Anda di halaman 1dari 13

BAB I

KONSEP DASAR

PERSALINAN NORMAL

A. Definisi
1. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (POGI dkk, 2008).
2. Persalinan normal adalah lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam
uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
menggunakan alat pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau
lebih dengan berat badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama
persalinan kurang dari 24 jam yang dibantu dengan kekuatan kontraksi
uterus dan tenaga mengedan.

B. Sebab-sebab Persalinan
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui benar, dikemukakan
beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan. (Dewi,
2012)
1. Teori penurunan hormonal
1-2 minggu sebelum partus normal terjadi penurunan kadar hormone
estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang kontraksi otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi lebih tua
Yang akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglions servikale (frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus (induction drips)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan rangsang laminaria,
amniotomi, dan oksitosin drips.

C. Tanda tanda persalinan


Gejala persalinan sebagai berikut (Sumarah, 2008):
1. Terjadinya his persalinan
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
b. Sifatnya teratur, intervalnya semakin pendek
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. Makin beraktivitas kekuatan his makin bertambah
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu
a. Pengeluaran lendir
b. Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam diketahui perubahan serviks
a. Perlunakan serviks
b. Pendatarn serviks
c. Terjadi pembukaan serviks
5. Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki panggul terutama
pada primigravida, pada multigravida tidak begitu kentara
6. Perut kelihatan melebar, fundus uteri turun
7. Perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.

D. Faktor-faktor persalinan
1. Power
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah His (kontraksi
otot-otot rahim). Otot-otot diafragma dan aksi ligamentum. Keempat
kekuatan ini bekerjasama dengan aik dan sempurna.
a. His dikatakan sempurna jika:
1) Kontraksi bersifat simetris
2) Dominan di fundus uteri
3) Diikuti dengan relaksasi
b. Yang penting diawasi tentang his adalah:
1) Frekuensi
Jumlah his dalam 10 menit.
2) Intensitas
Kekuatan his (dapat diketahui melalui palpasi saat kontraksi
terjadi)
3) Durasi
Lamanya setiap his diukur dengan detik
4) Interval
Masa relaksasi
c. Perubahan-perubahan akibat his
1) Uterus teraba keras atau padat karena kontraksi
2) Rasa nyeri karena iskemia dan kontraksi rahim
3) Ada kenaikan nadi dan tekanan darah
4) Pada janin dan pertukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenta
erkurang ,maka timbul hipoksia ringan.
2. Passage
a. Bagian keras panggul
1) Tulang panggul terdiri atas 4 tulang, yaitu
a) 2 tulang pangkal paha (os coxae)
b) 1 tulang kelangkang (os sacrum)
c) 1 tulang tungging (os koksigis)
2) Bidang atau pintu panggul
a) Pintu atas panggul (PAP)
Promontorium, linea innominata, dan tepi atas simfisis
b) Pintu tengah panggul (PTP)
Pada spina ischiadika
c) Pintu bawah panggul (PBP)
Simfisis dan arkus pubis
3) Ukuran panggul
a) Distansia spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm)
b) Distansia kristarum
Jarak terjauh antara kedua Krista illiaka kanan dan kiri (26-29)
c) Konjugata eksterna
Jarak dari pinggir atas simfisis ke lumal V
d) Lingkar panggul
Jarak dari SIAS kanan tepi atas simfisis. SIAS kiri ke lumbal V
(belah ketupat) kembali ke SIAS kanan.
e) Distansia tuberum
Jarak antara kedua tuber ischiadika kiri dan kanan
f) Konjugata diagonalis
Jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium.
4) Bidang Hodge
a) Bidang hodge I
Bidang khayal yang terletak setinggi atas simfisis dan
promontorium.
b) Bidang hodge II
Bidang khayal yang sejajar dengan hodge I, setinggi tepi
bawah simfisis.
c) Bidang hodge III
Sejajar hodge I setinggi spina ischiadika kanan dan kiri
d) Bidang hodge IV
Sejajar hotge I dan setinggi os koksigis.
b. Bidang Lunak Panggul
Terdiri atas segmen bawah rahim uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus, dan ligamentum yang menyeluungi dinding dalam dan
bawah panggul.
3. Passanger
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan interaksi
beberapa faktor, ykni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Plasenta juga dianggap bagian dari passanger karena
menyertai janin.
a. Tulang-tulang kepala janin
1) Bagian tengkorak
a) Os frontal/tulang dahi 2 buah
b) Os parietal/tulang ubun-ubun 2 buah.
c) Os occipital/tulang belakang kepala 1 buah
d) Os temporal/tulang pelipis 2 buah
Diantara tulang-tulang tersebut terdapat sela tengkorak (sutura)
yang memungkinkan terjadinya pergeseran dan menyebabkan
moulase. Sutura yang harus dikenal adalah:
a) Sutura sagitalis
Sela panah antara kedua os parietal
b) Sutura coronaria
Sela mahkota antara os frontal dan os parietal
c) Sutura lambdoidea
Sela antara os occipital dan kedua os parietal
d) Sutura frontalis
Sela antara os frontal kiri dan kanan
Selain sutura, dalam proses persalinan juga dikenal ubun-ubun
(frontanel), yaitu:
a) Ubun-ubun besar (frontanel mayor) adalah lubang dalam
tulang tengkorak yang berbentuk segiempat dan hanya tertutup
oleh selaput dan merupakan pertemuan dari 4 sutura (sutura
sagitalis, sutura coronaria, dan 2 sutura frontalis). Bentuknya
menyerupai kepala panah, sudut depan yang runcing menunjuk
ke bagian muka anak.
b) Ubun-ubun kecil (frontanel minor) bukan merupakan lubang
besar pada tengkorak, tapi tempat dimana 3 sutura bertemu (2
sutura lambdoidea dan sutura sagitalis).
2) Bagian muka
a) Tulang hidung (os nasela)
b) Tulang pipi (os zigomatikum) 2 buah
c) Tulang rahang atas (os maxilaris)
d) Tulang rahang bawah (os mandibularis)
3) Ukuran kepala janin
a) Ukuran muka belakang
 Diameter suboccipito-bregmatica dari foramen magnum ke
uun-ubun besar (9,5cm)
 Diameter suboccipito-frontalis dari foramen magnum ke
pangkal hidung (11cm)
 Diameter fronta-occipitalis dari pangkal hidung ke titik
yang terjauh pada belakang kepala (12cm)
 Diameter mento-occipitalis dari dagu ke titik yang terjauh
pada belakang kepala (13,5)
 Diameter submento-bregmatica dari bawah dagu ke ubun-
ubun besar (9,5cm)
b) Ukuran melintang
 Diameter biparietalis adalah jarak os parietal kiri dan kanan
(9,5cm)
 Diameter bitemporalis adalah jarak dari os temporalis kiri
dan kanan (8cm)
c) Ukuran lingkaran
 Sirkumferensia suboccipito bregmatica (32cm)
 Sirkumferensia fronto-occipitalis (34cm)
 Sirkumferensia mento-occipitalis (35cm)
b. Presentasi
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas
panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
Tiga presentasi janin yang utama adalah kepala, bokong, dan bahu.
c. Letak
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung janin)
terhadap sumbu panjang (punggung ibu). Ada dua macam letak yaitu
letak memanjang dan letak melintang. Letak memanjang dapat berupa
presentasi kepala atau presentasi bokong.
d. Jumlah janin
e. Posisi
Posisi adalah hubungan antara bagian presentasi terhadap empat
kuadran panggul ibu.

E. Pembagian Tahap Persalinan


Persalinan dibagi dalam IV kala, yaitu:
1. Kala I (pembukaan)
Kala I adalah kala yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai dengan
pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida adalah 12 jam, pada
multigravida adalah 8 jam. Pembukaan pada primigravida diperkirakan
berjalan 1 cm/jam, sedangkan pada multigravida 2 cm/jam.
Kala I teragi dalam 2 fase yaitu:
a. Fase laten, pembukaan serviks 0-3 cm, berlangsung tidak leih dari 8
jam
b. Fase aktif, pembukaan serviks 4-10 cm, berlangsung ± 7 jam. Fase
aktif terbagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, dilatasi maksimal dan
deselerasi.

2. Kala II (pengeluaran janin)


Kala II adalah kala pengeluaran janin, dimulai dari pembukaan lengkap
hingga bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan multigravida
1 jam. Tanda dan gejala kala II adalah:
a. Dorongan untuk mengedan
b. Tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan anus membuka
e. Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
f. Kepala turun ke dasar panggul
Mekanisme persalinan:
1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm, letakkan
kain yang bersih dan kering di perut ibu dan di bawah okong iu
(lipat 1/3 bagian), dengan satu tangan tahan bagian perineum
sedangkan tangan yang lain menahan belakang kepala bayi agar
tidak terjadi defleksi maksimal. Anjurkan iu mengedan perlahan
atau bernapas cepat dan dangkal.
2) Perhatikan perineum saat kepala bayi lahir. Usap muka bayi
dengan kain bersih atau kasa DTT untuk membersihkan lender dan
darah sambil memeriksa adanya lilitan tali pusat/tidak.
3) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan. tempatkan kedua tangan secara biparietal pada kepala
janin, dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian arahkan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang.
4) Saat bahu posterior lahir, tangan bawah menyangga leher, kepala
bahu dan bagian samping bayi, tanghan atas menelusuri tubuh bayi
dari bahu, siku, lengan, punggung, bokong dan kaki. Sisipkan jari
telunjuk tangan atas dikedua kaki bayi, jari yang lain memegang
kaki bayi. Letakkan bayi diatas kain atau handuk diatas perut ibu,
posisikan kepala lebih rendah dari tubuhnya, keringkan sambil
lakukan penilaian sepintas, berkan rangsangan taktil dan pastikan
tubuh dan kepala bayi ditutupi dengan baik.
5) Dengan klem DTT, jepit tali pusat 3 cm dari perut bayi, dorong isi
tali pusat kearah ibu (sekitar 5cm), jepit klem kedua ±2 cm dari
klem pertama. Pegang tali pusat diantara kedua klem, lindungi
perut bayi, potong tali pusat dengan gunting DTT, ikat dan
bungkus tali pusat dengan kasa steril.

3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)


Kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir sampai lahirnya
plasenta, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda lepasnya
plasenta adalah :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Manajemen aktif kala III :
a. Serahkan bayi kepada ibu untuk diberi ASI
b. Letakkan kain bersih pada perut ibu
c. Periksa uterus untuk memastikan janin tunggal, jika iya beritahu ibu
akan disuntik
d. Beri suntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 paha bagian luar
e. Lakukan penegangan rali pusat terkendal, pindahkan klem 5-10 cm
dari vulva, satu tangan diatas sinfisis ibu untuk merangsang kontraksi
uterus, saat terjadi kontraksi tangan yang berada di simfisis melakukan
dorongan kearah dorso kranial, tangan yang ditali pusat melakukan
penegangan tali pusat
f. Jika plasenta belum lahir, tunggu hingga berkontraksi lagi kemudian
ulangi langkah diatas. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 menit
berikan suntikan ulang oksitosin
g. setelah plasenta lahir, anjurkan ibu meneran hingga plasenta terdorong
melalui introuitus vagina. Tegangkan tali pusat sejajar lantai,
keemudian arahkan ke atas sesuai poros jalan lahir
h. Saat plasenta di depan introitus vagina, topang dengan kedua tangan
dan putar secara sirkuler untuk menghindari robeknya selaput plasenta.
Letakkan didalam wadah yang sudah disediakan

4. Kala IV (Pemantauan)
Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Setelah plasenta lahir, yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kelengkapan plasenta (selaput dan jumlah kotiledonnya)
b. Evalusai tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus
c. Jumlah perdarahan yang keluar dalam batas normal
d. Menilai jika ada laserasi jalan lahir dan derajatnya:
1) Derajat I jika mengenai kulit perineum, mukosa vagina dan
komisura posterior.
2) Derajat II jika mengenai kulit perineum, mukosa vagina, komisura
posterior, dan otot perineum.
3) Derajat III jika mengenai kulit perineum, mukosa vagina, komisura
posterior, otot perineum dan otot sfingter ani.
4) Derajat IV jika mengenai kulit perineum, mukosa vagina,
komisura posterior, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding
depan rectum.
Derajat I tidak memerlukan jahitan, drajat II, III, IV perlu
dilakukan penjahitan.
e. Evaluasi keadaan umum ibu melalui pemeriksaan tanda-tanda vital
setiap:
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama post partum.
2) 15 menit sekali dalam 1 jam pertama post partum.
3) 30 menit sekali dalam 1 jam kedua post partum.
f. Dokumentasi asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di lembar
belakang partograf. Penolong persalinan harus mendampingi ibu
selama dua jam pertama post partum. Ajarkan keluarga menilai
kontraksi uterus dan cara merangsangny, jumlah perdarahan serta
pastikan bayi hangat dan ditutupi dengan baik.

F. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan menurut APN


Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 60 langkah
asuhan persalinannormal sebagi berikut:
1. Mendengar dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala II
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosi dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½
ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastic
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tanganm DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin
0,5 %, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam
dalam larutan klorin 0,5 %.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan
DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
11. memberitahu ibu pembukaan dudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saad ada his, banttu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakkan handuk bersi (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18. Memakai srung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
biparietal, menganjurkan pada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan
siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan tangan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk).
25. Melakukan penilaian selintas:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
26. Keringkan tubuh bayi mulai muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali kedua tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam kondisi dan posisi
yang aman diperut bagian bawah ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) bukan kehamilan ganda (gamelli).
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosi 10 unit IM di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya pada
simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
33. Memindahkan klem pada tali hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi . Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali
pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakan atas (dorso kranial)
secar hati-hati untuk mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
selama 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan
dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahit, lakukan massase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar deng lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terba keras)
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke kantong plastik atau tempat
khusus.
40. Evaluasi kemungkian laserasi vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai srung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secera
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi denga baik dan kandung kemih kosong.
44. Ajarka ibu/keluarga cara massase uterus dan menilai kontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau kedaan bayi dan plasenta bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
x/menit)
48. Tempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci bilas peralatan setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di ranjang atau disekitar
ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan 0,5 % selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan fifik
bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksisinfeksi, vitamin
K1 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernafasa bayi (normal 40-60 x/menit) dan temperature tubuh (normal
36,5-37,5°C) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B dipaha kiri bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam kedaan terbalik dan rendam di dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda-tanda
vital dan Asuhab kala IV persalinan.

Anda mungkin juga menyukai