Anda di halaman 1dari 5

1.

LatarBelakang

Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan masalah

yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong

kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial

di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya.

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk

diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja

banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang

disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu,

pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan sehingga

mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan jalanan kota.

Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya

sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi

kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk

menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah

yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi eksistensi kota yang

mensejahterahkan. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman

masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap

sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh, yang

sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan banyak

masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku

menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.


Kemiskinan kota sebagai bagian dari kemiskinan “nasional” di Indonesia juga menjadi

masalah yang cukup “akut” untuk ditangani. Sebagai warisan dan historis yang sudah

berabad-abad, sejak munculnya kota itu sendiri, kaum papa perkotaan menjadi sebuah

fenomena masalah sosial yang memprihatinkan, dengan tingkat penanggulangan yang

lebih memprihatinkan, seolah-olah kemiskinan itu sendiri bersifat abadi, lestari dan tidak

bisa dirubah lewat aksi maupun reformasi apapun.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, akan merumuskan

permasalahan apa saja penyebab dan dampak kemiskinan pada masyarakat bantaran

sungai di perkotaan

2. Rumusan masalah

1. Apa saja faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat bantaran sungai di

perkotaan?

2. Apa saja dampak yang di timbulkan dari fenomena kemiskinan pada

masyarakan bantaran sungai di perkotaan?

3. Tujuan penulisan

1. Mengetahui penyebab kemiskinan masyarakat kota.

2. Mengtahui dampak kemiskinan masyarakat kota.


BAB II

Kajian Pustaka

1. Faktor penyebab kemiskinan pada masyarakat bantaran sungai di perkotaan

Makna kemiskinan menurut Suparlan (2004:315) kemiskinan sebagai suatu standar

tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan pada sejumlah atau

segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang rendah ini secara

langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral

dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Menurut Ritonga (2003:1) memberikan definisi bahwa kemiskinan adalah kondisi

kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seorang atau rumah tangga sehingga

tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi kehidupannya.

Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan kebutuhan

pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan sosial yang diperlukan oleh penduduk atau

rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana tingkat penghasilan masyarakat sangat

rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti sandang,

pangan, dan papan. Hal ini sangat lazim kita temui dikehidupan yang sesungguhnya.

Biasanya kasus kemiskinan sering kita temui di kota-kota besar dan di daerah perbatasan

suatu wilayah. Umumnya masyarakat miskin tinggal di bantaran sungai, mereka

membangun gubuk di tanah milik negara. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai

perkotaan rata-rata pendatang dari daerah mereka berharap mendapatkan pekerjaan

layak ketika berada dikota. Namun rendahnya pendidikan menyebabkan seseorang


memiliki sedikit keterampilan dan pengalaman dalam kehidupannya. Minimnya

keterampilan atau pendidikan seseorang membuat sulit untuk masuk kedalam dunia

kerja.

Faktor-faktor Penyebab adanya kawasan kumuh miskin atau peningkatan jumlah

kawasan kumuh yang ada di kota menurut Suparlan (1997) adalah:

Faktor ekonomi seperti kemiskinan dan krisis ekonomi.

Faktor bencana.

Faktor ekonomi atau kemiskinan mendorong bagi pendatang untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih baik di kota-kota. Dengan keterbatasan pengetahuan, ketrampilan,

dan modal, maupun adanya persaingan yang sangat ketat di antara sesama pendatang

maka pendatang-pendatang tersebut hanya dapat tinggal dan membangun rumah

dengan kondisi yang sangat minim di kota-kota. Di sisi lain pertambahan jumlah

pendatang yang sangat banyak mengakibatkan pemerintah tidak mampu menyediakan

hunian yang layak. Faktor bencana dapat pula menjadi salah satu pendorong perluasan

kawasan kumuh. Adanya bencana, baik bencana alam seperti misalnya banjir, gempa,

gunung meletus, longsor maupun bencana akibat perang atau pertikaian antar suku juga

menjadi penyebab jumlah rumah kumuh meningkat dengan cepat.

2. Dampak yang di timbulkan dari fenomena kemiskinan pada masyarakan bantaran

sungai di perkotaan

Kawasan bantaran sungai adalah hal yang seringkali luput dari perhatian pemerintah.

Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh.

Akibatnya terbentuklah pemukiman kumuh yang tumbuh berkembang secara liar di

pinggir sungai. Penduduknya merupakan kaum pendatang ataupun penududuk asli kota
yang tak mampu membeli rumah secara layak. Pemukiman ini sangat tidak tertata,

sanitasinya buruk, dan akses yang ala kadarnya.Keberadaan lingkungan kawasan

permukiman kumuh pun membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota

yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang

semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan

standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk.

Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang terjadi di setiap wilayah perlu segera

dilakukan penanganan sehingga tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dan

layak huni serta berkualitas. Pentingnya penanganan permasalahan permukiman kumuh

ini, sejalan dengan apa yang ditegaskan dalam UU No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan

dan permukiman bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk (1)

Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam

rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; (2) Mewujudkan

perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan

teratur.

Anda mungkin juga menyukai