Anda di halaman 1dari 24

BAPPENAS

Perencanaan Partisipatif

Drs. Dadang Solihin, MA

Diklat LPEM-FEUI
Latihan Keuangan Daerah Angkatan XL, 9 Desember 2004
D d
Dadang S
Solihin’s
lihi ’ Profile
P fil
Dadang holds a MA degree (Economics), University of
Colorado USA.
Colorado, USA His previous post is Head
Head, Center for Research
Data and Information at DPD Secretariat General as well as
Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land
Use Management at Indonesian National Development
Planning Agency (Bappenas).
 Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-
Asia
Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as
Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
 He got various training around the globe, included the Training Seminar on
Land Use and Management, Taiwan (2004); Developing Multimedia
Applications for Managers
Managers, Kuala Lumpur
Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy
Development Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government
Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional
Development and Planning Training Course
Course, Sapporo
Sapporo, Japan (1999)
(1999). He
published more than five books regarding local autonomous.
 You can reach Dadang g Solihin by
y email at dadangsol@yahoo.com
g @y or byy his
mobile at +62812 932 2202
dadang-solihin.blogspot.com 2
Materi
 Apa Arti Perencanaan?
 Apa yang terjadi dalam proses perencanaan?
 P ti i i
Partisipasi
 Tiga Pilar Good Governance
 Definisi Ulang Konsep Partisipasi
 Manfaat Partisipasi
p

dadang-solihin.blogspot.com 3
Apa Arti Perencanaan?
 Oxford Dictionary:
y
• Perencanaan adalah usaha/kegiatan untuk
mencapai tujuan secara terarah
• Perencanaan adalah arah pembangunan
 Perencanaan adalah kegiatan untuk:
• merealisasikan kondisi yang diinginkan,
• menganalisa
li keadaan,
k d dan
d
• menyelesaikan masalah.
dadang-solihin.blogspot.com 4
Apa yang terjadi dalam proses
perencanaan?
 Proses berpikir rasional.
 Pembahasan dan perdebatan nilai (sosial, ekonomi,
politik,
po t , dsb).
 Pengambilan keputusan yang rasional dan politis.
 D l menjalankan
Dalam j l k perannya, seorang perencana
terlibat dalam proses politis sebagai pembela suatu
k
kepentingan,
ti baik
b ik pemerintah,
i t h organisasi
i i atau
t
kelompok lainnya dalam menentukan arah dan
k di i masa depan
kondisi d yang akan
k dicapai.
di i

dadang-solihin.blogspot.com 5
 Umumnya y produk
p pperencanaan bersifat unitary
y
(seragam/satu kesatuan), yaitu perencanaan
komprehensif yang disusun oleh satu lembaga,
lembaga
umumnya oleh pemerintah.
 Mengapa tidak plural? Beban (waktu, tenaga
d biaya)
dan bi ) terlalu
t l l besar
b untuk
t k ditanggung
dit oleh
l h
p
“perencana ppemerintah.”
 Akibatnya: Produk perencanaan bersifat tidak
l k dan
lengkap d tidak
id k memadai.
d i

dadang-solihin.blogspot.com 6
Partisipasi
 Sangat dibutuhkan untuk membangun pemerintahan
yang akuntabel, transparan, dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat
masyarakat. Tiadanya partisipasi hanya
menabur pemerintahan yang otoriter dan korup.
 Memberikan ruang dan kapasitas masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dan hak-hak mereka,
mengembangkan potensi dan prakarsa lokal,
lokal
mengaktifkan peran masyarakat, serta membangun
kemandirian masyarakat
masyarakat.

dadang-solihin.blogspot.com 7
Distorsi Makna Partisipasi
1. Pemerintah cenderung menempatkan masyarakat
sebagai obyek kebijakan pemerintah.
pemerintah
2. Partisipasi selalu dimaknai sebagai keikursertaan
masyarakat
k mengambil bil bagian
b i (take
( k part)) untukk
mendukung dan mensukseskan kebijakan dan
program-program yang diprakarsai
di k i pemerintah
i h
(mobilisasi).
3. Perencanaan pembangunan partisipatif di atas kertas
g
selalu digunakan sebagai
g alat ppembenar bagig
pemerintah bahwa kebijakan yang dikelola telah
y
melibatkan masyarakat.
dadang-solihin.blogspot.com 8
Dalam Konteks Governance
1. Masyarakat bukanlah sebagai hamba (client)
melainkan sebagai warga (citizen).
2. Masyarakat bukan dalam posisi yang diperintah
tetapi sebagai partner pemerintah dalam mengelola
pemerintahan dan pembangunan.
p p g
3. Partisipasi bukanlah pemberian pemerintah tetapi
sebagai
g hak wargag masyarakat.
y
4. Masyarakat bukan sekadar obyek pasif penerima
j
manfaat kebijakan pemerintah,
p , tetapi
p sebagai
g aktor
atau subyek yang aktif menentukan kebijakan.

dadang-solihin.blogspot.com 9
Substansi Partisipasi
1. Voice, yaitu hak dan tindakan warga masyarakat
menyampaikan aspirasi,
aspirasi gagasan,
gagasan kebutuhan,
kebutuhan
kepentingan, dan tuntutan terhadap komunitas
terdekatnya maupun kebijakan pemerintah.
pemerintah
2. Akses, yaitu ruang dan kapasitas masyarakat untuk
masuk dalam arena governance,
governance yakni
mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta
terlibat aktif mengelola barang-barang
barang barang publik.
publik
3. Kontrol warga masyarakat terhadap lingkungan
k
komunitasnya
i maupun proses politik
li ik yang terkait
k i
dengan pemerintah.
dadang-solihin.blogspot.com 10
Tiga Pilar Good Governance

TRANSPARANSI

PARTISIPASI

AKUNTABILITAS

dadang-solihin.blogspot.com 11
 Transparansi berarti terbukanya
terb kan a akses bagi seluruh
sel r h
masyarakat terhadap semua informasi yang terkait
dengan program-program pembangunan yang mencakup
keseluruhan prosesnya melalui suatu manajemen sistem
informasi publik.
 Partisipasi dimaknai sebagai hak warga masyarakat
untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada
setiap tahapan pembangunan mulai dari perencanaan,
ppelaksanaan, ppengawasan
g dan ppelestarian sehingga
gg
masyarakat bukanlah sekedar penerima manfaat
(beneficiaries) atau objek belaka, melainkan sebagai
agen pembangunan
b (subyek).
( b k)
 Akuntabilitas dimaknai sebagai pertanggungjawaban
pemerintah
i t h kepada
k d publikblik atas
t keberhasilan
k b h il maupun
kegagalan melaksanakan misi dan pengelolaan sumber
daya yang dimiliki.
dimiliki
dadang-solihin.blogspot.com 12
Konsep Partisipasi
Partisipasi Sosial
 Stiefel dan Wolfe: “upaya
upaya terorganisasi untuk
meningkatkan pengawasan terhadap sumber daya dan
l b
lembaga pengatur
t dalam
d l keadaan
k d sosial
i l tertentu,
t t t olehl h
pelbagi kelompok dan gerakan yang selama ini
dikesampingkan dari fungsi pengawasan tersebut”
 Bank Dunia: “proses
proses di mana para stakeholders
mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif
dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang
berdampak pada mereka”.

dadang-solihin.blogspot.com 13
Partisipasi Politik

 Nie dan Verba: “kegiatan legal oleh warga


perorangan yang secara langsung atau tidak
langsung ditujukan untuk mempengaruhi
pilihan petinggi pemerintah dan/atau tindakan
mereka”.
k
 Parry,
Parry Moyser dan Day: “keikutsertaan
keikutsertaan
dalam proses formulasi, pengesahan dan
pelaksanaan kebijakan pemerintah”.

dadang-solihin.blogspot.com 14
Partisipasi Kewargaan

 Lister: “hak
hak berpartisipasi dalam mengambil
keputusan dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
dan poltik hendaknya dimasukkan dalam kaitan
HAM”
 Cuniil: “Partisipasi
Partisipasi warga menunjuk pada partisipasi
politik, namun hal ini berjarak setidaknya dalam dua
cara: terpisah baik karena diperantarai oleh partai
politik, maupun karena partisipasi yang dilaksanakan
oleh warga saat mereka memilih penguasa politik”

dadang-solihin.blogspot.com 15
Definisi Ulang Konsep
Partisipasi
 Konsep partisipasi beralih dari sekadar
kepedulian terhadap “penerima derma”
atau “kaum tersisih” menuju ke suatu
kepedulian dengan pelbagi bentuk
keikutsertaan warga dalam pembuatan
kebijakan
eb ja a da
dan pe
pengambilan
ga b a keputusan
eputusa d di
berbagai gelanggang kunci yang
mempengaruhi kehidupan mereka
mereka.

dadang-solihin.blogspot.com 16
Pergeseran dalam Partisipasi
Kebijakan
Dari Ke

Penerima Warga

Proyek Kebijakan

Konsultasi Pengambil Keputusan

Penilaian Pelaksana

Mikro Makro

dadang-solihin.blogspot.com 17
Prinsip Partisipasi
1. Cakupanp - semua orang, g atau wakil -wakil dari semua
kelompok yang terkena dampak dari hasil- hasil suatu
keputusan atau proses - proyek pembangunan misalnya.
2
2. Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership).
Partnership) Pada
dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan, kemampuan
dan pprakarsa serta mempunyai
p y hak untuk menggunakan
gg
prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan
struktur masing-masing pihak.
pihak
3. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh-
g
kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan
kondusif sehingga menimbulkan dialog.
4. Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power/Equal
P
Powership).
hi ) Berbagai
B b i pihak ih k yang terlibat
t lib t harus
h dapat
d t
menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk
g
menghindari terjadinya
j y dominasi.
dadang-solihin.blogspot.com 18
5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility).
Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas
dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan
(sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
6. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai
pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan
kegiatan, terjadi suatu proses saling
belajar dan saling memberdayakan satu sama lain
7
7. Kerjasama Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak
Kerjasama.
yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna
g
mengurangig berbagai
g kelemahan yangy g ada,, khususnyay yyang
g
berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia.

dadang-solihin.blogspot.com 19
Manfaat Partisipasi
1. Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif terhadap konteks
sosial, ekonomi dan budaya yang sudah ada, sehingga
memenuhi hi kebutuhan
k b t h masyarakat.
k t Ini
I i menyiratkan
i tk kebijakan
k bij k
desentralisasi.
2
2. Menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara semua
pihak terkait dalam merencanakan dan melaksanakan program,
sehingga dampaknya dan begitu pula program itu sendiri
b k i
berkesinambungan.
b
3. Perlunya memberikan peran bagi semua orang untuk terlibat
dalam proses,
proses khususnya dalam hal pengambilan dan
pertanggungan jawab keputusan sehingga memberdayakan
semua orang yang terlibat (terberdayakan).
4. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan menjadi lebih obyektif dan
fleksibel berdasarkan keadaan setempat.
5. T
Transparansi i semakin
ki terbuka
t b k lebar
l b akibat
kib t penyebaran
b informasi
i f i
dan wewenang.
6
6. Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus pada kebutuhan
masyarakat.
dadang-solihin.blogspot.com 20
Beberapa Hambatan
1. Kelembagaan.
g penerapan
p p pendekatan
p ppartisipatif
p di
lembaga-lembaga pemerintah masih menemui
berbagai kendala.
2. Perilaku. Sikap birokrat dan hubungan atasan dan
bawahan.
3. Kebijakan. Harus ada SK dan Juklak.
4.. Sistem
S ste manajemen.
a aje e . Model
ode Perencanaan
e e ca aa
Mekanistik, di mana "para ahli" di tingkat pusat
menyiapkan "cetak biru" untuk dilaksanakan oleh
petugas lapangan.
5. SDM. Masih butuh waktu untuk memperkenalkan
p
agar konsep ini bisa diterima ditengah-tengah
mereka.
dadang-solihin.blogspot.com 21
M
Menanggulangi
l i Hambatan
H b
1. Tingkat Desa. Anggota masyarakat perlu memegang
tanggung jawab lebih besar dalam proyek ketimbang hanya
menunggu apa yang disediakan
di di k oleh l h pemerintah
i h atau
lembaga donor.
2
2. Tingkat Lapangan.
Lapangan Petugas lapangan semestinya bertindak
sebagai 'pemungkin' (enabler) yang mendorong masyarakat
untuk mencari dan menemukan solusi terhadap masalah-
masalah
l h yang muncul,
l dan
d bukannya
b k menyediakan
di k jawaban
j b
atas semua masalah yang ada.
3
3. Tingkat Kabupaten/kota
Kabupaten/kota. Lembaga pemerintah perlu
membuat mekanisme penyusunan alokasi dana, manajemen,
monitoring serta evaluasi untuk mempromosikan penerapan
pendekatan partisipatif di tingkat lapangan dan lembaga-
lembaga terkait.

dadang-solihin.blogspot.com 22
4. Tingkat
Ti k t Propinsi.
P i i Kebijakan,
K bij k sistemi t dand staf
t f di tingkat
ti k t
propinsi perlu diubah sehingga mendukung penerapan
pendekatan partisipatif.
partisipatif Mekanisme pengalokasian sumber
dana daerah menjadi lebih fleksibel, dan menjalin hubungan
g lembaga
dengan g tingkat
g propinsi
p p lainnya,
y , misalnya
y dengan
g
LSM yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan
pendekatan partisipatif.
5. Tingkat Nasional. Kebijakan, regulasi dan standar yang
dikeluarkan lembaga tingkat nasional harus memberi
j i
jaminan untuk
t k mendukung
d k pelaksanaan
l k pendekataan
d k t ini
i i dan
d
menciptakan suasana kelembagaan yang kondusif.
Pengkajian dan diskusi secara nasional tentang hasil
penerapan model partisipatif diberbagai tempat bisa menjadi
bahan informasi y yang
g amat berguna
g bagi
g staf regional
g dan
badan informasi nasional. Selain itu dibutuhkan lembaga-
membaga pelatihan untuk memberikan pelatihan dan
menyediakan
di k informasi
i f i bagi
b i lembaga
l b regional/propinsi.
i l/ i i
dadang-solihin.blogspot.com 23
Terima
i Kasih
i

dadang-solihin.blogspot.com 24

Anda mungkin juga menyukai