Anda di halaman 1dari 11

1.

Di Tepi Sungai Gangga


Santanu adalah raja Hastinapura. Berburu adalah sifatnya. Ketika ia berburu
ditepi sungai, ia melihat seorang wanita cantik yang bernama Gangga. Ia ingin
menikahi wanita itu. Namun gangga memiliki satu syarat jika Santanu ingin
menikahinya, yaitu Santanu tidak boleh menyakiti hatinya, jika ia melanggarnya,
Gangga akan pergi meninggalkannya. Santanu pun menyetujuinya dan membawa
Gangga kekerajaan untuk dinikahinya.
Hari berlalu, bulan berlalu, gangga melahirkan seorang putra darinya dan
santanu, namun ia membawa bayinya ketepi sungai dan menenggelamkan bayi itu.
Santanu hanya terdiam dalam kemarahannya karena ia ingat akan janjinya bahwa ia
tidak akan menyakiti hati gangga dengan kemarahannya. Ini terjadi lagi dalam setahun
kemudian, lagi dan lagi hingga tujuh putra telah ditenggelamkan. Putra kedelapan telah
lahir, kali ini Santanu tidak bisa menahan kemarahannya, ia berkata bahwa tindakan
Gangga itu sangat tidak manusiawi. Gangga sangat sedih dengan perkataan Santanu. ia
berkata bahwa ia akan meninggalkan santanu, ia akan membawa bayinya hingga
bayinya nanti siap bersama santanu. bayi itu diberi nama Devavrata. Ia berkata bahwa
ia adalah milik surga, ia dikutuk harus hidup dibumi karena dikehidupan dahulu.
Santanu terlihat kebingungan, ia bingung mengapa tujuh putranya ditenggelamkan ke
sungai. Gangga pun menjelaskannya, bahwa kedelapan putra itu adalah Vasu yang
dikutuk terlahir kedunia, dan ia menganugrahkan mereka kehidupan begitu mereka
lahir, namun putra yang kedelapan telah dikutuk untuk hidup lebih lama dibumi. Bayi
ini akan menjadi keturunan mahkota Paurava yang termasyur. Gangga pun menghilang
dari pandangan santanu.
2. Enam belas tahun kemudian
Enam belas tahun telah berlalu, ketika santanu berkeliling disungai ia
menyadari bahwa istrinya gangga berdiri disampingnya dengan senyuman tenang. Dari
kejauhanmuncullah seorang anak muda tampan yang wajahnya bersinar penuh
kebahagiaan, ia memeluk tangan gangga dan memanggilnya ibu. Gangga melihat raja
dan memberitahu anak muda itu bahwa santanu adalah ayahnya. Gangga memberitahu
santanu, bahwa ia membawakan putranya untuk santanu, itulah alasannya kedatangan
gangga dihadapan santanu. setelah itu gangga menghilang dan santanu kembali
kekerajaan bersama putranya.
3. Putri Nelayan
Empat tahun berlalu, Devavrata diangkat sebagai Yuvaraja. Suatu ketika raja
Santanu berburu kesungai, ia menghirup wewangian yang berasal dari seorang wanita
nelayan yang sangat cantik. Ia menginginkan wanita itu. Kemudian santanu langsung
menumia raja nelanyan ayah dari wanita itu dan meminta putrinya untuk menikah
dengannya. Raja nelayan itu menyetujuinya, namun dengan syarat menjadikan putra
dari putrinya sebagai pewaris mahkota kerajaan setelah dirinya. Raja santanu tidak
berkata apa-apa. Ia memikirkan gangga yang saat itu dengan Devavrata dan meminta
membawanya ke istana para Ksatriya. Wajah putranya terbayang dipikirannya. Santanu
pun kembali kekerajaan tampa satu katapun.
4. Sumpah membujang
Raja santanu memberitahu Devavrata bahwa ia ingin menikah lagi. Ia khawatir
tentang kenyataannya bahwa dirinya adalah satu-satunya putra ksatriya yang agung.
Jika sesuatu terjadi padanya dipeperangan, garis keturunan Kuru tidak akan ada yang
melanjutkan. Garis keturunan itu akan hancur. Kecerdasan Devavrata telah menangkap
berkataan ayahnya. Ia pergi dengan mengarahkan kusirnya menuju ketempat yang ingin
dituju. Tampa memberitahu ayahnya Devavrata pergi kehutan tempat kediaman
nelayan itu. Devavrata meminta wanita itu untuk membawanya menamui raja nelayan.
Raja nelayan itu menjelaskan apa yang ia inginkan jika putrinya diminta untuk menikah
dengan Santanu.
Keresahan menggelayut diwajah Devavrata karena ayahnya telah
menginginkan sesuatu dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Devavrata berkata
pada raja nelayan itu, bahwa ia akan menarik haknya atas mahkota itu. Namun raja
nelayan itu tidak mempercayai devavrata, ia meminta jaminan pada devavrata untuk
hak anak dari putrinya, Satyavati. Pangeran terkejut dengan keinginan raja nelayan
itu.dengan tegasnya, Devavrata memberikan jaminan bahwa ia bersumpah demi langit
dan bumi, atas nama semua orang yang ia sayangi, atas nama gurunya Dharma ia tidak
akan menikah selama hidupnya. Kata BHISMA diucapkan dari keempat penjuru arah.
Raja nelayan itu senang dan memberikan Satyavati yang akan menjadi ibunya pada
devavrata.
Devavrata menghadap ayahnya dan mempersembahkan satyavati padanya.
Santanu telah mendengar semua yang telah terjadi. Ia sangat bertrimakasih pada
putranya yang penuh kejantanan. Pernikahan antara Santanu dan Satyavati dirayakan.
Menerka dianugrahkan dua putra yang terlahir. Mreka diberi nama Citrangada dan
Vicitravirya. Waktu berlalu dengan cepat, raja santanu meninggal dengan umurnya
yang tua. Kenyataannya Devavrata yang lebih dikenal Bhisma menanggung beban
kerajaan. Ia menobatkan Citrangada sebagai Yuvaraja dan bertindak sebagai wakil
baginya.
Bertahun-tahun tidak ada sesuatu yang terjadi, namun tiba-tiba ada seorang raja
Gandharva yang bernama Citrangada tidak rela ada manusia yang memiliki nama yang
sama dengannya. Karena hal tersebut, terjdilah pertarungan antara mereka. Di tanah
Kuksetra, dua citrangada bertarung, namun putra santanu kalah terbunuh. Bhisma
sangat terpukul dan mengangkat putra Satyavati yang lebih muda.
5. Sayembara di kerajaan Kasi
Tahun-tahun telah berlalu, saatnya Bhisma memikirkan perkawinan
Vicitravirya. Terdengarlah kabar bahwa raja Kasi mengadakan sayembara untuk tiga
putrinya yang cantik ia adalah Amba, Ambika dan Ambalika. Bhisma mengikuti
sayembara itu, raja-raja yang telah berkumpul di aula itu melihat bhisma dengan
senyuman mencurigai dan ucapan yang menghinanya. Bhisma berkata bahwa ia
mengikuti sayembara ini untuk pengantin adiknya Vicitravirya. Bhisma mengambil
putri-putri itu satu persatu dan membawanya kekereta menuju Hastinapura. Raja-raja
disana mengejar putri-putri itu namun mereka dengan sangat mudah dikalahkan oleh
bhisma.
Bhisma bersama ketiga putri itu telah sampai di hastinapura. Salah satu ketiga
putri itu Amba putri tertua berkata dengan menggigil bahwa sebelum bhisma
membawanya pergi, ia telah mengalungkan bunga pada Salva dan memilihnya sebagai
suami. Oleh karena itu, Devavrata, bhisma dan satyavati menyadari bahwa tidak benar
menikahi seseorng yang telah menyimpan hatinya untuk orang lain. Untuk itu bhisma
meminta amba pergi untuk menemui Salva. Namun ketika amba sampai dikerajaan
Salva dan mencerikan semuanya bahwa ia telah memilihnya sebagai suami amba, Salva
menolak amba, ia berkata bahwa menurut Dharma ksatriya, perang yang memenangkan
seorang wanita dalam pertarungan adalah milik wanita itu, dan bhisma adalah tuanmu.
Pergilah padanya.
Amba kembali kehastinapura dengan hati yang dipenuhi rasa sakit dan berdiri
dihadapan bhisma kemudian meminta dirinya untuk dinikahi. Bhisma menenangkan
gadis yang menangis dihadapannya itudan memberitahunya bahwa ia tidak, bisa
menikahinya, ia telah bersumpah untuk menjadi brahmacarin sepanjang hidupnya.
Amba yang sakit telah menghabiskan enam tahun tanpa guna. Ia bertemu
dengan orang-orang suci dan menceritakan apa yang telah ia alami kemudian ia
berkeinginan untuk tinggal bersama dan melakukan pertapaan untuk penebusan dosa.
Ditengah-tengah mereka kakek Amba Hotravahana datang, ia mendengar kisah sedih
yang terjadi pada amba dan memberitahunya bahwa ia akan menyuruh Bhargava guru
bhisma untuk meminta menikahimu dengan bhisma.
Rsi Bhargava yang agung sedih mendengar cerita amba dan ia meminta
muridnya bhisma untuk menikahi amba. Namun bhisma tetap kokoh pada pendiriannya
bahwa ia tidak akan menikah seumur hidupnya. Bhargava pun marah pada bhisma dan
ingin mengutuk bhisma jika dia tidak ingin bertarung dengannya. Bhisma pun memilih
bertarung daripada harus dikutuk oleh gurunya. Sebuah pertarungan antara keduanya
terjadi hingga berhari-hari dan bermalam-malam. Pada hari terakhir, bhisma
memutuskan untuk memakai astra yang bernama prasvapa, namun para dewa yang
dipimpin oleh Narada dan rudra datang dan meminta bhissma untuk tidak memakai
astra itu, mereka berkata bahwa bhisma bukan orang yang akan menghancurkan dunia.
Pertempuran itu pun berhenti, bhargava akhirnya meminta amba untuk pergi karena ia
tidak mendapatkan persetujuan itu dari bhisma.
6. Keinginan Amba untuk balas dendam
Amba melakukan tapa yang sangat dasyat hingga Sanmukha putra dewa
Sankara senang padanya dan memberikannya kalungan bunga teratai segar yang barang
siapa memakai kalungan bunga itu dapat membunuh bhisma. Amba sangat bahagia dan
melanjutkan petualangannya untuk membalas dendam.
Namun amba putus asa dengan semua penolakan terhadap raja-raja untuk
membantunya, bahkan raja pancala dari kerajaan drupadi menolak membantunya.
Amba melakukan tapa sekali lagi hingga akhirnya dewa sankara muncul dan berkata
padanya bahwa dikelahirannya yang akan datang, ia akan membunuh bhisma. Amba
membuat api yang sangat besar dan melompat ke dalam api itu. Kemudian ia terlahir
sebagai putri drupada yang bernama srikandi. Ia memakai kalungan bunga teratai yang
tergantung dipilar itu dan dipakaikan dilehernya. Ia dididik oleh Drona yang
mengiranya seorang laki-laki. Tahun demi tahun berlalu, dengan kebaikan yaksa amba
telah berubah menjadi seorang pria dengan kebencian pada bhisma.
7. Satyavati dan bhisma
Pernikahan Vicitravirya dengan dua putri ambika dan ambalika dilakukan
layaknya pernikahan seorang raja. Tetapi dalam waktu yang lama takdir kembali
mengejutkan mereka, Vicitravirya menderita penyakit yang mematikan. Satyavati
sangat terpukul dengan nasib yang menimpanya. Ia menemui bhisma dan memberinya
tugas untuk melanjutkan garis keturunan Kuru. Satyavati terus membujuk bhisma untuk
menikah. Bhisma telah mengendalikan kemarahannya sampai sekarang, hingga ia
berbicara dengan suara yang bergetar penuh kemarahan, ia mengatakan bahwa ia kokoh
dengan Dharmanya. Tidak ada yang bisa merubah dirinya bahkan dengan kekuatan
seorang ibu. Ia telah berani melawan gurunya demi sumpahnya itu dan meminta ibunya
untuk menghentikan semua usaha yang sia-sia.
8. Bangkitnya vyasa
Karena kasihan pada Satyavati bhisma memberikan saran bahwa garis
keturunan bangsawan, ketika diancam oleh kepunahan dapat diteruskan oleh putra yang
terlahir dari brahmana yang mulia. Jika ia berpikir bahwa seorang brahmana itu mulia,
ia dapat memintanya untuk memberikan keturunan untuk menjdi pewaris tahta. Setelah
mengalami kebimbangan, satyavati memberitahu bhisma bahwa jaman dahulu sebelum
ia menikah dengan santanu, ia telah melahirka seorang putra dari parasara seorng rsi
yang agung. Ia bernama Vyasa. Ia berkata bahwa ia akan memanggil vyasa. Bhsima
menyetujuinya.
Vyasa akan menikahi istri-istri Vicitravirya namun ia meminta satyavati untuk
meminta ambika dan ambalika dapat menerimanya dengan wajah dan kulitnya yang
gelap. Satyavati menemui ambika dan memintanya untuk menerima rsi itu untuk
memberikannya keturunan. Ambika tidak memiliki pilihan lain selain menyetujuinya.
Saat itu gelap gulita. Ambika dikamarnya menunggu datangnya Rsi Vyasa dan
ia meihatnya. Gadis malang ini dipenuhi oleh rasa takut dan segan pada pria yang
wajahnya mengerikan ini. Ambika menutup rapat-rapat matanya pada saat itu.
Satyavati menunggu datangnya Vyasa dan memberitahunya bahwa putra yang kuat
akan terlahir dari Ambika. Tetapi karena ia telah menutup matanya sepanjang malam,
putra yang terlahir akan buta. Satyavati benar-benar kecewa pada Ambika. Tetapi
semua telah terjadi, ia menta Vyasa untuk memberikannya putra pada menantunya yang
lain Ambalika.
Ambalika takut pada sang rsi. Tubuhnya menjadi pucat karena ketakutan.
Malam berlalu. Pagi hari Vyasa memberitahu Satyavati bahwa wanita ini akan
mendapatkan anak yang tampan dan memiliki kelembutan. Tetapi, ia menjadi pucat
sama dengan ibunya ketika ia menaruhnya dirahimnya. Satyavati tadak tahu apa yang
harus ia lakukan “ Anakku” ia berkata putranya telah lahir, engkau harus menemui
Ambika sekali lagi. Aku akan menasehatinya sementara itu. Engkau harus melakukan
hal ini demi aku. “ baiklah” kata vyasa dan meninggalkan Hastinapura.
Sementara itu, dua anak terlahir, satu buta dan satunya lagi pucat. Mereka diberi
nama Dhrtasastra dan Pandu. Satyavati berpikir bahwa waktunya telah tiba ketika
Vyasa harus menggunakan Ambika lagi.
Ambika tidak dapat memikirkan Vyasa tanpa rasa takut. Ia berpikir bahwa ia
akan mengutus seorang pelayan pada rsi itu pada malam hari. Vyasa senang bahwa
pelayan itu memperhatikan keinginannya. Esok paginya vyasa berkata pada Satyavati
bahwa seorang anak bijaksana dan baik akan segera lahir. Tetapi ibu dari anak ini
bukanlah menantumu, ia telah menyuruh pelayannya datang padaku tadi malam. Aku
mohon janganlah menminta pertolonganku lagi. Tidaklah benar mengawini wanita
lebih dari tiga kali. Aku setuju dengan semua ini karena engkau adalah ibuku. Janganlah
memanggilku lagi”. Dengan kata-kata perpisahan ini rsi Vyasa pergi kepuncak
Himalaya yang bersalju untuk melakukan penebusan dosa.
9. Perkawinan Pandu Dhartarastra

Putra ketiga telah lahir, ia bernama Vidura. Bhisma mengumumkaan putra


pertamanya menjadi Yuvaraja. Pandu memerintah kerajaan atas nama Dhrtarasta
dengan bimbingan Vidura. Raja Gandhara, subala namanya memiliki seorang putri. Ia
bersama bhisma membincangkan pernikahan putra dan putrinya. Pertama subala
keberatan karena Dhrtarasta buta, namun putrinya Ghandari tidak keberatan untuk
dinikahi dengan Dhrtarastra. Kemudian ia melakukan penolakan diri dengan
mengambil kain sutra dan menutup matanya agar ia tidak melihat dunia yang tidak
dapat dilihat oleh suaminya. Raja kerajaan Madra mengadakan sayembara untuk
putrinya yang telah memilih pandu sebagai suaminya.

10. Kelahiran Matahari

Raja Sura adalah keluarga Vrsni. Ia memiliki putra yang bernama Vasudeva dan
satu putri yang bernama Prtha. Raja sura memberikan Prtha kepada sepupunya
Kunthibhoja karena ia tidak memiliki anak. Ia diberi nama Kunti. Suatu hati Rsi
Durvasa datang ke ibu kota Kuntibhoja. Kunti dipilih oleh ayahnya untuk melayani rsi
itu. Karena senang dengan kunti, rsi itu menganugrahkan sebuah anugrah mantra yang
dimana jika diucapkan dewa yang dipikirkannya akan datang padanya. Waktu itu kunti
hanya seorang gadis kecil yang tidak tau apa-apa. Ia memikirkan betapa bahagianya
jika matahari berada disisnya. Dalam waktu yang singkat, ia mencangkup kedua tangan
sambil menutup matanya dan memanggil matahari.
Keajaiban terjadi setelah ia membuka mata, Dewa Matahari berada
disampingnya. Ia menjelaskan tentang matra yang jika ia ucapkan bahwa sang dewa
akan memeluknya dan memberinya seorang putra yang tampan dari dewa yang
dipanggilnya. Kunti terkejut dan bersedih, ia memohon pada dewa matahari agar ia
pergi dan memaafkan perbuatannya. Namun dewa matahari tidak bisa melakukannya,
ia harus menyentuh kunti. Dewa matahari menenangkan kunti dengan berkata jangan
takut, setelah anak itu lahir ia akan kembali menjadi gadir seperti sekarang ini. Kunti
mempercayainya. Sebelum matahari pergi ia memberitahu kunti anak itu akan lahir
bersama dengan Kavaca dan Kundala.
Seorang anak terlahir dari kunti, ia sangat malu. Ia membungkus anak itu
dengan kain sutra kemudian diletakkan dikotak dan menghanyutkannya kesungai.
Ketika ia melihat kotak itu mengalir disungai, ia meteskan air mata dan memasrahkan
diri pada matahari.

11. Pandu Dikutuk

Beberapa tahun telah berlalu. Kunti memilih pandu sebagai suaminya. Madri putri
dari kerajaan Madra adalah wanita lain yang dipilih pandu sebagai istrinya. Saat itu
pandu adalah prajurit yang hebat, hal ini dapat menegakkan kekuasaan istana Kuru
kembali. Saat itu pandu bersama dua ratunya pergi ke hutan untuk bersantai. Dihutan
itu hidup seorang rsi bersama istrinya. Ia menjelma menjadi rusa agar dapat
menikmati hubungan kebersamaan tampa mengenal tempat. Pandu dan dua istrinya
melihat dua ekor rusa itu, dengan sifat pemburunya, pandu mengambil panah dan
memanah rusa itu. Dalam waktu yang singkat, rusa jantan terjatuh dan terluka parah,
sebelum rusa itu mati ia mengutuk pandu dengan berkata normal layaknya manusia,
ia mengutuk pandu dengan mengatakan nasibnya akan sama seperti rusa itu jika ia
menyentuh seorang perempuan, kematian akan datang padanya sama seperti rusa itu.
Pangeran kembali dengan perasaan berat hati. Ia kelihangan ketertarikan dalam
segala hal, ia mengatakan pada kedua istrinya bahwa ia tidak ingin kembali
kekerajaan, ia akan melakukan tapa dengan cara melepaskan diri dari benda-benda
keduniawian. Kunti dan Madri melepaskan semua permata dan sutranya kemudian
diberikan pada rombongan yang diutuskannya untuk kembali ke Hastinapura.
Mendengar hal tersebut, Bhisma dan Ambalika merasa sedih, sekali lagi bhisma
merasakan beban akan berada dipundaknya.

12. Kelahiran Pandava dan Duryodhana

Pandu menghabiskan beberapa tahun dihutan, ia membicarakan akan


keinginannya memiliki keturun pada istrinya Kunti. Ia meminta kunti untuk menemani
seorang rsi. Namun karena kesetiaannya pada suaminya, kunti tidak mau melakukan
hal yang diinginkan pandu. Namun akhirnya karena ia kasihan pada pandu, ia
memberitahu pandu tentang matra yang diberikan oleh rsi Durvasa saat itu.
Di sebuah taman Stasrnga kunti memanggil dewa Dharma. Pada hari yang suci
itu kunti melahirkan seorang putra Dharma. Anak ini bernama Yudhistira. Kemudian
pandu meminta anak dari Vayu yang kuat dari semua deva. Kemudian kunti
memanggil dewa vayu dan terlahir putra yang diberi nama Bhimasena. Pandu tidak
puas, ia meminta anak lagi dari dewa indra. Kunti menyetujuinya, ia memanggli indra
dan lahir seorang putra akan menjadi penakluk seluruh dunia ia diberi nama Arjuna.
Namun pandu masih ingin meminta anak dari kunti, kali ini kunti tidak menyetujuinya
ia mengatakan bahwa hal ini hanya diijinkan tiga kali. Kemudian pandu minta kunti
untuk mengajari Madri mantra itu agar ia mempunyai anak. Kunti menyetujuinya.
Kemudian Madri memanggil Asvini Kumara dewa kembar yang tampan, terlahirlah
putra kembar yang diberi nama Nakula dan Sadeva.
Pada hari yang sama ketika Bhima lahir, anak Gandhari yang tertua lahir yang
diberi nama Duryodhana. Dhrtarastra memanggil Vidura dang mengatakan jika ia takut
bhima yang lebih tua dari duryodhana akan menjadi pewaris tahta. Vidura mengatakan
tentang munculnya bertanda buruk ketika duryodhana lahir , pertanda buruk itu akan
menjadi penyebab kehancuran seluruh dunia. Vidura meminta dhrtarastra untuk
membunuh anaknya yang akan menyebabkan kehancuran dunia. Namun dhrtarastra
tidak menghiraukan vidura, karena duryodhana anak pertamanya dan ia adalah ayah
dari seratus satu putra dan putri yang bernama Dussala.

13. Kematian Pandu

Waktu berlalu, kunti dan puta-putranya pergi keasrama dekat tempat itu. Pandu
hanya berdua bersama Madri. Ia melihat kecantikan dalam tubuh madri, seketika ia
ingin mendekati madri, namun madri berusaha menahannya. Tapi pandu terlalu kuat,
ia menangkapnya dalam pelukannya, sesat kemudian ia terjatuh dan mati. Tangisan
madri hingga ketelinga kunti. Kunti melihat pandu dan menangis kemudian
memarahi madri, ia mengatakan madri tega membiarkan ini terjadi. Para rsi Satasrnga
telah berkumpul dan melihat kejadian itu. Kunti dan madri ingin menceburkan diri
ke api pembakaran untuk pandu. Namun para rsi membujuk merekan, mengingat
akan putra-putranya. Dan mereka akan membawa kunti,madri dan putra-putranya
kembali ke hastina pura, tugas mereka berdua sebagai seorang ibu untuk menjaga
putra-putranya dari Dhrtarastra yang tidak akan menyukai putra-putranya. Namun
saat itu, madri tetap ingin menceburkan dirinya, dia meminta ijin pada kunti, sebab
sebelum mati pandu ingin bersama madri, hal itulah yang ingin dikabulkan madri
untuk suaminya. Kunti menyetujui kemauan madri. Madri berpamitan pada putra-
putranya dan semua orang ia menceburkan dirinya. Semua sudah selesai, para rsi
dengan kunti dan kelima putra pandu menuju ke hastinapura.

14. Menuju Hastinapura

Para pangeran pandava dan ibu mereka serta para rsi telah sampai di Hastinapra.
Dhrtarastra,Bhisma, Bahlika, kakak santanu, putranya somadatta, vidura yang
bijaksana melihat mereka seperti Arani dengan lima api yang sedang menyala.
Dhartarastra meminta vidura untuk menyelenggarakan upacara pemakaman bagi
pandu yang layak bagi seorang putra istana Kuru. Setelah itu, ketika semua sudah
pergi, Vyasa mendekati ibunya Satyavati dan mengatakan ramalan buruk bagi istana
kuru akan tiba, ia meminta ibunya pergi kehutan untuk menghilangkan ikatan
keduniawian agar ia tidak merasa sangat sedih ketika melihat hal buruk itu terjadi
diistana. Satyavati menyetujuinya dan mengajak ambika dan ambalika bersamanya.
Sebelum pergi, satyavati berpamitan pada bhisma, dan memerintahkannya untuk
menjaga para pangeran pandava.

15. Keirihatian Kurava terhadap Pandava

Putra-putra Dhrtarastra memiliki sifat yang alami dan mereka marah atas
kekuasaan Bhima. Bhima sangat senang menggoda dan menggertak mereka. Tetapi
hati Duryodhana penuh dengan kemarahan dan kecemburuan akan kekuatan da hati
bhima. Ia memiliki cara untuk membalas dendam dan membalas penghinaan itu. “aku
harap ia mati” adalah ungkapan dari Duryodhana untuk bhima. Duryodhana mewarisi
sifat ayahnya yang egois dan serakah, ia tidak ingin sepupunya ini makmur. Ia
berpikir dengan kematian bhima masa depannya sebagai raja akan pasti. Disinilah
Sakuni paman duryodhana dan seorang penasehat yang jahat masuk. Sakuni dan
duryodhana menyusun suatu rencana ketika mereka bermain ditepi sungai gangga,
bhima yang kelelahan diberi makanan oleh duryodhana, bhima memakannya tampa
mengetahui bahwa duryodhana telah menaruh racun yang mematikan dalam
makanan itu. Karena lelah bhima tertidur dengan tumbuhan yang merayap sangat
kuat. Duryodhana kemudian menenggelamkannya ke tempat ada ular-ular yang
memiliki bisa yang mematikan. Kembalinya mereka kekota pun telah direncanakan.
Yudhistira mencari bhima, ia terburu-buru dan bertanya pada ibunya dimana bhima.
Kunti terkejut dan memberitahunya bhima tidak ada disana. Keempat laki-laki itu
kembali kesungai untuk mencari bhima, namun bhima tidak ketemu, mereka kembali
ke istana. Karena takut, kunti memberitahu vidura bahwa bhima hilang. Kunti
mengatakan jika duryodhana tidak menykai bhima, mungkin duryodhana telah
membunuhnya. Vidura menenangkan kunti, setelah tenang, vidara segera pergi
meninggalkan kunti.
Bhima terbangun dari tidurnya, tiba-tiba ular itu telah bekerja menggigit bhima.
Hal aneh terjadi, racun dari ular itu merupakan penawar racun yang dimakan bhima.
Iabangun dan membunuh ular-ular itu. Beberapa lolos kembali kekediaman Vasuki
dan memberitahu rajanya kalau ia harus bertemu bhima yang kuat itu. Vasuki
bertemu dengan bhima dan memeluknya, ia mengetahui bhima adalah anak kunti.
Kemudian bhima diberi kekuatan oleh vasuki. Bhima tertidur selama delapan hari,
pada hari kedelapan ia terbangun dan ia diberikan makanan kedewataan oleh raja
naga , ia kembali pulang. Kebahagiaan menyelimuti ibu dan saudara-saudaranya.
Duryodhana melihat bhima kembali hidup lagi. Kebenciannya semakin besar saat ini.
Tetapi ia harus diam, karena ia tahu pandava mengetahuinya.

16. Masuknya Drona ke Hastinapura

Suatu hari, anak sedang bermain bola, namun tiba-tiba bola itu jatuh kedalam
sumur. Permainan mereka telah terhenti. Tiba-tiba ada seseorang mendekati mereka
dan berkata jika panah dan busur dapat mengembalikan bola mereka. Anak-anak itu
sangat kebingunan, namun tiba-tiba orang asing itu memperlihatkan kehebatannya
memanah bola yang ada disumur itu berkali-kali hingga membentuk tali dan
menariknya kemudian mengambil bola itu dan memberikannya pada mereka. Anak-
anak itu takjub dan memberi hormat pada orang asing itu. Kemudian mereka berlari
keistana dan memberitahu bhisma tentang orang asing itu. Bhisma menyadari bahwa
yang datang adalah Drona suami Krpi. Bhisma merasa bahwa guru yang tepat pada
akhirnya datang untuk ksatriya. Ia menyambut drona dengan penuh kehormatan.

17. Drona dan Drupadi


Drona adalah putra dari Bharadvaja yang masa kecilnya berteman dengan
Drupada pangeran dari kerajaan pancali. Suatu ketika drupada memberitahu drona
bahwa ia menyukainya.dan memintanya untuk menjadi teman hidup. Tahun demi
tahun berlalu, drona menikah dengan Krpi, putri Saradvata atau Gautama. Seorang
putra terlahir dari mereka yang bernama Asvatthama. Drona meminta kekayaan
perpanahan kepada tuannya rsi Bhargava. Saat itu Asvatthama masih sangat kecil,
mereka sangat miskin. Suatu kali ia menemui ibunya dan mengatakan bahwa rasa
susu tidak ada yang menyamainya. Ibunya bersedih, ia tidak bisa memuaskan
anaknya. Drona mendemgar hal itu, kemudian ia mengajak anak dan krpi pergi ke
pncala, ketempat temannya yang bernama Drupada, karena drupada telah berjanji
membagi kekayaannya dengan drona. Drona pergi kekerajaan drupada, ia masuk dan
mengatakan pada drupada bahwa ia datang sebagai sahabat dan meminta hidup
bersama. Namun drupdi telah berubah karena kekayaan dan kenyataannya sebagai
raja. Ia meminta drona untuk pergi dari kerajaannya.
Drona terdiam dan pergi dari kerajaan itu. Ia memutuskan akan balas dendam
terhadap drupada. Ia memutarkan langkahnya ke hastinapura dimana kakak istrinya
krpa tinggal. Ia berharap bahwa hastinapura akan mengarhkannya pada tujuan yang
ia ingin capai. Drona memberitahu bhisma tentang kejadian yang ia alami. Bhisma
mengatakan bahwa drona telah datang ketempat yang tepat, dan ia meminta drona
untuk mendidik ratusan cucunya. Drona sangat senang akan hal itu. Arjuna
merupakan murid kesayangannya.
18. Ekalavya, seorang Nisadha
suatu hari datanglah ekalavya meminta untuk dijadikan murid pada Drona. Drona
menyukai tingkah lakunya. Namun drona mengatakan bahwa ia tidak bisa
menjadikannya murid, karena ia bukan ksatriya tetapi seorang Nisadha. Dengan
perasaan kecewa nisadha itu pergi kehutan dan membuat patung drona dari lumpur
dengan tangannya sendiri. Ia memanggil patung itu guru. Ia terus memuja patung itu.
Suatu hari pangeran kuru dan para pandava pergi kehutan untuk berkemah membawa
seekor anjing. Ajing itu berkeliling, tiba-tiba ia menggonggong melihat seorang pria
aneh memakai baju harimau. Ekalavya tidak tahan mendengarnya, ia menutup mulut
anjing itu dengan panahnya. Hal ini membuat heran semua orang. Drona dan murid-
muridnya memuji keterampilan pemanah yang tidak mereka kenal. Beberapa orang
menemukan pemanah itu, mereka bertanya siapa dirinya. Ekalavya memberitahu
mereka dan mengatakan bahwa ia adalah murid dari drona. Mendengar hal itu arjuna
marah dan menemui arcaryanya dan mengatakan bahwa gurunya telah mengingkari
janjinya menjadikannya pemanah yang hebat dari ekalavya. Drona dan arjuna melihat
ekalvya memakai busana yang terbuat dari kulit harimau. Ekalavya melihat gurunya
dan menyembah kakinya dengan air mata mencuci kakinya. Ekalavya terlalu bahagia
mencerikan cerita ini pada drona. Drona terdiam sesaat, dan mengatakan bahwa ia
akan mendapatkan daksina dari ekalavya, ekalavya dengan sangat terhormat
mengatakan jika drona memintanya. Drona melihat kesedihan dalam wajah arjuna,
dan mengatakan pada ekalavya bahwa ia meminta ibu jari tangan kanannya. Dengan
senyuman, ekalavya mengambil panah yang berbentuk sabit dari busurnya dan
memotong ibu jarinya kemudian meletakkannya di kaki guru tercintanya. Drona
menerimanya, dan arjuna merasa bahagia. Ekalavya mengucapkan selamat tinggal
kepadanya. Drona dan arjuna kembali ke perkemahan tanpa suara.
19. Radheya
Radheya adalah putra Radha dan kusir Atiratha. Hari dimana ketika ulang tahun
Radheya ayahnya menghadiahkan kereta dan kuda baru untuknya. Namun radha
sedih, karena anaknya tidak ingin menjadi kusir melainkan ingin menjadi seorang
pemanah. Radha menyuruh Radheya mendekat dan memangkunya, ia menceritikan
semuanya, menceritakan tentang ditemukannya Radheya, di sebuah kotak yang
bersinar disungai gangga.Radheya tertunduk dan tidak berani bernafas saat
mendengar cerita bahwa dirinya adalah bayi yang ditemukan disungai dalam sebuah
kotak.
Radha menceritakan semuanya dan menyuruh radheya pergi mencari ibunya
dengan perasaan yang sangat sedih. Namun radheya tidak melakukannya. Ia
mengatakan bahwa radha adalah satu-satunya ibu yang ia miliki. Ia akan pergi,
namun kepergiannya untuk berpetualang mencari ilmu pengetahuan, dan ia
mengatakan akan kembali lagi untuk radha.

20. Kutukan Bhargava

Radheya pergi ke hastinapura saat mendengar tentang pemanah hebat drona. Ia


meminta untuk diajarkan memanah kepada drona, namun drona menolaknya karena
radheya putra seorang suta, putra dari kelas bawah. Radheya kembali pulang dengan
memikirkan nama sutaputra yang menjadi penghalang dirinya menjadi pemanah.
Akhirnya ia memutuskan belajar memanah pada bhagavan-bhagavan. ia mengatakan
dirinya adalah brahmana karena seorang suta terlahir dari seorang ksatriya dan
seorang brahmana. Radheya telah sampai keasrama bhargava yang agung dan
memohon untuk mengajarinya. Sang rsi menerimanya dengan senang hati karena
kerendahan hatinya. Suatu ketika saat itu matahari sangat panas, sang rsi meminta
radheya mengambil bantal untuk ia istrihat, dengan kepala berada dipangkuan
radheya. Tiba-tiba radheya merasakan sesuatu telah menggigit pahanya. Tanpa
mengganggu gurunya ia membungkuk dan melihat seekor serangga yang seperti babi
sangat kecil dan mengerikan telah menggigitnya hingga darahnya keluar. Namun ia
menahan rasa sakit itu demi tidak ingin mengganggu gurunya. Kemudian sentuhan
hangat darahnya telah membangunkan sang rsi, ia terkejut dan bertanya kepada
radheya dari mana datangnya darah ini. Radheya mengatakan tentang dirinya digigit
serangga itu. Sang rsi berkata pada radheya, bagaimana bisa seorang brahmana
menahan rasa sakit itu, kau bukan seorang brahmana, aku membenci ksatriya, kau
adalah seorang ksatriya, akuilah, kata sang rsi.
Radheya menangis sambil menyembah kaki rsi itu dan memohon ampun karena
ia telah berbohong pada bhargava. Namun bhargava sangat marah dengan
kebohongan radheya, ia tidak bisa memaafkan radhera. Karena sangat marah
bhargava kemudian mengutuk radheya. namun sebelum meninggalkan radheya, rsi
itu mengatakan bahwa radheya akan menjadi pemanah yang hebat. Radheya sangat
sedih karena gurunya telah mengutuknya, dan ia kembali pulang.
MAHABHARATA

OLEH :

NI Nyoman Manik Fajarwati


201701030
Tari

Fakultas seni Pertunjukkan


Institut seni Indonesia Denpasar
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai