Anda di halaman 1dari 1

Seorang pemuda bernama Borno dan seorang gadis cantik berperawakan Cina bernama Mei.

Kisah cinta
antara Borno dan Mei di Kota Pontianak. Borno merupakan seorang pemuda yang memiliki pemikiran
paling lurus disepanjang penduduk tepi sungai Kapuas, walaupun dia hanya lulusan SMK tapi dia
memiliki kepribadian yang sangat baik seperti almarhumah ayahnya. Semenjak lulus SMK dia pernah
bekerja di pabrik karet, menjadi penunggu SPBU, memperbaiki toilet yang rusak, membantu membawa
barang, serta kerja serabutan lainnya. Ketika suatu hari Borno bertemu dengan seorang pemilik kapal
feri, Borno mencoba melamar untuk bekerja disana, dengan berbekal ijazah SMK. Akhirnya dia berhasil
diterima bekerja disebuah kapal karena perilakunya yang dapat dipercaya. Akan tetapi salah satu
penduduk di tepian sungai Kapuas tidak senang Borno bekerja disana, karena berkaitan dengan kisah 3
tahun lalu, yaitu ketika Sepit terkalahkan oleh adanya kapal kapal besar. Memang kebanyakan mata
pencaharian disana adalah mengemudikan Sepit. Dialah Bang Togar yang menentang Borno bekerja
disana. Akhirnya Borno melepaskan pekerjaan tersebut dan mulai berlatih Sepit. Selama seminggu dia
belajar dan menjadi budak bang Togar karena dia masih merasa jengkel kepada Borno. Masa dimana dia
bisa mengemudikan Sepit secara resmi pun datang. Saat itulah dia mendapat kejutan dengan
mendapatkan Sepit baru yang ternyata didapat dari Bang Togar yang selama ini mengumpulkan
uang,serta sumbangan dari penduduk untuk membeli Sepit yang dinamakan Sepit Borneo itu. Sekaligus
dimulai hari ini lah perasaan itu datang, saat pertama kali bertemu penumpang dengan perawakan Cina
yang begitu anggun menaiki Sepit Borno. Dari sanalah cerita itu dimulai. Segala perasaan itu datang
tanpa diperintah. Seorang gadis cantik duduk anggun disana, dan dia meninggalkan sepucuk angpau
merah saat turun. Awalnya Borno mengira itu adalah surat penting yg dimiliki gadis itu, yang tertinggal di
sepitnnya. Borno sangat penasaran isi dari angpau merah itu. Dia mencari gadis itu, ternyata gadis itu
tengah membagikan angpau yang sama kepada penduduk di tepian sungai Kapuas. Borno baru sadar
bahwa hari Imlek akan segera tiba. Semakin hari perasaan itu semakin besar, mereka mempunyai
perasaan yang sama namun tidak sanggup untuk mengungkapkannya. Kisah cinta Borno dan Mei tidak
melalui perkataan melainkan melalui perbuatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai