Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

PRODUKSI ASAM ASETAT

Disusun Oleh :

1. Rizky Primawati 21030113120069


2. Lathifah Kurnia Nur Fitriyana 21030113120089
3. Abdul Wasi 21030113120096
4. Khonsa Syahidah 21030113120098
5. Kristianingtyas Fanny Putranti 21030113120024
6. Mirza Nur Auliya 21030113120101
7. Pradipta Abdurrahman 21030113140192
8. Yulia Rachmawati 21030113120092

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Produksi Asam Asetat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada banyak pihak terutama keluarga dan teman-
teman yang telah banyak memberikan bantuan, baik materi maupun non materi demi
kelancaran penyusunan tugas makalah ini. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata
kuliah Proses Industri Kimia yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini
Makalah yang berjudul “Produksi Asam Asetat” ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah proses industri kimia yang diampu oleh Bapak Ir. Slamet Priyanto, M.S.
Makalah ini akan mendeskripsikan bagaimana perkembangan serta peluang perencanaan
pendirian pabrik asam asetat di Indonesia. Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan tentang carut marut kondisi industri asam asetat yang ada di
Indonesia.
Tiada hal yang sempurna di dunia ini. Perlu disadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di
Indonesia beserta dapat meningkatkan taraf hidup bagi kesejahteraan Bangsa Indonesia.

Semarang, 10 Oktober 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
I.1 Sejarah Proses ................................................................................................ 1
I.2 Pengertian Asam Asetat ................................................................................ 2
I.3 Rumus Molekul dan Rumus Bangun ............................................................. 2
1.4 Karakteristik Asam Asetat ............................................................................ 3
I.5 Manfaat Asam Asetat .................................................................................... 7
I.6 Peluang Pasar Produk Asam Asetat di Indonesia .......................................... 8
I.7 Penentuan Lokasi Pabrik Asam Asetat ......................................................... 9
BAB II PERMASALAHAN ......................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 13
III.1 Penentuan Kapasitas Produksi ................................................................... 13
III.2 Rancangan Proses ...................................................................................... 15
III.3 Tinjauan Termodinamika ........................................................................... 22
III.4 Tinjauan Kinetika ...................................................................................... 27
III.5 Pemilihan Reaktor ..................................................................................... 33
III.6 Kondisi Operasi Optimum ......................................................................... 34
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 35
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................ 35
IV.2 Saran .......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Sejarah Proses


Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama.
Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa
cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal
putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam
tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa ,
sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa
mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula
Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan
oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat
pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari
distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius
menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan
terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan
larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa
keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet
akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena
dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui
elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
(Adiwijayanti, 2012)
1
I.2. Pengertian Asam Asetat
Sekarang ini, asam asetat atau asam cuka adalah senyawa organik yang
mengandung gugus asam karboksilat, yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2, dan rumus molekul
CH3COOH. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai
pengatur keasaman.
(Mukti, 2011)
I.3 Rumus Molekul dan Rumus Bangun
I.3.1 Rumus Molekul
Asam asetat memiliki rumus molekul tertentu. Rumus molekul adalah
rumus kimia yang memberikan informasi secara tepat tentang jenis unsur
pembentuk satu molekul senyawa dan jumlah atom masing-masing unsur. Rumus
molekul asam asetat sering ditulis sebagai CH3-COOH atau CH3COOH atau bisa
juga ditulis CH3CO2H.
(Anonim, 2014)
I.3.2 Rumus Bangun
Rumus bangun adalah rumus kimia yang menggambarkan kedudukan
atom secara geometri/ tiga dimensi dari suatu molekul. Berikut rumus bangun
asam asetat:

Gambar 1.1 Rumus Bangun asam asetat


2
Molekul asam asetat (CH3COOH ) gabungan dari 2 atom karbon, 4
atom hidrogen dan 2 atom oksigen.
(Pratiwi, 2011)

I.4 Karakteristik Asam Asetat


I.4.1 Sifat Fisika
Tabel I.1 Sifat Fisika Asam Asetat

Sifat Fisika Cara Mengukur Alat pengukuran

Densitas (20oC) : 1,049 Massa suatu zat dibagi volume


Piknometer
Kg/ L tertentu zat tersebut
Massa sampel dibagi massa air
Specific Gravity : 1,051
yang volumenya sama dengan Baume hydrometer
gr/cm3
sampel
Termometer
Titik didih : 118,1 0C metode Beckmann
Beckmann
Proses konduksi dari logam untuk
penghantaran panas. Pada alat ini
terdapat dua lubang di bagian atas Alat penentu titik
yang digunakan untuk menaruh leleh
Titik lebur : 16,5 0C pipa kapiler dan termometer, (Digital Melting
sementar dua lubang disamping Point Apparatus)
digunakan untuk mengamati
keadaan padatan yang akan
berubah menjadi cairan.

Aroma : bau tajam khas


- Indera penciuman
cuka

Penampilan : cairan tidak


berwarna, cairan kental
- Indera penglihatan
jernih atau padatan
mengkilap
Berat molekul : 60,053 Dengan menggunakan metode Alat Victor meyes

3
gr/mol victor meyes
Specific Heat : 0,487 Metode Comparison Calorimeter
Calorimeter
kal/gr ( untuk sampel cairan )
Dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut
untuk lewat antara 2 tanda ketika
Viskositas ( 20oC ) : 1,183 mengalir karena gravitasi melalui Viskosimeter
mPa.S viskometer Ostwald dan Ostwald
membandingkannya dengan
waktu alir dari zat yang sudah
diketahui viskositasnya
Tetapan Disosiasi ( 25oC ) berdasarkan nilai daya hantar
Conductivity meter
: 4,78 pKa ekivalen yang terukur
Tekanan Uap ( 20oC ) : Dengan tekanan uap murni Manometer
15,7 mbar dikalikan dengan fraksi mol. Merkurium
(Sumber : Perry’s Chemical Engineers’ Handbook)

1.4.2. Sifat Kimia


1. Keasaman
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton),
sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik
dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah
larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka
rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Gambar 1.2 Reaksi kesetimbangan asam asetat dengan air


2. Dimer siklis

Gambar 1.3 Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan
ikatan hidrogen.

4
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan
hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga
terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan
kadang-kadang pada cairan asam asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya
pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.
Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
3. Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu
6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik
dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti
sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar
atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan
kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara
luas dalam industri kimia.
4. Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu,
garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang
menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-
garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk
kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya
yang tidak menyenangkan.
5. Reaksi-Reaksi Kimia
a) Reaksi dengan basa
Asam asetat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air. Contoh :

Gambar 1.4 Reaksi asam asetat dengan NaOH

5
b) Reduksi
Reduksi asam asetat dengan katalis litium alumunium hidrida
menghasilkan alkohol primer. Contoh :

Gambar 1.5 Reduksi asam asetat dengan katalis LiAlH4


c) Reaksi dengan tionil diklorida
Asam asetat bereaksi dengan tionil diklorida membentuk klorida asam,
hidrogen klorida dan gas belerang dioksida. Contoh :

Gambar 1.6 Reaksi asetat dengan SOCl2


d) Esterifikasi
Dengan alkohol, asam asetat membentuk ester. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kesetimbangan. Contoh :

Gambar 1.7 Reaksi pembentukan ester


e) Reaksi dengan ammonia
Dengan amonia, asam asetat membentuk amida dan air. Contoh :

Gambar 1.8 Reaksi asam asetat dengan ammonia


f) Dekarboksilasi
Pada suhu tinggi, asam asetat terdekarboksilasi membentuk alkana.
Contoh :

Gambar 1.9 Reaksi dekarboksilasi

6
g) Halogenasi
Asam asetat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor
membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.
Contoh :

Gambar 1.10 Reaksi halogenasi


(Anonim, 2011)

1.5 Manfaat Asam Asetat


- Asam asetat memiliki banyak manfaat seperti :
1. Sebagai bahan baku dalam pembuatan selulosa asetat. Selulosa asetat ini
merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan film fotografi, selain itu dapat
digunakan juga sebagai komponen bahan perekat dan sebagai serat sintetik.
2. Sebagai bahan baku dalam pembuatan polivinil asetat. Polivinil asetat (PVA)
adalah suatu polimer karet sintetis. PVA dijual dalam bentuk emulsi di air,
sebagain bahan perekat untuk bahan-bahan contohnya kayu, kertas, kain. PVA
banyak digunakan dalam industri percetakan buku karena fleksibilitasnya dan
tidak bersifat asam.
3. Dalam industri pembuatan karet, asam asetat digunakan untuk mengkoagulasikan
getah karet. Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang
mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan
partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
4. Asam asetat glacial dapat digunakan untuk mengisolasi kasein dari susu dengan
cara pengendapan.
5. Dapat digunakan untuk pembuatan pestisida.
6. Asam asetat dapat digunakan untuk menghilangkan aroma tidak sedap dan
menghilangkan noda kerak pada lantai. Untuk membersihkannya, tuangkan cuka
ke permukaan lantai. Diamkan selama lima menit. Kemudian bersihkan dengan
kain pel hingga bersih. Pel sekali lagi dengan air untuk menghilangkan bau cuka.
7. Dapat bermanfaat untuk menghilangkan noda pada logam, kuningan, stainless
steel, dan kaca. Untuk menghilangkan karat, siapkan satu sendok makan cuka

7
dicampur satu sendok teh garam. Gosokkan campuran tersebut ke bagian perkakas
logam yang berkarat. Setelah karat hilang, bersihkan dengan air dan keringkan.
8. Di bidang kesehatan, dalam konsentrasi rendah asam asetat biasa digunakan
sebagai anti bakteri.
9. Sebagai pemberi rasa asam dan aroma pada makanan
10. Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-
obatan (aspirin)
11. Sebagai pelarut di beberapa industri karena asam asetat bisa melarutkan
baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar
seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti
air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia
12. Dalam bidang kesehatan asam asetat dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks dalam metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
(Nurul, 2012)

I.6 Peluang Pasar Produk Asam Asetat di Indonesia


Perkembangan ilmu disertai dengan kemajuan teknologi telah menuntut bangsa
Indonesia menuju ke arah industrialisasi. Untuk menuju kemandirian di bidang industri
yang berfokus pada bidang kimia, maka kebutuhan akan bahan-bahan kimia di dalam
negeri perlu ditumbuhkan dan dikembangkan dalam pembangunan sektor industri.
Seperti asam asetat yang menempati posisi penting dalam industri hulu maupun hilir.
Industri asam asetat di Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang
berprospek cukup baik. Produk asam asetat ini memiliki pasar yang cukup luas seperti
industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil asetat, industri tekstil, industri
benang karet dan juga digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk membuat bahan-
bahan kimia, seperti vinil asetat, selulosa asetat, asam asetat anhidrid, maupun kloro
asetat.
PT Indo Acidatama merupakan produsen tunggal asam asetat lokal, belum mampu
memenuhi semua kebutuhan asam asetat dalam negeri. Industri-industri yang
menggunakan asam asetat sebagai bahan baku masih memerlukan impor dari negara lain.
Untuk mengurangi jumlah impor asam asetat yang akan terus meningkat, maka sangat
perlu membangun pabrik asam asetat di dalam negeri.
8
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5
juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati. Konsumsi asam asetat menurut sektor industri
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel I.2. Total Konsumsi Asam Asetat di Indonesia 1996 – 2000

Konsumsi Asam Asetat ( ton )


Konsumen
1996 1997 1998 1999 2000

Industri PTA 24.721 45.538 58.915 76.065 82.294

Industri Ethyl Acetat 4.950 4.172 4.402 5.125 23.912

Industri Benang Karet 2.276 1.558 1.457 2.133 2.286

Industri Asam Cuka 2.445 2.931 2.868 2.796 2.920

Industri Tekstil 9.780 11.274 18.925 23.988 24.367

Industri – industri lain 3.827 7.331 8.056 19.560 3.463

Total 47.999 72.804 94.623 129.667 139.242


( Sumber : PT CIC, Indochemical 330, hal 20 )

Pendirian pabrik asam asetat di dalam negeri memiliki beberapa keuntungan,


antara lain:
1. Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri dan mengurangi impor.
2. Menghemat devisa karena asam asetat diperoleh dari industri lokal.
3. Memacu dan mendukung perkembangan industri dengan bahan baku asam asetat di
dalam negeri.
4. Membuka lapangan kerja baru.
(Fauzi, 2012)

I.7 Penentuan Lokasi Pabrik Asam Asetat


Pemilihan lokasi secara geografis dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap
lancarnya kegiatan industri. Untuk itu pemilihan lokasi pabrik perlu dipertimbangkan agar

9
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Pabrik asam asetat ini
direncanakan didirikan di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Adapun pertimbangan
yang dipilih untuk menentukan lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
a) Faktor Primer
1. Letak Sumber Bahan Baku
Bahan baku utama berupa metanol dan karbon monoksida dapat diperoleh
didaerah tersebut. Hal ini karena Bontang terdapat pabrik Metanol, yaitu PT Metanol
Industri dan CO dari unit CO. Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi suatu
produksi sehingga pengadaannya harus benar-benar diperhatikan.
2. Utilitas
Sarana utilitas utama yang diperlukan bagi kelancaran produksi adalah air dan
energi listrik.Untuk kebutuhan lisrik dapat dipenuhi dengan adanya jaringan PLN.
Sedangkan kebutuhan air dapat dipenuhi oleh pihak pengelola kawasan industri yang
diperoleh dari sumber air tanah maupun pengolahan air laut.
3. Fasilitas Transportasi
Sistem transportasi yang dominan adalah laut dan udara sedangkan untuk
transportasi darat tidaklah menjadi hambatan. Mengingat Bontang dekat dengan
ibukota kabupaten yang hanya ditempuh sekitar 1,5 jam melalui transportasi laut.
4. Tersedianya Lahan
Faktor ini berkaitan dengan pengembangan pabrik lebih lanjut. Bontang
merupakan kawasan industri sehingga lahan didaerah tersebut telah disiapkan untuk
pendirian dan pengembangan suatu pabrik.
5. Tenaga Kerja
Jumlah dan tipe buruh yang tersedia disekitar lokasi pabrik harus diperiksa.
Juga harus perlu pertimbangkan gaji minimum di daerah tersebut, jumlah waktu kerja,
adanya industri lain di daerah tersebut, keanekaragaman ketrampilan, pendidikan
masyarakat sekitar dan lain-lain.
6. Pemasaran
Daerah pemasaran ada yang berada di Kalimantan namun sebagian besar
berada di luar Kalimantan sehingga harus ditempuh terutama lewat jalur laut. Hal ini
tidak menjadi masalah karena asam asetat adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan
bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini penyediaannya sangat
tergantung pada import.

10
b). Faktor Sekunder
1. Kebijakan Pemerintah
Pendirian pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan pemerintah
yang terkait didalamnya kebijaksanaan pengembangan industri dan hubungan dengan
pemerataan kesempatan kerja dan hasil pembangunan.
2. Perluasan Pabrik
Hal ini berkaitan dengan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan
kapasitas produksi sesuai permintaan pasar yang meningkat. Bontang merupakan
kawasan industri, sehingga lahan di daerah tersebut telah disiapkan untuk pendirian
dan pengembangan pabrik.
3. Sarana dan Prasarana
Pendirian sebuah pabrik di daerah dengan mempertimbangkan bahwa di daerah
tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai, meliputi jalan, jaringan
telekomunikasi, bank, sarana pendidikan, tempat ibadah, perumahan, sarana
kesehatan, olahraga, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
(Fransisca, 2011)

11
BAB II
PERMASALAHAN

Dalam era globalisasi, industri memegang peranan yang penting dalam kegiatan
ekonomi. Indonesia sebagai suatu negara yang berkembang saat ini juga telah
mengembangkan berbagai macam indutri. Salah satunya yaitu industri asam asetat.
Asam asetat merupakan produk industri kimia yang banyak memiliki banyak
kegunaan, industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di
Indonesia. Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan oleh industri penggunanya. Meningkatnya kebutuhan asam asetat
ini belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh satu-satunya produsen lokal, yaitu PT Indo
Acidatama Chemical Industry, sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun
semakin naik.
Sebagai sarjana teknik kimia, permasalahan seperti ini sudah seharusnya dicari
solusinya untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, untuk itu, dalam makalah
ini akan dikupas tentang industri asam asetat di Indonesia yang akan dibahas sesuai rincian
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana penentuan kapasitas produksi asam asetat?
2. Bagaimana rancangan proses industri asam asetat?
3. Bagaimana tinjauan termodinamika proses pembuatan asam asetat?
4. Bagaimana tinjauan kinetika proses pembuatan asam asetat?
5. Apa reaktor yang digunakan dan apa alasan pemilihannya?
6. Bagaimana kondisi operasi optimal untuk menghasilkan konversi maksimal dalam
memproduksi asam asetat?

12
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Penentuan Kapasitas Produksi


Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam asetat.
Penentuan kapasitas pabrik asam asetat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kebutuhan Produk di Indonesia.
Untuk mencukupi kebutuhan asam asetat, negara Indonesia masih mengimpor
dari negara-negara lain. Berikut ini tabel data impor asam asetat di Indonesia:
Tabel III.1 Data impor asam asetat di Indonesia
No Tahun Jumlah (ton/tahun)
1 2007 81.215
2 2008 82.286
3 2009 91.858
4 2010 104.391
5 2011 101.787
6 2012 104.975
(Sumber: Badan Pusat Statistik 2007-2012)
Untuk memudahkan analisis maka dibuat persamaan dengan cara least square,
maka dapat diperkirakan kebutuhan asam asetat dalam negeri pada tahun 2015.
y = mx + c
No X (Tahun) Y(ton/tahun) X.Y X2
1
2007 81.215 162.998.505 4.028.049
1
2
2008 82.286 165.230.288 4.032.064
2
3
2009 91.858 184.542.722 4.036.081
3
4
2010 104.391 209.825.910 4.040.100
4
5
2011 101.787 204.693.657 4.044.121
5

13
6
2012 104.975 211.209.700 4.048.144
6
Ʃ 12.057 566.512 1.138.500.782 24.228.559

Ʃy = n.c + m.Ʃx
Ʃxy = Ʃx.c + m.Ʃx2
566.512 = 6.c + 12.057. m ….. (1)
1.138.500.782 = 12.057.c + 24.228.559.m ...… (2)
Dengan melakukan eliminasi persamaan 1 dan 2 diatas didapatkan persamaan :
y = 5423x –10.803.099
Sehingga diperkirakan jumlah kebutuhan asam asetat pada tahun 2015 dalam
negeri adalah sebesar:
y = m.x + c
y = 5423 (2015)–10.803.099
y = 124.246 ton
Berdasarkan analisis tersebut, diperkirakan jumlah kebutuhan asam asetat
dalam negeri pada tahun 2015 adalah sebesar 124.246 ton.

2. Ketersediaan Bahan Baku


Untuk bahan baku metanol, di Bontang terdapat pabrik yang diproduksi oleh PT.
Kaltim Metanol Industri yang mulai produksi pada tahun 1990 dengan kapasitas
produksi 660.000 ton/tahun atau diperoleh dari pabrik metanol di Pulau Bunyu, Kaltim
yang diproduksi oleh Pertamina dengan kapasitas produksi 330.000 ton/tahun.
Sedangkan karbon monoksida diperoleh dari unit gas karbon monoksida. Sehingga
total bahan baku metanol yang tersedia yaitu 990.000 ton/tahun.
(http://www.kaltimmethanol.com/)

3. Kapasitas Pabrik Asam Asetat yang Sudah Ada


Di Indonesia terdapat pabrik yang memproduksi asam asetat yang merupakan
satu-satunya produsen asam asetat yang pertama dalam negeri dan Asia Tenggara
yang terpadu dengan etanol yaitu PT. Indo Acidatama, Tbk dengan kapasitas produksi
33.000 ton/tahun.
(http://www.acidatama.co.id/chemical.php)

14
4. Menentukan Kapasitas Produksi
Setelah mempertimbangkan 3 aspek tersebut, direncanakan kapasitas produksi
pabrik asam asetat yang akan dibangun adalah setidaknya bisa mencukupi 100% dari
kebutuhan total pada tahun 2015. Untuk itu berdasar data analisis pada tahun 2015,
maka:
Kapasitas produksi = jumlah kebutuhan total – kapasitas pabrik yang sudah ada.
= 124.246 – 33.000
= 91.246 ton/tahun
≈ 92.000 ton/tahun
Untuk memastikan jumlah bahan baku yang tersedia mencukupi maka dapat
dihitung jika 1 kg metanol menghasilkan yield asam asetat sebesar 99%, maka
metanol yang dibutuhkan untuk kapasitas pabrik 92.000 ton per tahun adalah:
100 ton metanol
x 92.000 ton asam asetat = 92.929 ton metanol
99 ton asam asetat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metanol yang diproduksi oleh PT.
Kaltim Metanol Industri serta pabrik metanol di Pulau Bunyu yang berjumlah total
990.000 ton/tahun lebih dari cukup dan memungkinkan untuk dijadikan sumber
pasokan bahan baku pabrik asam asetat.

III.2 Rancangan Proses


3.2.1 Spesifikasi Bahan Baku
a. Methanol
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Gambar III.1 Rumus bangun methanol

15
b. Iodida
Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol
menjadi metil iodide:
MaOH + HI MeI + H2O
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam
[Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-.

c. Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−)
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan reaksi dan distribusi produk yang baik. Struktur katalis kompleks
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar III.2 Struktur katalis Rhodium

d. Iridium ([Ir(CO)2I2]−)
Iridium ([Ir(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan
asam asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan
air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]–
dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar III.3 Struktur katalis Irridium


(Mukti, 2011)

3.2.2 Teknik Pembuatan


Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam dari pembuatan
semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam
16
pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol, sintesis gas metan,
oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif fermentasi, dan
anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang umum digunakan
dalam industri asam asetat dan menjadi teknik penghasil asam asetat lebih dari 65%
dari kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif.
Reaksi Karbonilasi Metanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini,
metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi
methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa menggunakan
katalis iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.
(Rochaeni,2010 )
1. Proses Monsanto
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di
Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang
rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah
methanol. Prinsip pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO
menghasilkan asam asetat difasilitasi katalis rhodium. Katalis rhodium menghasilkan
asam asetat sampai 99 %.
Skema pembuatan asam asetat dalam pabrik dapat dilihat sebagai berikut:

17
Gambar III.4 Diagram Alir Proses Monsanto
Dalam pabrik pembuatan asam asetat tersebut, proses yang terjadi adalah:
1. Methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Iodida
dari HI berperan untuk mendukung konversi methanol menjadi metil iodida
seperti berikut:
MaOH + HI MeI + H2O
2. Metil iodida terbentuk dan diteruskan ke reaktor katalis yang mana siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam
[Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2).
3. Dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti
gambar 3.
4. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar
4).
5. Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah
lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Di tangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan
tekanan 30 atm - 60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis
dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.

Dari reaksi di atas, HI yang terbentuk dapat digunakan untuk mengkonversi


methanol menjadi MeI yang akan dimasukkan dalam proses reaksi dan melanjutkan
siklus. Sedangkan asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk

18
dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian
dilakukan dengan cara destilasi.
Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar III.5 Mekanisme Reaksi Proses Monsanto


Keuntungan Proses Monsanto:
1. Memiliki efisiensi mencapai 100%.
2. Energi yang dibutuhkan dalam seluruh proses kurang, terutama untuk pemisahan
dan pemurnian produk.
3. Memiliki hasil tinggi sekitar 98%.
4. Menggunakan bahan baku methanol yang lebih murah daripada bahan baku
nafta atau butane.
5. Reaksi sangat cepat dan katalis mempunyai umur panjang.

Kekurangan Proses Monsanto:


1. Rhodium merupakan logam yang sangat mahal.
2. Rhodium dan bentuk garam iodida larut seperti RHI3 sehingga air dalam tangki
reaksi harus relatif tinggi.
3. Rhodium juga mengkatalisis reaksi-reaksi samping seperti :
4. CO + H2O → CO2 + H2
5. Hal tersebut mengurangi tekanan parsial karbon monoksida, sehingga campuran
dibuangan dari tangki reaksi dan diganti dengan lebih banyak karbon
monoksida.
(Baskoro, 2011)

19
2. Proses Cativa
Metode produksi asam asetat ini mirip dengan proses Monsanto, tetapi
menggunakan katalis iridium yang mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I]–.
Metode ini pertama dikembangkan oleh BP Chemicals dan lisensi oleh BP Plc.
Dalam proses cativa, penggunaan katalis iridium akan efektif dengan bantuan
ruthenium yang mana kombinasi ini menghasilkan sebuah katalis yang efisien
daripada penggunaan katalis rhodium pada proses monsanto. Penggunaan iridium
sebagai katalis juga memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran
reaksi sehingga dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang dibutuhkan,
mengurangi produk samping yang terbentuk, dan menekan gas air reaksi bergeser.
Jika dibandingkan dengan proses monsanto, proses cativa menghasilkan asam
propionat sangat kecil.
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Gambar III.6 Mekanisme Reaksi Proses Cativa


Proses yang terjadi dalam metode cativa adalah:
1. Methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
2. Lalu, metil iodide masuk dalam tangki reaktor dan bereaksi dengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2).
3. Reaksi dengan gas CO sehingga I- akan keluar dari kompleks digantikan CO
sehingga bentuk kompleks baru [Ir(CO)3I] (gambar 3).
4. Struktur tersebut kurang stabil, maka untuk menstabilkan CO dimutasi berikatan
dengan CH3 (gambar 4).

20
5. Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas sehingga adanya ion I- di sekitar
kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan
I- membentuk CH3COI yang kemudian dihidrolisisi menghasilkan asam asetat
(CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi
masuk dalam siklus bereaksi dengan methanol membentuk metil iodide yang akan
bereaksi dengan katalis begitu seterusnya.
Asam asetat yang terbentuk belum murni dan untuk memisahkannya dari
pengotor maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik
dengan metode cativa dapat dipresentasikan sebagai berikut:

Gambar III.7 Diagram Alir Proses Cativa


Keuntungan Proses Cativa:
1. Memiliki efisiensi mencapai 100%.
2. Lebih ekonomis karena penggunaan iridium yang lebih murah daripada rhodium.
3. Proses lebih cepat dan efektif hanya membutuhkan sedikit katalis.
4. Iridium lebih selektif terhadap methanol, sehingga meningkatkan hasil secara
keseluruhan dan mengurangi produk samping sehingga biaya pemurnian yang
lebih rendah dan mengurangi limbah.
5. Iridium kompleks lebih larut dalam campuran reaksi daripada kompleks rhodium.
Artinya bahwa katalis tidak hilang oleh hujan dan tidak harus diganti.
(Aren, 2010)

Ditinjau dari segi ekonomis dan efisien, maka rancangan pabrik asam asetat ini
menggunakan cara karbonilasi methanol metode cativa karena dianggap lebih efisien dan
ekonomis.

21
III.3 Tinjauan Termodinamika
170℃, 30 𝑎𝑡𝑚
CH3OH + CO → CH3COOH
Ir[(CO)2I]–
Methanol CO Asam Asetat
∆𝑯𝒇𝟐𝟗𝟖 -238660 J -110525 J -484500 J
∆𝐺𝑓298 -166270 J -137169 J -389900

∆𝑯𝒓 = ∆𝑯𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 − ∆𝑯𝒓𝒆𝒂𝒌𝒕𝒂𝒏


∆𝑯𝒓 = ∆𝑯𝒇𝟐𝟗𝟖 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯 − (∆𝑯𝒇𝟐𝟗𝟖 𝑪𝑯𝟑 𝑶𝑯 + ∆𝑯𝒇𝟐𝟗𝟖 𝑪𝑶)
∆𝑯𝒓 = −𝟒𝟖𝟒𝟓𝟎𝟎 − (−𝟐𝟑𝟖𝟔𝟔𝟎 − 𝟏𝟏𝟎𝟓𝟐𝟓) = −𝟏𝟑𝟓𝟑𝟏𝟓𝑱

 Karena ∆𝑯𝒓 bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi bersifat eksotermis.

 Sesuai dengan tinjauan Thermodinamika, pada reaksi eksotermis jika tekanan


diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar). Oleh
karena itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.

 Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu
suhu operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.

 Selanjutnya, reaksi searah atau bolak balik, secara termodinamika dapat


dievaluasi dari (ΔG298). Dari persamaan ΔG298 = - RT ln K. Berikut
perhitungannya:
∆𝐺298 = ∆𝐺𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛
∆𝐺298 = ∆𝐺𝑓298 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 − (∆𝐺𝑓298 𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + ∆𝐺𝑓298 𝐶𝑂)
∆𝐺298 = −389900 − (−166270 − 137169) = −86461𝐽/𝑚𝑜𝑙
ΔG298 = −RT ln K
J J
−86461 = −8.314 298 K ln K
mol mol K
K = 1.43 × 1015
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan reaksi berlangsung secara searah atau
irreversibel (K> 1). Kemudian dengan menggunakan rumus untuk mencari hubungan
konversi vs suhu dimana k(T) adalah konversi pada suhu T:
𝑘(𝑇) ∆𝐻𝑟 1 1
𝑙𝑛 =− .( − )
𝑘(𝑇0) 𝑅 𝑇 𝑇0
(Smith van ness, 476)
22
𝐾
𝑋𝑎 (𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖) =
𝐾+1

Kurva Temperatur vs Konversi


1. Suhu 100 ˚C
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
373 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (2,681 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (2,681 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (2,681 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 23,90958559
K = 24199204300
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1
24199204300
Xa = = 0,9999999996
24199204300+1

2. 135 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
408 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (2,45 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (2,45 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (2,45 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 20,149
K = 563118137
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1
563118137
Xa = = 0,9999999982
563118137+1

3. 170 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0

23
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
443 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (2,2573 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (2,2573 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (2,2573 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 17,01317
K = 24475177,53
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9999999591

4. 200 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
473 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (2,1142 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (2,1142 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (2,1142 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 14,68396684
K = 2383228,979
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9999995804

5. 235 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
508 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,9685 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,9685 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,9685 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 12,3124426
K = 222446,6552

24
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9999955046

6. 270 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
543 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,8416 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,8416 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,8416 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 10,24692149
K = 28195,60771
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9999645347

7. 300 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
573 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,7452 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,7452 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,7452 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 8,677841625
K = 5871,360308
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9998297107

8. 335 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
408 𝑘 298 𝐾

25
ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,6447 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,6447 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,6447 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 7.042027035
K = 1143,703586
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9991264114

9. 370 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
643 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,5552 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,5552 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,5552 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 5,585256828
K = 266,4687106
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9962612449

10. 400 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
673 𝑘 298 𝐾

ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,4859 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – ln 1,43 1015 = 16276,76209 (1,4859 10-3 – 3,356 10-3 )

ln K – 34,89645 = 16276,76209 (1,4859 10-3 – 3,356 10-3 )


K = 𝑒 4,457277215
K = 86,2523425
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1

Xa = 0,9885389897
26
Hasil perhitungan di atas dibuat dalam bentuk tabel dan grafik adalah sebagai berikut :
No Suhu (oC ) Konversi (Xa)

1 100 0,9999999996

2 135 0,9999999982

3 170 0,9999999591

4 200 0,9999995804

5 235 0,9999955046

6 270 0,9999645347

7 300 0,9998297107

8 335 0,9991264114

9 370 0,9962612449

10 400 0,9885389897

1.0020000000
1.0000000000
0.9980000000
K 0.9960000000
o
n 0.9940000000
Series1
v 0.9920000000
e
0.9900000000
r
s 0.9880000000
i 0.9860000000
0 100 200 300 400 500
Suhu (oC)

Gambar III.8 Grafik hubungan suhu vs konversi menurut tinjauan termodinamika

III.4. Tinjauan Kinetika


170℃, 30 𝑎𝑡𝑚
CH3OH + CO → CH3COOH
Ir[(CO)2I]–

27
𝒌𝟏
 𝐴+𝐵 →𝑪
 −𝒓𝑨 = −𝒓𝑩 = 𝒓𝑪 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝑪𝑩
 Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan
maka semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.
(Levenspiel, 1999 : 15)
Sesuai dengan hukum Arrhenius:
𝑬⁄
𝒌 = 𝑨. 𝒆− 𝑹𝑻

k = konstanta kecepatan reaksi


A = frekuensi faktor tumbukan
E = energi aktivasi dari reaksi
R = konstanta gas ideal
= 1.98 cal/gm-mol.oK
= 1.98 Btu/lb-mol.oR
= 82.06 cm3.atm/gm-mol.oK
T = suhu reaksi
(Levenspiel, 1999 : 72)
 Sesuai hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin besar
nilai konstanta kecepatan reaksi
 Semakin besar nilai konstanta kecepatan reaksi, maka semakin cepat laju
reaksinya sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan
Dari hukum Arrhenius tersebut diperoleh harga k (konstanta kecepatan reaksi) dari
percobaan berupa rumus empiris:
𝑘 = 1,1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
Setelah diperoleh harga k pada suhu yang berbeda-beda, akan didapatkan konversi
dengan rumus :
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
(𝑋𝑎𝑒) = 1 − 𝑒 −𝑘𝑡
(Levenspiel, 1999 : 43)
Dimana Xae adalah konversi dan t merupakan waktu optimum reaksi yang dalam proses
karbonilasi methanol membutuhkan waktu 2 jam (7200 detik).
(Aren, 2010)

28
Kurva Temperatur vs Konversi
1. 100 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/373)
𝑘 = 3.3785 × 10−5
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−5 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−3.378557619×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0.7841
𝑋𝑎𝑒 = 0,2159

2. 135 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/408)
𝑘 = 1,82 × 10−4
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−4 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−1,82 ×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0,2697
𝑋𝑎𝑒 = 0,7303

3. 170 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/443)
𝑘 = 7,539 × 10−4
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−4 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−7,539×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 4,9992 x 10-3
𝑋𝑎𝑒 = 0,9950008
29
4. 200 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/473)
𝑘 = 2,1531 x 10-3
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−3 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−2,1531 x 10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 1,851091844 x 10-7
𝑋𝑎𝑒 = 0,9999998149

5. 235 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/508)
𝑘 = 6,2627 x 10-3
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 2,61238 x 10-20
𝑋𝑎𝑒 = 1

6. 270 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/543)
𝑘 = 0,01587
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 2,3756 x 10-50
𝑋𝑎𝑒 = 1

7. 300 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
30
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/573)
𝑘 = 0,03218
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1

8. 335 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/608)
𝑘 = 0,06721
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1

9. 370 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/643)
𝑘 = 0,12954
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1

10. 400 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/673)
𝑘 = 0,21534

31
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1
Hasil perhitungan di atas dibuat dalam bentuk tabel dan grafik adalah sebagai berikut :

No Suhu (oC ) Konversi (Xa)

1 100 0,2159

2 135 0,7303

3 170 0,9950008

4 200 0,9999998149

5 235 1

6 270 1

7 300 1

8 335 1

9 370 1

10 400 1

1.2

K 1
o
0.8
n
v
0.6
e
r Series1
0.4
s
i 0.2

0
0 100 200 300 400 500
suhu (oC)

Gambar III.9 Grafik hubungan suhu vs konversi menurut tinjauan kinetika

32
Untuk mencari suhu dan konversi optimum, dapat diplotkan antara grafik menurut
tinjauan termodinamika dengan grafik menurut tinjauan kinetika dan didapatkan hasil
sebagai berikut:

1.2

K 0.8
o 0.6
n Kinetika
0.4
v Termodinamika
e 0.2
r
0
s 0 100 200 300 400 500
i o
Suhu ( C)

Gambar III.10 Grafik hubungan suhu vs konversi menurut tinjauan termodinamika


dan kinetika

III.5 Pemilihan Reaktor

Gas

Liquid Liquid

Gas

Gambar III.11 Reaktor Bubble


Dengan menggunakan teknik karbonilasi methanol metode cativa ini, digunakan
reaktor bubble yang tentunya dipilih karena reaktor tersebut merupakan reaktor dengan
input gas berupa karbon monoksida dan cairan berupa methanol.
Berikut beberapa keuntungan dari reaktor bubble:
1. Mudah ditransisikan dari sistem kontinyu ke sistem batch.
2. Kapasitas pertukaran panas baik dan mudah untuk mengkontrol suhu.
3. Memiliki efektifitas dan selektifitas tinggi.
4. Pengantian katalis dan pemindahan katalis mudah.
5. Kontak antara fase gas dengan cair dan katalis lebih mudah.
6. Konstruksi yang sederhana membantu pemeliharaan yang mudah.
33
7. Tidak ada erosi karena katalis.
8. Biaya konstruksi dan operasi rendah.
Selain keuntungan tersebut, reaktor bubble juga memiliki beberapa kelemahan
antara lain terdapat pada separasi liquid terkadang sulit dan waktu tinggal fase gas
singkat.
(Nugroho, 2010)

III. 6 Kondisi Operasi Optimum


Menurut referensi, reaksi karbonilasi methanol ini berlangsung secara eksotermis
dan irreversible, suhu operasi berada pada range suhu 150 - 200oC dengan konversi
98% dan perbandingan umpan methanol terhadap CO adalah 1 : 1. Sedangkan menurut
Gambar III.10 diperoleh titik perpotongan tinjauan termodinamika dan tinjauan kinetika
yaitu pada suhu 443oK atau 170oC pada tekanan 30 atm dengan konversi mencapai
99%. Jika konversi optimum hasil perhitungan dibandingkan dengan konversi optimum
referensi, terjadi penyimpangan sekitar 0,015%.

34
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
1. Setiap tahun Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam jumlah impor
asam asetat, diperkirakan pada tahun 2015 jumlah kebutuhan produk asam asetat
dalam negeri sebesar 124.246 ton.
2. Diperlukan pembangunan pabrik asam asetat baru yang direncanakan akan
dibangun di Bontang, dengan kapasitas produksi sebesar 92.000 ton/tahun dan
beroperasi selama 330 hari/tahun.
3. Rancangan proses yang digunakan yaitu menggunakan proses karbonilasi methanol
dengan metode cativa karena lebih efisien dan ekonomis.
4. Reaksi berlangsung secara eksotermis dan irreversible.
5. Kondisi operasi yang dipakai yaitu menggunakan reaktor bubble yang dioperasikan
pada suhu optimal 170°C dengan tekanan 30 atm. Konversi mencapai 99%.
6. Berdasarkan perhitungan, kondisi operasi optimum berlangsung pada suhu 170oC
dengan tekanan 30 atm. Kondisi operasi ini sudah sesuai dengan referensi yaitu
kondisi operasi pada suhu 150o C – 200oC da tekanan 30 atm – 60 atm.

IV.2 Saran
1. Perlu adanya pengembangan metode pembuatan asam asetat oleh para akademisi
supaya efisien dan efektif, karena Produksi asam asetat masih belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri
2. Hendaknya pemerintah sebagai pemegang kebijakan dapat merealisasikan
pengembangan pabrik asam asetat di Indonesia.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adwijayanti, Yayan. 2012. Asam Asetat.http://yayanaworld.blogspot.com/2012/11/asam-


asetat_26.html. Diakses tanggal 8 September 2014.
Anonim. 2011. Sifat Kimia Asam Cuka. http://sifatasamcuka.blogspot.com/2011/05/sifat-
kimia-asam-cuka.html Diakses tanggal 8 September 2014.
Anonim. 2014. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat diakses tanggal 4
September 2014
Aren. 2010. Asam Asetat. http://arenlovesu.blogspot.com/2010/04/asam-asetat.html. Diakses
tanggal 13 September 2014.
Badan Pusat Statistik. 2007 – 2012.
Baskoro, Rio. 2011. Pendirian Pabrik Asam Asetat. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1.pdf
diakses tanggal 4 September 2014
Fauzi, Andi Rachman & Ridwan. 2012. Pra-Rancangan Pabrik Asam Asetat dari Proses
Karbonilasi Methanol Kapasitas Produksi 120000 ton/tahun.
http://eprints.undip.ac.id/36398/1/67EXECUTIVE_SUMMARY.pdf Diakses tanggal 15
September 2014.
Fransisca, Selvy. 2011. Makalah Asam Asetat.
http://selvyfransisca.files.wordpress.com/2011/07/makalah-asam-asetat.docx. Diakses
tanggal 13 September 2014.
Levenspiel, Octave. 1999. Chemical Reaction Engineering. 3rd edition. New York. John
Wiley & Sons.
Mukti W, Dina. 2011. Pra Perancangan Pabrik Asam Asetat Kapasitas 15.000 ton / tahun.
Nugroho, Bagas. 2010. Pembuatan Asam Asetat.
http://bagasvanirawan.wordpress.com/2010/07/20/pembuatan-asam-asetat/. Diakses
tanggal 8 September 2014.
Nurul. 2012. Sifat Umum. http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/0905704/sifatumum.html.
Diakses tanggal 2 September 2014.
Perry, Robert H. dan Don W. Green. 1997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook. 8th ed.
New York. Mc-Graw-Hill.
Pratiwi, Elsa. 2011. Rumus–Rumus Kimia.
http://elsaapratiwi.wordpress.com/2011/07/14/rumus-rumus-kimia/. Diakses 13
September 2014.
PT CIC Tbk. 2010. Acetic Organic.
PT Indo Acidatama Tbk. 2013. Product & Process. http://www.acidatama.co.id/chemical.php
Diakses tanggal 20 September 2014
PT Kaltim Methanol Tbk. 2013. http://www.kaltimmethanol.com/. Diakses tanggal 20
September 2014.
Rochaeni. 2010. Asam Asetat. https://www.scribd.com/doc/209057000/ASAM-ASETAT
Diakses tanggal 4 September 2014
Smith, J.M., H.C. Van Ness, et al. 2001. Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics. 6th edition. New York. Mc-Graw Hill.

36

Anda mungkin juga menyukai

  • Asam Asetat
    Asam Asetat
    Dokumen29 halaman
    Asam Asetat
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Xixixixi
    Xixixixi
    Dokumen50 halaman
    Xixixixi
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Cover CD Penelitian
    Cover CD Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Cover CD Penelitian
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Penelitian - Bab I
    Penelitian - Bab I
    Dokumen3 halaman
    Penelitian - Bab I
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen16 halaman
    Skripsi
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Pengesahan
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Dada
    Dada
    Dokumen1 halaman
    Dada
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen16 halaman
    Skripsi
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • NBJJKHJH
    NBJJKHJH
    Dokumen1 halaman
    NBJJKHJH
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Print Cover CD Perpus FT
    Print Cover CD Perpus FT
    Dokumen1 halaman
    Print Cover CD Perpus FT
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Benzena Subs 1
    Benzena Subs 1
    Dokumen24 halaman
    Benzena Subs 1
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Xixixixi
    Xixixixi
    Dokumen50 halaman
    Xixixixi
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Aaaaaaa
    Aaaaaaa
    Dokumen17 halaman
    Aaaaaaa
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Xixixixi
    Xixixixi
    Dokumen50 halaman
    Xixixixi
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Kristalisasi PDF
    Kristalisasi PDF
    Dokumen17 halaman
    Kristalisasi PDF
    andrihusain
    67% (3)
  • Print TK Fix PDF
    Print TK Fix PDF
    Dokumen42 halaman
    Print TK Fix PDF
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • BM
    BM
    Dokumen129 halaman
    BM
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • BM
    BM
    Dokumen129 halaman
    BM
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • RIAK Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
    RIAK Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
    Dokumen36 halaman
    RIAK Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat
  • Aww
    Aww
    Dokumen32 halaman
    Aww
    AditiyaRahman
    Belum ada peringkat
  • Inti Sari GGG
    Inti Sari GGG
    Dokumen2 halaman
    Inti Sari GGG
    Thufail Ikhsan Shiddiqi
    Belum ada peringkat