Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta
( Ai Yeyeh, 2015).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia relatif tidak
efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan,
dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan.Namun angka kejadian abortus sangat tergantung
kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi
pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada
pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran
hidup(Manuaba, 2015).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan
irreguler(Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi
secara spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering
terjadi minggu ke 8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin
etiologinya berbeda). (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat
ginekologi umum).
2

B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara
pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil
konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi
dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula
pertemuan kromosom, termasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek
jarak kehamilan.
2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada
diabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2
menuju sirkulasi retroplasenter.
3

c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,


penyakit hati, penyakit diabetes melitus.
5. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada
serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
6. Faktor antibody autoimun, terutama :
Antibody antiphosfolipid :
a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti
abortus
c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)
d. Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan
menyebabkan abortus.

C. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
4

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam


berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak
di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula
janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan
dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging.
Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena
cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus).
Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen
(fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera
dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak
menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh
janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan
infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah
berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2005).
5

D. PATHWAY

Perdarahan
nekrosis

Hasil konsepsi
terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar Hasil konsepsi keluar


sempurna (abortus tidak sempurna (abortus
kompletus) inkompletus)

Merasa
kehilangan perdarahan

Ansietas
Duka cita Kekurangan
volume
Stress cairan

Risiko
Nyeri infeksi
Akut

Risiko syok
Intolerans
i aktifitas
6

E. KLASIFIKASI
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena
faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens.
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada
paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri
abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis,
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan
di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus
7

yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian


masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa
semuanya sudah keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari
uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih
bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan
ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks
dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia
sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada
abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed
abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang
terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya
penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
8

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu


menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan dua sampai tiga tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi
medis.

F. MANIFESTASI KLINIS
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian
hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala
klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba,
2015).

Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:


1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan
darah .
2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
9

3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium bau busuk dari vulva
4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau
sebagian jaringan keluar.
6. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan
dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2015).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam speculum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil
dari usia kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
10

Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan


silang (crossmatch)

1. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang


sesuai
2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan
dan perkembangan lanjut
11

H. PENATALAKSANAAN
Penanganan umum:
1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil
konsepsi dalam uterus Sebelum dilakukan kuretase, biasanya
pasien akan diberikan obat anestesi (dibius) secara total dengan
jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien terbius,
barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada
2 pilihan alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan
kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk
mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok
kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di
bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.Alat
kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam
rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim
akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai
bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya
tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-
krok” (beradunya sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan
kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan
dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam.
Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar,
2015).
2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil)
3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien
sebelum melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau
rujukan)
4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit.
a. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat
perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut
12

b. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan


berikan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan
garam fisiologis atau Ringer

Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)

1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse


dengan cairan NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila
perlu disusul dengan transfuse darah
2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra
muscular untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
5. Bila tak ada tanda–tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis
(ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg
setiap 8 jam

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan:

1. Melakukan vulva hygiene untuk mengurangi terjadinya infeksi


pada area vagina minimal 2x sehari
2. Menganjurkan pasien istirahat yang cukup
3. Menjelaskan kepada klien tentang penyebab abortus dan
penaganan terhadap abortus
4. Monitor intake dan output cairan klien

I. KOMPLIKASI
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi
akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia
intrauterin dan infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.
Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat
terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan,
13

evakuasi jaringan sisa yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi


ini meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama.
Panas bukan merupakan kontraindikasi untuk kuretase apabila
pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera
dimulai.Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase
antara lain :
1. Komplikasi Jangka pendek
a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-
muntah, bradikardi dan cardiac arrest.
b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau
dilatator. Bila perforasi oleh kanula, segera diputuskan
hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri
dibersihkan sedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis
tinggi. Biasanya pendarahan akan berhenti segera. Bila ada
keraguan, pasien dirawat.
c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum.
Bila pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan
konsepsi. Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan
konsepsi.
e. Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.
Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif
terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila ditemukan
sisa jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri
setelah pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari.
2. Komplikasi jangka panjang.
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun
karena infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat
menyebabkan:
a. Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah
sehingga terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman)
b. Nyeri pelvis yang kronis.
14
15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANS
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi
; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan
alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan
di mana tindakan tersebut berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin ,
dan penyakit-penyakit lainnya
5. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
16

adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,


gejala serta keluahan yang menyertainya
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang
tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penghidung.Hal yang diinspeksi
antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat
suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot
atau respon nyeri yang abnormal
17

c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak


langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang
ada dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa
atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak
d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh
dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005: 39)
d. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang: rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga
berencana: Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi,
dan menggunakan KB jenis apa.
e. Data lain-lain :
1. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah
diberikan selama dirawat di RS.
2. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana
pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban
pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
3. Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
4. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan
YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
18

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Pre Kuretase
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan
dinding endometrium dan jalan lahir.
2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan
kehilangan janin
b. Post Kuretase
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
pendarahan
2) Dukacita b.d kehilangan calon anak
3) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
4) Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
5) Risiko syok b.d hipovolemik: perdarahan pervaginam
19

3. INTERVENSI
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan
Pre Kuretase
1. Nyeri akut berhubungan dengan Pain Management Pain Management
dengan kontraksi uterus,
perubahan dinding endometrium 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan tindakan
dan jalan lahir. komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Untuk mengetahui kemajuan
keperawatan selama 1x60 menit kualitas dan faktor presipitasi,. persalinan dan
(1 jam) diharapkan nyeri akan 2. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan yang
berkurang ketidaknyamanan (awitan, dirasakan ibu
NOC: frekuensi, durasi, intensitas, dan 3. Respon mimik dari nyeri yang
1. Pain level gambaran ketidaknyamanan) dirasakan ibu.
2. Pain control 3. Observasi reaksi nonverbal dari 4. Dapat mengurangi faktor yang
3. Comfort level reaksi ketidaknyamanan memperparah tingkat nyeri
Kriteria Hasil: 4. Kontrol lingkungan yang dapat 5. Membantu mengurangi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu 6. Untuk diberikan tindakan
2. Menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan, dan selanjutnya dalam mengatasi
3. Mengungkapkan penurunan kebisingan nyeri yang tidak berhasil
nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri tersebut
4. Menggunakan tehnik yang 6. Kolaborasikan dengan dokter jika
tepat untuk mempertahankan ada keluhan dan tindakan Analgesic administration
kontrol nyeri. penanganan nyeri yang tidak 1. Verifikasi dalam pemberian
berhasil obat, menghindari kesalahan
dalam pemberian obat
Analgesic administration 2. Menurunkan tingkat nyeri
dengan teknik farmakologi
20

1. Cek instruksi dokter tentang jenis 3. Penurunan sirkulasi darah


obat, dosis dan frekuensi dapat terjadi peningkatan
2. Kolaborasi dengan dokter kehilangan cairan
pemberian obat analgesik pada mengakibatkan hipotensi dan
klien takikardi
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah diberikan analgesik

2. Ansietas berhubungan dengan NIC:


kemungkinan akan kehilangan Anxiety Reduction Anxiety Reduction
janin 1. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi 1. mengidentifikasi perhatian
NOC: kecemasan. pada bagian khusus dan
Anxiety self-control, anxiety level, 2. Berikan informasi tentang menentukan arah dan
coping. penyimpangan genetic khusus, kemungkinan pilihan/
Setelah dilakukan tindakan resiko yang dalam reproduksi dan intervensi.
keperawatan selama (1x30 ketersediaan tindakan/pilihan 2. dapat menghilangkan ansietas
menit) Ansietas klien teratasi diagnosa berkenaan dengan
dengan kriteria hasil : 3. Kembangkan sikap berbagi rasa ketidaktahuan dan membantu
1. Klien mampu secara terus menerus. keluarga mengenai stress,
mengidentifikasi dan 4. Berikan bimbingan antisipasi membuat keputusan, dan
mengungkapkan gejala dalam hal perubahan beradaptasi secara positif
cemas fisik/psikologis. terhadap pilihan.
2. Mengidentifikasi, 3. kesempatan bagi klien untuk
mengungkapkan dan mencari pemecahan situasi.
menunjukkan tekhnik 4. dapat menghilangkan
untuk mengontrol cemas kecemasan/ depresi pada
3. Vital sign dalam batas pasangan.
21

normal
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Post Kuretase
3. Kekurangan volume cairan NIC :
berhubungan dengan adanya Fluid Management Fluid Management
pendarahan 1. Monitor vital sign 1. mengetahui keadaan umum
NOC:Fluid Balance, Hydration, 2. Monitor status hydrasi (kelembaban pasien
Intake membrane mukosa, nadi adekuat, 2. mengetahui perkembangan
Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika rehidrasi
selama 1x24 jam, masalah diperlukan 3. rehidrasi optimal evaluasi
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Monitor masukan makanan/ cairan intervensi
 Mempertahankan urin output dan hitung intake kalori harian 4. mengurangi risiko kekurangan
dalam batas normal sesuai 4. Kolaborasi pemberian cairan IV voume cairan semakin
dengan usia, dan BB, 5. Dorong masukan oral bertambah
 TD, nadi, suhu tubuh dalam 6. Berikan penggantian nasogastric 5. mengurangi risiko kekurangan
batas normal sesuai output voume cairan semakin
 Tidak ada tanda dehidrasi 7. Atur kemungkinan transfusi bertambah
 Elastisitas turgor kulit baik. 8. Persiapan untuk transfuse 6. mengurangi risiko kekurangan
Membrane mukosa lembab, voume cairan semakin
tidak ada rasa haus bertambah
tambahan. Hypovolemia Management 7. mengurangi risiko kekurangan
1. Monitor intake dan output cairan voume cairan semakin
22

2. Pelihara IV line bertambah


3. Monitor adanya kelebihan cairan Hypovolemia Management
4. Monitor BB 1. mengetahui perkembangan
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit rehidrasi
6. Pasang urin kateter jika diperlukan 2. mencegah infeksi dan
7. Kolaborasikan pemberian diuretic mempertahankan input cairan
sesuai interuksi yang adekuat
3. mencegah masuknya cairan
berlebihan
4. mengetahui BB dan
membandingkan BB pasien
sebelum dan sesudah
diberikan intervensi
5. memonitor status kebutuhan
cairan pasien
6. mengetahui jumlah output
cairan
7. membantu mempermudah
output cairan, menjaga
keseimbangan cairan
4. Dukacita b.d kehilangan calon NIC: Grief Work Facilitation
anak Grief Work Facilitation 1. Mengetahui penyebab dari
NOC: Grief resolution 1. Identifikasi perasaan kehilangan kehilangan atau dukacita yang
Setelah dilakukan tindakan klien dialami klien saat ini dan
keperawatan selama 1x45 menit 2. Dengarkan cerita pasien terhadap mencari solusi terhadap
masalah dukacita klien teratasi perasaan kehilangan yang penyelesaian kehilangan
dengan kriteria hasil: dialaminya tersebut
1. Mencari solusi terhadap 3. Buat pernyataan empati tentang 2. Memberikan kesempatan
23

perasaan kehilangan dukacita yang dialami klien kepada klien untuk


2. Melisankan perasaan dan 4. Dorong diskusi tentang pengalaman mengutarakan semua
penerimaan terhadap kehilangan atau dukacita perasaan yang berkaitan
kehilangan sebelumnya yang pernah dialami dengan kehilangan yang
3. Mengekspresikan harapan klien dialami
positif terhadap masa depan 5. Ajarkan secara bertahap proses 3. Sikap yang ditunjukkan untuk
berduka sebagai progresi dukungan memahami apa yang
yang tepat dirasakan dan kemampuan
6. Sertakan orang lain yang dekat untuk mengenali,
dengan klien untuk berdiskusi mempresepsi, dan merasakan
7. Komunikasikan kepada klien untuk perasaan orang lain.
bisa menerima terhadap kehilangan 4. Mengetahui pengalaman
yang dialami dukacita dimasalalu yang
pernah dialami klien dan
membandingkan perasaan
tersebut dengan saat ini.
5. mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan
keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu
mereka memahami kesedihan
mereka dan mengatasinya.
6. membantu dalam memberikan
dukungan kepada klien
7. reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat pada objek yg
hilang akan mulai berkurang
24

atau bahkan hilang.


Perhatiannya akan beralih
pada objek yg baru.
5. Intoleransi aktifitas b.d NIC: Activity theraphy
kelemahan, penurunan sirkulasi Activity theraphy 1. Mungkin klien tidak
NOC: 1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk mengalami perubahan berarti,
Activity tolerance, energy beraktivitas tetapi perdarahan masif perlu
conservation, self care: ADLs. 2. Evaluasi perkembangan diwaspadai untuk menccegah
Setelah dilakukan tindakan kemampuan klien melakukan kondisi klien lebih buruk
keperawatan selama 1x24 jam (1 aktivitas 2. Aktivitas merangsang
hari) diharapkan klien dapat 3. Bantu klien untuk memenuhi peningkatan vaskularisasi dan
toleransi dengan aktivitas kebutuhan aktivitas sehari-hari pulsasi organ reproduks
dengan kriteria hasil: 4. Bantu klien untuk melakukan 3. Mengistiratkan klilen secara
1. Mampu tindakan sesuai dengan optimal
melakukanaktifitas sehari- kemampuan/kondisi klien 4. Menilai kondisi umum klien
hari secara mandiri 5. Kaji pengaruh aktivitas terhadap 5. Mengoptimalkan kondisi klien,
2. Berpatisipasi dalam kondisi uterus/kandungan pada abortus inkomplit,
aktivitas fisil tanpa disertai istirahat mutlak sangat
peningkatan TD, N, RR diperlukan
3. Mampu berpindah dengan
atau alat bantu

4. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan NIC: Infection control


kondisi vulva lembab Infection control 1. Perubahan yang terjadi pada
NOC: 1. Kaji kondisi keluaran/dischart dishart dikaji setiap saat
1. Immune Status yang keluar ; jumlah, warna, dan dischart keluar. Adanya warna
2. Knowledge: Infection bau yang lebih gelap disertai bau
Control 2. Terangkan pada klien pentingnya tidak enak mungkin merupakan
25

3. Risk Control perawatan vulva selama masa tanda infeksi


perdarahan 2. Infeksi dapat timbul akibat
Setelah dilakukan tindakan 3.Lakukan perawatan vulva kurangnya kebersihan genital
keperawatan selama 4 jam 4.Amati luka dari tanda infeksi yang lebih luar
diharapkan diharapkan tidak (flebitis) 3. Inkubasi kuman pada area
terjadi infeksi 5.Anjurkan pada ps untuk genital yang relatif cepat dapat
melaporkan dan mengenali menyebabkan infeksi.
Kriteria Hasil
tanda-tanda infeksi 4. Daerah ini merupakan port de
1. Tidak ditemukan tanda-tanda 6.Anjurkan pada suami untuk tidak entry kuman Penanda proses
adanya infeksi. melakukan hubungan senggama infeksi
2. Jumlah Leukosit dalam batas se;ama masa perdarahan 5. Mencegah infeksi
normal 6. Pengertian pada keluarga
sangat penting artinya untuk
Infection Control kebaikan ibu; senggama dalam
1. monitor tanda dan gejala infeksi kondisi perdarahan dapat
2. Pantau hasil laboratorium memperburuk kondisi system
3. Amati faktor-faktor yang bisa reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan infeksi meningkatkan resiko infeksi
4. monitor Vital Sign pada pasangan.
5. Kontrol infeksi
6. Ajarkan tehnik mencuci tangan Infection Control
7. Ajarkan tanda-tanda infeksi 1. Proteksi diri dari infeksi
8. Batasi pengunjung 2. Mengetahui hasil laboratorium
9. Cuci tangan sebelum dan status imunitas terhadap
sesudah merawat ps kemungkinan infeksi
10. Tingkatkan masukan gizi yang 3. Mencegah infeksi sekunder
cukup 4. Mengetahui keadaan umum
11. Anjurkan istirahat cukup pasien
26

12. Pastikan penanganan aseptic 5. Meningkatkan daya tahan


daerah IV tubuh
13. Berikan PEN-KES tentang risk 6. Mencegah terjadinya
infeksi perpindahan infeksi
7. membantu proteksi infeksi
8. Mencegah terjadinya infeksi
9. Mencegah terjadinya infeksi
10. Meningkatkan asupan nutrisi
pasien agar meningkatkan
status imunisasi
11. Meningkatkan relaksasi
12. Mencegah terjadinya infeksi
melalui IV
13. Meningkatkan pengetahuan
pasien terhadap risiko infeksi

7. Risiko syok f.r hipovolemik: NIC: 1. Memonitor terhadap tanda-


perdarahan pervaginam gejala syok
NOC: Syok prevention 2. Kebutuhan oksigen dalam
Syok prevention, syok tubuh minimal 95%
management 1. Monitor status sirkulasi, warna kulit, 3. Suhu tinggi dan nafas cepat
Setelah dilakukan tindakan suhu, denyut jantung, HR, dan mendapatkan terjadinya sepsis
keperawatan selama 1x30 menit ritme, nadi perifer 4. Untuk mempertahankan intake
risiko syok teratasi dengan cairan dalam tubuh dan
kriteria hasil: 2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi menjaga keseimbangan
jaringan
1. TTV dalam batas yang
diharapkan 3. Monitor suhu dan pernafasan
2. Mata cekung tidak
27

ditemukan demam tidak 4. Berikan cairan iv atau oral yang


ditemukan tepat
3. Irama jantung dalam batas
normal
28

DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis


kontrasepsi pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
Carpenito, Lynda, (2015), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Corwin, EJ. 2015. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
JNPK_KR. 2015. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar
(PONED).
Kusmiyati, Dkk. 2015. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.
Manuaba, 2015. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.
McCloskey, Joanne C, 2015. Nursing Intervention Classification (NIC).
St. Louise, Misouri: Mosby, Inc.
Nugroho, taufan. 2015. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.
29

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Asep Sukandar


NIM : 11409717003
Tingkat : II
Semester : IV (empat)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah menyelesaikan laporan


pendahuluan Abotrus Inkomplet diruang Nifas - 2 RSUD. Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin

Banjarmasin, Juli 2019

Mahasiswa

Asep Sukandar
NIM 11409717003

Mengetahui

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

……………………….. ………………………..
30

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLET
DI RUANG NIFAS -2 RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

Nama : Asep Sukandar


NIM : 11409717003
Tingkat : II
Semester : IV (empat)

PROGRAM STUDI D - III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2019

Anda mungkin juga menyukai