Anda di halaman 1dari 3

Mesjid Al-Ikhlas

.:: K H U T B A H JUM’AT 3 Syawal 1440 H ::.

Kondisi Salafush Shalih Selepas Ramadlan

Pertanyaan yang teramat mendesak untuk dijawab oleh diri kita masing-masing adalah, ”Setelah
Ramadlan berlalu, sudahkah kita menunaikan berbagai sebab yang akan mempermudah amalan kita di
bulan Ramadlan diterima di sisi-Nya dan sudahkah kita bertekad untuk terus melanjutkan berbagai
amalan ibadah yang telah kita galakkan di bulan Ramadlan?”

Tidakkah kita meneladani generasi sahabat (salafush shalih), dimana hati mereka merasa sedih seiring
berlalunya Ramadlan. Mereka merasa sedih karena khawatir bahwa amalan yang telah mereka kerjakan
di bulan Ramadlan tidak diterima oleh Allah ta’ala. Sebagian ulama salaf mengatakan,

”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan
Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan
diterima oleh-Nya.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).

Oleh karena itu, para salafush shalih senantiasa berkonsentrasi dalam menyempurnakan dan menekuni
amalan yang mereka kerjakan kemudian setelah itu mereka memfokuskan perhatian agar amalan mereka
diterima karena khawatir amalan tersebut ditolak.

’Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu mengatakan,

”Hendaklah kalian lebih memperhatikan bagaimana agar amalan kalian diterima daripada hanya sekedar
beramal. Tidakkah kalian menyimak firman Allah ’azza wa jalla “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al Maaidah: 27).” (Lathaaiful Ma’arif: 232).

Demikianlah sifat yang tertanam dalam diri mereka. Mereka bukanlah kaum yang merasa puas dengan
amalan yang telah dikerjakan. Mereka tidaklah termasuk ke dalam golongan yang tertipu akan berbagai
amalan yang telah dilakukan. Akan tetapi mereka adalah kaum yang senantiasa merasa khawatir dan takut
bahwa amalan yang telah mereka kerjakan justru akan ditolak oleh Allah ta’ala karena adanya
kekurangan.

Nasehat untuk bekal memperjuangkan agama Islam pasca tarbiyah ramadhan

Pertama, Keimanan yang kuat akan kebenaran prinsip dalam Islam

Tarbiyah Ramadhan telah mendidik dan mengokohkan keimanan orang beriman lebih kuat dan kokoh
dengan belajar berpuasa/mengendalikan jiwanya dari dorongan hawa nafsu karena iman dan ihstisaban
(ikhlas).

Dengan mengimani kebenaran prinsip-prinsip Islam, maka seorang muslim akan terus melaksanakan dan
memperjuangkan nilai-nilai Islam tanpa mengenal lelah, bosan dan loyo dalam melaksankannya.
Keimanan inilah yang mampu membangun, menumbuhkan dan memelihara iradah dan semangat yang
telah mengakar dalam jiwa seorang muslim.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hajj : 77 :

ۡ ‫ٱس ُجدُو ْۤاْ َو‬


۩ َ‫ٱعبُدُواْ َربَّ ُك ۡم َو ۡٱف َعلُواْ ۡٱلخ َۡي َر لَ َعلَّ ُك ۡم ت ُ ۡف ِل ُحون‬ ۡ ‫َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ۡٱر َكعُواْ َو‬
‫ وافعلوا الخير؛‬،‫ واعبدوا ربكم وحده ال شريك له‬،‫يا أيها الذين آمنوا باهلل ورسوله محمد صلى هللا عليه وسلم اركعوا واسجدوا في صالتكم‬
‫ مخلصين فيه النية هلل‬،‫ وجاهدوا بأموالكم وألسنتكم وأنفسكم‬،‫ وادعوا الخلق إلى سبيله‬،‫ وقوموا قيا ًما تا ًّما بأمر هللا‬،‫ وجاهدوا أنفسكم‬،‫لتفلحوا‬
‫ ليس فيها تضييق وال‬،‫من عليكم بأن جعل شريعتكم سمحة‬ َّ ‫ وقد‬،‫ هو اصطفاكم لحمل هذا الدين‬،‫ مسلمين له قلوبكم وجوارحكم‬،‫عز وجل‬
‫س َّماكم هللا المسلمين مِ ن قب ُل في‬
َ ‫وقد‬ ،‫إبراهيم‬ ‫أبيكم‬ ‫ملة‬ ‫هي‬ ‫ هذه الملة السمحة‬،‫ كما كان في بعض األمم قبلكم‬،‫تشديد في تكاليفها وأحكامها‬
َّ
‫صكم بهذا االختيار؛ ليكون خاتم الرسل محمد صلى هللا عليه وسلم شاهدًا عليكم بأنه بلغكم‬ َّ ‫ وقد اخت‬،‫ وفي هذا القرآن‬،‫الكتب المنزلة السابقة‬
،‫ فتشكروها‬،‫ فعليكم أن تعرفوا لهذه النعمة قدرها‬،‫ وتكونوا شهداء على األمم أن رسلهم قد بلَّغتهم بما أخبركم هللا به في كتابه‬،‫رسالة ربه‬
‫ وتتوكلوا‬،‫ وأن تلجؤوا إلى هللا سبحانه وتعالى‬،‫ وإخراج الزكاة المفروضة‬،‫وتحافظوا على معالم دين هللا بأداء الصالة بأركانها وشروطها‬
)٧٧( .‫ ونعم النصير لمن استنصره‬،‫ فهو نِ ْع َم المولى لمن تواله‬،‫عليه‬
Kedua, Pemahaman yang benar Tentang Tujuan Kehidupan
Ramadhan mengajarkan pemahaman yang benar tentang tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah
semata, memurnikan keikhlasan dalam beribadah. Selama Ramadhan kehidupan menjadi lebih hidup
dengan nuansa ibadah seperti shalat tarawih, itikaf, baca Al-Qur’an, ibadah infaq dan zakatz dll.

Ketika kita memahami dengan benar tentang visi dan misi kehidupan, maka akan lahir sebuah kehendak
yang kuat dan semangat yang menggelora untuk bisa mewujudkan visi misi ini. Kita akan senantiasa
berpacu dalam mengemban dan menebarkan nilai-nilai Islam untuk mengisi ruang visi misi kehidupan kita.
Semangat mencari ridha Allah dalam beribadah, berkarya, bekerja dan bermuamalah adalah semangat
yang lahir dari pemahaman yang benar tentang visi misi kehidupan kita.

Ketiga, Memahami Perjuangan Para Nabi dan Rasul

Ramadhan adalah bulan jihad dan kemenangan, sejarah membuktikan banyak kemenangan diraih di bulan
Ramadhan Mubarak.

Memahami perjuangan para Nabi dan Rasul akan menguatkan tekad dan semangat juang dalam
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merekalah tauladan dalam
perjuangan yang penuh pengorbanan dan keteguhan.

Keempat, Memahami sunnatul ibtila atau cobaan dalam rangka menuju keridlaan Allah

Ramadhan mendidik kita agar menahan ujian dan cobaan lapar, haus, dan dari dorongan nafsu syahwat
serta bisikan syetan yang pantang menyerah terus menggoda selama ramadhan.

َ َ‫ٱَّللُ ٱلَّذِين‬
‫صدَقُواْ َولَ َيعۡ لَ َم َّن‬ َّ ‫اس أَن يُ ۡت َر ُك َٰٓواْ أَن َيقُولُ َٰٓواْ َءا َمنَّا َو ُه ۡم ََل ي ُۡفتَنُونَ َولَقَ ۡد فَتَنَّا ٱلَّذِينَ ِمن قَ ۡب ِل ِه ۡم فَلَ َيعۡ لَ َم َّن‬
ُ َّ‫ِب ٱلن‬ َ ‫أ َ َحس‬
َ ‫ت أَن يَ ۡسبِقُون َۚا‬
َ‫سا َٰٓ َء َما يَ ۡح ُك ُمون‬ ِ ‫سي َِٔٔ ا‬ َّ ‫ِب ٱلَّذِينَ يَعۡ َملُونَ ٱل‬ َ ‫ۡٱل َك ِذبِينَ أ َ ۡم َحس‬
َ ‫أ‬
)٢( ‫ أن هللا يتركهم بال ابتالء وال اختبار؟‬،‫ آمنا‬:‫ظ َّن الناس إذ قالوا‬
‫ وكذب‬،‫ظاهرا للخلق صدق الصادقين في إيمانهم‬
ً َّ
‫فليعلمن هللا عل ًما‬ ،‫ ممن أرسلنا إليهم رسلنا‬،‫ولقد فتنَّا الذين من قبلهم من األمم واختبرناهم‬
)٣( .‫الكاذبين؛ ليميز ك َّل فريق من اآلخر‬
َّ ‫بل‬
)٤( .‫ فيفوتونا بأنفسهم فال نقدر عليهم؟ بئس حكمهم الذي يحكمون به‬،‫أظن الذين يعملون المعاصي مِ ن شرك وغيره أن يعجزونا‬

Dalam Beramal Shalih Selepas Ramadlan

Sebagian orang bijak mengatakan,

“Diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan
hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.” (Al Fawaa-id hal. 35).

”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain,
maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang
melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda
tertolaknya amal yang pertama.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 244).

Melanjutkan berbagai amalan yang telah dianjurkan di bulan Ramadlan menandakan diterimanya puasa
Ramadhan, karena apabila Allah ta’ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam
meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Bukankah Allah ta’ala berfirman,

‫سنُ َيس ُِر ۥهُ ِل ۡلي ُۡس َرى‬


َ َ‫صدَّقَ ِب ۡٱل ُح ۡسنَى ف‬ َ ‫فَأ َ َّما َم ۡن أ َ ۡع‬
َ ‫طى َوٱتَّقَى َو‬
”Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Al Lail: 5-
7).

Termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas berbagai nikmat yang telah dianugerahkan
kepadanya adalah terus menggalakkan berbagai amalan shalih yang telah ia lakukan setelah Ramadhan.
Tetapi jika ia malah menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang
membalas kenikmatan dengan kekufuran.

Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak
akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya
kembali. Allah ta’ala berfirman:

‫ِي أ َ ۡربَى ِم ۡن أ ُ َّم ۚ ٍة إِنَّ َما‬ ُ ۢ


َ ‫ض ۡت غ َۡزلَ َها ِم ۢن بَعۡ ِد قُ َّوةٍ أَن َك ٗثا تَت َّ ِخذُونَ أ َ ۡي َمنَ ُك ۡم دَخ َََل بَ ۡينَ ُك ۡم أَن ت َ ُكونَ أ َّمةٌ ه‬ َ َ‫َو ََل ت َ ُكونُواْ َكٱلَّتِي نَق‬
َ‫ٱَّللُ ِب ِۚۦه َولَيُبَ ِين ََّن لَ ُك ۡم يَ ۡو َم ۡٱل ِقيَ َم ِة َما ُكنت ُ ۡم فِي ِه ت َۡخت َ ِلفُون‬
َّ ‫يَ ۡبلُو ُك ُم‬
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal
dengan kuat menjadi cerai berai kembali “(An-Nahl: 92)

Beberapa Amal Shalih Selepas Ramadlan

Saudara sekalian, sekalipun bulan suci Ramadlan telah berakhir, namun amalan seorang mukmin tidak
akan berakhir sebelum ajal datang menjemput. Allah ta’ala berfirman,

”Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al Hijr: 99).

Jika bulan Ramadlan telah berlalu, maka seorang mukmin tidak akan terputus dalam melakukan ibadah
puasa, karena sesungguhnya puasa itu terus disyari’atkan sepanjang tahun. Seorang mukmin masih bisa
mengerjakan berbagai macam amalan puasa selepas Ramadlan.

Diantaranya adalah puasa sebanyak enam hari di bulan Syawwal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,”Siapa yang mengerjakan puasa Ramadlan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari
puasa di bulan Syawwal, maka itu adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim nomor 1164).

Seorang mukmin juga akan senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala dengan berbagai dzikir yang
dituntunkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di setiap kesempatan. Begitupula dengan berbagai
amalan kebajikan yang lain seperti bersedekah, membaca Al Qur-an, dan lain sebagainya, selayaknya
dilakukan oleh seorang mukmin di luar bulan Ramadlan.

Janganlah kita menjadi orang-orang yang merayakan hari ‘Iedul Fitri dengan penuh suka cita kemudian
melupakan dan meninggalkan berbagai amalan yang telah digalakkan di bulan Ramadhan.

Wahb ibnul Wardi pernah melihat sekelompok orang yang bersuka cita dan tertawa di hari ‘Iedul Fitri.
Beliau pun lantas mengatakan, “Apabila puasa mereka diterima di sisi Allah, apakah tindakan mereka
tersebut adalah gambaran orang yang bersyukur kepada-Nya. Dan jika ternyata puasa mereka tidak
diterima, apakah tindakan mereka itu adalah gambaran orang yang takut akan siksa-Nya.” (HR. Al Baihaqi
dalam Asy Syu’ab nomor 3727, Lathaaiful Ma’arif hal. 232).

Semoga melalui tempaan tarbiyah Ramadhan tahun ini, umat Islam berhasil memperbarui dirinya dan
terus mempertahankan spirit Ramadhan dengan kesabaran dalam ketaatan kepada-Nya membuahkan
kemenangan hakiki pada tiap pribadi alumni Ramadhan.

Selanjutnya kesabaran individu akan terus menggelinding bak bola salju melahirkan keluarga-keluarga
yang dibentuk dalam kesabaran, hingga mewujud menjadi masyarakat dan bangsa yang penuh kesabaran.
Hingga cita-cita dalam doa kita terwujudnya Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafuur terwujud di negeri
tercinta Indonesia.

Negeri yang aman, sejahtera, diliputi ampunan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa hingga sang pemimpin
mengayomi masyarakat dengan kasih sayang dan keadilan, terwujudlah masyarakat yang sejahtera, sehat,
kuat baik jasmani dan rohani. Hidup dalam naungan kebaikan, terjauh dan terlindungi dari berbagai
kerusakan dan kejahatan, kekerasan, kezhaliman.

Anda mungkin juga menyukai