Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MEMAHAMI ERGONOMI DALAM PEKERJAAN

Makalah ini disusun sebagai salahsatu Tugas Mata Kuliah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
di Program Studi Pendidikan Vokasional Teknik Mesin dengan dosen pengampu: Sulaeman
Deni Ramdani, M.Pd.

Disusun Oleh:

Iim Maulana (2284150019)

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya, tak lupa solawat serta salam semoga selalu tercurahlimpahkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari jaman kegelapan sampai jaman
yang terangbenderang ini, berkatnya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Memahami Ergonomi dalam Pekerjaan ”.
Makalah ini berisikan tentang informasi dan penjelasan K3 dan Ilmu Ergonomi.Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan penjelasan kepada kita semua tentang pentingnya menerapkan
Keshatan dan Keselamatan Kerja. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:

1. H. Aceng Hasani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Moh Fawaid, S.Pd.T.M.T., dan Muh. Nurtanto, M.Pd., selaku ketua Jurusan dan
sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Mesin.
3. Sulaeman Deni Ramdani, M.Pd., selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
4. Bapak dan ibunda tercinta atas segala cinta, ketulusan, kasih sayang dan doa yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
5. Teman-teman Mahasiswa Pendidikan Vokasional Teknik Mesin 2015 yang selalu
mensyuport semangat.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.Amin.

Serang, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Gambar iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Batasan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ergonomi 3
B. Tujuan Ergonomi 4
C. Penerapan Ilmu Ergonomi 5
D. Anthropometri 6
E. Memilih dan Membuat Pekerjaan Dengan Menggunakan Ilmu Ergonomi 9
F. Memahami Gerak Ergonomi 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

Daftar Pustaka 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Body Area Discomfort (BAD) 5

Gambar 2 System Manusia Mesin 6

Gambar 3 Tinggi Meja Sesuai Pekerjaan 8

Gambar 4 Jangkauan Tangan Saat Bekerja 8

Gambar 5 Ukuran Kepalan Tangan 10

Gambar 6 Pembatas Gagang Pisau 10

Gambar 7 alat tangan yang bisa dirubah posisi 11

Gambar 8 Pemilihan Model Gagang Tangan 11

Gambar 9 Gerak Putar Akibat Gagang Tidak Sesumbuh 11

Gambar 10 Penekan Pada Gambar Daerah Sensitive 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja merupakan factor utama yang wajib diterapkan dalam suatu
industri, khususnya dalam perancangan struktur kerjanya. Dalam kenyataannya industri
menengah kebawah kurang meperhatikan tentang keselamatan dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sehingga dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja baik dari segi orangnya
maupun alat yang digunakan serta cara kerja. Secara garis besar pengertian ergonomi
adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman, dan
nyaman” (Arif, 2009).
Tujuan penerapan sistem kerja ergonomi ini untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan dalam bekerja yang baik, aman dan nyaman. Dengan penerapan ergonomi ini,
maka akan tercipta lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih
produktif dan efisien serta adanya jaminan kualitas kerja (Tim Ergoinstitute, 2008).
Semakin berkembangnya teknologi sehingga membuat peralatan semakin canggih dan
menjadi kebutuhan pokok dalam berbagai macam pekerjaan. Peralatan dan teknologi
menjadi suatu kesatuan dan tidak dapat di pisahkan merupakan faktor penunjang dalam
upaya meningkatkan produktivitas suatu pekerjaan.Disisi lain juga terdapat sisi negatif,
bila si pekerja tidak memiliki skill atau keahlian dalam mengoperasikan akan menimbulkan
bahaya.
Hal tersebut tidak akan timbul apabila industri sadar akan pentingnya keselamatan
dan kesehatan dalam bekerja. Antisipasi keselamatan kerja harus di antisipasi oleh semua
pihak dengan penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan dan lingkungan kerja dengan
melakukan pendekatan ergonomi. Di era Globalisasi saat ini menuntut semua industri
untuk sadar akan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang lebi dikenal dengan K3. Maka dari
itu pelu meningkatkan K3 supaya dapat mengurangi atau menekan serendah mungkin
potensi resiko dan bahaya yang akan timbul akibat kelelahan dan hubungan kerja.
Pentingnya memahami ilmu ergonomi dalam Mata Kuliah Kesehatandan
Keselamatan Kerja (K3) pada program studi pendidikan vokasional teknik mesin, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas sultan ageng tirtayasa. Mengingat Mahasiswa
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin yang sering melakukan praktikum dan melakukan

1
pekerjaan-pekerjaan teknik lainnya. Mahasiswa juga dalam pembuatan tugas akhir (TA)
tidak jarang yang membuat projek berupa trainer atau media pembelajaran. Tidak hanya
itu lulusan pendidikan vokasional teknik mesin yang nantinya akan bekerja di perusahaan
atau dunia pendidikan perlu memahami ilmu ergonomi guna keselamatan dirinya, orang
lain, perusahaan/lembaga bahkan lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah di jelaskan diatas maka ada beberapa rumusan
masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Mengapa ilmu ergonomi diterapkan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2. Apa kaitannya ilmu ergonomi dengan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.

C. TUJUAN
1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa pentingnya ilmu ergonomi pada
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.
2. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam menerapkan ilmu-ilmu
ergonomi.

D. BATASAN MASALAH
Dalam pembuatan makalah ini penulis membatasi konteks bahasan yang akan
disampaikan yaitu, pengertian ergonomi dan penerapan ilmu ergonomi pada
pembuatan dan keselamatan kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ERGONOMI
Ergonomi berasal dari kata yunani Ergos yang artinya kerja nomos artinya
hukum. Definisi ergonomi menurut Woodside dan Kocurek (1997) adalah kajian yang
intergral antara pekerja, pekerjaan, alat, tempat dan lingkungan kerja, yaitu lingkungan
dimana pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan aman dan nyaman. Sedangkan
Menurut Charpanis (1985) yang dikutip oleh Sanders mengatakan Ergonomi ialah suatu
cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat,
kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang alat,
mesin, pekerjaan, sistem kerja, dan lingkungan sehingga orang dapat hidup dan bekerja
pada sistem itu produktif, efektif, aman dan menyenangkan.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni
peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan
kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan
rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan
kualitas kerja (Arif, 2009).
Lebih spesifik, IEA ( International Ergonomi Association) mendefinisikan
ergonomi sebagai “ilmu yang mempelajari anatomi dan aspek psikologi dari manusia
dalam kaitannya dengan peralatan maupun lingkungan kerja, dimana hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan
untuk pekerja baik saat bekerja, di rumah, atau saat bermain”.Dari definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa ergonomi ialah ilmu yang secara spesifik mempelajari tentang
interaksi antara manusia, mesin / alat kerja, dan lingkungan kerja”.
Sanders dan Mc. Cormick (1987) mendefinisikan ergonomi (Human Factors)
dengan pendekatan 3 unsur, yaitu:
1. Fokus ergonomi adalah interaksi manusia dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur, dan lingkungan kerja maupun tempat tinggal. Dalam perancangan
dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, dan lingkungan masalah
kapabilitas, keterbatasan, dan kebutuhan manusia menjadi pertimbangan utama.

3
2. Tujuan utama ergonomi ada dua. (a). meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam bekerja, termasuk disini bagaimana penggunaan alat yang nyaman,
menggurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. (b). adalah
mengembangkan keselamatan, mengurangi kelelahan dan stress, penggunaan
yang menyenangkan, meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan kualitas
hidup.
3. Pendekatan ergonomi ialah secara sistematis mengaplikasikan informasi yang
relevan tentang kapasitas manusia, keterbatasan, karakteristik, tingka laku,
motivasi untuk mendisain prosedur dan lingkungan yang mereka gunakan.
B. TUJUAN ERGONOMI
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang
sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
system serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat. Adapun tujuan
penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
4. Membuat kenyamanan pekerja dalam melakukan berbagai gerak, aktifitas dan
hal lainnya.
Bagian tubuh yang mengalami ketidaknyamanan Bagian tubuh yang mengalami
ketidaknyamanan digambarkan dalam Body Area Discomfort (BAD), bagian
tubuh tersebut antara lain leher/tengkuk (neck), bahu/pundak (shoulder), siku
(elbow), lengan (forearm), tangan/pergelangan (hand/wrist), jari (fingers),
punggung atas (upper back), punggung bawah (low back), paha (thigh), lutut
(knee), kaki bawah (low leg) dan persendian kaki/ kaki (ankle/ foot).

4
Gambar. 1 Body Area Discomfort (BAD)

C. PENERAPAN ILMU ERGONOMI


Walaupun perkembangan teknologi produksi berkembang cepat namun faktor manusia
tetap signifikan dalam menentukan produktivitas. Pada industri manufaktur maupun industri
pelayanan peran manusia masih diandalkan sebagai komponen dalam proses produksi

(Wignjosoebroto: 2000).

Manusia merupakan komponen dalam sistem manusia-mesin, kedua elemen


produksi tersebut saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran
berdasarkan masukan. Proses interaksi manusiamesin diilustrasikan oleh Sander dan
Mc.Cormick (1987) pada gambar sebagai berikut. Manusia memperoleh masukan
(input) dengan melihat atau mendengar (sensing) dari display mesin, informasi tersebut
diproses di otak, kemudian otak memutuskan untuk melakukan reaksi melakukan
kontrol mesin, kontrol tersebut membuat mesin dapat beroperasi, mesin dipasang
display untuk menginformasikan bahwa mesin sedang operasi, proses sudah selesai

5
atau mati. Beroperasinya mesin akan memproses masukan menjadi keluaran, proses
tersebut terjadi pada lingkungan kerja.

Gambar 2. System manusia-mesin


Hubungan mesin-manusia dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Sistem manual: Pada sistem ini input akan langsung menjadi output. Alat
tangan berfungsi untuk menambah kemampuan atau kapabilitas dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya. Manusia berfungsi
sebagai sumber tenaga dan kendali operasi.
2. Sistem mekanik: Sistem ini sering disebut semi otomatis. Pada sistem ini
tenaga dan beberapa fungsi lain diganti mesin. Manusia memberi respon
melalui sistem kontrol untuk mengoperasikan mesin. Mesin beroperasi
dengan kendali manusia.
3. Sistem otomatis: Pada sistem otomatis mesin mampu melaksanakan
semua fungsi mulai sensor, pengambilan keputusan maupun aksi.
Manusia bertugas memonitor agar mesin dapat bekerja dengan baik,
memasukkan data atau mengganti program baru bila diperlukan
D. ANTHROPOMETRI
Dalam proses produksi terjadi interaksi manusia dengan mesin. Interaksi
tersebut akan harmonis dan serasi bila mesin tersebut didesain sesuai dengan
karakteristik manusia yang menggunakan mesin, untuk itu seorang desainer perlu

6
informasi tentang dimensi tubuh manusia. Ilmu tentang pengukuran dimensi tubuh
manusia disebut anthropometri.
Antropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan “ metry” yang
berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Wignjosoebroto (2000). Hughes
(2002) mendefinisikan antropometri sebagai ilmu mengukur dan mengoleksi data
karakteristik fisik dan aplikasinya untuk desain dan evaluasi sistem, peralatan, produk
manufaktur, fasilitas dan lingkungan manusia.
Faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Winjosoebroto)
1. Usia: ukuran tubuh akan berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Usia
0 sampai 20 tahun merupakan usia berkembang, 20 sampai 40 relatif tetap dan
usia 40 tahun ke atas cenderung menyusut.
2. Jenis kelamin: dimensi tubuh laki-laki pada umumnya lebih besar dari pada
wanita kecuali bagian tubuh tertentu seperti pinggul.
3. Suku bangsa: Setiap suku bangsa ataupun kelompok ethnik akan memiliki
karakteristis tubuh yang berbeda satu dengan yang lain.
Prinsip dasar penerapan antropometri dalam desain yang ergonomis:
1. Desain untuk individual yang ekstrim (maksimal dan minimal) Contoh: tinggi pintu
gunakan ukuran tinggi maksimal manusia Untuk perencanaan gaya operasional alat
kontrol gunakan ekstrim minimal
2. Desain untuk rata-rata manusia Pendekatan rata-rata ini mudah dan murah, namun
mempunyai kelemahan yang sangat besar karena hanya “setengah populasi” yang
mampu mengoperasikan.
3. Desain yang dapat disetel Desain ini sangat baik, karena 95% populasi mampu
mengoperasikan alat tersebut, tetapi kelemahannya membutuhkan biaya yang mahal.
4. Desain untuk individu Desain ini dibuat untuk seorang individu yang datanya digunakan
untuk mendesain. Desain ini paling ideal untuk individu tersebut tetapi tidak nyaman
digunakan orang lain.

Anthropometri dikelompokkan menjadi dua (Pulat :1992, Sanders dan Mc. Cormick:
1987, Woodside dan Kucurek 1997, Hughes 2002) :

1. Anthropometri statis atau struktural merupakan ukuran bodi pada kondisi


tidak bergerak, posisi standar baik posisi berdiri maupun duduk.

7
2. Antropometri dinamis atau fungsional merupakan ukuran bodi/tubuh saat
melakukan aktivitas kerja di suatu lingkungan kerja.

Gambar. 3 tinggi meja kerja sesuai dengan pekerjaan

Berdasarkan data dari antropometri kita dapat melakukan desain stasiun kerja. Contoh
tinggi meja kerja untuk pekerjaan yang membutuhan tenaga otot tangan di bawah pusar, tinggi
meja kerja yang membutuhkan tenaga otot sedang setara pusar, sedangkan yang
membutuhkan ketelitian tinggi meja kerja di atas pusar.

Gambar 4. Jangkauan tangan saat bekerja

8
E. MEMILIH DAN MEMBUAT PERALATAN DENGAN MENGGUNAKAN ILMU
ERGONOMI

Perkembangan teknologi memungkinkan alat-alat tangan diproduksi secara massal


untuk memenuhi kebutuhan sesaat, banyak alat-alat tangan diproduksi tanpa
pertimbangan faktor manusia sebagai pengguna alat tersebut, sehingga setelah digunakan
potensial menimbulkan gangguan kesehatan pada penggunanya. Gangguan tersebut dapat
lecet, terjepit, terpukul, terpotong, terkilir maupun komulatif trauma Pemilihan alat yang
ergonomis merupakan salah satu upaya preventif mencegah terjadinya gangguan
kesehatan kerja akibat lingkungan kerja yang kurang ergonomis, sehingga dalam
mendesain alat perlu memperhatikan prinsip ergonomi.

Prinsip mendesain alat tangan yang ergonomis:

1. Buat alat tangan yang ringan dan dapat dibawah dengan satu tangan. Alat yang berat
menyebabkan pengguna alat cepat lelah, hal ini dapat menurunkan produktivitas
kerja. Alat ringan namun saat membawah alat harus dengan dua tangan akan
merepotkan saat membawah, selain itu efisiensi penggunaan tangan menjadi
rendah.
2. Buat alat tangan yang kompak yaitu ringan, mudah dibawah dan disimpan. Alat
tangan sering digunakan pada berbagai posisi kerja, dan lokasi kerja sehingga desain
harus kompak yaitu ringan dan mudah dibawa. Alat juga harus dapat disimpan
dengan baik agar awet, mudah perawatan dan mudah dicari bila ingin menggunakan
lagi.
3. Buat gagang alat dengan diameter, panjang dan bentuk yang tepat. Ukuran gagang alat
mempengaruhi kenyamanan dan kekuatan genggam. Diameter gagang alat 30-45mm
dengan bentuk bulat atau oval, untuk alat presisi diameter 5-12 mm. Panjang gagang
disesuaikan dengan cara memegang saat menggunakan, apakah menggunakan dua tangan
atau satu tangan. Panjang gagang tertutup 100 – 125 mm, dan jarak dengan depan 40-
60 mm.

9
Gambar 5 ukuran kepalan tangan
4. Buat gagang yang nyaman dipegang, tidak mudah slip, mempunyai pembatas,
mempunyai tahanan panas dan listrik yang tinggi. Gagang dapat dibuat dari kayu,
plastik atau karet. Bahan tersebut mempunyai koefisien gesek tinggi sehingga tidak
mudah slip, isolator panas maupun listrik yang baik sehingga dapat melindungi
pekerja dari kemungkinan kecelakaan saat alat terkena panas atau tersengat listrik.
Karet merupakan bahan yang baik untuk pelapis gagang karena elastis sehingga
lebih nyaman saat menggenggam, selain itu karet juga mempunyai koefisien gesek
dan isolator listrik yang baik. Pembatas pada gagang diperlukan untuk melindungi
tangan dari kemungkinan slip dan menimbulkan luka.

Gambar 6 pembatas gagang pisau

5. Buat alat pada posisi kerja alami, hindari terjadi deviasi unar maupun radial pada
tangan. Deviasi unar maupun radial saat menggunakan alat potensial terjadi
teknosinovitis akibat syaraf median (median nerve) luka pada kanal karpi. Terdapat
dua model gagang untuk menghindari hal itu yaitu bentuk segaris (inline) dan
bentuk pistol. Contoh gagang dibengkokkan agar posisi tangan alami

10
Gambar 7 alat tangan yang bisa dirubah posisinya.

6. Pemilihan model gagang berhubungan dengan posisi kerja, untuk posisi vertikal
model pistol baik digunakan, tetapi untuk posisi kerja herizontal model gagang in
line lebih tepat.

Gambar 8 pemilihan model gagang tangan

7. Buat pegangan segaris dengan sumbuh aksial. Bila pegangan tidak sesumbuh maka
akan gerak putar dan momen, untuk mengatasi fenomena tersebut tangan
melakukan reaksi menyeimbangkan gerak putar sehingga kerja tangan lebih berat.

Gambar 9 gerak putar akibat gagang tidak sesumbuh


8. Buat alat dengan titik berat sedekat mungkin dengan genggaman untuk mengurangi
gerak putar atau momen berlebihan pada tangan yang memegang.

11
9. Hindari bagian-bagian alat yang mempunyai sudut tajam yang dapat menimbulkan
luka tersayat.
10. Buat alat yang memungkinkan digunakan dengan tangan kiri atau kanan, digunakan
oleh laki-laki atau perempuan. Terdapat 8% -10% orang kidal dan 50 % perempuan
11. Hindari penekanan pada jaringan sensitif. Beberapa desain alat saat digunakan
menyebabkan terjadi penekanan pada daerah sensitif tekanan seperti syaraf, aliran
darah, khususnya alteri unar dan radial. Mengatasi hal tersebut maka permukaan
kontak diperluas dan memindahkan tekanan pada daerah kurang sensitif yaitu di
daerah antara ibu jari dan jari telunjuk.

Gambar 10 penekanan pada gambar daerah sensitive


12. Buat alat tangan dengan tenaga untuk mengoperasikan serendah mungkin. Tenaga
mengoperasikan alat yang rendah memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih
presisi, nyaman, waktu istirahat kecil dan produktif.
13. Buat alat tangan dengan pegas penyeimbang (spring balance), sehingga pekerja tidak
perlu selalu memegang saat memindahkan alat setelah menggunakan alat dan alat
kembali pada posisi semula. Dengan demikian tenaga membawah alat dapat
direduksi dan alat dapat dengan cepat ditemukan saat menggunakan lagi.

F. MEHAMAMI GERAK ERGONOMI


Gerakan yang dilakukan pekerja ada kalanya sudah tepat namun ada pula gerak
yang tidak perlu (Sutalaksana, dkk: 1980). Gerak tidak perlu pemborosan tenaga dan
energi, untuk itu perlu kita hilangkan agar tidak memperlambat waktu produksi. Dalam
mendesain alat, lay out maupun metode kerja perlu pertimbangan ekonomi gerak, agar
tercipta alat lay out maupun metode kerja yang mampu mengeleminir gerakan yang

12
tidak perlu, mengkombinasikan gerak menjadi lebih efektif dan menyederhanakan
kegiatan sehingga kebutuhan energi minimal.

Prinsip ekonomi gerak dari Mandel (1994):

1. Eliminasi kegiatan:
a. Eliminasi semua kegiatan/ aktivitas atau gerakan yang tidak perlu
b. Eliminasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan, dengan
meletakkan fasilitas dan matrial pada tempat yang tetap.
c. Eliminasi penggunaan tenaga otor pada kegiatan statis
d. Eliminasi waktu kosong atau menunggu
2. Kombinasi gerak atau aktifitas kerja:
a. Ganti gerakan pendek, terputus, berubah arah menjadi kontinyu, tdk. Patah
b. Kombinasikan bbrp gerakan yg mampu ditangai dgn desain peralatan kerja
c. Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja kedua tangan
3. Penyederhanaan kegiatan:
a. Laksanakan setiap kegiatan/aktivitas kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot
yang digunakan minimal.
b. Kurangi kegiatan mencari obyek kerja (peralatan, material) dengan meletakkan
pada tempat yang tidak berubah-ubah.
c. Letakkan fasilitas kerja pada jangkauan tangan yang normal.
d. Sesuaikan letak komponen sesuai dimensi tubuh manusia

Prinsip ekonomi gerak dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakangerakannya


(Sutalaksana, dkk :1980), antara lain:

1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakiri gerakan pada saat yang sama.
2. Kedua tangan sebaliknya tidak mengganggur pada saat yang sama.
3. Gerakan tangan akan lebih mudah bila satu terhadap yang lain simetris dan
berlawanan.
4. Gerakan tangan dan badan sebaiknya dihemat
5. Sebaiknya pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya.
6. Gerak patah-patah dan berubah arah akan memperlambat gerak
7. Pekerjaan sebaiknya dirancang semuda-mudahnya

13
8. Sebaiknya irama kerja mengikuti irama yang alami bagi sipekerjanya
9. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata

Jadi dari berbagai penjelasan diatas dapat difahami bahwa ilmu ergonomi tidak
akan pernah lepas dengan K3 karena ilmu ergonomic merupakan kaidah-kaidah yang
mengatur untuk keselamatan pekerja, mesin itu sendiri dan mengoptimalkan kinerja
perudahaan.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

Tidak hanya itu ergonomic juga mengajarkan kepada mahasiswa dalam membuat
atau merancang suatu projek yang akan digunakan oleh banyak orang. Kesehatan dan
keselamatan pada peroses pekerjaan kadang tidak secara langsung tapi tidak tertutup
kemungkinan usia semakin bertambah maka akan ada terjadi suatu penyakit. Hal tersebut
bisa saja diakibatkan oleh tidak memperhatikannya keselamatan dan kesehatan yang telah
menjadi ketentuan dalam ilu ergonomic.

B. SARAN
Penjelasan diatas merupakan suatu hal yang perlu benar-bener dipahami
khususnya untuk mahasiswa dan umumnya untuk masyarakat umum. Tak banyak saran
yang akan saya sampaikan pada makalah ini diantaranya, ilmu ergonomic adalah ilmu
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari maka dari itu perlu adanya edukasi atau
penyampaian secara luas. Kemudian ketika dalam pembuatan suatu produk atau projek
perlu memperhatikan ilmu egonomi karena sangat erat kaitannya dengan ilmu K3.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arif, 2009. Keterkaitan Ilmu Ergonomi dengan Kesehatan dan Keselatan Kerja, Malang,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Gilang Bagaskara, 2017. Hubungan Ergonomi Dalam Keshatan dan Keselamatan Kerja.

Intan sulistya, 2015. Masalah Kecelakaan Ditempat Keja, Jakarta.

Mandel, 2014, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Improving Productivity.

Sugiono, 2018, Materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Sutalaksana, dkk :2011, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, Jakarta: Guna Darma.

Winjosoebroto, 2003, Ergonomi: study gerak dan waktu, teknik analisis untuk peningkatan
produktivitas kerja.

16

Anda mungkin juga menyukai