Anda di halaman 1dari 16

Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kota Sawahlunto

Bab V
KONSEP PENGEMBANGAN
KAMPUNG PRODUKTIF DESA BALAI
BATU SANDARAN

5.1 Teori Pengembangan Kawasan


Menurut model “diamond of advantage” dari Michael Porter, suatu kawasan secara alamiah
akan mengembangkan keunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi dari
perusahan-perusahan yang ada di dalamnya dan vitalitas ekonomi suatu wilayah merupakan
hasil langsung dari persaingan industri yang ada di kawasan tersebut. Berbagai faktor yang
memicu inovasi dan pertumbuhan kawasan diantaranya adalah:
1. FAKTOR KONDISI: yaitu tenaga kerja terampil yang dibutuhkan, infrastruktur ekonomi yang
tersedia, dan hambatan-hambatan tertentu.
2. PERMINTAAN SEKTOR RUMAH TANGGA, yaitu pembeli lokal yang mendorong
perusahaan-perusahaan untuk berinovasi.
3. DUKUNGAN INDUSTRI TERKAIT, yaitu industri-industri pemasok setempat yang
kompetitif yang memacu inovasi dan memungkinkan industri-industri untuk
berkembang biak.
4. STRATEGI, STRUKTUR, DAN PERSAINGAN, yaitu tingkat persaingan antar industri
lokal yang memberikan motivasi untuk bersaing, dan budaya lokal yang
mempengaruhi perilaku masing-masing industri dalam melakukan persaingan dan
inovasi.

IV - 1
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Selain itu, Porter menyertakan peristiwa historis dan campur tangan pemerintah sebagai
faktor yang juga berperan secara signifikan dalam perkembangan suatu kawasan.

Suatu kawasan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu wilayah. Pada beberapa
kasus, suatu kawasan hanya terpusat di suatu wilayah kecil, seperti suatu desa atau
kecamatan. Sementara yang lain meliputi beberapa kecamatan atau kabupaten/kota, dan
mungkin lintas propinsi. Di dalam suatu kawasan terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang
berinteraksi satu sama lain membentuk suatu klaster. Walaupun suatu kawasan secara
fungsional ada, namun bisa saja perusahaan- perusahaan didalamnya tidak bekerja bersama-
sama atau tidak menunjukkan diri sebagai bagian dari sebuah klaster. Untuk bekerja secara
efektif sebagai sebuah klaster, perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya harus
memahami peran mereka dalam klaster yang lebih besar dan menyadari bahwa bekerja
bersama akan menekan biaya.

Strategi pembangunan ekonomi wilayah harus dapat mengarahkan secara efektif investasi
dan subsidi sektor pemerintah dan swasta pada kawasan-kawasan strategis yang telah kuat
dan mengakar di wilayah tersebut dan telah membentuk klaster-klaster industri.

Pemerintah dapat mengarahkan sumberdaya masyarakat yang terbatas menjadi sesuatu


yang bernilai tinggi, dan menjadikan pertumbuhan industri yang tinggi pula. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya upah di kawasan-kawasan strategis yang secara signifikan memiliki
tingkat perbedaan yang tinggi dibanding dengan upah rata-rata di wilayah tersebut.

Klaster tidak bersifat sama. Beberapa klaster melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan,
dan lembaga nirlaba. Beberapa klaster bersifat urban, sedangkan yang lain menonjolkan
karakter pertanian. Besar kecilnya skala klaster akan berdampak langsung pada karakter
ekonomi wilayah.

5.1.1 Strategi Pengembangan Kawasan


Beberapa negara menjadikan kawasan industri sebagai fokus dari pembangunan
ekonomi wilayah. Strategi kawasan berbasis klaster menawarkan cara yang lebih efektif
dan efisien dalam mengembangkan industri, membangun ekonomi wilayah secara lebih
kuat, dan mempercepat pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Klaster industri juga
meningkatkan hubungan antar berbagai industri dan lembaga yang terkait dalam klaster
tersebut.

IV - 2
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Tingkat cakupan strategi klaster industri sangat beragam. Pemerintah daerah seyogyanya
menyelenggarakan suatu inisiatif pembangunan ekonomi dengan menggunakan kerangka
kerja klaster industri. Pemerintah daerah mengkoordinasikan berbagai lembaga untuk
memantau klaster industri. Sementara pemerintah daerah melakukan upaya-upaya
koordinatif, perusahaan-perusahaan industri menggerakkan klaster.

Lembaga-lembaga di tingkat nasional ataupun daerah, seperti penyelenggara pendidikan dan


kursus, lembaga penelitian, penyelenggara jasa transportasi dan teknologi, LSM, dll.
memberikan dukungan yang penting dalam perkembangan klaster. Lembaga-lembaga
tersebut bekerja secara kolaboratif dalam sebuah klaster terintegrasi.

Beberapa wilayah mungkin memiliki klaster industri dalam konteks yang sangat terbatas.
Klaster ini tidak digerakkan secara terkoordinasi oleh lembaga- lembaga pemerintah,
industri, dan pendidikan. Sebagai contoh ada industri khusus yang ditumbuhkan untuk
memfasilitasi layanan kepada industri-industri tertentu di daerah tersebut. Walaupun berbagai
lembaga mungkin saja terlibat dalam industri semacam ini, namun upaya-upaya tersebut
biasanya tidak sepenuhnya terkoordinasi dengan industri-industri atau dengan lembaga-
lembaga publik lainnya.

Strategi klaster industri tidak mengharuskan pemerintah menyediakan insentif khusus,


yang biasanya mengabaikan kepentingan pihak lain. Klaster didorong untuk menentukan
corak dan karakternya sendiri. Jika sebuah klaster dapat mengorganisasikan dirinya sendiri
dan menunjukkan nilai positif bagi ekonomi wilayah, maka pemerintah daerah dapat kemudian
bekerja sama dengan lembaga- lembaga pendidikan dan lembaga pendukung lainnya dalam
membangun klaster tersebut. Pada tahap ini pemerintah pusat baru perlu memberikan
dukungan yang diperlukan, misalnya insentif perpajakan, perijinan, dan kemudahan-
kemudahan lain.

5.1.2 Manfaat Kawasan Pengembangan Strategis


Kawasan pengembangan strategis berbasis klaster menawarkan berbagai keuntungan dan
peluang bagi perkembangan suatu wilayah. Keuntungan yang sangat nyata adalah
kemampuan pihak industri, pemerintah (khususnya pemerintah daerah), dan lembaga-
lembaga pendukung dalam bekerja sama memperkuat perekonomian wilayah. Hal ini
akan mengarah pada pemanfaatan sumber daya publik maupun swasta dan membantu
pemerintah daerah dalam membangun klaster-klaster yang dinamik dan kuat. Klaster-
klaster pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Strategi
klaster juga membantu pemerintah daerah mengatasi isu-isu krusial seperti keterbatasan

IV - 3
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

sumber daya manusia, masalah perencanaan dan pembangunan infrastruktur, dan


pembangunan sosial kemasyarakatan.

Peluang Yang Timbul dalam Kawasan Pengembangan Strategis


KPS menawarkan peluang-peluang penting bagi daerah yaitu berupa meningkatnya
hubungan antar sektor-sektor bisnis kunci. Daerah seringkali termotivasi atau dituntut
untuk mengadopsi strategi klaster industri akibat dari berbagai krisis: pengangguran tinggi,
resesi, stagnasi ekonomi, kemunduran sektor properti, atau matinya industri-industri kunci.
Namun, daerah juga dapat meraih berbagai peluang yang dihasilkan dari pendekatan
pengembangan kawasan berbasis klaster. Berikut ini adalah beberapa contoh tentang hal itu.
Pembangunan dan peningkatan infrastruktur seringkali memerlukan investasi dan
perencanaan dalam skala besar. Sumberdaya untuk hal itu seringkali tidak mencukupi. Strategi
klaster industri membantu daerah untuk mengatur tingkat prioritas investasi dan menjamin bahwa
infrastruktur yang dibangun dalam kawasan tersebut akan memberikan perolehan yang efektif
dan efisien. Sebagai contoh, jika klaster teknologi informasi dianggap sebagai sesuatu yang
penting bagi perekonomian suatu daerah, maka telekomunikasi dan SDM akan menjadi
investasi yang penting dan tepat dalam meningkatkan pertumbuhan kawasan itu. Senada
dengan hal itu, seandainya suatu klaster di wilayah perdesaan mengalami kesulitan
transportasi, maka pembangunan jalan raya akan menjadi prioritas untuk memfasilitasi distribusi
produk-produk industri di kawasan itu. Keuntungan yang akan diperoleh adalah terciptanya
industri yang lebih sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan perolehan pajak daerah
untuk kemudian oleh pemerintah daerah ybs. diinvestasikan pada peningkatan infrastruktur
wilayah lainnya.

Di beberapa wilayah, kekurangan SDM sering menghambat pertumbuhan industri. Masalah


ini dapat diatasi dengan melakukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan
industri, dengan cara melakukan berbagai pelatihan atau mempromosikan penelitian yang
akan meningkatkan produktivitas. Pekerja akan memperoleh manfaat dari meningkatnya
keahlian, dan upah yang dibayarkan akan meningkat seiring dengan meningkatnya
produktivitas pekerja.

Tentu masuk akal bagi wilayah perdesaan untuk lebih memfokuskan diri dengan
memperkuat industri yang sudah ada. Dengan pengembangan klaster yang kuat yang dapat
meningkatkan kolaborasi antara perusahaan dan koperasi, di satu sisi, dan pemerintah serta
lembaga pendidikan, di sisi lainnya, maka wilayah perdesaan dapat memperkuat
perekonomiannya sendiri. Pemerintah daerah dapat memperkuat industri yang sudah ada,
mengembangkan iklim bisnis yang menarik, dan meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan

IV - 4
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

mempertahankan basis ekonomi yang sudah kuat dan melakukan investasi pengembangan
SDM dalam skala yang lebih luas. Dalam klaster yang kuat, para pengusaha memiliki
keberanian untuk mengembangkan bisnisnya sendiri dan meninggalkan pekerjaannya di
perusahaan- perusahaan besar. Efek “menetes ke bawah” dari wiraswastawan-
wiraswastawan baru ini cenderung komplemen atau bahkan bersaing dengan perusahaan yang
sudah ada, yang pada gilirannya akan merangsang inovasi dan pertumbuhan klaster.

Para politisi, pengusaha, dan masyarakat sering berbicara tentang perlunya pemerintah yang
efisien, menghindari duplikasi layanan, dan menuntut pemerintah lebih responsif. Strategi
klaster industri memungkinkan pemerintah daerah untuk menyelaraskan target-target
pembangunan. Dengan mengembangkan kawasan strategis melalui pendekatan
klaster, pemerintah daerah dapat lebih mengkoordinasikan upaya pembangunan
ekonomi wilayahnya.

Dalam hal training, lembaga-lembaga pendidikan dapat bekerjasama dengan industri untuk
menggali kebutuhan-kebutuhan kunci, mengembangkan kurikulum, dan hasilnya disampaikan
kepada daerah yang membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap
pelatihan ini memang benar-benar ada karena berdasarkan kebutuhan nyata. Ini memberikan
keuntungan bagi pendidikan maupun industri dan pada sisi lain dapat menjamin peserta pelatihan
menerima keterampilan yang benar-benar dibutuhkan.

Pendekatan klaster juga menawarkan kepada industri untuk merambah pasar internasional
dan melakukan joint ventures. Industri yang telah mengekspor produknya atau bekerjasama
dengan perusahaan di luar negeri dapat membantu ‘membukakan pintu’ bagi anggota
klaster yang lain. Produk-produk komplementer mereka juga dapat dapat dipasarkan bersama-
sama. Perusahaan-perusahaan dalam suatu kawasan dapat membentuk joint ventures untuk
merambah pasar internasional atau dapat pula bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di
kawasan lain untuk membuat produk baru. Sebuah perusahaan yang terisolasi dan
hanya menggantungkan kepada pemerintah dalam hal ekspor tidak akan memperoleh
kesempatan sebesar yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan dalam kawasan yang
secara bersama-sama merambah pasar internasional. industri dan pada sisi lain dapat
menjamin peserta pelatihan menerima keterampilan yang benar-benar dibutuhkan.

5.1.3 Manfaat Bagi Ekonomi Wilayah


Strategi klaster merupakan sebuah strategi pembangunan ekonomi wilayah. Strategi ini
menyediakan cara yang terkoordinasi dan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Dengan memasukkan pendekatan klaster sebagai kunci dalam strategi
IV - 5
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

pembangunan ekonomi wilayah, maka pemerintah daerah akan mudah mengkoordinasikan,


menghindari layanan ganda, dan mengembangkan pendekatan yang lebih komprehensif
dalam pembangunan ekonomi wilayahnya. Di suatu daerah, berbagai dinas dan lembaga
dapat mengidentifikasi industri-industri kunci yang menjadi fokus perhatian mereka.
Sayangnya, setiap organisasi telah menyiapkan daftar mereka sendiri dalam hal jenis
industri, target-target yang hendak dicapai, dan kontak-kontak personal. Masing-masing
berjalan sendiri sehingga tidak dapat mengenyam manfaat yang diperoleh dari akumulasi
pengetahuan dari organisasi-organisasi lain. Pendekatan seperti ini tidak akan
meningkatkan sumberdaya dan keahlian.

Pendekatan klaster dan koordinasi yang diciptakannya juga membantu suatu industri dalam
menyusun prioritas dan menciptakan hubungan yang mapan dan konstruktif dengan
pemerintah daerah. Ini tidak berarti bahwa industri menyusun prioritas lalu meminta
pemerintah daerah untuk menanggulangi permasalahan mereka dan menyediakan dana.
Namun sebaliknya, industrilah yang mengambil inisiatif sementara pemerintah dan lembaga
pendidikan memainkan peran sebagai penyedia fasilitas dan dukungan. Hasilnya, pendekatan
klaster akan menumbuhkan iklim bisnis yang sehat. Kondisi ini akan membantu perusahaan
yang telah ada dan mengundang perusahaan-perusahaan baru.

Manfaat Bagi Pemerintah


Strategi pengembangan kawasan berbasis klaster industri memungkinkan pemerintah
daerah mengarahkan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien. Melakukan banyak
program yang hanya memenuhi kebutuhan satu atau dua perusahaan bagi pemerintah
adalah tidak adil, oleh sebab itu peran pemerintah daerah harus lebih difokuskan untuk
menyokong kebutuhan banyak perusahaan dengan kebutuhan yang mirip. Pendekatan
klaster industri memungkinkan pemerintah daerah untuk bekerja langsung dengan
industri-industri dan mengembangkan strategi dalam membangun ekonomi wilayah yang
berkelanjutan.

Dalam strategi klaster, pemerintah daerah tidak diarahkan untuk hanya mendukung
kebutuhan spesifik satu atau dua perusahaan, atau hanya sebagian saja dari klaster.
Namun sebaliknya, strategi ini menyediakan suatu kerangka bagi pemerintah daerah
dalam menyediakan layanan bagi keseluruhan klaster sehingga memberikan dampak
yang maksimal.

Manfaat Bagi Industri yang Sudah Mapan Maupun yang Baru Lahir Strategi klaster
industri menempatkan pentingnya kebutuhan industri atau klaster dan memfokuskan diri pada

IV - 6
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

sumberdaya publik dan swasta dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Klaster industri
mengidentifikasi kebutuhan utamanya sendiri, lalu bekerja sama dengan sektor publik dan
swasta untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan ini mungkin meliputi program
pelatihan khusus dari suatu universitas ataupun pembangunan infrastruktur telekomunikasi,
transportasi, dan kebutuhan lainnya.

Industri dan berbagai perusahaan juga memperoleh manfaat dari berbagai pertemuan atau
forum dalam kaitannya dengan pembahasan masalah tertentu. Ini akan menghemat waktu
dan biaya dalam kaitannya dengan proses identifikasi maupun kerjasama dengan
berbagai lembaga yang tepat. Jika strategi klaster industri telah menjadi bagian dari
kebijakan nasional, maka klaster-klaster tersebut akan memiliki suara yang kuat dalam
kaitannya dengan pembangunan nasional.

Manfaat lain yang akan diperoleh melalui strategi klaster industri yang efektif juga berasal
dari adanya partisipasi berbagai perusahaan dalam suatu klaster yang terorganisasi. Manfaat
tersebut meliputi:
• Akses terhadap SDM terampil (perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja terampil
dalam jumlah yang sangat besar yang tersedia di pasar)
• Akses terhadap pemasok handal (perusahaan dapat memiliki akses langsung kepada
para pemasok)
• Akses terhadap jaringan yang luas (perusahaan dalam klaster memiliki akses terhadap
arus informasi dan teknologi yang akan memicu inovasi).

Skala wilayah menjadi sangat penting. Perusahaan umumnya lebih menyukai lokasi yang
memiliki suplai yang baik atas tenaga kerja terampil (kualitas tinggi, produktivitas tinggi)
dibanding dengan prasyarat lain seperti pajak, misalnya. Suatu daerah yang memahami
kekuatan ini, dan mampu membuat kerangka kerja yang baik untuk bekerja dengan industri-
industri kunci, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan berbagai penyedia layanan lainnya, maka
daerah ini akan lebih berhasil dalam menciptakan industri-industri yang maju dan lebih
berhasil dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi penduduknya.

Manfaat Bagi Masyarakat


Dengan bekerja dalam klaster, organisasi-organisasi sosial akan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas melalui penyelenggaraan layanan yang ditujukan kepada
perusahaan-perusahaan dalam jumlah besar di dalam kawasan. Contohnya, organisasi
tersebut dapat lebih meningkatkan layanan kepada para pekerja industri dalam hal jasa
perawatan anak, transportasi, program kepemilikan rumah, ataupun program pelatihan.

IV - 7
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Dengan bekerja sama dengan klaster industri di kawasan itu, organisasi-organisasi tersebut
memiliki kemungkinan untuk membangun hubungan dengan industri yang pada
gilirannya justru akan memberikan wadah bagi program layanan mereka.

Organisasi kemasyarakatan juga dapat bekerja sama dengan industri dan lembaga-lembaga
publik dalam mengarahkan masyarakat menuju dunia kerja yang menjanjikan masa depan yang
lebih baik. Dengan memperhatikan kebutuhan klaster industri, organisasi kemasyarakatan
dapat mengembangkan program yang lebih luas yang melengkapi industri yang ada di
kawasan tersebut.

Komunitas perdesaan akan memperoleh manfaat dari strategi klaster industri dengan
membangun dan memperkuat industri kunci mereka sendiri. Industri- industri ekspor dapat
menggerakkan vitalitas kawasan tersebut dan memungkinkan berkembangnya berbagai
industri pendukung lainnya. Industri pendukung tersebut - restoran, toko, rumah sakit, dan
tempat-tempat rekreasi – memberi kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Klaster industri juga merupakan pilihan yang baik dalam membangun modal sosial (hubungan
sosial yang dapat meningkatkan produktivitas) di suatu daerah. Klaster yang diwakili oleh
industri, pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi lainnya akan bekerja bersama dalam
meningkatkan ekonomi. Hubungan sosial yang dibangun ini merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi kesuksesan ekonomi suatu daerah.

5.2 Konsep Pengembangan Agroindustri


5.2.1 PENGERTIAN AGROINDUSTRI
Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu
industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu
industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau
input dalam usaha pertanian.

Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan


hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta
jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan
hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input
pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian.
Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem)
agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian
(bahan makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung

IV - 8
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan
dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain.

Dari batasan diatas, agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi
industri hulu sektor pertanian sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah
industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana
produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan industri hilir
merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang
yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil
pertanian.

Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama


perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian
merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan
agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan
sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading
sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan
agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.

Strategi pengembangan agroindustri yang dapat ditempuh harus disesuaikan


dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Secara
umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ogroindustri adalah: (a) sifat
produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi
pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; (b)
sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh
kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak
terjamin; (c) kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada
umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik
didalam negeri maupun di pasar internasional; dan (d) sebagian besar industri berskala
kecil dengan teknologi yang rendah.

Efek multiplier yang ditimbulkan dari pengembangan agroindustri meliputi semua


industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan karena karakteristik
dari agroindustri yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri lainnya, antara
lain: (a) memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri
hilir, (b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui, (c) mampu
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar internasional maupun di

IV - 9
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

pasar domestik, (d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, (e) produk
agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar khususnya pasar
domestik.

Jadi, secara garis besar agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yang
meliputi: pertama, agroindustri pengolahan hasil pertanian; kedua, agroindustri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian; ketiga, agroindustri input pertanian
(pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan keempet, agroindustri jasa sektor
pertanian (supporting services).

5.2.2 AGROINDUSTRI HASIL PERTANIAN


Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri, yang
mengolah bahan baku yang bersumber dari tanaman, binatang dan ikan. Pengolahan
yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan
melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan distribusi.
Pengolahan dapat berupa pengolahan sederhana seperti pembersihan, pemilihan
(grading), pengepakan atau dapat pula berupa pegolahan yang lebih canggih,
seperti penggilingan (milling), penepungan (powdering), ekstraksi dan penyulingan
(extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning)
dan proses pabrikasi lainnya.

Dengan perkataan lain, pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan operasi
terhadap terhadap suatu bahan mentah untuk dirubah bentuknya dan atau
komposisinya. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri pengolahan hasil
pertanian berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau pengguna
hasil agroindustri. Dengan demikian dari uraian diatas menunjukan bahwa
Agroindustri pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) dapat
meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau
digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya saing, dan (d) menambah
pendapatan dan keuntungan produsen.

Menurut Austin (1992), agroindustri hasil pertanian mampu memberikan sumbangan


yang sangat nyata bagi pembangunan di kebanyakan negara berkembang karena
empat alasan, yaitu:
Pertama, agroindustri hasil pertanian adalah pintu untuk sektor pertanian.
Agroindustri melakukan transformasi bahan mentah dari pertanian termasuk

IV - 10
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

transformasi produk subsisten menjadi produk akhir untuk konsumen. Ini berarti
bahwa suatu negara tidak dapat sepenuhnya menggunakan sumber daya
agronomis tanpa pengembangan agroindustri. Disatu sisi, permintaan terhadap jasa
pengolahan akan meningkat sejalan dengan peningkatan produksi pertanian.

Di sisi lain, agroindustri tidak hanya bersifat reaktif tetapi juga menimbulkan
permintaan ke belakang, yaitu peningkatan permintaan jumlah dan ragam produksi
pertanian. Akibat dari permintaan ke belakang ini adalah: (a) petani terdorong
untuk mengadopsi teknologi baru agar produktivitas meningkat, (b) akibat
selanjutnya produksi pertanian dan pendapatan petani meningkat, dan (c)
memperluas pengembangan prasarana (jalan, listrik, dan lain-lain).

Kedua, agroindustri hasil pertanian sebagai dasar sektor manufaktur. Transformasi


penting lainnya dalam agroindustri kemudian terjadi karena permintaan terhadap
makanan olahan semakin beragam seiring dengan pendapatan masyarakat dan
urbanisasi yang meningkat. Indicator penting lainnya tentang pentingnya agroindustri
dalam sector manufaktur adalah kemampuan menciptakan kesempatan kerja. Di
Amerika Serikat misalnya, sementara usahatani hanya melibatkan 2 persen dari
angkatan kerja, agroindustri melibatkan 27 persen dari angkatan kerja.

Ketiga, agroindustri pengolahan hasil pertanian menghasilkan komoditas ekspor


penting. Produk agroindustri, termasuk produk dari proses sederhana seperti
pengeringan, mendomonasi ekspor kebanyakan negara berkembang sehingga
menambah perolehan devisa. Nilai tambah produk agroindustri cenderung lebih
tinggi dari nilai tambah produk manufaktur lainnya yang diekspor karena produk
manufaktur lainnya sering tergantung pada komponen impor. Keempat, agroindustri
pangan merupakan sumber penting nutrisi.

Agroindustri dapat menghemat biaya dengan mengurangi kehilangan produksi pasca


panen dan menjadikan mata rantai pemasaran bahan makanan juga dapat memberikan
keuntungan nutrisi dan kesehatan dari makanan yang dipasok kalau pengolahan tersebut
dirancang dengan baik.

5.2.3 KARAKTERISTIK AGROINDUSTRI

IV - 11
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Sebelum mengembangkan agroindustri pemilihan jenis agroindustri merupakan


keputusan yang paling menentukan keberhasilan dan keberlanjutan agroindustri
yang akan dikembangkan. Pilihan tersebut ditentukan oleh kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi pada tiga komponen dasar agroindustri, yaitu
pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran.

Pemasaran biasanya merupakan titik awal dalam analisis proyek agroindustri.


Analisis pemasaran mengkaji lingkungan eksternal atau respon terhadap produk
agroindustri yang akan ditetapkan dengan melakukan karakteristik konsumen,
pengaruh kebijaksanaan pemerintah dan pasar internasional.

Kelangsungan agroindustri ditentukan pula oleh kemampuan dalam pengadaan bahan


baku. Tetapi pengadaan bahan baku jangan sampai merupakan isu yang dominan
sementara pemasaran dipandang sebagai isu kedua, karena baik pemasaran
maupun pengadaan bahan baku secara bersama menentukan keberhasilan
agroindustri. Tetapi karena pengkajian agronomi memerlukan waktu dan sumberdaya
yang cukup banyak maka identifikasi kebutuhan pasar sering dilakukan terlebih
dahulu. Alasan lain adalah karena lahan dapat digunakan untuk berbagai tanaman atau
ternak, sementara pengkajian pemasaran dapat memilih berbagai alternatif tanaman
atau ternak.

Karakteristik agroindustri yang menonjol sebenarnya adalah adanya ketergantungan


antar elemen-elemen agroindustri, yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan, dan
pemasaran produk. Agroindustri harus dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari
empat keterkaitan sebagai berikut:
(a) Keterkaitan mata rantai produksi, adalah keterkaitan antara tahapan-tahapan
operasional mulai dari arus bahan baku pertanian sampai ke prosesing dan kemudian ke
konsumen.
(b) Keterkaitan kebijaksanaan makro-mikro, adalah keterkaitan berupa pengaruh
kebijakan makro pemerintah terhadap kinerja agroindustri.
(c) Keterkaitan kelembagaan, adalah hubungan antar berbagai jenis organisasi yang
beroperasi dan berinteraksi dengan mata rantai produksi agroindustri.
(d) Keterkaitan internasional, adalah kesaling ketergantungan antara pasar nasional
dan pasar internasional dimana agroindustri berfungsi.
Pengelolaan agroindustri dapat dikatakan unik, karena bahan bakunya yang berasal dari
pertanian (tanaman, hewan, ikan) mempunyai tiga karakteristik, yaitu musiman
(seasonality), mudah rusak (perishabelity), dan beragam (variability).

IV - 12
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Tiga karakteristik lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah: Pertama, karena
komponen biaya bahan baku umumnya merupakan komponen terbesar dalam
agroindustri maka operasi mendatangkan bahan baku sangat menentukan operasi
perusahaan agroindustri. Ketidakpastian produksi pertanian dapat menyebabkan
ketidakstabilan harga bahan baku sehingga merumitkan pendanaan dan
pengelolaan modal kerja. Kedua, karena banyak produk-produk agroindustri
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau merupakan komoditas penting bagi
perekonomian suatu negara maka perhatian dan keterlibatan pemerintah dalam
kegiatan agroindustri sering terlalu tinggi. Ketiga, karena suatu produk agroindustri
mungkin diproduksi oleh beberapa negara maka agroindustrilokal terkait ke pasar
internasional sebagai pasar alternatif untuk bahan baku, impor bersaing, dan
peluang ekspor. Fluktuasi harga komoditas yang tinggi di pasar internasional
memperbesar ketidakpastian finansial disisi input dan output.

Salah satu permasalahan yang timbul akibat sifat karakteristik bahan bakuagroindustri
dari pertanian adalah tidak kontinyunya pasokan bahan baku, sehingga seringkali
terjadi kesenjangan antara ketersediaan bahan baku dengan produksi dalam kegiatan
agroindustri (idle investment). Sebagai salah satu contoh pada tahun 1986 dari 6 janis
kegiatan agroindustri terjadi idle investment sekitar 20–60 persen dengan urutan
agroindustri adalah marganire, minyak kelapa, makanan ternak, dan pengolahan ikan
(Soekartawi, 1991).

5.2.4 TEKNIS PENGOLAHAN AGROINDUSTRI HASIL PERTANIAN


Pemahaman tentang komponen-komponen pengolahan memerlukan pemahaman
fungsi-fungsinya. Dari segi teknis, tiga tujuan pengolahan agroindustri adalah merubah
bahan baku menjadi mudah diangkut, diterima konsumen, dan tahan lama.

Fungsi pengolahan harus pula dipahami sebagai kegiatan strategis yang menambah
nilai dalam mata rantai produksi dan menciptakan keunggulan kompetitif. Sasaran-
sasaran ini dicapai dengan merancang dan mengoperasikan kegiatan pengolahan yang
hemat biaya atau dengan meragamkan produk. Fungsi teknis pengolahan seharusnya
dipandang dari perspektif strategis tersebut.
Dengan demikian manfaat agroindustri adalah merubah bentuk dari satu jenis
produk menjadi bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen, terjadinya
perubahan fungsi waktu, yang tadinya komoditas pertanian yang perishable menjadi

IV - 13
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

tahan disimpan lebih lama, dan meningkatkan kualitas dari produk itu sendiri,
sehingga meningkatkan harga dan nilai tambah.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Soekartawi (1991), bahwa agroindustri
dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen, dan meningkatkan
pendapatan. Yang perlu diperhatikan adalah penyebaran marjin dari meningkatnya nilai
tambah tersebut antar mata rantai pemasaran. Untuk itu, diperlukan kebijaksanaan
yang dapat menditribusikan manfaat dari terjadinya peningkatan nilai tambah tersebut.

5.3 Konsep Pengembangan Local Economic Development


5.3.1 Paradigma Pembangunan
Strategi dan paradigma dalam pengembangan ekonomi yang memandang sumber daya
alam yang melimpah menjadikan faktor keunggulan kompetitif sudah tidak mungkin lagi
kita aplikasikan, hal ini dikarenakan sudah terjadi pergeseran nilai yang memungkinkan
kita untuk tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara terusmenerus dan berlebihan
tanpa adanya upaya-upaya efesiensi dan peningkatan sumber daya manusia yang dapat
dihandalkan.

Dengan adanya deregulasi perdagangan bebas dunia yang akan melanda seluruh aspek
kehidupan masyarakat di tahun-tahun kedepan, sudah pantas pemerintah merubah
haluan dalam menerbitkan kebijakan untuk menumbuhkan ekonomi yang berpihak
kepada masyarakat melalui pengembangan ekonomi kerakyatan. Merubah paradigma
pengembangan ekonomi dari keunggulan komperatif kepada keunggulan kompetitif dari
pengembangan sumber daya manusia, pengunaan teknologi dan informasi serta
menumbuhkan sektor usaha kecil menengah terutama yang dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi di pedesaan.

Sudah adanya arah kebijakan Pemerintah Pusat untuk pengembangan kearah terciptanya
situasi dan kondisi yang kondusif dari pemberdayaan usaha kecil dan masyarakat
dipedesaan melalui program-program pemberian bantuan terhadap masyarakat
dipedesaan, tanpa melakukan kajian diagnosis terlebih dahulu terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Kesemua program itu
masih bersifat top-down, melihat permasalahan bukan dari sisi masyakat, sehingga tidak
tepat sasaran.
Dalam pengembangan ekonomi kerakyatan, masyarakat bukan diposisikan sebagai objek
akan tetapi bersama-sama dengan masyarakat memikirkan dan melihat potensi dan

IV - 14
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

kekurangan yang ada pada masyakat tersebut, sehingga suatu program pembinaan itu
muncul bersifat button-up.

5.3.2 Local Economic Development (LED) : Strategi Komplementer dari


Pembangunan Ekononomi Nasional
Local Economic Development (LED) merupakan upaya dalam meningkatkan
perekonomian kerakyatan, yang dilakukan secara partisipatif dari masyarakat, yang
memandang seluruh aspek dan potensi yang ada pada mereka untuk dikembangkan,
sehingga mampu kreatif dan mandiri. Sifat dari LED itu sendiri button up, berkelanjutan,
adanya stakeholder yakni Pemerintah, Masyarakat, Dunia Swasta sebagai driven
(penghela), Lembaga Penelitian (Universitas), Lembaga Keuangan dan Lembag Swadaya
Masyarakat. Adanya keterkaitan komponen-komponen tersebut yang merupakan penentu
dalam keberhasilan pengembangan LED adalah : bagaimana sumber daya alam (potensi
sumber alam), bagaimana sumber daya manusianya, bagaimana kesiapan lembaga
keuangan masyarakat, bagaimana struktur pembiayaan yang ada, bagaimana
infrastruktur ekonomi dan bagaimana dengan kesiapan fasilitator, dan bagaimana
komtmen dan dedikasi program yang dimunculkan untuk pengembangan ekonomi
masyarakat tersebut.

5.3.3 Kerangka dan Tahapan Pelaksanaan


Kerangka dari pelaksanaan LED mengacu pada tiga aspek yang merupakan faktor
penentu dalam menciptakan : peluang ekonomi yang terjadi pada
masyarakat,pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penciptaan kesejahteraan ekonomi
masyarakat yang kesemuanya itu akan bermuara pada penciptaan keberdayaan
masyarakat, masyarakat yang tangguh, mandiri dan aktif dalam mencari inovasi dan
pemecahan solusi yang mereka hadapi.
Ketiga aspek dalam kerangka pelaksanaan LED adalah :
a. Potensi keunggulan wilayah
b. Potensi sumber daya masyarakat
c. Infrastruktur ekonomi yang tersedia

Dari ketiga aspek ini perlu dilakukan kajian, analisis dan diagnosa, sehingga terlihat
hubungan interaktif, tergambar kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan, yang perlu
digali secara bersama-sama dengan masyarakat dan melibatkan stakeholder yang
nantinya terlbat dalam pelaksanaan LED ini.

IV - 15
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran
Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Sawahlunto

Tahapan pelaksanaan LED dapat dibagi atas beberapa phase yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yaitu :
a. Phase Diagnosis
Dalam phase ini perlu dilakukan diagnosis perhadap penentuan potensi dan keunggulan
wilayah (SDA) dengan melibatkan masyarakat, agar masyarakat tumbuh kesadaran akan
potensi yang ada pada wilayah mereka, sehingga muncul kesadaran dan
kepedulian (partisipatif). Dilakukan diagnosis terhadap kompetensi sumber daya
manusianya, dengan melakukan dialog dan rembuk dengan masyarakat, sehingga
memunculkan kesadaran akan kekurangan dan mau tetap bertumbuh dari apa-apa yang
mereka punyai, terutama mau berubah dari keterampilan yang mereka miliki selama ini
dari segi pola usaha tani yang turun temurun. Diagnosis terhadap infrastruktur ekonomi
yang ada yang dapat diakses oleh masyarakat, sehingga dapat bedidikasi terhadap
pengembangan LED.
b. Phase Perumusan Visi
Membangun komunikasi yang konstruktif dengan semua stakeholder untuk merumuskan
visi bersama.
c. Phase Sosialisasi
Membangun LED sebagai suatu kebutuhan bersama masyarakat dan muncul
kesepakatan oleh masyarakat secara musyawarah.
d. Phase Operasional
Melibatkan semua unsur stakeholder, melakukan hal-hal yang bersifat strategis dan
stimulus dan komitmen dari seluruh stakeholder yang terlibat.

IV - 16
Perencanaan Kawasan Kampung Produktif Desa Balai Batu Sandaran

Anda mungkin juga menyukai