Anda di halaman 1dari 6

Agroland 14 (3) : 217 - 222, September 2007 ISSN : 0854 – 641X

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


TINGKAT KETAHANAN PANGAN DESA
(Studi Kasus di Kabupaten Malang)

Oleh :
Lien Damayanti1)

ABSTRACT

This research aims (1) to analysis factors affecting the level of food tenacity both directly and indirectly, (2) to analysis the
correlation and the influence between availability, food access and livelihood, nutrition and health, and food susceptibility, and (3) to
analysis the effect of availability, food access and livelihood, nutrition and health, and food susceptibility on the level of food tenacity
either partial or combination. This research conducted in 3 sub-district at Malang District: (1) Kepanjen, (2) Pakisaji, and (3) Sumber
Pucung with 30 villages. The research carried out using Path analysis with indicators: (1) Availability, (2) Food access and
Livelihood, (3) Nutrition and Health, and (4) Food susceptibility. The results of analysis show that only 3 factors significantly affect
the level of food tenacity such as food access and livelihood, nutrition and health, and food susceptibility. However, indicator of
availability shown no significant. The Successful of food security can be achieved if food could reach to household level.

Keywords: Agriculture, food in security and modeling

I. PENDAHULUAN untuk mencukupi dan mewujudkan ketahanan


pangan rumah tangga (Suryana Achmad, 2004).
Kebijakan pembangunan pertanian Berdasarkan konsep ketahanan pangan
terutama berorientasi pada peningkatan diketahui, bahwa ketahanan pangan sebagai
produksi pertanian, khususnya produksi pangan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai
guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal akses baik fisik maupun ekonomi untuk
ini tidak lain karena masalah pangan memperoleh pangan bagi seluruh anggota
merupakan hal yang sangat penting. keluarganya. Hal ini berarti konsep ketahanan
Pangan merupakan kebutuhan pokok pangan mencakup ketersediaan yang memadai,
yang tidak dapat ditunda pemenuhannya dan stabilitas dan akses terhadap pangan utama.
menjadi kunci untuk menjamin keberlangsungan Determinan dari ketahanan pangan dengan
hidup suatu masyarakat. Simatupang (1999) demikian adalah daya beli atau pendapatan yang
mencatat, bahwa Indonesia sebenarnya tidak memadai untuk memenuhi biaya hidup.
pernah mengalami kelangkaan beras yang Penelitian ini juga diperkuat kembali oleh Saliem,
mengganggu ketahanan pangan. Selama krisis dkk (2002) menunjukkan adanya fakta yang
berlangsung, tidak ditemukan bukti akan menyatakan tidak terpenuhinya ketahanan pangan
kelangkaan beras atau ketahanan pangan, akan di tingkat rumah tangga bukan di sebabkan oleh
tetapi banyak keluarga yang tidak mampu tidak tersedianya pangan namun lebih disebabkan
membeli pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi. oleh aspek distribusi dan daya beli.
Perwujudan ketahanan pangan nasional Maxwell dan Frankenberger (1992)
dimulai dari pemenuhan pangan di wilayah dalam Maxwell, G. Daniel (1996),
terkecil yaitu pedesaan sebagai basis kegiatan mengemukakan bahwa indikator lain yang
pertanian. Basis pembangunan pedesaan digunakan untuk memantau ketahanan pangan
bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan termasuk neraca bahan makanan (food balance
dalam suatu wilayah yang mempunyai sheets) adalah curah hujan dan pemasaran, serta
keterpaduan sarana dan prasarana mulai dari pengukuran antropometrik.
aspek ketersediaan sampai pada konsumsi pangan Penelitian ini bertujuan untuk
1)
Staf Pengajar pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Pertanian Universitas Tadulako, Palu. tingkat ketahanan pangan rumah tangga.

217
II. BAHAN DAN METODE diketahui secara jelas faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi keberhasilan ketahanan
Model dalam tulisan ini diartikan pangan di wilayah penelitian serta
sebagai penyajian pola hubungan antara permasalahan yang di hadapi.
variabel dalam suatu sistem ekonomi yang di Analisis jalur adalah suatu perluasan
dalamnya terkandung suatu diskripsi verbal dari model regresi, yang digunakan untuk
atau analogi dari beberapa fenomena yang mencocokan matriks korelasi terhadap dua atau
terjadi dalam suatu dunia nyata. Suatu model lebih yang model-model kausal yang
dapat disajikan dalam bentuk diagram jalur atau dibandingkan oleh peneliti. Model ini pada
dalam sekumpulan perumusan matematis yang umumnya di lukiskan dalam suatu gambar
menunjukkan pola hubungan antara variabel di lingkaran dan arah panah dimana panah tunggal
dalamnya (Intiligator et al, 1997 dalam Hery memadai sebagai penyebab (Solimun, 2000).
Toiba dan Rosihan Asmara, 2005).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 2.3. Indeks Komposit dan Indeks Individu
November 2006 sampai dengan januari 2007 di Untuk menentukan nilai kerawanan
Kabupaten Malang dengan mengambil 3 pangan, maka dapat dilakukan dengan
kecamatan yaitu Kepanjen, Pakisaji dan sumber menghitung indeks komposit. Indeks komposit
Pucung dengan jumlah desa sebanyak 30. pada dasarnya merupakan penjumlahan seluruh
Penetapan lokasi penelitian dilakukan secara indicator yang ada pada setiap aspek atau factor
purposive dengan pertimbangan bahwa dari (ketersediaan, akses pangan dan mata
data sekunder yang ada di Kabupaten Malang pencaharian, gizi dan kesehatan serat
khususnya di 3 kecamatan tersebut mempunyai kerentanan pangan). Semakin tinggi indeks
tingkat ketersediaan pangan yang rendah, kompositnya semakin tinggi pula tingkat
sementara secara makro Kabupaten Malang kerawanan pangannya.
merupakan wilayah yang surplus dari aspek Sehingga indeks komposit kerawanan
produksi dan ketersediaan pangan. pangan merupakan penjumlahan dari aspek-
aspek yaitu :
2.1. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data I kp = (I1 + I2 + I3 + I4) / 4
sekunder yang di kumpulkan dari pustaka dan Dimana :
instansi terkait. Metode pengumpulan data yang I kp = Indeks Kerawanan Pangan
digunakan untuk memperoleh data sekunder I1 = Indeks Aspek Ketersediaan Pangan
adalah kepustakaan, sedangkan sumber data I2 = Indeks Aspek Akses Pangan dan
berasal dari profil desa dalam Angka BPS Mata Pencaharian
Kabupaten Malang, Dinas Pertanian & I3 = Indeks Apek Gizi dan Kesehatan
Dinas Kesehatan Malang, serta beberapa data I4 = Indeks Aspek Kerentanan Pangan
penunjang lainnya yang diperoleh dari
instansi terkait.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam 3.1. Hubungan Keterkaitan antara
penelitian ini adalah Analisis Jalur (Path Indikator Ketahanan Pangan terhadap
Analysis), Analisis Korelasi dan Analisis Tingkat Ketahanan Pangan
Regresi. Analisis ini digunakan untuk Berdasarkan hasil analisis jalur dalam
mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi melihat pengaruh langsung maupun pengaruh
tingkat ketahanan pangan serta berapa besar tidak langsung antara ketersediaan (I-1), akses
pengaruh ketahanan pangan terhadap pangan dan mata pencaharian (I-2), gizi dan
keberhasilan ketahanan pangan, sehingga dapat kesehatan (I-3) dan kerentanan pangan (I-4)

218
terhadap ketahanan pangan (Y), secara rinci berpengaruh signifikan, walaupun hanya
dapat dilihat dalam hasil anova pada Tabel 1 variabel akses pangan dan mata pencaharian
dan diagram analisis jalur pada Gambar 1. masyarakat (I2) yang signifikansinya tergolong
kuat, yakni pada nilai probabilitas 0,716,
Tabel 1. Pengaruh Ketersediaan; Akses Pangan dan Mata
Pencaharian; Gizi dan Kesehatan; dan Kerentanan disusul dengan faktor gizi dan kesehatan (I3)
Pangan terhadap Ketahanan Pangan serta kerentanan pangan (I4) masing-masing
Variabel Variabel Koef. Jalur sebesar 0,403 dan 0,279.
Keterangan
independen dependen standardized Secara umum terlihat bahwa tidak
β 0,098,
I1 Y
P(0,206)
Non sig satupun dari keempat faktor yang diuji
I2 Y
β 0,716,
Sig menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung
P(0,000)
β 0,403,
terhadap ketahanan pangan, sehingga dapat
I3 Y Sig dijelaskan bahwa baik ketersediaan; akses pangan
P(0,000)
β 0,279, dan pencaharian; gizi dan kesehatan; serta
I4 Y Sig
P(0,002)
Sumber: Analisis Data Penelitian 2006
kerentanan pangan hanya memberi pengaruh
langsung terhadap ketahanan pangan, baik secara
Dari Tabel 1 di atas menunjukkan sendiri-sendiri maupun secara serempak.
bahwa nilai probabilitas yang diperoleh melalui Secara simultan, korelasi antarfaktor
koefisien jalur terstadarkan, hanya faktor variabel bebas dengan Ketahanan Pangan (R)
ketersediaan pangan (I1) yang berpengaruh sebesar 0,907. Nilai korelasi ini menunjukkan
tidak signifikan, sementara faktor lainnya bahwa faktor ketersediaan; akses pangan dan

(I1)

rI1I2 (0,062)
PYI1 β (0,098), P (0,206)
rI1I3
(-0,092)
(I2) PYI2 β (0,716), P (0,000)

rI1I4
(0,183) rI2I3 (0,222)
PYI3 β (0,403), P (0,000) Y

rI2I4 (I3)
(0,017)
PY.=
rI3I4 (-0,383)  17,7%
PYI4 β (0,279), P (0,002)

(I4)

Gambar 1. Diagram Analisis Jalur antara Faktor-faktor Ketahanan Pangan


dengan Tingkat Ketahanan Pangan.

Keterangan :
 Ketersediaan merupakam variabel bebas pertama dan diberi symbol I1
 Akses Pangan dan Mata Pencaharian merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol I2.
 Gizi dan Kesehatan merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol I3
 Kerentanan Pangan merupakan variabel bebas keempat, diberi simbol I4
 Ketahanan Pangan merupakan variabel tergantung dan diberi simbol Y1

219
mata pencaharian; gizi dan kesehatan; serta tingkat ketahanan pangan. Makna statistikan
kerentanan pangan terhadap Ketahanan Pangan yang dapat dikemukakan bahwa terdapat
memiliki korelasi yang kuat sehingga paling hubungan linier antara akses pangan dan mata
tidak terdapat satu faktor yang menjadi pencaharian terhadap ketahanan pangan, yang
stimulan dalam mempengaruhi tingkat pengaruhnya sebesar 0,716 atau 71,6% dan
Ketahanan Pangan di Kabupaten Malang. bersifat signifikan, di mana angka signifikansi
Nilai Koefisien Determinasi tersebut sebesar 0,000 lebih besar dari 0,05.
memberi arti bahwa faktor ketersediaan; akses Indikator yang paling memiliki peran
pangan dan mata pencaharian; gizi dan kesehatan; yang penting dalam akses pangan dan mata
serta kerentanan pangan secara gabungan pencaharian adalah kemiskinan, oleh karena itu
berpengaruh terhadap tingkat Ketahanan Pangan factor kemiskinan sangat penting untuk
sebesar 82,3%, dan hanya sekitar 17,7% tingkat diperhatikan. Kemiskinan yang terjadi di
Ketahanan Pangan dipengaruhi oleh faktor lain di pedesaan merupakan masalah yang tidak dapat
luar keempat faktor tersebut. lepas dalam masalah pembangunan pedesaan.
Gizi dan keseharan memiliki hubungan
3.2. Hubungan Masing-masing antara dengan ketahanan pangan, tetapi tingkat
Ketersediaan, Akses pangan dan Mata ketahanan pangan yang justru menjadi stimulasi
Pencaharian, Gizi dan Kesehatan, timbal balik dengan masalah gizi dan
serta Kerentanan Pangan terhadap kesehatan. Hasil analisis jalur untuk faktor
Ketahanan Pangan tunggal gizi dan kesehatan masyarakat terhadap
Hubungan antara ketersediaan dengan ketahanan pangan diperoleh nilai hubungan
ketahanan pangan yang didasarkan pada langsung sebesar 0,403. Nila tersebut sekalipun
pengaruh langsung ternyata tidak signifikan, signifikan tetapi keeratannya tergolong agak
artinya bahwa ketersediaan tidak signifikan lemah sebab nilainya di bawah 0,50.
pengaruhnya, dengan asumsi bahwa Kabupaten Indikator yang menyususn akses gizi dan
Malang telah masuk katagori mandiri pangan kesehatan memiliki peran penting terhadap
berdasarkan jumlah penduduk dengan tingkat keberhasilan ketahanan pangan sekalipun hasil
konsumsi rentang waktu tertentu. Hal ini analisisnya memiliki pengaruh yang rendah.
menegaskan bahwa sekalipun suatu daerah Wanita buta huruf salah satu indikator dalam
telah mandiri pangan namun tidak menjadi akses gizi dan kesehatan memiliki peranan
jaminan akan terwujudnya ketahanan pangan. penting terhadap tingkat kesehatan keluarga, hal
Berdasarkan hasil perhitungan yang inin juga berhubungan dengan tingkat
diperoleh terlihat bahwa t–hit (1,291) < dari pendidikan yang dimiliki oleh seorang wanita
t-tabel (2,048), dengan demikian maka Ho dalam mengelola rumah tangganya. Secara
ditolak, yang artinya bahwa faktor ketersediaan langsung seorang ibu memberi dampak langsung
pangan tidak berpengaruh terhadap Ketahanan terhadap kesehatan dan status gizi anak.
Pangan. Hal ini sejalan dengan kerangka Kerentanan pangan dan ketahanan
perwujudan Ketahanan Pangan yang ditetapkan pangan secara statistika memiliki hubungan
oleh Kelompok Kerja (Pokja) Ahli Ketahanan yang signifikan. Dari hasil analisis jalur
Pangan dari seluruh Indonesia yang berlangsung diperoleh hubungan pengaruh langsung antara
di Jakarta, bahwa adanya kemandirian pangan di kerentanan pangan dengan ketahanan pangan
suatu wilayah tidak menjadi jaminan dengan nilai 0,279. Nilai pengaruh tersebut
terwujudnya Ketahanan Pangan. tergolong sangat lemah, sehingga patut diduga
Akses pangan dan mata pencaharian masih ada faktor lain yang memiliki pengaruh
memiliki hubungan langsung yang erat dengan yang lebih kuat. Menurut gambaran dalam
ketahanan pangan di Kabupaten Malang, KUKP, kerentanan pangan pada dasarnya dapat
dengan koefisien korelasi sebesar 0,716. Nilai diatasi dengan melakukan langkah-langkah
tersebut menunjukkan keeratan yang kuat diversifikasi sumber pangan lokal yang tidak
sehingga semakin baik akses pangan dan mata memerlukan langkah koordinasi dengan
pencaharian masyarakat semakin baik pula pemerintah dalam pendistribusiannya.

220
3.3. Hasil Analisis Korelasi Antarvariabel dengan daya beli masyarakat, maka rumah
tangga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
Dari hasil perhitungan data penelitian
akan pangan dengan asupan gizi yang cukup.
yang diolah diperoleh matriks korelasi sebagai
Angka korelasi antara variabel
berikut : ketersediaan dengan kerentanan pangan sebesar
Tabel 2. Matrik Korelasi Antarvariabel Independen 0,183. Korelasi tersebut mempunyai maksud
Variabel I-1 I-2 I-3 I-4
hubungan antara variabel ketersediaan dengan
-0,092 kerentanan pangan tidak memiliki korelasi. Hal
I-1 1 0,062 0,183
ini dapat diartikan apabila ketersediaan
I-2 0,062 1 0,017
1
mengalami peningkatan tetapi tidak
I-3 -0,092 0,222 -0,383
-0,383
berpengaruh terhadap kerentanan pangan. Hal
I-4 0,183 0,017 1 ini dapat dijelaskan walaupun ketersediaan
Sumber: Analisis Data Penelitian 2006
tercukupi tetapi apabila suati wilayah
Keterangan: mengalami bencana yang disebabkan oleh alam
I-1 = Ketersediaan
I-2 = Akses Pangan dan Mata Pencaharian menyebabkan masyarakat dapat memenuhi
I-3 = Gizi dan Kesehatan kebutuhan akan pangan tersebut.
I-4 = Kerentanan Berdasarkan perhitungan diperoleh
Y = Ketahanan Pangan angka korelasi antara variabel akses pangan dan
mata pencaharian sebesar 0,222. Korelasi
Hasil analisis data pada Tabel 2 tersebut mempunyai maksud hubungan antara
mengindikasikan bahwa dari empat faktor variabel akses pangan dan mata pencaharian
variabel independent, hanya variabel gizi dan dengan gizi dan kesehatan tidak memiliki
kesehatan memiliki korelasi negatif dengan korelasi. Hal ini dapat diartikan apabila akses
variabel kerentanan pangan dengan nilai pangan dan mata pencaharian tetapi tidak
korelasi sebesar (-0,383), sedangkan korelasi ditunjang dengan pengetahuan akan kesehatan
antarvariabel lainnya tidak signifikan. maka tidak berpengaruh terhadap perbaikan
gizi dan kesehatan seseorang.
3.4. Hasil Analisis Keterkaitan antara
Berdasarkan perhitungan diperoleh
Variabel Ketersediaan, Akses Paangan
angka korelasi antara variabel akses pangan dan
dan Mata Pencaharian, Gizi dan mata pencaharian dengan kerentanan pangan
Kesehatan dan Kerentanan Pangan sebesar 0,017. Korelasi tersebut mempunyai
Berdasarkan perhitungan diperoleh maksud hubungan antara variabel akses pangan
angka korelasi antara variabel ketersediaan dan dan mata pencaharian dengan kerentanan
akses pangan dan mata pencaharian sebesar pangan tidak memiliki korelasi. Hal ini dapt
0.062. Korelasi tersebut mempunyai maksud diartikan meskipun akses pangan dan mata
bahwa hubungan antara variabel ketersediaan pencaharian mengalami peningkatan akan tetapi
dan akses pangan dan mata pencaharian tidak tidak memerikan pengaruh terhadap terjadinya
memiliki korelasi. Hal ini dapat diartikan berbagai gangguan yang disebabkan oleh
bahwa apabila ketersediaan mengalami bencana alam.
peningkatan tetapi tidak berpengaruh banyak Berdasarkan perhitungan diperoleh
terhadap akses pangan dan mata pencaharian. angka korelasi antara variabel Gizi dan
Hasil perhitungan diperoleh angka Kesehatan dan Kerentanan Pangan sebesar -
0,383. Korelasi sebesar -0,383 mempunyai
korelasi antara variabel ketersediaan dan gizi
maksud bahwa hubungan antara variabel gizi
dan kesehatan sebesar -0.092. Korelasi tersebut dan kesehatan dan kerentanan pangan memiliki
mempunyai maksud bahwa antara variabel korelasi yang cukup walaupun korelasinya
ketersediaan dengan gizi dan kesehatan tidak bersifat antagonis. Ini artinya bahwa semakin
memiliki pengaruh. Hal ini dapat diartikan tinggi tingkat kerentanan pangan semakin
bahwa meskipun ketersedian pangan tersedia menurun gizi dan kesehatan masyarakat sebagai
dalam jumlah yang cukup tetapi tidak di dukung akibat berbagai gangguan, termasuk bencana alam.

221
IV. KESIMPULAN DAN SARAN tidak langsung dari keempat faktor tidak
satupun yang signifikan.
4.1. Kesimpulan 2. Keberhasilan ketahanan pangan dapat
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan hasil diwujudkan apabila pangan dapat sampai
penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, pada tingkat rumah tangga.
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 4.2. Saran
1. Terdapat pengaruh langsung yang
signifikan faktor akses pangan dan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
matapencaharian (I2), gizi dan kesehatan menjadi bahan informasi kepada pemerintah,
(I3) dan kerentanan pangan (I4) terhadap khususnya Pemerintah Kabupaten Malang
ketahanan pangan (Y), sementara faktor bahwa masalah distribusi penting diperhatikan
ketersediaan pangan (I1) tidak berpengaruh sebagai faktor utama dalam mewujudkan
secara signifikan, demikian pula pengaruh ketahanan pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Heri Toiba dan Rosihan Asmara, 2005. Model perencanaan program dan investasi pembangunan pertanian tanaman pangan
nasional. Jurnal Agrivita Vol 27(3) hal 234-247.

Maxwell D.G., 1996. Measuring food insecurity; The frequency and severity of ”coping strategies”. Reprented from Food
Policy Vol 21(3),pp 291-303.

Saliem, H.P dan M. Ariani, 2002. Ketahanan pangan, konsep, pengukuran dan strategi. Jurnal Forum Ekonomi Penelitian
Agroekonomi (FAE) Vol 20(1), hal 12-24

Simatupang P., 1999. Kebijaksanaan produksi dan penyediaan pangan dalam rangka pemantapan sistim ketahanan pangan
pada masa pemulihan perekonomian nasional. Makalah Di Sampaikan Pada Round Table Kebijaksanaan Pangan
dan Gizi Masa Mendatang. Kantor Menteri Pangan dan Hortikultura, Jakarta.

Solimun, 2000. Kisi-kisi metode analisis data. Kalangan Sendiri.

Suryana, Achmad, 2004. Kapita selekta evolusi pemikiran kebijakan ketahanan pangan. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

222

Anda mungkin juga menyukai