Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tengah persaingan perkembangan gaya hidup yang modern dan
mewah seperti sekarang ini, salah satu kelompok yang rentan terbawa arus
perkembangan sendiri merupakan remaja. Remaja merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak ke masa dewasa sehingga remaja mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikis (Agustiani, 2013). Menurut data
dari Unicef (2019), pada tahun 2016 sekitar 1,2 miliar remaja berusia 10-19
tahun merupakan 16% dari populasi dunia. Lebih dari setengah remaja di
dunia berada di Asia dengan jumlah terbanyak di Asia Selatan yaitu sekitar
340 juta diikuti oleh Asia Timur dan Pasifik yaitu sekitar 277 juta.
Pada era globalisasi ini, usia remaja menjadi usia yang banyak dituntut
untuk mengenal berbagai hal yang baru. Hal yang baru ini, bisa diperoleh dari
lingkungan sekitar. Merokok adalah salah satu kebiasaan yang menjadi
fenomena umum di kalangan remaja saat ini. Sejumlah studi menemukan
merokok pertama kali dimulai pada usia 11-13 tahun, dan hal ini diawali oleh
rasa ingin tahu. Peningkatan perilaku merokok berdampak pada semakin
tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian,
diperkirakan angka kematian akibat rokok mencapai 70% pada tahun 2030
dan setengahnya berdampak pada penduduk berusia produktif. Pada tahun
2016 jumlah perokok yang berusia 15 tahun ke atas di dunia sebesar 19,9%
dengan prevalensi tertinggi pada perokok laki-laki yaitu 33,7% dan pada
perokok perempuan yaitu 6,2% (WHO, 2019).
Berdasarkan data yang didapatkan dari WHO (2019), Eropa merupakan
benua dengan prevalensi merokok tertinggi pada remaja dengan usia 15 tahun
ke atas yaitu sebanyak 29,4%, diikuti dengan Negara bagian kawasan Pasifik
Barat Daya yaitu sebanyak 24,5%, kemudian Asia Tenggara dan Amerika
yaitu sebanyak 16,9%, diikuti Afrika dan lain-lain.

1
Berdasarkan data dari WHO (2014), terdapat enam juta kasus kematian
setiap tahun yang diperkirakan akibat rokok di seluruh dunia. Pada tahun
2014, Indonesia sendiri menempati urutan keempat sebagai negara dengan
konsumen rokok terbanyak setelah Cina, Rusia dan Amerika Serikat dengan
estimasi 1.000-1.499 batang rokok yang dikonsumsi perorang usia di atas 15
tahun setiap tahunnya dengan total 34,8% .yang merokok. Data yang diperoleh
dari Kemenkes (2016), prevalensi merokok di Indonesia mengalami
peningkatan dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36% pada tahun 2013 dengan
prevalensi merokok remaja usia 16-19 tahun meninggal 3 kali lipat dari 7,1%
(1995) menjadi 20,5% (2014). Pada tahun 2013, jumlah rata-rata batang rokok
yang dihisap perhari adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Proporsi
terbanyak perokok aktif setiap hari adalah kelompok umur produktif (25-64
tahun) dengan rentang 30.7%. 32,2% dan terjadi peningkatan proporsi
perokok yang berusia ≥10 tahun (36.3%) (Kemenkes, 2013).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan
bahwa secara nasional persentase penduduk usia > 15 tahun yang merokok
adalah 33,6%, yang terdiri atas 28,2% perokok setiap hari dan 5,4% perokok
kadang-kadang. Persentase terbesar kelompok umur pertama kali merokok
adalah pada umur 15 – 19 tahun, yaitu sebesar 43,3%. Proporsi penduduk
umur 10-14 tahun yang merokok adalah 1,4% yang terdiri dari 0,5% perokok
setiap hari dan 0,9% perokok kadang-kadang. Sedangkan proporsi perokok
umur 15-19 tahun sebesar 18,3% yang terdiri dari 11,2% perokok setiap hari
dan 7,1% perokok kadang-kadang. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata
penduduk Indonesia telah menghisap rokok pada usia muda (Kemenkes RI,
2010).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, Provinsi
Sulawesi Selatan adalah Provinsi dengan pravelensi perokok yang lumayan
tinggi di Indonesia (31.6%) sama dengan prevalensi di Yokyakarta (31.6%)
dan penggunaan rokok menurut (Riskesdas) pada laki-laki mencapai (65.9%)
sedangkan perempuan (4.2%). Kebiasaan merokok lebih banyak pada remaja
SMA, pada remaja yang tinggal di desa dibandingkan di Kota, serta pada

2
ekonomi yang lebih rendah. Selain itu, data dari Riskesdas (2010) prevalensi
penduduk Sulawesi Selatan yang merokok pada kelompok umur 45-54 tahun
sebesar 32.2 %. Sedangkan pada penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas
sebanyak 54,1% adalah perokok. Prevalensi tertinggi pertama kali merokok
pada umur 15-19 tahun (43.3%) dan sebesar 1.7% penduduk mulai merokok
pertama kali pada umur 5-9 tahun (Antos, 2011 diakses 27 Maret 2013). Di
Makassar, sekitar 62.5% didapatkan informasi remaja dengan sikap yang
cenderung negatif terhadap rokok memiliki hubungan yang signifikan dengan
perilaku merokok (Santoso, Taviv Yulian, Yahya 2014). Kabupaten Bantaeng
adalah salah satu daerah dengan prevalensi tertinggi merokok pada remaja
(66.4%) yaitu umur 10-12 tahun (2.3%), umur 13-15 tahun (20.0%), umur 16-
18 tahun (62.4%) sedangkan umur 19-24 tahun (83.5%). (Balitbangkes, 2016).
Rokok merupakan zat adiktif yang mengancam kesehatan karena di
dalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap
kumpulan asap rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 di
antaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Beberapa
zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan
nikotin (Abadi, 2005). Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan
merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, diantaranya dapat
menyebabkan penyakit jantung, penyakit paru, kanker paru dan kanker
lainnya, diabetes, impotensi, menimbulkan kebutaan, penyakit mulut, dan
gangguan janin (Baharuddin, 2017). Meskipun merokok memiliki banyak
dampak buruk/ negatif, akan tetapi merokok juga memiliki beberapa dampak
positif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitti Hasna Wati
(2018), dampak positif dari merokok yaitu mengurangi stres, menimbulkan
rasa nikmat dan mempererat pergaulan antar kawan.
Dalam penelitian Ahmad Rifai (2017), ada beberapa alasan usia remaja
mulai merokok karena berbagai hal, diantaranya meniru orang dewasa,
melihat orang yang lebih besar darinya merokok membuat para remaja
terpengaruh dan ingin melakukan hal yang serupa sehingga itu menjadi sebuah

3
kebiasaan yang sulit dihilangkan. Masalah keluarga seorang remaja yang
kondisi keluarganya tidak baik maka cenderung stress memikirkan hal itu,
teman sebaya dalam lingkungan berpengaruh besar terhadap seorang remaja
yang belum merokok, sebab teman akan selalu mempengaruhi untuk merokok
karena biasanya kalau tidak merokok seseorang dianggap tidak jantan atau
penakut. Setelah remaja mulai merokok, mereka selalu merasa ketagihan
untuk melanjutkan kebiasaan sehingga sulit untuk menghentikannya.
Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat
dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang lain di
sekitarnya (Aula, 2010). Untuk mencegah siswa dari hal-hal yang merugikan
kesehatan serta untuk meningkatkan perilaku sehat, maka penting untuk kita
mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa,
seperti ada banyak faktor yang melatarbelakangi remaja menjadi perokok,
antara lain pengetahuan, sikap dan lingkungan (orang tua, teman sebaya dan
iklan). Menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari
lingkungan dan individu yang berarti perilaku merokok selain disebabkan oleh
faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan.
SMAN 6 Bantaeng merupakan instansi pendidikan yang berada di
Kabupaten Bantaeng, tepatnya di Desa Bonto Tallasa’. Instansi pendidikan ini
merupakan sekolah negeri yang baru diresmikan di kabupaten Bantaeng. Hal
ini terlihat siswa yang terdaftar di SMAN 6 Bantaeng masih kurang.
Berdasarkan pengambilan data awal yang diperoleh di SMAN 6 Bantaeng
pada tahun ajaran 2018-2019 adalah jumlah siswa keseluruhan 135 siswa (73
siswa laki-laki 62 siswa perempuan). Dari 135 siswa tersebut terbagi menjadi
64 siswa kelas I , 49 siswa kelas II dan 22 siswa kelas III. Dari 64 siswa kelas
I terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas IPA sebanyak 32 siswa (17 siswa laki-
laki dan 15 siswa perempuan) dan kelas IPS sebanyak 32 siswa (20 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan). Siswa kelas II berjumlah 49 siswa terbagi
menjadi 2 kelas yaitu kelas IPA berjumlah 25 siswa (14 siswa laki-laki dan 11
siswa perempuan) dan kelas IPS berjumlah 24 siswa (16 siswa laki-laki dan 8
siswa perempuan). Dan 22 siswa kelas III terbagi juga menjadi 2 kelas yaitu

4
12 siswa IPA (5 siswa laki-laki dan 8 siswa perempaun) dan 10 siswa IPS (2
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan).
Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa
siswa, jumlah keseluruhan perokok di SMAN 6 Bantaeng sebanyak 38 siswa.
Jumlah perokok aktif sebanyak 38 siswa dan perokok pasif sebanyak 29 siswa.
Dari keseluruhan perokok di SMAN 6 Bantaeng sebanyak 20 siswa kedapatan
merokok di sekolah. Terdiri dari kelas X IPA sebanyak 7 siswa dari jumlah
siswa 17 siswa laki-laki, kelas X IPS sebanyak 9 siswa dari jumlah siswa 20
siswa laki-laki, dan kelas XI IPA sebanyak 6 orang dari jumlah siswa 14 siswa
laki-laki, kelas XI IPS sebanyak 8 siswa dari jumlah siswa 16 siswa laki-laki.
Dari 10 orang mengatakan bahwa ada temannya yang sudah memiliki
kebiasaan merokok dan mengatakan rata-rata teman sekelasnya laki-lakinya
merokok. 7 dari 10 siswa tersebut mengaku sudah memiliki kebiasaan
merokok. Aktivitas merokok biasanya dilakukan sebelum masuk sekolah di
area sekitar lingkungan sekolah, mereka merokok baik pada saat jam-jam
istirahat maupun setelah pulang sekolah. Dari siswa yang merokok masing-
masing siswa mengatakan penyebab mereka merokok dikarenakan ada
keluarganya yang merokok, dan ada yang mengikuti teman-temannya. Hal
tersebut juga diperkuat oleh pengakuan beberapa warga sekitar sekolah yang
mengatakan bahwa mereka sering melihat para siswa di sana yang merokok
dan pada saat pulang dari sekolah. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat
masalah perilaku merokok di kalangan siswa laki-laki khususnya di SMAN 6
Bantaeng.
Berdasarkan dari hasil wawancara dan survey yang dilakukan di SMAN
6 Bantaeng, maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja siswa SMAN 6 Bantaeng.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan variabel yang telah diuraikan pada latar belakang di atas,
maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah “faktor-faktor apa
sajakah yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMAN 6
Bantaeng”?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada siswa SMAN 6 Bantaeng.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perilaku merokok
pada siswa di SMAN 6 Bantaeng;
b. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap perilaku merokok pada
siswa di SMAN 6 Bantaeng;
c. Untuk mengetahui hubungan lingkungan terhadap perilaku merokok
pada siswa di SMAN 6 Bantaeng;
d. Untuk mengetahui faktor yang dominan yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa di SMAN 6 Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan supaya siswa mengetahui penyebab
utama mereka merokok dan penyebab merokok paling banyak pada anak
usia sekolah.

6
2. Manfaat Bagi Institusi
a. SMAN 6 Bantaeng
Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih
mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan
merokok bagi siswa serta mengantisipasi stress yang mungkin terjadi
pada siswa dengan lebih mengaktifkan bimbingan dan konseling.
b. Universitas Megarezky Makassar
Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan sarana acuan
dalam meningkatkan dan menambah wawasan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa merokok.
c. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat menambah masukan dan bahan perbandingan untuk
meningkatkan mutu pendidikan keperawatan dalam hal mengetahui
faktor-faktor perilaku merokok.
3. Manfaat Bagi Ilmiah
Merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum, selain itu, diharapkan
penelitian ini juga dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai bahan
acuan peneltian selanjutnya.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Faktor-
faktor penyebab perilaku merokok pada remaja serta menambah
pengetahuan dan pengalaman peneliti mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang didapat selama perkuliahan di dalam karya nyata.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok


1. Definisi Rokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat membahayakan
kesehatan bagi individu dan masyarakat apabila digunakan sehari-hari.
Menurut Aula (2010: 11) rokok adalah silinder dari kertas berukuran
panjang 70-120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter 10
mm yang berisi daun tembakau yang sudah dicacah. Dijelaskan pula,
berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, rokok adalah olahan tembakau yang
dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lain yang dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lain yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan.
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Heryani, 2014).
Menurut Gurung dalam Nindapitra (2015: 16) rokok dapat dipahami
sebagai daun kering (tembakau) yang dibungkus kertas kecil berbentuk
silinder dan dibakar serta dihirup ke paru-paru. Rokok tersebut digunakan
dengan cara dibakar pada salah satu ujungnya yang disebut sebagai sumbu
rokok, kemudian dibiarkan menyala atau membara sehingga asapnya dapat
dihirup pada ujung lainnya yang dinamakan ujung penghisap.
2. Bahan Baku Rokok
Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai
berikut:
a. Tembakau

8
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia
termasuk dalam spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
b. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar.
Bunga cengkeh dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian cengkeh ditimbang
dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
c. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan
untuk menciptakan aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang
menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek (Anonim,
2013).
3. Kandungan Rokok
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah
sebagai berikut:
a. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung
berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung
meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan
tekanan darah meningkat (Tawbariahet al, 2014).
b. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen
(Mardjun, 2012).
c. Karbon Monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap
pembuangan kendaraan. CO menggantikan 15% Oksigen yang
seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak
lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada
dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.

9
Menurut Caldwell (2012: 7-8) menyatakan bahwa setiap kali
mengisap sebatang rokok, perokok beresiko terpapar 45 jenis bahan kimia
beracun. Beberapa senyawa penting namun berbahaya antara lain:
1) Benzopiren dan lutidin, berasal dari tar tembakau;
2) Colidin, menyebabkan kelumpuhan dan lambat laun mengakibatkan
kematian;
3) Asam karbolik dan asam hidrosianik, keduanya merupakan racun
yang berbahaya. Racun tersebut mampu membunuh dalam hitungan
detik. Di beberapa bagian Amerika Serikat, asam hidrosianik dalam
bentuk gas dipakai untuk mengeksekusi penajahat;
4) Metil alkohol menimbulkan kebutaan;
5) Karbon monoksida mengikat oksigen di dalam darah sehingga darah
tidak bisa menyuplai oksigen ke seluruh tubuh;
6) Formaldehid sering digunakan untuk membalsem mayat;
7) Arsenik adalah jenis racun yang dipakai untuk membunuh tikus.
Kandungan arsenik di dalam tembakau ternyata 50 kali lebih besar
dari jumlah yang diizinkan secara legal.
4. Jenis-jenis Rokok
Menurut Aula (2010: 12-15) ada 4 jenis rokok, yaitu:
a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus
1) Kawung, merupakan rokok dengan bahan pembungkus daun aren;
2) Sigaret, merupakan rokok dengan bahan pembungkus kertas;
3) Cerutu, merupakan rokok dengan bahan pembungkus daun
tembakau.
b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi
1) Rokok putih yaitu rokok yang bahan atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu;
2) Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu;

10
3) Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau, cengkeh, dan menyan diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya
1) Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah rokok yang proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan
menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana;
2) Sigaret Kretek Mesin (SKM) adalah rokok yang proses
pembuatannya menggunakan mesin. Caranya, material rokok di
masukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang
dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini,
mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar
enam ribu sampai delapan ribu rokok per menit. Biasanya, mesin
pembungkus rokok dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok
sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berbentuk batangan,
namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok
yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, dan
satu pres berisi 10 pak.
d. Rokok Berdasrkan Penggunaan Filter
1) Rokok filter (RF), merupakan rokok yang memiliki bagian pangkal
berupa gabus;
2) Rokok nonfilter (RNF), merupakan rokok yang tidak memiliki
gabus pada bagian pangkal.
5. Dampak Rokok Bagi Kesehatan
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)
merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan, seperti :

11
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok
mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in Second
(FEV1), dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita
PPOK (Saleh, 2011).
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan
dengan penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi.
Risiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi
dibanding pada bukan perokok (Andina, 2012).
c. Pegaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang
terjadi di bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak
diketahui, banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam
asap rokok dapat merusak protein lensa (Muhibah, 2011).
d. PengaruhTerhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria
maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang
dikandung akan mengalami penuruan berat badan, lahir prematur,
bahkan kematian janin (Anggraini, 2013).
6. Tipe-Tipe Perokok
Menurut Dariyo (2008: 39-40) tipe perokok itu ada dua jenis, yaitu
perokok aktif (active smooker) dan perokok pasif (pasive smooker).
a. Perokok aktif
Perokok aktif adalah individu yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok. Merokok telah menjadi bagian hidupnya sehingga
rasanya tidak enak jika sehari tidak merokok. Seorang perokok akan
berupaya untuk mendapatkan rokok setiap hari.

12
b. Perokok pasif
Perokok pasif adalah individu yang tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok yang
dihembuskan orang lain yang kebetulan berada di dekatnya. Mereka
tidak memiiki niat dan tidak mempunyai kebiasaan merokok dalam
kehidupan sehari-harinya. Jika tidak merokok, mereka tidak merasakan
apa-apa dan tidak terganggu aktivitasnya. Tipe perokok ini dapat
dijumpai pada mereka yang duduk di halte, di dalam bus kota, atau di
tempat umum ketika di dekat seseorang atau beberapa orang yang
sedang merokok. Jadi, perokok pasif dianggap sebagai korban dari
perokok aktif.
Menurut Mu’tadin dalam Aula (2010: 52) jika ditinjau dari
banyaknya jumlah rokok yang diisap setiap hari, tipe perokok dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Perokok sangat berat, perokok yang menghisap lebih dari 31
batang rokok untuk setiap harinya, dengan selang merokok lima
menit setelah bangun tidur pada pagi hari;
2) Perokok berat, perokok yang setiap hari menghisap 21 sampai 30
batang rokok setiap harinya, dengan selang waktu 6 sampai 30
menit setelah bangun tidur di pagi hari;
3) Perokok sedang, perokok yang setiap hari menghisap sekitar 10
batang rokok stiap harinya, dengan selang waktu merokok 60
menit setelah bangun tidur di pagi hari.
7. Indikator Perokok
Menurut Aula (2010: 54) ada dasarnya, ada tiga indikator yang biasa
muncul pada para perokok. Ketiga hal tersebut cenderung muncul di saat
yang bersamaan, walaupun hanya satu atau dua aktivitas psikologis yang
menyertainya. Ketiga hal tersebut ialah :

13
a. Aktivitas Fisik
Aktivitas ini merupakan perilaku yang diperlihatkan seorang
individu pada saat merokok. Perilaku ini berupa kondisi individu yang
sedang memegang rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap
rokok.
b. Aktivitas Psikologis
Aktvitas psikologis merupakan aktivitas yang muncul bersamaan
dengan aktivitas fisik. Aktivitas psikologi berupa asosiasi seseorang
terhadap rokok yang diisap, yang dianggap mampu meningkatkan daya
konsentrasi, memperlancar kemampuan pemecahan masalah,
meredakan ketegangan, meningkatkan kepercayaan diri, dan penghalau
kesepian.
c. Intensitas Merokok Cukup Tinggi
Intensitas merokok cukup tinggi menunjukkan seberapa sering
ataupun seberapa banyak rokok yang diisap dalam kesehariannya.
8. Tempat Merokok
Aula (2010: 66) menjelaskan dengan mengetahui tempat yang sering
digunakan untuk merokok, karakter perokok dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu :
a. Merokok di Tempat Umum (Ruang Publik)
1) Kelompok homogen (sama-sama berperilaku merokok) secara
bergerombol menikmati kebiasaan merokok. Pada umumnya,
mereka masih menghargai orang lain di sekitar mereka dengan
merokok di smoking area;
2) Kelompok heterogen, orang yang merokok di tengah orang yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain.
Seseorang yang berperilaku demikiantergolong sebagai orang yang
tidak berperasaan, kurang etis, tidak mempunyai tata krama,
bertindak kurang terpuji, kurang sopan, dan secara tersamar
menebarkan “racun” untuk orang-orang yang berada di sekitar
yang tidak memiliki kesalahan.

14
b. Merokok di tempat-tempat yang Bersifat Pribadi
1) Orang-orang yang merokok di kantor atau kamar tidur pribadi.
Seseorang yang berperilaku demikian digolongkan sebagai
individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh dengan
rasa gelisah yang mencekam;
2) Orang-orang yang merokok di toilet. Orang yang berperilaku
demikian digolongkan sebagai individu yang suka berfantasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak
tempat tempat yang digunakan untuk merokok para perokok, yaitu
di ruang publik atau di ruangan terbuka, ruang pribadi, smoking
area, dan toilet.
9. Merokok dan Gangguan Kesehatan
Merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan
untuk kesehatan kita. Berbagai penyakit ini bisa menyerang perokok pria
maupun wanita. Menurut Hoepoedio (1998: 55), merokok mempunyai
pengaruh yang negatif bagi kesehatan, yaitu:
a. Mengurangi daya kemampuan manusia;
b. Menyebabkan cidera pada tubuh manusia;
c. Memperpendek umur manusia.

Nururrahmah (2014: 4-5) menjelaskan penyakit yang diakibatkan


langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya dengan merokok,
diantaranya :
1) Penyakit jantung koroner.
Merokok dapat mempengaruhi jantung dengan berbagai cara.
Perilaku merokok dapat menaikkan tekanan darah yang ada di
dalam tubuh dan mempercepat denyut jantung, sehingga
pemasokan zat asam kurang dari normal yang diperlukan agar
jantung dapat berfungsi dengan baik, sehingga akan memberatkan
tugas otot jantung. Perilaku merokok juga dapat menyebabkan

15
dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang
menyulitkan jantung untuk memompa darah;
2) Trombosis koroner atau serangan jantung.
Ini akan terjadi apabila bekuan darah menutup salah satu
pembuluh darah utama yang memasok jantung mengakibatkan
jantung kekurangan darah dan kadang-kadang mengentikannya
sama sekali. Merokok membuat darah menjadi lebih kental dan
pula membuat darah cepat membeku. Nikotin dapat menganggu
irama jantung yang normal dan teratur sehingga kematian secara
tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa peringatan, ini lebih sering
terjadi pada orang yang berperilaku merokok daripada orang yang
tidak berperilaku merokok;
3) Kanker.
Kandungan tar pada rokok yang dapat menyebabkan kanker.
Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru
sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling sering
terjadi. Tar tembakau dapat mengakibatkan kanker apabila
merangsang tubuh untuk waktu yang cukup lama, biasanya ini
terjadi di daerah mulut dan tenggorokan;
4) Bronkitis atau radang cabang tenggorok.
Batuk yang diderita perokok dikenal dengan nama batuk
perokok yang merupakan tanda awal adanya bronkitis yang
terjadi karena paru-paru tidak mampu melepaskan mukus yang
terdapat di dalam bronkus dengan cara normal. Karena sistem
pernapasan tidak bekerja dengan sempurna, maka perokok lebih
mudah menderita radang paru-paru yang biasa disebut bronkitis.

16
B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak
sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak
dirasakan (Okviana, 2015). Perilaku merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku
manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Teori ini disebut teori S-
OR (stimulus-organisme-respon). Perilaku merupakan suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik
disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang
saling berinteraksi (Wawan, 2011).
2. Bentuk-bentuk Perilaku
Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup
merupakan respon seseorang yang belum dapat untuk diamati secara jelas
oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari
seseorang dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat untuk diamati lebih
jelas dan mudah (Fitriani, 2011).
3. Jenis-jenis perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) adalah ;
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan
saraf;
b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif;
c. Perilaku tampak dan tidak tampak;
d. Perilaku sederhana dan kompleks;
e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

17
4. Bentuk-bentuk Perubahan perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep
yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku.
Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya
dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan
mengalami perubahan.
b. Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan
sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut
(berubah perilakunya). Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk
menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2011).
5. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012) faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah :
a. Faktor Intrinsik
1) Umur
Semakin bertambahnya umur, pengalaman hidupnya juga
semakin banyak, maka diharapkan dengan pengalaman yang
dimiliki perilaku orang tersebut juga positif.

18
2) Integensi
Seseorang yeng memiliki integensi tinggi akan lebih cepat
menerima informasi.
3) Tingkat Emosional
Seseorang yang sedang dalam keadaan emosi cenderung
tidak terkontrol sehinga akan mempengaruhi perilakunya.
b. Faktor Ekstrinsik
1) Lingkungan
Seseorang yang bergaul dengan lingkungan orang-orang yang
mempunyai pengetahuan tinggi maka akan secara langsung atau
tidak langsung pengetahuan yang dimiliki akan bertambah, dan
perilakunya akan lebih baik. Orang yang bertempat tinggal di
lingkungan yang keras tentu akan berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan keseharian.
2) Pendidikan
Orang yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung
memiliki perilaku yang otomatis positif karena sebelum melakukan
sesuatu orang tersebut pasti akan berpikir secara matang dan dapat
tahu apa akibat yang akan ditimbulkan.
3) Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang.
4) Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu hasil berinteraksi antar
manusia dalam wilayah tertentu. Sehingga orang tinggal di wilayah
itu perilakunya sedikit demi sedikit akan menyesuaikan sesuai
dengan kebudayaan di wilayah tersebut.
6. Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2012), dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan.

19
Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness
Orang (subyek) menyadari dalam arti dapat mengetahui stimulus
(obyek) terlebih dahulu.
b. Interest
Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan.
Sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation
Orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah
mulai lebih baik.
d. Trial
Orang (subyek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa
yang dikehendaki stimulus.
e. Adoption
Orang (subyek) tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila
penerimaan perilaku baru melalui tahap seperti diatas, yang didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng.

C. Tinjauan Umum Tentang Remaja


1. Defenisi Remaja
Harold (Nurihsan: 2011: 55) menyatakan bahwa periode masa
remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode
dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak
berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa
dewasanya.

20
Individu dikatakan sudah memasuki masa remaja antara usia 16 atau
17 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun. Sesorang disebut remaja apabila
dia telah berkembang kea rah kematangan seksual dan memantapkan
identitasnya sebagai individu terpisah dari keluarga, persiapan diri
menghadapi tugas, menentukan masa depannya, dan berakhir saat
mencapai usia matang secara hukum (Pieter & Lubis 2010).
Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun
untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki
(Soetjiningsih, 2004). Remaja adalah periode perubahan dari masa anak-
anak dan masa dewasa (10-24 tahun) (ICPD, 1994).
Konopka (Yusuf: 2009: 9) menyatakan bahwa masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa)
yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
2. Dinamika Masa Remaja
Menurut Pieter & Lubis (2010), masa remaja adalah masa peralihan
dari masa pubertas menuju masa dewasa. Selama periode ini, anak remaja
banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun social.
Untuk memudahkannya, maka kita membagikan masa remaja menjadi 3
bagian, yaitu:
a. Remaja Awal
Ciri-ciri dinamika remaja awal:
1) Mulai menerima kondisi dirinya;
2) Berkembangnya cara berpikir;
3) Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi;
4) Bersikap overestimate, seperti meremehkan segala masalah,
meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong;
5) Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada;
6) Proporsi tubuh semakin proporsional;
7) Tindakan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi;
8) Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris;

21
9) Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental.
b. Remaja Tengah
Ciri-ciri dinamika remaja tengah:
1) Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa;
2) Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna;
3) Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status;
4) Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat;
5) Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain;
6) Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual;
7) Belajar bertanggung jawab;
8) Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya;
9) Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak-kanak.
c. Remaja Akhir
Ciri-ciri dinamika remaja akhir:
1) Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak;
2) Berlatih mandiri dalam membuat keputusan;
3) Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi;
4) Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi;
5) Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku;
6) Membina hubungan sosial secara heteroseksual.
3. Tugas Perkembangan Remaja
a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan;
b. Memperoleh peranan sosial;
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif;
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya;
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri;
f. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan;
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.

22
Remaja diharapkan memiliki gambaran diri realistis, tidak lagi
berdasarkan khayal (fantasi) tentang gambaran yang muluk-muluk seperti
apa yang sering kali mereka pikirkan dan alami pada masa pubertas atau
masa kanak-kanak (Pieter & lubis 2010).
4. Ciri-Ciri Masa Remaja
a. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena
akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan ada lagi yang
penting karena akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang
penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat periode remaja
kedua-duanya sama penting.
b. Masa Remaja Sebagai Masa Peralihan
Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi
sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan,
status tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus
dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa
c. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap
juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka
perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan,
lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti
sebelumnya.
e. Masa Remaja Sebagai Usia Yang Menimbulkan Ketakutan

23
Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
f. Masa sebagai Masa Yang Tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia
menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya/kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya.
g. Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun
dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa
(Hurlock, 1999).
5. Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian Remaja
a. Perkembangan Intelektual/Kognitif
Menurut Piaget, remaja masuk dalam tingkat perkembangan
kognitif tertinggi pada Tahap Operasional Formal ( analitis
kombinatoris):
1) Mampu berpikir abstrak;
2) Memberikan cara baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi
informasi;
3) Mampu menggunakan simbol-simbol dan mampu mempelajari
“aljabar dan kalkulus”;
4) Mengerti metafora (majas) dan kiasan lebih baik.

24
b. Perkembangan Moral
Enam (6) tahapan Perkembangan Moral Kohlberg :
1) Level 1 : Moral Pra-Konvensional (4 – 10 tahun)
a) Tahap-I : Orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan;
b) Tahap-II : Tujuan instrumental saling berganti.
2) Level 2 : Moral Konvensional (10 – 13 tahun atau lebih)
a) Tahap-II : Mengutamakan persahabatan, persetujuan orang
lain, dan aturan;
b) Menilai baik apa yang menyenangkan dan buruk;
c) Tahap-IV : Perkembangan hati nurani dan kecemasan sosial,
(kesadaran untuk mempertahankan aturan).
3) Level 3 : Moral Post-Konvensional (remaja awal sampai dengan
seterusnya).
a) Tahap-V : Kontak sosial : Melakukan tindakan moral, hak
individu, dan demokrasi berdasarkan pada hukum, kata hati
mulai bicara;
b) Tahap-VI : Prinsip moral universal sudah mengalami
internalisasi (tingkah laku moral dikemudikan tanggungjawab
batin sendiri).
c. Perkembangan Sosial
Anna Freud pada masa remaja berkembang ego defense
mechanisme utama, yaitu :
1) Intelektualisasi, seolah olah tahu banyak secara intelektual namun
tidak menyelesaikan masalah secara realistik;
2) Ascetism, over control pada hal-hal yang berkaitan dengan
penampilan diri ( pakaian, makanan dll).
d. Perkembangan Kepribadian
Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan
identitas menyebutkan beberapa pertimbangan penting, yaitu :
1) Perkembangan identitas adalah suatu proses yang panjang;
2) Perkembangan identitas sangat luar biasa kompleks.

25
e. Perbedaan Gender dalam Pembentukan Identitas
1) Banyak peneliti mendukung pendapat Erikson Identitas dan
Intimasi pada perempuan berkembang secara bersamaan (intimasi
lebih berarti pada anak perempuan);
2) Self-Esteem, selama masa remaja berkembang pesat dalam konteks
hubungan dengan rekan sebaya (jenis kelamin sama).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja


Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja yaitu
pengetahuan, sikap dan lingkungan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk
berperilaku. Pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk
berperilaku baik. Orang yang dipenuhi banyak pengetahuan akan
mempersepsikan informasi tersebut sesuai dengan predisposisi
psikologisnya. Pengetahuan yang tinggi tentang rokok pada remaja
cenderung memperkecil kemungkinan remaja tersebut berperilaku
merokok. Hal ini disebabkan remaja tersebut telah mengetahui bahaya
atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk
terbentuknya sebuah perilaku baru, untuk mendapatkan pengetahuan
yang cukup tentang bahaya merokok, diperlukan adanya informasi yang
terus menerus dan berkesinambungan (Notoatmodjo, 2000).
Penelitian (Rifqi A. Fattah 2013), menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki pengetahuan rendah merupakan faktor resiko dan sebagian
besar berperilaku merokok. Penelitian (Ali 2014) menunjukan bahwa
faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan yang
berhubungan dengan perilaku merokok.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
responden dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan bahaya
merokok dan zat-zat yang terkandung dalam rokok. Pengetahuan

26
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2005) tingkat pengetahuan yang dicakup di
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap
obyek yang dipelajari.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.

27
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2010).
Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai
berikut:
a. Kategori baik jika 76-100%, pertanyaan yang benar dijawab oleh
responden;
b. Kategori cukup jika 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh
responden
c. Kategori kurang jika < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar
oleh responden.

Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng


daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang
mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses
sebagai berikut:
1. Kesadaran (Awareness) di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus);
2. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Di
sini sikap subyek sudah mulai timbul;
3. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah tidak baik lagi;

28
4. Trial, di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus;
5. Adopsi (adoption), di mana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2007).
2. Sikap
Sikap merupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan perilaku
merokok, karena pada hakekatnya sikap akan menentukan seseorang
berperilaku terhadap sesuatu objek baik yang disadari atau tidak disadari
sikap itu dipengaruhi oleh pengetahuan, keyakinan dan emosi (Aryani
2010).
Sikap pada teori Green merupakan salah satu faktor predisposisi
untuk terbentuknya suatu perilaku baru, untuk mendapatkan sikap yang
baik terhadap perilaku merokok diperlukan adanya pelatihan tentang
bahaya merokok dan cara menanggulangi akibat merokok secara khusus
dan perlu selalu adanya penyegaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan
sikap responden yang masih kurang agar menjadi baik diperlukan
pendidikan kesehatan secara rutin.
Sikap dibagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen kognitif,
afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif berisi persepsi,
kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu
objek. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Komponen afektif menyangkut masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Seseorang
yang percaya bahwa merokok itu membawa dampak negatif terhadap
kesehatannya maka akan terbentuk perasaan tidak suka terhadap rokok.
Komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan
seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.
Berisi kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu.

29
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo
(2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
a. Menerima (Recceiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding) adalah memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu idikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatau masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Lingkungan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja
pada lingkungan adalah keluarga atau orang tua, maupun teman sebaya
yang merokok, dan iklan rokok.
a. Orang Tua
Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun
bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan
kreatif dalam hal-hal yang berguna, namun ada juga remaja yang
suka hura-hura bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja
memulai berjuang melepas ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui
sebagai orang dewasa.
Menurut Baer dan Corado (dalam Nasution, 2007) remaja
perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga

30
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun
obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur
contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali
untuk mencotohnya.
Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat
sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa
remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat
berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang kurang
baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-
lain (Depkes RI, 2005).
b. Pengaruh Teman
Kebutuhan untuk diterima kelompok teman sebaya seringkali
membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh
kelompoknya. Semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi
perilaku merokok (Octarina dan Rachmawati, 2008). Berbagai fakta
mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin
banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu pula
sebaliknya (Nasution, 2007). Hal ini dapat dilihat dari dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh
teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temanya yang
dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi
perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja tidak perokok.
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku berisiko kesehatan
pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization,
dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika
remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja
akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai

31
dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut
(Mu’tadin, 2002).
Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka,
karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia,
jenis kelamin dan ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan,
merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf,
2006).
c. Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media
luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk
rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan
untuk menjual rokok, dengan tujuan untuk mengumpulkan kalangan
muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah
mencoba merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan
(Istiqomah, 2004).
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang
ada di iklan tersebut (Nasution, 2007).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Rachmat,
Muhammad., Thaha, Ridwan Mochtar., Syafar, Muhammad. 2013)
yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja berperilaku merokok
karena terpengaruh media massa dan terpapar iklan rokok di televisi.
Hasil penelitian lainnya yaitu penelitian yang dilakukan (Widiansyah
2014), menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
iklan rokok terhadap perilaku merokok pada remaja.
Iklan rokok dikemas semenarik mungkin dengan mengangkat
tema pertemanan, persahabatan maupun kebersamaan. Iklan rokok
dibuat dengan sangat atraktif dan kreatif menyentuh sisi psikologis
yang menunjukkan citra berani, macho trendi, keren, kebersamaan,
santai, optimis, jantan, penuh petualangan, kreatif, kritis serta

32
berbagai hal lain yang membanggakan dan mewakili suara hati anak
muda dan remaja. Hal ini menunjukkan secara efektif mempengaruhi
perilaku siswa untuk berperilaku merokok. (Kemenkes 2011).

33
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka yang
merupakan landasan teori ditentukannya penyusunan kerangka konsep, maka
telah dianalisa dan diidentifikasi variabel independent yang mempengaruhi
secara langsung ataupun tidak langsung terhadap variabel dependent, adalah
sebagai berikut.

Pengetahuan

Perilaku Merokok
Sikap
Pada remaja

Lingkungan :

Orang Tua

Teman

Iklan

Keterangan :

: Variabel Idependen

: Variabel Dependen

: Garis penghubung antar variabel

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

34
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yag sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2013: 39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja yaitu lingkungan (orang
tua, teman sebaya dan iklan), pengetahuan dan sikap.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39).
Variabel dependen dalam penelitian in adalah Perilaku Merokok Pada
remaja.

B. Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok pada
remaja di SMAN 6 Bantaeng;
2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada remaja
di SMAN 6 Bantaeng;
3. Ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok pada
remaja di SMAN 6 Bantaeng.
Ho : 1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok
pada remaja di SMAN 6 Bantaeng;
2. Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku merokok pada
remaja di SMAN 6 Bantaeng;
3. Tidak ada hubungan antara lingkungan dengan perilaku merokok
pada remaja di SMAN 6 Bantaeng.

35
C. Definisi Operasional dan Kriteri\a Objektif
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan responden tentang rokok secara umum,
termasuk bahaya rokok dan kandungan zat dalam rokok.
Kriteria objektif :
a. Baik : Jika responden menjawab 76 - 100% dengan benar
b. Cukup : Jika responden menjawab 61 - 75% dengan benar
c. Kurang : Jika responden menjawab < 60% dengan benar
2. Sikap
Tingkat tanggapan, perasaan setuju dan tidak setuju responden
terhadap perilaku merokok.
Kriteria objektif :
a. Baik : Jika skor responen >15
b. Kurang : Jika skor responden <15
3. Lingkungan
Situasi lingkungan sosial responden yang memungkinkan untuk
mempengaruhi perilaku merokok responden terdiri atas orang tua, teman
dan iklan.
Kriteria objektif :
a. Mempengaruhi : Jika skor besar > 1
b. Tidak mempengaruhi : Jika skor kecil < 1 atau = 0
4. Perilaku merokok pada remaja
Kebiasaan merokok pada remaja baik di lingkungan terbuka maupun
tertutup.
Kriteria objektif :
a. Ya : Jika responden mengaku merokok
b. Tidak : jika responden tidak mengaku merokok

36
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan
pendekatan studi analitik cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja (Sugiono,
2013).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 6 Bantaeng.
2. Waktu Penelitian
Waktu pengambilan data awal dilaksanakan pada tanggal 22 Mei
2019 dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Sugiono, 2013), Populasi pada penelitian ini adalah siswa
perokok kelas X, XI dan XII di SMAN 6 Bantaeng sebanyak 67 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2008).
Sampel pada penelitian ini adalah 38 siswa dari kelas X, XI dan XII di
SMAN 6 Banateng.

37
D. Tekhnik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling dimana
merupakan tekhnik pengambilan sampel dimana.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan di teliti (Nursalam, 2003, dikutip
dalam Donsu 2016).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Semua siswa laki-laki SMAN 6 Bantaeng yang terdaftar di DAPODIK
(Data Pokok Pendidikan);
2. Semua siswa yang bersedia menjadi responden yaitu kelas X, XI dan XII.
Sedangkan yang dimaksud kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena
sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003, dikutip dalam Donsu, 2016).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1. Siswa SMAN 6 Bantaeng yang tidak aktif lagi dalam proses belajar;
2. Siswa SMAN 6 Bantaeng yang tidak ikut proses belajar dikarenakan
sakit, ijin atau tanpa keterangan.

38
E. Alur Penelitian
Pada penelitian ini alur penelitian dipaparkan dalam bentuk Bagan
sebagai berikut :

Mulai penelitian

Ditetapkannya tempat penelitian yaitu di SMAN 6 Bantaeng

Menentukan objek penelitian dan menemukan fenomena atau masalah

Identifikasi masalah

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


merokok pada remaja

Pengumpulan data

Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada


remaja

Pengolahan data

1. Dengan menggunakan skala Likert dan skala Guttman


2. Menggunakan metode uji chi square

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Bagan Alur Penelitian

39
F. Instrumen Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah berupa
kuesioner. Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan pengadopsi dari
Nursalam (2017) dan peneliti sebelumnya yang terdiri dari :
b. Data demografi tentang karekteristik siswa perokok, yaitu nama,
umur, dan kelas.
c. Kuesioner pertama merupakan kuesioner tentang perilaku merokok
yang terdiri dari 4 pertanyaan terkait dengan perilaku merokok.
d. Kuesioner kedua merupakan kuesioner tentang pengetahuan siswa
perokok yang terdiri dari 6 pertanyaan terkait dengan perilaku
merokok. Dalam penelitian ini, pengukuran pengetahuan
menggunakan skala Guttman dengan kategori 2 = Benar , 1 = Salah
(untuk pertanyaan positif) dan kategori sebaliknya untuk pertanyaan
negatif.
e. Kuesioner ketiga merupakan kuesioner tentang sikap siswa perokok
yang terdiri dari 5 pertanyan terkait dengan perilaku merokok.
Dalam penelitian ini, pengukuran sikap menggunakan skala Likert
dengan kategori 5 = SS, 4 = S, 3 = RR, 2 = TS, dan 1 = STS (untuk
pertanyaan positif) dan kategori sebaliknya untuk pertanyaan negatif.
f. Kuesioner keempat merupakan kuesioner tentang lingkungan siswa
perokok yang terdiri dari 4 pertanyan terkait dengan perilaku
merokok. Dalam penelitian ini, pengukuran lingkungan
menggunakan skala Guttman dengan kategori 2 = ada , 1 = Tidak
ada (untuk pertanyaan positif) dan kategori sebaliknya untuk
pertanyaan negatif.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
dari kampus langsung ke tempat penelitian SMAN 6 Bantaeng;
b. Dilakukan penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian kepada
kepala sekolah;

40
c. Penjelasan Informed Consent tentang penelitian dan tujuannya. Bagi
mereka yang setuju, diminta menandatangani tanda persetujuan yang
telah disiapkan oleh calon peneliti;
d. Kepada responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu
kuesioner sebelum diisi. Apabila tidak ada lagi pertanyaan
dianjurkan untuk memulai pengisian dengan sendiri - sendiri tidak
secara berkelompok;
e. Setelah diisi oleh setiap responden, kuesioner dikumpul pada saat itu
juga kemudian dianalisis.

G. Metode Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data ini diperoleh dengan memberikan lembaran kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti dan sebagian diadopsi dari penelitian Fadlan
Indra (2015). Data primer ini dilakukan dengan memberikan lembaran
kuesioner pada siswa kelas X, XI dan kelas XII di SMAN 6 Bantaeng.
2. Data Sekunder
Data ini di peroleh dari data yang sudah ada di SMAN 6 Bantaeng.

H. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Tekhnik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan menggunakan
fasilitas elektronik yaitu komputer dengan SPSS. Pengolahan data
dilakukan dengan beberapa langkah, antara lain :
a. Editing
Yaitu memeriksa kembali lembaran kuesioner untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam daftar
pertanyaan sehingga mengaburkan informasi.
b. Coding
Yaitu kegiatan memberikan kode tertentu pada beberapa
pertanyaan untuk membantu dalam penginputan.
c. Entry

41
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi
freukensi sederhana dengan menggunakan tabel.
d. Tabulation
Setelah semua isian terisi dengan benar, langkah selanjutnya
adalah memproses data agar mudah dianalisis.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah yang dilakukan terhadap masing-
masing variabel dan hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui
distribusi dan presentasi dari tiap variabel. Kemudian hasil yang
didapatkan dimasukkan dalam tabel frekuensi (Notoatmodjo, 2010).
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis untuk mengetahui interaksi
antara dua variabel yaitu variabel independent faktor-faktor dengan
variabel dependent angka perilaku merokok pada remaja. uji statistik
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square
dengan tingkat signifikansi 0,05 dengan tujuan untuk mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
Analisa data yang dipergunakan dengan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) (Notoatmodjo, 2010).

I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informend concent), yaitu cara
persetujuan antara peneliti dan responden , bila responden bersedia untuk
diteliti maka responden mendatangani surat tersebut, namun jika tidak

42
bersedia menjadi responden, peneliti tidak memaksakannya sebagai
penghormatan terhadap haknya.
2. Tanpa nama (Anonimity), identitas responden harus dijaga, oleh karena itu
tidak dicantumkannya nama responden melainkan cukup menggunakan
nomor kode pada masing-masing lembaran tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentially), peneliti menjamin kerahasiaan atas
informasi-informasi yang didapatkan, hanya kelompok data saja yang
akan disampaikan pada hasil riset (Nursalam, 2008).

43

Anda mungkin juga menyukai