Anda di halaman 1dari 18

PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY

Tahun 2012

Pemantapan Jati Diri IPS Untuk Mengantisipasi


Perubahan Ku rikulum
Persekolahan

Sardiman AM., MP.d

Sekretariat Panitia : FIS \1, Kampus Karangmalang, 55281Vog■ akarta. Telp. (0274) 586168 Psi 247,
248, 249, 376, (0274) 548202 , Fax. (0274) 548201 Sardiman AM, M.Pd
FAKULTAS ILMU SOSIAL
NNebsite: http://www.fis.un),ac.id e-mail : fis4uny.ac.id UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2012
PIDATO ILMIAH

PIDATO ILMIAH

DIES NATALIS FIS KE-47

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2012

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

PEMANTAPAN JATI DIRI IPS MENGANTISIPASI PERUBAHAN dan masyarakat yang sedang kacau seperti diskriminasi dekadensi

KURIKULUM PERSEKOLAHAN moral, anarkhisme dan kekerasan dari si kaya kepada si papa dan
miskin.
"Politics is more difficult than physic and the world is more likely to Kehidupan ini terjadi setelah sekitar setengah abad
die from bad politics than from bad physic" (Albert Einstein)**
terjadinya revolusi industri. Di benak Thomas Arnold social studies
merupakan salah satu instrumen penting untuk mengatasi
PENGANTAR
kebobrokan kehidupan masyarakat di Inggris. Dengan social
Menyoal kembali tentang pendidikan IPS di Indonesia
studies ini Thomas Arnold ingin melakukan rehumanisasi anak-
sebenarnya cukup melelahkan tetapi juga menantang. Pasalnya sejak
anak yang fisik dan jiwanya masih lentur. Secara bertahap
IPS ini menjadi mata pelajaran di sekolah dari kelahirannya sampai
eksperimen Thomas Arnold ini membuahkan hasil. (Esterlita
sekarang ini masih menghadapi berbagai permasalahan, termasuk
Pratiwi, 2011). Dimulai dari perbaikan perilaku para peserta didik
permasalahan jati diri. Tetapi menjadi menantang kalau posisi
dengan lingkungannya kemudian ditiru oleh sekolah-sekolah dan
pendidikan IPS dikaitkan dengan hakikat kehidupan berbangsa dan
guru-guru yang lain. Terjadi proses normalisasi kehidupan
bernegara. Pendidikan IPS sebenarnya memiliki peran penting dalam
bermasyarakat di Inggris.
membangun harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
ernegara (perhatikan pernyataan Albert Einstein di atas).

Secara historik konon kabarnya pelajaran social studies dapat


menjadi instrumen politik untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Sebagai contoh di Inggris dan juga di Amerika Serikat. Pertama kali
social studies ini diperkenalkan di kota Rugby, Inggris sekitar tahun
1827. Oleh Thomas Arnold social studies ini kemudian dimasukkan
alam kurikulum sekolah yang dipimpinnya. Social studies ini **Dikutip dari Zamroni (2011), "Transformasi Pembelajaran IPS
Guna Memantapkan Peran Nilai-nilainya dalam Pembangunan
dimaksudkan sebagai pelajaran untuk memperbaiki kehidupan remaja Karakter Bangsa", Makalah, disampaikan di UHAMKA pada
Kongres HISPISI XIII, 7-9 Oktober 2011
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

Sementara di Amerika Serikat muncul permasalahan 1960 secara eksplisit sudah ada pemisahan dalam konteks kajian

kehidupan bermasyarakat dan berbangsa setelah terjadi Perang akademik antara substansi kajian social sciences dengan social

Saudara (1861-1865) (lih. NCSS.1994). Masyarakat menjadi trauma studies. Social studies semakin memantapkan diri dengan ciri

dan bersifat pasif, tidak partisipatif. Kondisi ini sangat tidak terpadu dan interdisipliner.

menguntungkan bagi negara yang sangat menghidup-hidupkan Selama kurun waktu 1937-1970-an pembelajaran social studies

demokrasi. Kondisi multi ras juga menjadi permasalahan penting dinilai berhasil membantu memecahkan berbagai problem sosiol

dalam rangka memajukan Amerika yang satu. Permalahan ini menjadi kebangsaan di Amerika Serikat.

perhatian para pendidik untuk meningkatkan motivasi dan semangat, Melihat pengalaman sejarah pembelajaran social studies di
menciptakan kehidupan yang lebih harmoni, penuh motivasi, dua negara tersebut, menunjukkan bahwa mata pelajaran social
toleransi, transparan, dan meningkatkan kebersamaan untuk studies merupakan instrumen penting dalam mengatasi
membangun kehidupan yang lebih mantap dan bertanggung jawab permasalahan sosio kebangsaan di suatu negara. Dengan
dalam kondisi yang memang begitu majemuk. Dirintislah oleh pengalaman itu Indonesia ingin mengembangkan pembelajaran
sekolah-sekolah di negara bagian Wisconsin yang membelajarkan social studies di persekolahan. Hal ini dilakukan karena di
social studies sejak tahun 1892 (Pargito,2olo). Kemudian pada tahun Indonesia juga muncul problem-problem sosio kebangsaan pasca
1916 Panitia Nasional Pendidikan Menengah menyetujui untuk era Demokrasi Terpimpin dan G 30 S/PKI. Di Indonesia istilah
memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah. Secara social studies ini diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
umum Amerika Serikat berhasil mengembangkan pembelajaran social (IPS). Sejak tahun 1975 secara resmi IPS menjadi salah satu mata
studies di sekolah. Hal ini semakin mantap setelah terbentuknya pelajaran di sekolah. Namun pelaksanaan pembelajaran IPS di
National Council for The Social Studies (NCSS). NCSS kemudian Indonesia tidak dapat berlangsung dan berhasil seperti negeri
merumuskan konsep social studies sebagaimana dirintis Edgar Bruce asalnya. Periode tahun 1975-1984-an istilah IPS sebagai mata
Wesley dengan cara melakukan seleksi, penyederhanaan, adaptasi, pelajaran di sekolah memang sangat populer. Bahkan LPTK yang
yang kemudian merumuskan serta memadukan aspek-aspek dari bertanggung jawab mencetak guru menyelenggarakan berbagai
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pada akhir tahun pelatihan termasuk mengirim para dosennya untuk mengikuti

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

pelatihan P3G sampai berbulan-bulan, termasuk untuk bidang IPS. PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Tetapi pada saat diterapkannya Kurikulum 1984 untuk sekolah, Telah dijelaskan bahwa pembelajaran IPS di sekolah

kajian IPS mulai meredup apalagi pada saat diberlakukannya sampai sekarang masih menghadapi berbagai permasalahan.

Kurikulum 1994. Substansi IPS sebagai salah satu mata pelajaran di Permasaalahan yang utama adalah soal pemahamandan

sekolah yang merupakan perpaduan berbagai cabang Ilmu-ilmu kesepakatan tentang konsep dasar terutama yang menyangut

Sosial dan humaniora belum pernah terjadi sinkronisasi dan substansi kajian dengan pendekatan yang digunakan untk

kemantapan konseptual bila dikaitkan dengan filosofi, harapan dan mengembangkan dan mengorganisasikan standar isi mata

tujuan yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan. pelajaran IPS di sekolah, sparated atau integrated. Kemudian

Begitu juga pada kurikulum sekolah yang dikenal sebagai Kurikulum yang tidak kalah penting lagi adalah masalah kebermaknaan mata
pelajaran IPS dalam kehidupan manusia.
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini rumusan tetang
konsep, tujuan, materi ajar dan penerapannya untuk menunjuk jati Mengenai substansi kajian IPS yang kemudian diwujudkan

diri IPS belum pernah tuntas. Para pengambil kebijakan dan praktisi dalam bentuk standar isi sampai sekarang masih debatable.

pembelajaran IPS belum ada kesepahaman secara nasional. Artinya Subtansi kajian IPS yang merupakan perpaduan aspek-aspek dari

sampai sekarang persoalan mata pelajaran IPS ini dalam berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora sudah dirintis

operasionalisasi baik dalam konteks isi maupun pelaksanaannya di sejak tahun 1968 dengan merumuskan konsep IPS dari cabang-

lapangan belum seperti yang diharapkan. Itulah sebabnya FIS UNY cabang ilmu-ilmu sosial terutama dari bidang geografi, sejarah

dalam Diesnya yang ke-47 tahun 2012 ini mengangkat tema : dan ekonomi. Tahun 1972/1973 IPS menjadi salah satu mata

"Pematapan Jati Diri IPS Mengantisipasi Perubahan Kurikulum pelajaran pada Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan

Persekolahan" Mungkin saja paparan ini tidak menjawab tema (PPSP). Kemudian pada tahun 1975 IPS secara resmi menjadi

tersebut secara langsung. Sebab dalam perubahan atau perbaikan salah satu mata pelajaran pada kurikulum sekolah di Indonesia.

kurikulum sekolah di Indonesia cenderung tambal sulam, belum ada Tahun-tahun itu mata pelajaran IPS cukup terkenal. Namun mata

inovasi yang signifikan dikaitkan tantangan yang ada. Oleh karena pelajaran IPS pada Kurikulum Tahun 1975 itu ternyata kalau

itu, yang lebih penting bagaimana memantapkan konsep yang dilihat dari rumusan/organisasi substansi kajiannya juga masih

sekiranya dapat mengatasi problem-problem sosial yang ada. ngambang, belum mantap. Selanjutnya seperti sudah disinggung
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

untuk mata pelajaarn IPS di SD/MI relatif sudah terpadu, tetapi di


pada pengantar di depan bahwa sejak diterapkannya Kurikulum
SMP/MTs belum terpadu. Di SMP/MTs namanya memang mata
1984 greget pendidikan IPS mulai melemah, apalagi dengan
pelajaran IPS, tetapi baru semacam rangkaian kereta api, lokonya
dilaksanakan Kurikulum 1994 yang nampak menekankan pada
bernama IPS tetapi isinya masih gerbong-gerbong, ada gerbong
disiplin keilmuan masing-masing bidang. Posisi dan jati diri mata
geografi, gerbong sejarah, gerbong ekonomi, dan gerbong sosiologi,
pelajaran IPS boleh dikatakan tinggal nama.
Wacana untuk membangun kembali hakikat IPS sebagai dengan kata lain masih terpisah-pisah. Harus diakui bahwa dalam

mata pelajaran yang utuh dan bergengsi di sekolah secara serius proses perumusan standar isi IPS itu masih terjadi tarik ulur dan gt

mulai didiskusikan dan dirumuskan pada tahun 1999/2000, perebutan kapling" serta arogansi keilmuan dari masing-masing

seiring dengan penyusunan draf rintisan kurikulum berbasis pelaku disiplin keilmuan yang terkait. Rumusan standar isi IPS di

kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini dalam SMP/MTs yang masih terpisah-pisah itu sangat memberatkan dan

perkembangannya disebut dengan Kurikulum 2004. Draf Kurikulum membingungkan guru, sementara peserta didik dibebani materi yang

2004 ini sudah disosialisasikan secara luas dan bahkan sudah begitu banyak dengan jam pertemuan yang terbatas.. Dengan

dilakukan piloting, tetapi sebelum kurikulum ini dilaksanakan tiba-tiba demikian pengembangan konsep IPS sebagai pembelajaran ilmu-

kandas oleh kebijakan pemerintah untuk segera mengganti draf ilmu sosial dan humaniora secara utuh, terpadu dan interdisipliner

kurikulum ini dengan rancangan kurikulum yang baru. Sekalipun serta relevan dengan kehidupan masyarakat sulit terwujud.

sebenarnya kebijakan penggantian itu sangat kental dengan muatan Mengapa tim pengembang di BSNP juga belum berhasil
politis. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai realisasi merumuskan konsep dan substansi IPS atau standar isi yang
amanat UU No. 20 Tahun 2003 dan PP. No. 19 Tahun 2005 bagaikan menggambarkan satu mata pelajaran yang bulat, utuh, terpadu,
"Bandung Bandawasa" segera merumuskan standar isi. Lahirlah dan interdisipliner sebagaimana yang sudah lama diharapkan ? Di
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai dilaksanakan
samping masih terasa ada arogansi keilmuan, ternyata juga
pada tahun 2006. Di dalam kurikulum ini sudah barang tentu termasuk
terkait dengan alasan-alasan teknis. Apabila IPS itu merupakan
standar isi untuk mata pelajaran IPS. Di tingkat pendidikan dasar,
satu mata pelajaran yang bulat, utuh dan terpadu, waktu itu
SD/MI dan SMP/MTs diharapkan terpadu, sementara di SMA/MA
akan menghadapi kesulitan di lapangan, karena guru yang
sparated sesuai displin bidang ilmu masing-masing. Hasil rumusannya,
mengajar IPS di SD dan utamanya di SMP/MTs belum ada

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

lulusan/sarjana (S 1) dari Program Studi Pendidikan IPS. Kemudian diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menganalisis
pemerintah dan juga pelaku di lapangan sering mudah menyerah terhadap kondisi dan realitas sosial kemasyarakatan sehingga

karena soal teknis ketimbang mencari solusi yang lebih konseptual mendapatkan pelajaran untuk ikut memecahkan masalah sosial

substantif untuk mengatasi problem yang lebih strategis. Problem dan berperan serta dalam menciptakan kehidupan yang

ini sebenarnya bisa segera diatasi dengan melakukan koordinasi harmoni di masyarakat, tetapi ternyata belum berhasil. Kondisi
kehidupan sosial kemasyarakatan kita masih memprihatinkan.
dan sinkronisasi pihak-pihak yang bertanggung jawab pada tataran
Pendidikan IPS pada khususnya dan pendidikan nasional pada
pendidikan dasar dan menengah dengan pihak pendidikan tinggi,
umumnya belum berhasil mengemban amanah UU. No.20
plus para pihak atau institusi yang terkait serta person-person yang
Tahun 2003 untuk mengembangkan kemampuan dan
dipandang ahli di bidang IPS, semuanya dengan niatan tulus
membentuk watak, karakter serta peradaban bangsa yang
semata-mata untuk kepentingan anak bangsa, bukan demi ilmunya
bermartabat. Berbagai masalah sosio kebangsaan masih sering
apalagi kepentingan pribadi, maka permasalahan tersebut akan
terjadi. Misalnya, maraknya kenakalan remaja, perkelahian
dapat akan diatasi.
antarpelajar, perilaku semau gue dan tidak displin,
Di tengah-tengah kondisi ketidakmantapan substansi dan teknik
anarkhisme, lunturnya kesantunan dan budi pekerti luhur,
pembelajaran IPS di lapangan, masyarakat orang tua/wali bahkan
korupsi yang masih menggurita, lemahnya kemandirian dan jati
peserta didik sendiri banyak yang tidak menyenangi dan tidak tertarik diri bangsa.
dengan mata pelajaran IPS. Problem-problem tersebut tidak dapat dilepaskan dari
Banyak diantara mereka memandang bahwa pelajaran IPS itu sejarah masa-masa sebelumnya. Perlu kiranya direnungkan
tidak penting, apalagi tidak di-UN-kan. Mata pelajaran IPS dipandang bahwa sejak tahun 1978 saat pemerintah Orde Baru berhasil
tidak banyak gunanya dalam konteks kehidupan baik dalam memantapkan paradigma pembangunan yang lebih
konteks kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa. menekankan pada pembangunan bidang ekonomi dan fisik,
Akibatnya orang tua dan peserta didik kurang respect dengan maka kemakmuran masyarakat secara ekonomis, fisik dan
mata pelajaran IPS, sehingga tidak jarang saat anaknya duduk di materiil mengalami peningkatan yang signifikan. Pembangunan
bangku SMA, sewaktu akan penjurusan diarahkan agar anaknya sarana parasarana juga semakin lengkap, sekalipun ada problem
masuk ke jurusan IPA, bukan ke IPS. Pendidikan IPS yang pada aspek pemerataan. Namun di balik keberhasilan itu,
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

paradigma pembangunan yang lebih menekankan bidang ekonomi menggunakan paradigma esensialisme. Rumusan standar isinya
dan kebendaan telah memberi peluang semakin mekarnya paham sangat kental dengan content oriented (Wayan Lasmawan,
materialisme dan melahirkan celah tempat "nylonongnya" 2009). Proses pembelajaran yang berlangsung akan
sekularisme. Keberhasilan pembangunan ekonomi di era Orde menitikberatkan pada kegiatan penguasaan materi ajar yang
Baru telah menimbulkan pola dan gaya hidup modern yang berbasis keilmuan dan proses tagihannya juga lebih mudah
cenderung materialistik. Dunia dan materi telah menjadi faktor dilaksanakan. Dengan demikian pendidikan di sekolah cenderung
dominan untuk membangun manusia Indonesia. Akibatnya hal-hal, intelektualistik. Pendidikan yang bersifat intelektualistik,
dan aktivitas yang tidak bersentuhan langsung dengan persoalan pendidikan yang mengutamakan penguasaan materi seperti
ekonomi, persoalan materi dan uang menjadi tidak marketable. selama ini terjadi cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan
Pembangunan yang bertumpu pada economic margin or gain pengembangan kepribadian.
(Soemarno Soedarsono, 2009) juga telah membawa perubahan Seiring dengan perkembangan IPTEK dan kuatnya pengaruh
pandangan dan perilaku masyarakat. Masyarakat cenderung aliran pragmatisme dan positivisme, maka pengembangan
pragmatis dan tidak jarang yang harus mengorbankan idealisme pendidikan kita lebih berorientasi pada inovasi dan eksperimentasi
sebagai warga bangsa untuk sebuah keuntungan materi. yang bersifat teknologis, tetapi kurang membangun perspektif
Pemenuhan jangka dekat lebih diutamakan. tujuan dan kebutuhan asasi. Kemajuan dan kualitas masyarakat
Timbullah pola berpikir praktis-formalistik, instan, lebih diartikan sebagai perubahan dalam penggunaan alat-alat
berorientasi pada target kuantitatif dan kadang melupakan teknologi ketimbang kemajuan dan kualitas dalam arti tujuan
kualitas. Pragmatisme dengan prinsip praktis dan formalistik kehidupan yang sejati (Sodiq A. Kuntoro, 2008). Pendidikan di
kemudian bersinggungan dengan positivisme secara tidak sekolah lebih berorientasi pada kekinian dalam arti segera
langsung juga telah ikut berimbas pada penyelenggaraan memberikan hasil/kepuasan tetapi sesaat.
pendidikan. Sekalipun sering bias tujuan, prinsip mudah
Bagi masyarakat sebagai orang tua/wali dan juga peserta
dilaksanakan, dapat diukur dan memenuhi persyaratan telah
didik, pendidikan di sekolah itu yang penting dapat mengerjakan
menjadi bingkai penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
soal-soal ulangan untuk mendapatkan nilai rapor yang baik dan
Prinsip ini kemudian menjadi sangat "cocok" untuk melaksanakan
naik, kemudian dapat mengerjakan soal-soal UN untuk
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang penyusunannya
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

mendapatkan NEM yang baik dan lulus. Pemahaman ini jelas telah Sebutan IPS di Indonesia adalah sebuah kesepakatan untuk
mereduksi proses pendidikan yang sesungguhnya sebagai proses menunjuk istilah lain dari social studies. Mata pelajaran IPS
pendidikan karakter, proses pembentukan watak dan pengembangan merupakan bahan kajian yang dirumuskan atas dasar realitas dan
kepribadian peserta didik sebagai generasi muda bangsa. Kegiatan fenomena sosial yang diorganisasikan dengan satu pendekatan
pendidikan dimaknai sebagai belajar untuk menghafal materi, interdisipliner. IPS dapat dikatakan sebagai mata pelajaran yang
mengumpulkan informasi dan mengakumulasi fakta. Mata pelajaran bahan kajiannya diambil dan diseleksi dari ilmu-ilmu sosial dan
yang paling rentan dan mudah terjebak pada kegiatan menghafal humaniora kemudian diadaptasi untuk kepentingan pencapaian
adalah IPS. Dengan demikian pendidikan IPS yang berbasis materi dan tujuan pendidikan (menurut istilah Wesley ilmu-ilmu sosial yang
masih sparated serta cenderung hafalan akan sangat melelahkan, tidak sederhanakan). Sebutan social studies atau IPS itu juga untuk
menarik dan tidak bermakna dalam kehidupan keseharian. menunjuk sifat keterpaduan dari ilmu-ilmu sosial (integrated social
sciences) (lih. Zamroni, 2010). Jadi sifat keterpaduan itu mestinya

MENEGUHKAN KEMBALI JATI DIRI IPS menjadi ciri pokok mata pelajaran IPS di sekolah. Oleh karena itu,
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran IPS S. Hamid Hasan (2010) menegaskan bahwa IPS adalah studi

selama ini masih menghadapi berbagai problem antara lain integratif tentang kehidupan manusia dalam berbagai dimensi

menyangkut jati diri termasuk konsep dan rumusan standar isi pada ruang dan waktu dengan segala aktivitasnya. Dalam rumusan yang
KTSP. Artinya posisi dan jati diri pendidikan IPS di sekolah itu lain, IPS merupakan kajian yang terkait dengan kehidupan sosial

sampai sekarang belum mantap. Dalam rangka memantapkan jati kemasyarakatan berserta lingkungannya untuk kepentingan

diri IPS itu maka perlu kembali ditegaskan tentang pengertian, pendidikan dalam rangka melahirkan para pelaku sosial.
tujuan dan ruang lingkup serta pendekatan yang digunakan untuk Selanjutnya dalam UU Sisdiknas, dijelaskan bahwa IPS merupakan

merumuskan standar isi yang tepat sesuai dengan maksud dan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar
tujuan pendidikan IPS di sekolah, terutama di jenjang pendidikan dan menengah yang antara lain mencakup ilmu bumi, sejarah,
dasar. ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

tingkat perkembangan anak didik. Berangkat dari uraian itu, maka


analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat (penjelasan
secara rinci dapat dirumuskan tujuan pembelajaran IPS, antara
pasal 37).
lain mengantarkan, membimbing dan mengembangkan potensi
Sementara itu pihak National Council for Social Studies (NCSS)
peserta didik agar: (1) memahami kehidupan masyarakat dalam
telah lama mempopulerkan makna social studies sebagai studi
berbagai aspek dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar
integratif tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Bidangbidang atau
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri (learning
ilmu-ilmu yang diintegrasikan yakni misalnya: antropologi, arkeologi,
skills), empati, memiliki kesadaran dan keterampilan sosial untuk
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah sosio
agama, dan juga matematika dan ilmu-ilmu kealaman. Maksud dan
kebangsaan, memiliki kesadaran dan keterampilan sosial (social
tujuannya adalah untuk membentuk warga negara yang baik, warga
skills) dalam kehidupan bermasyarakat, (3) memiliki kesadaran
negara yang demokratis dan bertanggung jawab (lih. NCCS:1994)•
dan membangun komitmen terhadap nilai-nilai sosial-budaya,
Konsep social studies dari NCCS ini telah banyak mengilhami para
kebangsaan, dan kemanusiaan untuk mengembangkan kepribadian
ahli di Indonesia untuk merumuskan pengertian IPS. Bahkan relevan
yang lebih dewasa, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi,
dengan pengertian itu ahli senior dari Indonesia M. Numan Soemantri
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
(2001) menegaskan bahwa program pendidikan IPS merupakan
tingkat lokal, nasional, dan global (lih, Hamid Hasan, 2010). Dalam
perpaduan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora termasuk rumusan yang lain, dikatakan bahwa melalui pendidikan IPS
di dalamnya agama, filsafat, dan pendidikan. Bahkan IPS juga dapat diharapkan mampu membentuk warga negara dan warga dunia yang
mengambil aspekaspek tertentu dari ilmu-ilmu kealaman dan demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai
teknologi. (Anonim, 2008).
Dengan pengertian itu berarti IPS merupakan pelajaran yang
Mencermati pengertian dan rumusan tujuan pendidikan IPS di
cukup komprehensif yang dapat menjadi salah satu instrumen
atas sebetulnya sudah sangat umum dan semua pihak yang
penting untuk membangun peserta didik insan Indonesia yang
berkepentingan dengan pendidikan IPS sudah sepakat dan tidak ada
berkarakter, peserta didik yang mengembangkan rasa empati serta
perbedaan persepsi, tetapi dalam pelaksanaannya ternyata timbul
berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosio-
berbagai versi dan pandangan yang kecenderungannya tidak
kebangsaan di Indonesia, sesuai dengan kadar kemampuan dan
kontekstual, kurang sinkron dengan maksud dan tujuan pendidikan
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

IPS. Oleh karena itu, untuk meneguhkan kembali jati diri IPS penulis
memasuki jenjang perguruan tinggi sesuai dengan keilmuan dan
ingin menegaskan beberapa hal. Pertama, IPS merupakan salah satu
program studi yang dipilihnya. Pendekatan correlated untuk
pelajaran dasar di jenjang pendidikan persekolahan. Kedua,
memperluas pemahaman peserta didik tentang pengembangan
pendidikan IPS di sekolah merupakan integrated social sciences,
ilmu dan realitas kehidupan. Berikut ini digambarkan aspek-aspek
merupakan studi integratif tentang kehidupan manusia dalam
pendekatan untuk mengemas standar isi IPS di sekolah
berbagai dimensi ruang dan waktu dengan segala aktivitasnya dalam
(Diinspirasi, dan bandingkan, Udin S. Winataputra, 2010).
konteks sosio kebangsaan. Dengan demikian agar lebih bermakna
pendekatan yang digunakan dalam merumuskan standar isi adalah
Pendekatan dalam PIPS
integrated untuk pendidikan dasar dan sparated dan corelated untuk
SMA/MA, serta corelated dan integrated untuk SMK. Pendekatan Kelas VII-IX SMP/MTs
Kelas I-VI (SD/MI)
integrated ini untuk menambah bobot kebermaknaan dalam konteks  Integrated  Integrated
 Thematic  Thematic
kehidupan konkret di masyarakat. Masyarakat itu sebuah sistem yang
 Life skill  Humanistic
masing-masing unsur saling mendukung, dan terpadu untuk meraih  Humanistic  Functional
tujuan.

PIPS
Oleh karena itu pendekatan terpadu sangat cocok untuk
memecahkan masalah-masalah sosial yang ada dewasa ini. Untuk
membina peserta didik, untuk memecahkan masalah sosial
kebangsaan yang ada tidak cukup hanya dengan sejarah saja, Kelas X-XII (SMA/MA) Kelas X-XII (SMK)
dengan ekonomi saja, dengan geografi saja, dengan sosiologi saja,  Sparated  Integrated
 Structural  Correlated
dengan matematika saja, dengan fisika saja dan seterusnya.  Functional  Functional
Meminjam pendapat Von Laue (lih. I Gde Widja, 1991)  Correlated

pembelajaran secara terpadu ini sangat cocok di era globalisasi.


Sementara untuk SMA/MA menggunakan pendekatan sparated
untuk membekali dasar keilmuan para peserta didik yang akan

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

secara kultural dapat berperan dalam memperkuat jati diri


Ketiga. Seiring dengan pendekatan integrated yang kemudian
bangsa. Secara akademik hal ini didukung oleh tiga tradisi
dilaksanakan pembelajaran yang tematis maka unrsur-unsur
pedagogis dalam mengembangkan kajian IPS yang dipopulerkan
atau bidang-bidang keilmuan yang dipadukan dalam mata
oleh Barr dkk (1978) yang kemudian populer tahun 1980-an (lih
pelajaran IPS dapat lebih banyak, tidak hanya geografi, sejarah,
Udin S. Winataputra, 2010). Yang terkait dengan masalah sosial,
ekonomi dan sosiologi tetapi cabang-cabang ilmu sosial lain,
terutama tradisi kedua, Social Studies Taught as Social Science
humaniora, bahkan juga ilmu-ilmu kealaman dan teknologi.
yang terkait dengan pembentukan warga negara yang baik yang
Pembelajaran IPS secara tematis dan terpadu memiliki banyak
ditandai dengan kemampuan dalam melihat dan mengatasi
keuntungan. Di samping lebih efektif dan efisien dan lebih
masalah-masalah sosial dan personal dengan menggunakan cara
kontekstual, juga dapat meningkatkan motivasi belajar,
kerja ilmuwan sosial, dan tradisi ketiga: Social Studies Taught
pengalaman belajar peserta didik semakin kaya, luas dan
as Reflective Inquiry, merupakan tradisi yang ditandai dengan
berkembang (Trianto, 2007). Meminjam prinsip pembelajaran
pembentukan warganegara yang baik dengan kemampuan
terpadu dari Fogarty (1991) pembelajaran IPS secara terpadu
mengambil keputusan dalam upaya mencari nilai tambah dan
juga akan mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan
memecahkan masalah-masalah sosial. Masalahmasalah sosial
sosial, dan keterampilan mengorganisasikan; juga
yang populer yang sedang marak terjadi di berbagai negara dan
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
juga menjadi masalah sosial di Indonesia antara lain yang
Keempat, dalam hal tujuan di samping beberapa tujuan yang
terkait dengan bentuk-bentuk kejahatan dan kekerasan sosial
telah dirumuskan di atas, perlu ada kerja sama dan pembagian
seperti penyimpangan sexual, narkoba, penculikan,
tugas dengan PKn. Kalau PKn tujuan utamanya membentuk
pembunuhan, berbagai tindak kriminal; yang terkait dengan
warga negara yang baik, warga negara yang demokratis dan
masalah diskriminasi dan ketidakadilan sosial seperti banyaknya
bertanggung jawab, memperkuat rasa kebangsaan, sementara
kemiskinan di antara si kaya, masalah SARA, masalah gender,
IPS membentuk warga negara yang mampu memahami dan
kekerasan terhadap anak dan perempuan, masalah penyakit fisik
menganalisis masalahmasalah sosio kebangsaan untuk ikut
dan mental; terkait dengan perubahan sosial dan problem-
berperan dalam memecahkan masalah-msalah tersebut dan
problem besar seperti masalah dalam rumah tangga, urbanisasi

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

dan masalah kependudukan, masalah pendidikan, krisis


Bahkan, Gross (Hamid Darmadi, 2007) menegaskan bahwa
lingkungan, isu terorisme (James M. Henslin, Lori Ann Fowler,
pendidikan nilai itu merupakan pendidikan IPS dalam konteks
2010), di samping itu sudah barang tentu masalah korupsi,
sama-sama untuk mewujudkan warga negara yang baik, warga
lunturnya budi pekerti luhur, lemahnya kemandirian dan jati diri
negara yang demokratis, bertanggung jawab, berperadaban
bangsa. Kelima, terkait dengan standar isi IPS pada KTSP yang
tinggi, memiliki rasa kebangsaan (dan jati diri) yang kokoh.
berbasis materi keilmuan sehingga melahirkan pembelajaran
Dijelaskan bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk
yang intelektualistik, perlu dilakukan revitalisasi bahkan
mengembangkan potensi peserta didik menjadi warga negara
restrukturisasi dengan menggunakan teori rekonstruksi sosial
dan warga dunia yang baik, demokratis, bertanggung jawab
berbasis karakter (lih. Wayan Lasmawan,2009). Keenam, untuk
serta warga dunia yang cinta damai. Demokratis diantaranya
memantapkan jati diri IPS perlu ada praktik IPS dan Lab.IPS.
ditandai oleh sikap menghargai dan menjunjung tinggi hukum
Ketujuh, perlu kita sadari bahwa FIS adalah salah satu fakultas
dari LPTK. Oleh karena itu, sebagai core bisnisnya ilmu-ilmu dan menghormati perbedaan pendapat. Tanggung jawab

sosial yang diajarkan di sekolah (ilmu-ilmu sosial kependidikan) ditandai dengan kemampuan dan kemauan untuk selalu

kemudian diberi sparing partner ilmu-ilmu sosial yang non- membangun komitmen, kosekuen dan istiqomah, bertanggung

kependidikan. Oleh karena itu, mestinya FIS terus melakukan jawab baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama dan

kajian-kajian termasuk ikut memecahkan problematika lingkungannya, serta terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

embelajaran IPS secara akademis, bukan sekedar teknis. Sedangkan cinta damai ditandai antara lain mengedepankan
kebersamaan, membangun sikap arif dan bijaksana, mudah
IPS DAN PENDIDIKAN KARAKTER
memberikan maaf, menghargai pandangan orang lain,
Untuk memantapkan posisi dan jati diri IPS sebagai mata
menghilangkan sikap egoisme dan paradigma berpikir diagnotik
pelajaran di sekolah, perlu kiranya dikembangkan perspektif
serta negatif yang cenderung menjadi sumber konflik. Dengan
pendidikan karakter. Bahkan kalau kita lihat dari maksud dan
tujuan ini diharapkan tercipta warga negara yang beriman dan
tujuan IPS seperti diuraikan di atas, nampak jelas bahwa IPS itu
bertakwa, cerdas dan kritis, arif dan bijaksana, demokratis dan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan karakter atau
tanggung jawab, mampu berkomunikasi dan berkompetisi,
pendidikan nilai (Darmiyati Zuchdi, 2008, Samsuri, 2009).
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

mandiri dan berjiwa kebangsaan di tengah-tengah pergaulan Persoalannya adalah pendidikan IPS yang bagaimana yang
dunia global. dapat mengembangkan karakter bagi peserta didik. Sudah
Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan karakter barang tentu pendidikan yang bersifat intelektualistik, pendidikan
merupakan proses menyaturasakan sistem nilai kemanusiaan dan yang hanya menekankan penguasaan materi keilmuan semata,
nilai-nilai budaya Indonesia dalam dinamika kehidupan tidak dapat menjalankan misi pendidikan karakter yang ingin
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sardiman AM, 2010). menuju warga bangsa unggul dan bermartabat dalam arti
Pendidikan karakter bangsa merupakan suatu proses bertakwa, berakhlak mulia, demokratis, peduli dan
pembudayaan dan transformasi nilai-nilai keindonesiaan dan nilai- bertanggung jawab serta memiliki jati diri keindonesiaan yang
nilai kemanusiaan. Beberapa contoh nilai-nilai kemanusiaan itu kuat. Pembelajaran IPS yang berbasis materi dan cenderung
antara lain: kejujuran, kasih sayang, pengendalian diri, saling hafalan tidak mungkin dapat menjalankan misi tersebut.
menghargai dan menghormati sesama, kerja sama dan tanggung Perpaduan aliran positivisme dan pragmatisme yang
jawab (lih. Lickona, 2000). Dalam kaitan ini karakter bangsa berintervensi ke dunia pendidikan perlu diwaspadai
dapat dikatakan sebuah keunikan suatu komunitas yang secara kritis agar tidak menimbulkan akumulasi
mengandung perekat kultural bagi setiap warga negara. Karakter kekecewaan di kemudian hari. Target-target jumlah dalam
bangsa Indonesia senantiasa menyangkut perilaku yang bentuk angka dan kuantifikasi kemanusiaan dan hal-hal yang
mengandung core values dan nilai-nilai keindonesiaan yang fundamental dalam kehidupan manusia perlu mendapat
berakar pada filosofi Pancasila, dan simbol-simbol negara seperti perhatian khusus. Di Indonesia memasang angka standar
Sang Saka Merah Putih, semboyan Bhineka Tunggal Ika, lambang kelulusan UN 5,5 kemudian untuk menerima tunjangan
Garuda Pancasila, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (ALPTKI, profesi guru harus mengajar tatap muka 24 jam dengan
2009). Nilai-nilai keindonesiaan itu harus menjadi bagian penting persyaratan administrasi yang sekian macam, ternyata
dari proses pendidikan karakter dan hal ini dapat dilakukan menimbulkan berbagai perilaku menyimpang seperti tidak jujur,
melalui pendidikan IPS. perjokian, bahkan telah menodai profesionalisme seseorang.
Kita sudah terlalu lama mendidik dengan mata rasio tetapi

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

Pokok Bahasan IPS Kl. Tema IPS K1.VII Sm. 1


jarang mendidik dengan mata hati seperti dipesankan oleh (Terpadu)
VII/Sm 1 (KTSP)
tokoh pendidikan A. Dahlan dan juga Ki Hajar Dewantara. Oleh Bentuk-bentuk Kulit Indonesia Zamrut
karena itu, pendidikan pada umumnya dan pendidikan IPS pada
1 . Bumi Khatulistiwa
(bentuk relief, proses • Keadaan alam di
khususnya harus dikembangkan sebagai proses transasksi dan
pembentukan relief Muka Nusantara yang indah
transfomasi kultural. Dalam mendisain standar isi termasuk Bumi, klasifikasi batuan • dan permai Kekayaan
pelaksanaan pembelajarannya harus berbasis pada hakikat dan Penyusun Kerak alam di Nusantara
Bumi, Gempa Bumi,Tenaga yang melimpah,karena
karakter peserta didik, bukan berorientasi materi semata.
Eksogen, Tenaga Endogen) kemurahan Tuhan
Pendekatan esensialisme sudah saatnya direstrukturisasi dengan
2 . Kehidupan pada Masa • Nenek moyangkuseorang
teori rekonstruksi sosial yang mengacu pada teori pendidikan Pra Aksara Pelaut
interaksional (lih. Nana Syaodih Sukmadinata, 1996) Agar lebih (jenis manusia pra
aksara, kehidupan sosial •
kontekstual, mudah, dan menyenangkan, serta dapat mencapai ekonomi Budaya nenek moyang
tujuan, maka harus dikembangkan pembelajaran IPS secara masyarakat praaksara, hasil yang religious
kebudayaan masa
tematis dan terpadu (untuk pendidikan dasar). Dengan tematis
pra aksara, asal usul nenek • Barter melatih kejujuran
dan terpadu akan lebih menarik dan kontekstual, di samping moyang bangsa Indonesia

efektif dan efisien. Untuk mengakhiri uraian ini, kami ingin 3 . Interaksi Sosial (Bentuk- Gotong royong
memberi gambaran perbandingan antara pokok bahasan yang bentuk interaksi Sosial, membangun kebersamaan
Proses interaksi
Sosial
berbasis keilmuan dan tema dalam IPS (yang terpadu) di
4 . Manusia sebagai
SMP/MTs, dalam rangka memperkuat jati diri keindonesiaan. makhluk
sosial dan ekonomi
(Pengertian Manusia
Ekonomi, manusia sebagai
makhluk ekonomi yg
bermoral, perilaku
manusia dalam
pemanfaatan sumber daya)

Sardiman AM, M.Pd


PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

Penutup DAFTAR PUSTAKA

Demikian orasi ilmiah ini kami sampaikan. Terkait dengan


ALPTKI (2009). "Pemikiran tentang Pendidikan Karakter dalam
penguatan jati diri IPS kami tidak secara langsung
Bingkai Utuh Sistem Pendidikan Nasional", Makalah,
menghubungkan dengan gemuruhnya kerja teman-teman di Asosiasi LPTK Indonesia
Jakarta yang sedang melakukan perbaikan (kurikulum dan) Anonim, (2o08). "Pendidikan IPS sebagai Upaya untuk
Membangun Jati Diri Bangsa", hasil diskusi Dewan Pakar
standar isi IPS. Dikaitkan dengan jiwa dan pesan di balik
HISPISI, 9 Agustus 2008.
peraturan perundang-undangan yang ada dan kemauan para
Barr, R.D., Barth, J.L.Shermis, S.S. (1978). The Nature of the
pejabat kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta HISPISI Social Studies, Palm Spring: An ETS Pablication
sebagai oraganisasi profesi yang relevan, konsep dan pendekatan Darmiyati Zuchdi (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan
yang digunakan untuk mengembangkan IPS di sekolah Kembali Pendidikan yang Manusiawi, Jakarta: Bumi Aksara.

sebenarnya sudah jelas. Di SD/MI integrated, di SMP/MTs juga Esterlita Pratiwi, (2012) dalam http://esterlitapratiwi,
blogspot.com/2011, diunduh 9 September 2012
integrated, kalau memang masih bingung ya correlated, sedang
Fogarty, Robin, 1991. The Mindful School: How to Integrated
di SMA/MA sparated, syukur dilengkapi dengan correlated. Bagi
the Curricula, Palatine, Illinois: Skylight Publishing, Inc.
FIS dan FE dalam lingkup LPTK mestinya tidak bercerai dengan
Hamid Darmadi. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Moral,
jati diri IPS. FIS dan FE di samping mengembangkan bidang- Bandung: Alfabeta.
bidang keilmuan yang ada di fakultas, seharusnya terus
Hassan, S. Hamid, (2010), "Pendidikan IPS (Definisi,Tujuan, SKL,
memberikan bantuan dan fasilitasi pelaksanaan pendidikan dan Konten, Proses dan Asesmen)" Panduan, Yogyakarta:
pembelajaran IPS di sekolah, kecuali kalau kita ingin lepas dari HISPISI
pesan wider mandate. Ini memang sebuah tantangan sekaligus
Henslin, James M., Fowler, Lori Ann, (2010). Social Probles: A
memerlukan keberanian. Terima Kasih !!! Down-to-Earth Approach, Boston: Pearson.

Lickona, Thomas. (2000). "Talks About Character Education",


wawancara oleh Early Chilhood Today, ProQuest Education
Journal, April, 2000, http://webcache.google
usercontent.com., diunduh, 20 April 2010.
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

Nana Syaodih Sukmadinata, (1996), "Pengembangan


Kurikulum Pendidikan Tinggi dalam Era Globalissi"
Makalah disampaikan pada seminar tentang Widja, I Gde, 1991. " Pendidikan Sejarah dan Tantangan
Masa Depan,"Makalah Orasi Ilmiah, Disampaikan pada
Pengembangan Kurikulum oleh Pusbangkurandik,
pengukuhan Guru Besar Tetap pada Ilmu Pendidikan
Balitbangdikbud, Jakarta. Sejarah FKIP Universitas Udayana, 19 Januari 1991.
NCSS., (1994). Curriculum Standars for the Social Studies. Zamroni, (2010), "Peran Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan
Washington D.C.: National Council for the Social Studies.
Karakter Bangsa", Makalah, disampaikan pada Seminar
Pargito (2010) dalam http://haslindafadilah.blog spot.com/ 2o.1 Internasional oleh HISPISI dan UNM di UNM Makasar, 13-14
0, diunduh pada 10 September 2012 Juli 2010.

Samsuri, (2009), "Mengapa Perlu Pendidikan Karakter?", _____(2011). "Transformasi Pembelajaran IPS Guna
Makalah, disajikan pada workshop tentang Pendidikan Memantapkan Peran Nilai-nilainya dalam Pembangunan
Karakter, FISE UNY, Karakter Bangsa", Makalah, disampaikan di UHAMKA pada
Kongres HISPISI XIII, 7-9 Oktober 2011
Sardiman AM, (2010). "Revitalisasi Peran Pembelajaran IPS
dalam Pembentukan Karakter Bangsa", Cakrawala
Pendidikan, Edisi Khusus Dies Natalis UNY, Th XXIX, Mei
2010.

Soemarno Soedarsono, H. (2009). Karakter Mengantarkan


Bangsa dari Gelab Menuju Terang. Jakarta: Kompas
Gramedia.

Somantri, M. Numan (2001). Menggag as Pembaharuan


Pendidikan IPS, Bandung: Rosda Karya.

Trianto, (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan


Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Udin. S. Winataputra. (2010). "Peran Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial (IPS) dalam Konteks Pembangunan
Karakter Bangsa", Makalah, disampaikan pada acara
Seminar Internasional oleh HISPISI dan UNM di UNM
Makasar, 13-14 Juli.
Sardiman AM, M.Pd
PIDATO ILMIAH Dies Natalis ke-47 FISE UNY Tahun 2012

Sardiman AM, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai