Disusun oleh:
Ashar Saputra
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
saputra@ugm.ac.id
INTISARI
Beton merupakan bahan komponen struktur yang handal dalam segi kekuatan,
kemudahan dalam pengerjaan, ketahanan terhadap perubahan cuaca, akan tetapi memiliki
durabilitas yang buruk pada lingkungan agresif air laut. Pentingnya mengidentifikasi dan
memahami penyebab kerusakan beton baik dalam jangka pendek maupun panjang
memberikan alternatif perencanaan konstruksi dan solusi penanganan kerusakan. Dalam
penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai pengaruh perendaman air laut pada beton
dengan variasi jenis semen terhadap sifat dan kekuatan beton, yaitu kekedapan dan kuat
tekan, berdasarkan uji eksperimental di laboratorium dan tinjauan struktur mikronya
dengan menggunakan uji Scanning Electron Microscopy (SEM).
Penelitian menggunakan metode eksperimental untuk kekedapan dan kekuatan tekan
beton dengan benda uji berupa silinder beton berukuran tinggi 300 mm dan diameter 150
mm yang terendam air laut dengan pembanding dilakukan dengan merendam benda uji
pada air tawar biasa. Variasi semen yang digunakan adalah jenis semen dengan
penambahan fly ash, semen tipe OPC, serta semen PPC. Perendaman beton pada
lingkungan agresif air laut juga divariasikan yaitu 7, 14, dan 28 hari. Mutu rencana kuat
beton 25 MPa. Pengujian kekedapan dilakukan untuk mengetahui kemampuan pori – pori
beton untuk dilalui air. Sedangkan kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kemampuan
beton menahan beban axial. Pengamatan mikro struktur menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM) dilakukan untuk memperlihatkan keadaan permukaan beton yang
terekspos secara lebih nyata untuk mengetahui morfologi dan senyawa atau fasa yang
terbentuk.
Kata kunci: pengaruh air laut pada beton, kekedapan, kuat tekan, SEM
1
1. PENDAHULUAN fisik dan mekanik beton yaitu kekedapan dan kuat tekan
pada berbagai variasi jenis semen. Pengujian SEM pada
1.1 Latar Belakang beton yang terekspos memberikan informasi mengenai
Pemerintah melalui nawa cita mendorong keadaan beton pada skala mikro sehingga dapat
pembangunan pelabuhan – pelabuhan besar baru untuk membantu mengetahui mekanisme reaksi yang terjadi
mencanangkan konsep tol laut dengan dana investasi antara air laut dan beton serta senyawa dan fasa yang
mencapai Rp 39,5 triliyun (www.kompasiana.com). terbentuk pada beton dan pengaruhnya terhadap kuat
Dana investasi yang besar tersebut membutuhkan studi tekan dan kekedapan pada beton.
yang mendalam sebelum mulai dilakukan perencanaan
konstruksi bangunan laut dan pantai. Pentingnya 1.2 Rumusan Masalah
mengidentifikasi dan memahami penyebab kerusakan Rumusan masalah dalam penelitian adalah :
bangunan daerah pantai baik dalam jangka pendek
maupun panjang akan memberikan alternatif a. Bagaimana pengaruh variasi jenis semen pada
perencanaan kontruksi dan solusi penanganan perendaman beton di lingkungan air laut terhadap
kerusakan. Pemahaman itu menjadi perubahan struktur mikro bahan?
fundamental karena terkait efektivitas biaya dan b. Bagaimana pengaruh variasi jenis semen pada
penghematan biaya operasional untuk pemeliharaan dan perendaman beton di lingkungan air laut terhadap
perbaikan (Gerwick, 1994). kekedapan dan kuat tekan beton ?
Lingkungan air laut merupakan lingkungan yang agresif a. Pengujian eksperimental digunakan untuk
karena korosif. Lingkungan yang korosif akan menganalisis pengaruh kekedapan dan kuat tekan
mengakibatkan garam sodium dan sulfat yang beton yang terekspos air laut.
terkandung dalam air laut menjadi unsur yang b. Pengujian dilakukan pada kondisi balok yang telah
berbahaya bila berkombinasi dengan agregat alkali yang diangin-anginkan mencapai kadar kelembaban
reaktif. Reaksi kimia tersebut dapat menyebabkan 95%.
hilangnya kelekatan antara pasta semen dan agregat c. Kuat tekan rencana beton 25 MPa.
yang membuat kekuatan beton menurun, retakan pada d. Pengujian dilakukan pada umur beton 7, 14, dan
beton yang diakibatkan oleh terbentuknya senyawa 28 hari.
etringate ekspansif, serta korosi baja tulangan (Ragab
dkk, 2016). Hal tersebut mengakibatkan kapasitas 1.5 Manfaat Penelitian
dukung struktur dalam jangka panjang menjadi Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
berkurang. memberikan tambahan ilmu pengetahuan, referensi dan
pertimbangan - pertimbangan bagi pihak terkait dalam
Melihat besarnya dampak pengaruh air laut terhadap masalah perencanaan, serta kegiatan operasi dan
beton mendorong perlu adanya penelitian yang dapat pemeliharaan pada bangunan dengan konstruksi beton
mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh beton pada di lingkungan agresif air laut.
lingkungan agresif serta pengaruhnya terhadap sifat
2
1.6 Keaslian Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai penelitian yang sudah dilakukan antara lain
sebagai berikut : 2.1 Pengaruh Kandungan Air Laut Terhadap
Perubahan Senyawa pada Beton
a. Dharma Putra (2006) melakukan penelitian
Senyawa terlarut di dalam air laut utamanya adalah
penambahan abu sekam dalam mengantisipasi
klorida, magnesium, kalsium dan sedikit potassium.
kerusakan akibat magnesium sulfat pada air laut.
Pada air laut rata – rata mengandung larutan garam
b. Chrismaningwang dkk, (2017) melakukan
mencapai 3,5% artinya dalam 1000 mL air terdapat 35
penelitian pengaruh campuran RHA pada
gram garam. Variasi konsentrasi senyawa dalam air laut
pengawetan beton menggunakan air laut dan air
berbeda dari tempat satu ketempat yang lain namun
normal terhadap nilai kuat tarik belah dan kuat
memiliki rasio perbandingan yang relatif tetap
tekan lentur.
(Emanuel dkk, 2012). Temperatur air laut bervariasi
c. Gao dkk, (2013) melakukan penelitian mekanisme
dari -3 – 30 oC pada darah tropis, sedangkan pada daerah
deteriorasi beton yang mengalami beban four point
laut yang dalam mencapai 2 – 5 oC pada rentang
bending serta pengaruhnya terhadap serangan
kedalaman 100-1000 m. setiap kenaikan 10 oC akan
sulfat pada siklus perendaman basah dan kering.
menyebabkan kenaikan percepatan reaksi kimia 2x dari
d. Herwanto dkk, (2012) melakukan penelitian
semula (Mehta P. K., 1991). Derajat keasaman (pH)
mengenai pengaruh mutu beton K-250 akibat
pada air laut bervariasi antara 7,4 – 8,4. Reaksi korosi
terendam air laut dengan penambahan aditif
pada baja tulangan terjadi pada nilai pH kurang dari 11
sikacim concrete kadar 0,6%.
(Gani, 1997).
e. Hunggurami dkk, (2014) melakukan penelitian
juga terkait dengan pengaruh masa perawatan Reaksi yang terjadi antara senyawa air laut dengan
(curing) terhadap absrobsi beton. Benda uji berupa beton sebagian besar diakibatkan karena adanya reaksi
kubus beton dengan variasi mutu yaitu 20, 25 dan senyawa klorida yang bereaksi secara kimiawi dengan
30 MPa. semen yang mengubah serta dapat memperlambat
f. Ragab dkk, (2016) melakukan penelitian terkait proses pengikatan semen, mengurangi kekuatan beton,
dengan mekanisme deteriorasi beton terhadap dan porositas. Selain reaksi kimia, kristalisasi senyawa
serangan air laut berdasarkan uji pengamatan klorida berupa garam - garaman yang terabsorbsi ke
secara mikrostruktur. dalam pori beton dapat mengakibatkan retak atau
g. Gawande dkk (2014) melakukan penelitian spalling karena desakan gaya tekan kristal garam.
mengenai pengaruh kekuatan beton menggunakan (Nugraha, 2007)
campuran semen OPC dan air laut.
h. Susilorini dkk, (2015) melakukan penelitian Ragab dkk (2016) melakukan penelitian untuk
mengenai pengaruh curing air laut terhadap mengetahui pengaruh lingkungan agresif laut
performa awal beton. Mediterania pada beton pemecah gelombang yang telah
i. Shui Yu dkk (2015) secara khusus melakukan terendam selama 4 sampai 60 tahun. Deteriorasi beton
pengamatan SEM terhadap beton yang terendam terjadi akibat pelapukan beton yang mengalami paparan
pada lingkungan agresif air laut dengan variasi lingkungan agresif dalam waktu yang lama. Interaksi
mutu beton dan jenis agregat. antara ion klorida dan sulfat pada beton akan
j. Tjaronge dkk (2014) melakukan pengamatan pada mengakibatkan perubahan sifat pada beton. Ion sulfat
kuat lentur beton dengan menggunakan campuran yang berdifusi pada pori – pori beton menyebabkan
air laut, pasir laut dan semen PCC. beton mengalami ekspansifitas dan kehilangan lekatan
k. Wang dkk, (2014) melakukan penelitian terkait antara semen pasta dan agregat sehingga menyebabkan
dengan pengaruh masuknya ion klorida pada beton kekuatan menurun. Sedangkan ion klorida yang
yang diberi variasi pembebanan flexural strength berdifusi pada pori – pori beton akan mengakibatkan
(fcr) pada perendaman beton di lingkungan air laut reaksi C3A di dalam semen menjadi chloroaluminate
compound atau dikenal formasi etringit klorida. Kedua
Berdasarkan referensi yang diperoleh penelitian terkait jenis formasi ini tidak secara langsung menyebabkan
pengaruh air laut terhadap kuat tekan lentur beton secara ekspansifitas ataupun retak namun serangan klorida
eksperimental dengan tambahan tinjauan analisis menyebabkan korosi pada baja tulangan yang membuat
pengamatan struktur mikro belum pernah dilakukan dan kehilangan kekuatan lekatan antara baja tulangan dan
dipublikasikan, terlebih untuk karakteristik lingkungan beton yang membuat struktur kehilangan kekuatannya.
air laut di Indonesia dan di kawasan laut pantai
Yogyakarta. Pada beton yang mengalami pembebanan tarik
memberikan kontribusi yaitu adanya inisiasi crack
2
membuat semakin banyak ion klorida yang terdifusi dan 60%. Pada lingkungan pengamatan temperatur
kedalam pori melewati celah retakan. Sedangkan beton dijaga konstan yaitu 20 ± 2 oC dengan kadar
yang mengalami pembebanan tekan berkontribusi kelembapan sebesar 95%. Beton yang digunakan
menutup porositas beton sampai pada tahap mikro atau sebagai benda uji memiliki kuat tekan 48,3 MPa dengan
celah kapiler sehingga berdampak pada berkurangnya dimensi berbentuk balok dengan ukuran 100x100x400
ion klorida yang terdifusi kedalam beton. Banyak mm. Observasi visual menunjukkan akibat perubahan
sedikitnya ion berdifusi juga dipengaruhi koefisien siklus basah dan kering mengakibatkan permukaan
difusi (Dc) sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu beton terdapat bercak – bercak garam berwarna putih
perendaman dan pembebanan. Semakin lama waktu yang mengindikasi terbentuknya mirabilite dan
perendaman dan pembebanan yang dialami beton thenardite seperti pada Gambar 2.1 (a) dan terdistribusi
selama masa perendaman maka semakin banyak dan merata ke seluruh permukaan beton seperti pada
dalam ion klorida mampu berdifusi (Wang dkk, 2014). Gambar 2.1 (b).
3
kristal dalam tahap awal serangan sebagaimana terlihat
(a) pada Gambar 2.3.
(b)
Gambar 2.2 (a) Beton yang memiliki Pori – Pori yang Banyak
(b) Beton yang memiliki pori – pori yang sedikit (shui yu dkk,
2015)
4
Pada penelitian hasil menunjukkan semakin kecil rasio (c)
w/c, menunjukkan semakin besar pula nilai kuat tekan
yang akan diperoleh. Selanjutnya pada nilai w/c 0,4
menunjukkan nilai kuat tekan yang paling tinggi baik
pada beton pada media air laut ataupun pada media air
tawar. Khususnya pada media air laut menunjukkan
nilai kuat tekan yang relatif tinggi yaitu 21,69 – 22,26
MPa dibandingkan desain yang hanya 22,5 MPa. Hal ini
dapat terjadi karena adanya akselerasi proses hidrasi
yang maksimal akibat pengaruh temperatur reaksi yang
lebih tinggi pada beton sehingga beton memiliki
kualitas kuat tekan yang baik. Selain itu pengaruh
terbentuknya kalsium klorida sebagai produk dari hasil Gambar 2.5 Pengaruh Kuat Tekan Beton pada Beton mutu f’c
reaksi air laut dengan beton yang mengisi celah retakan 20 MPa (a) Pengaruh Kuat Tekan Beton pada Beton Mutu f’c
dan pori pada beton. 25 MPa (b) Pengaruh Kuat Tekan Beton pada Beton Mutu f’c
30 MPa (Hunggurami dkk, 2014)
Hunggurami dkk (2014) melakukan penelitian tentang
pengaruh masa perawatan beton (curing) terhadap Kuat tekan beton yang mengalami curing dengan air
absorpsi dan kuat tekan. Benda uji beton yang laut untuk masa curing 7 hari untuk mutu 20 MPa, 25
digunakan memiliki variasi mutu beton normal yaitu 20 MPa, dan 30 MPa secara berturut-turut lebih tinggi
MPa, 25 MPa, 30 MPa dengan durasi curing 7 hari, 14 3,18%, 2,65%, dan 1,74% dari pada beton yang
hari, dan 28 hari. Hasil penelitian tersebut menyatakan mengalami curing dengan air tawar, sedangkan untuk
bahwa beton yang mengalami perawatan dengan air laut masa curing 14 hari kuat tekan beton yang mengalami
pada umur 7 hari memiliki kekuatan yang sedikit lebih curing dengan air laut untuk mutu 20 MPa, 25 MPa, dan
tinggi, sedangkan beton yang mengalami perawatan 30 MPa secara berturut-turut lebih rendah 4,09%,
pada umur 14 dan 28 hari yang mengalami perawatan 2,98%, dan 1,12% dari pada beton yang mengalami
air tawar mengalami kuat tekan rata – rata yang lebih curing dengan air tawar, dan untuk masa curing 28 hari
tinggi dari pada yang menggunakan air laut seperti kuat tekan beton yang mengalami curing dengan air laut
terlihat pada Gambar 2.5. untuk mutu 20 MPa, 25 MPa, dan 30 MPa secara
berturut-turut lebih rendah 4,31%, 3,56%, dan 2,85%
(a) dari pada beton yang mengalami curing dengan air
tawar.
5
divariasikan yaitu 7 dan 28 hari. Pengujian tekan ion yang berdifusi juga akan semakin banyak seperti
dilakukan pada kubus dengan ukuran 150 x 150 x 150 pada Gambar 2.7 (b). Sedangkan pada bagian beton
mm3. Penelitian dilakukan dengan variasi benda uji yang mengalami tegangan tekan, tekanan berkontribusi
menggunakan mixing dan curing air biasa (FF), mixing untuk menutup porositas dan inisiasi retakan hanya
air laut dan curing air biasa (SF), mixing air biasa dan sampai pada ukuran mikro atau kapiler pores sehingga
curing air laut (FS), serta mixing dan curing dengan berdampak berkurangnya ion sulfat yang masuk
menggunakan air laut (SS). Hasilnya menunjukkan kedalam bagian ini seperti terlihat pada Gambar 2.7 (c).
bahwa beton yang menggunakan mixing air laut
memiliki kenaikan kekuatan beton dari pada beton yang
menggunakan mixing air biasa. Semakin lama waktu (a)
perendaman beton maka kekuatan beton bertambah
tinggi. Beton dengan mixing dan curing air laut
memiliki nilai kuat tekan beton paling tinggi pada waktu
umur 28 hari yaitu sekitar 37,04 MPa.
(b)
6
tanki yang digunakan untuk memvisualisasikan secara (b)
nyata kondisi pasang surut pada tidal zone dengan
pengaturan perendaman pasang dilakukan 12 jam,
selanjutnya 12 jam berikutnya surut. Konsentrasi
larutan garam 3.5%, kelembapan dijaga 60 – 68 %
dengan temperatur konstan 32 ± 3o C. Sedangkan alat
salt spray, benda uji diletakkan pada tanki dengan
konsentrasi larutan garam 5%, kelembaban relatif yang
lebih tinggi yaitu 85 – 95 % dengan temperatur konstan
35± 2 C. Dalam satu kali siklus, spray dilakukan selama
10 menit, dan berhenti selama 20 menit selama 8 jam
dalam kurun waktu 24 jam. Jangka waktu perendaman
tidal zone dan salt spray zone diberi lagi variasi
perendaman yaitu 35, 70, 120 dan 180 hari. Penelitian
ini digunakan untuk menentukan nilai koefisien difusi (c)
(Dc) dan konsentrasi klorida (Cs) pada permukaan
berdasarkan analisis hukum Fick’s.
7
(b)
tipe V (moderat). Belakangan lebih banyak
diproduksi sebagai pengganti tipe IV.
c. Tipe III adalah semen Portland dengan kekuatan
awal yang tinggi. Kekuatan 28 hari umumnya
dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini
digunakan ketika acuan harus dibongkar secepat
mungkin atau struktur harus dapat cepat dipakai.
d. Tipe IV adalah semen Portland dengan panas
hidrasi rendah, yang dipakai pada kondisi dimana
kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus
minimum. Contohnya pada bangunan massif
seperti bendungan gravitasi yang besar.
e. Tipe V adalah semen Portland tahan sulfat yang
(c) dipakai untuk menghadapi aksi sulfat yang ganas.
Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau
airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi.
(Nugraha, 2007)
8
terlarut didalam air laut dengan beton yaitu klorida, (gypsum) dibentuk dari reaksi 4 yang bereaksi dengan
sulfat, karbonat, serta alkali metal. calcium aluminate hydrate hasil reaksi 3.
Ca(OH)2 +MgSO4 .7H2 O → CaSO4 .2H2 O Pada saat terjadi hidrasi semen ion karbonat dan
bicarbonat pada air laut ikut berpartisipasi di dalam
+Mg(OH)2 +5H2 O
reaksi. Karbondioksida terlarut pada air dalam senyawa
asam membuat terjadinya pelunakan pada bagian –
Calcium Hydroxide+Magnesium Sulfate → bagian tertentu. Hal tersebut dapat terjadi jika pada air
Calcium Sulfate (Gypsum) + Magnesium laut memiliki kandungan klorida 30 – 60 % dengan
Hydroxide kandungan 𝐶𝑂2 bebas 7 – 99 mg perliter dengan derajat
keasaman (pH) sekitar 6,9. Senyawa karbonat yang
3CaO.Al2 O3 .12H2 O + 3(CaSO4 .2H2 O) mengandung ion hidroksi mengakibatkan air akan
+12H2 O → 3CaO.Al2 O3 .3CaSO4 .31H2 O berinfiltrasi ke dalam beton dengan cara berdifusi yang
mengakibatkan korosi pada baja tulangan.
Calcium Silicate Hydrate + Magnesium Sulfate
Reaksi Anodik : 𝐹𝑒 → 𝐹𝑒 2+ + 2𝑒
→ Calcium Sulfate( Gypsum) + Magnesium
Hydroxide + Silica Gel 1
Reaksi Katodik :𝐻2 𝑂 + 2𝑒 + 2
𝑂2 → 2𝑂𝐻 −
Magnesium sulfat bereaksi dengan calcium silicate
hydrate menjadi calcium sulfate (gypsum), magnesium 2Fe2+ + 4 OH- → 2 Fe(OH)2
hydroxide, dan silika gel.
𝐹𝑒(𝑂𝐻)2 merupakan produk korosi yang dapat
3CaO.SiO2 .nH2 O + MgSO4 .7H2 O → mengakibatkan beton terdesak lalu retak.
CaSO4 .2H2 O + Mg(OH)2 + SiO2 .nH2 O
c. Alkali
Calcium Silicate Hydrate + Magnesium Sulfate Reaksi alkali dapat terjadi dalam beberapa kondisi
→ Calcium Sulfate ( Gypsum) + Magnesium dimana terjadi reaksi dengan silika atau agregat yang
Hydroxide + Silica Gel mengandung senyawa karbonat yang mengakibatkan
beton mengembang. Sebuah studi menyebutkan bahwa
Calcium sulfate (gypsum) mengembang menjadi 2x beton yang ditambahkan senyawa kapur yang telah
volume beton yang juga mampu menyebabkan beton dihaluskan kemudian terendam dalam air laut terbukti
menjadi retak. Selain rekasi di atas calcium sulfate mengalami reaksi antara partikel agregat dengan batuan
9
kapur tersebut. Pada bagian tertentu pada beton tersebut dengan :
mudah mengalami pengelupasan ketika dilarutkan
dengan larutan yang mengandung ion sodium namun 𝑓′𝑐 : Kuat Tekan Beton (MPa)
dapat menghambat pembengkakan volume beton yang
akan terjadi akibat reaksi dengan senyawa P : Beban Tekan Maksimum (N)
Calcium Hydroxide. A : Luas Penampang Silinder (mm2)
d. Klorida Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari
Senyawa klorida dalam air laut dalam interaksinya
dengan senyawa kimia pada beton sejatinya mampu 3.3 Kekedapan beton
menghambat reaksi beton dengan sulfat sehingga beton
Kekedapan atau permeabilitas merupakan kemampuan
akan terhindar dari keretakan akibat ekspansifitas beton.
pori-pori beton ringan dilalui oleh air. Pasta semen yang
Akan tetapi adanya klorida ini akan berakibat fatal pada
telah mengeras tersusun atas banyak pertikel,
beton yang memiliki baja tulangan di dalamnya karena
dihubungkan antar permukaan yang jumlahnya relatif
akan mengakibatkan korosi pada baja tulangan.
lebih kecil dari total permukaan partikel yang ada. Air
memiliki viskositas yang tinggi namun demikian dapat
Fe + 2HCl → FeCl2 +H2 bergerak dan merupakan bagian dari aliran yang terjadi
(Neville, 1995)
Reaksi korosi baja tulangan dengan larutan klorida yang
memiliki pH rendah ini akan menghasilkan gas 𝐻2 dan Dalam beton nilai koefisien permeabilitas akan
larutan garamnya. Pada reaksi tersebut logam terlarut menurun secara substansial dengan menurunnya faktor
akan terkorosi membentuk larutan garam yang dapat air semen. Permeabilitas beton juga dipengaruhi dari
bereaksi dengan air membentuk produk korosi sifat semen, untuk perbandingan air atau semen yang
Fe(OH)2 . Korosi ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen sama. Semen yang butiranya kasar cenderung
dalam proses reaksinya. Hal ini juga yang membedakan menghasilkan pasta semen yang mengeras dengan
reaksi korosi pada lingkungan terbuka dimana korosi porositas yang lebih tinggi daripada semen yang
yang terjadi di dalamnya melibatkan reaksi dengan butirannya lebih halus. Uji permeabilitas ini terdiri dari
oksigen terlarut. dua macam :
10
3.4 SEM yang terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan di
ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM dan
Untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan juga dalam bentuk grafik oleh analisis EDX (Yudi
komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa Prasetyo,2011).
dapat digunakan alat Scanning Electron Microscope
(SEM). Scanning Electron Microscope adalah suatu
tipe mikroskop elektron yang menggambarkan
permukaan sampel melalui proses scan dengan
menggunakan pancaran energi yang tinggi dari elektron
dalam suatu pola scan raster. Electron berinteraksi
dengan atom – atom yang membuat sampel
menghasilkan sinyal yang memberikan informasi
mengenai permukaan topografi sampel, komposisi dan
sifat – sifat lainnya seperti konduktivitas listrik (Yudi
Prasetyo, 2011).
11
a. Saringan Tabel 4.1 Pembuatan enda Uji Balok Beton
b. Timbangan Digital
c. Mesin Penggetar Jumlah
d. Mesin Los Angeles Umur
Air Laut Air Tawar Rencana
e. Piknometer Kode
Uji Uji Uji Uji
f. Stopwatch Kedap Kuat Kedap Kuat
g. Oven tekan tekan
h. Loyang atau cawan
i. Cetok atau sekop A1,A2,A3 3 3 3 3 7 hari
B1,B2,B3 3 3 3 3 14 hari
4.3.2 Alat untuk pembuatan benda uji C1,C2,C3 3 3 3 3 28 hari
12
g. Perencanaan campuran beton
13
Laut Terhadap Kuat Tekan dan Absorbsi Ragab, A. m., Elgammal, M. A., Hodhod, O. A., &
Beton. Jurnal teknik Sipil. Ahmed, T. E. (2016). Evaluation of field
concrete deterioration undr real conditions of
Kompasiana.com/Membangun-Indonesia-Melalui-
seawater attack. Construction and Building
Pembangunan-Infrastruktur-Indonesia-
materials, 130-144.
Sentris.html. (n.d.). Diakses 30/4/2017 Pukul
15.19 WIB. Susilorini, R., Dewi, K. R., & Wibowo, T. (2005). The
Performance Of early Age Concrete With
Kramadibrata, S. (2002). Perencanaan Pelabuhan.
Seawater Curing. Journal of Coastal
Bandung: Penerbit ITB.
Development, 89 - 95.
Mather, B. (1964). Effect Of Sea Water On Concrete.
Tjaronge, M. W. (2014). Workability and Compresive
Miscellaneous Paper, 6-690.
Strength of Self Compacting Concrete Use
Mehta, & Monteiro, P. (1993). Concrete - Structure, Seawater as Mixing. International Seminar on
Properties, and Materials. Second edison. New Infrastructure Development.
Jersey: Prentice Hall.
Tjokrodimulya, K. (1995). Teknologi Beton.
Mehta, P. K. (1991). Durability of Concrete - fifty years Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas
of progress? Durability of Concrete: Second Teknik UGM.
International Conference, Montreal, Canada
Wang, Y., Lin, C., & Cui, Y. (2014). Experiments of
1991, 27-34.
Chloride Ingression in Loaded Concrete
Neville, A. M. (1995). Properties of Concrete. Longman Members under the Marine Environment.
Harlow UK. ASCE Journals, 26.
Nugraha, P. (2007). Teknologi Beton. Yogyakarta: CV. Yu, S., Li, K., & Feng, G. (2015). Experiment on Water
Andi Offset. Absorbing and Surface Pore Property of
Concrete . Procedia Engineering, 1443 - 1448.
Prasetyo, Y. (2011). Petunjuk Penggunaan Alat
Laboratorium Scanning Electron Microskop
(SEM). Departemen Fisika MIPA USU.
14