Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

STATUS PASIEN

3.1 Identitas Pasien

A. Identitas Pasien

Nama : An. W

Tgl lahir : 15 September 2006

Usia : 13 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat : Tanjong Ceungai, Pantonlabu

Agama : Islam

Tanggal Kunjungan : 15 Mei 2019

B. Identitas Orang Tua

Nama ayah : Tn S Nama Ibu : Ny. E

Usia : 56 tahun Usia : 41 tahun

Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

3.2 Anamnesis

A. Keluhan Utama

Bintil-bintil merah dan bernanah yang disertai gatal pada kedua tangan dan
kedua kaki sejak 1 bulan yang lalu.

43
44

B. Keluhan Tambahan

Pasien mengeluhkan bintik-bintik yang sudah menyebar ke badan pasien

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Tanah Jambo Aye dengan keluhan
bintil-bintil merah dan bernanah yang disertai gatal pada tangan dan kaki.
Keluhan tersebut muncul sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bintil-bintil merah
ini hanya muncul pada tangan pasien, tetapi sekarang sudah menyebar ke
badan pasien dan bintil-bintil sudah disertai dengan cairan yang berisi nanah
yang disertai gatal yang dirasakan pasien sekarang sudah terlalu mengganggu
pasien, terutama pada malam hari. Pasien sering menggaruk bintil-bintil
tersebut, lalu disekitar bintil-bintil tersebut ada yang disertai dengan keropeng
dan luka.
Pasien tinggal bersama orangtua dan saudara kandungnya dirumah. Riwayat
orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh pasien,
yakni seluruh anggota keluarga pasien dan tetangga pasien yang sering
bermain dengan pasien. Pasiennya biasanya mandi 2 kali dalam sehari,
mengganti pakaiannya 2 kali dalam sehari. Dari pengakuan pasien, kebiasaan
pasien yang sering memakai pakaian dan handuk bersama dengan saudara
pasien yang lain. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya dibenarkan oleh
pasien dan riwayat penyakit alergi sebelumnya disangkal.
Keluhan seperti ini sebelumnya pernah juga timbul pada pasien sekitar 3
bulan yang lalu dan pernah sembuh namun 1 bulan terakhir ini timbul
kembali, diketahui selain dari anggota keluarga pasien, tetangga pasien juga
ada mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.
45

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang sama dibenarkan oleh pasien yaitu sekitar beberapa

bulan yang lalu keluhan pernah sembuh tetapi dalam sebulan ini keluhan yang

sama timbul kembali. Dan riwayat penyakit alergi sebelumnya disangkal.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Diketahui seluruh anggota keluarga mengeluhkan keluhan yang sama muncul

bintil-bintil merah dan gatal, tetapi tidak seberat yang dialami oleh pasien.

Setiap harinya pasien tidur bersama-sama dengan saudara pasien yang lain.

F. Riwayat Pemakaian Obat

Penggunaan obat salap yang didapat dari puskesmas dan dibeli di apotek.

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara, pasien dilahirkan secara

pervaginam dibantu bidan, lahir dengan BBL 3600 g. Tumbuh kembang

pasien kesan normal dan tidak ada hambatan proses belajar.

H. Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengaku bahwa pasien di imunisasi lengkap di posyandu. Ibu

pasien juga selalu membawa pasien untuk di timbang setiap bulan.


46

3.3 Profil keluarga

Pasien An.W, 13 tahun, merupakan anak dari Tn. S dan Ny. E. Pasien

merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien tinggal bersama kedua orang

tua dan saudara kandungnya.

Kedudukan Jenis
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam keluarga Kelamin

1. Tn. B Kepala Keluarga L 56 th SMP Pedagang

2. Ny. M Istri P 41 th SMP Ibu rumah

tangga

3. An.F Anak ke 1 L 15 th SMA Pelajar

4 An.W Anak ke 2 P 13 th SMP Pelajar

5 An.R Anak ke 3 L 7 th SD Pelajar

6 An.F Anak ke 4 L 5 th Belum Belum

Sekolah Sekolah

Tabel Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Status kepemilikan rumah : milik sendiri

Daerah perumahan : jarang

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan


47

Rumah tidak bertingkat dengan luas : 12 x 10m2 Keluarga pasien tinggal di


rumah dengan kepemilikian
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 6 orang
milik sendiri yang dihuni
2
Luas halaman rumah : 2 x 5 m oleh 6 orang. Pasien tinggal
Atap rumah dari: seng, tidak ada plafon. di daerah perumahan yang
jarang dan dikelilingi sawah.
Lantai rumah dari : kayu dan semen (pada dapur
Rumah yang dihuni pasien
dan kamar mandi) memenuhi tidak kriteria
Dinding rumah dari : tembok dan kayu rumah sehat karena jumlah
kamar dan orang yang
Jumlah kamar : 4 (1 gudang)
menempati rumah, Atap
Jumlah kamar mandi :1 terbuat dari seng dan rumah

Jendela dan ventilasi : cukup tidak memiliki plafon,


jendela yang jarang dibuka,
Jamban keluarga : ada
ventilasi yang tidak terpasang
Penerangan listrik : 2 Ampere jaring nyamuk, sehingga

Sumber air bersih : PDAM tidak sesuai dengan kriteria


rumah sehat.
Tempat pembuangan sampah : ada terletak di

belakang rumah

Tabel Lingkungan Tempat Tinggal

Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

- Jenis tempat berobat : Puskesmas

- Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan


48

Cara mencapai Keluarga Letak Puskesmas tidak jauh dari tempat


pusat pelayanan menggunakan tinggal pasien.
kesehatan kendaraan Untuk biaya pengobatan diakui oleh
umum seperti keluarga pasien yaitu setiap kali datang
becak untuk berobat tidak dipungut biaya dan
menuju ke pelayanan Puskesmas pun dirasakan
puskesmas. keluarga cukup memuaskan.
Tarif pelayanan Menurut
kesehatan keluarga tidak
ada biaya
pelayanan
kesehatan yang
dilakukan di
puskesmas

Kualitas Menurut
pelayanan keluarga
kesehatan kualitas
pelayanan
kesehatan yang
didapat cukup
memuaskan.
Tabel Pelayanan Kesehatan

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Pekerjaan orangtua pasien adalah pedagang dan ibu rumah tangga. Pendapatan

keluarga pasien tidak menentu. Orangtuanya mengaku pendapatannya setiap

bulannya kurang mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari keluarganya


49

dikarenakan penghasilan yang tidak menentu untuk membiayai seluruh anggota

keluarga. Pasien ini tinggal di rumah pribadi yang terdiri dari 3 kamar tidur dan 1

kamar mandi yang berada didalam rumah. Rumah berada di lingkungan perumahan

yang jarang dan dikelilingi sawah.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

Kebiasaan makan : Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan antara 3 kali

dalam sehari dengan bahan-bahan baku dibeli langsung dari pasar. Pasien biasanya

makan dengan menu keluarga dengan porsi yang cukup.

3.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 Mei 2019

 Status Present :

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4V5M6

 Vital sign:

Tensi :-

Nadi : 90 kali/menit, irama teratur

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36,7oC

 Pengukuran Antropometri
Umur : 13 tahun
Berat badan : 45 kg
50

Tinggi badan : 150 cm


Status gizi

BB/U : Gizi baik (92%)

PB/U : Normal (94%)

BB/TB : Gizi baik (110%)

 Status Generalis :

o Kepala

Bentuk : Normal

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sclera ikterik (-/-),

reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung

(+/+)

Telinga :Simetris, sekret (-/-)

Hidung : Normal, Sekret (-/-), hiperemis (-/-)

Mulut : Simetris, mukosa bibir basah, pembengkakan tidak ada

Lidah : Bentuk normal, tidak pucat, tidak kotor, warna kemerahan

Faring : tidak hiperemis, tidak edema, membran/pseudomembran (-)

Tonsil : Warna kemerahan, tidak ada pembesaran (T1/T1)

o Leher

Inspeksi : Simetris, tidak terlihat benjolan

Palpasi :Pembesaran KGB (-), massa (-)

o Thorax
51

 Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi (-), bentuk

dada normal

Palpasi : Fremitus raba simetris

Perkusi :Sonor pada paru kiri dan kanan

Aukultasi :Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

 Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi: BJ I/II normal, bising jantung (-)

o Abdomen

Inspeksi : Simetris, perut datar

Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Ginjal : Ballotement (-)

Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)

Auskultasi :Peristaltik usus normal

o Ekstremitas

Superior :edema (-), sianosis (-), petekhi (-),makula hiperpigmentasi (+)


52

Inferior : edema (-), sianosis (-), petekhi (-),makula hiperpigmentasi (-)

o Status Dermatologis

Lokasi : Kedua tangan dan kedua kaki


Distribusi : bilateral, regional
Bentuk : tidak khas
Susunan : diskret – konfluens
Batas : tegas
Ukuran : miliar – lentikular
Efloresensi : tampak gambaran lesi bulat dan memanjang berupa
makula hiperpigmentasi di atasnya terdapat papul eritem
dan papul hiperpigmentasi di ujungnya, disertai adanya
ekskoriasi dan krusta kuning kecoklatan.
53

3.5 Anjuran Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Mikroskopik

3.6 Diagnosis Kerja

Skabies + Impetigonisasi

3.7 Diagnosa Banding

- Prurigo Hebra

- Dermatitis atopi

- Pedikulosis korporis

3.8 Penatalaksanaan

3.8.1 Upaya Kesehatan

3.8.1.1 Upaya promotif

Penyuluhan kesehatan berupa:

1. Edukasi kepada keluarga dan pasien tentang penyakit skabies, penyebab,

cara penularan (penyakit menular) dan penanganannya

2. Edukasi tentang Eliminasi reservoir (sumber penyakit), sebagai sumber

penyebaran penyakit dilakukan dengan mengurangi kontak antara

penderita dengan orang lain

3. Edukasi pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan

tempat tinggal

3.8.1.2 Upaya preventif

1. Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kebersihan

perorangan dan lingkungan, antara lain kebiasaan mandi 2 kali sehari


54

dengan menggunakan sabun dan menggosok anggota badan dengan baik

serta keramas pada sore hari, memotong kuku secara rutin 1 kali

seminggu, membersihkan lantai rumah dengan baik, tidak menggantung

pakaian, dan membuka jendela rumah pada siang hari sebagai

pencahayaan dan ventilasi

2. Mencuci pakaian, selimut, handuk, sprei dengan bilasan terakhir dengan

menggunakan air panas

3. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin

4. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga

serumah.

5. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan

yang sama dan ikut menjaga kebersihan.

3.8.1.3 Upaya kuratif

Sistemik : Antibiotik Oral (Amoksisilin 3x500 mg), Antihistamin,

diberikan Chlorphenyramine maleat (CTM) selama terasa gatal, maksimal 3

kali sehari.

Topikal : Salap 2-4, dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari

selama 10 jam hingga keeseokan harinya. Obat digunakan 4 hari berturut-

turut. Penggunaan obat tersebut tidak boleh terkena air, jika terkena air

penggunaan obat harus diulang kembali.


55

3.8.1.4 Upaya rehabilitatif

1. Kontrol ulang ke pusat pelayanan kesehatan untuk melihat keadaan

klinis pasien dan terapi lanjutan untuk pasien.

2. Rehabilitasi merupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit.

Dalam hal ini infeksi sekunder yang sering diakibatkan karena

kebiasaan penderita yang sering menggaruk terlalu keras.

3.8.1.5 Upaya psikososial

1. Bekerja sama dengan dinas terkait untuk mengatasi masalah pekerjaan

bagi orangtua pasien.

2. Pasien tidak perlu membeli obat atau berobat ke rumah sakit karena

membutuhkan biaya yang lebih. Dalam hal ini, pihak puskesmas bisa

mengajukan penyediaan obat permetrin, karena diketahui penyakit

scabies yang sedang menjadi wabah di Pantonlabu.

3.9 Prognosis

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

3.10 Faktor Risiko Lingkungan Fisik dari Penyakit

Faktor lingkungan menjadi hal yang sangat erat kaitannya dengan penyebaran

skabies di berbagai tempat, karena skabies dapat menular melalui kontak langsung

serta kontak tidak langsung. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) dapat terjadi

saat bermain bersama bahkan sering tidur bersama. Hubungan erat tersebut dimulai
56

sejak lama, bahkan sebelum keduanya menderita skabies. Kontak tak langsung

(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, seprei, bantal dan lain-lain digunakan

secara bersama-sama.

Jarak antar rumah yang berdempetan berperan penting dalam mudahnya

transmisi parasit skabies. Jarak rumah dekat dengan penderita scabies lain atau pasien

sering bermain dengan penderita scabies yang rumahnya berdekatan dengan rumah

pasien. Jarak yang demikian memungkinkan para penghuni dalam suatu kompleks

untuk berinteraksi lebih erat sehingga menyebabkan transmisi parasit skabies semakin

mudah.

Penyebaran juga terjadi dalam keluarga pasien, dimana adik dan kakak pasien

yang selalu tidur bersama pasien serta sering menggunakan pakaian atau handuk

bersama. Keadaan ini diperparah dengan kondisi lingkungan di dalam rumah, dimana

ventilasi kurang baik, banyak ditemukan pakaian digantung dalam kamar, dll.

Untuk mengurangi risiko penyebaran dan penularan skabies dapat dilakukan

dengan melakukan kebiasaan hidup sehat dan menciptakan lingkungan rumah yang

sehat. Selain dari kebiaasan hidup sehat, keadaan rumah juga sebagai perhatian

penting, ventilasi yang baik serta pengaturan intensitas cahaya yang masuk ke dalam

rumah juga dapat menekan risiko penyebaran dan penularan skabies.

3.11 Faktor Risiko Lingkungan Biologis dari Penyakit

Mikroorganisme yang mendukung dan menyebabkan terjadinya penyakit

skabies yaitu saroptes scabei. Seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah

beresiko tinggi terkena scabies, karena didukung juga dengan keadaan rumah dengan
57

jumlah anggota keluarga enam yang tinggal dalam rumah dengan ukuran 20 x 15 m2,

jadi potensi penularan tinggi.

3.12 Faktor Risiko Psikososial dan Ekonomi dari Penyakit

Faktor sosial ekonomi mempunyai peran yang sangat penting untuk penularan

dan penyebaran skabies. Keluarga pasien harus secara rutin dan berkala mengganti

seprei, sarung bantal, handuk, pakaian serta menjemur kasur untuk memperkecil

risiko perkembangan dan penyebaran skabies. Semua itu memerlukan dana yang

tidak sedikit untuk pengadaan barang-barang tersebut sedangkan pada keluarga ini

termasuk dalam golongan ekonomi menengah kebawah, dimana penghasilan dari

kepala keluarga tidak menentu namun harus membiayai seluruh anggota keluarganya

(6 orang).

Ketersediaan obat juga menjadi permasalahan pada kasus ini, karena tidak

tersedianya obat permetrin di puskesmas Pantonlabu dan membuat pasien harus

membelinya diluar atau harus mengambil obatnya tersebut di rumah sakit cut meutia

yang mana itu membutuhkan biaya yang lebih, sedangkan penyakit scabies ini sudah

menjadi wabah di Pantonlabu.

Skabies merupakan penyakit yang dapat disembuhkan secara total jika diobati

dengan baik. Namun dalam pelaksanaan pengobatan, kadang-kadang penderita tidak

melakukan dengan benar dan juga tidak memperhatikan lingkungannya. Hal ini

karena beberapa orang menganggap hanya dirinya saja yang sakit, tanpa melihat

bahwa tanpa memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya, penyakit ini dapat


58

menyerangnya kembali dan bahkan dapat juga menyerang orang lain di lingkungan

sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai