LP Abortus Inkomplet
LP Abortus Inkomplet
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta
( Ai Yeyeh, 2015).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia relatif tidak
efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan,
dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan.Namun angka kejadian abortus sangat tergantung
kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi
pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada
pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran
hidup(Manuaba, 2015).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan
irreguler(Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi
secara spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering
terjadi minggu ke 8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin
etiologinya berbeda). (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat
ginekologi umum).
2
B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara
pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil
konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi
dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula
pertemuan kromosom, termasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek
jarak kehamilan.
2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada
diabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2
menuju sirkulasi retroplasenter.
3
C. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
4
D. PATHWAY
Perdarahan
nekrosis
Hasil konsepsi
terlepas dari uterus
Uterus berkontraksi
Merasa
kehilangan perdarahan
Ansietas
Duka cita Kekurangan
volume
Stress cairan
Risiko
Nyeri infeksi
Akut
Risiko syok
Intolerans
i aktifitas
6
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena
faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens.
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada
paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri
abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan
di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus
7
F. MANIFESTASI KLINIS
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian
hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala
klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba,
2015).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam speculum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil
dari usia kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
10
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan umum:
1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil
konsepsi dalam uterus Sebelum dilakukan kuretase, biasanya
pasien akan diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan
jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius,
barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada
2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan
kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk
mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok
kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di
bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.Alat
kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam
rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim
akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai
bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya
tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-
krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan
kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan
dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam.
Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar,
2015).
2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)
3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien
sebelum melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau
rujukan)
4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit.
a. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat
perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut
12
I. KOMPLIKASI
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi
akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia
intrauterin dan infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.
Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat
terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan,
13
1. PENGKAJIANS
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi
; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan
alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan
di mana tindakan tersebut berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya
5. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
16
3. INTERVENSI
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan
Pre Kuretase
1. Nyeri akut berhubungan dengan Pain Management Pain Management
dengan kontraksi uterus,
perubahan dinding endometrium 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan tindakan
dan jalan lahir. komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Untuk mengetahui kemajuan
keperawatan selama 1x60 menit kualitas dan faktor presipitasi,. persalinan dan
(1 jam) diharapkan nyeri akan 2. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan yang
berkurang ketidaknyamanan (awitan, dirasakan ibu
NOC: frekuensi, durasi, intensitas, dan 3. Respon mimik dari nyeri yang
1. Pain level gambaran ketidaknyamanan) dirasakan ibu.
2. Pain control 3. Observasi reaksi nonverbal dari 4. Dapat mengurangi faktor yang
3. Comfort level reaksi ketidaknyamanan memperparah tingkat nyeri
Kriteria Hasil: 4. Kontrol lingkungan yang dapat 5. Membantu mengurangi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu 6. Untuk diberikan tindakan
2. Menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan, dan selanjutnya dalam mengatasi
3. Mengungkapkan penurunan kebisingan nyeri yang tidak berhasil
nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri tersebut
4. Menggunakan tehnik yang 6. Kolaborasikan dengan dokter jika
tepat untuk mempertahankan ada keluhan dan tindakan Analgesic administration
kontrol nyeri. penanganan nyeri yang tidak 1. Verifikasi dalam pemberian
berhasil obat, menghindari kesalahan
dalam pemberian obat
Analgesic administration 2. Menurunkan tingkat nyeri
dengan teknik farmakologi
20
normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Post Kuretase
3. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya Fluid Management Fluid Management
pendarahan 1. Monitor vital sign 1. mengetahui keadaan umum
NOC:Fluid Balance, Hydration, 2. Monitor status hydrasi (kelembaban pasien
Intake membrane mukosa, nadi adekuat, 2. mengetahui perkembangan
Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika rehidrasi
selama 1x24 jam, masalah diperlukan 3. rehidrasi optimal evaluasi
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor masukan makanan/ cairan intervensi
Mempertahankan urin output dan hitung intake kalori harian 4. mengurangi risiko kekurangan
dalam batas normal sesuai 4. Kolaborasi pemberian cairan IV voume cairan semakin
dengan usia, dan BB, 5. Dorong masukan oral bertambah
TD, nadi, suhu tubuh dalam 6. Berikan penggantian nasogastric 5. mengurangi risiko kekurangan
batas normal sesuai output voume cairan semakin
Tidak ada tanda dehidrasi 7. Atur kemungkinan transfusi bertambah
Elastisitas turgor kulit baik. 8. Persiapan untuk transfuse 6. mengurangi risiko kekurangan
Membrane mukosa lembab, voume cairan semakin
tidak ada rasa haus bertambah
tambahan. Hypovolemia Management 7. mengurangi risiko kekurangan
1. Monitor intake dan output cairan voume cairan semakin
22
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Asep Sukandar
NIM 11409717003
Mengetahui
……………………….. ………………………..
30
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLET
DI RUANG NIFAS -2 RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :