Anda di halaman 1dari 5

Bima (Sanskerta: भभभ, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भभभभभभ, bhīmaséna) adalah

seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh
heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat
selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia
merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se'ayah'-
nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama
Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama
ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam
episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa
basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Daftar isi
 1 Arti nama
 2 Kelahiran
 3 Masa muda
 4 Pendidikan
 5 Peristiwa di Waranawata
 6 Peristiwa di Hidimbawana
 7 Pembunuh Raksasa Baka
 8 Bima dalam Bharatayuddha
 9 Bima dalam pewayangan Jawa
o 9.1 Sifat
o 9.2 Istri dan keturunan
o 9.3 Nama lain
 10 Lihat pula

Arti nama
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah "mengerikan". Sedangkan
nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja vṛ(ri)kodara, artinya ialah
"perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah
Bhimasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat
keturunan (akibat kutukan dari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru
kepada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah
dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.

Masa muda
Pada masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di
antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para
sepupunya, yaitu Korawa. Salah satu Korawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci dengan
sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga Duryodana berniat
untuk membunuh Bima.

Pada suatu hari ketika para Kurawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai
Gangga, Suyudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya
telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai seseorang, ia memakan
makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian, Bima pingsan. Lalu tubuhnya
diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu
dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di
tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima.
Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima.
Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya,
lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri
untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga.

Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh
anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya
memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah. Lalu Bima meminumnya tujuh mangkuk,
sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di
istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang,
Duryodana kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Ketika para [Pandawa]
menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas, mereka mulai berhati-
hati.

Pendidikan
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh
Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai
ilmu menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu
saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan
Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.

Peristiwa di Waranawata
Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di Waranawata, ia dan Yudistira
sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk
membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu Purocana, telah membangun
rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima
hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa
bulan.

Pada suatu malam, Dewi Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan
Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana
beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan
oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan
melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar
rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa
mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat.
Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan Sadewa berada di pahanya, sedangkan
Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.

Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di sana
mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri Hastinapura yang
mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati
Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua
saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.

Peristiwa di Hidimbawana
Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan Hidimbi/Arimbi yang jatuh cinta dengannya. Kakak
Hidimbi yang bernama Hidimba, menjadi marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan
seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Kemudian Bima dan Hidimba
berkelahi. Dalam perkelahian tersebut, Bima memenangkan pertarungan dan berhasil
membunuh Hidimba dengan tangannya sendiri. Lalu, Bima menikah dengan Hidimbi. Dari
perkawinan mereka, lahirlah seorang putera yang diberi nama Gatotkaca. Bima dan
keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah
itu mereka melanjutkan perjalanan. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama
Sutasoma, sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri Balandhara dari Kerajaan Kashi
adalah Sarwaga. Semua anak Bima gugur dalam Perang di Kurukshetra.

Pembunuh Raksasa Baka


Setelah melewati Hidimbawana, Bima dan saudara-saudaranya beserta ibunya tiba disebuah
kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga [[brahmana].
Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya
pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang
bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut
berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk
mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini,
keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran
untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan
kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima
yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia
setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di
sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa.
Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya. Bakasura
yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah pertarungan sengit.
Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura seperti
memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang
Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia tinggal di sana
selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi ke Kampilya,
ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai Dropadi dari seorang
brahmana.
Bima dalam Bharatayuddha
Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia
berperang dengan menggunakan senjata gadanya yang sangat mengerikan.

Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan
senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna
mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika
Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan,
Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga
ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan
sumpahnya.

Bima dalam pewayangan Jawa

Bima sebagai tokoh wayang Jawa.

Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat
mantan presiden Indonesia, Ir. Soekarno, pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan
mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima. Nama Sukarno sendiri berasal dari
nama Karna, panglima yang memihak Kaurawa.

Sifat

Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap
semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa
halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal
ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam
lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan
ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka,
Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian
yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji
Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal,
Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda
dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara
lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra,
Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

Istri dan keturunan

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri dan
3 orang anak, yaitu:

1. Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,


2. Dewi Arimbi, berputera Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.

Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera
Srenggini.

Nama lain

 Bratasena
 Balawa
 Birawa
 Dandungwacana
 Nagata
 Kusumayuda
 Kowara
 Bima
 Pandusiwi
 Bayusuta
 Sena
 Wijasena
 Jagal Abilawa

Anda mungkin juga menyukai