupun kelompok.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 15
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Membangun Komunikasi: Jangan memakai bahasa yang terlalu resmi. Untuk mencairkan suasana,
sesekali boleh menggunakan berbagai istilah yang berkembang di kalangan anak muda, seperti bahasa
“gaul” atau jargon-jargon yang popular di televisi atau di daerah Anda.
Jangan menggurui. Ajaklah mereka berdiskusi mengenai keadaan dan masalah yang sedang dihadapi
dengan menghormati sudut pandang mereka.
Beberapa hal yang dapat dijadikan tips untuk menjadi fasilitator adalah:
Untuk memastikan bahwa fasilitator dapat menjalankan peran di dalam memfasilitasi proses terkait
berbagai tujuan yang ingin dicapai paska pelatihan, maka selain kapasitas fasilitator seperti yang
dijelaskan dalam uraian di atas, fasilitator harus memahami berbagai substansi terkait bagaimana
mengimplementasikan keterbukaan informasi publik bagi seorang pejabat di daerah.
Beberapa materi yang perlu diperdalam oleh fasilitator paling tidak adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman Dasar
i. Arti penting Keterbukaan Informasi Publik
ii. Prinsip-prinsip umum Keterbukaan Informasi
iii. Jaminan hukum keterbukaan informasi
BUKU PEGANGAN
16 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Siapa pemohon dan pengguna informasi
v. Mengapa badan publik harus menjalankan keterbukaan informasi
Materi di atas dapat dipelajari di dalam dokumen modul implementasi keterbukaan informasi publik bagi
Pemerintah Daerah. Meskipun demikian fasilitator selain membaca harus dapat menangkap beberapa hal
penting dan mendasar setelah selesai membaca semua materi.
Di dalam proses pendampingan di lapangan, banyak pertanyaan yang sering dilontarkan oleh Pemerintah
Daerah antara lain:
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 17
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Mengapa kami harus membentuk PPID? Apa sanksi jika kami tidak membentuk PPID?
b. Untuk membentuk PPID kami harus memulai darimana?
c. Apakah dengan adanya organisasi dan struktur PPID masing-masing SKPD harus merekrut staf baru?
d. Siapa yang harus menjabat sebagai PPID di Dinas kami?
e. Bagaimana kami tahu bahwa masyarakat datang meminta informasi untuk tujuan yang baik dan
benar?
f. Apakah tidak bisa menunjukan saja seorang staf untuk menjadi penyedia informasi jika ada
masyarakat yang datang meminta?
g. Mengapa kami tidak bisa mengatakan bahwa dokumen ABPD sebagai dokumen rahasia, toh selama
ini hal itu sudah dipahami oleh semua staf Pemda seperti itu?
h. Kalau ada LSM datang meminta informasi LPJ Bupati menurut kami tidak perlu diberi, karena kami
tahu LSM itu hendak macam-macam, apakah benar pernyataan ini?
Daftar pertanyaan ini bisa menjadi puluhan bahkan ratusan yang muncul dari Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, wajib bagi fasilitator memahami paradigma dan substansi keterbukaan informasi publik hingga
yang bisa diimplementasikan di lapangan, agar dapat merespon tidak hanya pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari staf Pemerintah Daerah, tetapi juga memberi panduan bagaimana langkah sebaiknya yang
perlu dilakukan.
Di dalam sesi panduan berikutnya, terdapat lima hal penting sebagai prasyarat agar PPID di Pemerintah
Daerah dapat menjalankan tugasnya yakni:
a. Penyusunan Surat Keputusan Pimpinan Daerah mengenai PPID
b. Penyusunan SOP Layanan Informasi Publik
c. Penyusunan dan pemutakhiran daftar informasi publik
d. Mendorong pengadaan meja informasi dan sarana lain untuk pelaksanaan keterbukaan informasi.
e. Mendorong warga masyarakat meminta layanan informasi kepada PPID.
BUKU PEGANGAN
18 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
IV. FASILITASI PENYUSUNAN SK PPID
a. Untuk memastikan tugas dan kerja PPID sah menurut aturan yang berlaku, berada di bawah koordinasi
Pimpinan Daerah atau pihak yang ditunjuk serta bersifat legal.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan
Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2012 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010.
Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh keputusan ini antara lain berisikan:
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 19
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu
j. Apa peran, fungsi serta wewenang atasan PPID pelaksana/pembantu
Versi lain dari SK PPID berisikan substansi yang lebih ringkas adalah hanya menyebutkan siapa saja yang ada
di dalam struktur PPID di Kabupaten/Kota:
a. Siapa yang menjadi PPID Utama
b. Siapa yang menjadi atasan PPID Utama
c. Siapa saja yang membantu PPID Utama di dalam menjalankan tugasnya
d. Siapa saja yang menjadi PPID pelaksana atau sering disebut PPID pembantu pada masing-masing satuan
kerja pemerintah daerah (SKPD). Namun daftar PPID pelaksana/pembantu untuk semua SKPD dapat
disampaikan juga di lampiran SK.
e. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu
Sedangkan peran, fungsi dan wewenangnya dimasukkan di dalam SOP Pelayanan Informasi Publik sebagai
bagian dari penjelasan SOP tersebut.
a. Membentuk tim penetapan PPID. Di dalam pembentukan tim penetapan PPID dapat dilengkapi dengan
SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang dimaksud dengan
tim penetapan PPID adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah Daerah
yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat lain
yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut didalam
pembahasan penetapan PPID.
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan secretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.
c. Menjalankan serangkaian pertemuan pembahasan.Kegiatan selanjutnya adalah melangsungkan berbagai
pertemuan secara kontinyu. Berbagai pertemuan diatur untuk membahas substansi sebagai berikut:
BUKU PEGANGAN
20 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-bahan
pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim penetapan mengapa PPID perlu
ada di Pemerintah Daerah serta apa peran, fungsi dan wewenang PPID. Yang juga perlu dibahas
adalah memutuskan pembagian peran antara PPID Utama dan PPID Pembantu/Pelaksana.
ii. Identifikasi calon PPID. Pertemuan berikutnya adalah mengidentifikasi dan menyusun daftar siapa
saja yang akan menjadi PPID di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Panduan siapa yang menjadi
PPID ada di dalam Permendagri No 35 Tahun 2010. Daftar calon PPID untuk setiap Kabupaten/Kota
meliputi seluruh SKPD, Kantor, Badan, Kecamatan, termasuk Rumah Sakit dan UPTD lainnya yang
berada di bawah naungan Pemerintah Daerah. Dalam mengidentifikasi struktur PPID ini sebaiknya
mengidentifikasi pula tim teknis atau petugas yang akan bekerja mendukung kerja-kerja teknis PPID,
misalnya Petugas Informasi di setiap SKPD, Petugas Meja Informasi, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan.
iii. Mengidentifikasi Meja Informasi. Meja Informasi merupakan tempat layanan informasi baik secara
proaktif maupun pasif berdasarkan permintaan. Setiap permohonan informasi diharapkan dapat
dilayani dan dikoordinasikan melalui Meja Informasi ini. Terkait dengan hal ini perlu diidentifikasi: 1)
Bagaimana model layanan yang akan dikembangkan melalui Meja Informasi apakah terpusat (satu
Pemda satu Meja Informasi) dibawah PPID Utama ataukah akan dibentuk Meja Informasi Pendukung
disetiap PPID Pembantu. Penetapan model Meja Informasi ini perlu mempertimbangkan kemudahan
akses bagi masyarakat dan efisiensi kerja petugas, misalnya beberapa Pemda telah mengatur
kantornya dalam satu kawasan sehingga akan lebih mudah jika Meja Informasi dibuat terpusat atau
sebaliknya; 2) Siapa petugas harian yang akan bertanggungjawab mengelola Meja Informasi.
iv. Penyusunan Rancangan SK PPID. Bagian Hukum menyusun draft SK dengan memasukkan substansi
yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran Pertimbangan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 21
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dan sebagainya sebelum keputusan mengenai: (i) Penetapan PPID; (ii) peran dan fungsi; (iii)
wewenang; (iv) tata cara kerja dan sebagainya. Rancangan SK PPID dibahas di dalam pertemuan
tim penetapan PPID. Untuk kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/Humas kepada Sekda. Sekda
kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui. Proses penyampaikan dari tim
penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda perlu mempertimbangkan untuk
memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan seterusnya. Fasilitator perlu
memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap Sekda dapat menjelaskan
substansi tersebut. Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan
kepada Sekda. Demikian juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim
penetapan menunggu tanda tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya keputusan tersebut.
v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID yang telah ditetapkan di dalam rancangan SK PPID. Meskipun hal ini bukan tugas fasilitator
untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan bagaimana
menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang direncanakan
bertujuan untuk membangun pemahaman dasar mengenai KIP serta memberi pemahaman mengani
peran, fungsi dan wewenang PPID. Sebelum pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR
bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan, apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan,
siapa yang akan memandu/memimpin, siapa yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa
dan kapan sudah harus siap dan dapat didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu
dipersiapkan.
Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan keputusan PPID, penjelasan mengenai UU KIP dan peran PPID.
Fasilitator dapat membantu memilihkan materi inti mengenai penjelasan KIP dan peran PPID yang
akan didistribusikan di dalam undangan juga.
Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan kedua materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan
disusun di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah
penjelasan mengenai materi KIP/PPID dan diikuti oleh penjelasan rancangan SK PPID, maka di dalam
diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan kepada peserta satu atau
dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.
BUKU PEGANGAN
22 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
V. FASILITASI PENYUSUNAN SOP
LAYANAN INFORMASI PUBLIK
a. Untuk memastikan PPID yang telah ditetapkan mengetahui tugas dan fungsi, serta wewenangnya pada hal
apa saja, dan adanya kejelasan mengenai tata cara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan
c. Kewajiban penyusunan SOP Layanan Informasi Publik sudah diatur di dalam PERKI No 1 Tahun 2010
pasal 38.
Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2010 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010, terutama pasal 38.
Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh peraturan ini antara lain berisikan:
a. Pendahuluan. Di dalam bagian ini paling tidak dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
• Maksud dan tujuan. Di dalam penjelasan ini perlu dirumuskan apa yang menjadi maksud dan tujuan
disusunnya SOP Pelayanan Informasi ini.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 23
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Ruang lingkup. Di dalam penjelasan ini dirumuskan apa saja yang menjadi ruang lingkup SOP
Pelayanan Informasi ini.
• Dasar hukum. Kebijakan dan regulasi apa saja yang menjadi dasar hukum dan konsideran di dalam
menyusun SOP
• Pengertian-pengertian. Istilah nama atau kegiatan apa yang perlu dijelaskan, dimasukkan di dalam
bagian ini.
b. Prinsip-prinsip pelayanan informasi publik. Regulasi ini hendak mengedepankan pelayanan yang baik
kepada publik, oleh karenanya perlu dicantumkan prinsip-prinsip pelayanan yang mengarah pada tata
kelola pelayanan publik yang baik.
c. Struktur organisasi pelayanan informasi publik. Umumnya yang dijelaskan pada bagian ini adalah (i)
Bagaimana tim pertimbangan pelayanan informasi publik. Khusus untuk tim pertimbangan ini tidak semua
struktur Pemda memilikinya. Ada Pemda yang memasukkan unsur Tim Pertimbangan, ada yang tidak.
Dalam hal ini diberikan keleluasaan kepada masing-masing Pemda untuk menunjuk atau tidak; (ii) PPID
(Utama) dan (iii) PPID Pelaksana/Pembantu. Penjelasannya paling tidak pada hal-hal di bawah ini:
• Siapa-siapa saja yang ditetapkan di dalam struktur organisasi yang memberi pelayanan informasi
publik. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu
serta petugas teknis maupun Petugas Meja Informasi yang akan mendukung kerjanya, karena tim
pertimbangan pelayanan informasi publik tidak membutuhkan struktur organisasi.
• Penjelasan spesifik mengenai pihak yang ada di dalam struktur organisasi; antara lain: kriteria,
kedudukan dan penunjukan, susunan organisasinya. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID
(Utama) dan PPID pelaksana/pembantu.
• Penjelasan mengenai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing tersebut.
• Alur kerja PPID dan petugas teknis. Pada dasarnya alur kerja ini adalah alur permintaan informasi
mulai dari publik yang mengajukan permintaan sampai menerima informasi dari PPID. Di dalam alur
tersebut ada beberapa cabang alur yang disusun jika permintaan diterima dilanjutkan kepada alur
berikutnya, namun jika ditolak maka prosesnya akan berlanjut pada tahapan yang berbeda dan
seterusnya. Di dalam alur ini juga perlu diberi penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh petugas
pada setiap tahapnya dan berapa lama proses berlangsung dimasing-masing tahapannya.
• Bagaimana relasi dan wewenang antara PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu. Apa
perbedaan wewenang antara PPID (utama) dan PPID pelaksana/pembantu dan relasi antara
keduanya perlu digambarkan di dalam penjelasan di sini (jika tidak ada penjelasan di masing-masing
tugas dan fungsi yang membedakan keduanya).
BUKU PEGANGAN
24 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
d. Mekanisme pengumpulan, pengklasifikasian, pendokumentasian dan pelayanan informasi.
Penjelasan pada berbagai kegiatan yang disampaikan didalam kelompok ini jika dilihat secara umum
merupakan bagian dari pengelolaan informasi (manajemen informasi) dimana ada kegiatan pengumpulan
informasi, lalu semua informasi yang terkumpul diklasifikasi menurut kategori masing-masing, lalu
didokumentasikan berdasarkan kategorinya dan sebagian sudah dapat disampaikan kepada publik melalui
berbagai media yang ada. Khusus untuk kategori informasi yang tersedia diberikan kepada publik jika ada
permintaan atas informasi dimaksud.
• Apa yang dimaksud dengan proses pengumpulan informasi, informasi apa saja yang dikumpulkan,
siapa saja yang mengumpulkan, siapa saja atau divisi/bagian mana saja yang merupakan sumber-
sumber informasi proses-proses, siapa yang terlibat, alur pengumpulan informasi dimulai dari mana
dan sampai dimana serta hal-hal apa yang penting untuk diperhatikan di dalam proses pengumpulan
informasi.
• Apa yang dimaksud dengan proses pengklasifikasian informasi, apa saja kategori di dalam
pengklasifikasian informasi, bagaimana tata cara mengklasifikasi informasi serta bagaimana masing-
masing kategori informasi tersebut dapat diakses oleh publik. Secara spesifik ada kategori informasi
yang termasuk informasi dikecualikan, bagaimana proses pengecualian informasi dilakukan dan
metode apa yang digunakan, hal ini perlu dipaparkan di dalam dokumen ini, sehingga membuat publik
jelas mengapa satu jenis informasi termasuk informasi yang dikecualikan.
• Apa yang dimaksud dengan pendokumentasian informasi publik, bagaimana tahapan
pendokumentasian dilakukan, siapa saja yang terlibat dan pada setiap tahapan hal-hal apa yang harus
diperhatikan.
• Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi , apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu.
e. Mekanisme Pelayanan Informasi. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi baik proaktif (tanpa
diminta) maupun pasif (berdasarkan permintaan), apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu. Dalam membuat mekanisme
pelayanan ini perlu memperhatikan: 1) Standar layanan minimum nasional yang telah dimuat dalam PERKI
No. 1 Tahun 2010. Selain itu perlu pula diperhatikan; 2) Tahapan kerja perlu mencakup atau menjangkau
hingga pejabat atau petugas yang secara riil menguasai informasi untuk mempermudah petugas layanan.
e. Penyelesaian sengketa informasi. Saat informasi yang diminta oleh publik tidak diberikan oleh PPID
dengan berbagai pertimbangan dan alasan, maka akan terjadi sengketa informasi. Pemerintah Daerah
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 25
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
perlu menyiapkan prosedur yang baku mengenai penanganan sengketa informasi ini, termasuk siapa saja
yang terlibat di dalam pengorganisasian penanganan sengketa informasi, apa saja yang harus dilakukan
dan oleh siapa, termasuk tahapan dan jenjang penanganan mulai dari SKPD masing-masing (atasan PPID
Pembantu), Pemerintah Daerah (Tim Asistensi dan Atasan PPID Utama), Komisi Informasi, PTUN hingga
sampai ke Mahkamah Agung. Petunjuk mengenai hal ini ada di dalam Peraturan Komisi Informasi (PERKI)
nomor 2 Tahun 2010.
f. Pelaporan. Pemerintah Daerah melalui PPID memiliki kewajiban menyusun laporan pelaksanaan
pelayanan informasi kepada publik. Dengan demikian dalam bagian ini perlu diatur apa saja yang
harus dilaporkan, bagaimana laporan dibuat, siapa dan kepada siapa laporan disampaikan serta cara
penyampaiannya seperti apa.
Ada dua opsi yang dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah di dalam proses penetapan SOP Pelayanan
informasi. SOP disusun bersamaan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk menetapkan PPID, namun ada
juga yang disusun secara tersendiri. Tidak ada alasan tertentu dibalik kedua opsi tersebut, namun umumnya
Pemerintah Daerah mengikuti apa yang sudah disusun oleh Daerah lain yang kebetulan diketahui. Di dalam
regulasi terkait KIP maupun PPID hal inipun tidak diatur.
Pendekatan fasilitasi. Semua proses penyusunan dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dan kerja
penulisan berdasarkan kesepakatan dalam pertemuan. Pertemuan dimaksud dapat berbentuk rapat
pembahasan dan lokakarya. Kerja penulisan merupakan kerja bagian tertentu (umumnya bagian hukum),
namun dari sisi substansi merupakan hasil kesepakatan. Fasilitator dapat memfasilitasi proses pertemuan
dengan berperan menjadi fasilitator atau moderator pertemuan.
a. Membentuk tim penyusunan SOP Pelayanan Informasi. Di dalam pembentukan tim SOP pelayanan
informasi pada prinsipnya dapat berbarengan (atau disatukan) di dalam tim penetapan PPID. Tim ini dapat
dilengkapi dengan SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang
dimaksud dengan tim ini adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah
Daerah yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat
lain yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut
didalam pembahasan penyusunan SOP Pelayanan Informasi Publik.
BUKU PEGANGAN
26 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan sekretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.
i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-
bahan pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim mengapa SOP pelayanan
informasi perlu ada di Pemerintah Daerah.
ii. Merumuskan kerangka isi SOP. Fasilitator mendorong peserta diskusi untuk tidak mengutamakan
pembahasan pada bagian yang menjadi konsideran rancangan regulasi ini, namun difokuskan pada
substansi yang ada pada SOP itu sendiri. Substansi SOP itu sendiri sebenarnya sudah diatur di
dalam UU KIP, PP No 10 Tahun 2010, PERKI No 1 Tahun 2010 dan Perki No 2 Tahun 2010. Panduan
substansinya sudah disampaikan pada bagian di atas. Dengan demikian, fasilitator perlu menjelaskan
kerangka substansi di atas pada peserta dan rumusan isi berdasarkan substansi yang ada dalam
regulasi. Sebelum pertemuan dilakukan, fasilitator perlu mengidentifikasi bagian mana saja di dalam
regulasi yang masuk ke dalam kerangka substansi di maksud. Hal ini akan memudahkan ketika diskusi
berlangsung.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 27
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Penyusunan Rancangan Regulasi mengenai SOP. Untuk memudahkan hasil diskusi dapat diserahkan
kepada Bagian Hukum untuk menyusun dan melengkapirancangan peraturan dengan memasukkan
substansi yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran
terlebih dahulu. Bersama tim yang ditentukan rancangan ini kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/
Humas kepada Sekda. Sekda kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui.
Proses penyampaikan dari tim penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda
perlu mempertimbangkan untuk memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan
seterusnya. Fasilitator perlu memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap
Sekda dapat menjelaskan substansi tersebut. Minimal hal yang perlu secara garis besar disampaikan
adalah:
Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan kepada Sekda. Demikian
juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim penetapan menunggu tanda
tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya peraturan tersebut.
iv. Audiensi kepada DPRD. Untuk memperkuat penetapan regulasi ini fasilitator dapat mengusulkan
kepada PPID Utama atau pimpinan tim menyampaikan rancangan ini kepada DPRD. Untuk itu,
fasilitator dengan pihak terkait perlu melakukan pendekatan awal kepada DPRD melalui komisi yang
relevan. Di dalam pendekatan tersebut beberapa hal yang perlu disampaikan dan disepakati adalah:
• Maksud dan tujuan untuk menyampaikan rancangan ini kepada Komisi yang relevan sifatnya
sebagai sosialisasi
• Meminta waktu untuk audiensi kepada Komisi yang relevan dan mengusulkan agenda pertemuan
tersebut.
Saat disepakati dan dilakukan pertemuan dengan Komisi yang relevan, maka pimpinan rombongan
diharapkan dapat memimpin sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan. Tim Pemerintah Daerah
sudah menyiapkan materi yang hendak disampaikan dan juga staf yang akan menyampaikannya.
Materi yang akan disampaikan hendaknya sudah dibagikan terlebih dahulu (rancangan keputusan
kepala daerah soal SOP pelayanan Informasi) dan saat staf menyampaikan ada baiknya
BUKU PEGANGAN
28 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
menggunakan materi yang sudah siap presentasi (versi power point, misalnya). Untuk itu sudah harus
dipastikan perangkat pendukungnya seperti file, laptop dan LCD projector.
v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID standar pelayanan informasi seperti apa yang telah dirumuskan. Meskipun hal ini bukan tugas
fasilitator untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan
bagaimana menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang
direncanakan bertujuan untuk membangun pemahaman dasar substansi SOP sehingga peserta
pertemuan memahami apa peran dan fungsi mereka serta konsekuensi logis yang dihadapi di dalam
setiap tahapan pelaksanaan penyampaian informasi kepada publik. Termasuk di dalamnya adalah jika
terjadi sengketa informasi dimana staf PPID harus pula berhubungan dengan pihak di luar Pemerintah
Daerah seperti Komisi Informasi dan juga PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). Sebelum
pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan,
apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan, siapa yang akan memandu/memimpin, siapa
yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa dan kapan sudah harus siap dan dapat
didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu dipersiapkan.
Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan peraturan kepala daerah mengenai SOP ini, penjelasan mengenai
substansi pokok di dalam rancangan ini antara lain organisasi yang terkait dengan implementasi SOP,
apa saja lingkup kerja implementasi SOP ini, Tahapan seperti apa yang harus dilalui dan peran seperti
apa yang dikehendaki di setiap tahapan, serta pengelolaan sengketa informasi. Fasilitator dapat
membantu memilihkan materi inti yang akan didistribusikan di dalam undangan juga.
Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan disusun
di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah penjelasan
mengenai, maka di dalam diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan
kepada peserta satu atau dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 29
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VI. FASILITASI PENYUSUNAN DAFTAR
INFORMASI PUBLIK
a. Untuk memudahkan publik mengidentifikasi informasi yang dicari di satu badan publik.
b. Kewajiban setiap Badan Publik yang diamanatkan di dalam Undang-Undang dan Peraturan yang
membawahinya.
a. Daftar Informasi Publik adalah daftar informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau
diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
b. Setiap informasi publik di dalam daftar informasi publik setidaknya mengandung hal-hal sebagai berikut:
i. nomor
ii. ringkasan isi informasi
iii. pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi
iv. penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi
v. waktu dan tempat pembuatan informasi
vi. bentuk informasi yang tersedia.
vii. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;
c. Informasi publik yang dimasukkan di dalam daftar informasi publik adalah semua informasi yang termasuk
di dalam kategori yang telah disebutkan di atas yang meliputi BAB III yang terdiri dari Bagian Kesatu,
Kedua dan Ketiga mulai dari Pasal 11, 12 sampai Pasal 13.
d. Di dalam bagian daftar informasi publik juga disebutkan kategori informasi yang dikecualikan. Daftar
Informasi yang dikecualikan ini adalah informasi-informasi yang telah dilakukan uji konsekuensi dan
BUKU PEGANGAN
30 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
memenuhi prasyarat sesuai dengan ayat-ayat yang dijelaskan di dalam pasal 17 Undang-Undang nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Untuk mengumpulkan dan menyusun daftar informasi yang ada di suatu Badan Publik diperlukan kerja tim dan
tidak hanya PPID semata, karena semua divisi, bagian, ataupun departemen umumnya menguasai informasi
yang beredar dan berkembang di wilayahnya masing-masing, sementara PPID hanya terdiri dari pejabatnya
(pimpinan), petugas informasi, petugas dokumentasi saja. Dengan demikian untuk menyusun daftar informasi
publik di suatu Badan Publik (SKPD, Unit Layanan) maka langkah fasilitasi yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
a. Fasilitator bersama dengan PPID mengembangkan tabel sesuai dengan penjelasan yang ada di dalam
Bagian 2 (a), (b) dan (c).
b. Fasilitator bersama dengan PPID di dalam Badan Publik dimaksud mengidentifikasi dan mengundang Sub
Bidang, Bagian, Unit yang ada di dalam Badan Publik dimaksud ke dalam suatu pertemuan.
c. Untuk membangun legitimasi yang kuat, pertemuan sebaiknya mengundang pimpinan badan publik
(Kepala Dinas) termasuk membuka dan menjelaskan secara umum tujuan dan kepentingan penyusunan
daftar informasi publik.
d. Pertemuan dimaksud untuk memberi penjelasan penyusunan daftar informasi publik. PPID di dorong
untuk meminta petugas yang diundang didalam pertemuan untuk mengidentifikasi informasi apa saja yang
dapat disusun oleh masing-masing bagian/divisi/bidang. PPID menugaskan petugas di masing-masing
bidang untuk melakukan identifikasi, penyusunan dan sekaligus pendokumentasian informasi dimaksud.
Yang dimaksud dengan pendokumentasian adalah mengelompokkan informasi yang sudah terdata untuk
kemudian dikategorisasikan ke dalam kategorisasi sesuai dengan yang ada di dalam Undang-Undang.
Dokumentasi tersebut ditempatkan disatu tempat (rak atau lemari khusus) yang mudah diakses oleh
petugas.
e. Fasilitator dapat memandu masing-masing Bagian/Bidang ataupun Unit di dalam menyusun daftar
informasi publik dimaksud jika diperlukan. Semua informasi yang telah diidentifikasi dan disusun ke dalam
DIP diserahkan kepada PPID dan Atasan PPID.
f. PPID dan Atasan PPID mengidentifikasi seluruh daftar yang sudah disusun oleh masing-masing
Bagian/Bidang ataupun Unit untuk mengidentifikasi kemungkinan terdapat informasi yang dikecualikan.
Manakala terdapat potensi informasi yang dikecualikan, maka PPID dan Atasan PPID harus melakukan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 31
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
uji konsekuensi. Hasil uji konsekuensi ini kemudian melahirkan daftar informasi yang dikecualikan. Yang
dimaksud dengan informasi yang dikecualikan ini tidak semuanya dimaksudkan sebagai dokumen yang
dikecualikan, namun hanya informasi tertentu saja. Setelah dilakukan uji konsekuensi, maka Atasan PPID
perlu menyusun berita acara yang menjelaskan alasan mengapa informasi dimaksud termasuk ke dalam
kategori informasi yang dikecualikan.
g. PPID menyampaikan daftar informasi publik tersebut kepada PPID Utama dan juga ke meja informasi.
PPID Utama selanjutnya mengumpulkan seluruh daftar informasi publik yang terdiri dari informasi publik
yang berasal dari Badan Publik yang ada di dalam lingkup Pemerintah Daerah dimaksud.
h. PPID melalui petugas informasi selanjutnya mempublikasikan informasi publik yang dikategorikan
sebagai informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Sesuai dengan setandar bahwa
informasi yang wajib diumumkan secara berkala sekurang-kurangnya tercantum dalam website dan
papan pengumuman. Sedangkan informasi yang wajib diumumkan secara serta merta diumumkan melalui
media yang paling memungkinkan target masyarakat untuk mengetahui informasi tersebut sesuai dengan
kondisinya karena sifat informasi ini adalah darurat.
i. PPID perlu menyiapkan mekanisme dan alat yang sederhana dimana petugas pada bagian/bidang
atau unit yang ada di dalam Badan Publik dapat melakukan pemutakhiran informasi publiknya. Untuk
menghindari kadaluarsa dan alasan belum menguasai informasi dimaksud yang dapat menimbulkan
terjadinya sengketa informasi, pemutakhiran dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali.
BUKU PEGANGAN
32 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VII. FASILITASI PENGADAAN
MEJA INFORMASI DAN
PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 33
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
kapasitas di dalam penyimpanan data dan penggunaannya), maka sementara proses pencatatan dan
pendokumentasian dapat dilakukan menggunakan buku pencatatan. Fungsi buku-buku tersebut sementara
dapat menggantikan fungsi komputer.
• Papan informasi alur dan mekanisme pengajuan permintaan informasi. Informasi yang terdapat di
papan ini berisikan alur dan tahapan saat publik mengakses informasi dan proses internal yang terjadi,
lama setiap tahapan, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap tahapan tersebut. Intinya
adalah papan tersebut memberikan penjelasan yang memudahkan publik yang datang mencari informasi.
• Papan petunjuk (sign board) dimana kantor PPID berada. Publik yang mencari informasi belum tentu
mengenal kompleks perkantoran Pemda dan dimana letak kantor SKPD masing-masing. Oleh karenanya
penting untuk memberi petunjuk kepada publik dimana kantor PPID sector A, B, C dan seterusnya.
• Situs web (web site). Saat ini hampir semua Pemerintah Daerah, bahkan setiap SKPD di Pemda tersebut
memiliki website tersendiri. Website bisa beragam jenisnya, mulai dari website berbayar atau gratis
(dikenal dengan free blog), dinamic atau static (dapat dimutakhirkan atau tidak), interactive atau tidak
(dapat dilakukan diskusi dengan pengunjung/visitor) dan sebagainya. Umumnya website yang dimiliki
oleh Pemda adalah bersifat dynamic, namun jarang sekali dilakukan pemutakhiran.Untuk mengantisipasi
implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi, Pemerintah Daerah harus menyiapkan website
yang minimal bersifat dynamic dan selalu diperhatikan untuk melakukan pemutakhiran pada periode-
periode tertentu. Hal ini terkait dengan adanya kewajiban pemutakhiran data dan informasi yang
diamanahkan di dalam Undang-Undang maupun Peraturan di bawahnya.
• Papan informasi yang disebarkan di tempat publik. Tidak ada petunjuk maupun keharusan untuk
menyediakan papan informasi di tempat publik. Namun bagi daerah yang masyarakatnya masih belum
banyak memanfaatkan internet didalam kesehariannya, papan informasi menjadi penting keberadaannya.
Papan informasi ini berfungsi menyediakan informasi layaknya informasi yang disebarkan melalui
website. Jumlahnya sangat tergantung pada distribusi dan keluasan wilayahnya. Papan informasi dapat
ditempatkan di kantor kecamatan, kantor kelurahan ataupun tempat publik lainnya. Yang tidak kalah
penting adalah SKPD atau PPID harus menetapkan informasi apa yang ingin ditempatkan di dalam papan
informasi dan bagaimana proses pemutakhiran dilakukan.
Salah satu keraguan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah saat memulai menginisiasi keberadaan PPID
adalah keraguan mendapatkan sumber pendanaan bagi perangkat pendukung yang dibutuhkan seperti
BUKU PEGANGAN
34 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
yang diuraikan di atas. Namun dari penjelasan di atas, dapat dihitung bahwa jumlah kebutuhan dana
bagi pengadaan perangkat pendukung bersifat relative sekali. Untuk mendapatkan perangkat pendukung
yang memadahi, fasilitator perlu mendorong Pemerintah Daerah untuk memperhitungkan hal ini dalam
penganggaran daerah. Masalah pendanaan ini seringkali terlambat, pada saat PPID disahkan ternyata kerja-
kerja PPID maupun kebutuhan perangkat pendukung belum diperhitungkan dalam penganggaran daerah. Oleh
karena itu pada saat pembahasan rencana awal SK PPID maupun SOP perlu juga segera memperhitungkan
penyusunan penganggaran untuk pelaksanaannya.
SKPD atau Pemerintah Daerah harus menyusun semacam rencana pengadaan infrastruktur informasi dan
basis data (semacam rencana induk/master plan untuk infrastruktur informasi dan basis data ) terlebih dahulu.
Penyusunan tersebut dapat dibuat untuk setahun, dua tahun atau bahkan lebih lama lagi. Penyusunan tersebut
harus cukup realistis terkait dengan pengembangan system yang dikembangkan untuk mengantisipasi peran
PPID yang semakin kompleks ke depannya. Rencana pengadaan ini dapat dilakukan secara tersentralisasi di
PPID Utama (Humas) atau di masing-masing SKPD. Namun karena umumnya Pemda belum mengantisipasi
penetapan dan operasionalisasi PPID dalam perencanaan tahun sebelumnya, pengadaan baru dapat
dilakukan secara terbatas pada perubahan anggaran tahun berjalan. Meskipun demikian, di dalam rencana
tersebut harus dipastikan pengadaan berikutnya untuk melengkapi sarana dan prasarana guna memastikan
keberadaan sarana dan prasarana pendukung tersedia.
a. Fasilitator mendorong SKPD untuk menyusun rencana pengadaan sarana dan prasarana. Bilamana
perlu fasilitator terlibat aktif membahas kebutuhan tersebut berdasarkan daftar kebutuhan yang telah
dijelaskan di atas.
b. Mendorong SKPD terkait atau HUMAS membahas kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana informasi
dan basis data pada tahun berjalan dapat terpenuhi.
c. Mendorong SKPD terkait membahas kebutuhan sarana dan prasarana informasi dan basis data tahun
berikutnya dibahas di dalam pembahasan anggaran.
d. Memfasilitasi pengembangan kapasitas Petugas Meja Informasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 35
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VIII. FASILITASI WARGA
MENGAKSES INFORMASI
Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong kelahirannya
oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi publik. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
publik yang mereka butuhkan, apapun jenis informasinya.
Di dalam Undang-Undang tersebut banyak diatur mengenai apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah
(Badan Publik) untuk memastikan penyediaan informasi publik oleh mereka berjalan dengan baik dan dapat
sepenuhnya memberi layanan bagaimana informasi itu dapat diakses dan diterima oleh warga masyarakat.
Sebagai penyedia informasi, Undang-Undang beserta turunan regulasinya mengatur benar apa dan
bagaimana penyedia informasi harus menyiapkan diri dengan berbagai prasyarat dan mekanisme, sehingga
memudahkan warga masyarakat mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya.
Saat ini tidak banyak warga masyarakat yang mengetahui bahwa hak masyarakat untuk tahu sudah diatur dan
diwujudkan di dalam Undang-Undang dan regulasi turunannya. Dan juga, kewajiban Badan Publik – termasuk
Pemerintah Daerah – untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat. Akibat ketidaktahuan
masyarakat soal hak ini juga menjadi salah satu keengganan Pemerintah atau Badan Publik untuk menyiapkan
diri menetapkan struktur organisasi di internal badan publik, menetapkan mekanisme serta menyiapkan orang-
orang dan a basis data informasi publik di lembaganya, selain berbagai alasan lain yang sering mengemuka.
Oleh karenanya, warga perlu juga didorong tidak sekedar mengetahui adanya undang-undang tersebut,
tetapi juga bagaimana mengakses informasi dari badan publik sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya
masing-masing.
BUKU PEGANGAN
36 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. SIAPA SAJA YANG PERLU DIFASILITASI?
Dalam bagian ini, yang menjadi sasaran adalah warga masyarakat atau stakeholder yang menjadi mitra kerja
Kinerja. Yang dimaksud warga masyarakat di dalam konteks Kinerja adalah mereka-mereka yang tengah
terlibat di dalam proses advokasi pada bidang-bidang tertentu, misalnya kesehatan, pendidikan ataupun
peningkatan iklim usaha.
Dengan demikian jika diidentifikasi siapa saja yang perlu difasilitasi untuk mengakses informasi ke badan
publik terkait adalah mereka yang tengah difasilitasi oleh mitra Kinerja di bidang-bidang yang telah disebutkan
di atas (kesehatan, pendidikan dan juga peningkatan iklim usaha).
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait pendidikan seperti advokasi regulasi daerah, pemantauan
regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor pendidikan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada tingkat sekolah (SD dan SMP), termasuk
di dalamnya adalah orang tua murid, komite sekolah, guru dan tokoh-tokoh di sekitar sekolah yang terlibat.
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait kesehatan ibu dan anak seperti untuk kepentingan advokasi
regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan, kebutuhan
informasi bagi promosi kebijakan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor kesehatan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada skala kecamatan dimana puskesmas
yang didukung Kinerja berada, termasuk di dalamnya adalah ibu, suami siaga, ibu hamil, pasien, kader
posyandu, dukun, LSM Peduli, Tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lain yang berada di sekitar Puskesmas
yang terlibat.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 37
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Untuk perijinan/peningkatan iklim usaha antara lain:
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak/PPD (public private dialogue) pada tingkat Kabupaten
yang dikembangkan atau diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait perijinan seperti untuk kepentingan
advokasi regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut SOP pelayanan perijinan,
kebutuhan pendanaan bagi promosi keberadaan PTSP (pelayanan terpadu satu pintu) dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sector perijinan di dalam program Kinerja.
Untuk memastikan warga masyarakat dapat mengakses informasi dari Badan Publik diperlukan paling tidak
tiga hal yakni:
Khusus untuk point (C) sudah dijelaskan di dalam panduan di atas bagaimana Badan Publik siap melayani
masyarakat untuk mengakses informasi. Sehingga fokus pembahasan bagian ini ada pada dua point di
atasnya yakni (a) dan (b).
Namun bagi warga lainnya, terkadang masih tidak jelas informasi apa yang ingin dicari. Bukannya mereka
tidak mengetahui apa yang dibutuhkan, namun ada beberapa hal yang menjadi latar belakang persoalan
tersebut. Antara lain karena perbedaan istilah dan terminology atas informasi tersebut, ketidaktahuan harus
BUKU PEGANGAN
38 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mencari dimana, “ketidakberanian” datang ke kantor pemerintah/badan publik, dan banyak hal lain yang
menyebabkan mereka tidak dapat mengakses informasi. Memberi pemahaman kepada mereka tentang
informasi yang dibutuhkan serta memberi petunjuk kemana informasi harus dicari merupakan bentuk fasilitasi
yang dapat dilakukan.
Untuk memastikan kedua hal tersebut di atas terfasilitasi, maka fasilitator dapat melakukan intervensi
sebagai berikut:
a. Fasilitator perlu menjelaskan sebelumnya kepada mitra pelaksana sektor tentang maksud dan tujuan
keterlibatan fasilitator di dalam pertemuan-pertemuan multipihak. Adapun tujuan keterlibatan di dalam
pertemuan untuk membantu warga/forum tersebut dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan
di dalam rangka melakukan advokasi.
b. Fasilitator menyiapkan materi yang hendak disampaikan di dalam forum tersebut. Materi dapat berupa
materi dengan template presentasi di dalam laptop, ataupun materi sederhana yang disusun di dalam
kertas plano dengan menuliskan melalui spidol. Materi terdiri paling tidak adalah:
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 39
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Alur mendapatkan informasi dari Badan Publik
v. Bagaimana jika permintaan ditolak dan menyatakan keberatan
c. Fasilitator perlu melibatkan diri di dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh Mitra pelaksana
sektor (Pendidikan, Kesehatan ataupun perijinan). Fasilitator perlu memastikan kepada mitra pelaksana
sektor bahwa salah satu agenda di dalam pertemuan adalah kesempatan fasilitator menjelaskan mengenai
isu keterbukaan informasi publik dan bagaimana mengakses informasi kepada badan publik.
d. Di dalam penjelasannya, fasilitator selain menyampaikan materi yang sudah disiapkan, mendorong forum
(yang diwakili oleh pihak-pihak tertentu) untuk meminta informasi ke badan publik terkait sesuai dengan
kebutuhan forum didalam pembahasannya. Fasilitator perlu memberi contoh kebutuhan melalui simulasi
atau menanyakan kepada forum apakah didalam proses advokasi membutuhkan informasi yang berasal
dari badan publik tertentu. Pandu forum dengan pertanyaan-pertanyaan yang memberi pemahaman
mengenai kebutuhan informasi tersebut.
e. Pada tahap selanjutnya, fasilitator juga perlu memberikan gambaran bagaimana alur yang akan dilalui oleh
pemohon informasi, apa kewajiban yang harus dipenuhi dan apa hak yang akan didapatnya. Fasilitator
juga perlu mengajarkan apa saja yang perlu disiapkan atau dilakukan oleh pemohon untuk melengkapi
persyaratan permohonan sesuai dengan standar, misalnya bagaimana mengisi formulir permohonan,
memastikan untuk mendapatkan tanda terima permohonan, dan bagaimana memonitor permohonan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
f. Tahap akhir di dalam sesi tersebut sebaiknya ada rencana konkrit untuk melakukan permintaan informasi
oleh forum (yang diwakili oleh kelompok tertentu didalam pertemuan tersebut) kepada badan publik
terkait dirumuskan. Rencana konkrit tersebut disusun secara sederhana saja, yakni siapa yang akan
melakukannya, kemana permintaan informasi akan ditujukan (badan publik), apa jenis informasi yang akan
ditanyakan, dan kapan kegiatan tersebut akan dilakukankan. Fasilitator perlu menjelaskan dan menyiapkan
hal-hal teknis terkait dimana kantor badan publik/SKPD tersebut berada, kepada siapa mereka akan
bertemu, apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan petugas dan lain sebagainya.
g. Fasilitator pada sesi berikutnya, juga dapat menjelaskan kepada forum Multistakeholder bagaimana
seandainya permintaan informasi ditolak oleh PPID dan langkah-langkah apa yang harus dijalankan oleh
pemohon informasi (penjelasan alur dan langkah pelaksanaan sengeketa informasi dapat merujuk kepada
PERKI No 2 Tahun 2010).
BUKU PEGANGAN
40 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di
CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 41
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III.3. Informasi Publik yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta 123
III.4. Informasi Publik yang Wajib Tersedia Setiap Saat 125
III.5. Informasi Publik yang Dikecualikan/Rahasia 126
BUKU PEGANGAN
42 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media
dan Bahan Promosi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 43
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran B
Uraian Substansi
BUKU PEGANGAN
44 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Pengenalan
1
Keterbukaan
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 45
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I I.1. ARTI PENTING
KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
Pengenalan Keterbukaan informasi publik berangkat dari prinsip
BUKU PEGANGAN
46 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi yang cukup tentang hal-hal tersebut membandingkan apakah pelaksanaan telah
maka otomatis masyarakat dapat mengakses sesuai dengan perencanaan, apakah dana yang
fasilitas kesehatan, air bersih dan pangan, serta dibelanjakan sesuai dengan yang direncanakan, dan
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Di seterusnya.
sisi lain, pemerintah dapat meminta masukan dari
masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut
untuk memperbaiki mutu pelayanannya. Di banyak I.2. SEJARAH
negara, akses informasi publik memang digunakan
KETERBUKAAN
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan
hak-hak dasar dan kebutuhan masyarakat.
INFORMASI DI
INDONESIA
Keterbukaan informasi publik juga merupakan
sarana yang penting untuk membangun Wacana tentang keterbukaan informasi telah
kepercayaan antara pemerintah dengan muncul sejak lama di Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat. Ketersediaan informasi publik dan perjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM).
akses terhadap informasi publik akan meningkatkan Adalah sekelompok masyarakat sipil yang memiliki
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. kepedulian dalam isu penegakan HAM, perlindungan
Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tentunya lingkungan, penegakan hukum, dan pemberantasan
akan menciptakan suasana aman dan damai yang korupsi yang memulai memunculkan wacana
menjadi modal penting bagi pemerintah melakukan tersebut. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran
tugas-tugasnya dengan efektif dan efisien. Situasi di HAM, pencemaran lingkungan, pelanggaran
atas merupakan modal penting dalam melaksanakan hukum dan korupsilah yang membuat mereka pada
pembangunan. akhirnya sadar bahwa hanya dengan keterbukaan
informasilah berbagai pelanggaran tersebut dapat
Lebih jauh lagi, keterbukaan informasi publik ditelusuri, dimintai pertanggungjawaban, dihentikan
merupakan prasyarat utama dalam upaya ataupun dicegah.
pemberantasan korupsi. Korupsi dapat tumbuh
menjamur dalam pemerintahan yang tertutup. Pada akhir tahun 90-an, sekelompok masyarakat
Keterbukaan informasi ibarat disinfektan yang sipil tersebut mulai membangun koalisi untuk
dapat membunuh jamur yang sedang tumbuh mendorong isu keterbukaan informasi menjadi
tersebut. Dengan keterbukaan informasi agenda bersama antara masyarakat sipil dan
publik, masyarakat dapat mengawasi jalannya pemerintah.Koalisi yang kemudian dinamakan
pemerintahan sejak tahap perencanaan hingga Koalisi Kebebasan Informasi (KKI) mengawali
pelaksanaannya; mengetahui berapa besar alokasi upayanya dengan menyusun Rancangan Undang-
dana yang direncanakan dan yang dibelanjakan, undang tentang Kebebasan Memperoleh Informasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 47
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
– RUU KMI (nama ini diterjemahkan dari Freedom beberapa Pemerintah Daerah telah memiliki
of Information Act – FOIA, nama yang biasa Peraturan Daerah (Perda) tentang Transparansi
digunakan oleh negara lain yang sudah memiliki yang memiliki semangat dan mengatur susbtansi
Undang-undang tentang keterbukaan informasi. yang sama dengan UU KIP. Sebagai contoh, Tahun
Dalam perjalanannya, nama RUU berubah 2002 Kota Gorontalo mengeluarkan Perda tentang
menjadi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
– RUU KMIP). Koalisi kemudian menyampaikan Gorontalo. Inisiatif ini diikuti oleh beberapa Pemda
Rancangan Undang-undang tersebut kepada DPR lain seperti Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lebak,
RI pada tahun 2001, dengan harapan DPR RI dll. Dengan berlakunya UU KIP dan beberapa
dapat mengadopsinya sebagai RUU Usul Inisiatif peraturan pelaksananya, inisiatif Pemda ini tentunya
DPR.Beberapa anggota DPR RI pada waktu itu harus diselaraskan dengan peraturan di tingkat
menyambut baik usulan Koalisi dan bersama-sama nasional.Sedangkan Pemda yang belum memiliki
dengan Koalisi menggalang dukungan di dalam Peraturan Daerah dapat mengikuti Peraturan
DPR. yang berlaku di tingkat nasional. Namun apabila
membutuhkan peraturan teknis dalam lingkup
Setelah melalui upaya advokasi yang cukup intensif, Pemda, maka Pemda dapat menyusun peraturan
DPR RI akhirnya mengadopsi Rancangan Undang- tersebut.
undang dari Koalisi menjadi RUU Usul Inisiatif
DPR pada tahun 2003.Sejak saat itu, RUU KMI
dibahas oleh DPR RI. Pembahasan RUU cukup alot
mengingat substansi yang diatur akan mengubah I.3. PRINSIP-PRINSIP
secara radikal paradigma tata kelola pemerintahan,
UMUM KETERBUKAAN
dari tertutup menjadi terbuka. Hingga akhir masa
jabatan DPR RI periode 1999-2004 pembahasan
INFORMASI
tentang RUU ini belum selesai.Pembahasan
kemudian dilanjutkan oleh DPR RI periode Keterbukaan informasi merupakan isu global
selanjutnya.Hingga pada akhirnya, pada bulan yang terus-menerus didorong untuk mewujudkan
April 2008 DPR mengesahkan RUU yang awalnya pemerintahan yang demokratis. Secara umum
disusun oleh masyarakat sipil menjadi Undang- ada beberapa prinsip agar tujuan tersebut dapat
undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). tercapai, meskipun implementasinya sangat
bergantung pada konteks masing-masing negara.
Sejarah membuktikan bahwa sikap progresif dan Article 19, sebuah organisasi non-pemerintah yang
reformis tidak hanya berasal dari masyarakat. aktif bergerak di bidang kebebasan informasi dan
Pemerintah Daerah pun juga memiliki semangat berbasis di London, Inggris, mencatat beberapa
yang sama. Jauh sebelum UU KIP diundangkan, prinsip dasar keterbukaan informasi publik sebagai
berikut:
BUKU PEGANGAN
48 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Informasi harus dibuka seluas-luasnya sistemsistem pengelolaan dan pelayanan
informasi serta mengembangkan kapasitasnya
Informasi yang dikelola oleh badan publik untukmelayani permintaan informasi. Di sisi
harus dibuka seluas-luasnya dan hanya dapat lain, pemerintah juga harus meningkatkan
dikecualikan dalam situas-situasi tertentu dan kesadaran masyarakat akan hak mereka untuk
bersifat terbatas. Sebagai konsekuensi, setiap mendapatkan informasi. Caranya, antara lain
orang berhak untuk mendapatkan informasi- dengan mendayagunakan berbagai media
informasi tersebut. Setiap permintaan informasi komunikasi yang ada, seperti surat kabar, radio,
seharusnya tidak perlu disertai dengan alasan televisi, dll.
permintaan. Sebaliknya, badan publik yang
menyelenggarakan pengelolaan informasi 4. Lingkup pengecualian yang terbatas
harus dapat menunjukan bahwa mereka telah
menggunakan kriteria obyektif ketika menolak Setiap informasi adalah bersifat terbuka
permintaan informasi. dan dapat diakses, kecuali informasi yang
dikategorikan sebagai informasi rahasia. Oleh
2. Informasi wajib disebarluaskan karena itu, badan publik pengelola informasi
yang akan menolak permintaan informasi harus
Keterbukaan informasi tidak hanya berarti melakukan uji tiga tahap:
bahwa badan publik wajib memenuhi
permintaan informasi. Namun, ia juga wajib i. Pengecualian informasi dibenarkan oleh
menyebarluaskan informasi secara proaktif, peraturan perundang-undangan; rincian
meskipun tidak didahului dengan permintaan tentang informasi yang dapat dibuka atau
sekalipun. Untuk itu badan publik wajib untuk ditutup harus tercantum dalam peraturan
mengidentifikasi dan mengklasifikasi informasi perundang-undangan. Pengecualian
apa saja yang masuk kategori informasi proaktif. sebaiknya didasarkan pada isinya (substansi
informasi), bukan jenis dokumennya.
3. Menegakkan pemerintahan terbuka Pengecualian juga harus dibatasi dengan
waktu yang memadai (tidak permanen).
Menegakkan pemerintahan terbuka tidak Misalnya, informasi yang apabila dibuka
cukup dengan membuat Undang-undang pada satu ketika membahayakan
tentang Keterbukaan Informasi Publik dan pertahanan nasional, tidak akan berbahaya
peraturan-peraturan tertulis lainnya.Pemerintah apabila dibuka 20 tahun kemudian.
harus memastikan bahwa aturan tersebut ii. Penolakan informasi telah melalui uji
dijalankan. Konsekuensinya, pemerintah harus konsekuensi bahaya, yaitu apabila dibuka
menyediakan dana yang cukup, membangun justru membahayakan kepentingan publik
(consequenstial harm test)
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 49
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
iii. Penolakan didasarkan pada uji kepentingan pribadi atau komersial lebih mahal
kepentingan, yaitu bahaya yang timbul dibandingkan dengan informasi yang akan
akibat dibukanya informasi tersebut digunakan untuk publik.
lebih besar daripada kepentingan untuk
mendapatkan informasi (balancing publik 7. Pertemuan terbuka
interest test)
Keterbukaan informasi tidak hanya
5. Akses yang mudah berkaitan dengan hak untuk mengakses
dokumen-dokumen, namun juga menghadiri
Badan publik wajib untuk membangun sistem pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
pengelolaan dan pelayanan informasi yang pemerintah dalam mengambil keputusan
mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, yang bersifat publik, misalnya pertemuan
badan publik juga harus membangun sistem yang diselenggarakan oleh DPR yang akan
penyelesaian sengketa informasi yang juga membahas anggaran. Untuk itu, badan publik
mudah diakses dan prosedur yang digunakan juga harus mendefinisikan pertemuan terbuka
cukup sederhana. dan tertutup dan membuat “aturan main” kapan
suatu pertemuan terbuka dan kapan dapat
6. Biaya yang terjangkau tertutup, dengan kriteria obyektif yang jelas dan
dituangkan dalam bentuk peraturan resmi.
Biaya untuk mendapatkan informasi harus
ditetapkan sesuai dengan kemampuan 8. Mengedepankan keterbukaan
masyarakat. Jangan sampai biaya yang
dibebankan terlalu mahal sehingga membuat Undang- undang yang mengatur tentang
masyarakat enggan untuk meminta informasi. keterbukaan informasi sebaiknya dijadikan
Dalam jangka panjang, keuntungan yang acuan untuk mengatur segala hal terkait
diperoleh dengan memberikan informasi lebih informasi dan akses informasi.Oleh karena itu,
banyak daripada menutup informasi. Dengan peraturan perundang-undangan lain seharusnya
terbukanya akses informasi, masyarakat diselaraskan dengan prinsip-prinsip keterbukaan
dapat turut serta melakukan pengawasan informasi. Selain itu, pejabat yang memiliki
sehingga kebocoran anggaran di badan- itikad baik untuk membuka informasi dilindungi
badan publik dapat dihindari. Pemerintah dari sanksi, apabila informasi yang dibuka tidak
perlu mempertimbangkan penerapan sistem tergolong sebagai informasi yang dikecualikan.
tarif berjenjang, misalnya tarif informasi untuk Hal ini perlu dipertimbangkan untuk diberlakukan
BUKU PEGANGAN
50 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
agar dapat mendobrak “budaya” ketertutupan 1. A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
yang masih mengakar pada birokrasi. REPUBLIK INDONESIA 1945
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 51
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
BUKU PEGANGAN
52 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
tepat waktu, biaya ringan dan caranya perbedaan tafsir atas keberadaan informasi
sederhana. Sebagai konsekuensinya, dimaksud. UU KIP mengantisipasi kondisi
pengelola informasi (badan publik) harus ini dengan menyediakan jaminan hukum
dapat memenuhi hak akses tersebut dengan tentang penyelesaian sengketa informasi
menyediakan membangun sistemsistem yang harus dilakukan secara cepat dan
yang dapat mendukung pelayanan informasi murah dan dilakukan oleh pihak yang
yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan kompeten dan independen, yaitu internal
cara sederhana. badan publik sebagai penyelesai sengketa
tahap pertama dan Komisi Informasi serta
• Informasi publik harus bersifat utuh, pengadilan sebagai forum penyelesaian
akurat, dan dapat dipercaya. Indikator sengketa tingkat banding.
bahwa hak masyarakat atas informasi
terpenuhi adalah apabila ia mendapatkan • Ancaman pidana bagi penghambat akses
informasi yang dibutuhkan secara utuh, informasi. Ancaman pidana merupakan
akurat, dan dapat dipercaya (tidak perangkat yang ditujukan untuk memberikan
mengandung unsur kesalahan yang efek jera bagi penghambat akses informasi.
disengaja atau dimanipulasi). Agar hak UU KIP mendefinisikan penghambat
masyarakat tersebut dapat terpenuhi, UU informasi sebagai: (a) orang yang sengaja
KIP menterjemahkannya dalam ketentuan menghancurkan informasi, (b) orang
tentang: (a) kewajiban badan publik untuk yang dengan sengaja membuat informasi
membangun sistem pengelolaan informasi tidak benar, (c) pejabat publik yang tidak
dan dokumentasi, (b) kewajiban badan menjalankan kewajibannya dalam rangka
publik untuk menyusun sistem pelayanan keterbukaan informasi, (d) orang yang
informasi, (c) kewajiban badan publik untuk menyalahgunakan informasi, dan (e) orang
membangun sistem penyelesaian sengketa, yang membocorkan informasi rahasia.
dan (d) ancaman hukuman bagi pihak-pihak
yang menghalangi akses informasi.
1.C. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61
• Penyelesaian sengketa secara cepat, TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN
murah, kompeten, dan independen. UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN
Dalam sebuah hubungan kontraktual 2008 TENTANG KETERBUKAAN
penyelenggaraan negara, dalam hal ini INFORMASI PUBLIK
antara peminta dan pemberi informasi
publik, melekat potensi terjadinya sengketa Peraturan Pemerintah (PP) ini merupakan
apabila salah satu pihak menciderai penjabaran lebih lanjut Pasal 20 UU KIP tentang
hubungan tersebut ataupun memiliki jangka waktu pengecualian informasi (masa
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 53
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
retensi) dan Pasal 58 UU KIP tentang tata Selain pedoman tentang ganti rugi, PP No.
cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik 61/2010 juga memberikan pedoman tentang
Negara dan pembebanan pidana denda. pembebanan pidana denda (Lihat Pasal 51-55
UU KIP). Menurut PP ini, apabila Badan Publik
Pasal 20 di dalam UU KIP menyatakan bahwa melanggar ketentuan dalam Pasal 51-55 UU
pengecualian informasi yang diatur dalam KIP, maka Badan Publik yang bersangkutan
Pasal 17 UU KIP tidak bersifat permanen. dapat dikenai sanksi pidana berbentuk
Artinya, setelah jangka waktu tertentu suatu pembayaran denda. Beban pembayaran
informasi rahasia harus dapat dibuka kepada denda tersebut ada pada Badan Publik atau
publik. PP No. 61/2010 ini memberikan Pejabat Publik apabila dapat dibuktikan bahwa
pedoman jangka waktu yang diperbolehkan Pejabat Publik yang bersangkutan terbukti telah
untuk memperlakukan suatu informasi sebagai melakukan tindakan di luar tugas pokok dan
informasi rahasia (Lihat Bab IX untuk penjelasan fungsinya serta melampau kewenangan yang
lebih lanjut). diberikan kepadanya.
BUKU PEGANGAN
54 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKISLIP secara rinci menjabarkan lebih lanjut • Tata cara permohonan penyelesaian sengketa
tentang: informasi publik
• Tata cara penyelesaian sengketa informasi
• daftar informasi yang wajib disediakan dan publik melalui mediasi dan ajudikasi
diumumkan, informasi yang wajib diumumkan
secara serta-merta, dan informasi yang wajib Adapun tata cara penyelesaian sengketa internal
tersedia setiap saat; Badan Publik menjadi kewenangan masing-masing
• tata cara pengecualian informasi publik; Badan Publik untuk menyusun prosedurnya.
• standar pelayanan informasi publik, yang Sementara tata cara penyelesaian sengketa
meliputi: (i) standar informasi publik melalui informasi di pengadilan diatur dalam peraturan
pengumuman, (ii) standar informasi publik perundang-undangan lain berupa Peraturan
melalui permohonan, (iii) kewajiban untun Mahkamah Agung (Lihat Bagan Alur Penyelesaian
membuat maklumat pelayanan informasi bagi Sengketa di Pengadilan pada Bab V).
badan publik, dan (iv) kewajiban penyusunan
standar prosedur operasional layanan informasi
publik; 1.F. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
• tata cara pengelolaan keberatan; NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG
• laporan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN
informasi publik. INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM
NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH
1.E. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR
2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR Permendagri No. 35/2010 menekankan dan
PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI menjabarkan lebih lanjut tentang pengelolaan
PUBLIK (PERKI PPSIP) dan pelayanan informasi di Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang
PERKI PPSIP mengatur lebih lanjut tata cara didefinisikan sebagai Pemerintah Daerah
penyelesaian sengketa informasi yang telah (Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
diatur dalam UU KIP, khususnya penyelesaian daerah sebagai unsur penyelenggara
sengketa informasi di Komisi Informasi (Pusat, pemerintahan daerah) beserta Dewan
Provinsi ataupun Kabupaten/Kota). Beberapa Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Ulasan
hal yang diatur dalam PERKI ini antara lain: singkat ini hanya akan fokus pada pengelolaan
• Kewenangan Komisi Informasi dalam dan pelayanan informasi di Pemerintah Daerah.
penyelesaian sengketa informasi publik melalui
mediasi dan ajudikasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 55
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
BUKU PEGANGAN
56 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pelaksanaannya.Berikut adalah ulasan ringkas menghilangkan dokumen atau informasi secara
tentang jaminan keterbukaan informasi di dalam melawan hukum. Pemusnahan atau penghilangan
berbagai peraturan perundang-undangan tersebut. suatu dokumen atau informasi harus dilakukan
sesuai dengan prosedur dan masa retensi
2.A. UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 sebagaimana diatur dalam UU Kearsipan.
TENTANG KEARSIPAN ( UU KEARSIPAN)
UU Kearsipan mengatur tentang bagaimana arsip
UU Kearsipan memiliki keterkaitan yang erat disimpan, dikelola, dan dilindungi untuk mendukung
dengan UU KIP. UU Kearsipan bisa dibaratkan penyelenggaraan Negara.UU ini mengatur
sebagai “dapur” layanan informasi publik, karena tentang kapan dan bagaimana badan publik harus
UU ini memandatkan agar setiap lembaga mendokumentasikan atau mengarsipkan suatu arsip
Negara, pemerintahan daerah, lembaga baik arsip dinamis yang menjadi tanggungjawab
pendidikan, perusahaan, organisasi politik, pencipta arsip maupun statis yang menjadi
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan tanggungjawab lembaga kearsipan (Pasal 9). UU
agar menyimpan dan mendokumentasikan setiap ini juga memberikan ancaman bagi siapapun yang
kegiatan atau peristiwa yang berkaitan dengan melakukan pemusnahan dokumen atau arsip diluar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan prosedur pemusnahan sesuai dengan ketentuan
bernegara (Pasal 1). Oleh karena itu, pelaksanaan (Pasal 86) maupun tidak melakukan pengarsipan
UU ini akan mempengaruhi bagaimana layanan melalui pemberkasan dan pelaporan bagi arsip
informasi dapat diberikan. Hal ini juga ditegaskan dinamis (Pasal 43 dan Pasal 85).
dalam Pasal 8 UU KIP yang menyatakan bahwa
“Kewajiban Badan Publik yang berkaitan dengan 2.B. UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
kearsipan dan pendokumentasian Informasi TENTANG KESEHATAN (UU KESEHATAN).
Publik dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.” Pasal 6 Ayat 3 Huruf e UU Hak atas informasi di bidang kesehatan merupakan
KIP juga menyatakan bahwa salah satu alasan hal yang sangat penting sehingga dijaminsecara
yang diperbolehkan bagi badan public untuk tidak rinci di dalam UU Kesehatan.UU ini secara tegas
memenuhi permintaan informasi apabila informasi menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan mendapatkan informasi dan edukasi tentang
meskipun harus diberitahukan kapan informasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung-jawab
tersebut selesai didokumentasikan. Kemudian pada (Pasal 7).Informasi tentang kesehatan ini meliputi,
Pasal 53 UU KIP mengatur ancaman pidana bagi antara lain: informasi tentang data kesehatan
siapa saja yang menghancurkan, merusak, atau dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 57
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
telah maupun yang akan diterimanya dari petugas • Informasi tentang kesehatan jiwa
kesehatan (Pasal 8), informasi, edukasi, dan • Informasi tentang persebaran penyakit yang
konseling mengenai kesehatan reproduksi yang berpotensi menular atau menyebar dalam waktu
benar dan dapat dipertanggungjawabkan (Pasal singkat
72 huruf d) serta informasi dan edukasi yang benar • Informasi tentang daerah yang dapat menjadi
mengenai kesehatan jiwa (Pasal 146 Ayat (1)). Di sumber penularan
sisi lain, UU Kesehatan juga menjamin hak atas • Informasi tentang faktor resiko penyakit tidak
rahasia kesehatan pribadi setiap orang (Pasal 57 menular
Ayat (1)).Namun, sifat kerahasiaan tersebut tidaklah
mutlak.Sepanjang diperintahkan oleh Undang- Berdasarkan mandat UU Kesehatan dan UU KIP,
undang, pengadilan, atau atas izin pribadi yang maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
bersangkutan untuk dibuka, maka informasi tersebut berwenang di bidang kesehatan selaku badan publik
dapat dibuka baik untuk kepentingan pribadi orang wajib menyediakan informasi tentang kesehatan
tersebut atau masyarakat. kepada masyarakat.
BUKU PEGANGAN
58 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– baik yang bersumber dari APBN maupun dana Dalam kaitan dengan kedua hal tersebut di
masyarakat/orang tua murid – maka sesuai dengan atas (pengelolaan dan pelayanan informasi
mandat UU KIP, sekolah merupakan badan publik oleh institusi penyelenggara pelayanan publik
yang wajib memberikan informasi kepada publik. atau Badan Publik), UU Pelayanan Publik telah
Di sisi lain, Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan pedoman tentang penyelenggaraan
yang berwenang di bidang pendidikan selaku pelayanan publik, termasuk dalam hal ini pelayanan
badan publik juga berkewajiban untuk menyediakan permohonan informasi. Penyelenggara diwajibkan
informasi tentang pendidikan kepada masyarakat. untuk, antara lain: (i) menyusun dan menetapkan
standar pelayanan; (ii) menyusun, menetapkan,
dan mempublikasikan maklumat pelayanan;
2.D. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN (iii) menempatkan pelaksana yang kompeten;
2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK (UU (iv) menyediakan sarana, prasarana, dan/ atau
PELAYANAN PUBLIK) fasilitaspelayanan publik yang mendukung
terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
UU Pelayanan Publik merupakan salah satu (v) memberikan pelayanan yang berkualitas
Undang-undang yang erat kaitanya dengan UU KIP. sesuaidengan asas penyelenggaraan pelayanan
Kaitan tersebut terletak pada mandat yang diberikan publik; (vi) melaksanakan pelayanan sesuai
baik oleh UU Pelayanan Publik maupun UU KIP dengan standar pelayanan; serta (vii) memberikan
dalam hal pengelolaan dan pelayanan informasi. pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
Institusi yang dikenai kewajiban oleh kedua UU diselenggarakan.
tersebut saling beririsan; UU Pelayanan Publik
memandatkan setiap organisasi penyelenggara
pelayanan publik untuk melakukan pengelolaan dan 2.E. BEBERAPA PERATURAN
pelayanan informasi sedangkan UU KIP mewajibkan PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG
setiap Badan Publik yang menggunakan dana PENYELENGGARAAN PELAYANAN
publik untuk melakukan hal serupa. Di dalam UU TERPADU SATU PINTU (PPTSP)
Pelayanan Publik, yang institusi yang dikenai
kwajiban adalah institusi penyelenggara negara, Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
korporasi serta lembaga independen yang dibentuk melalui peningkatan investasi, Pemerintah telah
berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan mengeluarkan paket peraturan perundang-undangan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang yang berkaitan dengan penyederhanaan proses
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan perizinan melalui Penyelenggaraan Pelayanan
publik. Institusi-institusi tersebut besar kemungkinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Paket tersebut terdiri
juga merupakan Badan Publik sebagaimana diatur dari, antara lain: Permendagri No. 24 Tahun 2006
oleh UU KIP. tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 59
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
Terpadu Satu Pintu, Permendagri No. 20 Tahun mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat
2008 tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja (Permendagri 24/2006). Selain itu, dalam kaitannya
Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah, dengan penanaman modal, peraturan tersebut juga
Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan memandatkan agar Perangkat Daerah Kabupaten/
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Kota Bidang Penanaman Modal (PDKPM) untuk
Modal, dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi membangun Sistem Pelayanan Informasi dan
Penanaman Modal No. 14 Tahun 2009 tentang Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Sistem ini merupakan sistem elektronik pelayanan
Secara Elektronik. perizinan dan non-perizinan yang terintegrasi antara
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan PPTSP dengan lembaga yang memiliki kewenangan di
ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan bidang perizinan, baik di tingkat pusat (Kementerian
publik, mendorong efisiensi pemberian ijin (usaha) atau Lembaga Pemerintah Non Departemen)
serta memperluas akses masyarakat terhadap maupun daerah (Perangkat Daerah Provinsi/
layanan publik tersebut. Untuk itu pelayanan publik, Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal).
khususnya yang berkaitan dengan proses perizinan, Artinya, perangkat daerah yang bertanggung jawab
harus diberikan secara cepat, murah, mudah, di bidang pelayanan satu pintu dan penanaman
transparan, pasti dan terjangkau (Permendagri modal memiliki kewajiban untuk membangun
24/2006). sistem informasi yang terintegrasi dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang informasi
Dalam konteks PPTSP di tingkat Kabupatan/ terkait perizinan.
Kota, peraturan-peraturan tersebut
mewajibkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
menyederhanakan pelayanan atas prosedur
perizinan serta memberikan hak kepada masyarakat
I.5. PEMOHON &
untuk memperoleh informasi yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai konsekuensi
PENGGUNA
Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya instansi
INFORMASI
yang bertanggung jawab di bidang PPTSP,wajib
membangun sistem informasi dan memberikan
UU KIP membedakan antara Pemohon Informasi
informasi kepada masyarakat tentang jenis
dan Pengguna Informasi. Pembedaan tersebut
pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme,
mempertegas pihak yang dapat meminta informasi
penelusuran posisi dokumen pada setiap proses,
kepada badan publik dan yang tidak. Pihak yang
biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta
dapat mengajukan permohonan informasi adalah:
tata cara pengaduan melalui berbagai media yang
BUKU PEGANGAN
60 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Warga Negara Indonesia
• Badan Hukum yang sah menurut hukum di DEFINISI PEMOHON DAN
Indonesia PENGGUNA INFORMASI
UU KIP maupun peraturan pelaksanaannya tidak mengatur tentang bagaimana cara membuktikan
bahwa pemohon adalah WNI ataupun suatu badan hukum yang sah menurut hukum di Indonesia.
Pemohon informasi hanya perlu mengisi formulir permohonan informasi yang menyebutkan nama,
alamat, pekerjaan, dll (lihat lampiran formulir permohonan)
Pemohon dapat dimaknai lebih luas, mencakup orang asing (orang-perorangan atau badan hukum)
yang akan melakukan penelitian (PP 41/2006).
Orang yang asing yang akan melakukan penelitian dapat memohon informasi apabila:
- Mendapat izin dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Memiliki lembaga penjamin dan mitra kerja di Indonesia.
- Menyampaikan laporan berkala kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 61
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
Orang asing juga dapat memohon informasi tentang administrasi kependudukan apabila yang
bersangkutan tinggal di wilayah Indonesia .
UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa setiap penduduk (WNI
atau WNA yang bertempat tinggal di Indonesia memiliki hak untuk memperoleh informasi mengenai
data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya.
Jadi, meskipun orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia tidak mempunyai jaminan hukum
untuk memperoleh informasi dalam UU KIP, namun untuk konteks administrasi kependudukan
mereka mempunyai jaminan hukum berdasar UU Adminduk, khusus atau terbatas tentang informasi
diri dan keluarganya yang dikuasai oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang administrasi
kependudukan. Hal ini lazim dikenal dalam konteks perlindungan data pribadi seseorang yang
dikuasai oleh instansi pemerintah sehingga mereka juga dimungkinkan untuk mengkoreksi data diri
dan keluarganya apabila terdapat kesalahan.
BUKU PEGANGAN
62 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Lembaga-lembaga organ pendukung atau
I.6. BADAN PUBLIK penunjang pemerintahan (auxilariy bodies)
seperti Komisi Informasi Kabupaten/Kota,
Komisi Ombudsman Kabupaten/Kota
UU KIP mendefinisikan badan publik berdasarkan
• Dewan Pimpinan Cabang Parpol
sumber pendanaan; sepanjang mendapatkan
• Badan Usaha Milik Daerah
dana dari APBN dan/atau APBD atau sumbangan
masyarakat maka lembaga tersebut dapat disebut
sebagai badan publik dan wajib menyediakan
informasi publik. Selain lembaga-lembaga tersebut, DEFINISI BADAN PUBLIK
UU KIP juga memandatkan Partai Politik, BUMN/
BUMD untuk menyediakan informasi-informasi
Pasal 1 Angka 3 UU KIP
tertentu sehingga keduanya dapat dikategorikan
sebagai badan publik.
Badan Publik adalah lembaga eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
Jadi, badan publik terdiri dari:
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, yang
• Lembaga eksekutif
sebagian atau seluruh dananya bersumber
• Lembaga legislatif
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
• Lembaga yudikatif
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
• Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
dan Belanja Daerah, atau organisasi non
berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang
pemerintah sepanjang sebagian atau
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
seluruh dananya bersumber dari Anggaran
APBN dan/atau APBD
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
• Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
atau seluruh dananya bersumber dari APBN
sumbangan masyarakat, dan/atau luar
dan/atau APBD atau sumbangan masyarakat
negeri.
dan/atau luar negeri
• Partai Politik
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
• Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
• Pemerintah Kabupaten/Kota
• DPRD Kabupaten/Kota
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 63
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
Pasal 7 UU KIP
(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang
berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang
dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola
Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil
untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-
elektronik.
Badan publik wajib mengumumkan secara serta-merta suatu informasi yang dapat mengancam
hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
(catatan: yang tergolong informasi jenis ini lihat di bagian jenis-jenis informasi)
BUKU PEGANGAN
64 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewajiban Badan Publik dalam pelayanan informasi
(PERKI 1/2010):
HAK BADAN PUBLIK
• Menetapkan peraturan standar prosedur
operasional layanan informasi publik sesuai Pasal 6 UU KIP
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 65
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
BUKU PEGANGAN
66 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
SESI I
PENGENALAN KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
Henri Subagiyo
ALUR PELATIHAN
TOPIK :
• TUJUAN KETERBUKAAN INFORMASI
• PERKEMBANGAN DAN PARADIGMA KETERBUKAAN INFORMASI
• JAMINAN HUKUM KETERBUKAAN INFORMASI
• BADAN PUBLIK
• KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 67
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
DISKUSI
Tuliskan pada metaplan atau kertas plano:
1. Tujuan pelaksanaan keterbukaan informasi
2. Prinsip-prinsip keterbukaan informasi
3. Siapakah Badan Publik
4. Kewajiban Badan Publik dalam pelaksanaan
keterbukaan informasi
INFORMASI PUBLIK
BUKU PEGANGAN
68 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP
1. Memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program, pengambilan
keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik;
2. Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik
4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik
5. Mengetahui alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat
hidup orang banyak
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan
informasi yang berkualitas
TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP
Rezim Ketertutupan Rezim Keterbukaan
1. Maximum
Access, Limited
Exemption
2. Akses yg murah,
cepat, utuh, dan
akurat
3. Proaktif
4. Penyelesaian
sengketa yg
cepat kompeten,
independen
5. Sanksi bagi
penghambat
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 69
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
Jaminan Hukum Keterbukaan Informasi
PS. 28 F UUD NRI 1945
UU SEKTORAL LAIN
UU 14/2008 (UUKIP)
Hierarki
BUKU PEGANGAN
70 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
HAK PUBLIK
• Memperoleh informasi
• Melihat dan mengetahui informasi
• Menghadiri pertemuan terbuka badan publik
• Mendapat salinan informasi
• Menyebarluaskan informasi
BADAN PUBLIK
• Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi
non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 71
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
KEWAJIBAN
DAN
KEWENANGAN BADAN PUBLIK
BUKU PEGANGAN
72 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
(Pasal 7 UU KIP)
1. Kewajiban Badan Publik dalam Menyediakan
Informasi
A. Proaktif
• Informasi yg wajib disediakan dan diumumkan secara
berkala;
• Informasi yg wajib diumumkan secara serta merta;
B. Pasif
• Informasi yg wajib disediakan setiap saat;
• Informasi yg disediakan berdasarkan permintaan.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 73
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
3. Memiliki Sistem Pelayanan Informasi Publik
yang baik (Pasal 13)
BUKU PEGANGAN
74 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
4. Membuat Pertimbangan Tertulis
5. Membuat Laporan Tahunan
• Memiliki sistem dokumentasi pelaksanaan pelayanan akses
informasi publik termasuk dokumentasi tentang jumlah
permintaan informasi yang masuk, berapa yang ditolak
berikut alasannya dan berapa yang diterima, jangka waktu
yang dibutuhkan untuk memberikan akses publik, biaya yang
dibutuhkan untuk melayani akses informasi publik, biaya yang
diterima dari masyarakat.
• Memiliki sistem terintegrasi dengan Komisi Informasi
untuk kepentingan evaluasi perbaikan layanan dan laporan
pelaksanaan UU KIP kepada DPR setiap tahunnya.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 75
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB I - Pengenalan
Keterbukaan Informasi
TERIMA KASIH
Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com
BUKU PEGANGAN
76 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Melaksanakan
Keterbukaan
2
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 77
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II II.1. PRASYARAT
PELAKSANAAN
KETERBUKAAN
Melaksanakan INFORMASI PUBLIK
Informasi
informasi publik seharusnya sudah dapat dijalankan
oleh semua Badan Publik, termasuk Badan Publik
yang ada di dalam Pemerintah Daerah. Namun
BUKU PEGANGAN
78 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
di dalam penyediaan informasi dan bagaimana proses administrasi dan pembiayaan yang relatif
layanan itu diberikan. Regulasi yang diperlukan lebih besar dan proses yang panjang ketimbang
yakni: menetapkan berdasarkan sumberdaya manusia
yang sudah ada. Meskipun demikian, Badan
a. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Publik perlu menyediakan paket peningkatan
Pembentukan PPID. Surat keputusan ini kapasitas bagi sumberdaya manusia yang
untuk mengukuhkan keberadaan PPID ditempatkan sebagai petugas-petugas yang
dan tugas pokok serta fungsinya sebagai memberikan layanan informasi.
pelaksana dari unsur Pemerintah Daerah b. Sarana dan Prasarana. Badan Publik yang
sebagai badan publik untuk mengelola berada di lingkungan Pemerintah Daerah
(di dalamnya termasuk menyediakan memiliki kegiatan yang sangat beragam dengan
dan melayani publik di dalam permintaan bidang-bidang yang relative banyak di dalam
informasi) informasi publik. satu badan (SKPD). Oleh karenanya informasi
b. Peraturan Kepala Daerah mengenai maupun jenisnya sangat beragam. Untuk
bagaimana layanan informasi publik memberi layanan yang optimal diperlukan
diberikan. Peraturan ini mengatur sarana dan prasarana yang memadai. Prasyarat
bagaimana layanan informasi diberikan minimal sarana dan prasarana yang dibutuhkan
kepada publik, melalui tata cara dan adalah yang dapat menunjang peran-peran
mekanisme seperti apa, dilayani dengan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan
cara seperti apa, menggunakan media apa, dan/atau penampilan (display) kepada publik,
serta juga mengatur jika terjadi sengketa serta pelayanan informasi. Sarana dan
informasi antara Pemerintah Daerah (dalam prasarana minimal yang dibutuhkan yakni:
hal ini PPID) sebagai penyedia informasi
dengan publik sebagai peminta informasi. i. Lemari atau wadah tempat menyimpan
semua dokumen dan informasi yang dimiliki.
2. Teknis Lemari atau wadah penyimpanan dokumen
dapat ditetapkan terpusat di dalam satu
a. Ketersediaan sumberdaya manusia.
SKPD atau terbagi-bagi berdasarkan bidang
Memberikan layanan dan penyediaan informasi
atau bagian masing-masing.
kepada publik membutuhkan penunjukan
ii. Buku atau berkas (file) dapat berbentuk
petugas pada posisi yang jelas agar layanan
softcopy atau hardcopy yang berisi hasil
tersebut dapat dijalankan yang memenuhi
pendokumentasian informasi publik, baik
unsur-unsur tepat waktu serta kepuasan
pada masing-masing bidang/bagian atau
publik atas layanan yang diberikan. Didalam
dipusatkan pada Badan Publik terkait.
penyediaannya, regulasi pada tingkat nasional
iii. Media yang memuat berbagai daftar
tidak menganjurkan badan publik merekrut staf
informasi publik yang dapat diakses oleh
baru, karena dapat menimbulkan konsekuensi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 79
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
publik. Media tersebut dapat dikembangkan a. SOP atau prosedur operasi standar.
berdasarkan kategori informasi yang ada Prosedur ini disusun untuk memastikan
dan dikembangkan melalui wadah yang bahwa setiap langkah yang melibatkan
sederhana sampai yang menggunakan pihak-pihak dengan perannya masing-
perangkat teknologi informasi. Umumnya masing dapat terukur kinerjanya dari
yang digunakan adalah website, papan sisi penyampaian kualitas layanan serta
informasi, penampilan di computer yang ketepatan waktu. SOP ini memiliki berbagai
memperlihatkan daftar informasi publik dan jenis tergantung pada layanan atau kerja-
sebagainya. kerja yang melibatkan berbagai pihak mana
iv. Meja informasi/front desk tempat melayani saja yang hendak diatur, Idealnya semua
permintaan informasi. Meja ini diperlukan kerja-kerja yang dijalankan memiliki SOP
untuk tempat interaksi langsung antara nya masing-masing.
petugas di Badan Publik dengan masyarakat b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan.
yang meminta informasi.
Sedangkan faktor pendukung antara lain:
Tidak semua sarana dan prasarana disediakan
secara parsial seperti yang dijelaskan di 1. Kemauan politik (political will) pimpinan.
atas. Dengan memanfaatkan sistem jaringan Untuk melaksanakan keterbukaan informasi publik
area lokal (Local Area Network/LAN) yang diperlukan adanya perubahan paradigma dalam
menggunakan sarana computer serta kabel penyelenggaraan pemerintah daerah dengan
penghubung (atau nirkabel) semua sarana di mengedepankan prinsip good governance, salah
atas dapat dihubungkan satu dengan lainnya, satunya adalah transparansi. Oleh karena itu,
sehingga dapat mempercepat layanan informasi perubahan paradigma tersebut harus ditopang oleh
yang diberikan oleh Badan Publik. political will pimpinan yang kuat untuk melahirkan
berbagai instrumen lainnya seperti kebijakan,
3. Administrasi regulasi, sarana prasarana, dan sebagainya.
Prasyarat dasar ini merupakan prasyarat Political will yang kuat merupakan modal awal agar
yang dapat memastikan prasyarat-prasyarat misi pelaksanaan keterbukaan informasi publik
sebelumnya dapat berjalan. Untuk memastikan dapat dilaksanakan dengan baik.
regulasi diimplementasikan dibutuhkan
ketersediaan sumberdaya manusia yang sesuai 2. Regulasi yang jelas. Kurang memadainya
dan sarana serta prasarana. Untuk memastikan regulasi di daerah di dalam melaksanakan
sumberdaya manusia dapat menggunakan keterbukaan informasi publik yang jelas merupakan
sarana serta menjalankan fungsi-fungsi yang salah satu tantangan yang harus dipecahkan.
telah ditetapkan dibutuhkan prosedur operasi Keberadaan regulasi yang memadai, jelas, dan
standar dan petunjuk pelaksanaan. tegas akan membantu pelembagaan keterbukaan
BUKU PEGANGAN
80 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi dalam suatu pemerintah daerah, SKPD, Petugas Meja Informasi yang akan melayani
terlebih lagi keterbukaan informasi mencakup permohonan informasi maupun penyelesaian
semua bagian atau unit dalam suatu pemerintah sengketa informasi, dan juga pejabat fungsional
daerah. Keberadaan regulasi juga dapat menjamin seperti arsiparis, petugas website dan IT, dan
keberlanjutan pelaksanaan keterbukaan informasi sebagainya.
publik agar tidak selalu tergantung dengan mood
atasan atau pimpinan. Regulasi ini setidaknya 5. Anggaran yang memadai. Agar dapat
mengatur tentang: a) Struktur pelaksana menjalankan perannya ketersediaan anggaran
keterbukaan informasi beserta tugas, fungsi, dan merupakan faktor pendukung yang harus
tanggungjawabnya; b) Mekanisme kerja antar dipertimbangkan keberadaannya. Tersedianya
unit atau bagian dalam pelaksanaan keterbukaan regulasi yang memadai, sumberdaya manusia yang
informasi; c) sistem pengelolaan dan pelayanan kompeten tidak cukup menjamin bahwa keterbukaan
informasi; d) penyelesaian sengketa; dan e) informasi publik dapat berjalan. Faktor pembiayaan
pembiayaan. merupakan hal penting yang menjadi faktor
pendukung agar pelaksanaan keterbukaan informasi
3. Struktur kelembagaan yang memiliki kejelasan dapat berjalan. Anggaran yang perlu disediakan
kewenangannya. Struktur kelembagaan diperlukan oleh Badan Publik paling tidak untuk melakukan
untuk menjalankan regulasi yang telah dibuat. sosialisasi kepada publik tentang keberadaan PPID
Struktur kelembagaan ini mencerminkan tugas dan serta operasionalisasi PPID (termasuk didalamnya
tanggungjawab setiap unsur dalam suatu badan sarana dan prasarana serta operasionalisasi
publik. Struktur kelembagaan terdiri dari Atasan harian). Anggaran merupakan salah satu aspek
PPID, PPID, petugas yang mendukung kerja penting agar pelaksanaan keterbukaan informasi
PPID dalam pengelolaan dan pelayanan informasi dapat ditopang dengan baik. Oleh karena itu, dalam
(petugas layanan, teknologi informasi, kearsipan, mempersiapkan sistem keterbukaan informasi perlu
dan pejabat fungsional lainnya) serta bagaimana dipikirkan penganggaran yang memadai sesuai
hubungan antara unsur-unsur dimaksud dalam dengan kebutuhan. Penganggaran merupakan salah
pelaksanaan keterbukaan informasi. satu bentuk konsekuensi dari kewajiban badan
publik dalam menjalankan keterbukaan informasi.
4. Sumber Daya Manusia yang kompeten. Seringkali badan publik memiliki kendala atas
Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai keterbatasan pembiayaan. Oleh karena itu suatu
baik dari segi kuantitas maupun kualitas merupakan perencanaan yang tepat sangat diperlukan dalam
salah satu prasyarat penting agar pengelolaan dan mempersiapkan dan melaksanakan keterbukaan
pelayanan informasi dapat dilakukan dengan baik. informasi. Strategi lainnya yang dapat dilakukan
Beberapa sumber daya yang diperlukan dalam selain melakukan penganggaran pada setiap
hal ini antara lain: PPID dan PPID Pembantu, SKPD adalah dengan mengembangkan pola-
Petugas Informasi di masing-masing unit atau pola kemitraan dengan lembaga-lembaga di luar
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 81
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
badan publik yang memiliki kepedulian terhadap 7. Dukungan publik. Keterbukaan informasi perlu
keterbukaan informasi untuk membantu pembiayaan mendapatkan dukungan publik yang kuat. Oleh
kegiatan atau sarana prasarana melalui dana karena itu upaya penyadaran publik terhadap
hibah. Beberapa persoalan yang mengemuka pentingnya informasi perlu terus dikembangkan
yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah, karena agar masyarakat dapat memanfaatkan keterbukaan
merasa dana yang dimiliki terbatas, maka konsep informasi dengan baik. Tidak jarang badan publik
pengembangan desain untuk implementasi yang telah membentuk sistem dengan baik namun
keterbukaan informasi publik dibuat sangat permintaan informasi dari masyarakat masih rendah.
minimalis. Misalnya pertimbangan menentukan Hal ini mengakibatkan sistem yang telah dibentuk
letak meja informasi sebagai tempat layanan dengan susah payah tidak dapat dimanfaatkan oleh
informasi hanya pada PPID utama saja, karena jika masyarakat padahal tujuan pengembangan layanan
harus membuka meja informasi di semua SKPD ini adalah untuk pemenuhan hak masyarakat atas
dikuatirkan dana membengkak. Padahal penentuan informasi. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang
meja informasi harusnya mempertimbangkan variasi bertujuan bagi penyadaran masyarakat perlu terus
dan keragaman informasi di Pemerintah sendiri, dilakukan seiring dengan pengembangan sistem
jarak antar kantor/SKPD, percepatan layanan layanan informasi.
pemberian informasi dan bukan disebabkan oleh
dana yang terbatas. Oleh karena prasyarat pelaksanaan keterbukaan
informasi sebagaimana di atas cukup luas, badan
6. Sistem reward and punishment. Pelaksanaan publik perlu memprioritaskan beberapa hal, antara
keterbukaan informasi perlu diperkuat dengan lain: a) Regulasi di Daerah; b) Struktur PPID; c)
sistem reward and punishment yang memadai. Standar opersional prosedur; dan d) Sarana dan
Seringkali posisi-posisi layanan publik dianggap Prasarana.
sebagai posisi yang tidak menarik bagi pegawai atau
petugas badan publik. Oleh karena itu pegawai atau
petugas layanan publik termasuk layanan informasi
perlu mendapatkan reward dan punishment
yang seimbang terkait dengan tugas-tugas yang
diembannya. Pada sistem penilaian kinerja perlu
dikembangkan khusus mekanisme ini. Sistem ini
tidak selalu harus berbentuk misalnya keuntungan
finansial melainkan juga bisa berbentuk lain seperti
pengembangan kapasitas melalui pendidikan atau
pelatihan-pelatihan maupun kredit kerja.
BUKU PEGANGAN
82 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Tujuan dan Asas
atasnya sudah cukup jelas. Namun di daerah yang e) SOP Penyusunan Laporan
materi muatannya adalah sebagai berikut: Banyak pemerintah daerah yang sudah menetapkan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 83
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
84 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tugas PPID
1. mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap unit/satuan kerja
yang meliputi:
a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;
c. informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja
di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik setelah
dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
3. mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik melalui pengumuman dan/atau
permohonan
4. Dalam hal pengumuman, mengkoordinasikan:
a. pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara efektif dapat menjangkau seluruh
pemangku kepentingan; dan
b. penyampaian Informasi Publik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami
serta mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.
5. Dalam hal pelayanan permohonan:
a. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
Informasi Publik;
b. melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu
dikecualikan;
c. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal
permohonan Informasi Publik ditolak;
d. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya; dan
e. mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka
peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
6. mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan prosedur
penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 85
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
TUGAS PPID
KOORDINASI PENYEDIAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
Menghitamkan atau
mengaburkan informasi publik
yang dikecualikan dan
memberi alasan
penghitaman/pengaburan
Mengkoordinasikan proses
penyelesaian keberatan akibat
penolakan informasi
PP 61/2010 juga mengatur tentang PPID mulai dari kompetensi hingga tugas dan tanggungjawabnya (Pasal
12 – 15). PPID yang ditunjuk oleh pimpinan haruslah orang yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan
informasi dan dokumentasi dalam hal ini adalah pejabat di bidang informasi publik. Jika dilihat dari ketentuan
ini sepertinya PP ini mengarah atau mendorong adanya jabatan khusus di bidang pengelolaan informasi dan
dokumentasi meskipun tidak dinyatakan secara tegas.
BUKU PEGANGAN
86 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Pelayanan Informasi Publik yang cepat, tepat, dan sederhana;
4. Penetapan prosedur operasional penyebarluasan Informasi Publik;
5. Pengujian Konsekuensi;
6. Pengklasifikasian Informasi dan/atau pengubahannya;
7. Penetapan Informasi yang Dikecualikan yang telah habis Jangka Waktu Pengecualiannya
sebagai Informasi Publik yang dapat diakses; dan
8. Penetapan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap
orang atas Informasi Publik.
Pasal 14 PP 61/2010
Permendagri 35/2010 mengatur tentang tugas- membantu PPID dalam menjalankan tugas-
tugas PPID, oleh siapa PPID diangkat dan tugasnya. PPID maupun PPID Pembantu diangkat
kepada siapa mempertanggungjabkan kinerjanya, dan bertanggungjawab kepada Menteri untuk PPID
serta kompetensi PPID. Peraturan ini mengatur Kementerian Dalam Negeri, Gubernur untuk PPID
adanya PPID dan PPID Pembantu yang berfungsi Provinsi, dan Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota.
Tugas PPID:
1. mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi
dari PPID Pembantu;
2. menyimpan, mendokumentasikan, menyediakan dan memberi pelayanan informasi kepada
publik;
3. melakukan verifikasi bahan informasi publik;
4. melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan;
5. melakukan pemutakhiran informasi dan dokumentasi; dan
6. menyediakan informasi dan dokumentasi untuk diakses oleh masyarakat.
Wewenang PPID :
1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/ satuan kerja yang menjadi
cakupan kerjanya;
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 87
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Membentuk PPID harus mengacu pada peraturan beban tugas, tanggungjawab, dan kewenangan
perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, tersebut, Badan Publik dapat menentukan
membentuk PPID juga perlu mempertimbangkan kualifikasi pejabat mana yang dapat ditunjuk dan
kondisi faktual serta kebutuhan di lapangan. ditetapkan sebagai PPID.
4. Penunjukkan dan penetapan PPID harus
Pedoman yang telah diberikan oleh PERKI No. dilakukan dengan mempertimbangan rentang
1/2010 tentang pembentukan PPID adalah: kendali/kewenangan yang dimiliki pejabat
tersebut untuk melakukan koordinasi antar
1. Penunjukkan dan penetapan PPID diserahkan
bidang/unit/ divisi pada Badan Publik dalam
kepada masing-masing Badan Publik.
rangka pelaksanaan pelayanan Informasi Publik.
2. Fungsi PPID dapat dilakukan oleh pejabat
5. Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai
yang telah ada. Dengan kata lain, fungsi PPID
PPID harus memiliki kompetensi tidak hanya
dapat dilekatkan pada tugas pokok dan fungsi
terbatas pada bidang informasi dan dokumentasi
(tupoksi) pejabat yang telah ada.
tetapi juga memahami substansi informasi
3. Penunjukkan dan penetapan PPID dilakukan
yang dikelola Badan Publik sehingga dapat
berdasarkan analisis tugas, tanggungjawab, dan
menimbang dengan baik dalam mengecualikan
kewenangan PPID sebagaimana diatur dalam
suatu Informasi Publik.
UU KIP dan PERKI No. 1/2010. Berdasarkan
BUKU PEGANGAN
88 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. STRUKTUR ORGANISASI PPID
Setelah tugas, fungsi dan wewenang PPID diketahui, maka dapat diperhatikan struktur organisasi PPID.
Struktur organisasi yang ada memiliki beberapa opsi. Opsi-opsi itu didasarkan pada filosofi dasar pembagian
kewenangan (terutama antara PPID Utama dan PPID Pelaksana/Pembantu, serta atasan PPID masing-masing).
Opsi 1
PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan kepada PPID Pembantu kecuali kewenangan
mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID
Bupati
Atasan PPID Utama 1. PPID Utama bertugas
melaksanakan pengelolaan dan
Sekda pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan
sebagian kewenangan
pengelolaan dan pelayanan
PPID Utama
informasi kepada PPID Pembantu,
selain kewenangan pengujian
konsekuensi.
Informasi yang dikecualikan Petugas Informasi
3. Membuat kebijakan pengelolaan
dan pelayanan informasi publik
yang berlaku di badan publik.
Informasi yang dapat diakses
Keterangan:
1. Tanggungjawab PPID utama:
a. Mengoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;
b. Mengoordinasikan PPID pembantu dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;
c. Mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID pembantu,
kecuali kewenangan pengujian tentang konsekuensi; dan
d. Mengkoordinasikan pelayanan Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 89
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Opsi 2
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan
untuk mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID.
Keterangan:
BUKU PEGANGAN
90 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Opsi 3
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan
untuk mengecualikan informasi dengan Sekda sebagai Atasan PPID.
Tugas Atasan PPID selain melakukan fungsi monitoring dan evaluasi serta pengambilan kebijakan penting
terkait dengan keterbukaan informasi juga untuk merespon keberatan terhadap layanan informasi termasuk
penolakan permohonan informasi dengan alasan pengecualian. Namun demikian karena alasan pengajukan
keberatan sangat beragam mulai dari keberatan yang sifatnya teknis, misalnya layanan melebihi jangka
waktu, biaya yang tidak wajar, layanan tidak sesuai dengan yang diminta, dan seterusnya hingga alasan
keberatan yang bersifat substansi karena informasi yang dimohon adalah rahasia atau dikecualikan, maka
perlu dipertimbangkan apakah cukup efektif jika Bupati/Walikota dimandatkan sebagai Atasan PPID yang
mengemban fungsi tersebut dengan pertimbangan kesibukan dan sebagainya. Sebagai alternatif dapat dipilih
Atasan PPID adalah Sekretaris Daerah yang merupakan pejabat birokrasi tertinggi di suatu pemerintahan
daerah.
Berikut contoh Bagan PPID Utama dijabat oleh Kepala Hubungan Masyarakat atau Kepala
Dishubkominfo dengan PPID Pembantu disetiap SKPD.
Bupati/Walikota
Sekda
Atasan PPID
Informasi yang dikecualikan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 91
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Di luar 3 opsi yang disampaikan di atas, ada juga Badan Publik yang memiliki opsi penetapan PPID seperti
di bawah ini. Penetapan model semacam di bawah ini disebabkan badan publik tersebut memiliki struktur
organisasi yang sangat ramping dan biasanya hanya memiliki satu kantor saja, misalnya pada organisasi non-
pemerintah.
Keterangan:
PPID dalam skema ini sekaligus merangkap sebagai Petugas Informasi yang bertugas melaksanakan penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/
atau diterima oleh Badan Publik. Selain itu, PPID dalam skema ini bertugas melakukan pengujian konsekuensi untuk
memutuskan suatu informasi dikecualikan atau terbuka untuk diakses publik.
BUKU PEGANGAN
92 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BEBERAPA CATATAN UMUM TERKAIT menyelenggarakan keterbukaan informasi
DENGAN STRUKTUR PPID BEBERAPA hingga ke level masyarakat.
PEMERINTAH DAERAH (SUATU d. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang
PEMBELAJARAN) belum mengatur Meja Informasi dan SKPD
mana yang menyelengarakan Meja Informasi
Pada saat ini telah banyak pemerintah daeran tersebut sebagai pintu layanan informasi
yang mempersiapkan pelaksanaan keterbukaan bagi masyarakat. Dalam penentuan Meja
informasi dengan membentuk struktur PPID. Berikut Informasi terdapat variasi antar pemerintah
ini catatan atas refleksi Struktur PPID yang telah daerah mengingat kondisi yang berbeda-beda
dibentuk oleh beberapa pemerintah daerah selama pula, misalnya untuk pemerintah daerah yang
penyelenggaraan pelatihan PPID oleh KINERJA : kantor SKPD-nya sudah terdapat dalam satu
kawasan, maka Meja Informasi dibuat terpusat
a. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang atau satu pintu dibawah tanggungjawab PPID
belum mencantumkan siapa Atasan PPID dan Utama. Namun ada pula beberapa pemerintah
apa tupoksinya; daerah yang membuat Meja Informasi di
b. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang setiap kantor SKPD dibawah tanggungjawab
membentuk struktur tidak hanya Atasan PPID, PPID Pembantu mengingat letak setiap kantor
PPID, dan PPID Pembantu, misalnya Dewan yang jaraknya berjauhan satu sama lainnya
Pertimbangan namun belum mencantumkan sehingga diharapkan mempermudah layanan
tupoksinya; bagi masyarakat. Meja Informasi dibawah
c. Terdapat variasi beberapa pemerintahan setiap PPID Pembantu akan memberikan
daerah dalam mencantumkan SKPD-nya. layanan informasi yang tercakup di SKPD nya
Ada pemerintah daerah yang mencantumkan namun pada Meja Informasi tersebut dibekali
Unit Pelaksanan Teknis sebagai bagian dari Daftar Informasi Publik yang memungkinkan
pemerintahan daerah bahkan mencakup juga masyarakat dapat melihat SKPD mana yang
kecamatan dan desa/kelurahan, namun ada menguasai informasi yang dibutuhkannya.
juga pemerintah daerah tidak memasukan
kecamatan dan desa/kelurahan dalam struktur
PPID. Oleh karena itu perlu dipikirkan apakah
kecamatan dan desa/kelurahan merupakan
bagian dari pemerintah daerah? Jika Ya, maka
kedua instansi tersebut perlu dimasukkan
dalam struktur PPID. Dengan memasukkan
kecamatan dan desa/kelurahan akan sangat
membantu kedua instansi tersebut untuk
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 93
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
94 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
8) Menjamin konsistensi pelayanan kepada 3) Keselarasan. Prosedur-prosedur yang
masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan distandarkan harus selaras dengan prosedur-
prosedur. prosedur standar lain yang terkait.
9) Memberikan informasi mengenai kualifikasi 4) Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur
kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai yang distandarkan mengandung standar
dalam melaksanakan tugasnya. kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur
10) Memberikan informasi bagi upaya peningkatan pencapaian keberhasilannya.
kompetensi pegawai. 5) Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan
11) Memberikan informasi mengenai beban tugas harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan
yang dipikul oleh seorang pegawai dalam kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
melaksanakan tugasnya. yang berkembang dalam penyelenggaraan
12) Sebagai instrumen yang dapat melindungi administrasi pemerintahan.
pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum 6) Berorientasi pada pengguna (mereka yang
karena tuduhan melakukan penyimpangan. dilayani). Prosedur-prosedur yang distandarkan
13) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas. harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna
14) Membantu penelusuran terhadap kesalahan- (customer's needs) sehingga dapat memberikan
kesalahan prosedural dalam memberikan kepuasan kepada pengguna.
pelayanan. 7) Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang
15) Membantu memberikan informasi yang distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
diperlukan dalam penyusunan standar peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.
pelayanan, sehingga sekaligus dapat 8) Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang
memberikan informasi bagi kinerja pelayanan. distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan
sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
Dalam menyusun SOP perlu diperhatikan beberapa dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk
hal, yaitu: melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan
hukum.
1) Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur
yang distandarkan harus dapat dengan mudah Dilihat dari jenisnya terdapat 2 jenis SOP, yaitu:
dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai SOP Teknis dan SOP Administratif.
bahkan seseorang sama sekali baru dalam
tugas pelaksanaan tugasnya. 1. SOP Teknis. SOP teknis adalah standar
2) Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur prosedur yang sangat rinci dan bersifat teknis.
yang distandarkan harus merupakan prosedur Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti
yang paling efisien dan efektif dalam proses sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan tugas. variasi lain.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 95
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
SOP teknis banyak digunakan pada bidang- Jika dilihat dari segi format, terdapat 4 format
bidang antara lain: teknik, seperti: perakitan SOP, yaitu: (1) Langkah sederhana (Simple
kendaraan bermotor, pemeliharaan kendaraan, Steps); (2) Tahapan berurutan (Hierarchical
pengoperasian alat-alat, dan lainnya; kesehatan, Steps); (3) Grafik (Graphic); (4) Diagram
pengoperasian alat-alat medis, penanganan Alir (Flowcharts). Terdapat 2 faktor yang
pasien pada unit gawat darurat, medical check dapat dijadikan dasar dalam penentuan
up, dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan format penyusunan SOP, yaitu : (1) berapa
administrasi pemerintahan, SOP teknis banyak keputusan yang akan dibuat dalam
dapat diterapkan pada bidang-bidang antara suatu prosedur; (2) berapa banyak langkah
lain: pemeliharaan sarana dan prasarana, dan sublangkah yang diperlukan dalam
pemeriksaan keuangan (auditing), kearsipan, suatu prosedur. Format terbaik SOP adalah
korespondensi, dokumentasi, pelayanan- yang dapat memberikan wadah serta dapat
pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian menstransmisikan informasi yang dibutuhkan
dan lainnya. secara tepat dan memfasilitasi implementasi
SOP secara konsisten.
2. SOP Administratif. SOP administratif adalah
standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis- Berikut penjelasan dari format SOP:
jenis pekerjaan yang bersifat administratif.
1. Langkah sederhana (Simple Steps). Format
Dalam penyelenggaraan administrasi ini dapat digunakan jika prosedur yang akan
pemerintahan lingkup makro, SOP administratif disusun hanya memuat sedikit kegiatan dan
dapat digunakan untuk proses-proses memerlukan sedikit keputusan. Format SOP ini
perencanaan, pengganggaran, dan lainnya, atau dapat digunakan dalam situasi dimana hanya
secara garis besar proses-proses dalam siklus ada beberapa orang yang akan melaksanakan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan. prosedur yang telah disusun dan biasanya
merupakan prosedur rutin. Dalam simple steps
Dalam lingkup mikro, SOP administratif disusun ini kegiatan yang akan dilaksanakan cenderung
untuk proses-proses administratif dalam sederhana dengan proses yang pendek.
operasional seluruh instansi pemerintah, dari 2. Tahapan berurutan (Hierarchical Steps).
mulai level unit organisasi yang paling kecil Format ini merupakan pengembangan dari
sampai pada level organisasi secara utuh, simple steps. Digunakan jika prosedur yang
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. disusun panjang, lebih dari 10 langkah dan
BUKU PEGANGAN
96 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
membutuhkan informasi lebih detail, akan rencana pembentukan SOP. Selain itu pada
tetapi hanya memerlukan sedikit pengambilan tahap ini perlu pula diidentifikasi kapasitas tim
keputusan. Dalam hierarchical langkah-langkah yang akan menyusun SOP. Jika diperlukan
yang telah diidentifikasi dijabarkan kedalam dapat dilakukan peningkatan kapasitas atau
sub-sub langkah secara terperinci. pelatihan terlebih dahulu tentang bagaimana
3. Grafik (Graphic). Jika prosedur yang disusun menyusun SOP dengan baik.
menghendaki kegiatan yang panjang dan
spesifik, maka format ini dapat dipakai. Dalam 2. Indentifikasi kebutuhan SOP. Pada tahap
format ini proses yang panjang tersebut ini tim penyusun perlu melakukan identifikasi
dijabarkan ke dalam sub-sub proses yang lebih tentang SOP apa saja yang dibutuhkan.
pendek yang hanya berisi beberapa langkah. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan melihat
Hal ini memudahkan bagi pegawai dalam bussines process dari keterbukaan informasi
melaksanakan prosedur. Format ini juga bisa maupun juga dengan menggali masukan
digunakan jika dalam menggambarkan prosedur dari stakeholders di internal badan publik.
diperlukan adanya suatu foto atau diagram. Pelaksanaan keterbukaan informasi umumnya
4. Diagram Alir (Flowcharts). Flowcharts membutuhkan SOP seperti di bawah ini:
merupakan format yang biasa digunakan jika a. Penyusunan daftar informasi publik.
dalam SOP tersebut diperlukan pengambilan b. Pendokumentasian dan penyimpanan
keputusan yang banyak (kompleks) dan informasi publik.
membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak" yang c. Pengumuman dan pelayanan permohonan
akan mempengaruhi sub langkah berikutnya. informasi publik.
Format ini juga menyediakan mekanisme yang d. Pengelolaan keberatan layanan informasi
mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para publik.
pegawai melalui serangkaian langkah-langkah e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
sebagaihasil dari keputusan yang telah diambil. keterbukaan informasi publik.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 97
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Nomor SOP
SARKER Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh
Nama SOP:
Keterangan:
• Dasar hukum diisi dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur materi yang akan dibuat SOP nya.
• Keterkaitan diisi dengan keterkaitan kegiatan atau prosedur ini dengan prosedur lainnya.
• Peringatan diisi dengan kemungkinan masalah yang terjadi ketika prosedur ini dilaksanakan (jika ada) ataupun tidak
dilaksanakan. Sebaiknya juga diisi dengan bagaimana mengatasi masalah yang muncul tersebut.
• Kualifikasi pelaksana diisi dengan kualifikasi pegawai atau petugas yang melaksanakan prosedur
• Pencatatan dan pendataan memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan
dalam pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan, Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang
akan diisi oleh setiap pegawai yang terlibat dalam proses, (Misalnya formulir yang menunjukkan perjalanan sebuah
proses pengolahan dokumen pelayanan perijinan.
BUKU PEGANGAN
98 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Pada perangkat meja yang dijadikan Meja
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 99
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Lampiran 6 di dalam PERKI No 1/2010 tentang layanan terlebih lagi dengan penerapan aplikasi
SLIP. layanan. Aplikasi layanan akan mencetak secara
7. Register Permohonan Keberatan. Format ini otomatis berbagai form-form yang diperlukan oleh
tersedia pada Lampiran 8 di dalam PERKI No petugas. Selain itu, keberadaan komputer juga
1/2010 tentang SLIP. dapat dihubungkan dengan database terkait dengan
8. Formulir Keberatan. Format ini tersedia pada informasi/dokumen yang telah dicantumkan dalam
Lampiran 7 di dalam PERKI No 1/2010 tentang Daftar Informasi Publik. Untuk kebutuhan print, copy,
SLIP. dan scan bisa diupayakan dengan printer yang
9. Tanda Terima Pengajuan Keberatan. Tanda memiliki kelengkapan untuk ketiga fungsi tersebut.
terima ini dapat menggunakan copy dari formulir
keberatan atau dapat dibuat sendiri secara Ad. 5. Telepon dan Faximile
sederhana dengan mencantumkan tanggal
permohonan diterima/dinyatakan lengkap dan Telepon dan faximile diperlukan sebagai media
waktu bagi pemohon untuk mengkonfirmasi hasil komunikasi dalam proses layanan. Oleh karena itu
permohonan. diharapkan setiap pemerintah daerah menyediakan
saluran ini untuk kebutuhan pelayanan informasi.
Ad. 3. Maklumat Pelayanan Informasi Publik Nomor telepon dan faximile perlu dicantumkan
dalam Maklumat Pelayanan Informasi Publik dan
Maklumat Pelayanan Informasi Publik adalah disebarluaskan kepada publik agar mengetahui
penjelasan tertulis kepada publik seputar pelayanan kemana mereka melakukan permohonan informasi.
informasi yang terdiri dari:
1. Dasar Hukum; Ad.6. Papan pengumuman dan Website
2. Pemohon Informasi Publik;
3. Cakupan pemerintah daerah; Papan pengumuman dan website merupakan
4. Tata Cara Permohonan Informasi Publik; media wajib yang digunakan dalam pengumuman
5. Tata Cara Pelayanan Informasi Publik; informasi yang wajib diumumkan secara berkala.
6. Tata Cara Mengajukan Keberatan; Oleh karena itu, setiap kantor pemerintah daerah
7. Tata Cara Pengelolaan keberatan; dan harus menyediakan papan pengumuman untuk
8. Saran dan Masukan; mengumumkan informasi-informasi tertentu yang
disajikan dengan menyesuaikan kapasitas papan
Ad.4. Komputer, Printer, dan Scanner pengumuman. Pemerintah daerah yang telah
memiliki website perlu segera mengunggah jenis
Perangkat komputer, printer, alat copy, dan scanner informasi yang wajib diumumkan dan disediakan
diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat secara berkala ke dalam website-nya.
BUKU PEGANGAN
100 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Ad.7. Database landasan kegiatan operasional awal, karena
disinilah dikenalkan berbagai hal tentang
Database merupakan salah satu perangkat keterbukaan informasi publik. Pemerintah
penting dalam pelayanan informasi. Melalui Daerah perlu melakukan kegiatan sosialisasi
keberadaan database yang optimal diharapkan dengan tujuan dapat memberi gambaran kepada
dapat mempermudah dan mempercepat pelayanan Badan Publik/Satker/SKPD mengenai:
informasi publik sesuai dengan standar operasional i. Paradigma serta prinsip keterbukaan
prosedur. Oleh karena itu kedepan perlu dipikirkkan informasi publik
agar setiap pemerintah daerah memiliki database ii. Lembaga atau institusi yang terlibat di dalam
untuk menyimpan informasi/dokumen yang telah kegiatan keterbukaan informasi publik, serta
dicantumkan dalam Daftar Informasi Publik. peran masing-masing.
Database ini harus dikelola oleh PPID dan PPID iii. Peran Pemerintah (Daerah) dalam
Pembantu dengan dibantu oleh petugas teknologi keterbukaan informasi publik, dimana secara
informatika. spesifik menjelaskan peran dan fungsi PPID
iv. Kategori Informasi publik dan prosedur
pengecualian informasi
v. Mekanisme umum pelayanan informasi
publik
II.6. TAHAPAN vi. Penyelesaian sengketa informasi
PEMBENTUKAN vii. Sanksi terhadap tidak terpenuhinya hak
PPID publik atas informasi.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 101
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
informasi. Tim ini paling tidak terdiri dari Bagian PPID diajukan kepada Pimpinan Daerah untuk
Hukum, Humas/Kominfo dan semua Bagian di mendapatkan persetujuan untuk ditetapkan.
bawah SEKDA). Output yang diharapkan dapat
dihasilkan oleh tim ini adalah: e. Tim persiapan melalui Bagian Hukum
i. Rancangan SK Pembentukan PPID. menyampaikan Rancangan Peraturan Kepala
Adapun materi mengenai regulasi ini telah Daerah mengenai SOP Pelayanan Informasi
dijelaskan di dalam bagian terdahulu yang Publik oleh PPID kepada Pimpinan Daerah
menjelaskan mengenai prasyarat dasar untuk ditetapkan.
maupun factor pendukung mengenai
regulasi. f. Setelah rancangan SK Pembentukan PPID
ii. Rancangan kategori dan kriteria informasi. ditetapkan melalui Pimpinan Daerah, maka
Adapun materi mengenai rancangan ini tim persiapan melakukan sosialisasi SK
dapat dapat diamati berdasarkan bagian di Pembentukan PPID kepada seluruh Satker/
dalam Undang-Undang KIP dan Perki No SKPD. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
1/2010 berbagai opsi, yakni: (i) mengundang seluruh
iii. Rancangan SOP Pelayanan Informasi SKPD/Satker untuk diberi penjelasan; (ii)
Publik. Adapun materi mengenai rancangan mempublikasikan melalui media internal; (iii)
ini dapat diambil dari Undang-Undang KIP mendistribusikan salinan SK kepada seluruh
dan Perki No 1/2010. Satker/SKPD dengan meminta semua pimpinan
Satker mensosialisasikan SK kepada stafnya;
c. Pembahasan kriteria informasi. Tim persiapan (iv) mengunggah SK ke seluruh situs yang
merumuskan rancangan kriteria informasi. dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Opsi yang
Selanjutnya, tim persiapan mengundang seluruh disampaikan di sini dapat dilakukan secara
Staker/SKPD untuk membahas rancangan bersamaan antar satu opsi dengan opsi yang
kriteria informasi publik untuk disepakati dengan lain.
seluruh satker. Keluaran dari pertemuan
pembahasan ini adalah disepakatinya kriteria g. Setelah rancangan Peraturan Kepala Daerah
informasi publik menjadi alat untuk menentukan mengenai SOP Pelayanan Informasi Publik
kriteria informasi yang dikecualikan dan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, maka tim
tidak. Kriteria ini selanjutnya digunakan sebagai persiapan melakukan sosialisasi kepada
panduan untuk menyusun daftar informasi publik seluruh Satker. Metode sosialisasi sama dengan
di masing-masing SKPD/Satker. saat melakukan sosialisasi SK Pembentukan
PPID kepada Satker, hanya saja untuk SOP ini
d. Tim persiapan melalui Bagian Hukum diperlukan sesi khusus untuk memastikan SOP
menyampaikan Rancangan SK Pembentukan dipahami dan dapat dijalankan oleh masing-
BUKU PEGANGAN
102 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
masing Satker. PPID Utama atau tim persiapan yang hendak digunakan untuk mempermudah
dapat menyiapkan paket peningkatan kapasitas proses pengelolaan informasi (penyimpanan,
bagi petugas-petugas yang nanti ditetapkan di pendokumentasian, penyediaan) dan berbagai
masing-masing Satker/SKPD untuk menjalankan formulir yang dibutuhkan yang sebagian besar
peran-peran tersebut. dapat dilihat di dalam lampiran Perki no 1 tahun
20120.
h. Pembentukan struktur organisasi PPID
pada masing-masing SKPD. Kepala SKPD Rencana tersebut dapat diajukan kedalam
membentuk tim pelaksana pelayanan informasi usulan SKPD untuk Tahun Anggaran berjalan
publik. Tim ini dikoordinasikan oleh PPID melalui Perubahan APBD ataupun usulan
pelaksana atau PPID pembantu yang ada di rancangan APBD tahun berikutnya.SKPD
SKPD terkait. Jumlah tim dan struktur internal masing-masing perlu memberikan alasan
dibentuk tergantung pada rentang dan struktur mengapa saat ini dibutuhkan peralatan
yang ada di dalam SKPD masing-masing. tersebut. Usulan disampaikan melalui proses
Pembentukan ini harus memastikan masing- pembahasan perubahan APBD tahun berjalan
masing staf yang ditetapkan memahami peran ataupun rancangan APBD tahun berikutnya.
dan fungsi mereka di dalam pengelolaan
informasi di dalam SKPD masing-masing. j. Sosialisasi kepada publik. Publik perlu
Kepala SKPD perlu mempertimbangkan mengetahui keberadaan PPID dan perannya,
peningkatan kapasitas dari tim pelaksana agar terutama apa yang menjadi hak publik di dalam
dapat menjalankan peran dan fungsinya secara mengakses informasi. Hal ini merupakan
optimal. langkah penting setelah semua proses di atas
dilakukan. Di dalam melakukan sosialisasi
i. Pengadaan sarana dan prasarana. Hal yang kepada publik adalah penting menyampaikan
perlu dilakukan adalah merumuskan kebutuhan pokok-pokok materi yang hendak disosialisasi.
sarana dan prasarana seperti apa yang hendak Hendaknya dihindari penyampaian SK,
digunakan. Ada baiknya SKPD/Satker menyusun Peraturan ataupun Undang-Undang semata,
kebutuhan berdasarkan rencana jangka namun perlu diberi penjelasan spesifik,
panjang yang berbentuk semacam rencana terutama yang terkait dengan apa yang perlu
induk pengelolaan informasi publik, sehingga diketahui oleh publik. Selain materi yang
tergambar jelas di dalam rencana berapa hendak disosialisasi, juga penting media yang
kebutuhan komputer (serta ditempatkan dimana digunakan untuk melakukan sosialisasi.
masing-masing serta apakah diperlukan server),
lemari penyimpanan (storage cabinets), meja
informasi (front desk), bagaimana sistem apa
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 103
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
BAHAN PRESENTASI
SESI II
MELAKSANAKAN KETERBUKAAN
INFORMASI
Henri Subagiyo
BUKU PEGANGAN
104 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DISKUSI KELOMPOK
• Tuliskan kebutuhan apa saja yang menjadi prasyarat dalam
melaksanakan pelayanan informasi dan apa hambatan/tantangannya
serta bagaimana solusinya menurut anda
• Berikan jawaban kepada fasilitator anda untuk ditempelkan sesuai
dengan kerangka
PRASYARAT UMUM DALAM IMPLEMENTASI UU KIP
• Peraturan Komisi
Informasi
Partisipatif • Peraturan
Pemerintah • PPID
8. Dukungan • SOP internal • Penanggung-
(PERDA/PERGUB jawab
Publik /KEPGUB
• Sistem
Keberatan
• Daftar Informasi
penilaian Publik (Atasan PPID)
kinerja • Koordinasi
Kesadaran • Sistem Monev antar unit
Publik & pelaporan • Koordinasi
Permintaan antar Badan
1. Political Publik 2.
Informasi
Pemanfaata will Peraturan
n Informasi pimpinan Pelaksana
• Penganggaran
yg memadahi • Kualitas &
• Strategi kuantitas
pendanaan SDM
lainnya • Kultur
birokrasi
• Kemitraan • Sarana (awareness)
software & • Regenerasi
hardware
• Maintenance
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 105
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Membentuk
Kelembagaan PPID
PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)
SERTA LINGKUP TANGGUNGJAWAB PPID (Ps. 6-8 PERKI)
BUKU PEGANGAN
106 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
RENTANG FUNGSI KELEMBAGAAN
Penanggungjawab:
supervisi
ATASAN PPID merespon keberatan
INFLOW OUTFLOW
Penyediaan & Pelayanan:
Pengumpulan,
Pelayanan melalui
penyimpanan,
Pengumuman
pendokumentasian dari
Pelayanan melalui
setiap unit
permohonan informasi
LINGKUP TUGAS PPID (Ps. 6-8 PERKI)
1. Mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap
unit/satuan kerja yang meliputi:
• informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
• informasi yang wajib tersedia setiap saat;
• informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. Mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/
satuan kerja di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar
Informasi Publik setelah dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan
kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
3. Penyimpanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada poin (1) dan (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kearsipan.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 107
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
• Dalam hal pelayanan permohonan:
- mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
Informasi Publik;
- melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam
Pasal 17 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan
Informasi Publik tertentu dikecualikan;
- menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas,
dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak;
- menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta
alasannya; dan
- mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam
rangka peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
• mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan
prosedur penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.
BUKU PEGANGAN
108 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewenangan PPID (Permendagri 35/2010)
1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/satuan
kerja yang menjadi cakupan kerjanya;
3. mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID
Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional yang menjadi cakupan
kerjanya;
4. menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses
oleh publik; dan
5. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional untuk
membuat, mengumpulkan, serta memelihara informasi dan dokumentasi
untuk kebutuhan organisasi.
KOMPETENSI PPID
• Membidangi informasi publik Ps. 12 PP 61/2010
• Memiliki kemampuan dalam pengelolaan informasi dan dokumentasi
(penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan
informasi ) Ps. 13 PP 61/2010
• Melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi
pelayanan informasi Ps. 7 Permendagri 35/2010
• Dapat didukung oleh pejabat fungsional Ps. 8 Permendagri 35/2010;
Ps. 15 PP 61/2010; dan Ps. 13 UU KIP
• Mampu mengambil keputusan (selonitas yang memadahi)
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 109
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Diskusi Kelompok
BUKU PEGANGAN
110 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bupati/Walikota
Wakil Bupati/Walikota DPRD
Simulasi Atasan PPID
SETDA
(Bahan Diskusi) PPID
SEKDA (Utama)
Alternatif I MEJA
SET-DPR
SEKWAN
INFORMASI
(utama) PPID
(Utama)
BAPPEDA DINAS
MEJA
KEPALA PPID KEPALA PPID INFORMASI
(Pembantu/Pelaksana) (Pembantu/Pelaksana)
KOMPETENSI PPID
Bupati/Walikota
Wakil Bupati/Walikota
Fungsi
Koordinasi/sinkronisasi DPRD
Simulasi SETDA
SEKDA Atasan PPID
(Bahan Diskusi) Asisten
Alternatif II PPID
SET-DPR
MEJA Atasan PPID SEKWAN
INFORMASI
BAPPEDA DINAS Kapala Bagian
PPID
KEPALA Atasan PPID KEPALA Atasan PPID
Kepala Bagian PPID Kepala Bagian PPID MEJA MEJA
INFORMASI INFORMASI
MEJA
INFORMASI
BADAN KANTOR RUMAH SAKIT
KEPALA Atasan PPID KEPALA Atasan PPIDDIREKTUR PPID
Kepala Bagian (Utama)
Kepala Bagian PPID PPID Kepala Bagian PPID
MEJA MEJA
INFORMASI INFORMASI MEJA INFORMASI
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 111
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif IV
Bupati 1. PPID Utama bertugas
melaksanakan pengelolaan dan
Atasan PPID Utama
pelayanan informasi.
Sekda
2. PPID Utama mendelegasikan
sebagian kewenangan
Informasi yang dikecualikan PPID Utama pengelolaan dan pelayanan
informasi kepada PPID Pembantu,
Informasi yang dapat diakses Petugas Informasi selain kewenangan pengujian
konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan
Informasi yang dikecualikan dan pelayanan informasi publik
yang berlaku di badan publik.
Informasi yang dapat diakses
BUKU PEGANGAN
112 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEMBUAT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MANDAT TUJUAN
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 113
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
TAHAPAN PENYUSUNAN SOP
BUKU PEGANGAN
114 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kaidah Umum Pembuatan SOP
1. Judul: jelas dan menggambarkan aspek kegiatan
2. Tujuan : detail dan jelas sehingga pelaksana SOP mengetahui arah kegiatan.
3. Lingkup SOP : proses kegiatan apa saja, diterangkan dengan jelas dan lengkap.
4. Tanggungjawab dan wewenang (pelaksana dan fungsi organisasi)
5. Keterangan tentang kegiatan, tergantung pada kebutuhan organisasi, yang menerangkan
proses dengan bagan atau yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
berikutnya harus dapat menjelaskan dan menentukan apa yang akan dilaksanakan, oleh
siapa, bagian atau unit mana, mengapa, kapan dimana dan bagaimana. Pada keterangan
juga harus menginformasikan kendali proses dan kendali aktifitas yang telah ditentukan.
Selain itu juga menentukan dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan kegiatan
terkait dan menentukan skema.
6. Rekaman/catatan yang berkaitan dengan aktifitas harus ditentukan dengan pasti. Metode
untuk menyimpan arsip dan semua pelaporan harus dinyatakan dengan jelas.
JENIS DAN FORMAT SOP
JENIS FORMAT
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 115
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh
Nomor SOP
SARKER Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh
Nama SOP:
Diskusi kelompok
BUKU PEGANGAN
116 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TERIMA KASIH
Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 117
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kategorisasi
3
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 119
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III III.1. PENTINGNYA
KATEGORISASI
INFORMASI PUBLIK
Kategorisasi UU KIP maupun peraturan pelaksananya mengatur
Informasi
tentang kategorisasi informasi. Jika dikaji lebih
dalam peraturan tersebut, ada dua alasan penting
mengapa perlu kategorisasi informasi. Pertama,
BUKU PEGANGAN
120 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 3. target dan/atau capaian program dan
61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP. kegiatan;
4. jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
5. anggaran program dan kegiatan yang
meliputi sumber dan jumlah;
III.2. INFORMASI PUBLIK 6. agenda penting terkait pelaksanaan tugas
YANG WAJIB Badan Publik;
DISEDIAKAN DAN 7. informasi khusus lainnya yang berkaitan
langsung dengan hak-hak masyarakat;
DIUMUMKAN
8. informasi tentang penerimaan calon
SECARA BERKALA pegawai dan/atau pejabat Badan Publik
Negara; dan
Informasi Publik yang wajib diumumkan secara 9. informasi tentang penerimaan calon
berkala berdasarkan rincian dari Peraturan Komisi peserta didik pada Badan Publik yang
Informasi No. 1 tahun 2010 sekurang-kurangnya menyelenggarakan kegiatan pendidikan
terdiri atas: untuk umum;
a. informasi tentang profil Badan Publik yang c. ringkasan informasi tentang kinerja dalam
meliputi: lingkup Badan Publik berupa narasi tentang
1. informasi tentang kedudukan atau domisili realisasi kegiatan yang telah maupun sedang
beserta alamat lengkap, ruang lingkup dijalankan beserta capaiannya;
kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan
fungsi Badan Publik beserta kantor unit-unit d. ringkasan laporan keuangan yang sekurang-
di bawahnya; dan kurangnya terdiri atas:
2. struktur organisasi, gambaran umum setiap 1. rencana dan laporan realisasi anggaran;
satuan kerja, profil singkat pejabat struktural; 2. neraca;
3. laporan arus kas dan catatan atas laporan
b. ringkasan informasi tentang program dan/atau keuangan yang disusun sesuai dengan
kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkup standar akuntansi yang berlaku; dan
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri 4. daftar aset dan investasi;
atas:
1. nama program dan kegiatan; e. ringkasan laporan akses Informasi Publik yang
2. penanggungjawab, pelaksana program sekurang-kurangnya terdiri atas:
dan kegiatan serta nomor telepon dan/atau 1. jumlah permohonan Informasi Publik yang
alamat yang dapat dihubungi; diterima;
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 121
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
2. waktu yang diperlukandalam memenuhi g. informasi tentang hak dan tata cara memperoleh
setiap permohonan Informasi Publik; Informasi Publik, serta tata cara pengajuan
3. jumlah permohonan Informasi Publik yang keberatan serta proses penyelesaian sengketa
dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya Informasi Publik berikut pihak-pihak yang
dan permohonan Informasi Publik yang bertanggungjawab yang dapat dihubungi;
ditolak; dan
4. alasan penolakan permohonan Informasi h. informasi tentang tata cara pengaduan
Publik; penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran
yang dilakukan baik oleh pejabat Badan
f. informasi tentang peraturan, keputusan, Publik maupun pihak yang mendapatkan izin
dan/atau kebijakan yang mengikat dan/atau atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang
berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh bersangkutan;
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri
atas: i. informasi tentang pengumuman pengadaan
1. daftar rancangan dan tahap pembentukan barang dan jasa sesuai dengan peraturan
Peraturan Perundang-undangan, perundang-undangan terkait; dan
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang
sedang dalam proses pembuatan; j. informasi tentang prosedur peringatan dini dan
2. daftar Peraturan Perundang-undangan, prosedur evakuasi keadaan darurat di setiap
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang telah kantor Badan Publik.
disahkan atau ditetapkan;
Berapa jangka waktu penyediaan dan pengumuman Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala?
• sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun sekali
Bagaimana cara menyediakan dan mengumumkan Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala?
• melalui situs resmi, papan pengumuman atau cara lain yang mudah diakses;
• menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa lain yang mudah dipahami
penduduk setempat; dan
• memudahkan masyarakat yang memiliki kemampuan berbeda untuk memperoleh informasi
(disable).
BUKU PEGANGAN
122 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
wabah, kejadian luar biasa, kejadian antariksa
III.3. INFORMASI PUBLIK atau benda-benda angkasa;
Apa yang harus dipersiapkan badan publik agar dapat memberikan informasi serta-merta?
1. Sistem tanggap darurat informasi
2. Standar pengumuman informasi, yang setidaknya mencakup:
a. potensi bahaya dan/atau besaran dampak yang dapat ditimbulkan;
b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat umum maupun pegawai Badan
Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik tersebut;
c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi;
d. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi;
e. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan;
f. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 123
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
g. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau pihak-pihak yang berwenang
dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.
BUKU PEGANGAN
124 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
unit pelaksana teknis serta laporan menangani layanan Informasi Publik beserta
keuangannya; dan kualifikasinya, anggaran layanan Informasi
4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh Publik serta laporan penggunaannya;
Badan Publik.
l. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
e. surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga yang ditemukan dalam pengawasan internal
berikut dokumen pendukungnya; serta laporan penindakannya;
f. surat menyurat pimpinan atau pejabat Badan m. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
Publik dalam rangka pelaksanaan tugas pokok yang dilaporkan oleh masyarakat serta laporan
dan fungsinya; penindakannya;
g. syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan n. daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;
dan/atau dikeluarkan berikut dokumen
pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang o. Informasi Publik lain yang telah dinyatakan
diberikan; terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian
h. data perbendaharaan atau inventaris; sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 UU KIP;
i. rencana strategis dan rencana kerja Badan
Publik; p. informasi tentang standar pengumuman
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
j. agenda kerja pimpinan satuan kerja; 13 PERKI No. 1 bagi penerima izin dan/atau
penerima perjanjian kerja;
k. informasi mengenai kegiatan pelayanan
Informasi Publik yang dilaksanakan, sarana dan q. informasi dan kebijakan yang disampaikan
prasarana layanan Informasi Publik yang dimiliki pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka
beserta kondisinya, sumber daya manusia yang untuk umum.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 125
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
126 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dapat membahayakan pertahanan dan d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
keamanan negara, yaitu: diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi, dapat mengungkapkan kekayaan alam
taktik dan teknik yang berkaitan dengan Indonesia;
penyelenggaraan sistem pertahanan
dan keamanan negara, meliputi tahap e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran diberikan kepada Pemohon Informasi
atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman Publik,dapat merugikan ketahanan ekonomi
dari dalam dan luar negeri; nasional:
2. dokumen yang memuat tentang strategi, 1. rencana awal pembelian dan penjualan
intelijen, operasi, teknik dan taktik yang mata uang nasional atau asing, saham dan
berkaitan dengan penyelenggaraan sistem aset vital milik negara;
pertahanan dan keamanan negara yang 2. rencana awal perubahan nilai tukar,
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan suku bunga, dan model operasi institusi
dan pengakhiran atau evaluasi; keuangan;
3. jumlah, komposisi, disposisi, atau 3. rencana awal perubahan suku bunga bank,
dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam pinjaman pemerintah, perubahan pajak,tarif,
penyelenggaraan sistem pertahanan atau pendapatan negara/daerah lainnya;
dan keamanan negara serta rencana 4. rencana awal penjualan atau pembelian
pengembangannya; tanah atau properti;
4. gambar dan data tentang situasi dan 5. rencana awal investasi asing;
keadaan pangkalan dan/atau instalasi 6. proses dan hasil pengawasan perbankan,
militer; asuransi, atau lembaga keuangan lainnya;
5. data perkiraan kemampuan militer dan dan/atau
pertahanan negara lain terbatas pada 7. hal-hal yang berkaitan dengan proses
segala tindakan dan/atau indikasi negara pencetakan uang.
tersebut yang dapat membahayakan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
Indonesia dan/atau data terkait kerjasama diberikan kepada Pemohon Informasi Publik,
militer dengan negara lain yang disepakati dapat merugikan kepentingan hubungan luar
dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia negeri :
atau sangat rahasia; 1. posisi, daya tawar dan strategi yang
6. sistem persandian negara; dan/atau akan dan telah diambil oleh negara
7. sistem intelijen negara. dalam hubungannya dengan negosiasi
internasional;
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 127
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang terkait
dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral:
– Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen tersebut;
– pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU tersebut
dapat tercapai atau sebaliknya.
3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan dengan
membuka/menutup informasi.
4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebagaimana poin sebelumnya.
5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi) Lihat Pasal 3 – 11 PP
61/2010.
BUKU PEGANGAN
128 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TEKNIK PENGECUALIAN INFORMASI
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 129
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
Pengecualian informasi tidak permanen. Suatu akibat dibukanya suatu informasi sudah tidak ada,
informasi yang termasuk dalam kategori informasi informasi tersebut harus dapat dibuka. Oleh karena
yang dikecualikan (rahasia) pada satu waktu itulah, UU KIP mengatur secara tegas bahwa
tertentu, di waktu lain harus dapat dibuka. Hal ini informasi yang dikecualikan tidak bersifat permanen.
merupakan konsekuensi asas yang dianut oleh Mandat UU KIP ini ditindaklanjuti oleh PP No. 61
UU KIP, bahwa pengecualian informasi harus Tahun 2010 yang mengatur tentang masa retensi
didasarkan pada uji konsekuensi (bahaya) dan uji atas informasi yang dikecualikan, sebagaimana
kepentingan publik. Artinya, apabila unsur bahaya terlibat pada tabel berikut:
Informasi yang apabila dibuka dapat menghambat Maksimal 30 tahun atau telah dibuka dalam sidang
proses penegakan hukum. pengadilan yang terbuka untuk umum untuk
Informasi yang apabila dibuka mengganggu Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perlindungan HAKI dan persaingan usaha tidak undangan.
sehat.
Informasi yang apabila dibuka membahayakan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
pertahanan dan keamanan negara.
Informasi yang apabila dibuka dapat Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
mengungkapkan kekayaan alam milik negara.
Informasi yang apabila dibuka dapat merugikan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
ketahanan ekonomi nasional.
Informasi yang apabila dapat merugikan Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
kepentingan hubungan luar negeri.
Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkap Selama jangka waktu yang dibutuhkanatau
rahasia pribadi seseorang. dapat dibuka apabila pihak yang rahasianya
diungkap memberikan persetujuan tertulis atau
pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang
dalam jabatan publik.
Memorandum atau surat antar atau intra Badan Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Publik yang berkaitan dengan informasi yang
dikecualikan.
BUKU PEGANGAN
130 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
SESI III
KATEGORISASI INFORMASI
Henri Subagiyo
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 131
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK
Berkala Serta merta Tersedia setiap Rahasia Berdasar
saat Permohonan
• Diumumkan • Diumumkan • Diberikan • Bersifat ketat, • Informasi yang
dan disediakan tanpa penundaan berdasarkan terbatas, dan tidak belum dikategorikan
sekurang- (menyangkut permintaan; permanen; dalam kategori
kurangnya 1 tahun hajat hidup dan • Informasi bersifat • Berdasar uji berkala, serta
sekali; keselamatan); lengkap; konsekuensi dan merta, tersedia
• Dapat diminta untuk • Sanksi pidana • Disampaikan kepentingan publik setiap saat, dan
diperoleh/ diminta Pasal 52 UU KIP melalui media yang • Penghitaman/ rahasia;
untuk diumumkan atau kemungkinan memungkinkan; pengaburan • Dapat diminta
sesuai dengan Per- gugatan perdata • Dapat • Dapat • Dapat
UU-an; secara langsung; disengketakan disengketakan disengketakan
• Disampaikan • Disampaikan apabila tidak • Rincian pada • Yang tidak
melalui media melalui media yang diberikan; Pasal 14-18 PERKI dinyatakan
website dan papan memungkinkan; • Rincian ada pada 1/2010 dan Pasal secara tegas
pengumuman; • Rincian ada pada Pasal 13 PERKI 17 – 20 UU KIP dalam kategori
• Rincian ada pada Pasal 12 PERKI 1/2010 sebelumnya
Pasal 11 PERKI 1/2010
1/2010
Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala
(Ps. 9 UU KIP)
• Disediakan/diumumkan secara rutin, teratur, dan dlm jangka waktu tertentu
(setidak-tidaknya setiap 6 bulan sekali)
• Penyebarluasan informasi disampaikan dengan cara yg mudah dijangkau &
bahasa yang mudah dipahami. Memperhatikan kelompok difable.
• Mencakup:
- informasi berkaitan dengan Badan Publik;
- informasi kegiatan dan kinerja Badan Publik;
- informasi ttg laporan keuangan;
- informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 11 PERKI 1/2010
BUKU PEGANGAN
132 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta
(Ps. 10 UU KIP)
1. Wajib diumumkan tanpa penundaan
2. Menyangkut ancaman terhadap hajat hidup orang banyak
dan ketertiban umum
3. Informasi aktif
4. Misal: Informasi tentang keadaan darurat, bencana,
keselamatan kerja, dst.
5. Diatur lebih lanjut dalam Ps. 12 PERKI 1/2010
Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat
(Ps. 11-16 UU KIP)
• Informasi pasif (dengan permintaan)
• Rutin disediakan badan publik
• Mecakup :
- Daftar informasi dalam penguasaan badan publik;
- Keputusan badan publik dan pertimbangannya;
- Kebijakan badan publik dan dokumen pendukungnya;
- Rencana proyek dan anggaran tahunannya;
- Perjanjian badan publik dengan pihak lain
- Informasi dalam pertemuan yg bersifat terbuka;
- Prosedur kerja yang berkaitan dg layanan publik;
- Laporan layanan akses informasi
- Informasi lain yang dinyatakan terbuka berdasar Putusan Sengketa
Informasi
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 13 PERKI 1/2010
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 133
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yg dikecualikan
(Ps. 17-20 UU KIP)
• Bersifat ketat, terbatas dan tidak mutlak: (Ps. 2 Ayat 2 UU KIP)
• metode valid, obyektif berdasar kepentingan publik
• Ada batasan yang dikecualikan (obyek informasi & jangka waktu)
• Dapat dibuka untuk kepentingan yang lebih besar
• Metode uji: (Ps. 2 Ayat 4 UU KIP)
• Uji konsekuensi bahaya (Consequential harm test )
• Uji kepentingan publik (Balancing public interest test)
• Mencakup informasi yang apabila dibuka dapat merugikan: (Ps. 17 UU KIP)
• Penegakan hukum
• HAKI & persaingan usaha sehat
• Pertahanan & keamanan
• Kekayaan alam
• Ketahanan ekonomi nasional
• Kepentingan hubungan luar negeri
• Informasi pribadi, wasiat
• Memo atau surat intra dan antar badan publik yg menurut sifat dikecualikan
• Tidak boleh diungkap berdasar UU
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 14-18 PERKI 1/2010 (uji koneskuensi dan kepentingan publik; tata cara penghitaman/
pengaburan; tata cara pengecualian)
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 3-11 PP 61/2010 (pengklasifikasian informasi rahasia, masa retensi)
DAFTAR INFORMASI PUBLIK
PENGERTIAN TUJUAN
BUKU PEGANGAN
134 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta
(Ps. 10 UU KIP)
NO RINGKASAN ISI INFORMASI PEJABAT/UNIT/ PENANGGUNG WAKTU & BENTUK MASA RETENSI
SATKER YANG JAWAB TEMPAT INFORMASI ARSIP
MENGUSASI PEMBUATAN PEMBUATAN (SOFT & HARD
INFORMASI ATAU INFORMASI COPY)
PENERBITAN
INFORMASI
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA
1
2
3
4
5
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SERTA MERTA
1
2
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 135
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DISKUSI KELOMPOK
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok
( 1 Kelompok 5 Orang).
PENGECUALIAN
INFORMASI PUBLIK
BUKU PEGANGAN
136 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang dikecualikan
Bagaimana menentukan informasi
yang dikecualikan?
1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang
terkait dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral:
• Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen
tersebut;
• Pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU
tersebut dapat tercapai atau sebaliknya.
3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan
dengan membuka/menutup informasi.
4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebaimana poin sebelumnya.
5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi) Lihat Ps. 3 – 11 PP
61/2010.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 137
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Simulasi
• Sebutkan 3 informasi/dokumen yang menurut anda
adalah rahasia dan jelaskan alasannya.
BUKU PEGANGAN
138 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TERIMA KASIH
Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 139
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
4
Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 141
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV IV.1. LAYANAN
INFORMASI SEBAGAI
BAGIAN DARI
Standar dan PENGELOLAAN
INFORMASI PUBLIK
Mekanisme
Salah satu aspek penting dalam keterbukaan
BUKU PEGANGAN
142 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi. Sedangkan SOP pengelolaan informasi pengelolaan informasi publik adalah efektifitas arus
publik berkaitan dengan cara/prosedur Badan Publik informasi di dalam Badan Publik (pola hubungan
dalam mengelola informasi di dalam Badan publik itu yang efektif antara unit penyedia informasi di dalam
sendiri, untuk mendukung pelayanan informasi. Oleh Badan Publik) serta kualitas informasi dihasilkan
karena itu, titik berat dalam mengembangkan SOP atau disediakan.
PPID Utama
Petugas Meja
Informasi Pemohon
Pusat Data
Keterangan:
• Masing-masing unit kerja melakukan pengelolaan informasi yang terpusat pada Pusat Data Unit Kerja (Dinas/UPT)
• Pusat Data Unit Kerja menyampaikan secara proaktif kepada Pusat Data yang berada di bawah pengelolaan
PPID Utama.
• Petugas Pusat Data di bawah PPID utama juga dapat secara proaktif mengumpulkan informasi dari Pusat Data di
masing-masing unit kerja.
• Pengelola Pusat Data dapat merangkap sebagai petugas informasi.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 143
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
Bagan di atas menunjukkan tahapan pengelolaan yang dipilih oleh Badan Publik (dalam hal ini
informasi yang meliputi kegiatan: (1) Pengumpulan Pemda) yang bersangkutan (Lihat Bagian
informasi; (2) Pengkategorian informasi; (3) Struktur Pejabat Pengelola Informasi dan
Pendokumentasian informasi; (4) Pelayanan Dokumentasi pada Bab II). Apabila PPID Utama
informasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing tidak mendelegasikan pada unit kerja, maka
tahapan tersebut. kewenangan pengkategorian berada pada PPID
Utama (Pola 1). Namun, apabila PPID Utama
1. Pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi mendelegasikan kewenangan tersebut kepada
dilakukan oleh masing-masing unit kerja. masing-masing unit kerja (PPID Pembantu/
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pelaksana), maka kewenangan pengkategorian
pengumpulan informasi, antara lain: ada pada PPID Pembantu yang berada di
a. Informasi yang dikumpulkan adalah masing-masing unit kerja (Pola 2).
informasi yang telah, sedang dan akan
dikerjakan oleh masing-masing unit kerja, 3. Pendokumentasian informasi.
yang relevan dengan tugas pokok dan Pendokumentasian informasi meliputi kegiatan:
fungsinya a. Penyusunan daftar informasi publik. Daftar
b. Informasi yang dikumpulkan dapat informasi publik berisi antara lain:
bersumber dari pejabat di unit yang i. Nomor
bersangkutan, arsip, maupun sumber lain ii. Perihal/ringkasan isi informasi
yang terpercaya (reliable) iii. Pejabat/Unit kerja yang menguasai
iv. Penanggung jawab pembuatan
2. Pengkategorian informasi. Pengkategorian informasi
informasi adalah memilah dan mengelompokan v. Waktu dan tempat pembuatan informasi
informasi yang dapat dibuka dan informasi tidak vi. Format informasi yang tersedia
dapat dibuka karena sifatnya yang rahasia vii. Kategori informasi (diumumkan berkala,
(informasi yang dikecualikan). Informasi yang tersedia setiap saat, serta-merta)
dapat dibuka dikategorikan ke dalam kelompok viii. Masa retensi, klasifikasi kerahasiaan
informasi yang wajib diumumkan secara berkala, (jika ada), dan pejabat yang memiliki
informasi yang wajib tersedia sedtiap saat, kewenangan akses terhadap informasi
dan informasi yang wajib diumumkan secara yang dikecualikan
serta-merta. Sedangkan untuk informasi yang b. Verifikasi informasi. Informasi yang telah
dikecualikan, pengaktegorian dilakukan setelah dikumpulkan dan diringkas, diverifikasi
melalui uji konsekuensi bahaya. keberadaannya dan diklasifikasi sesuai
dengan jenis kegiatannya
Kewenangan untuk mengkategorikan informasi c. Otentifikasi informasi.Untuk menjamin
tergantung pada pola pembagian kewenangan keaslian informasi (dokumen), otentifikasi
BUKU PEGANGAN
144 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dilakukan dengan membuat surat terhubung dengan LAN. Apabila
pernyataan kebenaran informasi yang memungkinkan, setiap unit pengelola
ditandatangani oleh pejabat kepala unit informasi direkomendasikan untuk memiliki
kerja. perangkat komputer. Apabila tidak, maka
d. Pemberian kode informasi. Tiap unit kerja komputer dapat ditempatkan di unit
membuat sistem pengkodean informasi pengelola informasi terpusat di institusi yang
(code of information system) untuk bersangkutan
memudahkan pencarian informasi yang • Lemari/ruang penyimpanan dokumen
dibutuhkan. PPID utama dapat membuat yang tidak berbentuk soft copy. Dokumen-
sistem pengkodean yang seragam bagi dokumen tersebut hendaknya diberi kode
tiap-tiap unit kerja untuk memudahkan penomoran dan disusun sedemikian rupa
pengelolaan data di Pusat Data Kabupaten/ agar mudah ditemukan oleh petugas
Kota. informasi
e. Penataan dan penyimpanan informasi. 3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Penataan dan penyimpanan hendaknya SDM yang memiliki kemampuan pengelolaan
dilakukan secara sistematis terhadap informasi merupakan komponen kunci dalam
dokumen soft copy maupun hard copy. pelayanan informasi. Untuk itu, ada beberapa
Apabila memungkinkan, setiap unit kerja kompetensi dasar yang sebaiknya dimiliki oleh
memiliki satu komputer yang difungsikan SDM pengelola informasi (PPID), antara lain:
sebagai pusat penyimpanan informasi. • Pengetahuan dan pemahaman yang
f. Pemutakhiran (up-date) informasi. Petugas baik tentang nilai-nilai dasar UU KIP dan
PPID (Utama dan Pembantu) melalui peraturan perundang-undangan yang terkait
petugas yang ditetapkan diharapkan selalu • Kompetensi manajerial, utamanya untuk
melakukan pemutakhiran informasi secara mengkoordinasikan pengelolaan dan
regular. pelayanan informasi
• Kompetensi fungsional, utamanya untuk
Agar tahapan kegiatan pengelolaan informasi di atas pengelolaan dan informasi secara teknis
dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan seperti mengklasifikasikan informasi,
beberapa komponen pendukung, antara lain: mengelola database, pemahaman IT, dll.
1. Sistem pengelolaan informasi dan dokumen
terintegrasi antar unit. Layanan informasi terkait erat juga dengan
2. Sarana pra-sarana, antara lain: kategorisasi informasi. Dari sudut pandang layanan
• Daftar informasi publik yang dikelola informasi, pada dasarnya kategori informasi dapat
• Panduan pengklasifikasian informasi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Informasi Proaktif;
• Seperangkat komputer yang dilengkapi dan 2) Informasi Pasif. Informasi proaktif adalah
dengan sistem-sistem jaringan yang informasi yang secara proaktif – tanpa harus diminta
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 145
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
BUKU PEGANGAN
146 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKI 1/2010 juga mengatur bahwa badan publik
dimungkinkan untuk menggunakan bahasa lokal IV.3. LAYANAN
setempat dalam penyebarluasan informasi untuk
INFORMASI MELALUI
memudahkan masyarakat dalam memahami
informasi yang disebarluaskan.
PERMOHONAN
INFORMASI
PERKI 1/2010 tidak mengatur secara teknis untuk
penyebarluasan informasi yang wajib diumumkan
serta merta. PERKI hanya mengatur bahwa Layanan informasi berdasarkan permohonan
informasi yang wajib diumukan secara serta informasi dilakukan oleh petugas meja informasi.
merta tidak boleh ditunda dan harus diumumkan Beberapa perangkat yang minimal harus disediakan
dengan menggunakan media yang tepat dan dalam pelayanan informasi ini antara lain:
mudah dipahami. Hal ini dapat dimengerti karena
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta 1. Meja informasi. Meja informasi sebaiknya
umumnya menyangkut dengan early warning atau ditempatkan di dalam ruangan yang mudah
kondisi darurat sehingga sangat tergantung dengan diakses oleh publik, terbuka dan memberi kesan
perkembangan teknologi informasi maupun kondisi nyaman bagi orang untuk datang meminta
masyarakat setempat, misalnya untuk daerah informasi.
tertentu penggunaan kentongan atau sirine ataupun 2. Daftar informasi. Daftar informasi harus mudah
pengeras suara di masjid misalnya dianggap lebih dipahami oleh publik, termasuk istilah-istilah di
efektif dalam menyebarluaskan informasi darurat. dalamnya.
Dengan demikian PPID memiliki keleluasaan untuk 3. Formulir-formulir layanan:
memilih media yang efektif dalam penyebarluasan a. Formulir permohonan & tanda terima. Lihat
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta. Lampiran III PERKI 1/2010
b. Register permohonan. Lihat Lampiran IV
PERKI 1/2010
c. Surat pemberitahuan. Lihat Lampiran V
PERKI 1/2010
d. Surat penolakan (informasi rahasia). Lihat
Lampiran VI PERKI 1/2010
e. Surat perpanjangan layanan (jika
diperpanjang). Format dapat dibuat sendiri
yang menjelaskan tentang berapa lama
perpanjangan pelayanan dan alasannya.
4. Maklumat Pelayanan Informasi. Maklumat
pelayanan berisi tentang seluruh informasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 147
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
Keterangan :
Setelah Petugas PPID menerima permohonan informasi dari pemohon, maka:
1. Petugas PPID wajib mencatat dalam register permohonan informasi, sekurang-kurangnya:
a. Nama dan alamat Pemohon
b. Subyek atau materi informasi yang diminta Pemohon
c. Format dan cara penyampaian informasi yang diminta Pemohon
2. Petugas PPID wajib mencatat permohonan dalam formulir permohonan dan register jika Pemohon tidak mengajukan
permohonan secara tertulis.
BUKU PEGANGAN
148 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Petugas PPID wajib memberikan tanda bukti termasuk nomor pendaftaran (tanda bukti dapat berupa copy dari formulir
permohonan informasi)
a. Jika permohonan langsung atau melalui surat elektronik, maka tanda bukti diberikan pada saat menerima
permohonan informasi
b. Jika permohonan disampaikan melalui surat, maka tanda bukti dapat diberikan bersamaan dengan pengiriman
informasi
4. Paling lambat 10 hari kerja, Petugas PPID menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Pemohon, berisi:
a. Informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya atau tidak
b. Badan Publik yang menguasai informasi tersebut jika informasi tidak di bawah penguasaannya sedangkan PPID
tahu di mana informasi tersebut berada
c. Alasan peneriman atau penolakan berdasarkan pasal 17 UU KIP
d. Format dan alat penyampai informasi yang akan diberikan
e. Biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi
f. Penjelasan atas penghitaman atau pengaburan informasi apabila ada
g. Penjelasan apabila informasi tidak dapat diberikan karena belum dikuasai atau belum didokumentasikan
5. Jika dalam 10 PPID belum dapat memenuhi permohonan informasi, PPID dapat memperpanjang hingga 7 hari kerja,
dengan catatan PPID harus menyampaikan perpanjangan waktu kepada pemohon.
6. PPID wajib memberitahukan alasan perpanjangan secara tertulis kepada Pemohon. PPID dapat saja memberitahukan
perpanjangan waktu secara lisan terlebih dahulu yang kemudian surat perpanjangan waktu tersebut disampaikan
bersamaan dengan pemberian informasi atau surat penolakan jika akhirnya permohonan tersebut ditolak dengan
alasan termasuk informasi yang dikecualikan.
2. Badan publik harus menetapkan standar biaya perolehan informasi berdasarkan pertimbangan
standar biaya yang berlaku umum di wilayah setempat.
3. Badan publik harus mengumumkan besaran biaya dan tata cara pembayaran perolehan
informasi.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 149
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
BUKU PEGANGAN
150 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh Formulir Permohonan Informasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 151
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
C. TATA CARA PELAYANAN ATAS • Jika Informasi Publik yang dimohon adalah
PERMOHONAN INFORMASI Informasi Publik yang dikecualikan, PPID
dapat menolak permohonan dan wajib
Berikut ini beberapa kegiatan yang perlu dilakukan menginformasikan bahwa Pemohon dapat
oleh PPID dalam memberikan layanan atas mengajukan keberatan dan tata cara
permohonan informasi: keberatan atas penolakan permohonan
1. memastikan pemohon Informasi Publik mengisi tersebut, serta tata cara mengajukan
formulir permohonan; keberatan.
2. melakukan registrasi permohonan Informasi
Publik dalam buku register permohonan;
3. memberikan tanda bukti terima berupa nomor
pendaftaran kepada pemohon:
• jika permohonan diajukan langsung atau
melalui email, PPID memberikan nomor
pendaftaran sebagai tanda bukti kepada
pemohon pada saat permohonan diterima,
• jika diajukan melalui surat atau faksimili
atau cara lain yang tidak memungkinkan
bagi Badan Publik untuk memberikan nomor
pendaftaran secara langsung, PPID wajib
memastikan nomor pendaftaran dikirimkan
kepada Pemohon Informasi Publik
bersamaan dengan pengiriman Informasi
Publik;
4. menyimpan salinan formulir permohonan yang
telah terdaftar sebagai tanda bukti permohonan
Informasi Publik;
5. memberikan pemberitahuan tertulis selambat-
lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan kepada Pemohon.
• Jika Informasi Publik yang dimohon
diberikan baik sebagian atau seluruhnya
pada saat permohonan dilakukan, PPID
wajib memberikan pemberitahuan tertulis
pada saat yang bersamaan dengan
pemberian Informasi Publik;
BUKU PEGANGAN
152 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir penolakan permohonan informasi
Nama : ………………………………………………………………………..........................
Alamat : ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
Pekerjaan : ………………………………………………………………………..........................
Nomor Telp/Email : ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
Rincian Informasi yang : ………………………………………………………………………..........................
dibutuhkan ………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
………………………………………………………………………..........................
……………………………….............................… (tambahkan kertas bila perlu)
Pengecualian Informasi
didasarkan pada alasan
:
] Pasal 17 huruf ……… Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).**
] Pasal …………… Undang-Undang ………….………...…….***
Bahwa berdasarkan Pasal-Pasal di atas, membuka Informasi tersebut dapat menimbulkan konsekuensi sebagai
berikut:
…………………………………………………………………………………………………………………........................
…………………………………………………………………………………………………………………........................
…………………………………………………………………………………………………………………........................
Jika Pemohon Informasi keberatan atas penolakan ini, maka Pemohon Informasi dapat mengajukan keberatan
kepada atasan PPID selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima Surat Keputusan ini.
(……………………………………………..)
Keterangan:
* Diisi oleh Petugas Meja Informasi berdasarkan nomor registrasi permohonan Informasi.
** Diisi oleh PPID sesuai dengan pengecualian pada Pasal 17 huruf a – i UU KIP.
*** Sesuai dengan Pasal 17 huruf j UU KIP, diisi oleh PPID sesuai dengan pasal pengecualian dalam undang-undang lain yang mengecualikan
informasi yang dimohon tersebut (sebutkan pasal dan undang-undangnya).
**** Diisi oleh Petugas Meja Informasi dengan memperhatikan batas jangka waktu pemberitahuan tertulis sebagaimana diatur dalam UU KIP dan
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 153
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
Selain kegiatan pelayanan diatas, PPID juga perlu resmi, media cetak, radio komunitas, koran
memperhatikan hal-hal berikut ini: lokal, dll.
• Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
• Informasi yang wajib diumumkan. Pastikan pengumuman adalah Bahasa Indonesia
bahwa informasi tersebut masuk dalam yang baik dan benar, mudah dipahami oleh
kategori “informasi yang wajib disediakan dan masyarakat umum. Bagi daerah-daerah yang
diumumkan secara berkala” dan “informasi yang penggunaan bahasa setempatnya dominan,
wajib diumumkan serta-merta” sesuai dengan perlu dipertimbangkan juga untuk menggunakan
PERKI No. 1 Tahun 2010 (lihat lampiran) bahasa setempat tersebut.
• Media yang digunakan. Pada prinsipnya media • Sarana dan prasarana. Badan publik perlu
jenis apapun dapat digunakan oleh PPID. menyediakan meja pelayanan dan sistem
Namun PPID perlu memilih berbagai jenis dokumentasi yang efektif.
media yang dapat menjangkau masyarakat • Pengakses dengan keterbatasan. PPID perlu
secara efektif. Media yang digunakan sekurang- mengusahakan agar informasi sedapat mungkin
kurangnya adalah papan pengumuman. Apabila dapat diakses oleh orang-orang yang memiliki
mampu, sebaiknya menggunakan situs web keterbatasan (difable).
Pasal 21 UU KIP
Mekanisme untuk memperoleh Informasi Publik didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan
biaya ringan.
UU KIP menjamin bahwa setiap orang dapat memperoleh informasi publik dengan cara:
1. Melihat dan mengetahui informasi publik
2. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum
3. Mendapatkan salinan informasi publik
BUKU PEGANGAN
154 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TIPS MENGAJUKAN PERMOHONAN INFORMASI
Pastikan Anda mengisi dengan benar formulir permohonan informasi yang disediakan oleh
badan publik;
Apabila permohonan tidak menggunakan formulir permohonan informasi, tetapi dengan
surat, pastikan surat memuat hal-hal yang harus ada dalam formulir permohonan informasi
sebagaimana diatur dalam PERKI No. 1/2010 (tersebut di atas);
Pastikan menulis dengan benar, jelas, dan rinci informasi yang Anda minta, sehingga
memudahkan PPID untuk mencari dan menyediakannya;
Pastikan surat Anda ditujukan kepada PPID;
Pastikan Anda menerima tanda bukti penerimaan dari PPID;
Jika surat permohonan dikirimkan melalui pos, pastikan memiliki surat tanda bukti tercatat yang
menerangkan bahwa surat Anda telah diterima oleh PPID (Badan Publik);
Pastikan Anda mencatat tanggal diterimanya surat permohonan oleh PPID (Badan Publik)
untuk memudahkan menghitung jangka waktu 10 hari kerja bagi badan publik dalam
menanggapi permohonan kita;
Jika PPID memberikan tanggapan atas permohonan informasi Anda, maka ada dua
kemungkinan bentuk tanggapan:
1. Surat pemberitahuan yang berisi menerima permohonan anda (baik seluruhnya atau
sebagian);
2. Surat Keputusan PPID tentang penolakan permohonan apabila informasi yang anda
mohon dianggap sebagai informasi yang dikecualikan;
Jika PPID (Badan Publik) memberikan pemberitahuan tertulis untuk memperpanjang waktu
penyediaan dan pemberian informasi, maka 7 hari kerja terhitung sejak diberikannya surat
pemberitahuan tersebut, PPID harus menyediakan dan memberikan informasi yang Anda
minta;
Jika informasi tidak juga diberikan dalam masa tersebut, Anda dapat mengajukan keberatan
kepada atasan PPID.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 155
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
BAHAN PRESENTASI
SESI IV
STANDAR DAN MEKANISME
PELAYANAN INFORMASI
Henri Subagiyo
BUKU PEGANGAN
156 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEKANISME
LAYANAN INFORMASI
SIFAT LAYANAN INFORMASI
Informasi yang
Diumumkan dan
Disediakan Berkala
Proaktif
(Diumumkan)
Informasi Yang
Diumumkan Serta
Merta
Informasi Yang
Pasif Tersedia Setiap
Layanan Informasi Saat
(Berdasar
Permintaan)
Informasi Lainnya
Berdasar
Permohonan
Informasi Rahasia/
Penolakan
Dikecualikan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 157
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
DISKUSI KELOMPOK
BUKU PEGANGAN
158 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TATA CARA PELAYANAN PERMOHONAN INFORMASI
Maks. 10 hari kerja
+
perpanjangan 7 hari kerja
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 159
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
STANDAR MINIMAL SARANA PRASARANA PELAYANAN
• PELAYANAN BERBASIS PENGUMUMAN:
- Informasi yang diumumkan (berkala dan informasi tertentu yang menurut PPID
perlu diumumkan)
- Media pengumuaman: website, papan pengumuman, media lainnya (leaflet, dst)
• PELAYANAN BERBASIS PERMOHONAN:
- Daftar Informasi Publik
- Formulir permohonan & tanda terima
Format ada pada
- Buku register
Lampiran PERKI
- Surat pemberitahuan
1/2010
- Surat penolakan (informasi rahasia)
- Surat perpanjangan layanan (jika diperpanjang)
• MAKLUMAT PELAYANAN INFORMASI
• MEJA INFORMASI DAN PETUGAS
BUKU PEGANGAN
160 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEJA INFORMASI
• Tempat pelayanan Informasi Publik
dan keberatan
SIMULASI KELOMPOK
• Bagikan undian peran kepada peserta
• Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut:
- Pemohon Informasi
- Petugas Meja Informasi
- PPID
- Unit/Satker (identifikasi bersama dengan peserta berdasar skenario), misalnya:
• Dinas Pendidikan
• Dinas Kesehatan
• Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari:
- Narasi permasalahan (studi kasus)
- Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh diketahui oleh
peserta lainnya)
• Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar
• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 161
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme
Pelayanan Informasi
REFLEKSI
TERIMA KASIH
Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com
BUKU PEGANGAN
162 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
5
Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 163
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V V.1. MAKNA
PENYELESAIAN
SENGKETA
Penyelesaian INFORMASI
BUKU PEGANGAN
164 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
memiliki cara pandang yang positif tersebut, diakibatkan oleh tidak diumumkannya informasi
maka perlu adanya kesadaran yang memadai berkala, masyarakat tidak perlu mengajukan
yang terwujud dalam penyediaan sistem layanan permohonan informasi terlebih dahulu, sehingga
informasi yang memungkinkan sengketa tersebut mereka dapat langsung mengajukan penyelesaian
dikelola dengan baik. sengketa.Sedangkan untuk informasi yang wajib
diumumkan secara serta merta, tidak diatur dalam
alasan di atas, sehingga memungkinkan masyarakat
langsung menempuh jalur keperdataan maupun
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 165
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Provinsi, maka sengketa diajukan ke Komisi 5. Badan publik member informasi tetapi hanya
Informasi Pusat) sebagian dari yang diminta.
3) Apabila tidak puas dengan Putusan Komisi 6. Badan publik mengenakan biaya yang tidak
Informasi, maka para pihak dapat mengajukan wajar.
gugatan banding ke Pengadilan. 7. Badan publik menyampaikan informasi melebihi
waktu yang ditentukan Undang-undang.
a. TAHAP PENYELESAIAN
SENGKETA INTERNAL
BADAN PUBLIK
BUKU PEGANGAN
166 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Permohonan lengkap
(formulir/surat
dinyatakan lengkap)
Unit Pelayanan
Pemohon Keberatan Informasi
Permohonan tidak
lengkap (surat/
formulir)
Mengajukan
permintaan Pemohon Tidak
penyelesaian sengketa Puas
kepada Komisi
Informasi selambat-
lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja sejak
diterimanya keputusan
atasan PPID.
BUKU PEGANGAN
168 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Maksimal 25 hari kerja
PPID:
PPID:
• Dalam hal keberatan dikabulkan seluruh atau sebagian oleh Atasan PPID,
PPID segera menjalankan perintah Atasan sebagaimana dalam surat
tanggapan sesuai dengan ketentuan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis.
• Mengirimkan surat tanggapan dan/atau sesegera mungkin memberitahukan
terlebih dahulu hasil tanggapan Atasan PPID
• Dalam hal permohonan keberatan diajukan melalui surat, tanda terima
dikirimkan bersama dengan surat tanggapan.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 169
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
1. Pengajuan keberatan dilakukan dengan cara mengisi formulir keberatan yang disediakan oleh Badan
Publik;
2. Dalam hal pengajuan keberatan disampaikan secara tidak tertulis, PPID wajib membantu Pemohon
Informasi Publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa untuk mengisikan formulir
keberatan dan kemudian memberikan nomor registrasi pengajuan keberatan; dan
3. Keberatan diajukan kepada atasan PPID melalui PPID.
BUKU PEGANGAN
170 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir keberatan
KASUS POSISI:
Pada tanggal 15 November 2011 saya mengajukan permohonan informasi kepada Komisi
Informasi Provinsi Jawa TImur (KIP) dengan mengisi formulir permohonan. Namun demikian, 10
hari kerja sejak permohonan saya sampaikan, yaitu tepatnya 25 November 2011, KIP Jatim belum
menanggapi permohonan tersebut.
ttd ttd
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 171
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Komisi Informasi Pusat telah mengeluarkan Peraturan Komisi Informasi No. 2 tahun 2010 tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai pedoman untuk menyelesaikan sengketa informasi publik
di Komisi Informasi Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Penyelesaian sengketa informasi publik melalui
Komisi Informasi dapat ditempuh apabila:
1. Pemohon Informasi tidak puas dengan tanggapan Atasan PPID (dalam proses penyelesaian sengketa
internal Badan Publik)
2. Pemohon Informasi tidak mendapat tanggapan atas keberatan yang diajukan kepada Atasan PPID dalam
waktu 30 hari sejak keberatan diterima oleh atasan PPID
Dengan demikian, proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi merupakan proses banding terhadap
putusan PPID Badan Publik.
Proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik dilakukan berdasarkan asas cepat, biaya ringan,
dan sederhana (Pasal 2 PerKI No. 2 Tahun 2010)
Penyelesaian sengketa informasi publik melalui Komisi Informasi dapat dilakukan melalui dua prosedur,
mediasi dan ajudikasi.
BUKU PEGANGAN
172 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kapan prosedur mediasi ditempuh?
Penyelesaian sengketa melalui mediasi di Komisi Informasi dapat ditempuh apabila memenuhi
salah satu atau beberapa alasan berikut:
1. Badan Publik tidak mengumumkan informasi berkala;
2. Badan Publik tidak menanggapi permohonan informasi;
3. Badan Publik menanggapi permohonan informasi tetapi tidak sebagaimana yang dimohon;
4. Badan Publik tidak memenuhi permohonan informasi;
5. Badan Publik mengenakan biaya tidak wajar; dan/atau
6. Badan Publik menyampaikan informasi melebihi jangka waktu yang diharuskan.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 173
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
174
Bagan
Alur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Di Komisi Informasi
BUKU PEGANGAN
REGISTRASI PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PEMERIKSAAN PERKARA
Informasi Publik
Pemberitahuan untuk
melengkapi Putusan mediasi
BELUM KI
7 hari • Kewenangan KI
www.kinerja.or.id
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI KOMISI INFORMASI
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang memiliki dua fungsi utama:
1. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (dalam menjalankan UU KIP), yaitu:
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 175
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota menjalankan fungsi 1 a dan 2. Dalam menjalankan
fungsi 1a Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak boleh membuat Petunjuk Pelaksana
atau Petunjuk Teknis yang bertentangan dengan yang dibuat oleh Komisi Informasi Pusat.
Penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan merupakan kelanjutan proses dari penyelesaian
sengketa di Komisi Informasi. Apabila salah satu pihak tidak menerima putusan Komisi Informasi, maka ia
dapat mengajukan banding ke pengadilan. Syaratnya, pihak tersebut harus menyatakan secara tertulis bahwa
ia tidak menerima putusan Komisi Informasi paling lambat 14 hari kerja setelah diterimanya putusan.
Prosedur penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan ini telah diatur dalam Mahkamah Agung RI
telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2011 tentang Tata-cara Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik di Pengadilan.
Sesuai dengan Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik:
a. Pengadilan Negeri berwenang untuk mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik selain
Badan Publik Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik
selain Badan Publik Negara.
b. Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik
Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik Negara.
BUKU PEGANGAN
176 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan
Alur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Di Pengadilan
www.kinerja.or.id
KI yang
memutuskan Termohon
sengketa
14 hari kerja
14 hari kerja
14 hari kerja
BELUM
Pemberitahuan
SELESAI
LENGKAP
Pengadilan di
wilayah Pemohon
Informasi PUTUSAN
BUKU PEGANGAN
BUKU PEGANGAN
178 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
oleh PPID untuk kemudian disampaikan fungsi kontrol melalui pengelolaan keluhan
atau diteruskan kepada satuan kerja yang masyarakat atas layanan publik baik di Pemerintah
melaksanakan layanan publik untuk segera Daerah atau SKPD yang dimaksud. Apabila
mendapatkan penanganan. pemerintah daerah bermaksud mengoptimalkan
3. Fungsi Atasan PPID dalam keterbukaan fungsi PPID sekaligus menjadi Unit Penanganan
informasi selaras dengan Atasan Pengaduan Masyarakat, berikut ini pembagian tugas
Penyelenggara Pelayanan Publik dan dapat dan tanggungjawab yang dapat dilakukan:
membawahi seluruh unit dalam suatu badan
publik untuk memastikan pelaksanaan tindak 1. PPID dan Petugas Meja Informasi
lanjut. Melihat fungsi dan tanggungjawab PPID, bertangggungjawab atas pengelolaan
Atasan PPID haruslah orang yang memiliki pengaduan yang masuk mulai dari registrasi,
rentang koordinasi atau kendali terhadap klarifikasi dan investigasi, meneruskan
seluruh unit atau SKPD dalam suatu pemerintah pengaduan kepada unit atau SKPD dan Atasan
daerah, misalnya Sekda. Hal ini tentu memiliki PPID, hingga mendiseminasikan hasilnya
manfaat yang baik untuk memastikan agar kepada pengadu;
pengelolaan pengaduan atau keluhan dapat 2. Unit atau SKPD Pelaksana Layanan Publik
ditangani dengan baik oleh unit atau SKPD melakukan analisa dan rencana penanganan
yang menyelenggarakan layanan publik karena yang hasilnya dilaporkan kepada PPID dan
sekaligus sebagai bawahan dari Atasan PPID Atasan PPID;
tersebut. 3. Atasan PPID melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tindaklanjut serta menjalankan
fungsi pemberian penghargaan dan sanksi jika
B. Pengelolaan Pengaduan atau diperlukan (reward and punishment).
Keluhan Atas Pelayanan Publik
dengan Mengoptimalkan Fungsi
PPID C. Alur Proses Pencatatan dan
Tindak Lanjut Penanganan
Pada dasarnya fungsi PPID adalah untuk Keluhan
pengelolaan informasi, termasuk di dalamnya adalah
pelayanan informasi dan pengelolaan keberatan 1. Alur Informasi/Laporan
atas pelayanan informasi yang diteruskan kepada
Setiap informasi/laporan yang masuk melalui
unit atau SKPD yang bersangkutan dan Atasan
Meja Informasi PPID akan dicatat dan
PPID untuk mendapat respon atau tindak lanjut.
didokumentasikan sesuai bagan alur berikut:
Namun seiring dengan optimalisasi peran kontrol
terhadap kualitas pelayanan publik, Pemerintah
Daerah maupun SKPD dapat saja menjalankan
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 179
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Bagan
Alur Informasi Pengaduan Masyarakat
Informasi: dapat berasal dari siapa saja dan bersumber dari apa/mana saja
Penjelasan Bagan :
1. Pada prinsipnya informasi/laporan dapat masuk pada jenjang manapun melalui media yang telah disediakan dan atau
diatur dalam SOP ini.
2. Informasi/laporan yang masuk pada level kabupaten/kota atau dibawahnya (SKPD/UPTD/Unit Layanan lainnya) akan
dikonsolidasikan oleh PPID.
a. Informasi/laporan yang diperoleh oleh Pihak penerima keluhan (meja informasi akan dilanjutkan kepada PPID
(yang juga difungsikan sebagai Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat).
b. Informasi/laporan yang masuk melalui PPID Utama (level Kabupaten/Kota) akan didisposisikan kepada Kepala
SKPD terkait dan untuk selanjutnya diteruskan kepada PPID pelaksana/pembantu yang difungsikan sebagai Unit
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
c. Informasi/laporan yang masuk dalam berita surat kabar akan langsung dikonsolidasikan oleh PPID Pembantu
selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
3. Temuan hasil supervisi, monitoring maupun audit akan didapat PPID selaku Unit Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat melalui tim monitoring dan evaluasi (ME) PPID
4. PPID Utama selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat kabupaten/kota yang telah menerima
pengaduan selanjutnya akan memfasilitasi proses tindak lanjut dan secara paralel melakukan pelaporan pada jenjang
diatasnya sesuai dengan mekanisme pelaporan.
BUKU PEGANGAN
180 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. Proses Pencatatan Informasi
Yang dimaksud proses pencatatan meliputi beberapa tahap berikut:
Bagan
Proses Pencatatan Informasi
Klasifikasi
Update
Publikasi
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 181
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
BUKU PEGANGAN
182 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan
Proses Tindaklanjut / Penanganan Pengaduan
Keterangan Bagan :
1. Pelayanan publik masih dilaksanakan oleh masing-masing unit atau SKPD sesuai dengan fungsinya;
2. Menambahkan tugas dan tanggungjawab PPID untuk mengelola pengaduan masyarakat terkait dengan pelayanan
publik dengan alur atau tahapan kerja sesuai dengan pengelolaan keberatan layanan informasi sebagai berikut:
a. Informasi masuk kepada PPID berupa: pertanyaan, usulan/masukan, dan pengaduan melalui berbagai media
yang telah disediakan misalnya: situs pemerintah daerah, SMS, telepon, faximili, email, dan sebagainya:
i. terkait dengan pertanyaan, maka PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur pelayanan informasi
ii. terkait dengan usulan/masukan dan pengaduan PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur
penyelesaian sengketa internal atau pengelolaan keberatan atas layanan informasi
b. PPID perlu mengklarifikasi atau memverifikasi seluruh informasi yang masuk untuk kemudian dicatat dalam register;
c. PPID memberikan tanda terima kepada pemberi informasi
d. PPID meneruskan informasi yang diperoleh kepada unit atau SKPD yang terkait dengan layanan publik dan
memberikan tembusan kepada Atasan PPID;
e. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik kemudian merumuskan rencana penanganan pengaduan yang hasilnya
dilaporkan kepada Atasan PPID untuk diputuskan dengan pemberitahuan kepada PPID;
f. Atasan PPID mengambil keputusan yang disampaikan kepada unit atau SKPD pelaksana layanan publik untuk
dilaksanakan dan diberitahukan kepada PPID;
g. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik menjalankan keputusan Atasan PPID dan melaporkan hasilnya serta
memberitahukan kepada PPID;
h. PPID memberitahukan kepada masyarakat yang mengadu tentang pelaksanaan keputusan dari Atasan PPID oleh
unit atau SKPD yang diadukan;
i. PPID menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut pengaduan kepada Atasan PPID.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 183
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Untuk memudahkan proses tindak lanjut diperlukan b. PPID dan atau PPID Pembantu akan
pengklasifikasian keluhan yang masuk. PPID dapat membuat feed back atau umpan balik
mengkategori informasi yang masuk menjadi 3 hal kepada masyarakat pelapor bahwa
yakni: usulannya telah diteruskan kepada pihak
yang berwenang.
1. Apakah informasi yang disampaikan publik c. Update status informasi selanjutnya
berupa PERTANYAAN. Jika benar, maka dilaporkan sesuai dengan mekanisme
langkah tindak lanjut bagi informasi yang berupa pelaporan.
pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk informasi yang berupa pertanyaan, 3. Apakah informasi yang masuk dapat
PPID dan atau PPID Pembantu dapat dikategorikan sebagai bentuk keluhan
segera memberikan jawaban dan status karena KETIDAKTAATAN PERATURAN
informasi/laporan dinyatakan selesai. dan PENYALAHGUNAAN DANA PROYEK/
b. Apabila pertanyaan tidak dapat dijawab PROGRAM. Jika benar, maka langkah tindak
pada level bersangkutan, maka pertanyaan lanjut informasi dengan klasifikasi ini memiliki
tersebut akan dibawa ke jenjang yang langkah penanganan yang sama sebagai
lebih tinggi untuk mendapatkan jawaban. berikut:
Demikian seterusnya hingga pengaduan
dinyatakan selesai. a. Klarifikasi dan Investigasi
c. PPID dan atau PPID Pembantu selanjutnya KLARIFIKASI adalah proses pencarian
mengupdate status informasi dan informasi terkait dengan materi pengaduan
melaporkannya sesuai dengan mekanisme atau temuan masalah yang bertujuan untuk
pelaporan. memastikan dan atau membuktikan apakah
pengaduan atau temuan masalah tersebut
2. Apakah informasi yang masuk dapat benar. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
dikategorikan sebagai USULAN. Jika benar, bahwa pengaduan/temuan masalah tersebut
maka Langkah tindak lanjut untuk setiap usulan tidak benar, maka masalah dapat dinyatakan
dan saran yang masuk adalah: selesai, dengan menginformasikan status
a. Informasi yang diterima PPID dan atau PPID pengaduan melalui saluran informasi yang
Pembantu terkait dengan usulan, masukan ada. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
dan saran untuk selanjutnya akan di bahwa pengaduan/temuan masalah
teruskan kepada pihak terkait untuk menjadi tersebut benar maka langkah berikut adalah
input bagi perbaikan pelaksanaan program, melakukan investigasi jika data yang ada
baik yang bersifat teknis maupun kebijakan. belum mencukupi.
BUKU PEGANGAN
184 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tahap klarifikasi akan mengandalkan data i. Pengakuan
awal yang telah diperoleh dari pengaduan/ ii. Pernyataan
temuan masalah. Adapun informasi minimal iii. Keterangan ahli/pihak yang
yang harus ada agar pengaduan dapat di berkompeten
follow up apabila mencantumkan lokasi/ iv. Risalah pertemuan/berita acara
nama sekolah dan materi pengaduan. v. Kwitansi
vi. Buku rekening
INVESTIGASI adalah upaya sistematis
untuk mendapatkan informasi, yang lebih Hasil dari perolehan 5 informasi diatas
dalam tentang suatu kejadian hingga selanjutnya akan dirunut menjadi skema/
mendapatkan gambaran yang jelas tentang kronologis masalah.
substansi pengaduan/masalah. Sesuai
dengan target pelaksanaan investigasi b. Analisis Masalah
untuk mendapatkan data lengkap tentang Analisis masalah dalam hal ini adalah
gambaran masalah, maka investigasi proses untuk merumuskan akar masalah,
dilakukan baik dengan melakukan kajian kerugian yang diakibatkan dan dampak
lapangan maupun kajian dokumen. Adapun yang ditimbulkan/mungkin timbul. Akar
data/informasi yang harus diperoleh dalam masalah dimaksud adalah sebab musabab
proses investigasi adalah untuk menjawab terjadinya masalah yang akan digunakan
pertanyaan 5 W 1 H (What, Who, When, sebagai dasar bagi penyusunan langkah
Where, Why and How) sebagai berikut: penyelesaian. Dengan diketahui akar
i. What; apa pokok persoalan yang terjadi masalah diharapkan upaya penyelesaian
ii. Who; siapa pelaku masalah dan siapa yang dilakukan akan dapat menyelesaikan
yang menjadi ‘korban’ masalah secara tuntas, dan bukan
iii. Why; mengapa hal tersebut terjadi, apa penyelesaian yang berisifat sporadis.
latar belakang kejadian Mengetahui tentang kerugian dan dampak
iv. Where; dimana kasus terjadi yang ditimbulkan oleh masalah akan
v. When; kapan kejadiannya menjadi acuan target penyelesaan dan
vi. How; Bagaimana kejadiannya basis bagi penyusunan langkah-langkah
penanganan.
Untuk memperkuat hasil investigasi, maka
jawaban pertanyaan tersebut perlu didukung Analisis stakeholder merupakan bagian
dengan bukti-bukti. Adapun yang bisa dari tahap analisis masalah yang lebih
dijadikan alat bukti dalam hal ini antara lain: difokuskan pada para pihak yang ada
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 185
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
disekitar permasalah. Hasil analisis itu akan lebih baik jika rencana tindakan
stakeholder berupa peta para pihak yang harus dibuat dalam beberapa skenario (Plan
dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya A dan Plan B).
yang akan membantu proses penyelesaian
masalah dan atau para pihak yang akan Setelah rencana tindakan disusun maka
menjadi faktor penghambat proses langkah berikutnya adalah melaksanakan
penyelesaian masalah. tahapan atau langkah penanganan dan
memastikan bahwa target waktu dan output
c. Rencana dan Tindak Penanganan dapat tercapai. Apabila semua rencana
Setelah diperoleh data yang cukup terkait telah dilaksanakan, namun masalah/
dengan pengaduan yang diterima, dan pengaduan belum juga dapat diselesaikan,
analisis telah dilakukan, maka langkah maka Unit penanganan pengaduan dapat
berikut adalah menyusun rencana tindakan. meminta dukungan penanganan pada level
Adapun rencana tindakan harus memuat yang lebih tinggi. Kapan PPID selaku Unit
dan memperhatikan hal-hal berikut: penanganan pengaduan dapat meminta
• Langkah-langkah yang akan dilakukan; dukungan pada jenjang diatasnya akan
dalam menentukan langkah yang akan ditentukan berdasarkan hasil monitoring dan
diambil, Unit penanganan pengaduan evaluasi proses penanganan masalah.
harus berpegang pada acuan
penyelesaian masalah yang terdapat d. Monitoring dan Evaluasi
pada lampiran 1. Pemantauan dan pengawasan terhadap
• Memuat para pihak yang akan pelaksanaan rencana tindakan dilakukan
melaksanakan dan atau mendukung untuk memastikan tercapainya target
langkah penanganan tersebut. Perlu output dan target waktu. Pemantauan
diingat bahwa Unit penanganan yang dimaksud dalam hal ini adalah
pengaduan tidak akan bekerja sendiri. pemantauan oleh PPID selaku Unit
Fungsi kerja Unit penaganan pengaduan penanganan pengaduan terhadap para
akan lebih banyak pada fungsi fasilitasi. pihak yang disepakati akan menyelesaikan
• Mencatumkan waktu dimana langkah – permasalahan tertentu.
langkah tersebut akan dilakukan.
Untuk mempermudah kerja pemantauan,
Rencana tindakan ini akan ditambah atau maka setiap minggu PPID selaku Unit
diperbaiki manakala dalam prosesnya tidak Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
dapat berjalan sesuai harapan, atau tidak Masyarakat akan melihat daftar pengaduan/
dapat mencapai target output. Oleh sebab masalah yang ada di kabupaten/kota
bersangkutan.
BUKU PEGANGAN
186 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Berdasarkan hasil pemantauan atas pengawasan dalam hal ini ada pada Atasan
pelaksanaan tindakan inilah, PPID selaku PPID.
Unit penanganan pengaduan akan
melakukan evaluasi terhadap progres Atasan PPID harus mendapatkan laporan
penanganan pengaduan/masalah. Apabila tentang kemajuan proses penanganan
berdasarkan evaluasi tersebut diketahui pengaduan dari PPID selaku Unit Pelayanan
berbagai tindakan telah dilaksanakan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
namun juga tidak berhasil menyelesaikan setiap bulan, untuk selanjutnya akan
masalah, maka PPID selaku Unit Pelayanan menjadi bahan laporan dan materi dalam
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat rapat koordinasi dinas.
dapat meminta dukungan penanganan pada
level yang lebih tinggi, termasuk bila akan f. Pemutakhiran Data, Status Penanganan
meminta dukungan pihak eksternal. & Pelaporan
PPID selaku Unit Pelayanan dan
Sementara itu, pemantauan yang bersifat Penanganan Pengaduan Masyarakat secara
terbuka oleh masyarakat atas penanganan kontinyu akan melakukan pemutakhiran
pengaduan/masalah dapat dilakukan status tindak lanjut informasi/laporan.
dengan melihat update status yang Hasil pemutakhiran status tersebut, akan
disampaikan melalui website. Jika terdapat menjadi bahan bagi penyusunan laporan.
ketidakjelasan atau kebutuhan informasi Laporan PPID selaku Unit Pelayanan dan
tambahan dapat langsung menghubungi Penanganan Pengaduan Masyarakat terdiri
PPID selaku Unit Pelayanan dan dari:
Penanganan Pengaduan Masyarakat pada • Laporan Bulanan; adalah laporan
lokasi dimana pengaduan/masalah tersebut tertulis tentang status tindak lanjut
berada. informasi/laporan yang disampaikan
setiap bulan kepada Atasan PPID.
e. Pengawasan • Laporan Triwulanan; adalah
Pengawasan adalah mekanisme kontrol pemutakhiran status penanganan
yang dibangun dalam sistem Pelayanan seluruh informasi/laporan yang terjadi
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat di kabupaten/kota untuk disampaikan
berupa tindakan memantau, bertanya dan ke pusat secara berjenjang dan akan
meminta laporan atas progres tindak lanjut dikonsolidasikan oleh PPID selaku Unit
informasi/laporan yang difasilitasi oleh PPID Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Masyarakat pusat. Data inilah yang akan
Pengaduan Masyarakat. Kewenangan digunakan sebagai bahan dasar update
status di website.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 187
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
g. Respon/Umpan Balik & Diseminasi Publik 1. Mudah Dihubungi. PPID dan atau Petugas
Umpan balik harus disampaikan kepada Meja Informasi harus mudah dihubungi,
pelapor terkait dengan progres tindak lanjut untuk menjamin aksesibilitas pelapor, dan
laporan yang telah mereka kirimkan. Umpan memperlancar arus informasi dan diharapkan
balik dalam hal ini dapat dilakukan secara akan membantu mempercepat tindak-lanjut.
langsung perorangan maupun secara 2. Pendengar Yang Baik. PPID dan atau Petugas
umum. Meja Informasi harus dapat menempatkan diri
sebagai pendengar yang baik, sikap seperti
Umpan balik perorangan dapat dilakukan empati, simpatik diperlukan ketika menerima
apabila alamat pelapor jelas, atau informasi informasi. PPID atau Petugas Meja Informasi
berasal dari disposisi pejabat berwenang tidak diperkenankan memotong laporan
dan atau memperhatikan tingkat masalah sehingga menggangu kebebasan penyampaian
dan kemendesakan, sementara media yang informasi, tapi wajib menanyakan/mengklarifikasi
digunakan disesuaikan dengan media pada informasi.
saat pelaporan. Misal: pengaduan lewat 3. Mendengarkan Keterangan Semua Pihak
surat akan dibalas surat, atau email akan Secara Adil (audi et alteram partem) dan
direspon melalui email. Netral. Dalam menggali informasi/data,
harus mendengar keterangan dari dua belah
Sementara secara umum, umpan balik pihak. Untuk menghindarkan kecenderungan
kepada masyarakat luas akan dilakukan telah memiliki stigma atas informasi yang
melalui website program secara periodik. bersangkutan, sehingga cenderung hanya
Data yang akan ditampilkan di website mendengarkan pihak yang menguatkan. Untuk
berupa rekapitulasi status informasi/laporan menjaga obyektivitasnya, PPID dan atau
dan grafik berdasarkan media time series. Petugas Meja Informasi tidak boleh memihak,
harus bersikap netral terhadap kedua belah
pihak dan mengedepankan prinsip praduga tak
D. Etika Penanganan Pengaduan bersalah.
Masyarakat 4. Bersikap Obyektif. PPID dan atau Petugas
Meja Informasi harus mendudukkan informasi
Pelaksanaan pengelolaan keberatan informasi
pada proposinya. Tidak boleh terlibat dalam
maupun penanganan pengaduan masyarakat tidak
konflik kepentingan.
cukup hanya mendasarkan kepada peraturan yang
5. Menjaga Kerahasiaan. Sering kali terjadi
ada melainkan juga harus memperhatikan etika yang
pelapor/informan/saksi mendapatkan intimidasi
secara umum dikenal. Beberapa etika pengelolaan
dari terlapor dan para pendukungnya. Intimidasi
pengaduan masyarakat adalah:
ini tidak saja berdampak pada pencabutan
BUKU PEGANGAN
188 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pernyataan atau kesaksian namun tidak jarang sarana yang sederhana terkait dengan pengelolaan
mengancam keselamatan/jiwa pelapor. Oleh pengaduan, diantaranya:
sebab itu menjadi penting identitas pelapor
ataupun informan DIRAHASIAKAN. Hal ini 1. Melengkapi fitur dari saluran media yang
sesuai dengan Pasal 17 UU KIP. digunakan untuk penyebarluasan informasi,
6. Responsif. Atasan PPID, PPID, Unit atau misalnya menambahkan fitur dari situs internet
SKPD Penyelenggara Layanan, dan Petugas yang khusus menerima pengaduan;
Meja Informasi harus menindaklanjuti seluruh 2. Formulir pengaduan apabila masyarakat
informasi/laporan yang memiliki kecukupan langsung mengadukan dengan mendatangi
data untuk ditindaklanjuti. Tidak diperkenankan Meja Informasi
menunda-nunda, terlebih-lebih jika hal tersebut 3. Register pengaduan untuk mencatat atau
memiliki dampak yang luas. mengarsipkan pengaduan yang diterima PPID/
7. Tidak Menimbulkan Masalah Baru. Atasan petugas meja informasi sekaligus mencatat
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara tidaklanjut yang telah dilaksanakan
Layanan, dan Petugas Meja Informasi dalam
memfasilitasi proses tindak-lanjut sejauh
mungkin menghindarkan munculnya masalah
baru.
8. Tidak Boleh Menerima Imbalan. Atasan
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara
Layanan, dan Petugas Meja Informasi tidak
diperbolehkan menerima imbalan dalam bentuk
apapun yang patut diduga akan menggangu
obyektifitas pelaksanaan tugasnya.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 189
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
Substansi Pertanyaan/Usulan/Pengaduan:
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
Lokasi Kejadian :
Nama Sekolah ..........................................................................................................................
Desa .........................................................................................................................................
Kecamatan ...............................................................................................................................
Kabupaten ................................................................................................................................
BUKU PEGANGAN
190 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
FORM RENCANA TINDAK PELAYANAN DAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
Kode Informasi/Laporan :
(Rencana A)
(Rencana B)
Keterangan:
……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........
……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........
(dapat diisi berupa keterangan terkait dengan pelaksanaan rencana, termasuk kendala yang ditemui manakala
Plan A dan Plan B tidak menghasilkan target output)
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 191
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
BAHAN PRESENTASI
SESI V
PENYELESAIAN SENGKETA
INFORMASI PUBLIK
Henri Subagiyo
ALASAN SENGKETA INFORMASI
1. Penolakan permohonan informasi
dengan alasan kerahasiaan
2. Tidak disediakan informasi berkala
3. Tidak ditanggapi permohonan informasi
4. Permohonan ditanggapi tidak
sebagaimana mestinya
5. Tidak dipenuhinya permohonan
informasi
6. Pengenaan biaya yang tidak wajar
7. Pelayanan informasi melebihi waktu
yang diatur
Ps. 35 UU KIP
BUKU PEGANGAN
192 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
F-1 F-2 F-3
1. TAHAP KEBERATAN INTERNAL BADAN PUBLIK
Pelaksanaan
Keputusan oleh
30 hari PPID
Sejak
ditemukan
alasan Menerima
keberatan
30 hari
Pengajuan Atasan Tanggapan/
Meja
PPID PPID Keputusan
Keberatan Info
Tidak menerima
Pengajuan
14 hari permohonan
penyelesaian
•Formulir sengketa ke Komisi
•Tanda terima Informasi
•Register
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 193
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
1. KELENGKAPAN TEKNIS :
• Formulir keberatan dan tanda terima Format ada
• Buku register keberatan pada Lampiran
• Tanggapan atas keberatan PERKI 1/2010
(surat keputusan penanggungjawab)
SIMULASI
• Bagikan undian peran kepada peserta
• Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut:
- Pemohon keberatan
- Petugas Meja Informasi
- PPID
- Unit/Satker, misalnya:
• Dinas Pendidikan
• Dinas Kesehatan
• Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari:
- Narasi permasalahan (studi kasus)
- Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh
diketahui oleh peserta lainnya)
• Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar
• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario
BUKU PEGANGAN
194 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
REFLEKSI
PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 195
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
ALASAN PENYELESAIAN SENGKETA
DI KOMISI INFORMASI
BUKU PEGANGAN
196 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 197
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAB V - Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik
PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
Badan Publik
Negara
Pelaksanaan
Menerima
Putusan
Putusan
Pengadilan
Tata Usaha
Negara Tidak
Kasasi
menerima
Putusan
Gugatan ke Final &
Pengadilan 14 hari 14 hari
Mengikat
Tidak
Kasasi
menerima
Putusan
Pengadilan
Negeri
Pelaksanaan
Menerima
Putusan
Badan Publik
Non-Negara
TERIMA KASIH
Henri Subagiyo
081585741001
021-7262740
henrisubagiyo@yahoo.com
BUKU PEGANGAN
198 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PENGELOLAAN KEBERATAN OLEH PPID
• Mengumumkan tata cara keberatan, alamat, dan nomor kontak PPID.
• Menggunakan sarana komunikasi yang dianggap efektif dalam menerima
keberatan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimilikinya.
• PPID wajib membantu mengisikan formulir keberatan dan ditandatangani
oleh pemohon informasi atau penerima kuasa yang mengajukan keberatan
dalam hal permohonan diajukan secara lisan.
• PPID wajib memberikan salinan formulir keberatan sebagai tanda terima
pengajuan keberatan.
• PPID wajib mencatat pengajuan keberatan dalam buku register keberatan.
BUKU PEGANGAN
www.kinerja.or.id Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi 199
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anotasi UU Keterbukaan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, Jakarta, 2010
Panduan Pelayanan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, 2010
Standar Operasional dan Prosedur Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, World Bank, Jakarta,
2012
Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman
Modal
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik
Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi
Dan Dokumentasi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja Unit
Pelayanan Perijinan Terpadu Di Daerah
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : Per/21/M.Pan/11/2008 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operational Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan
Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
BUKU PEGANGAN
200 Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi www.kinerja.or.id
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik