Full
Full
PENDAHULUAN
1
Saat ini PT KAI bekerja sama dengan berbagai perusahaan sebagai mitra
untuk melayani pemesanan tiket seperti Indomaret, Alfamart, PT Pos Indonesia,
dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar pelanggan yang rumahnya jauh dari
stasiun tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga mereka untuk antri dan
membeli tiket di loket stasiun, namun cukup hanya dengan datang ke minimarket
atau kantor pos terdekat untuk melakukan pemesanan tiket kereta.
Selain itu, pemesanan tiket Kereta Api kini dapat dilakukan 90 hari sebelum
keberangkatan (H-90) dari yang sebelumnya 30 hari sebelum keberangkatan (H-
30). Hal tersebut merupakan sebagian upaya PT. KAI dalam rangka memudahkan
pelanggan dalam menggunakan jasa angkutan ini. Selain itu, PT KAI juga giat
mengadakan program promo tiket murah ke berbagai tujuan. Semua upaya tersebut
dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah pelanggan melalui kualitas
pelayanan demi memenangkan persaingan dengan berbagai armada transportasi
lainnya.
PT KAI kelas ekonomi menggunakan pemasaran kepada konsumen dengan
potongan harga, konsumen akan lebih tertarik untuk membeli tiket kereta api kelas
ekonomi. Pada hari libur nasional penjualan tiket kereta api sangatlah banyak,
sehingga PT KAI menambah gerbong tanbahan buat konsumen agar konsumen
tetap mengunakan kereta api. Menurut Griffin (2005),“Adapun definisi loyalitas
adalah pembentukan sikap dan pola perilaku seorang konsumen terhadap pembelian
dan penggunaan produk hasil dari pengalaman mereka sebelumnya”.
Semakin banyaknya moda transportasi yang tersedia di Indonesia, membuat
persaingan semakin ketat, hal ini menyebabkan perusahaan harus memberikan
pelayanan terbaiknya untuk menciptakan kepuasan konsumen dan memenangkan
persaingan. Namun kenyataannya perusahaan sulit memenangkan persaingan
tersebut karena banyak pesaing yang memberikan pelayanan lebih baik. Perusahaan
dengan pelayanan yang terbaiklah yang nantinya akan memenangkan persaingan
tersebut, karena dengan pelayanan yang baik akan menimbulkan kepuasan
tersendiri bagi pelanggan.
2
Menurut Kotler (2009:138), kepuasan (satisfaction) adalah “perasaan senang
atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang
dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspetasi mereka”. Jika kinerja produk
tidak memenuhi ekspetasi, pelanggan tidak akan merasa puas dan kecewa, namun
apabila kinerja produk tersebut memenuhi ekspetasi, pelanggan akan merasa puas
dan apabila kinerja produk tersebut melebihi ekspetasi, maka pelanggan tersebut
akan merasa senang.
Dan secara garis besar manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka
yaitu dengan produk baik barang dan jasa. Konsep produk adalah sesuatu yang di
tawarkan untuk di diperhatikan, di miliki di gunakan atau di konsumsi yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan. Jasa adalah aktifitas yang atau manfaat yang
dapat di tawarkan yang pada dasarnya tidak berakibat pada kepemilikan apapun
(Kotler, 2001; 337).
Salah satu cara untuk menciptakan kepuasan pelanggan yaitu melalui
peningkatan kualitas, karena pelanggan adalah fokus utama ketika kita
mengungkap kepuasan pelanggan. Sebagai perusahaan transportasi darat, PT. KAI
memiliki prasarana dan sarana dibanding perusahaan transportasi lainnya di
Indonesia.
Kondisi prasarana dan sarana perlu perawatan agar dapat mendukung operasi
kereta api, sehingga sarana dan prasarana dapat mempertahankan keberlangsungan
perusahaan dalam melayani masyarakat atau pelanggan. Untuk mempertahankan
konsumen agar tetap menggunakan transportasi datat, karena kepuasan pelanggan
adalah kunci utama agar konsumen loyar terhap perusahaan.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan pada kereta api kelas ekonomi
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan kelas ekonomi terhadap
kepuasan pelanggan kereta api
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kepuasan Pelanggan
Westbrook & Reilly berpendapat bahwa Kepuasan Pelanggan merupakan
respon emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau
jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola prilaku (seperti perilaku
belanja dan perilaku membeli) Serta pasar secara keseluruhan (Tjiptono,2006 :349).
Tse dan Wilton (2000) menyatakan bahwa, “Kepuasan pelanggan adalah
respons pelanggan terhadap respons ketidaksesuaian yang diras-akan antara
harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pema-
kaiannya”.
Adapun kepuasan memiliki tipe-tipe kepuasan, menurut Neuhaus (dalam
Tjiptono, 2005) yakni:
5
a. Demanding customer satisfaction
Tipe ini merupakan tipe kepuasan yang aktif. Adanya emosi positif dari
konsumen, yakni optimisme dan kepercayaan.
b. Stable customer satisfaction
Konsumen dengan tipe ini memiliki tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang
menuntut. E-mosi positifnya terhadap penyedia jasa berci-rikan steadiness dan trust
dalam relasi yang terbina saat ini. Konsumen mengi-nginkan segala sesuatunya
tetap sama.
c. Resigned customer satisfaction
Konsumen dalam tipe ini juga merasa puas, namun, kepuasannya
bukandisebabkan oleh pemenuhan harapan, namun lebih didasarkan pada
kesanbahwa tidak realistis untuk ber-harap lebih.
d. Stable customer dissatisfaction
Konsumen dalam tipe ini tidak puas terhadap kinerjanya, namun mereka
cenderung tidak melakukan apa-apa.
e. Demanding dissatisfaction
Tipe ini bercirikan tingkat aspirasi aktif dan perilaku menuntut. Pada tingkat
emosi, keti-dakpuasannya menimbulkan protes dan oposisi.
Konsumen dalam merasakan kepuasannya memiliki indikator-indikator
kepuasan tertentu, Menurut Kotler (2003), ciri-ciri pelanggan yang merasa puas
adalah sebagai berikut:
a. Menjadi lebih setia atau menjadi pelanggan yang loyal
b. Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk atau
jasabaru dan menyempurnakan produk yang ada
c. Memberi komentar yang menguntungkan tentang produk perusahaan
d. Kurang memperhatikan produk, iklan pesaing, kurang sensitif pada harga
e. Memberikan gagasan-gagasan atau ide kepada perusahaan
6
C. Pelayanan
Menurut Sutopo dan Suryanto (2003), ’’Bahwa pelayanan merupakan usaha
apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan’’. Pengertian pelayanan yang
dikemukakan oleh Haksever (2000) menyatakan bahwa jasa atau pelayanan
(services) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang menghasilkan waktu,
tempat, bentuk dan kegunaan psikologis.
Adapun karakteristik pelayanan menurut Normann (2002) menyatakan
karakteristik pelayanan sebagai berikut:
- Pelayanan bersifat tidak dapat diraba.
- Pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi.
- Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata. Kegiatan produksi
dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata.
D. Kualitas Pelayanan
Salah satu pendekatan kualitas jasa yang banyak dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality). Analisis kualitas
pelayanan ini adalah suatu metode desktiptif guna menggambarkan tingkat
kepuasan pelanggan. Metode ini dikembangkan tahun 1985 oleh A. Parasuraman,
Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry lewat artikel mereka di Journal of
Marketing. Menurut Gaspersz (2006:1), kualitas adalah segala sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.
Menurut Kotler (2005:139), yang dimaksud dengan layanan adalah “suatu
tindakan atau perbuatan yang tidak berwujud mana sebuah kelompok bisa
menawarkannya pada kelompok lain dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun”. Sedangkan kualitas jasa atau kualitas pelayanan adalah perbandingan
antara harapan dari pelanggan atas kenyataan pelayanan yang mereka terima
Kualitas pelayanan memiliki dimensi kualitas pelayanan sebagaimana yang
terdapat berikut ini :
Lima dimensi pokok Kualitas Layanan dalam Zeithaml, Bitner dan Gremler
(2006:117) tersebut adalah :
7
1. Kehandalan (reability) : kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan
akurat dan dapat dipercaya.
2. Daya Tanggap (responsiveness) : keinginan untuk membantu pelanggan dan
memberikan pelayanan dengan cepat.
3. Jaminan (assurance) : pengetahuan dan keramahan pegawai untuk
menumbuhkan rasa percaya kepada pelanggan.
4. Empati (emphaty) : perhatian khusus yang diberikan kepada pelanggan.
5. Bukti Fisik (tangible) : penampilan dari fasilitas fisik, peralatan dan pegawai
Perusahaan jasa tidak dapat lepas dari kelima dimensi pokok, karena dalam
operasinya perusahaan harus terus meningkatkan performa kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Service Quality digunakan
sebagai alat ukur pelayanan yang menggunakan skala pengukuran tertentu,
seperti multiple-item scale.
E. Jasa
Menurut Kotler (dalam Tjiptono, 2004; 6) jasa adalah setiap tindakan atau
perbuatan yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip
intangible (tidak berwujud) dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan
apapun. Produksi jasa bisa berhubungan produk fisik atau tidak.
Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner dalam Alma (2009:243) menyatakan
jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk yang dikonsumsi
bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti
kenikmatan, hiburan, santai, sehat) serta bersifat tidak berwujud.
8
Terdapat empat karakteristik unik dari jasa yang membedakannya dengan
barang sehingga berdampak pada strategi dalam mengelola dan memasarkan
produk jasa tersebut. Michael R. Solomon, Greg W. Marshall dan Elnora W. Stuart
(2012:299) menuliskan empat karakteristik jasa, yaitu :
a. Tidak berwujud : jasa tidak dapat dilihat, dipe-gang atau dirasakan sebagai
mana yang terjadi pada benda.
b. Tidak tahan lama : jasa tidak dapat disimpan, dimasukkan dalam gudang dan
dijadikan perse-diaan.
c. Keanekaragaman : karakteristik jasa tidak stan-dar dan seragam
dibandingkan dengan barang.
d. Tidak terpisahkan : karakteristik jasa memung-kinkan diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan.
9
Api Argo Bromo Sedangkan dari kelima
Anggrek Jurusan variabel pencipta kepuasan
pelanggan, maka diketahui
Surabaya-Jakarta)
variabel Bukti Fisik yang
mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap
kepuasan pelanggan.
3 Ajeng Utami Ikasari, Pengaruh Nilai Hasil penelitian menunjukkan
Sri Suryoko & Pelanggan Dan bahwa sebagian besar pelanggan
10
Dimensi kepuasan
pelanggan
Kehandalan
(Reability)
Daya Tanggap
(Responsiveness) Kualitas
Pelayanan
Jaminan
(Asurance)
Empati
(Emphaty)
Bukti Fisik
(Tangible)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.3. Definisi Operasional Variabel
Menurut Singarimbun dan Efendi (2002: 46), definisi operasional atau
mengoperasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu veriabel diukur,
dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka diketahui baik
buruknya variabel tersebut.
Menurut Sugiyono (2014) definisi operasional adalah penentuan konstrak
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Definisi operasional digunakan untuk meneliti dan mengoperasikannya, sehingga
memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan pengukuran kepuasan pelayanan.
B. Sampel
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
polulasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini untuk konsumen PT Kereta Api
Indonesia, Kota Bandung. Jumlah sampel ini diketahui dengan menggunakan
rumus slovin (Umar, 2013:146)
Keterangan :
n : jumlah sampel
Z a/2 : tingkat kepercayaan/signifikansi
E : margin eror maksimum 20%
13
Dalam mementukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis
menggunakan tingkat kesalahan 5%, karena dalam setiap penelitian
mungkin hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat kesalahan maka
semakin sedikit ukuran sampel.
3.5. Jenis Data
A. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari
individu atau kelompok maupun hasil observasi, kejadian atau hasil pengujian
penelitian. Dengan demikian penelitian membutuhkan data dengancara riset
atauobservasi.
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung seperti pengambilan data dari
perusahaan langsung maupun dari bukuyang telah ada. Dengan demikian
penelitian membutuhkan data dari perusahaan maupun buku.
14
DAFTAR PUSTAKA
15