Raja Sura adalah keluarga Vrsni. Ia memiliki putra yang bernama Vasudeva dan
satu putri yang bernama Prtha. Raja sura memberikan Prtha kepada sepupunya
Kunthibhoja karena ia tidak memiliki anak. Ia diberi nama Kunti. Suatu hati Rsi
Durvasa datang ke ibu kota Kuntibhoja. Kunti dipilih oleh ayahnya untuk melayani rsi
itu. Karena senang dengan kunti, rsi itu menganugrahkan sebuah anugrah mantra yang
dimana jika diucapkan dewa yang dipikirkannya akan datang padanya. Waktu itu kunti
hanya seorang gadis kecil yang tidak tau apa-apa. Ia memikirkan betapa bahagianya
jika matahari berada disisnya. Dalam waktu yang singkat, ia mencangkup kedua tangan
sambil menutup matanya dan memanggil matahari.
Keajaiban terjadi setelah ia membuka mata, Dewa Matahari berada
disampingnya. Ia menjelaskan tentang matra yang jika ia ucapkan bahwa sang dewa
akan memeluknya dan memberinya seorang putra yang tampan dari dewa yang
dipanggilnya. Kunti terkejut dan bersedih, ia memohon pada dewa matahari agar ia
pergi dan memaafkan perbuatannya. Namun dewa matahari tidak bisa melakukannya,
ia harus menyentuh kunti. Dewa matahari menenangkan kunti dengan berkata jangan
takut, setelah anak itu lahir ia akan kembali menjadi gadir seperti sekarang ini. Kunti
mempercayainya. Sebelum matahari pergi ia memberitahu kunti anak itu akan lahir
bersama dengan Kavaca dan Kundala.
Seorang anak terlahir dari kunti, ia sangat malu. Ia membungkus anak itu
dengan kain sutra kemudian diletakkan dikotak dan menghanyutkannya kesungai.
Ketika ia melihat kotak itu mengalir disungai, ia meteskan air mata dan memasrahkan
diri pada matahari.
Beberapa tahun telah berlalu. Kunti memilih pandu sebagai suaminya. Madri putri
dari kerajaan Madra adalah wanita lain yang dipilih pandu sebagai istrinya. Saat itu
pandu adalah prajurit yang hebat, hal ini dapat menegakkan kekuasaan istana Kuru
kembali. Saat itu pandu bersama dua ratunya pergi ke hutan untuk bersantai. Dihutan
itu hidup seorang rsi bersama istrinya. Ia menjelma menjadi rusa agar dapat
menikmati hubungan kebersamaan tampa mengenal tempat. Pandu dan dua istrinya
melihat dua ekor rusa itu, dengan sifat pemburunya, pandu mengambil panah dan
memanah rusa itu. Dalam waktu yang singkat, rusa jantan terjatuh dan terluka parah,
sebelum rusa itu mati ia mengutuk pandu dengan berkata normal layaknya manusia,
ia mengutuk pandu dengan mengatakan nasibnya akan sama seperti rusa itu jika ia
menyentuh seorang perempuan, kematian akan datang padanya sama seperti rusa itu.
Pangeran kembali dengan perasaan berat hati. Ia kelihangan ketertarikan dalam
segala hal, ia mengatakan pada kedua istrinya bahwa ia tidak ingin kembali
kekerajaan, ia akan melakukan tapa dengan cara melepaskan diri dari benda-benda
keduniawian. Kunti dan Madri melepaskan semua permata dan sutranya kemudian
diberikan pada rombongan yang diutuskannya untuk kembali ke Hastinapura.
Mendengar hal tersebut, Bhisma dan Ambalika merasa sedih, sekali lagi bhisma
merasakan beban akan berada dipundaknya.
Waktu berlalu, kunti dan puta-putranya pergi keasrama dekat tempat itu. Pandu
hanya berdua bersama Madri. Ia melihat kecantikan dalam tubuh madri, seketika ia
ingin mendekati madri, namun madri berusaha menahannya. Tapi pandu terlalu kuat,
ia menangkapnya dalam pelukannya, sesat kemudian ia terjatuh dan mati. Tangisan
madri hingga ketelinga kunti. Kunti melihat pandu dan menangis kemudian
memarahi madri, ia mengatakan madri tega membiarkan ini terjadi. Para rsi Satasrnga
telah berkumpul dan melihat kejadian itu. Kunti dan madri ingin menceburkan diri
ke api pembakaran untuk pandu. Namun para rsi membujuk merekan, mengingat
akan putra-putranya. Dan mereka akan membawa kunti,madri dan putra-putranya
kembali ke hastina pura, tugas mereka berdua sebagai seorang ibu untuk menjaga
putra-putranya dari Dhrtarastra yang tidak akan menyukai putra-putranya. Namun
saat itu, madri tetap ingin menceburkan dirinya, dia meminta ijin pada kunti, sebab
sebelum mati pandu ingin bersama madri, hal itulah yang ingin dikabulkan madri
untuk suaminya. Kunti menyetujui kemauan madri. Madri berpamitan pada putra-
putranya dan semua orang ia menceburkan dirinya. Semua sudah selesai, para rsi
dengan kunti dan kelima putra pandu menuju ke hastinapura.
Para pangeran pandava dan ibu mereka serta para rsi telah sampai di Hastinapra.
Dhrtarastra,Bhisma, Bahlika, kakak santanu, putranya somadatta, vidura yang
bijaksana melihat mereka seperti Arani dengan lima api yang sedang menyala.
Dhartarastra meminta vidura untuk menyelenggarakan upacara pemakaman bagi
pandu yang layak bagi seorang putra istana Kuru. Setelah itu, ketika semua sudah
pergi, Vyasa mendekati ibunya Satyavati dan mengatakan ramalan buruk bagi istana
kuru akan tiba, ia meminta ibunya pergi kehutan untuk menghilangkan ikatan
keduniawian agar ia tidak merasa sangat sedih ketika melihat hal buruk itu terjadi
diistana. Satyavati menyetujuinya dan mengajak ambika dan ambalika bersamanya.
Sebelum pergi, satyavati berpamitan pada bhisma, dan memerintahkannya untuk
menjaga para pangeran pandava.
Putra-putra Dhrtarastra memiliki sifat yang alami dan mereka marah atas
kekuasaan Bhima. Bhima sangat senang menggoda dan menggertak mereka. Tetapi
hati Duryodhana penuh dengan kemarahan dan kecemburuan akan kekuatan da hati
bhima. Ia memiliki cara untuk membalas dendam dan membalas penghinaan itu. “aku
harap ia mati” adalah ungkapan dari Duryodhana untuk bhima. Duryodhana mewarisi
sifat ayahnya yang egois dan serakah, ia tidak ingin sepupunya ini makmur. Ia
berpikir dengan kematian bhima masa depannya sebagai raja akan pasti. Disinilah
Sakuni paman duryodhana dan seorang penasehat yang jahat masuk. Sakuni dan
duryodhana menyusun suatu rencana ketika mereka bermain ditepi sungai gangga,
bhima yang kelelahan diberi makanan oleh duryodhana, bhima memakannya tampa
mengetahui bahwa duryodhana telah menaruh racun yang mematikan dalam
makanan itu. Karena lelah bhima tertidur dengan tumbuhan yang merayap sangat
kuat. Duryodhana kemudian menenggelamkannya ke tempat ada ular-ular yang
memiliki bisa yang mematikan. Kembalinya mereka kekota pun telah direncanakan.
Yudhistira mencari bhima, ia terburu-buru dan bertanya pada ibunya dimana bhima.
Kunti terkejut dan memberitahunya bhima tidak ada disana. Keempat laki-laki itu
kembali kesungai untuk mencari bhima, namun bhima tidak ketemu, mereka kembali
ke istana. Karena takut, kunti memberitahu vidura bahwa bhima hilang. Kunti
mengatakan jika duryodhana tidak menykai bhima, mungkin duryodhana telah
membunuhnya. Vidura menenangkan kunti, setelah tenang, vidara segera pergi
meninggalkan kunti.
Bhima terbangun dari tidurnya, tiba-tiba ular itu telah bekerja menggigit bhima.
Hal aneh terjadi, racun dari ular itu merupakan penawar racun yang dimakan bhima.
Iabangun dan membunuh ular-ular itu. Beberapa lolos kembali kekediaman Vasuki
dan memberitahu rajanya kalau ia harus bertemu bhima yang kuat itu. Vasuki
bertemu dengan bhima dan memeluknya, ia mengetahui bhima adalah anak kunti.
Kemudian bhima diberi kekuatan oleh vasuki. Bhima tertidur selama delapan hari,
pada hari kedelapan ia terbangun dan ia diberikan makanan kedewataan oleh raja
naga , ia kembali pulang. Kebahagiaan menyelimuti ibu dan saudara-saudaranya.
Duryodhana melihat bhima kembali hidup lagi. Kebenciannya semakin besar saat ini.
Tetapi ia harus diam, karena ia tahu pandava mengetahuinya.
Suatu hari, anak sedang bermain bola, namun tiba-tiba bola itu jatuh kedalam
sumur. Permainan mereka telah terhenti. Tiba-tiba ada seseorang mendekati mereka
dan berkata jika panah dan busur dapat mengembalikan bola mereka. Anak-anak itu
sangat kebingunan, namun tiba-tiba orang asing itu memperlihatkan kehebatannya
memanah bola yang ada disumur itu berkali-kali hingga membentuk tali dan
menariknya kemudian mengambil bola itu dan memberikannya pada mereka. Anak-
anak itu takjub dan memberi hormat pada orang asing itu. Kemudian mereka berlari
keistana dan memberitahu bhisma tentang orang asing itu. Bhisma menyadari bahwa
yang datang adalah Drona suami Krpi. Bhisma merasa bahwa guru yang tepat pada
akhirnya datang untuk ksatriya. Ia menyambut drona dengan penuh kehormatan.
OLEH :