Anda di halaman 1dari 6

RAMADHAN SEBAGAI SARANA PEMBERSIHAN DAN PENINGKATAN DIRI

Oleh: Ust. Deden A. Herdiansyah, S.Pd, M.Hum

(Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)

 Jamaah sholat jumat rahimakumullah…

 Hadirnya Ramadhan merupakan salah satu tanda kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah
mengetahui bahwa tidak ada satupun manusia yang sempurna. Manusia adalah tempat salah dan lupa.
Banyak lalai dan dosa yang dilakukan di sepanjang hidup yang dijalani. Oleh sebab itu, Allah sediakan
waktu-waktu khusus sebagai kesempatan bagi seorang Muslim untuk menghapus dosa-dosa, sekaligus
memperbaiki kualitas imannya. Ramadhan adalah salah satu di antara mekanisme yang Allah sediakan
untuk hal tersebut.

 Rasulullah bersabda:

 ‫ب ا ْل َكبَاِئ َر‬ ْ ‫ضانَ ُم َكفِّ َراتٌ َما بَ ْينَ ُهنَّ ِإ َذا‬
َ َ‫اجتَن‬ َ ‫س َوا ْل ُج ْم َعةُ ِإلَى ا ْل ُج ْم َع ِة َو َر َم‬
َ ‫ضانُ ِإلَى َر َم‬ ُ ‫صلَ َواتُ ا ْل َخ ْم‬
َّ ‫ال‬
 “Shalat lima waktu dan shalat Jumat ke Jumat berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah
penghapus untuk dosa antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa besar.”(H.R. Muslim).

Tentu bagi seorang Muslim sejati, yang menyadari kelemahan dirinya, Ramadhan adalah waktu yang
sangat dinanti-nantikan. Menjadikannya sebagai momentum untuk membersihkan diri dari dosa dan
meningkatkan kualitas dirinya di hadapan Allah subhanahu wataala. Bahkan, dahulu para
ulama salaf menjadikan Ramadhan sebagai munthalaq (titik tolak) dengan mempersiapkan diri untuk
Ramadhan setengah tahun sebelumnya dan mengevaluasi Ramadhan pada setengah tahun sisanya.

 Maka, ketika Ramadhan datang, seorang Muslim sejati tidak akan menyia-nyiakan kehadirannya. Dia
akan melakukan ibadah-ibadah yang terbaik. Ber-mujahadah (bersungguh-sungguh) dengan semua
amalnya dan menjadikannya sebagai waktu untuk melakukan sebanyak mungkinistighfar, untuk
mensucikan diri dari dosa. Karena dia meyakini dengan sepenuh keyakinan sabda Rasulullah dalam
sebuah hadis:

 ‫سابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه‬ ْ ‫ضانَ ِإ ْي َمانًا َو‬
َ ِ‫احت‬ َ ‫صا َم َر َم‬
َ ْ‫َمن‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka Alah akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Atau dalam redaksi yang lain:

 ‫سابًا ُغفِ َر لَ ُه َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫َمنْ قَا َم َر َم‬
ْ ‫ضانَ ِإ ْي َمانًا َو‬
َ ِ‫احت‬
 “Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)

 Jamaah sholat jumat rahimakumullah…

 Inilah gambaran orang yang sukses menjalani Ramadhan. Dia ridha berlapar dahaga dan berjuang
mengekang hawa nafsunya di siang hari, kemudian di malam hari khusyuk menegakkan shalat di
hadapan Rabb-Nya. Maka, ampunan Allah menantinya sebagai balasan yang teramat berharga.

 Namun, ada pula orang-orang yang melalui Ramadhan, akan tetapi justru mendapatkan kerugian di
penghujungnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak pandai memanfaatkan Ramadhan sebagai
“sarana istighfar”. Sehingga, saat Ramadhan berlalu Allah belum mengampuni dosa-dosanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah:

 ... ُ‫سلَ َخ قَ ْب َل َأنْ يُ ْغفَ َر لَه‬ َ ‫َو َر ِغ َم َأ ْنفَ َر ُج ٍل د ََخ َل َعلَ ْي ِه َر َم‬


َ ‫ضانُ ثُ َّم ا ْن‬
 “Sungguh sangat merugi seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut
berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya).”(HR. at-Tirmidzi).

 
Jamaah sholat jumat rahimakumullah…

 Amal istimewa lainnya di bulan Ramdhan, selain berpuasa di siang hari dan qiyam di malam hari, adalah
hubungan yang akrab dengan Al-Qur`an. Rasulullah, para shahabat dan generasi berikutnya dari
kalangan as-salaf ash-shalih telah menjadi contoh terbaik dalam menjalani Ramadhan bersama Al-
Qur`an. Khusus pada bulan Ramadhan, Rasulullah memperdengarkan bacaan Qur`annya kepada Jibril
yang mendatanginya setiap malam. Hal ini menjadi isyarat adanya hubungan yang kuat antara bulan
Ramadhan dengan aktifitas bersama Al-Qur`an. Sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiyallahu anha,
istri Baginda Nabi. Ia berkata: 

“…Rasulullah adalah orang yang paling pemurah berbuat kebajikan, terutama di bulan Ramadhan,
ketika Jibril menemuinya. Jibril mendatangi Nabi setiap malam pada bulan Ramadhan untuk menyimak
bacaan Qur`an beliau…” (HR. al-Bukhari).

 Generasi berikutnya yang merupakan para pengikut setia Rasulullah juga telah menjadi teladan yang
baik dalam hubungan mereka dengan Al-Qur`an, khususnya di bulan Ramadhan. Diriwayatkan bahwa
Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur`an 60 kali selama bulan Ramadhan. Sebagian ulama ada yang
khatam setiap pekan, dan ada pula yang khatam setiap sepuluh hari sekali. Imam Malik dan Imam
Ahmad menutup majelis ilmunya untuk lebih banyak waktunya bersama Al-Qur`an. Semua itu dilakukan
di dalam rangka memuliakan Al-Qur`an. Bahkan, Allah pun telah memuliakan Al-Qur`an dengan
menjadikan malam diturunkannya (lailatul qadr) sebagai malam yang bernilai seribu tahun dan dipenuhi
keberkahan. Demikianlah, Ramadhan menjadi momentum bagi orang-orang shalih untuk meningkatkan
hubungan mereka yang lebih erat dengan Al-Quran Al-Karim.

 Jamaah sholat jumat rahimakumullah…

 Pada bulan inilah, di bulan Ramadhan, orang-orang shalih juga membiasakan dirinya untuk
meningkatkan semua amal kebaikan. Tidak hanya yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, tetapi juga
ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia. Jika kita perhatikan ayat-ayat yang menjelaskan tentang
puasa Ramadhan, pada surat Al-Baqarah ayat 183-187, maka kita dapati ayat-ayat sebelum dan
sesudahnya berkaitan dengan hukum hudud, muamalah, jihad dan lain sebagainya. Tentu ada hikmah di
dalamnya. Rangkaian ayat-ayat tersebut, yang saling terkait satu sama lain, memberikan pelajaran
tentang integrasi ibadah mahdhah dan tanggungjawab sosial antar manusia.

Oleh sebab itu, Rasulullah juga menjadi teladan yang baik dalam hal sedekah di bulan Ramadhan, selain
ibadah mahdhah yang dilakukannya. Aisyah mengumpamakan kedermawanan Rasulullah di bulan
Ramadhan seperti angin yang berhembus. Selain itu, Ramadhan juga mengajarkan nilai-nilai empati,
berbagi, kasih sayang dan persaudaraan.

 Semoga Ramadhan kali benar-benar menjadi sarana bagi kita untuk mensucikan diri dan meningkatkan
kualitas iman di hadapan Allah. Tentu dengan cara mempersiapkan mental diri untuk siap berjuang,
bersungguh-sungguh, dan bekerja keras, sehingga mengantarkan kita untuk menjadi pemenang. Juga
menjadi manusia paling bahagia, karena di penghujung Ramadhan kelak kita mendapatkan
pengampunan dari Allah sekaligus memenangkan penghargaan terbaik dari-Nya sebagai hamba yang
berhasil meningkatkan kualitas iman.  
Hadirin kaum Muslimin jamaah shalat Jum'at yang mulia.

Puji syukur pada Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulallah
SAW dan para ahli keluarganya yang suci dan mulia.

Selaku khatib, saya berpesan pada diri sendiri dan jamaah sekalian: mari tingkatkan selalu ketakwaan
kita kepada Allah SWT, agar kita mendapatkan kesuksesan hidup dunia dan akherat. Amin.

Pada hari yang cerah ini, selaku khatib, saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk sejenak
merencanakan amalan-amalan utama kita di bulan Ramadhan.

Setiap kali Ramadhan tiba, hati kita bersuka-cita. Betapa tidak, Rasulallah SAW berpesan, 

“Telah datang kepada kalian Bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah. ALLAH wajibkan kepada kalian
puasa dibulan ini. (Di bulan ini), akan dibukakan pintu-pintu langit, dan di tutup pintu neraka, serta
setan-setan dibelenggu. Demi ALLAH, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu
bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi
mendapatkan kebaikan”

Hadirin kaum Muslimin jamaah shalat Jum'at yang mulia.

Selain berpuasa sebagai amalan utama kita di bulan Ramadhan, bulan ini juga dipenuhi gemilang
keberkahan amalan-amalan lainnya. Pada kseempatan khutbah yang singkat ini, selaku khatib, saya akan
membahas empat amalan utama agar kita mampu mengoptimalkan bulan Ramadhan sebaik-baiknya.

Pertama: Ramadhan adalah bulan al-Qur’an.

Allah SWT menegaskan, 

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil) (QS al-Baqarah: 185).

Karena al-Qur’an adalah petunjuk Ilahi, maka ketika semua buku dimulai dengan permohonan maaf
penulisnya, khawatir ada salah sumber atau salah ketik, al-Qur'an memulainya dengan pernyataan yang
sangat tegas, “tak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”.

Sayangnya, seringkali kita merasa sudah sangat menguasai al-Qur'an, padahal membacanya saja masih
malas. Maka, Ramadhan ini kesempatan untuk mengulang bacaan kita. 

Rasulallah SAW pernah meminta Ibnu Mas’ud untuk membcakan al-Qur’an baginya. Ibnu Mas'ud
berkata, “bagaimana aku bacakan al-Qur'an sementara ia turun padamu?” Rasulallah SAW menjawab,
“aku senang mendengarnya dari (orang) lain.”

Demi mendengar bacaan Ibnu Mas'ud, Rasulallah SAW menitikan air mata dan meminta Ibn Mas'ud
untuk menghentikan bacaannya. Ayat yang membuat beliau SAW menangis adalah:

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari
tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad SAW) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai
umatmu)”. (QS An-nisa: 41)

Beliau SAW kemudian berkata, “siapa orang yang ingin membaca al-Qur'an seperti saat diturunkan,
bacalah sesuai bacaan Ibnu Umi Abdi (Abdullah bin Mas'ud)”.

Karena itulah, Khalid bin Walid, salah seorang sahabat Nabi SAW, setiap kali mengambil mushaf al-
Qur'an, ia menitikan air mata menangis seraya berkata, “Aku sibuk (hingga tak sempat membacamu)
karena jihad”. Bayangkan, Khalid bin Walid menangis karena sibuk berjihad. Sementara kita?

Bagi kalangan awam, Ramadhan menjadi momen membaca al-Qur’an, memperbaiki tilawah dan
meluruskan ilmu tajwid.
Sementara bagi kalangan alim-cendikia, Ramadhan menjadi bulan “tadarus” al-Qur’an secara ilmu
pengetahuan saat dimana kitab suci ini diserang oleh berbagai kalangan, terutama kaum kafir dan
orientalis.

Studi tentang al-Qur'an memang selalu menarik. Contoh sederhana, tentang sejarah kodifikasi dan
proses pembukuannya. Mushaf yang sampai ke tangan kita dikenal dengan istilah mushaf rasm Utsmani.
Dinamakan demikian sebab kodifikasi final al-Qur'an baru dilakukan di zaman Utsman bin Affan. Dan
disebut "rasm" bukan "kitabah" karena tulisan Arab sesungguhnya adalah proses melukis, bukan
menulis.

Sahabat Nabi yang lain, semisal Ibn Mas'ud (ra) sebagaimana dikisahkan di atas dan Ubay bin Kaab (ra)
memiliki mushaf sendiri dengan susunan yang berbeda dari mushaf Utsmani. Ibn Mas'ud, misalnya. Dia
tidak memasukkan surah "al-fatihah", "An-Nas" dan "al-Falq" dalam daftar surah di mushafnya. Para
Orientalis seperti Arthur Jeffrey (The Qur'an as a Scripture) dan Theodore Noldek, (The Origin of the
Koran) menyimpulkan perbedaan mushaf Ibn Mas'ud dengan mushaf-mushaf sahabat Nabi lainnya,
membuktikan ada "campur tangan kekuasaan" dalam menentukan surah-surah dalam al-Qur'an.

Sementara, ulama Islam seperti al-Qurtubi menyimpulkan, tidak dimasukannya ketiga surah pendek itu
dalam mushaf Ibn Mas'ud sebab para sahabat Nabi sudah menghafalnya di luar kepala. Lagi pula, Ibn
Mas'ud (ra) adalah sahabat Nabi yang mengatakan, "aku belajar al-Qur'an sebanyak 70 surah langsung
dari Rasulallah SAW." Jadi, al-Qur'an yang dikodifikasi Ibn Mas'ud lebih merupakan koleksi pribadi
ketimbang untuk dibaca publik.

 Hadirin kaum Muslimin jamaah shalat Jum'at yang mulia.

Kedua: Ramadhan adalah bulan Qiyamul Lail.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata, 

‫ َم ْن قَا َم َر َمضَانَ ِإي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬.

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari Muslim).

Maksud dari kata “qiyam Ramadhan” adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh para
ulama. Pada mulanya, shalat taraweh ditunaikan sendiri-sendiri.

Rasulallah SAW khawatir, jika ditunaikan berjamaah maka hukumya akan wajib. Maka itu, beliau
menunaikannya sendirian. Lalu, di zaman Umar bin Khattab, taraweh ditunaikan secara berjamaah
mengingat orang-orang sudah mulai lengah untuk menunaikan taraweh karena sibuk dengan kegiatan
masing-masing.

Ubay bin Ka’ab salah satu sahabat Rasulallah SAW menjadi imam shalat pertama pada taraweh
berjamaah di era Umar bin Khattab itu.

Biasanya, Rasulallah SAW menutup shalat tarawehnya dengan shalat witir. Ketika Rasulallah SAW
ditanya, "Doa (di waktu apa) yang paling didengar (Allah)?". Beliau SAW menjawab, “pada penghujung
malam”.

Aisyah menceritakan: 

‫صل َى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَم فَا ْنتَهَى ِو ْت ُرهُ إل َى ال َسحْ ر‬


َ ِ‫ ِم ْن ُك ِل اللَ ْي ِل قَ ْد أوْ تَ َر َرسُو ُل هللا‬ 
“Pada setiap malam, Rasulallah SAW menunaikan shalat witr, dan shalatnya berakhir sampai waktu
sahur (remang-remang)”.

Shalat malam mengajarkan kita untuk khusyu dan tawadhu. Di era gadget dan media sosial, saat setiap
kita mudah sekali up-date status, shalat malam seharusnya mampu mengajarkan kita untuk tidak show-
up, pamer kepada banyak orang.

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan,


‫آلن اَبيت نَاِئ َما َواصْ بَ َح نَا ِدي َما َخي ٌر ِمن أبيتَ قَاِئ َما َواصبَ َح ُم ْع ِجبََا‬
ْ : ‫صالِ ِحين‬ َ ‫قَ ْد قَا َل‬
َ ‫أح ُد ال‬
dan sungguh telah berkata salah seorang yang shaleh, "bahwa engkau tertidur di malam hari (sehingga
tidak tahajud) dan menyesal di pagi hari adalah lebih baik dari pada kau tahajud di malam hari, dan
berbangga (dengan tahajud itu) di pagi hari"

Shalat yang khusyu akan mengantarkan pertolongan dan kasih sayang Allah. Dikisahkan suatu malam,
seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar. Pencuri itu mencari-cari emas dan perak yang dimiliki
sang Imam. Namun, dia tak mendapati apa-apa, kecuali sang imam yang tengah qiyamul lail.

Selepas mengucap salam, Imam Malik memergoki pencuri yang tengah mengintip itu. Disapanya:
"Engkau ingin mencuri harta, hanya memberimu kebahagiaan dunia. Sudahkah kau curi waktu malam
untuk menyiapkan kebahagiaan akherat?".

Pencuri itu tertegun. Ia kemudian duduk bersila, mendengarkan tausiyah sang Imam. Saat masuk waktu
shubuh, Malik bin Dinar dan pencuri itu keluar rumah, mereka menuju masjid bersama-sama.
Masyarakat geger. Mereka berkata, "Imam paling mulia berjalan ke masjid dan shalat berjamaah
bersama pencuri paling utama". Orang-orang bertanya: "apa rahasianya".

Malik bin Dinar pun menjawab, "ketuklah pintu langit, sebab Dia-lah yang menggenggam hati manusia".

Hadirin kaum Muslimin jamaah shalat Jum'at yang mulia.

Ketiga: Ramadhan adalah juga bulan sedekah.

Rasulullah SAW adalah seorang yang paling pemurah dan di bulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi.
Kebaikan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan
banyaknya.

Dalam sebuah hadits, Rasulallah SAW mengatakan, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan
Ramadhan.” (HR. Baihaqi). Dan bersedekah tidak harus menunggu kaya.

Suatu hari, Rasulallah SAW berkata,

‫ رجل له مال كثير أخذ من عرضه مئة ألف درهم تصدق بها ورجل ليس‬:‫سبق درهم مئة ألف درهم فقال رجل وكيف ذاك يا رسول هللا قال‬
‫له إال درهمان فأخذ أحدهما فتصدق به‬

"(Pahala sedekah) satu dirham mengalahkan seratus ribu dirham”. Seorang sahabat bertanya,
“Bagaimana mungkin, ya Rasulallah?”. “(Bandingkan) seorang kaya raya yang memiliki banyak harta, dia
mengambil seratus ribu dirham dari hartanya dan bersedekah dengannya. Lalu ada seorang miskin yang
hanya punya dua dirham, dan dia bersedekah dengan satu dari dua dirham itu”.

Karena itulah, Ali bin Abi Thalib berkata, “Jangan malu bersedekah walaupun sedikit. Sebab, kebaikan itu
(dinilai) pada pemberiannya walaupun sedikit”.

Dikisahkan, seseorang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, "Bagaimana untuk mengetahui seseorang itu
"ahli dunia" atau "ahli akherat"?" Ali bin Abi Thalib menjawab, "Jika ada dua orang (tamu) datang, satu
orang (tamu) membawa hadiah, dan satu lagi meminta sedekah. Bila hati tuan rumah lebih condong
pada pembawa hadiah, maka dia termasuk ahli dunia. Apabila hati tuan rumah lebih condong pada
orang yang meminta sedekah, maka dia termasuk ahli akherat.

Karena itu pula, Ibnul Qayyim mengatakan,

‫َت لَ ّذةُ ال ُم ْع ِطي أ ْكبَ َر ِم ْن لَ َذ ِة اآل ِخ ِذ‬


ْ ‫ لَكَان‬، ‫ير‬
ِ ِ‫ص َدقَتُهُ تَقَ َع فِي ( يَ ِد هَللا ِ ) قَ ْب ِل يَ ِد الفَق‬ َ ‫ق ْال ِع ْل َم َوت‬
َ َ‫َص ُو َر أن‬ ّ ‫ق َح‬ َ َ‫لَوْ َعلِ َم ْال ُمت‬
ُ ‫ص ِد‬

Seandainya seorang pemberi sedekah mengetahui dan melihat dengan sebenarnya bahwa sedekahnya
telah sampai (ke tangan Allah) sebelum sampai ke tangan orang miskin, niscaya rasa bahagia yang
dirasakan seorang pemberi sedekah lebih besar dari rasa bahagia penerima (sedekah) itu.

 
Hadirin kaum Muslimin jamaah shalat Jum'at yang mulia.

Keempat: Ramadhan adalah bulan taubat. Rasulallah SAW berkata,

‫ َوَأ ْستَ ْغفِ ُرهُ فِي ُكلِّ يَوْ ٍم ِماَئةَ َم َّر ٍة‬،ِ ‫ فَِإنِّي َأتُوبُ ِإلَى هَّللا‬،ُ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َوا ْستَ ْغفِرُوه‬

“Wahai umat manusia bertaubatlah kalian. Sesungguhnya aku bertaubat seratus kali dalam sehari-
semalam”. Bila pada hari-hari biasa kita dianjurkan bertaubat. Maka, taubat di bulan Ramadhan tentu
lebih baik adanya.

Mengapa taubat? Sebab manusia makhluk yang lemah. Allah memberi jalan taubat sebagai wujud kasih
sayang-Nya. Bahkan Allah sangat senang dan bahagia bila ada manusia yang bertaubat.

Rasulullah SAW menggambarkan kesenangan Allah SWT itu dengan bersabda, “Sungguh Allah akan lebih
senang menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di
antara kalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu
terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh
kembali. Kemudian, dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena
telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba
dia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya....” (HR Muslim).

Seringkali kita merasa bahwa dosa yang kita lakukan hanya dosa-dosa kecil saja sehingga tak diperlukan
bersegera dalam bertaubat. Padahal, kata Ibnul Qayyim, jangan pernah meremehkan dosa-dosa kecil.
Lihatlah patok kayu di dermaga yang melilit tambang, ia bahkan dapat menarik kapal.

Maka, tak ada kata lain bagi kita kecuali segera bertaubat. Menarik untuk mengutip Ibnul Qayyim sekali
lagi.

Katanya:

ِ ‫إلى ل َذ ِة ْال َمع‬


‫ْصيَ ِة‬ ِ ‫اصي أنَ لَ َذةَ التَوْ بَة ت َِزيْد َعلَى لَ َذ ِة ْال َم ْع‬
َ ‫صيَ ِة أضْ َعافَا ُم‬
َ ‫ضا َعفَة لَبَا ِدر إلَ ْيهَا أ ْعظَ َم ِم ْن ُمبَاد ََرتِ ِه‬ ِ ‫لَوْ َعلِ َم ْال َع‬.
“Sekiranya seorang pelaku maksiat mengetahui bahwa kenikmatan bertaubat lebih dahsyat berlipat-
lipat dari kelezatan maksiat, niscaya dia akan bersegera menuju taubat lebih cepat dari usahanya
menggapai maksiat”

Semoga kita dapat mengisi hari-hari di bulan suci ini dengan penuh keberkahan. Amin ys robbal alamain.

Demikian khutbah singkat ini, semoga bermanfaat.

ٍ ‫َأقُوْ ُل هَ َذا القَوْ َل َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن‬.
‫ب فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر ال َر ِح ْي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai