Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyrakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan
sopan santun, tata karma, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram,
terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasi umumnya.
Etika Berasal dari bahasa Yunani Ethos, Yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Etika berkaitan dengan konsep
yang dimiliki oleh individu atau masyarakat untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar,
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai "the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system". Etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Drs.O.P SIMORANGKIR menjelaskan etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Dan Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat,
etika adalah Teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Satu lagi pengertian Etika menurut Drs.H. Burhanudin
Salam adalah Cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dibedakan menjadi :
a. Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip
moral dasar yang menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu
pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.
c. Etika individual Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
diri sendiri.
d. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk kelembagaan, sikap kritis terhadap
dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia terhadap lainnya.

2.2 Profesi
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang
bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga
belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek
pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidangbidang pekerjaan seperti kedokteran,
guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti
manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,
menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan
dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang
profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.
2.3 Kode etik
Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksudmaksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan
atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang
sistematis.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-
nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981 )mengemukakan
empat asas etis, yaitu :
1. Menghargai harkat dan martabat
2. Peduli dan bertanggung jawab
3. Integritas dalam hubungan
4. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.
Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

A. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkankecerdasan
dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur
serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan
dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain
atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban
senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

B. Kode etik ahli gizi


Standar Profesi Nutrisionis adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan berjenjang, memiliki kode etik, dan bersifat melayani masyarakat.
Etika Profesi terdiri dari dua kata yaitu etika yang berarti usaha untuk mengerti tata
aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku manusia, dan kata profesi yang
berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan
memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya
perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait.
Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etika profesinya.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiaban Yang
Meliputi Kewajiban Umum, Kewajiban Terhadap Klien, Kewajiban Terhadap Masyarakat,
Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja, Kewajiban Terhadap Profesi dan diri
Sendiri.
Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab
terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah
hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
B. Kewajiban Terhadap Klien
1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau
di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau
sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila
diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien
yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal
suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien
mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa
berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
C. Kewajiban Terhadap Masyarakat
1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang
salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi
gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di
masyarakat.
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan
status gizi masyarakat.
5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan
nilai paktek gizi individu yang baik.
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya
senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan
sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak
dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat
D. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja
1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal,
berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja
di masyarakat.
2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin
ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat.
3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra
kerja.
E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri
1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam
menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap
perubahan lingkungan.
3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta
senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun
dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan
hukum.
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran
seseorang.
8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi.

2.4 Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi


Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu
ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai landasan
pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih
kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus
adalah sebagai acuan/pedoman dalam menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok serta
mencegah timbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).
2.4.1 Peran Ahli Gizi
Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien,
sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010).
1. Dietisien adalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja
untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok,
merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan
(Kamus Gizi, 2010).
2. Konselor gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali,
mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara
pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan
efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor
dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam
upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).
3. Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya
menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan
sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian
besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih
ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang
komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya
dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.
Ketiga peran itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah
mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena
ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.
Selain ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada
rincian di bawah ini :
1. Ahli Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS
d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masal
e. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
f. Pelaksana penelitian gizi
g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis
2. Ahli Madya Gizi
a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat
c. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal
d. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi
e. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis
(Persagi, 2010).
Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan secara
maksimal. Hal ini disebabkan oleh :
1. Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup semua ruang
rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.
2. Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara ahli gizi dan
profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.
3. Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height caliper, pita
LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan timbangan berat badan.
4. Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya sehingga
memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.
5. Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga memungkinkan
pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.

http://arenganucifera.blogspot.com/2016/04/etika-profesi-gizi.html

Ruang Lingkup Etika Profesi Gizi


a. Gizi sebagai profesi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari bdan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sodial dan ekonomis. Sedangkan tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

b. Ahli gizi sebagai tenaga kerja profesional


Ahli gizi termasuk ahli madya gizi adalah pekerja profesional. Persyaratan sebagai
pekerja profesional telah dimiliki oleh ahli gizi maupun ahli madya gizi tersebut. Persyaratan
tersebut adalah
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8. Memiliki etika ahli gizi
9. Memiliki standar praktek
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai
dengan kebutuhan pelayanan
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi

2.2. Etika Pergaulan


Etika pergaulan itu merupakan tata-cara bergaul yang bermoral dan beradab baik itu
bergaul dengan teman, lebih tua, lebih muda. Etika bergaul itu sangat penting karena kita sebagai
manusia adalah makhluk yang beradab sehingga dengan adanya etika, itu menunjukkan bahwa
kita bukanlah mindless creature. Etika bergaul itu ada bermacam-macam seperti etika berbicara
dengan orang yang lebih tua dan etika berbicara dengan orang yang lebih muda itu berbeda jika
kita bicara dengan orang yang lebih tua tentunya harus sopan dan dengan senyuman jika kita
bicara dengan orang yang lebih muda maka kita harus berbicara halus dan tidak menimbulkan
intimidasi. Etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam
kodrat manusia” “baik dan buruk suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.” Dari pernyataan
itu kita bisa menyimpulkan kalau etika bergaul kita merepresentasikan cara hidup dan nilai kita
dalam memandang baik dan buruknya sesuatu tapi alangkah baiknya jika kita tidak
mempermasalahkan perspektif, tapi lebih menilai sesuatu secara objektif

2.2.1. Etika pergaulan dengan partner bisnis.


Sebagai makhluk sosial manusia pasti membutuhkan pertolongan orang lain
dalam hal apapun terutama dalam berbisinis maka dari itu saat berbisnis seseorang tidak
boleh mengkhianati partner bisnis nya sendiri karena itu juga akan mempengaruhi bisnis
yang mereka jalankan

2.2.2. Etika pergaulan dengan orang yang berbeda agama dan Ras.
Dalam Agama (khususnya islam) kita di ajarkan untuk saling menghormati satu-
sama lain baik itu berbeda ras, suku serta agama karena bagaimanapun jug kita pasti akan
berinteraksi dengan orang yang berbeda suku, ras dan agama dan akan menjalin relasi
simbiosis mutualisme dengan mereka sehingga kita memerlukan etika dalam bergaul
dengan orang yang berbeda agama dan ras agar kita bisa menjaga tingkah laku dan
perbuatan serta omongan kita untuk tidak menyinggung orang yang bereda ras dan agama

2.2.3. Etika Pergaulan Mahasiswa


Etika pergaulan mahasiswa yang sesuai dengan PP 60 tahun 1999 tentang Sistem
Pendidikan Tinggi, diwujudkan dengan diberlakukannya tata tertib kehidupan
kampus,tata tertib ujian, ketentuan-ketentuan pemilihan lembaga kemahaiswaan yang
prinsipnya mengatur tentang perilaku mahasiswa guna menunjang tercapainya
tujuanpendidikan tinggi seperti yang diisyaratkan di dalam PP 60 tahun 1999 tersebut.

1. Faktor Kunci Keberhasilan Mahasiswa dalam Belajar


Perlu diingat bahwa tugas mahasiswa adalah belajar. Untuk mencapai
keberhasilan,maka perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi kunci yakni : 1). Atribut
Individu
Atribut individu / mahasiswa adalah karekteristik yang dimiliki oleh setiap
mahasiswa yang menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan mahasiswa dalam belajar.
Ada tiga karakteristik yang melekat dalam setiap mahasiswa dengan proporsi yang
berbeda-beda yakni :
a. Karakteristik Demografi seperti umur dan jenis kelamin
b. Karakteristik Kompetensi seperti kecerdasan dan kemampuan
c. Karakteristik Psikologi seperti nilai, perilaku dan kepribadian.

2). Keinginan Kerja


Keinginan kerja ini artinya keinginan untuk belajar, karena tugas mahasiswa
adalah belajar. Selain itu juga harus ada motivasi, baik dari dalam maupun dari luar.
Motivasi dari dalam berasal dari diri sendiri untuk berhasil dalam rangka menyongsong
masa depan yang lebih baik. Motivasi dari luar berasal dari luar diri sendiri baik berasal
dari orang tua atau dari pihak lain.

3). Dukungan Organisasi


Dukungan organisasi adalah segala sesuatu yang mendukung kepada mahasiswa
untuk memaksimalkan hasil dari belajar. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka
ketiga faktor tersebut harus dimaksimalkan.Kehilangan salah satu faktor saja, maka
hasilnya tidak dapat optimal.
Berdasarkan pengamatan terhadap para alumni yang sukses meniti karier di
tempatnya bekerja, maka berikut ini saran-saran yang perlu dikemukakan agar dapat
meraih kesuksesan di masa depan :

a. Perbanyak Menggunakan Komputer


Komputer adalah benda mati yang diciptakan oleh daya nalar (logika) manusia,
karenanya, prinsip kerja komputer sama dengan cara kerja nalar manusia..Komputertak
ubahnya sebagai "pembantu" kerja yang dapat diperintah dengan perintah yangsesuai
dengan logika atau nalar.

b. Memilih Teman
Penyesalan biasanya datang terlambat. Ini banyak dialami mahasiswa yang
merasa"tertipu" oleh dirinya sendiri karena salah memilih teman bergaul. Kesenangan
sesaat justru menjerumuskan mereka ke kepedihan yang berkepanjangan. Pilihlah teman,
dan bentuklah kelompok-kelompok belajar yang memiliki jiwa inovatif. Artinya, tidak
hanya mengulang pelajaran yang sudah diberikan oleh dosen, melainkan mencari
referensi lain yang mendukung pelajaran tersebut, dan kuasai materi berikutnya yang
akan diajarkan dosen di kelas.

c. Jangan Mudah Mengeluh


Orang yang sering berkeluh-kesah menandakan kurang memiliki
kemampuan.Dalam ilmu psikologi, ada satu alat ukur kemampuan seorang manusia yang
disebutdengan

d. Kembangkan Gairah Membaca dan Menulis


Gunakan waktu-waktu senggang untuk membaca dan menulis yang berkaitan
dengan tugas belajar. Keengganan membeli buku dan membaca buku yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang sedang dijalaninya akan menghambat proses belajar.
Mahasiswa pada umumnya sangat gemar meng-copy transparansi dosen, padahal,
transparansi itu adalah sarana untuk mengajar, bukan sarana untuk belajar.

e. Jauhkan Sifat Sombong


Tidak ada satupun manusia yang segala kemampuannya melebihi orang
lain.Kesombongan hanya akan menjauhkan diri kita pada kesempatan baik
yangsemestinya dapat kita raih. Bisa saja, karena sifat sombong kita, teman kita yang
tadinya mau mengajak bekerja di perusahaan besar menjadi enggan, teman-teman yang
tadinya simpati karena kepintaran kita, menjadi antipati. Seorang professor, yang sangat
ahli dan sangat menguasai bidangnya, ia tetap tidak bisa sombong, karena, ilmu terus
berkembang, dan suatu saat apa yang telah dikuasainya ternyata belum apa-apa,
karenanya ia harus terus belajar. Konsep belajar adalah long-life education (belajar
seumur hidup), tidak ada hentinya.

f. Miliki Target-terget Pribadi


Biasakan memiliki target-target pribadi, misalkan, di semester depan IPK saya
harus naik, di tahun kelima saya harus bisa membuka usaha di bidang informatika, dan
sebagainya. Untuk mencapai target-target tersebut, maka kita harus memiliki strategi atau
siasat-siasat yang mungkin dapat kita kerjakan. Kita harus dapat menilai tentang
kemampuan diri kita (apa yang kita miliki, apa kelebihan kita, apa kekurangan kita),
selanjutnya kita harus dapat memandang masa depan (apa peluang yang bisa kita raih,
apa tantangan yang bakal kita hadapi), dan dari sana kita dapat melakukan manajemen
diri (mengatur waktu, mengatasi kekurangan, memilih teman, dan sebagainya). Dengan
memiliki target-target pribadi, maka, jalan hidup kita menjadi lebih terarah, dan kita tahu
prioritas apa yang harus dikerjakan terlebih dulu. Bila target itu tidak terpenuhi, maka
susun target baru sambil mengintrospeksi diri, mengapa target tersebut tidak tercapai, dan
benahi.

2.2.4. Etika dalam Berperilaku Mahasiswa


Dalam rangka menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif di dalam dan di luar
lingkungan kampus, maka perlu diketahui etika perilaku sebagai mahasiswa adalah
sebagai berikut :
1). Etika Pergaulan di Lingkungan Kampus
a. Berpakaian dan bersepatu rapi di lingkungan kampus
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah
c. Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di
lingkungan kampus dan berusaha tidak melanggar
d. Memberi contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman setingkat dan
kakak tingkat
e. Saling menghormati dan menghargai terhadap sesama mahasiswa
f. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar kelas yang
mencerminkan perilaku sebagai mahasiswa dan dijiwai oleh nilai-nilai agama /
kepercayaan yang dianut
g. Tidak berperilaku asusila atau tidak bermoral
Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap peraturan yang
berlaku sebagai bagian dari pendidikan disiplin.

2). Etika Pergaulan di Luar Kampusa.


a. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada
b. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai mahasiswa
c. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajarinya di
masyarakat sebagai wujud pengabdian
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar kampus

2.2.5. Tata Krama Dalam Pergaulan


Tata krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengatur hubungan
antar sesama manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan etiket atau etika. Kata
etiket berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti tata cara bergaul yang baik, dan
etika berasal dari bahasa latin Ethic merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari
sudut Budaya, Susila dan Agama.

Dasar - dasar etiket terdiri dari:


1. Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja.
2. Memberi perhatian kepada orang lain.
3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
4. Bersikap ingin membantu.
5. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
6. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.

2.2.6. Etiket Perkenalan


Suatu hubungan antar individu biasanya dimulai dengan suatu perkenalan, dan hal
ini mungkin akan menjadi pertemuan pertama yang akan melahirkan “First Image” dan
hal ini akan mempengaruhi penilaian seseorang pada hubungan selanjutnya

Cara mengenalkan :
1. Pada waktu mengenalkan orang, ucapkan namanya dengan jelas, dan apabila tidak terdengar
jelas tanyakan sekali lagi.
2. Tipe individu terdiri dari introvert dan extrovert oleh karena itu pada waktu mengenalkan
seseorang berikan sedikit informasi mengenai orang tersebut.
3. Lakukan Personal Contact dengan cara sebagai berikut :
- Jabatlah tangannya dalam waktu 3 - 4 detik.
- Pandanglah mata orang yang diperkenalkan pada anda.
- Tersenyumlah.
- Tubuh sedikit dibungkukkan kedepan.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perkenalan :


1. Orang yang lebih muda diperkenalkan kepada yang lebih tua.
2. Seorang pria diperkenalkan kepada wanita
3. Wanita dikenalkan kepada pria, apabila pria itu orang yang perlu dihormati seperti: Kepala
Negara, Menteri, Gubernur, Duta Besar, Ulama/Tokoh agama atau pria yang jauh lebih tua
Lebih kurang 20 tahun.
4. Anda boleh mengenalkan diri terlebih dahulu apabila hal tersebut sekiranya diperlukan.
5. Hindari perkenalan ditempat yang ramai seperti : Jalan raya, pasar, lift, restoran,dsb.

Hal - hal yang dapat dilakukan ketika sedang diperkenalkan :


1. Pda waktu diperkenalkan wanita tidak perlu berdiri, kecuali bila menghadapi orang orang
yang pantas dihormati
2. Pada waktu menyambut tamu - tamu tuan dan nyonya rumah harus berdiri.
3. Tamu yang akan pulang harus diantar sampai ke depan pintu oleh tuan dan nyonya rumah.
4. Seorang pria harus berdiri pada waktu :
Berjabat tangan dengan wanita atau pria., Seorang wanita memasuki ruangan., Seorang wanita
mendekati ia duduk., Seorang wanita yang duduk disampingnya berdiri akan meninggalkan
tempat.

2.2.7. Etiket Dalam Percakapan


Percakapan merupakan unsur penting dalam hubungan sesama manusia, nilai
suatu percakapan akan mempengaruhi suasana dan kelanjutan dari suatu hubungan.
Dalam menciptakan suatu percakapan yang menyenangkan diperlukan seni tersendiri dan
hal ini pun memerlukan etika tersendiri. Communication Field terdiri dari : 1.Facial
Expression. 2.Body Position. 3.Good ( Clear ) Voice
.
Sikap Pokok Yang Harus Dimiliki Pada Saat Berbicara
1. Mutual Respect (Saling Menghargai)
2. Speak Up (Berbicara Dengan Terang Dan Jelas)
3. Careful Listening (Mendengar Dengan Sungguh-Sungguh)
4. Communication Ability (Kemampuan Berkomunikasi)
5. Positive Thinking (Berpikir Positif)

Sikap pada waktu bicara hendaknya sopan:


1. Jangan sambil mengunyah permen karet
2. Jangan menggaruk-garuk badan atau kepala
3. Jangan bertolak pinggang atau tangan disaku
4. Jangan tetap duduk jika seseorang datang mengajak kita berbicara, sedangkan orang itu tetap
berdiri (tentu tergantung siapa orangnya)
5. Tataplah wajah lawan bicara kita
6. Janganlah berbicara dengan rokok dimulut
7. Bila sedang duduk dengan sikap yang santai sekali, dan seorang yang lebih tua datang, duduk
disebelah kita dan mengajak bicara, hendaknya sikap duduk diperbaiki
8. Jangan terus menerus bicara sehingga tidak memberi kesempatan pada orang lain.

Apabila berbicara dengan orang lain, yang harus diperhatikan ialah:


1. Volume suara, keras atau lembut disesuaikan dengan situasi
2. Kecepatan berbicara
3. Tinggi rendahnya nada suara, jangan cempreng atau melengking
4. Nada suara hendaknya mengandung keramahan5. Pilihlah kata yang sopan
Dalam melakukan pembicaraan (conversation):
1. Jika baru berkenalan jangan membicarakan agama, politik atau hal-hal yang sifatnya sangat
pribadi.
2. Jangan memonopoli pembicaraan
3. Bila ingin mengundurkan diri, carilah alasan yang dapat diterima
4. Jangan terlalu memperhatikan apa yang dikenakan oleh lawan bicara kita
5. Ucapkanlah kata-kata dengan jelas dan terang, bila kita kurang menangkap apa
yang dikatakan oleh lawan bicara kita jangan menggunakan hata “ha” atau“apa” melainkan
gunakan maaf…..bisa diulang atau dibantu.

Cara dan gaya bahasa berbicara dengan baik antara lain:


1. Berbicara cukup perlahan, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah
2. Berbicara bersemangat
3. Berbicara ada tekanan tertentu
Ada selingan antara tinggi rendah suara. Ada tekanan-tekanan tinggi bagi pesan yang penting.
4. Berbicara tidak hanya satu arah, tetapi kepelbagai arah kelompok khalayak sesuai dengan
situasi dan kondisi
5. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Seseorang menjadi pendengar yang efektif:


1. Berhentilah bicara karena seseorang tidak akan dapat mendengarkan dengan baik pada waktu
ia bicara
2. Timbulnya suasana yang memungkinkan orang yang berbicara melakukannya dalam suasana
bebas tanpa diliputi oleh rasa takut.
3. Tunjukkan kepada orang yang sedang bicara bahwa anda ingin mendengarkan hal-hal yang
ingin disampaikannya.
4. Tumbuhnya rasa empati
5. Bersikap sabar, jangan melakukan interupsi dalam bentuk apapun
6. Pendengar hendaknya jangan emosional
7. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya untuk kejelasan yang sekaligus berarti
ia adalaah seorang pendengar yang betul-betul menaruh minat pada hal yang sedang
dibicarakan

2.2.8. Etiket dalam Penampilan


 Busana
1. Mempergunakan busana yang tidak melanggar aturan, norma, kepatutan dalam lingkungan
dimana kita berada. (di kampus jangan mempergunakan pakaian yang terbuka/terlihat aurat
atau anggota tubuh yang seharusnya ditutupi).
2. Bisa mengikuti mode, tapi tetap harus sesuai acara, sesuai waktu, sesuai tempat
3. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu mencolok atau menarik perhatian orang, terutama
di tempat umum (misl, di kampus)
4. Hindari busana yang membuat anda sulit bergerak/melangkah
5. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi waktu anda bergerak
6. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi dan yang mudah tersangkut
.7. Hindari sepatu yang tidak nyaman dan bersuara keras waktu melangkah
8. Pastikan busana anda sudah rapih, jangan membetulkan/ merapihkan sembarangan

2.3. Pengembangan Kepribadian


2.3.1.Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah tentang diri pribadi seseorang secara keseluruhan. Kepribadian
adalah suatu hal yang unik pada diri kita masing - masing. Kepribadian mempunyai sifat
yang umum dan unik. Meskipun secara individu berbeda.

2.3.2.Pengembangan Kepribadian.
Perkembangan kepribadian merupakan hasil atau produk lingkungan sosial budaya, yang
meliputi :
 Peran orang tua.
 Anggota keluarga.
 Sosial budaya.
 Dan pengaruh kemampuan motorik.
fase-fase pengembangan kepribadian :
 Masa bayi
 Masa kanak-kanak
 Masa dewasa

2.3.3. Faktor Penghambat Kepribadian

a) Faktor dari dalam diri


 Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
 Kurangnya motivasi dalam hidup
 Faktor usia
 Memponyai problema
 Tidak percaya diri
 Kurang kreatif
 Tidak pernah bersyukur
 Mudah menyerah

b) Faktor dari luar


 Faktor tradisi budaya
 Pengaruh pertambahan usia
 Pengaruh perkembangan zaman
 Pengaruh perubahan situasi yang tiba-tiba

2.3.4. Sikap Dan Perilaku Positif Dan Negatif Dalam Kepribadian

1. Sikap Positif

Merupakan wujud nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal – hal positif
untuk menyatakan sifat yang positif, seseorang tidak hanya mengekspresikannya hanya
melalui wajah, tetapi juga dengan cara berbicaranya, dan cara menghadapi masalah.Usaha
yang dapat dilakukan untuk menuju sikap positif adalah :
 Tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat.
 Selalu mengingatkan diri pada sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan
baru.
 Jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaan baru mengakar di kehidupan pribadi.
 Berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan, tanpa rasa jenuh dan bosan.
2. Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri
dan kegagalan, sikap ini bisa tercermin pada muka muram, sedih suara parau, penampilan diri
yang tidak bersahabat, ketidak menyenangkan, dan tidak percaya diri.

Untuk menghilangkan sifat negatif adalah :


 Belajar mengenali sifat negatif diri.
 Selalu jujur kepada setiap orang.
 Mengakui sifat negatif yang sudah dilakukan.

2.3.5. Memelihara Dan Memupuk Rasa Percaya Diri Dalam Kepribadian


Rasa pede yang telah tumbuh dalam diri kita pun harus dipelihara dan dipupuk, supaya
meningkat dan memberi efek yang lebih besar. Memelihara dan memupuk berarti menjaga agar
tetap eksim, modal yang kamu miliki adalah :
 Belajar bersyukur.
 Evaluasi diri secara objektif.
 Selalu semangat.
 Terus berekpresi.
 Tulis dan bacalah buku harianmu.

https://www.academia.edu/23978226/TUGAS_ETIKA_PROFESI_KELOMPOK_III_Ruang_Lingkup

Anda mungkin juga menyukai