Anda di halaman 1dari 4

Initial assesment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat – Kaca mata, tertama apaibila menyemburkan

enyemburkan darah. depan karena pipa dapat masuk ke rongga kranium. Apabila penderita
darurat yang langsung diikuti dengan tindakkan resusitasi (Suryono dkk, – Apron, mellindungi pakaian sendiri. mengalami apneu, hal itu menandakan terdapatnya ancaman obstruksi
2008 ). Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi – Sepatu ataupun ancaman aspirasi. Oleh sebab itu, pemasangan jalan nafas defintif
kritis dan waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus Lakukan primary survey atau mencari keadaan yang mengancam nyawa menjadi pilihan yang diambil. Terapi definitif tersebut antara lain pembuatan
aman dan dilakukan secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat sebagai berikut: jalan nafas melalui hidung ( nasotrakeal ), melalui mulut ( orotrakeal )
kesadaran (Level Of Consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, – A atau airway maintenance adalah mempertahankan jalan napas, hal ataupun langsung melalui suatu krikotiroidiotomi.
Breathing, Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan ini dapat dikerjakan dengan teknik manual ataupun menggunakan alat bantu b) Breathing dan Ventilasi
tindakan penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya. (pipa orofaring, pipa endotrakheal, dll). Tindakan ini mungkin akan banyak Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi penderita dalam keadaan
3. Komponen memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga stabilitas baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas adalah mutlak untuk
 Persiapan penderita, Triase, Survey primer (ABCDE), Resusitasi,
tulang leher.
– B atau Breathing adalah menjahga pernapasan atau ventilasi dapat
pertukaran Oksigen dan Karbondioksida dari tubuh. Tiga hal yang dilakukan
dalan breathing yaitu:
Pemeriksaan penunjang untuk survey primer, Survey sekunder (Head to Toe
berlangsung dengan baik. Setiap penderita trauma berat memerlikan – Nilai apakah breahing baik ( look, listen dan feel )
& anamnesis), Pemeriksaan penunjang untuk survey sekunder, Pengawasan
dan evaluasi ulang tambahan oksigen yang harus diberikan kepada penderita dengan cara – Ventilasi tambahan apabila breathing kurang adekuat
efektif. – Berikan Oksigen sesuai indikasi
 Terapi definitif – C atau Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang tanpa kesan sesak, maka
1. 4. Tahapan Pengelola Penderita tindakan untuk menghentikan perdarahan. Pengenalan dini tanda-tanda syok breathing penderita baik. Pernafasan yang baik apabila frekuensi normal (
Penanganan penderita berlangsung dalam 2 tahapan yaitu tahap pra rumah perdarahan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip pemberian cairan sangat dewasa rata- rata 20 , anak 30, dan bayi 40 kali per menit), tidak ada gejala
sakit ( pre-hospital ) dan tahap di rumah sakit. penting untuk dilakukan sehingga menghindari pasien dari keterlambatan sesak dan pemeriksaan fisiknya baik.
1) Tahap Pra- Rumah Sakit penanganan. Pemeriksaaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pelayanan korban dengan trauma pra rumah sakit biasanya dilakukan oleh – D atau Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan – Lihat dada penderita dengan membuka pakaian atas untuk melihat
keluarga ataupun orang sekitar yang berbaik hati menolong ( good kemungkinan adanya gangguan neurologis. pernafasan yang baik. Lihat apakah terdapat jejas, luka terbuka dan ekspansi
samaritan ). Prinsip utama adalah tidak boleh membuat keadaan lebih parah – E atau Exposure atau Environment adalah pemeriksaan pada seluruh kedua paru.
( Do no Further Harm ). tubuh penderita untuk melihat jelas jejas atau tanda-tanda kegawatan yang – Auskultasi dilakukan untuk memastikan masukknya udara ke dalam
Keadaan yang ideal adalah dimana unit gawat darurat yang datang ke mungkin tidak terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi. paru-paru dengan mendengarkan suara nafas ( sekaligus mendengarkan
penderita sehingga ambulans harus memiliki peralatan yang lengkap. a) Menjaga Airway dengan Kontrol Servikal suara jantung).
Petugas yang datang adalah petugas khusus yang telah mendapatkan Hal pertama yang harus dinilai adalah kelancaran dari jalan nafas, tetapi – Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara ( hipersonor) atau
pelatihan kegawatdaruratan. Selain itu, diperlukan koordinasi dengan rumah harus selalu diwaspadai bahwa kebanyakan usaha dalam memperbaiki jalan darah ( dull) dalam rongga pleura.
sakit tujuan terhadap kondiri/ jenis perlukaan sebelum penderita dipindahkan nafas dapat menyebabkan gerakan pada leher. Oleh sebab itu,untuk Cedera thorax yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat dan
dari tempat kejadian. Hal ini sangat penting mengingat koordinasi yang baik mencegah fraktur servikal akibat gerakan pada leher harus dilakukan ditemukan pada saat melakukan survei primer antara lain tension
antara petugas lapangan dengan petugas di rumah sakit akan menguntungkan tindakan pengontrolan servikal. Kemungkinan dari fraktur servikal dapat pneumothorax, flail ches dengan kontusio paru, pneumothoraks terbuka dan
penderita. diprediksi apabila terdapat: hematotoraks masif.
Tindakan yang harus dilakukan oleh petugas lapangan/ paramedik adalah: – Trauma kapitis, terutama apabila ada penurunan kesadaran. Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan bantuan pernafasan (
– Menjaga airway dan breathing. – Adanya luka karena trauma tumpul kranial dari klavikula. assited ventilation). Di UGD pemberian bantuan pernafasan dengan
– Mengontrol perdarahan dan syok. – Setiap multi trauma ( trauma pada dua regio atau lebih ) memakai bag valve mask ( ambu bag ) ataupun menggunakan ventilator.
– Imobilisasi penderita. – Biomekanika trauma yang mendukung seperti tabrakan dari Pemberian oksigen dengan konsentrasi yang tinggi menggunakan
– Pengiriman ke rumah sakit terdekat/ tujuan dengan segera. belakang. rebreathing, non-rebreathing mask ataupun dengan kanul ( 5-6 LPM)
2) Tahap Rumah Sakit Setelah dilakukan penilaian awal terhadap servikal langkah selanjutnya c) Circulation dengan Kontrol Perdarahan
v Evakuasi Penderita adalah tindakan proteksi servikal. Tindakan proteksi servikal antara lain Langkah berikutnya adalah memeriksa akral dan nadi, apabila menemukan
Penderita yang dibawa ke rumah sakit tanpa penanganan pra rumah sakit dengan mempertahankan posisi kepala dan memasang kolar servikal di tanda syok segera atasi syok. Perdarahan merupakan penyebab utama
sebaiknya evakuasi penderita dari kendaraan ke brankar dilakukan oleh atas long spine board. Setelah pemasangan kolar servikal perhatian kematian pasca bedah yang dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat
petugas rumah sakit dengan hati- hati dan selalu diperhatikan kontrol ditujukan kepada airway penderita. Ajak penderita berbicara dan apabila di rumah sakit. Syok pada penderita trauma biasanya diasumsikan
servikal ( prinsip : do no further harm ). penderita dapat bericara dengan jelas menggunakan kalimat yang panjang disebabkan oleh hipovolemia sampai terbukti penyebab lainnya sehingga
hal itu menunjukkan bahwa kondisi airway dan breathing penderita dalam diperlukan penilaian yang cepat mengenai status hemodinamik penderita.
v Triase keadaan baik, kemungkinan penderita tidak mengalami syok serta 1) Pengenalan Syok
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan tipe dan tingakat kemungkinan tidak terdapat kelaianan neurologis. Terdapat dua pemeriksaan yanng dalam hitungan detik dapat memberikan
kegawatan kondisinya ( Zimmermann dan Herr dalam Kartikawati, 2011) . Namun, apabila penderita tidak dapat menjawab kemungkinan airway informasi mengenai keadaaan hemodinamik, yaitu akral dan nadi.
Triase juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokan penderita mengalami gangguan. Sumbatan pada jalan nafas ( obstruksi ) akan ditandai – Keadaan kulit akral
berdasarkan beratnya cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan dengan suara nafas antara lain bunyi gurgling ( bunyi kumur- kumur yang Warna kulit dapat membantu diagnosis hipobolemia. Penderita trauma yang
pada airway ( A ), breathing ( B ), dan circulation ( B) dengan menandakan adanya cairan), bunyi mengorok ( snoring, karena pangkal kulitnya kemerahan terutama pada wajah dan ekstrimitas jarang dalam
mempertimabangkan sarana, sumber daya manusia dan probalitas hidup lidah yang jatuh ke arah dorsal) ataupu bunyi stidor karena adanya keadaan hipovolemia. Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuandan kulit
pasien. penyempitan/ oedem. Tindakan penanganan apabila terdapat cairan lakukan ektrimitas yang pucat serta dingin merupakan tanda syok.
Dalam triase terdapat dua keaadan yaitu jumlah penderita dan beratnya suction untuk mengeluarkan cairan, apabila mengorok lakukan penjagaan – Nadi
perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas dan yang melampaui jalan nafas secara manual yaitu chin lift atau jaw thrust disusul dengan Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri karotis harus diperiksa
kemampuan petugas. Apabila jumlah penderita dan beratnya perlukaan pemasangan pipa oro atau nasofaringeal.
melampaui kemampuan petugas, maka dalam keadaan ini penderita dengan bilateral untuk menilai kekuatan nadi,kecepatan dan irama. Pada keadaan
masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu sesuai syok, nadi akan melemah/ kecil dan cepat.
dengan prinsip ABC. Sedangkan apabila jumlah penderita dan beratnya Pada fase awal jangan terlalu percaya dengan tekanan darah dalam
perlukaan melampaui kemampuan petugas, maka dalam keadaan ini yang menentukan apakah penderita mengalami syok ataupun tidak karena tekanan
akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survial darah penderita sebelumnya belum diketahui dan diperlukan kehilangan
yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan, dan tenaga paling darah lebih dari 30 % untuk dapat terjadinya penurunan tekanan darah yang
sedikit. signifikan.
v Survey Primer ( Primary Survey ) dan Resusitasi 2) Kontrol Perdarahan
Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi sebelum Pemasangan pipa orofaringeal ( guedel/ mayo ) jangan dilakukan apabila Perdarahan dapat terjadi secara eksternal ( terlihat) maupun internal ( tidak
memegang penderita petugas harus selalu menggunakan alat proteksi diri penderita masih dalam keadaan sadar karena akan menyebabkan penderita terlihat). Perdarahan internal berasal dari rongga thoraks, rongga abdomen,
terlebih dahulu untuk menghindari tertular penyakit seperti hepatitis dan mengeluarkan pipa tersebut ( reflek gag). Dalam keadaan ini, lebih baik fraktur pelvis, fraktur tulang panjang dan retroperitoneal.
AIDS. Alat proteksi diri sebaiknya: dipasang pipa nasofaringeal. Harus diingat bahwa pemasangan nasofaringeal – Perdarahan Eksternal
– Sarung tangan merupakan kontraindikasi bagi penderita yang dicurigai basis kranii bagian
Perdarahan eksternal dikendalikan dengan penekanan langsung pada luka hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah Seluruh kulit kepala diperiksa. Seringkali penderita tampak mengalami
dan jarang dilakukan penjahitan dalam mengendalikan perdarahan luar. dihangatkan. Apabila pada primary survey dicurigai adanya perdarahan dari cedera ringan dan ternyata terdapat darah yang berasal dari belakang kepala.
Turniket ( tourniquet) jangan dipasang karena pemasangan turniket yang belakang tubuh lakukan long roll untuk mengethui sumber perdarahan. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk melihat
benar justru akan merusak jaringan akibat iskemia distal dari f) Folley Catheter/ kateter urine adanya laserasi, kontusio, fraktur dan luka termal.
torniket.Pemakaian hemostat ( di klem ) memerlukan waktu dan dapat Pemakaian kateter urine dan lambung harus dipertimbangkan. Jangan lupa 2) Wajah
merusak jaringan sekitar seperti saraf dan pembuluh darah. mengambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutin. Produksi urin Apabila cedera terjadi disekitar mata jangan lalai dalam memeriksa mata
– Perdarahan Internal merupakan indikator yang peka untuk menilai keadaan hemodinamik karena apabila terlambat akan terjadi pembengkakan pada mata sehingga
Spalk/ bidai dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan dari suatu fraktur penderita. Urine dewasa ½ /kg/kgBB, anak-anak 1 cc/KgBB/jam dan bayi 2 pemeriksaaan sulit dilanjutkan. Lakukan Re-Evaluasi kesadaran dengan skor
pada ekstrimitas. Pneumatic anti syok garment adalah suatu alat untuk cc/KgBB/jam. Kateter urine jangan digunakan apabila ada dugaan terjadinya GCS.
menekan pada keadaan fraktur pelvis, tetapi alat ini mahal dan sulit didapat ruptur uretra. Ruptur uretra ditandai dengan adanya darah dilubang uretra – Mata: periksa kornea mata ada cedera atau tidak, pupil : reflek
sehingga sebagai pengganti sering digunakan gurita sekitar pelvis. bagian luar ( OUE/ Orifisium Uretra External ), adanya hematom di skrotum terhadap cahaya, pembesaran pupil, visus
Perdarahan intraabdominal atau intrathorakal yang masif dan tidak diatasi dan pada colok dubur prostat terletak tinggi/ tidak teraba. – Hidung: apabila terdapat pembengkakan lakukan palpasi akan
dapat diatasi dengan pemberian cairan intravena yang adekuat memerlukan g) Gastic Tube/ Kateter Lambung kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur.
tindakan operasi dengan segera untuk menghentikan perdarahan ( Kateter lambung dipakai untuk mengurangi distensi lambung dan mencegah – Telinga: periksa dengan senter mengenai keutuhan membran timpani
resusitative laparato/ thoracotomy). muntah. Isi lambung yang pekat akan mengakibatkan NGT tidak berfungsi. atau adanya hemotimpanum.
3) Perbaiki Volume Pemasangan NGT dapat mengakibatkan muntah. Darah dalam lambung – Rahang atas: periksa stabilitas rahang atas.
Kehilangan darah sebaiknya diganti dengan darah, tetapi penyediaan darah dapat disebabkan darah tertelan, pemasangan NGT yang traumatik ( ada – Rahang Bawah: periksa akan adanya fraktur.
membutuhkan waktu sehingga biasanya diberikan cairan kristaloid 1-2 liter perlukaan lambung). Apabila lamina fibrosa patah ( fraktur basis 3) Vertebra Servikalis dan Leher
untuk mengawasi syok hemoragik melalui 2 jalur dengan jarum intravena kranii anterior ), kateter lambung harus dipasang melalui mulut untuk Pada saat memeriksa leher, kolar terpaksa dilepas. Jangan lupa untuk
yang besar. Cairan kristaloid sebaiknya ringer laktat walauoun NaCl mencegah masukknya NGT dalam rongga otak. melakukan fiksasi pada leher dengan bantuan petugas lain. Periksa adanya
fisiologis juga dapat dipakai. Cairan diberikan dengan tetesan cepat melalui h) Heart Monitoring/ Monitoring EKG cedera tumpul atau tajam. Deviasi trakea dan simetri pulsasi. Tetap jaga
suatu kateter intravena yang besar minimal ukuran 16 ( diguyur/ Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC penderita. imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway, pernafasan dan
grojog).Cairan juga harus dihangatkan untuk mengindari terjadinya – Airway seharusnya sudah diatasi. oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak sekunder.
hipotermia. Pemasangan kateter urin juga harus dipertimbangkan untuk – Brathing: pemantauan laju nafas ( sekaligus pemantauan airway ) dan 4) Thoraks
memantau pengeluaran urin. bila ada pulse oximetry. Pemeriksaan dilakukan dengan look, listen, feel.
Saat dikenali syok ( penderita trauma) sambil dipasang infus, lakukan – Circulation: nadi, tekanan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan Inspeksi : dinding dada bagian depan, samping dan belakang untuk adanya
penekanan pada pendarahan luar ( bila ada ). Apabila tidak ada perdarahan jumlah urine setiap jam. Apabila ada sebaiknya terpasang monitor EKG. trauma tumpul/ tajam, pemakaian otot pernafasan tambahan dan ekspansi
luar dilakukan pencarian akan adanya perdarahan internal di 5 tempat yaitu – Disability: nilai tingkat kesadaran penderita dan adakah perubahan torak bilateral.
thorax, abdomen, pelvis, tulang panjang dan retroperitoneal. Sambil mencari pupil. Auskultasi: lakukan auskultasi pada bagian depan untuk bising nafas (
perdarahan internal lakukan evaluasi respon penderita terhadap pemberian i) Foto Rontogen bilateral ) dan bising jantung.
cairan. Respon yang diberikan penderita ada 3 yaitu: Pemakaian foto rontogen harus selektif dan jangan mengganggu proses Palpasi: lakukan palpasi pada seluruh dinding dada untuk adanya
– Respon baik: setelah diguyur, tetesan mulai dipelankan, penderita resusitasi. Pada penderita dengan trauma tumpul harus dilakukan 3 foto rutin traumatajam/ tumpul, emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
menunjukkan tanda- tanda perfusi baik ( kulit hangat, nadi menjadi besar yaitu foto servikal, thoraks ( AP ) dan Pelvis ( AP ). Foto servikal AP harus Perkusi: lakukan perkusi untuk mengetahui adanya hipersonor dan
dan melambat, tekanan darah mulai meningkat) Hal ini menandakan terlihat ke-7 ruas tulang servikal. keredupan.
perdarahan sudah berhenti. v Survey Sekunder ( Secondary Survey) dan Pengelolaannya 5) Abdomen
– Respon sementara: setelah tetesan dipelankan, ternyata penderita Survey sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut Cedera intraabdomen biasanya sulit terdiagnosa , berbeda dengan keadaan
mengalami syok lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh resusitasi cairan sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang cedera kepala yang ditandai dengan penurunan kesadaran, fraktur vertebrae
masih kurang atau perdarahan berlanjut. dimasukkan jari ( tube finger in every orifice ). Survey sekunder hanya dengan kelumpuhan ( penderita tidak sadar akan keluhan nyeri perutnya dan
– Respon tidak ada: apabila sama sekali tidak terdapat respon dilakukan apabila penderita telah stabil. Keadaan stabil yang dimaksud defans otot/ nyeri tekan).
terhadap pemberian cairan, maka harus difikirkan perdarahan yang heba atau adalah keadaan penderita sudah tidak menurun, mungkin masih dalam Inspeksi: inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk melihat
syok non-hemoragik ( paling sering syok kardiogenik). keadaan syok tetapi tidak bertambah berat. Suvey sekunder harus melalui adanya trauma tajam, tumpul dan adanya perdarahan internal.
d) Disability pemeriksaan yang teliti pada setiap lubang alami ( tubes and finger in every Auskultasi: auskultasi bising usus untuk mengetahui adanya penurunan
Perdarahan intrakranial dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat orifice ) bising usus.
sehingga diperlukan evaluasi keadaan neurologis secara cepat. Yang dinilai Palpasi: palpasi abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan, defans
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. a) Anamnesis muskuler, nyeri lepas yang jelas.
– GCS ( Glasgow Coma Scale) Anamnesis harus lengkap karena akan memberikan gambaran mengenai Perkusi:lakukan perkusi mengetahui adanya nyeri ketok, bunyi timpani
GCS adalah sistem skoring yang sederhana dan dapat meramal outcame dari cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh yang dapat dilhat sebagai akibat dilatasi lambung akut atau redup bila ada hemoperitoneum.
penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh penurunan oksigenasi berikut: Apabila ragu-ragu mengenai perdarahan intrabdomen dapat dilakukan
atau/ dan perfusi ke otak atau disebabkan oleh perlukaan pada otak sendiri. – Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman pemeriksaan DPL ataupun USG.
Perubahan kesadaranakan dapat mengganggu airway serta breathing yang mengalami: cedera wajah, maksilofacial, servikal, thoraks, abdomen dan 6) Pelvis
seharusnya sudah diatasi terlebih dahulu. Jangan lupa bahwa alkohol dan tungkai bawah. Cedera pelvis yang berat akan tampak pada pemeriksaan fisik ( pelvis
obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita. Penurunan – Jatuh dari pohon setinggi 6 meter: perdarahan intrakranial, fraktur menjadi tidak stabil). Pada cedera berat ini, kemungkinan penderita akan
tingkat GCS yang lebih dari satu ( 2 atau lebih ) harus sangat diwaspadai. servikal atau vertebra lain, fraktur ekstrimitas. masuk dalam keadaan syok yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi
– Pupil – Terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO. lakukan pemasangan PASG/ gurita untuk kontrol perdarahan dari fraktur
Nilai adakah perubahan pada pupil. Pupil yang tidak sama besar ( anisokor) Anamnesis juga harus meliputi anamnesis AMPLE. Riwayat AMPLE pelvis.
kemungkinan menandakan lesi masa intrakranial ( perdarahan). didapatkan dari penderita, keluarga ataupun petugas pra- RS yaitu: 7) Ektrimitas
– Resusitasi
Terhadap kelainan primer di otak tidak banyak yang bisa dilakukan, tetapi
 A : alergi Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi, jangan
lupa untuk memeriksa adanya luka dekat daerah fraktur terbuka, pada saat
yang harus diingat dalam penerimaan penderita di UGD harus dihindari  M : medikasi/ obat-obatan palpasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur dan
adanya cedera otak sekunder ( secondary brain injury ). Yang harus  P : penyakit sebelumnya yang diderita ( misalnya hipertensi, DM ) jangan dipaksakan untuk bergerak apabila sudah jelas mengalami fraktur.
dilakukan adalah terapi yang cepat/ agresif apabila terjadi hipovolemia, Sindroma kompartemen ( tekanan intrakompartemen dalam ekstrimitas
hipoksia dan hiperkarbia untuk menghindari cedera otak sekunder.  L : last meal ( terakhir makan jam berapa ) meninggi sehingga membahayakan aliran darah) mungkin akan luput dari
e) Exposure/ Kontrol Lingkungan  E : events, yaitu hal-hal yang bersangkitan dengan sebab dari cedera. diagnosis pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran.
Di rumah sakit seluruh pakaian penderita harus dibuka untuk evaluasi b) Pemeriksaan Fisik 8) Bagian Punggung
kelainan atau injury secara cepat pada tubuh penderita. Setelah pakaian Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa punggung dengan long roll ( memiringkan penderita dengan tetap
dibuka perhatikan injury/ jejas pada tubuh penderita dan harus dipasang 1) Kulit Kepala menjaga kesegarisan tubuh).
selimut agar penderita tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut yang c) Tambahan Terhadap Survey Sekunder
Pada secondary survey pertimbangkan perlunya diadakan pemeriksaan Patofisiologi yang terjadi berhubungan dengan terjadinya trauma perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum
tambahan seperti foto tambahan, CT-scan, USG, endoskopi dsb. abdomen adalah : amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
v Re-Evaluasi Penderita 1. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan trauma pankreas atau perforasi usus
Penilaian ulang penderit dengan mencatat, melaporkan setiap perubahan pada jaringan, kehilangan darah dan shock. halus.Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi. Monitoring tanda- 2. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system trauma pads hepar.
tanda vital dan jumlah urine. makroendokrin, mikroendokrin. l Plain abdomen foto tegak
v Transfer ke Pelayanan Definitif 3. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara
Terapi definitif pada umumnya merupakan porsi dari dokter spesialis bedah. dengan perdarahan massif dan transfuse multiple bebas retroperinealdekat duodenum, corpus alineum dan
Tugas dokter yang melakukan penanganan pertama adalah untuk melakukan 4. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh perubahan gambaran usus
resusitasi dan stabilisasi serta menyiapkan penderita untuk dilakukannya sekresi saluran pencernaan dan bakteri ke peritoneum l Pemeriksaan urine rutin
tindakan definitive atau untuk dirujuk. Proses rujukan harus sudah dimulai 5. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
saat alas an untuk merujuk ditemukan, karena menunda rujukan akan kerusakan integritas rongga saluran pencernaan. hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
meninggikan morbiditas dan mortalitas penderita. Keputusan untuk merujuk Limpa : trauma pada saluran urogenital.
penderita didasarkan atas data fisioligis penderita, cedera anatomis, Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang l IVP (Intravenous Pyelogram)
mekanisme perlukaan, penyakit penyerta serta factor- faktor yang dapat diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila
mengubah prognosis. Idealnya dipilih rumah sakit terdekat yang cocok perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua ada persangkaan trauma pada ginjal.
dengan kondisi penderita. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, upaya dilakukan untuk memperbaiki kerusakan di limpa.
kebutuhan penderita selama perjalanan dan cara komunikasi dengan dokter Liver : l Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
yang akan dirujuk. Karena ukuran dan letaknya, hati merupakan organ yang paling sering dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus
terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali dalam rongga perut.Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi
Daftar Pustaka kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan
Anonim. 2010. Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiac Life Support apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan laparatomi (gold standard).
ed. III. Jakarta: Yayasan ambulans Gawat Darurat 118 mendrainase cairan empedu. Indikasi untuk melakukan DPL sbb.:
…….. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: Yayasan Esofagus bawah dan lambung : • Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Ambulans Gawat Darurat 118 Kadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka • Trauma pada bagian bawah dari dada
Darwis, Allan dkk. 2005. Pedoman Pertolongan Pertama. Ed 2. Jakarta : tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang mudah • Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Kantor Pusat Palang Merah Indonesia. berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma tumpul • Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
Suryono, Bambang dkk. 2008. Materi Pelatihan Penanggulangan Penderita tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung. (obat,alkohol, cedera otak)
Gawat Darurat ( PPGD) dan Basic life Support Plus ( BLS ). Yogyakarta: Pankreas dan duodenum : • Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
Tim PUSBANKES 118 BAKER-PGDM PERSI DIJ Walaupun trauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi tulang belakang)
trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat kematian yang • Patah tulang pelvis
Definisi tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum, hal ini Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb.:
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi • Hamil
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka kerusakan. • Pernah operasi abdominal
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). • Operator tidak berpengalaman
Pengkajian : • Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
Etiologi dan factor resiko Pengkajian awal yang perlu ditanyakan pada klien adalah : l Ultrasonografi dan CT Scan
Trauma merupakan penyebab tertinggi kematian pada orang 1. Sejauh mana klien terjatuh? Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
dewasa yang berusia dibawah 40 tahun dan menduduki peringkat ke 5 2. apa yang menyebabkan klien terjatuh? belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
penyebab kematian pada semua orang dewasa. 3. Dimana klien jatuh? retroperitoneum.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, 4. Dimana nyeri yang dirasakan?
yaitu : 5. Apakah klien kehilangan kesadaran ? Pemeriksaan khusus
1. Paksaan /benda tumpul Tanda dan gejala A) Abdominal paracentesis
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam 1. Nyeri Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000
disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas. dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan
berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau 1. Darah dan cairan indikasi untuk laparotomi.
sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium B) Pemeriksaan laparoskopi
kecelakaan lalu lintas. yang disebabkan oleh iritasi Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
1. Cairan atau udara dibawah diafragma penyebabnya.
1. Trauma tembus / Yang disebabkan oleh nyeri dibahu C) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam 1. Kehr’s sign
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.
disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben Penatalaksanaan Medis
Organ pada abdomen yang terkena kerusakan terbagi atas dua 1. Mual dan muntah l Abdominal paracentesis à menentukan adanya perdarahan dalam
(Swearingen & Kose, 1999), yaitu : 2. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
1. Organ Padat / solid yaitu : hati, limpa dan pancreas Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal l Pemeriksaan laparoskopi à mengetahui secara langsung
2. Organ berlubang (hollow) yaitu : lambung, usus dan shock hemoragi peneyebab akut abdomen
kandung kemih Pemeriksaan diagnostik l Pemasangan NGT à memeriksa cairan yang keluar dari lambung
Patofisiologi l Foto thoraks pada trauma abdomen
Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh pengguntingan, Untuk melihat adanya trauma pada thorax. l Pemberian antibiotik à mencegah infeksi
penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus l Pemeriksaan darah rutin l Laparotomi
atau struktur abdomen yang lain. Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila Sebelum operasi à pemasangan NGT, pemasangan dauer-
Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan katheter, pemberian antibiotik, pemasangan
abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
menyebabkan peritonitis dan sepsis. 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
Ignativicus, Donna D ; Workman. 2006. Medical Surgical Nursing Critical darah dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu Uretroplasty anastomosis adalah prosedur pilihan pada ruptur total uretra
Thinking for Collaborative Care. USA : Elsevier Saunders robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu sehingga pars bulbosa setelah straddle injury. Skar tipikal berukuran 1,5 sampai 2 cm
RUPTUR URETRA ANTERIOR disebut butterfly hematoma atau hematoma kupu-kupu. 2 dan harus dieksisi komplit. Uretra proksimal dan distal dapat dimobilisasi
ETIOLOGI GAMBARAN RADIOLOGIS untuk anastomosis end-to-end. Tingkat keberhasilan dari prosedur ini lebih
Uretra anterior adalah bagian distal dari diafragma Pemeriksaan radiologik dengan uretrogram retrograde dapat dari 95% dari kasus
urogenitalia. Straddle injury dapat menyebabkan laserasi atau contusion dari memberi keterangan letak dan tipe ruptur uretra. Uretrogram retrograde akan Insisi endoskopik melalui jaringan skar dari uretra yang ruptur tidak
uretra. Instrumentasi atau iatrogenik dapat menyebabkan disrupsi parsial 10 menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi uretra, sedangkan disarankan dan sering kali gagal. Penyempitan parsial uretra dapat diterapi
Cedera uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera langsung kontusio uretra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya awal dengan insisi endoskopi dengan tingkat keberhasilan tinggi. Saat ini
pada pelvis dan uretra. Secara klasik, cedera uretra anterior disebabkan ekstravasasi maka kateter uretra boleh dipasang. 10,11 uretrotomi dan dilatasi berulang telah terbukti tidak efektif baik secara klinis
oleh straddle injury atau tendangan atau pukulan pada daerah perineum, PENATALAKSANAAN maupun biaya. Lebih lanjut, pasien dengan prosedur endoskopik berulang
dimana uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul. Penanganan Awal juga sering diharuskan untuk dilakukan tindakan rekonstruksi kompleks
Cedera tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk) dapat juga Kehilangan darah yang banyak biasanya tidak ditemukan seperti graft. Open repairseharusnya ditunda paling tidak beberapa minggu
menyebabkan cedera uretra anterior. Penyebab lain dari cedera uretra pada straddle injury. Jika terdapat pendarahan yang berat dilakukan bebat setelah instrumentasi untuk membiarkan uretra stabil. 3,15
anterior adalah trauma penis yang berat, trauma iatrogenic dari kateterisasi, tekan dan resusitasi. Armenakas dan McAninch (1996) merencanakan skema KOMPLIKASI
atau masuk benda asing. 9 klasifikasi praktis yang sederhana yang membagi cedera uretra anterior Komplikasi dini setelah rekontruksi uretra adalah infeksi, hematoma,
berdasarkan penemuan radiografi menjadi kontusio, ruptur inkomplit, dan abses periuretral, fistel uretrokutan, dan epididimitis. Komplikasi lanjut yang
MEKANISME TRAUMA ruptur komplit. Kontusio dan cedera inkomplit dapat ditatalaksana hanya paling sering terjadi adalah striktur uretra. 10
Trauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan cedera uretra dengan diversi kateter uretra. Tindakan awal sistotomi suprapubik adalah FRAKTUR HUMERUS
anterior. Trauma tumpul adalah diagnosis yang sering dan cedera pada pilihan penanganan pada cedera staddle mayor yang melibatkan uretra. Pemeriksaan status generalis didapatkan pasien dalam keadaan shock,
segmen uretra pars bulbosa paling sering (85%), karena fiksasi uretra pars Pilihan utama berupa surgical repair direkomendasikan pada kesadaran komposmentis, tanda vital dalam batas normal. Pasien berteriak
bulbosa dibawah dari tulang pubis, tidak seperti uretra pars pendulosa yang luka tembak dengan kecepatan rendah, Ukuran kateter disesuaikan dengan histeris dan mengeluh kesakitan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mobile. Trauma tumpul pada uretra pars bulbosa biasanya disebabkan berat dari striktur uretra. Debridement dari korpus spongiosum setelah benjolan besar di daerah lengan kanan atas yang sakit saat digerakkan.
oleh straddle injury atau trauma pada daerah perineum. Uretra pars bulbosa trauma seharusnya dibatasi karena aliran darah korpus dapat terganggu Diduga pasien mengalami fraktur lengan kanan atas. Terdapat beberapa luka
terjepit diantara ramus inferior pubis dan benda tumpul, menyebabkan sehingga menghambat penyembuhan spontan dari area yang mengalami lecet di daerah tungkai bawah kanan dan kiri. Kepala sakit saat diangkat atau
memar atau laserasi pada uretra. 4 kontusi. Diversi urin dengan suprapubik direkomendasikan setelah luka digerakkan. Tidak didapatkan luka terbuka.
Tidak seperti cedera pada uretra pars prostatomembranous, Trauma tembak uretra dengan kecepatan tinggi, diikuti dengan rekonstruksi Penanganan pertama pada pasien ini adalah memasang bidai pada daerah
tumpul uretra anterior jarang berhubungan dengan trauma organ lainnya. lambat. 3,15 fraktur kemudian membersihkan luka lecet dengan povidon iodin.
Kenyataannya, straddle injury menimbulkan cedera cukup ringan, membuat Penanganan Spesifik Selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi untuk menilai kondisi fraktur.
pasien tidak mencari penanganan pada saat kejadian. Pasien biasanya datang
dengan striktur uretra setelah kejadian yang intervalnya bulan atau tahun. 4
 Kontusio Uretra Hasil yang didapatkan adalah pasien mengalami fraktur tertutup (tipe
transversal) lengan kanan atas.
Pasien dengan kontusio uretra tidak ditemukan bukti adanya ekstravasasi
Cedera uretra anterior dapat juga berhubungan dengan trauma penis Pengobatan lanjutan yang dilakukan adalah resusitasi cairan Ringer Laktat
dan uretra tetap utuh. Setelah uretrografi, pasien dibolehkan untuk buang air
(10% sampai 20% dari kasus). Mekanisme cedera adalah trauma langsung IV, injeksi Remopain IV 10 mg, injeksi Tetanus Toxoid IM 0,5 mL. Pasien
kecil; dan jika buang air kecil normal, tanpa nyeri dan pendarahan, tidak
atau cedera pada saat berhubungan intim, dimana penis yang sementara dikonsul ke bagian Orthopedi untuk penanganan fraktur lebih lanjut.
dibutuhkan penanganan tambahan. Jika pendarahan menetap, drainase
ereksi menghantam ramus pubis wanita, menyebabkan robeknya tunika Gejala Fraktur/Patah Tulang Humerus
uretra dapat dilakukan. 3
albuginea. 4 Sebuah tulang humerus retak cenderung tetap di tempat karena gaya
KLASIFIKASI  Laserasi Uretra gravitasi di lengan menggantung menjaga keselarasan. Namun,
Klasifikasi rupture uretra anterior dideskripsikan oleh McAninch dan Instrumentasi uretra setelah uretrografi harus dihindari. Insisi midline pada fungsi dukungan tulang lengan ini untuk gerakan lain sangat terganggu,
Armenakas berdasarkan atas gambaran radiologi suprapubik dapat membuka kubah dari buli-buli supaya pipa sistotomi menyebabkan nyeri tulang yang parah bila mencoba gerakan di bahu atau
 Kontusio : Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi uretrografi
suprapubik dapat disisipkan dan dibolehkan pengalihan urin sampai laserasi
uretra sembuh. Jika pada uretrogram terlihat sedikit ekstravasasi, berkemih
sendi siku. Bengkak, memar, dan kengiluan dapat diterjadi 2-3 jam setelah
cedera. Pada saat ini fraktur humerus dengan cedera saraf radial, seseorang
retrograde normal
dapat dilakukan 7 hari setelah drainase kateter suprapubik untuk menyelidiki tidak mampu untuk mengangkat pergelangan tangan (pergelangan
 Incomplete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi, tetapi masih ekstravasasi. Pada kerusakan yang lebih parah, drainase kateter suprapubik tangan terkulai). Sebuah tes medis untuk kelumpuhan saraf radialis adalah
ada kontinuitas uretra sebagian. Kontras terlihat mengisi uretra proksimal harus menunggu 2 sampai 3 minggu sebelum mencoba berkemih. ketidakmampuan untuk melakukan acungan jempol tanda populer seperti di
atau vesika urinaria. Penyembuhan pada tempat yang rusak dapat menyebabkan striktur. jejaring facebook, “like this”.
 Complete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi dengan tidak Kebanyakan striktur tidak berat dan tidak memerlukan rekonstuksi bedah.
Kateter suprapubik dapat dilepas jika tidak ada ekstravasasi. Tindakan lanjut
Operasi Patang Tulang Humerus
ada kontras mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria. Kontinuitas uretra Dislokasi fraktur humerus dikelola dengan baik dengan operasi fraktur
dengan melihat laju aliran urin akan memperlihatkan apakah terdapat humerus. Operasi melibatkan relokasi dari dislokasi dan mengamankan
seluruhnya terganggu. 4
obstuksi uretra oleh striktur. 3 tulang dengan menggunakan sekrup ortopedi dan plat. Untuk fraktur
GAMBARAN KLINIS
Pada rupture uretra anterior terdapat memar atau hematom pada  Laserasi Uretra dengan Ekstravasasi Urin yang Luas humerus midshaft operasi bahkan dapat menjadi penyebab cedera saraf
penis dan skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan Setelah laserasi yang luas, ekstravasasi urin dapat menyebar ke perineum, radial dan karenanya, satu catatan,harus hati-hati dengan ada atau tidak
tanda klasik cedera uretra. Bila terjadi rupture uretra total, penderita skrotum, dan abdomen bagian bawah. Drainase pada area tersebut adanya cedera saraf radial sebelum dan setelah operasi fraktur humerus.
mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma dan nyeri perut diindikasikan. Sistotomi suprapubik untuk pengalihan urin diperlukan. Operasi untuk fraktur humerus condylar sangat rumit karena lokasi fraktur
bagian bawah dan daerah suprapubik. Pada perabaan mungkin ditemukan Infeksi dan abses biasa terjadi dan memerlukan terapi antibiotik. 3 dalam sendi siku. Namun, jika benar dilakukan dapat mencegah kebutuhan
kandung kemih yang penuh. 10 · Rekonstruksi segera untuk operasi penggantian siku yang sangat mahal di masa depan.
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstuksi Perbaikan segera laserasi uretra dapat dilakukan, tetapi prosedurnya sulit dan Daftar Pustaka
karena udem atau bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis tingginya resiko timbulnya striktur. 3 Sjamsuhidayat, Wim de jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2, EGC,
mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat · Rekonstruksi lambat Jakarta.
meluas jauh, tergantung fascia yang turut rusak. Pada ekstravasasi ini mudah Sebelum semua rencana dilakukan, retrograde uretrogram dan Kahlon I.A., Hanif A. and Awais S.M., 2004, Analysis of Emergency Care
timbul infiltrate yang disebut infiltrate urin yang mengakibatkan selulitis dan sistouretrogram harus dilakukan untuk mengetahui tempat dan panjang dari of Trauma Patients with References to the Type of injuries, Treatment and
septisemia, bila terjadi infeksi. 10 uretra yang mengalami cedera. Pemeriksaan ultrasound uretra dapat Cost, Department of Orthopedics, General Hospital, Lahore, ANNALS
Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera membantu menggambarkan panjang dan derajat keparahan dari striktur. Volume 16. No.1 Jan. - Mar. 2010.
kangkang atau instrumentasi dan darah yang menetes dari uretra. 10 Injeksi retrograde saline kombinasi dengan antegradebladder filling akan
Jika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin mengisi uretra bagian proksimal dan distal, dan sonogram 10-MHz akan
keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada fasia Buck, dan secara klinis mengambarkan dengan jelas bagian yang tidak bisa terdistensi untuk di
terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun jika fasia Buck ikut eksisi. Jaringan fibrosa padat yang terbentuk karena trauma sering
robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles sehingga menjadi significant shadow.

Anda mungkin juga menyukai