Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Produksi Asam Asetat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada banyak pihak terutama keluarga dan teman-
teman yang telah banyak memberikan bantuan, baik materi maupun non materi demi
kelancaran penyusunan tugas makalah ini. Dan juga kami berterima kasih pada Dosen mata
kuliah Proses Industri Kimia yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini
Makalah yang berjudul “Produksi Asam Asetat” ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah proses industri kimia yang diampu oleh Bapak Ir. Slamet Priyanto, M.S.
Makalah ini akan mendeskripsikan bagaimana perkembangan serta peluang perencanaan
pendirian pabrik asam asetat di Indonesia. Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan tentang carut marut kondisi industri asam asetat yang ada di
Indonesia.
Tiada hal yang sempurna di dunia ini. Perlu disadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Untuk itu diharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di
Indonesia beserta dapat meningkatkan taraf hidup bagi kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
I.1 Sejarah Proses ................................................................................................ 1
I.2 Pengertian Asam Asetat ................................................................................ 2
I.3 Rumus Molekul dan Rumus Bangun ............................................................. 2
1.4 Karakteristik Asam Asetat ............................................................................ 3
I.5 Manfaat Asam Asetat .................................................................................... 7
I.6 Peluang Pasar Produk Asam Asetat di Indonesia .......................................... 8
I.7 Penentuan Lokasi Pabrik Asam Asetat ......................................................... 9
BAB II PERMASALAHAN ......................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 13
III.1 Penentuan Kapasitas Produksi ................................................................... 13
III.2 Rancangan Proses ...................................................................................... 15
III.3 Tinjauan Termodinamika ........................................................................... 22
III.4 Tinjauan Kinetika ...................................................................................... 27
III.5 Pemilihan Reaktor ..................................................................................... 33
III.6 Kondisi Operasi Optimum ......................................................................... 34
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 35
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................ 35
IV.2 Saran .......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3
gr/mol victor meyes
Specific Heat : 0,487 Metode Comparison Calorimeter
Calorimeter
kal/gr ( untuk sampel cairan )
Dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut
untuk lewat antara 2 tanda ketika
Viskositas ( 20oC ) : 1,183 mengalir karena gravitasi melalui Viskosimeter
mPa.S viskometer Ostwald dan Ostwald
membandingkannya dengan
waktu alir dari zat yang sudah
diketahui viskositasnya
Tetapan Disosiasi ( 25oC ) berdasarkan nilai daya hantar
Conductivity meter
: 4,78 pKa ekivalen yang terukur
Tekanan Uap ( 20oC ) : Dengan tekanan uap murni Manometer
15,7 mbar dikalikan dengan fraksi mol. Merkurium
(Sumber : Perry’s Chemical Engineers’ Handbook)
Gambar 1.3 Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan
ikatan hidrogen.
4
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam
asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan
hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga
terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan
kadang-kadang pada cairan asam asetat murni. Dimer dirusak dengan adanya
pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.
Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya.
3. Sebagai Pelarut
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu
6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik
dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti
sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar
atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan
kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara
luas dalam industri kimia.
4. Deteksi
Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu,
garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang
menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-
garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk
kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya
yang tidak menyenangkan.
5. Reaksi-Reaksi Kimia
a) Reaksi dengan basa
Asam asetat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air. Contoh :
5
b) Reduksi
Reduksi asam asetat dengan katalis litium alumunium hidrida
menghasilkan alkohol primer. Contoh :
6
g) Halogenasi
Asam asetat dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis phosfor
membentuk asam trihalida karboksilat dan hidrogen halida.
Contoh :
7
dicampur satu sendok teh garam. Gosokkan campuran tersebut ke bagian perkakas
logam yang berkarat. Setelah karat hilang, bersihkan dengan air dan keringkan.
8. Di bidang kesehatan, dalam konsentrasi rendah asam asetat biasa digunakan
sebagai anti bakteri.
9. Sebagai pemberi rasa asam dan aroma pada makanan
10. Dalam industri farmasi cuka /asam asetat digunakan untuk untuk pembuatan obat-
obatan (aspirin)
11. Sebagai pelarut di beberapa industri karena asam asetat bisa melarutkan
baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar
seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti
air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia
12. Dalam bidang kesehatan asam asetat dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks dalam metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
(Nurul, 2012)
9
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Pabrik asam asetat ini
direncanakan didirikan di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Adapun pertimbangan
yang dipilih untuk menentukan lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
a) Faktor Primer
1. Letak Sumber Bahan Baku
Bahan baku utama berupa metanol dan karbon monoksida dapat diperoleh
didaerah tersebut. Hal ini karena Bontang terdapat pabrik Metanol, yaitu PT Metanol
Industri dan CO dari unit CO. Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi suatu
produksi sehingga pengadaannya harus benar-benar diperhatikan.
2. Utilitas
Sarana utilitas utama yang diperlukan bagi kelancaran produksi adalah air dan
energi listrik.Untuk kebutuhan lisrik dapat dipenuhi dengan adanya jaringan PLN.
Sedangkan kebutuhan air dapat dipenuhi oleh pihak pengelola kawasan industri yang
diperoleh dari sumber air tanah maupun pengolahan air laut.
3. Fasilitas Transportasi
Sistem transportasi yang dominan adalah laut dan udara sedangkan untuk
transportasi darat tidaklah menjadi hambatan. Mengingat Bontang dekat dengan
ibukota kabupaten yang hanya ditempuh sekitar 1,5 jam melalui transportasi laut.
4. Tersedianya Lahan
Faktor ini berkaitan dengan pengembangan pabrik lebih lanjut. Bontang
merupakan kawasan industri sehingga lahan didaerah tersebut telah disiapkan untuk
pendirian dan pengembangan suatu pabrik.
5. Tenaga Kerja
Jumlah dan tipe buruh yang tersedia disekitar lokasi pabrik harus diperiksa.
Juga harus perlu pertimbangkan gaji minimum di daerah tersebut, jumlah waktu kerja,
adanya industri lain di daerah tersebut, keanekaragaman ketrampilan, pendidikan
masyarakat sekitar dan lain-lain.
6. Pemasaran
Daerah pemasaran ada yang berada di Kalimantan namun sebagian besar
berada di luar Kalimantan sehingga harus ditempuh terutama lewat jalur laut. Hal ini
tidak menjadi masalah karena asam asetat adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan
bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini penyediaannya sangat
tergantung pada import.
10
b). Faktor Sekunder
1. Kebijakan Pemerintah
Pendirian pabrik perlu mempertimbangkan faktor kepentingan pemerintah
yang terkait didalamnya kebijaksanaan pengembangan industri dan hubungan dengan
pemerataan kesempatan kerja dan hasil pembangunan.
2. Perluasan Pabrik
Hal ini berkaitan dengan pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan
kapasitas produksi sesuai permintaan pasar yang meningkat. Bontang merupakan
kawasan industri, sehingga lahan di daerah tersebut telah disiapkan untuk pendirian
dan pengembangan pabrik.
3. Sarana dan Prasarana
Pendirian sebuah pabrik di daerah dengan mempertimbangkan bahwa di daerah
tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai, meliputi jalan, jaringan
telekomunikasi, bank, sarana pendidikan, tempat ibadah, perumahan, sarana
kesehatan, olahraga, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
(Fransisca, 2011)
11
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam era globalisasi, industri memegang peranan yang penting dalam kegiatan
ekonomi. Indonesia sebagai suatu negara yang berkembang saat ini juga telah
mengembangkan berbagai macam indutri. Salah satunya yaitu industri asam asetat.
Asam asetat merupakan produk industri kimia yang banyak memiliki banyak
kegunaan, industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di
Indonesia. Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan oleh industri penggunanya. Meningkatnya kebutuhan asam asetat
ini belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh satu-satunya produsen lokal, yaitu PT Indo
Acidatama Chemical Industry, sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun
semakin naik.
Sebagai sarjana teknik kimia, permasalahan seperti ini sudah seharusnya dicari
solusinya untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, untuk itu, dalam makalah
ini akan dikupas tentang industri asam asetat di Indonesia yang akan dibahas sesuai rincian
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana penentuan kapasitas produksi asam asetat?
2. Bagaimana rancangan proses industri asam asetat?
3. Bagaimana tinjauan termodinamika proses pembuatan asam asetat?
4. Bagaimana tinjauan kinetika proses pembuatan asam asetat?
5. Apa reaktor yang digunakan dan apa alasan pemilihannya?
6. Bagaimana kondisi operasi optimal untuk menghasilkan konversi maksimal dalam
memproduksi asam asetat?
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
6
2012 104.975 211.209.700 4.048.144
6
Ʃ 12.057 566.512 1.138.500.782 24.228.559
Ʃy = n.c + m.Ʃx
Ʃxy = Ʃx.c + m.Ʃx2
566.512 = 6.c + 12.057. m ….. (1)
1.138.500.782 = 12.057.c + 24.228.559.m ...… (2)
Dengan melakukan eliminasi persamaan 1 dan 2 diatas didapatkan persamaan :
y = 5423x –10.803.099
Sehingga diperkirakan jumlah kebutuhan asam asetat pada tahun 2015 dalam
negeri adalah sebesar:
y = m.x + c
y = 5423 (2015)–10.803.099
y = 124.246 ton
Berdasarkan analisis tersebut, diperkirakan jumlah kebutuhan asam asetat
dalam negeri pada tahun 2015 adalah sebesar 124.246 ton.
14
4. Menentukan Kapasitas Produksi
Setelah mempertimbangkan 3 aspek tersebut, direncanakan kapasitas produksi
pabrik asam asetat yang akan dibangun adalah setidaknya bisa mencukupi 100% dari
kebutuhan total pada tahun 2015. Untuk itu berdasar data analisis pada tahun 2015,
maka:
Kapasitas produksi = jumlah kebutuhan total – kapasitas pabrik yang sudah ada.
= 124.246 – 33.000
= 91.246 ton/tahun
≈ 92.000 ton/tahun
Untuk memastikan jumlah bahan baku yang tersedia mencukupi maka dapat
dihitung jika 1 kg metanol menghasilkan yield asam asetat sebesar 99%, maka
metanol yang dibutuhkan untuk kapasitas pabrik 92.000 ton per tahun adalah:
100 ton metanol
x 92.000 ton asam asetat = 92.929 ton metanol
99 ton asam asetat
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metanol yang diproduksi oleh PT.
Kaltim Metanol Industri serta pabrik metanol di Pulau Bunyu yang berjumlah total
990.000 ton/tahun lebih dari cukup dan memungkinkan untuk dijadikan sumber
pasokan bahan baku pabrik asam asetat.
15
b. Iodida
Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol
menjadi metil iodide:
MaOH + HI MeI + H2O
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam
[Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-.
c. Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−)
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan reaksi dan distribusi produk yang baik. Struktur katalis kompleks
Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−) dapat dilihat seperti gambar berikut:
d. Iridium ([Ir(CO)2I2]−)
Iridium ([Ir(CO)2I2]−) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan
asam asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan
air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]–
dapat dilihat seperti gambar berikut:
17
Gambar III.4 Diagram Alir Proses Monsanto
Dalam pabrik pembuatan asam asetat tersebut, proses yang terjadi adalah:
1. Methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Iodida
dari HI berperan untuk mendukung konversi methanol menjadi metil iodida
seperti berikut:
MaOH + HI MeI + H2O
2. Metil iodida terbentuk dan diteruskan ke reaktor katalis yang mana siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam
[Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2).
3. Dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti
gambar 3.
4. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar
4).
5. Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah
lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Di tangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan
tekanan 30 atm - 60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis
dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI.
18
dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian
dilakukan dengan cara destilasi.
Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar berikut:
19
2. Proses Cativa
Metode produksi asam asetat ini mirip dengan proses Monsanto, tetapi
menggunakan katalis iridium yang mengandung katalis seperti kompleks Ir[(CO)2I]–.
Metode ini pertama dikembangkan oleh BP Chemicals dan lisensi oleh BP Plc.
Dalam proses cativa, penggunaan katalis iridium akan efektif dengan bantuan
ruthenium yang mana kombinasi ini menghasilkan sebuah katalis yang efisien
daripada penggunaan katalis rhodium pada proses monsanto. Penggunaan iridium
sebagai katalis juga memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran
reaksi sehingga dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang dibutuhkan,
mengurangi produk samping yang terbentuk, dan menekan gas air reaksi bergeser.
Jika dibandingkan dengan proses monsanto, proses cativa menghasilkan asam
propionat sangat kecil.
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
20
5. Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas sehingga adanya ion I- di sekitar
kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan
I- membentuk CH3COI yang kemudian dihidrolisisi menghasilkan asam asetat
(CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi
masuk dalam siklus bereaksi dengan methanol membentuk metil iodide yang akan
bereaksi dengan katalis begitu seterusnya.
Asam asetat yang terbentuk belum murni dan untuk memisahkannya dari
pengotor maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik
dengan metode cativa dapat dipresentasikan sebagai berikut:
Ditinjau dari segi ekonomis dan efisien, maka rancangan pabrik asam asetat ini
menggunakan cara karbonilasi methanol metode cativa karena dianggap lebih efisien dan
ekonomis.
21
III.3 Tinjauan Termodinamika
170℃, 30 𝑎𝑡𝑚
CH3OH + CO → CH3COOH
Ir[(CO)2I]–
Methanol CO Asam Asetat
∆𝑯𝒇𝟐𝟗𝟖 -238660 J -110525 J -484500 J
∆𝐺𝑓298 -166270 J -137169 J -389900
Karena ∆𝑯𝒓 bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi bersifat eksotermis.
Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu
suhu operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.
2. 135 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
408 𝑘 298 𝐾
3. 170 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
23
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
443 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9999999591
4. 200 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
473 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9999995804
5. 235 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
508 𝑘 298 𝐾
24
𝐾
Xa (konversi) = 𝐾+1
Xa = 0,9999955046
6. 270 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
543 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9999645347
7. 300 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
573 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9998297107
8. 335 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
408 𝑘 298 𝐾
25
ln K – ln K(298 K) = 16276,76209 (1,6447 10-3 – 3,356 10-3 )
Xa = 0,9991264114
9. 370 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
643 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9962612449
10. 400 oC
𝑘(𝑇) 1 1
𝑙𝑛𝑘(𝑇0) = −∆𝐻𝑟
𝑅
.( - )
𝑇 𝑇0
𝐾 1 1
𝑙𝑛
𝐾(298𝐾)
= −−135325 𝐽/𝑚𝑜𝑙
8,314 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
( - )
673 𝑘 298 𝐾
Xa = 0,9885389897
26
Hasil perhitungan di atas dibuat dalam bentuk tabel dan grafik adalah sebagai berikut :
No Suhu (oC ) Konversi (Xa)
1 100 0,9999999996
2 135 0,9999999982
3 170 0,9999999591
4 200 0,9999995804
5 235 0,9999955046
6 270 0,9999645347
7 300 0,9998297107
8 335 0,9991264114
9 370 0,9962612449
10 400 0,9885389897
1.0020000000
1.0000000000
0.9980000000
K 0.9960000000
o
n 0.9940000000
Series1
v 0.9920000000
e
0.9900000000
r
s 0.9880000000
i 0.9860000000
0 100 200 300 400 500
Suhu (oC)
27
𝒌𝟏
𝐴+𝐵 →𝑪
−𝒓𝑨 = −𝒓𝑩 = 𝒓𝑪 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝑪𝑩
Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan
maka semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.
(Levenspiel, 1999 : 15)
Sesuai dengan hukum Arrhenius:
𝑬⁄
𝒌 = 𝑨. 𝒆− 𝑹𝑻
28
Kurva Temperatur vs Konversi
1. 100 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/373)
𝑘 = 3.3785 × 10−5
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−5 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−3.378557619×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0.7841
𝑋𝑎𝑒 = 0,2159
2. 135 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/408)
𝑘 = 1,82 × 10−4
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−4 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−1,82 ×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0,2697
𝑋𝑎𝑒 = 0,7303
3. 170 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/443)
𝑘 = 7,539 × 10−4
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−4 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−7,539×10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 4,9992 x 10-3
𝑋𝑎𝑒 = 0,9950008
29
4. 200 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/473)
𝑘 = 2,1531 x 10-3
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
−3 ×7200)
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 (−2,1531 x 10
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 1,851091844 x 10-7
𝑋𝑎𝑒 = 0,9999998149
5. 235 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/508)
𝑘 = 6,2627 x 10-3
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 2,61238 x 10-20
𝑋𝑎𝑒 = 1
6. 270 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/543)
𝑘 = 0,01587
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 2,3756 x 10-50
𝑋𝑎𝑒 = 1
7. 300 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
30
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/573)
𝑘 = 0,03218
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1
8. 335 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/608)
𝑘 = 0,06721
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1
9. 370 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/643)
𝑘 = 0,12954
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1
10. 400 oC
𝑘 = 1.1568 × 104 × 𝑒 (−7330/𝑇)
𝑘 = 1.1568× 104 × 𝑒 (−7330/673)
𝑘 = 0,21534
31
− ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑘𝑡
ln(1 − 𝑋𝑎𝑒) = −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 𝑒 −𝑘𝑡
(1 − 𝑋𝑎𝑒) = 0
𝑋𝑎𝑒 = 1
Hasil perhitungan di atas dibuat dalam bentuk tabel dan grafik adalah sebagai berikut :
1 100 0,2159
2 135 0,7303
3 170 0,9950008
4 200 0,9999998149
5 235 1
6 270 1
7 300 1
8 335 1
9 370 1
10 400 1
1.2
K 1
o
0.8
n
v
0.6
e
r Series1
0.4
s
i 0.2
0
0 100 200 300 400 500
suhu (oC)
32
Untuk mencari suhu dan konversi optimum, dapat diplotkan antara grafik menurut
tinjauan termodinamika dengan grafik menurut tinjauan kinetika dan didapatkan hasil
sebagai berikut:
1.2
K 0.8
o 0.6
n Kinetika
0.4
v Termodinamika
e 0.2
r
0
s 0 100 200 300 400 500
i o
Suhu ( C)
Gas
Liquid Liquid
Gas
34
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Setiap tahun Indonesia cenderung mengalami peningkatan dalam jumlah impor
asam asetat, diperkirakan pada tahun 2015 jumlah kebutuhan produk asam asetat
dalam negeri sebesar 124.246 ton.
2. Diperlukan pembangunan pabrik asam asetat baru yang direncanakan akan
dibangun di Bontang, dengan kapasitas produksi sebesar 92.000 ton/tahun dan
beroperasi selama 330 hari/tahun.
3. Rancangan proses yang digunakan yaitu menggunakan proses karbonilasi methanol
dengan metode cativa karena lebih efisien dan ekonomis.
4. Reaksi berlangsung secara eksotermis dan irreversible.
5. Kondisi operasi yang dipakai yaitu menggunakan reaktor bubble yang dioperasikan
pada suhu optimal 170°C dengan tekanan 30 atm. Konversi mencapai 99%.
6. Berdasarkan perhitungan, kondisi operasi optimum berlangsung pada suhu 170oC
dengan tekanan 30 atm. Kondisi operasi ini sudah sesuai dengan referensi yaitu
kondisi operasi pada suhu 150o C – 200oC da tekanan 30 atm – 60 atm.
IV.2 Saran
1. Perlu adanya pengembangan metode pembuatan asam asetat oleh para akademisi
supaya efisien dan efektif, karena Produksi asam asetat masih belum mencukupi
kebutuhan dalam negeri
2. Hendaknya pemerintah sebagai pemegang kebijakan dapat merealisasikan
pengembangan pabrik asam asetat di Indonesia.
35
DAFTAR PUSTAKA
36