- Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :
Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.
Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.
Diet Protein Rendah III : 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat
lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein yang rendah dapat ditingkatkan
- Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria,
- Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5
ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).
- Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,
vitamin D.
D. Rekomendasi Diet bagi Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisa
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang baik, sumbernya antara lain:
Buah-buahan, roti, biji-bijian, dan sayuran. Makanan ini memberikan energi, serta
serat, mineral, dan vitamin.
Permen, gula, madu, dan jelly. Jika diperlukan bisa mengkonsumsi makanan
penutup berkalori tinggi seperti kue, selama tetap membatasi makanan penutup
yang dibuat dari coklat, kacang, atau pisang.
2. Lemak
Lemak bisa menjadi sumber kalori yang baik. Pastikan untuk menggunakan
monounsaturated dan polyunsaturated lemak, sumbernya dari minyak zaitun, minyak
canola, dan minyak safflower untuk melindungi kesehatan jantung.
3. Protein
Diet rendah protein dapat membantu sebelum pasien mendapatkan terapi dialisis.
Dokter atau ahli gizi mungkin merekomendasikan diet moderat protein (1 gram protein
per kilogram berat badan per hari). Setelah pasien mulai dialisis, maka akan perlu
makan lebih banyak protein. Diet tinggi protein dengan ikan, unggas, atau telur setiap
kali makan mungkin disarankan. Ini akan membantu pasien untuk mengganti otot dan
jaringan lain yang hilang. Orang-orang yang menjalani dialisis harus makan 8-10 ons
makanan tinggi protein setiap hari. Dokter, ahli gizi, atau perawat akan menyarankan
menambahkan putih telur, telur bubuk putih, atau bubuk protein.
4. Kalsium dan Fosfor
Mineral kalsium dan fosfor sebaiknya rutin diperiksa. Bahkan pada tahap awal penyakit
gagal ginjal kronis, tingkat fosfor dalam darah bisa terlalu tinggi. Hal ini dapat
menyebabkan:
Kalsium rendah.
Hal ini menyebabkan tubuh untuk menarik kalsium dari tulang, sehingga membuat
tulang menjadi lebih lemah.
Gatal
Pasien perlu membatasi makanan yang mengandung sejumlah besar fosfor. Makanan
ini termasuk susu, yogurt, dan keju. Beberapa makanan susu yang rendah fosfor,
termasuk margarin, mentega, krim keju, krim kental, keju ricotta, keju brie, serbat, dan
topping whipped nondairy.
Buah-buahan dan sayuran mengandung hanya sejumlah kecil fosfor, tetapi
mengandung banyak kalium. Pasien perlu untuk mengkonsumsi suplemen kalsium
untuk mencegah penyakit tulang, dan vitamin D untuk mengontrol keseimbangan
kalsium dan fosfor dalam tubuh Anda.
5. Cairan
Pada tahap awal gagal ginjal, pasien tidak perlu membatasi cairan yang diminum.
Namun, ketika kondisi semakin buruk, atau ketika sedang menjalani dialisis, pasien
sangat perlu untuk mengontrol jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Di antara
sesi dialisis, cairan dapat menumpuk dalam tubuh. Terlalu banyak cairan akan
menyebabkan sesak napas, sebuah keadaan darurat yang memerlukan perhatian
medis segera. Dokter dan perawat dialisis selalu menjelaskan berapa banyak cairan
yang boleh diminum oleh pasien hemodialisa setiap harinya. Ahli gizi akan
menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak air,
seperti sup, es krim, anggur, melon, selada, tomat, dan seledri.
Tips untuk menghindari haus berlebih meliputi:
Hindari makanan asin
Membekukan jus di nampan es batu dan makan seperti es krim (pasien tetap
harus menghitung es batu tersebut dalam jumlah batas cairan)
Hindari keluar rumah saat cuaca panas
Berat badan yang meningkat secara tiba-tiba bisa berarti pasien minum terlalu banyak
cairan. Untuk pasien dialisis, komplikasi akibat kelebihan cairan antara lain:
Tekanan darah tinggi
Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (umumnya terjadi selama hemodialisis)
Sesak napas (dan dalam beberapa kasus, akibat adanya cairan di paru-paru)
Masalah jantung, yang dapat mencakup denyut jantung cepat, otot-otot jantung
melemah dan pembesaran jantung / jantung bengkak.
6. Natrium / Sodium
Mengurangi natrium dalam diet akan membantu pasien untuk mengontrol tekanan
darah tinggi. Hal ini juga menjauhkan pasien dari rasa haus, dan mencegah
penumpukan cairan di dalam tubuh. Pasien perlu mengurangi natrium dalam diet,
caranya antara lain:
Periksa semua label makanan untuk melihat berapa banyak garam atau natrium
yang terkandung di dalam makanan tersebut. Carilah produk dengan natrium
kurang dari 100 mg garam per porsi.
Jangan menggunakan garam saat memasak, gunakan rempah lain yang aman
untuk menambah rasa makanan.
Jangan menggunakan pengganti garam karena mengandung kalium. Orang
dengan penyakit gagal ginjal kronis juga perlu membatasi kalium.
7. Potassium / Kalium
Tingkat kalium yang normal dapat membantu menjaga jantung Anda berdetak terus.
Namun, terlalu banyak kalium dapat menumpuk di dalam tuubh bila ginjal tidak lagi
berfungsi dengan baik. Kalium ditemukan di banyak kelompok makanan, termasuk
buah-buahan dan sayuran. Memilih makanan yang tepat dari masing-masing
kelompok makanan dapat membantu mengontrol kadar kalium.
Ketika makan buah-buahan:
Pilih buah persik, anggur, pir, ceri, apel, berry, nanas, dan plum
Pantangan: Batasi atau hindari jeruk dan jus jeruk, nektarin, Kiwi, kismis, pisang,
melon, dan nektarin
Dharma, Wongso Yudi. 2015. Diet dan Pantangan Makanan Penderita Gagal Ginjal
Kronis. (online). http://www.nlm.nih.gov, diakses pada 11 Maret 2016.
Dharma, Wongso Yudi. 2015. Membatasi Asupan Cairan bagi Penderita Penyakit Gagal
Ginjal. (online). http://www.nlm.nih.gov, diakses pada 11 Maret 2016.
Muttaqin, A., & Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S., & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K SM, Setiati S,
editors: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5nd ed. Jakarta: Interna Publishing;
2009.p.1035-40.