Dosen:
Diki Surya Irawan, S.T., M.Si.
Disusun oleh:
Wildan Kusuma Ramadhan 1162005004
Adalah benar disusun oleh saya dan belum pernah di buat dan diserahkan sebelumnya
baik sebagian ataupun seluruhnya baik oleh kami maupun orang lain,baik di Universitas Bakrie
maupun Institut pendidikan lainnya.
Mahasiswa,
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah Rekayasa Sistem Penyaluran Air Limbah
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya
dan hanya atas kehendak-Nya penulisan laporan ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan
tugas besar ini.
Laporan disusun untuk memenuhi tugas besar Mata Kuliah Rekayasa Sistem Penyaluran
Air Limbah. Melalui laporan Tugas Besar ini, diharapkan penulis dapat lebih memahami
bagaimana merancang sistem penyaluran air limbah.
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak khususnya dosen, teman-teman
dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam
menyusun laporan tugas besar ini. Kritik dan saran penulis butuhkan, sebagai sarana perbaikan
pada diri penulis sendiri dan menjadikan penulis menjadi lebih baik dalam pembuatan laporan
berikutnya. Semoga laporan ini dapat menjadi tambahan wawasan dan informasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
iii
3.3.4.1 Fasilitas Pendidikan ............................................................................ 29
3.3.7 Alternatif Jalur Penyaluran Air Buangan dan Pemilihan Alternatif ............. 34
iv
4.2.11 Diameter Teoritis Pipa Riol Major....................................................... 38
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk
Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga Kecamatan Panga ………….. 21
Tabel 3.9 Nilai Faktor Korelasi dan Standar Deviasi Setiap Metode…………………….. 27
Tabel 3.10 Proyeksi Jumlah Penduduk Sampai Tahun 2038 ………………………….. ... 28
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan
pemukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama. Air limbah ini berasal dari air bekas memasak, mandi, cuci dan kakus. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah domestik adalah
sumber utama pencemar badan air di daerah perkotaan. Sistem pengelolaan lingkungan secara
baik dan terpadu merupakan upaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan pengelolaan yang
dilakukan secara baik dan teratur dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal.
Air limbah yang dihasilkan dari rumah tangga banyak mengandung bahan organik yang
dicirikan dengan tingginya nilai BOD (Biological Oxygen Demand) pada air yang tercemari
limbah. Air limbah domestik dari rumah tangga tanpa akses terhadap bangunan pengolahan
merupakan sumber pencemaran utama di perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang
serius pada lingkungan karena dapat dengan mudah masuk ke badan air ataupun meresap ke
badan tanah (Wardhana, 2004).
Masuknya air limbah domestik ke lingkungan tanpa diolah akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air di badan penerima air, seperti sungai. Hal ini akan menyebabkan
beberapa masalah, seperti kerusakan keseimbangan ekologi di aliran sungai, masalah kesehatan
penduduk yang memaanfaatkan air sungai secara langsung sehingga dapat menurunkan derajat
kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air (seperti
disentri dan kolera per 1000 orang). Dampak lain yang ditimbulkan dari limbah domestik adalah
indeks kematian anak di bawah lima tahun (Under 5 mortality Rates) per 1000 kelahiran yang
juga merupakan salah satu indikasi yang memperlihatkan kondisi higienis.
Salah satu kesepakatan MDG adalah memastikan keberlanjutan lingkungan hidup,
dengan target "Penurunan sebesar 50% proporsi penduduk tanpa akses pada sumber air
minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi yang layak pada tahun
2015". Indonesia ikut serta dalam kesepakatan MDG, maka diperlukan strategi pengelolaan
limbah cair domestik Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan dan juga untuk dapat
mencapai target dalam pembangunan nasional.
1
Menurut Kasnodihardjo (1997), secara umum pengelolaan air limbah yang dihasilkan
oleh rumah tangga, industri kecil, maupun sumber-sumber lainnya penanganannya masih
konvensional. Kondisi saat ini menggambarkan bahwa hampir semua rumah tangga langsung
membuang air limbah grey water ke halaman rumahnya maupun ke saluran lingkungan,
sedangkan untuk black water dilakukan dengan sistem pengelolaan setempat. Belum adanya
strategi pengelolaan air limbah domestik, rendahnya partisipasi dan akses masyarakat terhadap
pengelolaan air limbah domestik yang layak dan aman, perilaku masyarakat yang membuang
air limbah mereka tanpa didahului dengan pengolahan, tidak tersedianya regulasi lokal yang
mengatur pengelolaan air limbah domestik permukiman, serta tidak adanya struktur yang
khusus mengelola air limbah domestik pada intansi teknis yang ditugaskan untuk menangani
pengelolaan sanitasi yang menyebabkan pengelolaan air limbah domestik belum tertangani
secara baik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Karakter kimiawi
Secara kimiawi buangan limbah cair penting untuk dianalisis, karena adanya zat –
zat atau unsure – unsur yang terkandung didalamnya. Zat-zat yang dimaksud adalah,
senyawa organic, senyawa anorganik, dan gas – gas yang dihasilkan dan terkandung dalam
limbah cair.
3. Karakteristik bakteriologis
Karakteristik bakteriologis umumnya didominasi buangan dari aktifitas manusia
berupa feses dan urine. Dimana didalam kedua buangan tersebut terkandung dalam buangan
limbah cair rumah tangga. Dalam buangan limbah cair umunya di kenal tiga kelompok
organisme penting yaitu protista, kelompok tumbuh – tumbuhan dan kelompok hewan.
1. Gangguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan air. Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan
beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsum sinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat
menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain)
5
2.6 Pengelolaan Limbah Cair
Dalam limbah domestik, terdapat dua cara penanganan, yaitu sistem terpusat (off
site) dan sistem setempat (on site).
6
pada daerah yang tidak ada riol kota. Untuk meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat maka jenis yang baik untuk digunakan adalah tangki septik (septic
tank). Tetapi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah masih menggunakan
sistem limbah sederhana yaitu cubluk.(Anonim, 1999).
2. Bulat telur
Bentuk saluran ini biasa dipakai pada kondisi debit tidak konstan dengan saluran
tertutup dimana:
Kondisi kecepatan maksimum tercapai saat d = 0,89D
Kondisi debit maksimum tercapai saat d = 0,94D
Umumnya pipa bulat telur ini digunakan untuk pipa lateral, cabang, dan induk
7
2.8 Sistem Pengaliran Air Limbah
Sistem penyaluran limbah dipengaruhi oleh letak dan topografi daerah yang
dilayani. Berdasarkan sistem pengalirannya penyaluran air limbah dibagi menjadi 3,
yaitu :
1. Sistem gravitasi, sistem ini digunakan bila badan air berada di bawah elevasi daerah
penyerapan dan memberikan energi potensial yang tinggi terhadap daerah
pelayanan terjauh.
2. Sistem Pemompaan, sistem pemompaan digunakan apabila elevasi badan air
diatas elevasi daerah pelayanan.
3. Sistem kombinasi, sistem kombinasi digunakan apabila air limbah dari daerah
pelayanan dialirkan kebangunan pengolahan dengan bantuan pompa /reservoir.
9
Pembenaman lajur riol gedung pada lantai dasar, biasanya pada kedalaman ≥
0,45 m, diameter 100 mm, kemiringan 2 % atau lebih untuk pipa kasar (clay pipe) dan
pendek, 1 % atau lebih untuk pipa halus-panjang (PVC).
3. Pipa Retikulasi
10
1) Diameter pipa lateral adalah 200 mm
2) Pada awal pipa lateral, kedalaman air (d) < 0,6 kali diameternya
3) Pada hilir alirannya, kedalaman maksimum sebesar 0,8 kali
diameternya (Hardjosuprapto, 2000 : 15).
4. Pipa Mayor
Riol mayor dimulai dari percabangan lajur-lajur pipa lateral pada suatu
manhole pertemuan. Sistem jaringan riol mayor terdiri dari pipa riol cabang dan riol
induk utama (main/trunk sewer), dengan klas order sesuai dengan besar kecilnya
sistem jaringan dalam daerah pelayanannya. (Hardjosuprapto, 2000 : 18).
11
Pada saluran lurus, manholes dapat dipasang setiap jarak tertentu,
sesuai dengan ukuran diameternya. Berikut adalah Tabel 2.4 perletakan
manhole menurut diameter saluran :
Tabel 2.1 Jarak Antar Manhole
Diameter (mm) Jarak antara manhole (m)
<200 50 – 100
Sumber : Materi Training Proyek PLP Sektor Air Limbah, DPU 1986
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah melakukan
pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole.
Tabel 2.2 Diameter Manhole Menurut Kedalaman
Kedalaman (m) Diameter (m)
<0,8 0,75
>2,5 – 1,8
Sumber : Materi Training Proyek PLP Sektor Air Limbah, DPU 1986
2. Drop Manhole
Drop manhole berfungsi sama dengan manhole tetapi pemakaiannya
berbeda. Drop manhole dipakai untuk pertemuan saluran yang mempunyai
perbedaan ketinggian relatif besar 60-90 cm. Tujuan pemasangan drop
manhole adalah untuk mencegah semburan (splashing) air limbah yang dapat
merusak.
12
3. Clean Out
Terminal Clean-Out adalah bangunan yang berfungsi sebagai berikut :
a. Lubang tempat penyisipan alat pembersih ke dalam saluran
b.Pipa tempat penggelontoran saluran, yaitu dengan memasukkan air
dari ujung bagian atas terminal clean out.
Bangunan ini terdiri dari pipa dengan diameter tertentu yang sesuai
dengan diameter saluran, dan disambungkan vertikal dengan menggunakan
Y connection dan bend kemudian bagian atasnya ditutup dengan frame yang
terbuat dari besi tuang.
4. Bangunan Penggelontor
Bangunan penggelontor adalah bangunan yang dapat mengumpulkan air
dan dilengkapi dengan peralatan untuk keperluan penggelontoran yang dapat
bekerja secara otomatis atau manual. Air untuk keperluan penggelontoran dapat
berasal dari PAM, penggelontor, yaitu jernih, tidak mengandung partikel padat
atau kotoran dan tidak bersifat asam atau basa. Pada waktu penggelontoran harus
diperhitungkan kecepatan gelombang aliran penggelontoran yang aman
terhadap pipa sehingga dapat dicegah pukulan air yang besar terhadap pipa atau
terjadinya “water hammer”.
5. Transition dan Junction
Transition adalah tempat terjadinya perubahan diameter saluran
(membesar atau mengecil). Sedangkan junction adalah tempat penggabungan
beberapa buah saluran. Pada pipa transition dan junction terjadi kehilangan
energi yang cukup besar, karena itu dalam perencanaan perlu diperhatikan:
a. Pembuatan dinding harus selicin mungkin
b. Pada junction diusahakan kecepatan aliran seragam dan perubahan
arah aliran tidak terlalu tajam
c. Harus ada manhole untuk pemeriksaan
13
Debit rata-rata air limbah domestik adalah total rata-rata keseluruhan debit air llimbah
yang dihasilkan dari kegiatan penduduk dalam 1000 jiwa penduduk.
Qpermukiman = (60 - 80%) × Qair minum
𝑸 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒊𝒎𝒂𝒏
Qrata-rata = ∑𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒋𝒊𝒘𝒂
Keterangan
Qair minum = pemakaian air minum (L/org/hr)
Qpermukiman = debit air limbah domestik (L/org/hr)
14
Keterangan
Qmd = Debit hari maksimum (L/dtk)
Fmd = Faktor hari maksimum (1,15 – 1,5)
QR = Debit rata-rata (L/dtk)
15
2.18 Debit Perencanaan
Dalam desain penyaluran dan instalasi pengolahan air limbah, debit perencanaan
merupakan akumulasi dari debit puncak dan debit infiltrasi.
Qdesain = Qpeak + Qinfiltrasi
16
BAB III
17
Gambar 3.1 Batas Wilayah Administratif Kabupaten Aceh Jaya
(Peta Tematik Indonesia)
Jumlah Fasilitas
Fasilitas Pendidikan
Pendidikan (unit)
TK 6
SD 7
SMP 3
SMA 1
SMK 1
RA 2
MI 3
MA 2
Pondok Pesantren 1
TPA 29
PAUD 20
MTs 2
PT 0
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Jaya
19
3.1.4.2 Fasilitas Kesehatan
Kegiatan yang berlangsung di Kecamatan Panga didukung oleh fasilitas
perkotaan berskala kabupaten, salah satunya adalah fasilitas kesehatan yang
memadai. Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Panga dapat dilihat pada
Tabel 3.3
Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kecamatan Panga
Jumlah Fasilitas
Fasilitas Kesehatan
Kesehatan (unit)
Posyandu 2
Polindes 8
Pustu 1
Poliklinik 0
Puskesmas 1
RS Bersalin 0
Apotek 0
Toko Obat 1
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Jaya
3.1.4.3 Fasilitas Peribadatan
Masyarakat di Provinsi Aceh merupakan masyarakat yang masih
memegang teguh adat dan istidat setempat. Ini bisa dilihat dari kebudayaan
masyarakat disana yang masih menggunakan metode musyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi serta fasilitas peribadatan yang juga
sekaligus tempat umtuk bermusyawarah tersebut dinamakan meunasah. Jumlah
fasilitas peribadatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kecamatan Panga
Masjid 8
Meunasah 31
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Jaya
3.1.4.4 Fasilitas Perniagaan
Keberadaan fasilitas perniagaan (perdagangan dan jasa) menjadi
indikator pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Panga. Jumlah fasilitas
perniagaan di Kecamatan Panga dapat dilihat pada Tabel 3.5
20
Tabel 3.5 Jumlah Fasilitas Perniagaan Kecamatan Panga
Jumlah Fasilitas
Fasilitas Perniagaan Perniagaan
(unit)
Kelompok
1
Pertokoan
Pasar 1
Kios 4
Bank 0
Minimarket 1
SPBU 1
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Jaya
3.1.4.5 Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga
Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga digunakan sebagai penunjang
kehidupan masyarakat di Kecamatan Ngamprah. Jumlah fasilitas tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga Kecamatan Panga
Fasilitas Jumlah Fasilitas
Umum, Umum, Rekreasi
Rekreasi dan dan Olahraga
Olahraga (unit)
Sanggar 18
Gor 0
Hotel 0
Wisata 0
Kantor 0
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Jaya
3.1.4.6 Fasilitas Transportasi
Fasilitas transportasi yang tersedia di Kecamatan Panga masih sangat
minim. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiadaan fasilitas transportasi berupa
terminal bus di Kecamatan Panga.
21
Tabel 3.7 Jumlah Kegiatan Industri Kecamatan Panga
Jumlah Kegiatan
Kegiatan Industri
Industri (unit)
22
ditetapkan periode perencanaan selama 20 tahun, dimulai dari tahun 2018 hingga tahun
2038.
Keterangan:
yi = Jumlah penduduk pada tahun ke-i
ui = Variabel pengali
x = Periode tahun antara tahun proyeksi dan tahun saat ui = 0
23
Keterangan:
yn = Jumlah penduduk pada data akhir
x = Periode antara tahun proyeksi dan tahun data akhir
g = Rata-rata pertambahan penduduk tahunan
y -y
= akhir data awal data
jumlah data
3. Metode Geometrik
Metode ini digunakan jika data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang
pesat dari tahun ke tahun.
Rumus metode ini adalah:
x
y = yn (1+r )
(t)
1
y n
r = n -1
yo
Keterangan:
y(t) = Proyeksi jumlah penduduk pada tahun tertentu
yn = Jumlah penduduk pada data akhir
x = Periode antara tahun proyeksi dan tahun data akhir
r = Laju pertambahan penduduk
n = Jumlah data
24
5. Metode Eksponensial
Metode ini dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
bx
y=a e n
1
ln a = ln y -b x
N
N x ln y - x ln y
b=
2
N x - x
2
6. Metode Logaritmik
Metode ini dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut:
y = a+b lnx
1
a= y - b ln x
N
N y ln x - y ln x
b=
2 2
N ln x - ln x
7. MetodeLogaritmik (MetodePearl)
Metode ini berlaku pada data jumlah penduduk sebanyak tiga tahun dengan periode
yang sama antar tahun yang berdekatan. Persamaan yang digunakan adalah:
L=
2y y y - y2 y + y
0 1 2 1 0 2
2
y y -y
0 2 1
m=
L - y 0
y
0
n=
1
ln
y L - y
0 1
t
1 y L - y
1 0
Persamaan umumnya ialah :
L L
y = =
(t) 1+m exp n.t 1+exp (ln m+n.t)
25
diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada dengan data
penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.
Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
2 SSE
R =1-
SST
2
2 Pn - P
R =1-
2
Pn -Pr
Keterangan:
R2 = Faktor korelasi
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Pr = Rata-rata jumlah penduduk dari data yang diketahui
P = Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan perhitungan metode regresi yang
dilakukan
Kriteria korelasi adalah sebagai berikut:
1. r<0, korelasi kuat, tetapi bernilai negative dan hubungan di antara kedua variable
berbanding terbalik.
2. r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
3. r>1, korelasi kuat, bernilai positif dan hubungan di antara kedua variabel ber-
banding lurus.
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
1
2 2
P - P 2 - Pn - P
n
n
STD =
n
Keterangan:
STD = Standar deviasi dari data yang diketahui
n = Jumlah data yang diketahui
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi
terendah dan koefisien korelasi terbesar. Pola perkembangan kota sesuai dengan
fungsi kota di masa mendatang, juga dijadikan acuan dalam menentukan metode
proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota menunjukkan pertambahan penduduk
di masa men-datang.
26
3.3.3 Pemilihan Proyeksi Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Panga dilakukan dengan menganalisis
data tahun 2018 hingga 2038 menggunakan proyeksi 4 metode yaitu metode aritmatik,
metode geometrik, metode least square, dan metode regresi linear. Data penduduk yang
dianalisis menghasilkan persamaan matematis yang akan digunakan sebagai persamaan
utama untuk memproyeksikan jumlah penduduk di periode perencanaan.
Setelah mendapatkan persamaan matematis, kemudian melakukan perhitungan nilai
faktor korelasi (R) dan standar deviasi (STD). Nilai faktor korelasi (R) dan standar deviasi
(STD) dari tiap-tiap metode dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Persamaan Proyeksi Jumlah Penduduk Berdasarkan Metode
Metode R A B Persamaan
y(t) = a + bx
∑
Least Square 0.694394 7200 265.7429 a=
∑
b =∑
Aritmatik 0.921492 - - y(t) = yn + g.x
y(t) = yn (1 + r)x
Geometri 0.953946 - -
r= −1
y(t) = a + bx
∑ ∑ ∑ ∑( )
a= ∑
∑
Regresi Linear 0.992199 155.02 6424.9
∑( ) ∑ ∑
b= (∑ )
∑
Tabel 3.9 Nilai Faktor Korelasi dan Standar Deviasi setiap Metode
Metode Koef. Korelasi (R) Standar Deviasi
Least Suare 0.694394443 273.681682
Aritmatik 0.921491725 110.1376792
Geometrik 0.953945783 114.090322
Ragresi Linier 0.992198704 917.110688
Sumber : Hasil analisa, 2019
27
Berdasarkan Tabel 3.9. dapat diketahui bahwa nilai faktor korelasi (R) yang paling
mendekati 1 dan standar deviasi (STD) dengan nilai terkecil dimiliki oleh metode Regresi
Linear. Maka terpilihlah metode Regresi Linear sebagai metode yang digunakan untuk
proyeksi penduduk Kecamatan Panga pada periode perencanaan karena metode inilah yang
paling memenuhi kriteria nilai faktor korelasi (R) dan standar deviasi (STD) dibandingkan
dengan metode proyeksi lainnya. Hasil Proyeksi jumlah Penduduk dari tahun 2018 sampai
2038. Dapat dilihat pada Tabel 3.10
Tabel 3.10 Proyeksi Jumlah Penduduk Sampai Tahun 2038
Tahun Proyeksi
2019 7975
2020 8130
2021 8285
2022 8440
2023 8595
2024 8750
2025 8905
2026 9060
2027 9215
2028 9370
2029 9525
2030 9680
2031 9835
2032 9990
2033 10145
2034 10300
2035 10455
2036 10610
2037 10765
2038 10920
Sumber : Hasil analisa, 2019
28
data-data daerah dari statistik Kecamatan Panga serta penduduk pendukung jiwa yang
telah ditetapkan pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan. Dari data statistik Kecamatan Panga dalam angka, didapat
beberapa jenis fasilitas perkotaan yaitu pendidikan, kesehatan, peribadatan, perniagaan,
umum, rekreasi dan olahraga, industri, serta transportasi.
3.3.4.1 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Panga terdiri dari
jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), serta Perguruan Tinggi (PT). Proyeksi jumlah fasilitas pendidikan di
Kecamatan Panga pada periode perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.11
Tabel 3.11 Proyeksi Fasilitas Pendidikan
Jumlah Fasilitas (Tahun)
Nama Fasilitas Penduduk Pendukung Jiwa
2018 2028 2038
TK 1000 6 7 8
SD 1600 7 7 8
SMP 4800 3 3 4
SMA 4800 1 1 2
SMK 4800 5 1 1
PT 70000 0 2 3
RA 1000 2 3 4
MI 1600 3 3 4
MTs 4800 2 2 3
MA 4800 2 2 3
Pondok Pesantren 4800 1 3 4
TPA 1000 29 31 32
PAUD 1000 20 20 20
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.4.2 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Panga terdiri dari Klinik, Rumah Sakit (RS),
Posyandu, Poskesdes, Rumah Bersalin, dan Puskesmas. Proyeksi jumlah fasilitas
kesehatan di Kecamatan Panga dapat dilihat pada Tabel 3.12.
29
Tabel 3.12 Proyeksi Fasilitas Kesehatan
Jumlah Fasilitas (Tahun)
Nama Fasilitas Penduduk Pendukung Jiwa
2018 2028 2038
Posyandu 30000 2 2 2
Polindes 240000 8 8 8
Pustu 30000 1 1 1
Poliklinik 30000 0 0 0
Puskesmas 30000 1 1 1
Rumkit Bersalin 30000 0 0 0
Apotek 10000 0 0 0
Toko Obat 10000 1 1 1
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.4.3 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan di Kecamatan Panga terdiri dari Gereja dan Masjid, namun
hingga saat ini fasilitas peribadatan di Kecamatan Panga masih didominasi oleh Masjid
dikarenakan faktor jumlah penduduk berdasarkan agama yang masih sangat
mendominasi. Proyeksi jumlah fasilitas peribadatan di Kecamatan Panga dapat dilihat
pada Tabel 3.13
Tabel 3.13 Proyeksi Fasilitas Peribadatan
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas
Pendukung Jiwa 2018 2028 2038
Masjid 30000 8 14 20
Meunasah 250 31 31 32
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.4.4 Fasilitas Perniagaan
Fasilitas perniagaan di Kecamatan Panga terdiri dari fasilitas mendasar yang
menjadi pendukung jual-beli penduduk di Kecamatan Panga yaitu pasar, toko, bank,
restoran dan SPBU. Proyeksi jumlah fasilitas perniagaan di Kecamatan Panga pada
periode perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.14
Tabel 3.14 Proyeksi Fasilitas Perniagaan
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas
Pendukung Jiwa 2018 2028 2038
Kelompok
6000 1 2 2
Pertokoan
Pasar 3000 1 7 13
Kios 250 4 4 4
Bank 120000 0 0 1
30
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas 2018 2028 2038
Pendukung Jiwa
Mini Market 6000 1 2 2
SPBU 3000 1 1 1
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.4.5 Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga
Fasilitas umum, rekreasi, dan olahraga di Kecamatan Panga terdiri atas kantor,
gelanggang olahraga (GOR), hotel, serta wisata yang di dalamnya terdapat objek
wisata alam dan objek wisata buatan. Jumlah proyeksi fasilitas umum, rekreasi, dan
olahraga ditunjukkan pada Tabel 3.15
Tabel 3.15 Proyeksi Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas
Pendukung Jiwa 2018 2028 2038
Sanggar 30000 18 18 18
Gor 30000 0 0 0
Hotel 30000 0 0 0
Wisata 30000 0 0 0
Kantor 30000 0 0 0
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.4.6 Fasilitas Industri
Fasilitas industri di Kecamatan Panga terbagi menjadi dua yaitu industri kecil
serta industri sedang dan besar. Proyeksi jumlah fasilitas industri di Kecamatan Panga
pada periode perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.16
Tabel 3.16 Proyeksi Fasilitas Industri
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas
Pendukung Jiwa 2018 2028 2038
Kecil 10000 145 145 145
Besar & sedang 10000 0 0 0
Sumber : Hasil analisa, 2019
31
Tabel 3.17 Proyeksi Fasilitas Transportasi
Penduduk Jumlah Fasilitas
Nama Fasilitas
Pendukung Jiwa 2018 2028 2038
Terminal Bus 30000 0 0 0
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.5 Proyeksi Debit Air Bersih
Dalam memproyeksikan debit air buangan, maka harus diketahui terlebih dahulu
penggunaan air bersih pada suatu daerah. Rekapitulasi kebutuhan air terlayani di Kecamatan
Panga pada periode perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.18
Tabel 3.18 Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani di Kecamatan Panga
Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani di Kecamatan Panga
Kebutuhan Tahun 2018 Tahun 2028 Tahun 2038
Domestik (L/detik) 5.24 6.29 7.33
Nondomestik (L/detik) 3.86 4.12 4.42
Total I 9.10 10.41 11.75
Keperluan Umum Kota
Hidran Kebakaran (10%) (L/detik) 0.91 1.04 1.18
Tata Kota (5%) (L/detik) 0.46 0.52 0.59
Total II 10.47 11.98 13.52
Tingkat Pelayanan (%) 30 50 70
Total III 3.14 5.99 9.46
Tingkat Kehilangan Air (%) 17.5% 17.5% 17.5%
Kehilangan Air (L/detik) 0.55 1.05 1.66
Jumlah Air Diproduksi (L/detik) 11.02 13.02 15.17
Debit Maksimum Harian (fm=1.2) (L/detik) 13.22 15.63 18.21
Debit Maksimum Harian (fm=1.2) m³/hari 1142.26 1350.21 1573.09
Debit Jam Puncak (fp=1.8) (L/detik) 19.83 23.44 27.31
Sumber : Hasil analisa, 2019
32
Tabel 3.19 Rekapitulasi Air Buangan
Kebutuhan Tahun 2018 Tahun 2028 Tahun 2038
Debit air bersih 13.22 15.63 18.21
Debit air buangan 10.576 12.504 14.568
Debit rata-rata 1.36 1.33 1.33
Penduduk Ekivalen 7.8 9.37 10.92
Debit Minimum 4.2304 5.0016 5.8272
Debit Infiltrasi 2.1152 2.5008 2.9136
Debit Infiltrasi Saluran 0 0 0
Debit Harian Maksimum 10.16401845 10.00853789 10.0054945
Debit Puncak 12.27921845 12.50933789 12.9190945
Debit Perencanaan 14.39441845 15.01013789 15.8326945
Sumber : Hasil analisa, 2019
3.3.6 Proyeksi Debit Air Kotor
Proyeksi debit air buangan dibutuhkan untuk mengetahui banyaknya debit air yang
dibuang ke dalam saluran dari air limbah domestik agar dapat diketahui diameter yang akan
direncanakan. Proyeksi debit air buangan di Kecamatan Panga dapat dilihat pada Tabel 3.20
Tabel 3.20 Proyeksi Debit Air Buangan Jalur Alternatif II
Panjang Total 3 2
Banyak Cleanout 2 3
Banyak Manhole 2 3
Slope 1 2
Total 11 12
Sumber : Hasil analisa, 2019
Keterangan :
3 : Terbaik
2 : Baik
1 : Cukup
34
BAB IV
PENENTUAN DIMENSI JARINGAN PIPA DAN BANGUNAN PELENGKAP
Data yang diperlukan untuk mendesain sebuah tangki interseptor untuk daerah perumahan
adalah:
Tangki berbentuk empat persegi panjang dengan Panjang 2,5 meter dan Lebar 1 meter
35
Perhitungan:
Th = 1,53 ǹ log (p x q)
2. Volume tangki
Vh = 10-3 (p x q) Th
VL = 40 x 10-3 (P x N)
VL = 40 x 10-3 (5 x 3) = 0,6 m3
4. Kedalaman lumpur
HL= = .
= 0.4 m
5. Kedalaman busa
.
Hb= .
per 1 m3 air buangan
.
Hb= .
x 96 x 5 x 10-3 = 0.0768
Htot = H + freeboard
Htot = 1,16 + 0,3 = 1,19 m
36
4.2 Perhitungan Dimensi Jaringan Pipa
Pada masing-masing segmen akan dilakukan untuk menentukan dimensi riol mayor
pada masing-masing segmen. Pada perhitungan ini digunakan segmen B dari titik 6 titik 7
sebagai contoh perhitungan.
Rumus:
= 985 m
Rumus:
= 1.1 x 985 m
= 1083 m
= 80% x 0.0016
= 0.0013 m3/s
38
= ((Qdesain x koef. Manning) / (0.321 x slope pipa0.5))0.375
= ((0.0060 x 0.015) / / (0.321 x 0.00050.5))0.375
= 199.14 mm 200 mm (diameter pasaran)
4.2.12 Vfull
Rumus:
= ((1 / koef. Manning) x ((Dpasaran / 1000) / 4) 0.67) x slope pipa0.5
= ((1 / 0.015) x ((200/ 1000) / 4) 0.67) x 0.00050.5
= 0.19 m3/s
4.2.13 Qfull
Rumus:
= 0.25 x 3.14 x ((Dpasaran / 1000)2) x Vfull
= 0.25 x 3.14 x ((200/ 1000)2) x 0.19
= 0.006 m3/s
4.2.14 Qd/Qf = 0.99
4.2.15 d/D = 0.62
4.2.16 Vp/Vf = 1.08
4.2.17 Elevasi Puncak Pipa
= 8.8 m
= 9.3 - 0.2
= 9.1 m
= 8.8 – 0.2
= 8.6 m
39
4.2.19 Tinggi Galian
= 10.5 – 9.1
= 1.4 m
= 10 – 8.6
= 1.4 m
Rumus:
= 0.8 m
Rumus:
= 1103 m3.
40
4.2.23 Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
TITIK
SEGMEN BLOK BLOK KUMULATIF
DARI KE
1 2 A1 A1
A 2 3 A2 A1,A2
3 4 M2 A1,A2,M2,A3
5 6 B1 B1
B 6 7 B2 B1,B2,B3
7 8 B3 B1,B2,B3,B4
9 20 C1 C1
10 11 SKL1 SKL1
11 12 SKL2 SKL1, SKL2
12 13 SKL3 SKL1, SKL2, SKL3
13 IPAL SKL4 SKL1, SKL2, SKL3, SKL4
C 14 IPAL PAL1 PAL1
15 14 PKS1 PKS1, PAL1
16 15 MAS1 MAS1, PKS1, PAL1
17 16 PK1 PK1, MAS1, PKS1, PAL1
18 17 MB1 MB1, PK1, MAS1, PKS1, PAL1
19 18 C2 C2, MB1
21 23 D1 D1
22 23 D2 D1, D2, D4
D
24 20 D3 D3, MB2
23 20 D4 D1, D2, D4, MB2
E 26 25 E1 MB3, E1
Sumber : Hasil analisa, 2019
41
Tabel 4.2 Lanjutan Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
Penduduk
L Leq L Kumulatif H1 H2 Luas Block Penduduk Kumulatif Kumulatif
Jiwa Jiwa (/1000)
771 848 848 20 15 3.4 465 465 0.465
227 250 1097 15 13 3.6 470 935 0.935
649 714 1811 13 11 3.35 450 1385 1.385
776 854 854 11 10.5 3.3 440 440 0.440
985 1083 1937 10.5 10 3.2 420 860 0.860
1587 1746 3683 10 12 3 400 1260 1.260
210 231 231 9 8 3.25 425 1685 1.685
55 61 291 11 10 0.05 200 1885 1.885
56 62 353 10 9 0.05 240 2125 2.125
110 121 474 8 7 0.05 275 2400 2.400
225 248 721 7 6 0.05 285 2685 2.685
73 80 802 6.2 6 0.05 150 2835 2.835
65 72 873 6.4 6.2 0.05 175 3010 3.010
56 62 935 6.6 6.4 0.05 175 3185 3.185
48 53 988 7 6.6 0.05 250 3435 3.435
79 87 1075 8 7 0.05 200 3635 3.635
766 843 1917 11 8 3.25 435 4070 4.070
277 305 305 11 10 3.6 474 474 0.474
838 922 1227 11 10 3.62 475 949 0.949
733 806 2033 9 11 3.37 455 1404 1.404
208 229 2262 10 11 3.8 480 1884 1.884
968 1065 1065 9 8 3.4 465 465 0.465
Sumber : Hasil analisa, 2019
42
Tabel 4.3 Lanjutan Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
Qam
Qam Kumulatif ΔHt St Sp
Dom NonDom Total Fp
L/hari (m3/detik) L/s (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) m m/m m/m
6403 0.00007 1 0.0010 0.00107 0.0011 5 0.006 0.006 2.0
6472 0.00007 1.5 0.0015 0.00157 0.0026 2 0.008 0.008 2.0
6197 0.00007 0.5 0.0005 0.00057 0.0032 2 0.003 0.003 1.9
6059 0.00007 1 0.0010 0.00107 0.0011 0.5 0.001 0.001 2.1
5783 0.00007 0.5 0.0005 0.00057 0.0016 0.5 0.0005 0.0005 2.0
5508 0.00006 2 0.0020 0.00206 0.0037 -2 -0.001 0.001 1.9
5852 0.00007 2.5 0.0025 0.00257 0.0026 1 0.004 0.004 1.8
2754 0.00003 2 0.0020 0.00203 0.0046 1 0.017 0.017 1.8
3305 0.00004 1 0.0010 0.00104 0.0056 1 0.016 0.016 1.8
3787 0.00004 0.5 0.0005 0.00054 0.0062 1 0.008 0.008 1.7
3924 0.00005 3 0.0030 0.00305 0.0092 1 0.004 0.004 1.7
2066 0.00002 2.5 0.0025 0.00252 0.0118 0.2 0.002 0.002 1.7
2410 0.00003 1 0.0010 0.00103 0.0128 0.2 0.003 0.003 1.7
2410 0.00003 0.5 0.0005 0.00053 0.0133 0.2 0.003 0.003 1.7
3443 0.00004 1.5 0.0015 0.00154 0.0148 0.4 0.008 0.008 1.6
2754 0.00003 2 0.0020 0.00203 0.0169 1 0.012 0.012 1.6
5990 0.00007 1.5 0.0015 0.00157 0.0184 3 0.004 0.004 1.6
6524 0.00008 1 0.0010 0.00108 0.0011 1 0.003 0.003 2.0
6541 0.00008 0.5 0.0005 0.00058 0.0017 1 0.001 0.001 2.0
6265 0.00007 1 0.0010 0.00107 0.0027 -2 -0.002 0.002 1.9
6610 0.00008 0 0.0000 0.00008 0.0028 -1 -0.004 0.004 1.8
6403 0.00007 1.5 0.0015 0.00157 0.0016 1 0.001 0.001 2.0
Sumber : Hasil analisa, 2019
43
Tabel 4.4 Lanjutan Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
diameter
Qr air buangan Qmd Qinf Qpeak Qdesain
n pipa teoritis pasaran
(m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) (m3/detik) mm mm
0.0009 0.0013 0.0017 0.0026 0.0043 0.015 109.011 110
0.0021 0.0032 0.0005 0.0062 0.0067 0.015 121.416 125
0.0026 0.0039 0.0014 0.0073 0.0087 0.015 162.938 180
0.0009 0.0013 0.0017 0.0026 0.0043 0.015 168.212 180
0.0013 0.0020 0.0022 0.0039 0.0060 0.015 199.142 200
0.0030 0.0044 0.0035 0.0085 0.0120 0.015 216.909 225
0.0021 0.0031 0.0005 0.0057 0.0061 0.015 131.637 140
0.0037 0.0055 0.0001 0.0100 0.0101 0.015 123.594 140
0.0045 0.0068 0.0001 0.0121 0.0122 0.015 132.865 140
0.0049 0.0074 0.0002 0.0130 0.0132 0.015 155.434 160
0.0074 0.0111 0.0005 0.0190 0.0195 0.015 205.617 225
0.0094 0.0141 0.0002 0.0239 0.0241 0.015 243.843 250
0.0102 0.0153 0.0001 0.0257 0.0259 0.015 245.065 250
0.0106 0.0160 0.0001 0.0265 0.0266 0.015 240.872 250
0.0119 0.0178 0.0001 0.0291 0.0292 0.015 212.792 225
0.0135 0.0203 0.0002 0.0327 0.0329 0.015 205.653 225
0.0148 0.0221 0.0017 0.0349 0.0366 0.015 266.628 280
0.0009 0.0013 0.0006 0.0026 0.0032 0.015 109.211 110
0.0013 0.0020 0.0018 0.0039 0.0057 0.015 166.233 180
0.0022 0.0033 0.0016 0.0062 0.0078 0.015 159.655 160
0.0022 0.0034 0.0005 0.0061 0.0066 0.015 134.691 160
0.0013 0.0019 0.0021 0.0039 0.0060 0.015 173.767 180
Sumber : Hasil analisa, 2019
44
Tabel 4.5 Lanjutan Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
Vfull Qfull Vp P1 P2
Qd/Qf d/D Vp/Vfull B1 B2
m/detik (m3/detik) m/detik m m
0.47 0.00443 0.97768 0.59 1.12 0.52245 18.8 13.8 18.7 13.7
0.59 0.00726 0.92675 0.63 1.09 0.64543 13.8 11.8 13.7 11.7
0.45 0.01136 0.76794 0.75 1.13 0.50454 11.8 9.8 11.6 9.6
0.20 0.00519 0.83602 0.42 0.92 0.18779 9.8 9.3 9.6 9.1
0.19 0.0061 0.9901 0.62 1.08 0.20994 9.3 8.8 9.1 8.6
0.33 0.01317 0.90834 0.66 1.1 0.36441 8.8 6.8 8.6 6.6
0.47 0.00722 0.84982 0.6 1.07 0.50235 7.8 6.8 7.7 6.7
0.92 0.01411 0.7183 0.48 0.98 0.89874 9.8 8.8 9.7 8.7
0.91 0.01398 0.87112 0.77 1.15 1.04519 8.8 7.8 8.7 7.7
0.71 0.01425 0.9271 0.49 0.99 0.70176 6.8 5.8 6.6 5.6
0.62 0.02472 0.78764 0.48 0.98 0.60967 5.8 4.8 5.6 4.6
0.52 0.02571 0.93708 0.67 1.15 0.60258 5.0 4.8 4.8 4.6
0.56 0.02724 0.94966 0.49 0.99 0.54974 5.2 5.0 5.0 4.8
0.60 0.02935 0.90695 0.44 0.96 0.57433 5.4 5.2 5.2 5.0
0.85 0.03385 0.86309 0.5 1.96 1.66965 5.8 5.4 5.6 5.2
1.05 0.04172 0.78801 0.29 0.77 0.80842 6.8 5.8 6.6 5.6
0.68 0.04158 0.87899 0.48 0.98 0.66214 9.8 6.8 9.5 6.5
0.35 0.00331 0.98249 0.34 0.83 0.28881 9.8 8.8 9.7 8.7
0.28 0.00707 0.81005 0.57 1.05 0.29169 9.8 8.8 9.6 8.6
0.39 0.0078 0.99577 0.62 1.03 0.39999 7.8 5.8 7.6 5.6
0.52 0.01036 0.63276 0.72 0.95 0.48972 8.8 7.8 8.6 7.6
0.26 0.00657 0.91168 0.41 0.89 0.23004 7.8 6.8 7.6 6.6
Sumber : Hasil analisa, 2019
45
Tabel 4.6 Lanjutan Rekapitulasi Perhitungan Jaringan Dimensi Pipa
G1 G2 dG LG VG
Cleanout Manhole
M m m m m3
1.31 1.31 0.0 0.7 671 1 1
1.325 1.33 0.0 0.7 207 1 1
1.38 1.38 0.0 0.8 689 1 2
1.38 1.38 0.0 0.8 825 0 1
1.4 1.40 0.0 0.8 1103 1 1
1.425 5.43 -4.0 0.8 4552 0 2
1.34 1.34 0.0 0.7 200 1 1
1.34 1.34 0.0 0.7 52 1 0
1.34 1.34 0.0 0.7 53 1 0
1.36 1.36 0.0 0.7 111 0 0
1.425 1.43 0.0 0.8 269 0 1
1.45 1.45 0.0 0.9 93 1 1
1.45 1.45 0.0 0.9 82 0 0
1.45 1.45 0.0 0.9 71 0 0
1.425 1.43 0.0 0.8 57 0 0
1.425 1.43 0.0 0.8 94 0 0
1.48 1.48 0.0 0.9 1043 1 2
1.31 1.31 0.0 0.7 241 1 1
1.38 1.38 0.0 0.8 890 1 1
1.36 5.36 -4.0 0.7 1823 1 1
1.36 3.36 -2.0 0.7 363 0 1
1.38 1.38 0.0 0.8 1029 2 1
Sumber : Hasil analisa, 2019
4.3 Bangunan Pelengkap
Terdapat tiga macam sambungan halaman yaitu Tipe A-450, Tipe B-900 dan
Tipe C.
1. Tipe A-450
Pipa dari septic tank disambungkan dengan pipa 450 menuju saluran Small Bore.
Tipe ini digunakan jika kedalaman saluran > 1,4 m dan jarak dari tangki ke saluran > 3
m.
46
2. Tipe B-900
Pipa dari septic tank disambungkan dengan pipa 900 menuju saluran small bore.
Tipe ini digunakan jika kedalaman saluran > 1,4 m dan jarak dari tangki ke saluran < 3
m.
3. Tipe C
Clean out direncanakan dipasang pada setiap node, kecuali node-node yang telah
menggunakan manhole. Clean out ini digunakan untuk memasukkan alat pembersih
pada ujung alat pipa pembersih pada pipa servis atau lateral dan sebagai tempat
pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan. Hanya saja karena sistem yang
digunakan adalah small bore sewer maka tidak perlu digunakan air penggelontor, karena
sistem ini tidak membawa padatan yang memerlukan air penggelontor untuk mencegah
pemampatan saluran.
1. Awal saluran.
2. Bila ada perubahan arah saluran.
3. Pertemuan saluran (perempatan,pertigaan).
4. Setiap jarak 150-200 m pada pipa lurus.
4.3.3 Manhole
48
itu digunakan clean out. Hal ini untuk menghemat biaya mengingat harga manhole yang mahal,
selain itu manhole dapat menyebabkan masuknya pasir dan infiltrasi air.
Tabel 4.7 Perhitungan Manhole
Diameter
Titik Tipe
Teoritis Pasaran
Manhole
Dari Ke Mm mm
1 2 109.0107 110 A
2 3 121.4156 125 A
3 4 162.9384 180 A
5 6 168.2121 180 A
6 7 199.1419 200 A
7 8 216.9094 225 A
9 20 131.6373 140 A
10 11 123.5937 140 A
11 12 132.8652 140 A
12 13 155.4342 160 A
13 IPAL 205.6171 225 A
14 IPAL 243.8426 250 A
15 14 245.0647 250 A
16 15 240.8724 250 A
17 16 212.7923 225 A
18 17 205.6525 225 A
19 18 266.6277 280 A
21 23 109.2115 110 A
22 23 166.233 180 A
24 20 159.6549 160 A
23 20 134.6906 160 A
26 25 173.7668 180 A
Sumber : Hasil analisa, 2019
49
BAB V
PENUTUP
Dari hasil perencanaan dan perhitungan Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah yang
telah dikerjakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Daerah Perencanaan yaitu kawasan kumuh Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya
2. Proyeksi Penduduk yang digunakan yaitu pada tahun 2018 sebanyak 7804 jiwa, 2028
sebanyak 9370 jiwa dan tahun 2038 sebanyak 10920 jiwa
3. Proyeksi Debit Air Minum dan Proyeksi Air Buangan yaitu, Debit Air Minum tahun
2018 13.22 L/s, tahun 2028 15.63 L/s dan tahun 2038 18.21 L/s. Debit Air buangan
tahun 2018 10.576 L/s, tahun 2028 12.504 L/s dan tahun 2038 14.568 L/s
4. Alternatif Jalur Penyaluran Air buangan yang terpilih adalah Alternatif Jalur Air
Buangan II berdasarkan dari hasi pembobotan nilai pada setiap jalur.
50
DAFTAR PUSTAKA
Al-Layla. 1989. Water Supply Engineering Design. United State: American Water Works
Association.
Dirjen Cipta Karya Direktorat Air Bersih. 1987. Jakarta: Buku Utama Sistem.
Fajarwati, Ayi. 2000. Penyaluran Air Buangan Domestik.
Fair, G.M., Geyer, J.C., Okun, D.A. 1966. Water Supply and Wastewater Disposal. New York:
John Wiley & Sons, Inc.
Hasman, Halim. 2000. Drainase Perkotaan Yogyakarta. Yogyakarta: UII Press.
Herliana, Erika. 2007. Perencanaan Sistem Penyaluran dan Pengolahan Air Buangan
Domestik Ujung Berung Regency Menggunakan Constructed Wetland. Bandung: Program
Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Instititut Teknologi
Bandung.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Hidroulika II. Yogyakarta: Beta Offset.
Permen PUPR No. 4 Th. 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik.
51
LAMPIRAN
52