MATRIKULASI PROGRAM B
NIM : 17502090911045
2017
I. Definisi
II. Etiologi
a. Kebiasaan merokok
Merokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara pisiologis rokok
berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan
metaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan. Juga dapat menyebabkan
bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan
pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
b. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalah zat
pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,
aldehid dan ozon.
c. Riwayat infeksi saluran nafas
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitis
koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis koronis
disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudaian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
d. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
III. Epidemiologi
Menurut Badan Statistik Kesehatan Dunia yang keluarkan oleh WHO
tahun 2008, PPOK diperkirakan menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun
2030 dan angka kecacatan karena PPOK akan meningkat dari urutan ke 9
menjadi urutan ke 5 pada tahun 2020 (Marieadelaid e, 2009). Pada tahun 2015
PPOK merupakan penyebab kematian ke-4 di dunia (Decramer et al, 2015).
Hasil RISKESDAS (2013) menyatakan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia
sebesar 3,7%. Prevalensi PPOK di Indonesia tidak terlalu tinggi. Prevalensi
PPOK diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan peningkatan usia
harapan hidup penduduk dunia, pergeseran pola dari penyakit infeksi ke
penyakit degeneratif serta meningkatnya kebiasaan merokok dan polusi udara
(Tjahjono, 2011). Menurut data RISKESDAS (2013) terjadi peningkatan
prevalensi perilaku merokok yaitu dari 34,2% tahun 2007 menjadi 38,3% PADA
tahun 2013. Harminto (2004) menyatakan bahwa 53% pasien merupakan
bekas perokok, 29% pasien perokok berat dan 17% pasien tidak pernah
merokok.
IV. Klasifikasi
2. PPOK Sedang
Gejala klinis:
– Dengan atau tanpa batuk
– Dengan atau tanpa produksi sputum.
– Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri:
– VEP1 / KVP < 70% atau
– 50% < VEP1 < 80% prediksi.
3. PPOK Berat
Gejala klinis:
– Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
– Eksaserbasi lebih sering terjadi
– Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
– VEP1 / KVP < 70%,
– VEP1 < 30% prediksi atau
– VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan
analisa gas darah, dengan kriteria:
– Hipoksemia dengan normokapnia atau
– Hipoksemia dengan hiperkapnia
V. Patofisiologi
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada COPD
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya
suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru. Terjadinya
peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan peningkatan formasi
folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas
mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil
berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi,
yang meningkat sesuai berat sakit. Dalam keadaan normal radikal bebas dan
antioksidan berada dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi gangguan
keseimbangan maka akan terjadi kerusakan di paru. Radikal bebas mempunyai
peranan besar menimbulkan kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai
macam penyakit paru. Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress
oksidan, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid.
Peroksidasi lipid selanjutnya akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi.
Proses inflamasi akan mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut
akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti
interleukin 8 dan leukotrien B4,tumuor necrosis factor(TNF),monocyte
chemotactic peptide(MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS). Faktor- faktor
tersebut akan merangsang neutrofil melepaskan protease yang akan merusak
jaringan ikat parenkim paru sehingga timbul kerusakan dinding alveolar dan
hipersekresi mukus. Rangsangan sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya
limfosit CD8,selanjutnya terjadi kerusakan seperti proses inflamasi. Pada
keadaan normal terdapat keseimbangan antara oksidan dan antioksidan.
Enzim NADPH yang ada dipermukaan makrofagdan neutrofil 9 akan
mentransfer satu elektron ke molekul oksigen menjadi anion super oksida
dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat hidrogen peroksida (H2O2)
yang toksik akan diubah menjadi OH dengan menerima elektron dari ion feri
menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan diubah menjadi anion hipohalida
(HOCl). Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat
menginduksi batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah
terinfeksi. Penurunan fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur
saluran napas. Kerusakan struktur berupa destruksi alveolI yang menuju ke
arah emfisema karena produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit
dan polusi dan asap rokok.
Pathway
Defisiensi alfa
Hiperplasia kelenjar Stess Oksidan -1 antitripsin
mukoa bronkus dan
metaplasia skuamus
epitel sal.napas Peroksidasi Lipid
Penurunan
serin protease
Kerusakan sel dan inhibitor
Bronkokonstriksi inflamasi
dan restriksi
pembukan jalan
napas Aktifkan sel
makrofag alveolar
Peningkatan kerja
Faktor kemotaktik
otot pernapasan
neutrofil dilepas
Neutrofil lepaskan
Sesak napas protease
Jaringan parenkim
Ketidakefektifan
paru rusak
pola napas
Kerusakan dinding
alveolar
Penurunan napsu
Hiperseksresi mukus makan, anoreksia,
Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan nutrisi kurang dari
bersihan jalan napas kebutuhan tubuh
VI. Manifestasi klinik
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien COPD adalah sesak
napas. Sesak napas juga biasanya menjadi keluhan utama pada pasien COPD
karena terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak napas biasanya
menjadi komplain ketika FEV1 <60% prediksi. Pasien biasanya mendefinisikan
sesak napas sebagai peningkatan usaha untuk bernapas, rasa berat saat
bernapas, gasping, dan air hunger. Batuk bisa muncul secara hilang timbul,
tapi biasanya batuk kronis adalah gejala awal perkembangan COPD. Gejala ini
juga biasanya merupakan gejala klinis yang pertama kali disadari oleh pasien.
Batuk kronis pada COPD bisa juga muncul tanpa adanya dahak.
IX. Referensi