Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TESIS

PENGARUH VARIASI JENIS SEMEN TERHADAP KUAT


LENTUR (MODULUS OF RUPTURE Fcr ) BETON PADA
LINGKUNGAN AIR LAUT DENGAN TINJAUAN
STRUKTUR MIKRO

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat sarjana S2 pada


Program Studi Magister Teknik Sipil

Disusun oleh:

ADITYA PERDANA PUTRA


16/405835/PTK/11290

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
PENGARUH VARIASI JENIS SEMEN TERHADAP KUAT
LENTUR (MODULUS OF RUPTURE Fcr ) BETON PADA
LINGKUNGAN AIR LAUT DENGAN TINJAUAN
STRUKTUR MIKRO
Aditya Perdana Putra
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
aadityaperdanaputra@gmail.com

Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo


Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
djokosulistyo@ugm.ac.id

Ashar Saputra
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
saputra@ugm.ac.id

INTISARI

Beton merupakan bahan komponen struktur yang handal dalam segi kekuatan,
kemudahan dalam pekerjaan, ketahan terhadap perubahan cuaca akan tetapi memiliki
durabilitas yang buruk pada lingkungan agresif air laut. Pentingnya mengidentifikasi dan
memahami penyebab kerusakan beton baik dalam jangka pendek maupun panjang
memberikan alternatif perencanaan konstruksi dan solusi penanganan kerusakan. Dalam
penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai pengaruh perendaman air laut pada beton
dengan variasi jenis semen terhadap kekuatan beton yaitu kuat lentur atau modulus of
rupture (fcr) berdasarkan uji eksperimental di laboratorium dan tinjauan struktur mikronya
dengan menggunakan uji SEM.
Penelitian menggunakan metode eksperimental untuk menguji kuat lentur balok
berukuran 100x100x500 mm yang terendam air laut dengan pembanding dilakukan
dengan merendam benda uji pada air biasa. Variasi semen yang digunakan adalah jenis
semen dengan penambahan fly ash, semen tipe V, serta semen PPC. Perendaman beton
pada lingkungan agresif air laut juga divariasikan yaitu 7, 14, dan 28 hari. Mutu rencana
kuat beton 25 MPa. Pengujian kuat lentur dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perendaman beton pada lingkungan agresif air laut dan pengaruhnya terhadap kuat lentur.
Pengamatan mikro struktur dilakukan untuk memperlihatkan keadaan permukaan beton
yang terekspos secara lebih nyata untuk mengetahui senyawa dan fasa yang terbentuk.
Kata kunci: pengaruh air laut pada beton, kuat lentur beton, SEM

1
1. PENDAHULUAN (Ragab et al, 2016). Hal tersebut
mengakibatkan total kapasitas beban dukung
1.1 Latar Belakang struktur dalam jangka panjang menjadi
Pemerintah melalui nawa cita mendorong berkurang.
pembangunan pelabuhan – pelabuhan besar
Melihat besarnya dampak pengaruh air laut
baru untuk mencanangkan konsep tol laut
terhadap beton mendorong perlu adanya
dana investasi mencapai Rp 39,5 triliyun
penelitian yang dapat mengkaji lebih dalam
(www.kompasiana.com). Dana investasi yang
mengenai pengaruh beton pada lingkungan
besar tersebut membutuhkan studi yang
agresif serta pengaruhnya terhadap sifat
mendalam sebelum memulai melakukan
mekanik beton yaitu kuat tarik lentur pada
perencanaan konstruksi bangunan laut dan
berbagai variasi jenis semen. Pengujian SEM
pantai. Pentingnya mengidentifikasi dan
pada beton yang terekspos memberikan
memahami penyebab kerusakan bangunan
informasi mengenai keadaan beton pada skala
daerah pantai baik dalam jangka pendek
mikro sehingga dapat membantu mengetahui
maupun panjang memberikan alternatif
mekanisme reaksi terjadi antara air laut dan
perencanaan kontruksi dan solusi penanganan
beton serta senyawa dan fasa yang terbentuk
kerusakan. Pemahaman itu menjadi
pada beton dan pengaruhnya terhadap kuat
fundamental karena terkait efektivitas biaya
tarik lentur pada beton.
dan penghematan biaya operasional untuk
pemeliharaan dan perbaikan (Gerwick, 1994).
1.2 Rumusan Masalah
Dermaga merupakan suatu bentuk konstruksi Rumusan masalah dalam penelitian adalah :
pelabuhan dimana kapal dapat bersandar
untuk dihubungkan dengan daratan yang a. Bagaimana pengaruh variasi jenis semen
melakukan bongkar muat-muatan pada perendaman beton di lingkungan air
(Kramadibrata, 2002). Beberapa literatur laut berdasarkan tinjauan pengamatan
menyebutkan, Rumania sejak 2000 tahun yang struktur mikro ?
lalu campuran berbahan baku beton telah b. Bagaimana pengaruh variasi jenis semen
dipergunakan sebagai material konstruksi pada perendaman beton di lingkungan air
pada struktur bangunan yang terletak pada laut terhadap kuat lentur beton atau
tepian laut mediterania (Mather, 1964). Beton Modulus of rupture (fcr) ?
dipilih karena memiliki karakteristik bahan
struktur yang handal dalam segi kekuatan, 1.3 Tujuan Penelitian
kemudahan dalam pekerjaan, serta ketahan Tujuan dari penelitian ini yaitu :
terhadap perubahan cuaca akan tetapi
memiliki durabilitas yang buruk pada a. Mengetahui pengaruh pengaruh variasi
lingkungan agresif air laut. Durabilitas beton jenis semen pada perendaman beton di
adalah kunci untuk kinerja jangka panjang lingkungan air laut berdasarkan tinjauan
(Mehta dan Monteiro, 1993). pengamatan struktur mikro.
b. Mengetahui pengaruh pengaruh variasi
Lingkungan air laut merupakan lingkungan jenis semen pada perendaman beton di
yang agresif karena korosif. Lingkungan yang lingkungan air laut terhadap kuat tekan
korosif akan mengakibatkan garam sodium lentur beton ( Modulus of rupture (fcr)).
dan sulfat yang terkandung dalam air laut
menjadi unsur yang berbahaya bila 1.4 Batasan Masalah
berkombinasi dengan agregat alkali yang
Adapun batasan masalah yang digunakan :
reaktif. Reaksi kimia tersebut dapat
menyebabkan hilangnya kelekatan antara a. Pengujian eksperimental digunakan
pasta semen dan agregat yang membuat untuk menganalisis pengaruh kuat lentur
kekuatan beton menurun, retakan pada beton beton yang terekspos air laut.
yang diakibatkan oleh terbentuknya senyawa
etringate ekspansif, serta korosi baja tulangan

2
b. Pengujian dilakukan pada kondisi balok pembebanan flexural strength (ff) pada
yang telah diangin-anginkan mencapai perendaman beton di lingkungan air laut
kadar kelembapan 95%. h. Wegian (2010) melakukan penelitian
c. Kuat tekan rencana beton 25 MPa. untuk mengetahui efek campuran pada
d. Pengujian dilakukan pada umur beton beton di lingkungan air laut terhadap kuat
7,14, 28 hari. tekan, tarik, lentur dan kuat ikatannya.

1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan referensi yang diperoleh


penelitian terkait pengaruh air laut terhadap
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
kuat tekan lentur beton secara eksperimental
memberikan tambahan ilmu pengetahuan,
dengan tambahan tinjauan analisis
referensi dan pertimbangan - pertimbangan
pengamatan struktur mikro belum pernah
bagi pihak terkait dalam masalah perencanaan,
dilakukan dan dipublikasikan, terlebih untuk
serta kegiatan operasi dan pemeliharaan pada
karakteristik lingkungan air laut di Indonesia
bangunan dengan konstruksi beton di
dan di kawasan laut pantai Yogyakarta.
lingkungan agresif air laut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
1.6 Keaslian Penelitian
Berbagai penelitian yang sudah dilakukan 2.1 Pengaruh Kandungan Air Laut Terhadap
antara lain sebagai berikut : Beton
a. Dharma putra (2006) melakukan Senyawa terlarut di dalam air laut utamanya
penelitian penambahan abu sekam dalam adalah klorida, magnesium, kalsium dan
mengantisipasi kerusakan akibat sedikit potassium. Pada air laut rata – rata
magnesium sulfat pada air laut. mengandung kelarutan garam mencapai 3,5%
b. Galuh dkk (2017) melakukan penelitian artinya dalam 1000 mL air terdapat 35 gram
pengaruh campuran RHA pada garam. Variasi konsentrasi senyawa dalam air
pengawetan beton menggunakan air laut laut berbeda dari tempat satu ketempat yang
dan air normal terhadap nilai kuat tarik lain namun memiliki rasio perbandingan yang
belah dan kuat tekan lentur. relatif tetap (Emanuel dkk, 2012).
c. Herwanto (2012) melakukan penelitian Temperatur air laut bervariasi dari -3 – 30
mengenai pengaruh mutu beton K-250 C pada darah tropis, sedangkan pada
akibat terendam air laut dengan daerah laut yang dalam mencapai 2 -5 C
penambahan aditif sikacim concrete pada rentang kedalaman 100-1000 m
kadar 0,6%. (Mehta P. K., 1991). Derajat keasaman (pH)
d. Ragab, dkk (2016) melakukan penelitian pada air laut bervariasi antara 7,4 – 8,4. Reaksi
terkait dengan mekanisme deteriorasi korosi pada baja tulangan dapat terjadi pada
beton terhadap serangan air laut nilai pH kurang dari 11 (Gani, 1997).
berdasarkan uji pengamatan secara
mikrostruktur. Ragab dkk (2016) melakukan penelitian untuk
e. Retno Susilorini (2015) melakukan mengetahui pengaruh lingkungan agresif laut
penelitian mengenai pengaruh curing air Mediterania pada beton pemecah gelombang
laut terhadap performa awal beton. yang telah terendam selama 4 sampai 60
f. Rundong Gao (2013) melakukan tahun. Deteriorasi beton yang umumnya
penelitian mekanisme deteriorasi beton terjadi akibat pelapukan beton akibat paparan
yang mengalami beban four point lingkungan agresif dalam waktu yang lama.
bending serta pengaruhnya terhadap Interaksi antara ion klorida dan sulfat pada
serangan sulfat pada siklus perendaman beton akan mengakibatkan perubahan sifat
basah dan kering. pada beton. Ion sulfat yang berdifusi pada pori
g. Wang et al., (2012) melakukan penelitian – pori beton menyebabkan beton mengalami
terkait dengan pengaruh masuknya ion ekspansifitas dan kehilangan lekatan antara
klorida pada beton yang diberi variasi semen pasta dan agregat sehingga
menyebabkan kekuatan menurun. Sedangkan

2
ion klorida yang berdifusi pada pori – pori mengalami penurunan kuat tekan beton
beton akan mengakibatkan reaksi C3A di sebesar 2,69%. Dharma Putra (2006) dalam
dalam semen menjadi chloroaluminate penelitiannya dengan menambahkan abu
compound atau dikenal formasi etringit sekam pada beton yang terendam di dalam
klorida. Kedua jenis formasi ini tidak seara lingkungan magnesium sulfat di air laut. Pada
langsung menyebabkan ekspansifitas ataupun umur 90 hari dengan hasil penurunan kuat
retak namun serangan klorida utamanya tekan antara benda uji yang direndam dengan
menyebabkan korosi pada baja tulangan yang magnesium sulfat dengan air biasa berturut-
membuat kehilangan kekuatan lekatan antara turut adalah 18,043%, 14,230%, 11,922%,
baja tulangan dan beton yang membuat 9,068%, 7,149%, dan 9,450%. Dari hasil
struktur kehilangan kekuatannya. tersebut ditarik kesimpulan penurunan kuat
tekan beton akibat disintegrasi oleh
Pada beton yang mengalami pembebanan magnesium sulfat terjadi cukup signifikan,
yaitu pembebanan tarik memberikan penambahan abu sekam padi dapat sebagai
kontribusi terbentuknya crack sehingga salah satu cara untuk memperbaiki mutu beton
semakin banyak ion klorida yang terdifusi. yang berada pada lingkungan agresif.
Sedangkan beton yang mengalami
pembebanan tekan berkontribusi menutup 2.2 Pengaruh Air Laut Pada Kuat Lentur
porositas beton sampai pada tahap mikro atau Beton
celah kapiler sehingga berdampak pada
berkurangnya ion klorida yang terdifusi Galuh dkk (2017) melakukan penelitian untuk
kedalam beton. Banyak sedikitnya ion mengetahui pengaruh campuran rice husk ash
berdifusi juga dipengaruhi koefisien difusi (RHA) pada pengawetan beton menggunakan
(Dc) sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu air laut dan air normal terhadap nilai kuat tarik
perendaman dan pembebanan. Semakin lama belah dan modulus of rupture. Pengujian
waktu perendaman dan pembebanan yang modulus of rupture menggunakan benda uji
dialami beton selama masa perendaman maka balok yang memiliki ukuran 100x100x500
semakin banyak dan dalam ion klorida mampu mm. Pengujian benda uji dilakukan pada umur
berdifusi (Wang dkk, 2012). pengawetan beton 28 hari dengan variasi
perendaman air laut dan air normal yang diberi
Penelitian Galuh dkk (2017) pada beton yang gelombang menggunakan alat abrasi buatan
diberikan bahan tambah berupa RHA (rice (power liquid filter) dengan penambahan RHA
husk ash) berbasis silikat 82,59 %. 0 hingga 20 %, fas 0,4, 0,32, 0,3, 0,28.
Penambahan RHA sebagai filler akan Pengujan XRF pada RHA untuk diketahui
mengurangi dapat mengurangi porositas. memiliki kandungan silika yaitu 82,59%.
Semakin banyak kandungan SiO2 didalam Hasilnya dapat diketahui pada Gambar 2.1
RHA membuat beton tahan terhadap serangan diatas. Pada histrogram menunjukan
garam sulfat. Silika pada RHA di dalam beton penambahan RHA dapat meningkatkan kuat
akan bereaksi membentuk Ca(OH)2 yang tekan belah dan MOR pada pengawetan beton
selanjutnya membentuk CSH. CSH membuat menggunakan air normal dan air laut.
beton semakin kuat serta permeabilitas Penambahan bahan tambah abu sekam padi
menurun. Herwanto (2012) dalam pada beton mutu tinggi mempengaruhi nilai
penelitiannya serupa yakni penambahan aditif kuat tarik belah dan modulus of rupture
akselelator sikasim 0,6% pada beton mutu K- dimana akan meningkat hingga kadar abu
250 di lingkungan agresif air laut sekam padi 15% dari berat semen dan
menghasilkan kesimpulan yaitu pada umur 28 menurun pada kadar 20% dari berat semen.
hari kuat tekan beton dimana pada beton Kekuatan tarik belah dan nilai MOR pada
normal tanpa akselerator kuat tekan beton pengawetan beton menggunakan air laut
yang direndam air tawar dan beton yang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
direndam air laut sebesar mengalami menggunakan air normal. Hal ini dikarenakan
penurunan kuat tekan sebesar 7,53%. reaksi kimia antara beton dan air laut menjadi
Sedangkan pada beton yang menggunakan CaCl3 yang memiliki sifat akselerator. CaCl3
akselerator dengan perlakuan sama meningkatkan kekuatan tekan geser lebih

3
cepat dari pada beton yang terendam air Kekuatan lentur menurun 18 – 47 % untuk
normal pada umur yang sama. Akan tetapi Air beton pada umur 90 hari.
laut penyebab utama korosi pada baja tulangan
beton ketika terendam pada waktu yang lama. Tjaronge dkk (2011) melakukan pengamatan
Reaksi kimia yang terjadi antara kalsium di pada kuat lentur beton dengan menggunakan
beton dan garam – garaman sulfat di air laut campuran air laut, pasir laut dan semen PCC
membentuk ettringate. Ettringate ini hasilnya pda kuat lentur 7 dan 28 hari terjadi
menyebabkan volume beton mengalami peningkatan kuat lentur beton. Peningkatan
pembengkakan, retakan dan menjadi porous. terjadi sebesar 25% , meningkat sekitar 0.33
Penambahan RHA sebagai filler akan MPa. Penelitian selanjutnya dikembangkan
mengurangi porositas. Semakin banyak Wang, dkk (2012) melakukan penelitian
kandungan SiO2 maka beton akan semakin laboratorium terkait pengaruh masuknya ion
tahan terhadap serangan garam sulfat. RHA klorida pada beton yang memiliki kuat tekan
pada beton akan bereaksi membentuk 40 MPa diberi variasi pembebenan 0, 0,3, 0,5
Ca(OH)2 yang selanjutnya membentuk CSH kali kekuatan lentur flexural strength (fcr) di
yang membuat beton semakin kuat dan dalam lingkungan pasang surut air laut. Benda
permeabilitas menurun. uji berbentuk beam dengan ukuran 100 x 100
x 400 mm.

(a)
(a)

(b) (b)

(c)
Gambar 2. 1 (a) Pengaruh Penambahan RHA terha
dap Kuat Tekan Belah (b) Pengaruh Penambahan
RHA terhadap Kuat Lentur ( Galuh dkk, 2017)

Wegian (2010) yang mengamati pengaruh


efek campuran dan pengawetan beton
menggunakan air laut. Hasilnya adalah
kekuatan beton pada umur 7 dan 14 hari
mengalami peningkatan 3 – 10% dan 1 – 4 %. Gambar 2. 2 Pengaruh Lama Waktu (a) Perendam
Kekuatan dan semakin menurun seiring an Terhadap Kuat Lentur Beton (b) Kandungan Ion
dengan bertambahnya waktu perendaman Sulfat pada daerah Tarik (c) Kandungan ion Sulfat
sebesar 3,8 – 14,5% pada umur 90 hari. pada daerah tekan (Tjaronge dkk, 2011)

4
Semakin ettringate mendesak menimbulkan (a) (b) (c)
retakan yang semakin besar sehingga senyawa
agresif berdifusi masuk ke dalam beton
mengakibatkan penurunan kekuatan beton
seperti terlihat pada Gambar 2.2. Analisa
holistic menunjukkan bahwa pada
perendaman benda uji yang mengalami
loading level 20-40% pada rentang waktu 30-
180 hari mengalami kenaikan kekuatan lentur. Gambar 2. 3 (a) Kristalisasi Garam pada Permuka
Hal ini dikarenakan benda uji masih an Beton (b) Distribusi Kristalisasi Garam pada
mengalami proses hidrasi dan juga pengaruh Permukaan Beton (c) Observasi Berdasarkan uji
terbentuknya produk sampingan menutup SEM (Gao, dkk 2013)
inisiasi celah retakan dan pori beton.
Penjelasan terkait pengaruh pemberian Fasa merabilite cenderung lebih stabil pada
pembebanan pada beton yang dilakukan temperatur 32.4oC sehingga ketika beton
selama perendaman menunjukkan terdapatnya mengalami perubahan temperatur pada
bagian sisi beton yang menerima tegangan kondisi basah ke kondisi kering dan juga
tarik dan tegangan tekan. Pada bagian beton perubahan kelembaban akan mengakibatkan
yang mengalami tegangan tarik memberikan kristalisasi. Kristalisasi tersebut mengisi celah
kontribusi terbentuknya inisiasi retakan. inisiasi retakan dan porositas pada pori
Inisiasi retakan merupakan jalan baru bagi ion sehingga terjadi peningkatan dan menurun
sulfat untuk berdifusi melewati celah retakan pada lama waktu setelahnya. Portlandite
dan pori – pori beton sehingga ion yang bereaksi dengan ion – ion sulfat yang hasilnya
berdifusi juga akan semakin banyak seperti membentuk jarum ettringate dan gypsum
pada Gambar 2.2 (b). Sedangkan pada bagian seperti pada Gambar 2.3 (c). Semakin lama
beton yang mengalami tegangan tekan, waktu perendaman adanya gypsum
tekanan berkontribusi untuk menutup menyebabkan scalling pada beton yang
porositas dan inisiasi retakan hanya sampai memicu terlepasnya ikatan antara pasta beton
pada ukuran mikro atau kapiler pores sehingga dengan agregat pasir hal ini lah yang memicu
berdampak berkurangnya ion sulfat yang proses degradasi beton. Desakan ettringate
masuk kedalam bagian ini seperti terlihat pada juga akan menimbulkan retakan yang semakin
Gambar 2.2 (c). besar sehingga ion sulfat akan lebih banyak
masuk kedalam beton mengakibatkan
2.3 Pengamatan Struktur Mikro pada Beton penurunan kekuatan beton.
yang Direndam Di Air laut
Shin Yu, dkk (2015) secara khusus melakukan
Gao, dkk (2013) melakukan penelitian Variasi pengamatan SEM terhadap beton yang
lama waktu perendaman pada lingkungan terendam pada lingkungan agresif air laut
sulfat dengan konsentrasi 6,9% yaitu 30, 90, dengan variasi mutu beton dan jenis agregat.
180, 270 dan 360 hari dengan siklus basah dan Kesimpulan yang didapatkan adalah
kering bergantian selama 15 hari. Beton yang kemampuan beton untuk dapat menyerap air
digunakan sebagai benda uji memiliki kuat sangat tergantung pada pori – pori yang ada
tekan 48,3 MPa. Observasi visual didalam beton. Pada beton yang memiliki
menunjukkan akibat perubahan siklus basah sedikit semen dan agregat kasar terlihat
dan kering mengakibatkan permukaan beton memiliki celah atau pori – pori pada beton
terdapat bercak – bercak garam berwarna putih (gambar terang) yang relatif lebih banyak
yang mengindikasi terbentuknya mirabilite seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 (a). Pada
dan thenardite seperti pada Gambar 2.3 (a) dan campuran beton yang memiliki campuran
terdistribusi merata ke seluruh permukaan semen dan agregat yang terukur dan telah
beton seperti pada gambar 2.3 (b). sesuai berdasarkan mixing desain memliki pori
– pori (gambar terang) yang cenderung lebih
sedikit dan rapat seperti pada Gambar 2.4 (b).

5
hingga 100 𝜇m dan tebal beberapa 𝜇m
(a) terbentuk pada konsentrasi hidroksil ion
rendah ( nilai pH rendah dalam larutan pori-
pori). Ettringate ini hadir selama hidrasi
semen portland yang berjumlah besar
sehingga menyebabkan ekspansi. Pengikatan
C3A menjadi bentuk chloroaluminate
compound atau Friedel’s salt akibat serangan
klorida tidak memberikan pengaruh ekspansi
(b) tetapi sangat mempengaruhi korosi pada baja
tulangan. Friedel's salt memiliki bentuk
heksagonal slice yang memiliki ukurannya 2
hingga 3 𝜇m. Sementara morfologi
Thaumasite salah satu bentuk dari friedel's salt
adalah kusut jarum bentuk serat dan
Gambar 2. 4 (a) Beton yang memiliki Pori – Pori
ukurannya antara 5 𝜇m. Magnesium yang ada
yang Banyak (b) Beton yang memiliki pori – pori dalam air laut menggantikan kalsium CH
yang sedikit (shin yu dkk, 2015) untuk membentuk bahan Mg(OH)2 berbentuk
serat. Bahan bentuk kecil Roset ini berbentuk
Pada beton yang memiliki lebih banyak kristal dalam tahap awal serangan
agregat kasar akan membuat terbentuknya pori sebagaimana terlihat pada Gambar 2.5.
– pori yang besar antara batas boundry agregat
satu dengan yang lainnya karena bentuk
agregat yang tidak seragam. Celah atau pori
tersebut dapat ditutup dengan penggunaan
campuran agregat yang lebih kecil serta
pemadatan yang baik.

Ragab dkk (2016) melakukan pengamatan


secara khusus pada mikrostruktur beton yang
terekspos air laut menggunakan scanning
electron microscopy (SEM). Tujuan utama
pengamatan adalah untuk mengamati
porositas beton, capillary pipes, zona transisi
agregat/pasta, portlandite CH, CSH, silika gel,
gypsum, ettringite, thaumasite, MSH, friedels
salt, dolomite, quartz, unhydrated clincer,
pottasium feldspar dll. Hasilnya adalah
terlihat pada gambar 2.4 pada beton yang
terpapar air laut pada waktu yang lama
diketahui terdapat etringate yang memiliki
bentuk jarum yang hexagonal cross-section.
Kristal – kristal ettringate tersebut saling
bergabung dan tumbuh satu sama lain pada
arah yang sama. Beberapa kristal merupakan Gambar 2. 5 Interpretasi Hasil SEM (Ragab dkk,
kristal kembar yang tumbuh secara terpisah. 2016 )
Ettringite muncul dalam dua cara, pertama
jenis ettringite yang memiliki kristal
berbentuk menyerupai batang berkisar dari 1
hingga 2 𝜇m panjang dan 0,1-0,2 𝜇m tebal,
yang terbentuk pada konsentrasi hidroksil ion
tinggi, dan kedua kristal yang berkisar dari 10

6
3. LANDASAN TEORI Penggunaan semen tipe V akan mengurangi
kadar C3A dan C4AF pada semen sehingga
3.1 Reaksi antara Semen dan Air Laut pada lingkungan agresif reaksi antara sulfat
Semen Portland dibedakan menjadi 4 tipe dengan kalsium aluminat hidrat menjadi
yaitu : ettringate dapat dihindari. Sementara itu
semakin sedikit C4AF maka semakin sedikit
a. Tipe I adalah semen Portland untuk serangan kalsium sulfat. Hal dapat terjadi
tujuan umum. Jenis ini paling banyak karena rendahnya rasio Al2O3 dan Fe2O3 pada
diproduksi karena digunakan hampir beton. Karakteristik semen tipe V ini adalah
semua jenis konstruksi. memiliki kekuatan yang tinggi namun
b. Tipe II adalah semen Portland memiliki kekuatan awal serta panas hidrasi
modifikasi yang sifatnya setengah dari yang relatif rendah.
tipe IV dan setengah dari tipe V
(moderat). Belakangan lebih banyak Disintegrasi pada beton adalah suatu keadaan
diproduksi sebagai pengganti tipe IV. dimana terjadi pemisahan atau terlepasnya
c. Tipe III adalah semen Portland dengan ikatan antara material penyusun beton yang
kekuatan awal yang tinggi. Kekuatan 28 menyebabkan penurunan sifat-sifat beton baik
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 secara fisik maupun mekanik. Disintegrasi
minggu. Semen jenis ini digunakan pada beton dapat disebabkan oleh pengaruh
ketika acuan harus dibongkar secepat dalam beton maupun luar lingkungan beton.
mungkin atau struktur harus dapat cepat Salah satu pengaruh dari dalam adalah bahan
dipakai. penyusun beton yang bersifat reaktif misalnya
d. Tipe IV adalah semen Portland dengan agregat beton yang mengandung alkali. Selain
panas hidrasi rendah, yang dipakai pada itu pengaruh lingkungan luar yaitu serangan
kondisi dimana kecepatan dan jumlah kimia yang melibatkan reaksi antara zat – zat
panas yang timbul harus minimum. yang terlarut didalam air laut dengan beton
Contohnya pada bangunan massif seperti yaitu klorida, sulfat, carbonat, serta alkali
bendungan gravitasi yang besar. metal.
e. Tipe V adalah semen Portland tahan a. Sulfat
sulfat yang dipakai untuk menghadapi Keberadaan sulfat di dalam air laut didominasi
aksi sulfat yang ganas. Umumnya oleh magnesium dibandingkan sodium atau
dipakai di daerah dimana tanah atau calcium. Serangan magnesium sulfat pada
airnya memiliki kandungan sulfat yang beton menyerang produk hidrasi dari semen
tinggi. (Nugraha dan Antoni, 2007) yaitu kalsium aluminat hidrat. Reaksi antara
Dari tipe-tipe semen diatas, semen yang paling magnesium sulfat dengan kalsium aluminat
umum digunakan adalah semen Portland tipe I hidrat menghasilkan aluminium hidroksida.
karena semen tipe ini tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus dalam 2(3CaO.Al2 O3 .12H2 O)+3(MgSO4 .7H2 O) →
pengerjaannya. Adapun kandungan pada (3CaO.Al2 O3 .3CaSO4 .31H2 O)+2Al(OH)3 +
semen portland dibedakan menjadi 4, yaitu : 3Mg(OH)2 +8H2 O

a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang Calcium Aluminate Hydrate+Magnesium Sulfate →


disingkat menjadi C3S. Calcium Aluminum Sulfate Hydrate (Ettringate)
b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang +Aluminum Hydroxide+Magnesium Hydroxide
disingkat menjadi C2S.
c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang Magnesium sulfate bereaksi dengan calcium
hydroxide membentuk calcium sulfate
disingkat menjadi C3A.
kemudian bereaksi kembali dengan calcium
d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO. aluminate hydrate membentuk calcium
Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi aluminium sulfate hydrate (CSH) atau
C4AF. ettringite yang mampu mengembang 5x

7
volume beton menyebabkan beton menjadi gypsum dan ettringate menyebabkan beton
retak. mengembang dan terjadi keruntuhan
(Santham dkk, 2001).
Ca(OH)2 +MgSO4 .7H2 O → CaSO4 .2H2 O
+Mg(OH)2 +5H2 O b. Karbonate dan Bicarbonat

Ca(OH)2 +CO2 → CaCO3 +H2 O


Calcium Hydroxide+Magnesium Sulfate →
Calcium Sulfate (Gypsum) + Magnesium Calcium Hydroxide + Carbondioxide →
Hydroxide Calcium Carbonate + hydrogen dioxide
Pada saat terjadi hidrasi semen ion karbonat
3CaO.Al2 O3 .12H2 O + 3(CaSO4 .2H2 O)
dan bicarbonat pada air laut dapat ikut
+12H2 O → 3CaO.Al2 O3 .3CaSO4 .31H2 O berpasrtisaipasi di dalam reaksi.
karbondioksida terlarut pada air senyawa asam
Calcium Silicate Hydrate + Magnesium Sulfate yang membuat terjadinya pelunakan pada
→ Calcium Sulfate( Gypsum) + Magnesium bagian – bagian tertentu dan disintegrasi. Hal
Hydroxide + Silica Gel tersebut dapat terjadi jika pada air laut
memiliki kandungan clorida 30 – 60 % dengan
Magnesium sulfat bereaksi dengan calcium kandungan 𝐶𝑂2 bebas 7 – 99 mg perliter
silicate hydrate menjadi calcium sulfate dengan PH sekitar 6,9. Senyawa karbonat
(gypsum), magnesium hydroxide, dan silika yang mengandung ion hidroksi
gel. mengakibatkan air akan berinfiltrasi ke dalam
beton dengan cara berdifusi yang
3CaO.SiO2 .nH2 O + MgSO4 .7H2 O →
mengakibatkan korosi pada baja tulangan.
CaSO4 .2H2 O + Mg(OH)2 + SiO2 .nH2 O
Reaksi Anodik : 𝐹𝑒 → 𝐹𝑒 2+ + 2𝑒
Calcium Silicate Hydrate + Magnesium Sulfate
→ Calcium Sulfate ( Gypsum) + Magnesium 1
Reaksi Katodik :𝐻2 𝑂 + 2𝑒 + 𝑂2 → 2𝑂𝐻 −
Hydroxide + Silica Gel 2

Calcium sulfate (gypsum) mengembang 2Fe2+ + 4 OH - → 2 Fe(OH)2


menjadi 2x volume beton yang juga mampu
𝐹𝑒(𝑂𝐻)2 merupakan produk korosi yang
menyebabkan beton menjadi retak. Selain
rekasi di atas calcium sulfate (gypsum) dapat mengakibatkan beton terdesak lalu
retak.
dibentuk dari reaksi 4 yang bereaksi dengan
calcium aluminate hydrate hasil reaksi 3. c. Alkali
Selanjutnya magnesium hydroxide beraksi Reaksi alkali dapat terjadi dalam beberapa
kondisi dimana berekasi dengan silica atau
dengan silica gel membentuk magnesium
silicate hydrate. agregat yang mengandung senyawa karbonat
yang mengakibatkan beton mengembang.
4 Mg(OH)2 + SiO2 .nH2 O → 4MgO.SiO2 . Sebuah studi menyebutkan bahwa beton yang
40H2 O + n-4.5H2 O ditambahkan senyawa kapur yang telah
dihaluskan kemudian terendam dalam air laut
Magnesium Hydroxide + Silica Gel → terbukti mengalami reaksi antara partikel
Magnesium Silicate hydrate agregat dengan batuan kapur tersebut. Pada
Magnesium silicate hydrate memiliki bentuk bagian kapur tersebut tertentu akan mudah
material putih lunak yang ditemukan pada mengalami pengelupasan ketika terlarutkan
beton yang terendam air laut. Tahapan dengan larutan yang mengandung ion sodium
ekspansi mortar dalam rekasinya dengan sehingga akan menghambat 2 – 3 x
senyawa sulfat yaitu pada tingkatan rendah pembengkakan volume beton ketika terendam
ekspansi terjadi selanjutnya pada tingkatan dalam air laut akibat reaksi dengan senyawa
yang lebih tinggi meningkatnya jumlah kalsium hidroksida.

8
d. Klorida tambahan yang mengakibatkan timbulnya atau
Rekasi klorida dalam air laut dalam interaksi bertambahnya retak lentur di sepanjang
kimia dengan beton mengakibatkan adanya bentang balok. Bila bebannya semakin
senyawa klorida akan menghambat atau bertambah, pada akhirnya dapat terjadi
menghambat reaksi beton dengan sulfat
keruntuhan elemen struktur, yaitu pada saat
sehingga akan mengakibatkan terhambatnya
ekspansi beton akibat rekasi dengan larutan beban luarnya mencapai kapasitas elemen.
sulfat. Akan tetapi adanya klorida ini akan Pengujian kuat lentur ini dilakukan pada
berakibat fatal pada beton yang memiliki baja pembebanan pada 1/3 bentang untuk
tulangan di dalamnya karena akan mendapatkan lentur murni tanpa gaya geser.
mengakibatkan korosi pada baja tulangan. Pengujian kuat lentur mengacu pada ASTM C
78 – 02 Standard Test Method for Flexural
Fe + 2HCl → FeCl2 +H2 Strength of Concrete (Using Simple Beam
with Third-Point Loading).
Reaksi korosi baja tulangan dengan larutan
klorida yang memiliki pH rendah ini akan
menghasilkan gas 𝐻2 dan larutan garamnya.
Pada reaksi tersebut logam terlarut akan
terkorosi membentuk larutan garam yang
dapat bereaksi dengan air membentuk produk
korosi Fe(OH)2 . Korosi ini dapat terjadi tanpa
adanya oksigen dalam proses reaksinya. Hal
ini juga yang membedakan reaksi korosi pada
lingkungan terbuka dimana korosi yang terjadi
di dalamnya melibatkan reaksi dengan oksigen
terlarut. Gambar 3.1 Uji Kuat Lentur dengan pembebanan
1/3 bentang (ASTM C 78 – 02)
FeCl2 +2H2 O → Fe(OH)2 + 2HCl
Kuat lentur dapat dihitung dengan rumus jika
Fe(OH)2 merupakan produk korosi yang keruntuhan terjadi di bagian tengah bentang
terbentuk pada baja tulangan ini 𝑃.𝐿
mengakibatkan beton retak dan terkelupas R = 𝑏𝑑2 ……………………………………(1)
karena menjadi terdesak akibat
pengembangan volume besi tulangan Jika keruntuhan terjadi pada bagian tarik di
sedangkan baja mengalami penurunan luar tengah bentang.
kekuatan karena baja mengalami reduksi baik
3𝑃.𝑎
dimensi maupun beratnya. R= 𝑏𝑑 2
…………………………….……...(2)

3.2 Kuat Lentur Keterangan :


Untuk memikul momen-momen lentur yang
R : kuat lentur (N/mm2)
terjadi pada penampang struktur, maka P : beban maksimum total (N)
terdapat suatu komponen yang dikenal sebagai L : Panjang bentang (mm)
tegangan lentur. Tegangan lentur ini b : Lebar benda uji (mm)
merupakan komponen-komponen yang berada d : Tebal benda uji (mm)
tegak lurus terhadap penampang struktur.
Tegangan lentur ini ada karena adanya gaya- 3.3 SEM
gaya dalam yang bekerja pada penampang Untuk mengetahui morfologi senyawa
tersebut. Apabila bebannya bertambah, maka padatan dan komposisi unsur yang terdapat
pada balok terjadi deformasi dan regangan dalam suatu senyawa dapat digunakan alat
Scanning Electron Microscope (SEM).

9
Scanning Electron Microscope adalah suatu sampel. Aliran sinar electron ini selanjutnya
tipe mikroskop elektron yang menggambarkan difokuskan menggunakan electron optic
permukaan sampel melalui proses scan dengan columb mengenai sampel. Akan terjadi
menggunakan pancaran energi yang tinggi beberapa interaksi – interaksi pada sampel
dari elektron dalam suatu pola scan raster. yang disinari. Interaksi – interaksi yang terjadi
Electron berinteraksi dengan atom – atom tersebut selanjutnya akan dideteksi dan di
yang membuat sampel menghasilkan sinyal ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis
yang memberikan informasi mengenai SEM dan juga dalam bentuk grafik oleh
permukaan topografi sampel, komposisi dan analisis EDX (Yudi Prasetyo,2011).
sifat – sifat lainnya seperti konduktivitas
listrik (Yudi Prasetyo, 2011).

Prinsip kerja SEM dengan mikroskop biasa


pada dasarnya sama karena dua alat tersebut
berfungsi sebagai alat pembesar benda yang
ukurannya terlalu kecil untuk dapat dilihat
mata secara langsung. Berikut Tabel 3.1
memperlihatkan perbedaan bagian antara
SEM dengan mikroskop biasa

Tabel 3.1 Perbedaan SEM dan Mikroskop


Biasa

Mikroskop
Bagian Alat SEM
Biasa
Sumber Pancaran Cahaya Gambar 3.2 Alat Uji SEM (http://lppt.ugm.ac.id)
Cahaya Elektron Tampak
Media Hampa Atmosfer
4. METODE PENELITIAN
Lensa Lensa Lensa Optik
Elektron
Perbesaran 10 x sampai 10 x sampai 4.1 Lokasi Penelitian
180.000 x 2000 x Pengujian akan dilakukan di Laboratorium
Gambar Gambar hasil Gambar Bahan Bangunan DTSL FT UGM dan LPPT
hamburan pantulan
UGM.
elektron cahaya
Kontras Bentuk Penyerapan
geometris, dan pantulan 4.2 Bahan Penelitian
sifat kimia cahaya Bahan dan material yang digunakan untuk
dan fisika penelitian ini terdiri dari:
a. Agregat kasar yang digunakan adalah
SEM dapat dilengkapi Dengan EDS (Electron berupa split yang berasal dari Celereng
Dispersive X ray Spectroscopy) sehingga dengan kisaran gradasi butir 10 – 20 mm.
dapat menganalisis unsur – unsur atau Agregat kasar diperoleh dari pemecahan
mengkarakterisasi kandungan unsur kimia batuan oleh stone crusher.
dari suatu sampel. b. Agregat halus yang digunakan adalah
agregat yang lolos saringan 4 mm dan
Pada pengambilan data dengan alat SEM- tertahan hingga saringan 0.075 mm yang
EDX, sampel bubuk yang telah diletakkan di diambil dari sungai Progo, Yogyakarta.
atas specimen holder dimasukkan kedalam c. Semen yang digunakan adalah semen
specimen chamber, kemudian dimasukkan tipe V, OPC (Ordinary Portland Cement)
dalam alat SEM-EDX dan alat siap untuk serta fly ash.
dioperasikan. Dalam pengukuran SEM–EDX d. Air laut yang digunakan sebagai air
untuk setiap sampel dianalisis dengan bahan baku rendaman diambil dari pantai
menggunakan analisis area. Sinar elektron di Daerah Istimewa Yogyakarta.
yang dihasilkan dialirkan hingga mengenai

10
e. Air yang digunakan untuk pembuatan 4.4 Benda Uji
beton dalam penelitian ini diambil dari
Laboratorium Struktur Teknik Sipil 4.4.1 Balok Beton
Fakultas Teknik Universitas Gajah Benda uji balok beton dengan dimensi
Mada. 100x100x500 mm digunakan untuk
mengetahui nilai kuat lentur beton yang
4.3 Peralatan Penelitian terendam pada bak berisi air laut seperti dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
4.4.1 Alat untuk Pengujian Bahan
Adapun peralatan pengujian bahan yang akan
digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Saringan 100 mm
b. Timbangan Digital
c. Mesin Penggetar 500 mm
d. Mesin Los Angeles Gambar 4.1 Dimensi Benda Uji Kuat Lentur
e. Piknometer Balok
f. Stopwatch
g. Oven Tabel 4.1 Pembuatan enda Uji Balok Beton
h. Loyang atau cawan
i. Cetok atau sekop Jumlah
Umur
4.4.2 Alat untuk pembuatan benda uji Kode Rencana
Air Laut Air Tawar
Adapun peralatan pembuatan benda uji yang
akan digunakan dalam penelitian ini antara
lain: A1,B1,C1 5 5 7 hari
A2,B2,C2 5 5 14 hari
a. Molen A3,B3,C3 5 5 28 hari
b. Kereta Sorong
c. Cetakan / Begesting Jumlah Benda Uji : 30 Buah
d. alat pemadat
e. Jangka Sorong
f. Saltnometer
g. Kerucut Abrahams dan tongkat pemadat 4.4.2 SEM
h. Alat Pertukangan Spesimen uji SEM dilakukan pada hasil
i. Kamera potongan beton yang telah terendam selama
28 hari dengan panjang sisi specimen 2 cm dan
lebar 2 cm dengan ketebalan 1 cm.
4.4.3 Alat untuk pengujian benda uji
Adapun peralatan pengujian benda uji yang 4.5 Pelaksanaan Penelitian
akan digunakan dalam penelitian ini antara
lain: Penelitian ini dlakukan dengan beberapa
tahapan yaitu :
a. Hydraulic Pump
a. Persiapan agregat
b. Compression Testing Machine (CTM)
b. Pembuatan mix design beton
c. Loading frame
c. Pengambilan air laut
d. Crane
d. Pembuatan begesting dan wadah
e. SEM
penampungan
e. Pembuatan beton

11
f. Pembukaan begesting
g. Perawatan dan perendaman beton
h. Pengujian dan analisa

4.6 Pengujian Pengujian Kuat Lentur dan SEM

4.6.1 Pengujian Bahan Dasar Beton


Adapun pengujian bahan dasar beton yang
digunakan adalah : Analisis Data dan Pembahasan
a. Pengujian berat volume agregat
b. Pemeriksaan kadar air agregat
c. Pemeriksaan berat jenis agregat halus Kesimpulan dan Saran
d. Pemeriksaan ketahanan aus agegat kasar
e. Pemeriksaan kadar lumpur
f. Pengujian gradasi / saringan
Selesai
g. Perencanaan campuran beton
Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian
4.6.2 Uji pada Pembuatan dan Perawatan
Beton
DAFTAR PUSTAKA
Adapun pengujian pembuatan dan perawatan
Cody, R., & Cody, A. M. (2001). Reduction of
beton adalah :
Concrete Deterioration by Etringate
a. Uji berat isi beton Using Crystal Growth Inhibition
b. Uji kuat tekan Techniques. Iowa City: University of
c. Uji kuat tekan lentur Iowa.
d. Uji SEM Emanuel, A. O., Oladipor, F. A., & Olabode,
O. (2012). Investigation Of Salinity
4.7 Diagram alir Penelitian Effect On Compressive Strength Of
Reinforced Concrete. Sustainable of
Mulai Reinforced Concrete, 74 - 82.

Gani, M. S. (1997). Cement and concrete. 1st


ed. England: Chapman and Hills.
Studi Literatur
Gerwick, B. (1994). The Economic aspect of
Durability – How Much Added
Expense Can Be Justified? Mehta
Persiapan dan Pengujian Bahan Symposium on Durability, 1-19.

Kompasiana.com/Membangun-Indonesia-
Melalui-Pembangunan-Infrastruktur-
Pembuatan Mix Desain Indonesia-Sentris.html. (n.d.).
Diakses 30/4/2017 Pukul 15.19 WIB.

Kramadibrata, S. (2002). Perencanaan


Pembuatan dan Pengujian Adukan
Pelabuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Perawatan Beton 7,14, 28 Hari


12
Mather, B. (1964). Effect Of Sea Water On
Concrete. Miscellaneous Paper, 6-
690.

Mehta, & Monteiro, P. (1993). Concrete -


Structure, Properties, and Materials.
Second edison. New Jersey: Prentice
Hall.

Mehta, P. K. (1991). Durability of Concrete -


fifty years of progress? Durability of
Concrete: Second International
Conference, Montreal, Canada 1991,
27-34.

ragab, A. m., Elgammal, M. A., Hodhod, O. A.,


& Ahmed, T. E. (2016). Evaluation of
field concrete deterioration undr real
conditions of seawater attack.
Construction and Building materials,
130-144.

13

Anda mungkin juga menyukai