Anda di halaman 1dari 18

A.

ARTRITIS REUMATOID
1. DEFINISI ARTRITIS REUMATOID
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006) Reumatoid arthritis adalah
gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone
& Burke, 2001). Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011).
Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan
lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara simetris
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan
kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang
cairan sendi (sinovitis inflamatoir ) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi
perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).
2. EPIDEMIOLOGI
Arthritis rheumatoid masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan
0,5-1 % dari populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada
penderita AR dua kali lebih besar dari yang tidak menderita. America Arthritis
Fondation melaporkan, penderita AR berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit
jantung sehingga meningkatkan angka kematian penderita Cardiovascular dan
infeksi.

1
Lima puluh persen pasien AR mengalami kecacatan fungsional sementara
setelah 20 tahun, 80 % cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18 tahun.
Di Indonesia, prevalensi AR hanya 0,1-0,3 persen di kelompok orang dewasa dan
1:100 ribu jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat 360 ribu
pasien di Indonesia. Wanita tiga kali lebih sering menderita rheumatoid artritis
(radang sendi) dibanding dengan laki-laki (3:1). Penyakit ini menyerang semua etnis,
dengan insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3
persen, sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun
1/100.000 orang.Prevelensi diperkirakan kasus RA diderita pada usia di atas 18
tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
rasio kejadian 3 : 1. Penyakit ini 75 % diderita oleh kaum wanita, bisa menyerang
semua sendi. Prevalensi meningkat 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun.
3. ETIOLOGI
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit
ini.Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif.Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita
penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi
pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini.Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum
berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit
ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan
faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan

2
bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme
yang dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan
penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60
sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap
stress.Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada
pasien AR, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas.
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
• Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-
3:1.
• Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
• Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
• Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
4. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).

3
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago
dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.

4
Pathway Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh infeksi, endokrin,
autoimun, metabolik, da faktor genetik, serta faktor lingkungan

Artritis reumatoid

sinovitis tenosinovitis Kelainan pada tulang Kelainan pada jaringan ekstra- Gambaran khas nodul
artikular subkutan

Hiperemia dan Invasi kolagen Erosi tulang dan kerusakan


pembengkakan pada tulang rawan
cmiopat sistemik Kelenjar limfe saraf Inflamasi keluar
i ekstraartikular

Nekrosis dan kerusakan Ruptur tendo secara Instabilitas dan deformitas


dalam ruang sendi parsial atau total sendi Atrofi otot splenomegali

Anemia osteoporosis
generalisata

Neuropati perifer
1. Nyeri 2. hambatan Gangguan mekanis dan
mobilitas fisik fungsional pada sendi

5. gangguan sensorik
Kelemahana fisik

Perubahan bentuk
tubuh pada tulang Perikarditis, miokarditis, dan
dan sendi rradang katup jantung
3. defisit
perawatan diri

Kegagalan fungsi jantung


Gambaran khas 6. gangguan konsep
nodul subkutan diri, citra diri

4. resiko trauma

7. kebutuhan
informasi
5
5. KLASIFIKASI
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.
b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
6. MANIFESTASI KLINIS ARTRITIS REUMATOID
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
· Nyeri persendian
· Bengkak (Reumatoid nodule)
· Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
· Terbatasnya pergerakan
· Sendi-sendi terasa panas

6
· Demam (pireksia)
· Anemia
· Berat badan menurun
· Kekuatan berkurang
· Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
· Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
· Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
· Gerakan menjadi terbatas
· Adanya nyeri tekan
· Deformitas bertambah pembengkakan
· Kelemahan
· Depresi
Gejala Extraartikular :
· Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
· Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
· Pada lympa : Lhymphadenopathy
· Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
· Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun
dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi

7
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-
organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan
pembuluh darah dapat rusak

7. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID


Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
1. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
2. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
3. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah

8
akan meningkat.Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat
anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (
disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.Komplikasi saraf yang
terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium.
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi.
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

9
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada
penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi
yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor
Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah
sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP)
dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis
akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning
gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen
(Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi
dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

9. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


1. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a. Termoterapi
b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
c. Pemberian Obat-obatan :
Ø Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan
Ø Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate
(Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
2. Pembedahan
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil
mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat
mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.Sinovektomi, untuk
mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan
untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

10
a. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
b. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
c. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
3. Keperawatan
Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognos penyakit ini
Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
B. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ – organ lainnya, (mis.
Mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan ( mis, eksaserbasi akut atau remisi) dan
keberadaan bersama bentuk – bentuk arthtritis lainnya.
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri Sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral atau simetris
Limitasi fungsional yang berpengaruh terhadap gaya hidup, waktu
Senggang, pekerjaan, keletihan
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktur/kelainan
Pada sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis, pucat intermiten,
Sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
Normal)
3. Integritas Ego
Gejala : faktor – faktor stress akut/kronis, mis, finansial, pekerjaan,
Ketidakmampuan, faktor – faktor hubungan
Keputusasaan dan ketidkberdayaan ( situasi ketidakmampuan)

11
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri ( mis,
Ketergantungan pada diri orang lain)
4. Makanan/cairan
Gejala : ketidakmampuan atau menghasilkan/mengkonsumsi makanan
Cairan adekuat, mual
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ)
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
5. Higiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
Ketergantungan pada diri orang lain.
6. Neurosensori
Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki. Hilangnya sensasi pada
Jaringan
Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
Jaringan lunak pada sendi
Rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari)
8. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus,
Lesi kulit, ulkus kaki
Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
Isolasi
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja)
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin “penyembuhan” arthritis

12
Tanpa pengujian
Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
C. NURSING CARE PLAN
1. Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Data yang mendukung
Keluhan nyeri/ketidaknyamanan, kelelahan
berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus,
perilaku yang bersifat hati – hati/melindungi diri.
Hasil yang diharapkan
Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat
Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tingkat nyeri dan 1. Nyeri dan kekakuan di
durasi kekakuan di pagi hari pagi hari merupakan
indikator aktivitas
penyakit
2. Anjurkan pasien untuk 2. Nyeri merupakan
mengaitkan nyeri dengan indikator tekanan
tingkat aktivitas dan berlebihan pada sendi
menyesuaikan aktivitas. yang mengalami
3. Ajarkan penggunaan inflamasi
pemberian anas dan dingin 3. Baik panas maupun
untuk memfasilitasi dingin memiliki efek
peradaan nyeri analgesik dan dapat
membantu meredakan
4. Ajarkan mengenai spasme otot terkait
penggunaan medikasi anti 4. Agens anti inflamasi

13
inflamasi dan kaitan nyeri mengurangi mediator
dan inflamasi kimia inflamasi dan
pembengkakan

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
Data yang mendukung
Ketidakmampuan bergerak dalam lingkungan fisik,
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi
Penurunan kekuatan otot
Hasil yang diharapkan
Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur
Mendemonstrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi Rasional
1. Evaluasi/lanjutkan 1. Tingkat aktivitas/latihan
pemantauan tingkat tergantung dari
inflamasi/rasa sakit pada perkembangan
sendi /resolusi dari proses
inflamasi
2. Pertahankan istirahat tirah 2. Istirahat sistemik
baring/ duduk jika dianjurkan selama
diperlukan . jadwal aktivitas eksaserbasi akut dan
untuk memberikan periode seluruh fase penyakit
istirahat yang terus menerus yang penting untuk
dan tidur malam hari yang mencegah kelelahan,
tidak terganggu mempertahankan
kekuatan
3. Bantu dengan rentang gerak 3. Mempertahankan dan

14
aktif/pasif, demikian juga meningkatkan fungsi
latihan resistif dan isometrik sendi , kekuatan otot
jika memungkinkan dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak
adekuat menimbulkan
kekakuan sendi

3. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Data yang mendukung
Ketidakmampuan mengatur AKS ( Makan, mandi, berpakaian dan eliminasi)
Hasil yang diharapkan
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada
kemampuan individual.
Mengidentifikasi sumber – sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Intervensi Rasional
Diskusikan tingkat fungsi umum (0- Mungkin dapat melanjutkan
4) sebelum timbul aktivitas umum dengan
awitan/eksaserbasi penyakit dan melakukan adaptasi yang
potensial perubahan yang sekarang diperlukan pada keterbatasan
diantisipasi. saat ini

Pertahankan mobilitas, kontrol Mendukung kemandirian


terhadap nyeri, dan program latihan fisik/emosional

Kaji hambatan terhadap partisipasi Menyiapkan untuk


dalam perawatan diri, identifikasi meningkatkan kemandirian,
rencana untuk memodifikasi yang akan meningkatkan harga

15
lingkungan diri.

4. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Data yang mendukung
Perubahan struktur atau fungsi dari bagian – bagian yang sakit
Ketergantungan pada orang terdekat
Fokus pada kekuatan/fungsi masa lalu
Perubahan pada keterlibatan sosial
Hasil yang diharapkan
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit.
Intervensi Rasional
Tunjukkan kepedulian, terima Perilaku ini membantu pasien
perilaku pasien menerima perubahan fisik yang
disebabkan oleh penyakit

Anjurkan pasien untuk bicara Verbalisasi membantu pasien


mengenai efek penyakit, baik efek mengidentifikasi perasaan dan
fisik maupun efek pada peran hidup. memberi kesempatan kepada
perawat untuk memvalidasi
perasaan ini.

Anjurkan pasien untuk Kemandirian meningkatkan


mempertahankan perawatan diri harga diri pasien.
dan peran yang bisa hingga
memungkinkan yang luas.
Diskusikan penggunaan pakaian dan
alat adaptif yang meningkatkan

16
kemandirian.

5. Diagnosa Keperawatan
Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.
Data yang mendukung
Pertanyaan/permintaan informasi
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadnya komplikasi yang dapat dicegah
Hasil yang diharapkan
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis perawatan

Intervensi Rasional
Tinjau proses penyakit, prognosis Memberikan pengetahuan
dan harapan masa depan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi

Diskusikan kebiasaan pasien dalam Tujuan kontrol penyakit adalah


penatalaksanaan proses sakit untuk menekan inflamasi
melalui diet, obat – obatan dan sendi/jaringan lain untuk
program diet seimbang latihan dan mempertahankan fungsi sendi
istirahat dan mencegah deformitas

17
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa :
Irawati, et al. Jakarta : EGC

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds):
Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition,
Connecticut 2005, 729-32.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
2002.

Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN
Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam
Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta:
EGC

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume II.
ECG. Jakarta : 2006

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc.Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :


Mosby

18

Anda mungkin juga menyukai