Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Komunitas II

Dosen Pembimbing: Imam Abidin.S,Kep,Ners

Disusun Oleh :

Kelompok 2 (KELAS H TK 3)

Diki Nugraha (AK.1.16.116)


Ila Purnama Sari (AK.1.16.123)
Nila Dwi Ramadhanty (AK.1.16.133)
Resti Rahmawati (AK.1.16.136)

STIkesBhakti Kencana Bandung

Jl.Soekarno Hatta.No. 754 Cibiru Bandung

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Lansia” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis
susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Komunitas II. Penulis mengucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap
pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun bagi penulis.

Bandung, April 2019

Penyusun

i|Asuhan Keperawatan Gerontik


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Menua .................................................................................................4

2.2 Perubahan Fisik, Psikologis dan Sosial yang normal Pada Lansia ..................5

2.3 Perubahan Dasar Manusia Pada Lansia ............................................................8

2.4 Terapi Modalitas Pada Lansia ........................................................................13

2.5 Asuhan Keperawatan Pada Lansia br Teori ...................................................15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus .............................................................................................................20

3.2 Asuhan Keperawatan br’ Kasus ...................................................................20

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................34

4.2 Saran .............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35

ii | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia akan mengalami perkembangan dengan berbagai masa yang
berurutan di dalam siklus kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga masa
tua. Masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan serta tidak dapat diulang kembali. Hal-hal yang terjadi
di tahap awal perkembangan akan memberikan pengaruh terhadap tahap
perkembangan selanjutnya. Salah satu tahap akhir perkembangan yang pasti
dilalui oleh individu adalah lanjut usia (Lansia).
Lansia menurut UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab
1 Pasal 1 Ayat 2 adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun. World
Health Organization (WHO) mengklasifikasikan Lansia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok, yaitu usia pertengahan (middle age)
dengan usia antara 45-49 tahun, lanjut usia (elderly) dengan usia antara 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) dengan usia antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) dengan usia di atas 90 tahun. Jumlah Lansia secara global diprediksi
terus mengalami peningkatan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok
usia lainnya.
Peningkatan jumlah Lansia di dunia yang berumur 65 tahun atau lebih
menurut WHO tahun 2011 diperkirakan mencapai angka 524 juta di tahun 2010
dan diperkirakan meningkat menjadi hampir 1,5 milyar di tahun 2050 dengan
sebagian besar populasi terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2014 menyebutkan bahwa usia
harapan hidup orang Indonesia adalah 60,1 tahun untuk jangka waktu 2005-
2010 dan 70,1 tahun untuk jangka waktu 20102015. Peningkatan usia harapan
hidup inilah yang mengakibatkan jumlah Lansia Indonesia semakin meningkat.
Jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 dunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat dengan jumlah Lansia peringkat 8 dunia. Sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah Lansia di Indonesia
sebanyak 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk Indonesia). Tahun 2014
jumlah penduduk Lansia di Indonesia meningkat menjadi 18,781 juta jiwa dan

1|Asuhan Keperawatan Gerontik


diperkirakan tahun 2025 akan mancapai 36 juta jiwa, tahun 2035 akan
mencapai 41 juta jiwa, dan tahun 2050 akan mencapai 80 juta jiwa. Sebaran
jumlah Lansia di Indonesia menurut provinsi yang masuk ke dalam 3 besar
secara berturut-turut adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 menyebutkan
bahwa jumlah penduduk Lansia di Jawa Tengah mencapai 11,7% dari total
penduduk Jawa Tengah yaitu 3.983.203 jiwa yang terdiri dari Lansia yang
berumur 60-64 tahun sebanyak 1.343.347 jiwa dan Lansia yang berumur di atas
65 tahun sebanyak 2.639.856 jiwa. Sensus Kabupatan Semarang tahun 2014
menyebutkan bahwa jumlah Lansia di Kabupaten Semarang mencapai 10,65%
dari total penduduk Kabupaten Semarang yaitu 101.813 jiwa yang terdiri dari
Lansia yang berumur 60-64 tahun sebanyak 28.578 jiwa, 64-69 tahun sebanyak
23.253 jiwa, 70-74 tahun sebanyak 22.229 jiwa dan di atas 75 tahun sebanyak
27.753 jiwa.
Peningkatan jumlah Lansia dapat menjadi ukuran tingkat keberhasilan
pembangunan dalam suatu bangsa. Di sisi lain, peningkatan jumlah Lansia
dapat menimbulkan berbagai masalah terutama dari segi kesehatan dan
kesejahteraan. Masalah tersebut bila tidak segera ditangani akan berkembang
menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental, dan sosial. Masalah
kesehatan dari segi fisik, Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis akibat
proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak yang muncul. Dampak
lain dari masalah degeneratif adalah menurunnya daya tahan tubuh sehingga
Lansia rentan terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas tahun 2013
menyebutkan bahwa penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak
Menular (PTM) antara lain hipertensi, asma, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), Diabetes Mellitus (DM), dan rematik.
Masalah kesehatan pada Lansia selain dari segi fisik adalah masalah
kesehatan dari mental. Masalah mental sering dikaitkan dengan sejumlah faktor
resiko psikososial. Faktor resiko psikososial tersebut adalah hilangnya peran
sosial, hilangnya ekonomi, kematian teman atau sanak saudaranya, penurunan
kesehatan, peningkatan isolasi sosial karena hilangnya interaksi sosial,

2|Asuhan Keperawatan Gerontik


keterbatasan finansial, dan penuruan fungsi kognitif. Masalah mental yang
sering dialami oleh Lansia, diantaranya depresi, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, cemas, fobia, gangguan
pemakaian alkohol, dan gangguan kognitif (demensia).

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep Menua Pada Lansia
2. Terapi Modalitas yang bisa di berikan Pada Lansia
3. Asuhan Keperawatan Pada Lansia

1.3 Tujuan Penulisan


1. Diharapkan mahasiswa lebih paham tentang konsep, terapi modalitas dan
asuhan keperawatan yang tapat dberikan pada Lansia.
2. Makalah ini dibuat mmenuhi salahsatu tugas matakuliah komunitas II

3|Asuhan Keperawatan Gerontik


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Menua


1. Definisi Lansia
Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang terjadi
setelah melewati masa bayi, anak-anak, dan dewasa. Undang-Undang
No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1 Ayat
2 adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun. Sementara
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami proses
biologis, kejiwaan, dan sosial (43). Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan suatu tahap lanjut dari proses kehidupan
yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi
terhadap stres lingkungan.
Uraian pengertian-pengertian lansia di atas dapat disimpulkan bahwa
Lansia adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun yang mengalami
proses biologis, kejiwaan, dan sosial, salah satunya berupa penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres lingkungan.
2. Klasifikasi Lansia
WHO mengklasifikasikan lansia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok :
a. Usia pertengahan (middle age) dengan usia antara 45 sampai 49
tahun
b. Lanjut usia (elderly) dengan usia antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) dengan usia antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) dengan usia di atas 90 tahun.

Klasifikasi lansia menurut Depkes RI adalah sebagai berikut :


a. Pralansia (prasenelis) adalah seseorang yang berusia antara 45
sampai 59 tahun.
b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

4|Asuhan Keperawatan Gerontik


c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dan berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

2.2 Perubahan Fisik, Psikologis dan Sosial yang normal Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
 Perubahan pada kulit: Kulit bisa menjadi kurang lentur, lebih
tipis, dan lebih rapuh. Kulit juga bisa memar dengan mudah.
Keriput, bintik-bintik penuaan, dan tanda kulit mungkin lebih
menonjol. Berkurangnya produksi minyak kulit alami bisa
mengakibatkan kulit lebih kering dan gatal.
 Perubahan pada tulang, sendi, dan otot: Tulang biasanya
kehilangan kerapatan dan kekuatan dan mungkin juga menyusut
dalam ukuran, sehingga tulang cenderung lebih rentan terhadap
patah tulang (fraktur). Massa otot umumnya menyusut, dan
orang menjadi lemah. Akibat pemakaian dan keausan yang
normal terjadi, persendian menjadi meradang, menyakitkan, dan
kurang lentur.
 Perubahan dalam mobilitas: Mobilitas dan keseimbangan dapat
dipengaruhi oleh penuaan. Perubahan tulang, sendi, dan otot
seiring dengan perubahan sistem saraf berkontribusi terhadap
masalah keseimbangan. Jatuh dapat mengakibatkan kerusakan
lebih lanjut dengan memar dan patah tulang.
 Perubahan bentuk tubuh: Akibat perubahan tulang yang menua,
perawakan tubuh bisa menyusut dan kelengkungan punggung
bisa hilang. Massa otot berkurang dan metabolisme lemak
melambat sehingga menyebabkan manajemen berat badan lebih
sulit. Lemak bertahan di daerah perut dan pantat.
 Perubahan wajah: Keriput wajah dan bintik-bintik penuaan
sering terjadi dan bentuk keseluruhan wajah bisa berubah.
Wajahnya bisa melorot dan menjadi suram akibat kehilangan
volume terkait susutnya volume tulang dan lemak di wajah.

5|Asuhan Keperawatan Gerontik


 Perubahan gigi dan gusi: Gigi bisa menjadi lebih lemah dan
lebih rapuh. Gusi dapat menarik kembali gigi dan air liur
menjadi lebih sedikit diproduksi oleh kelenjar air liur. Akibatnya
mulut kering, kerusakan gigi, infeksi gigi, bau mulut, kehilangan
gigi, dan penyakit gusi bisa terjadi.
 Perubahan rambut dan kuku: Rambut bisa menjadi lebih tipis
dan lebih lemah. Rambut yang lebih kering bisa menyebabkan
rasa gatal dan ketidaknyamanan. Kuku bisa kering dan rapuh dan
membentuk garis vertikal. Kuku jari kaki juga bisa menjadi tebal
dan kehilangan bentuknya yang alami. Infeksi jamur kuku juga
sering terjadi.
 Perubahan hormon dan metabolisme: Perubahan hormonal
sering dijumpai pada lansia. Perubahan dalam metabolisme gula
dan karbohidrat dapat menjadi penyebab diabetes. Metabolisme
lemak, kolesterol, kalsium dan vitamin D sering berubah.
Kelenjar tiroid bisa mulai berfungsi dengan buruk. Tingkat
hormon seksual yang rendah dapat menyebabkan disfungsi
ereksi dan vagina yang kering.
 Perubahan memori: Masalah memori sering terjadi pada manula.
Ini terkait pikun yang sederhana tentang tugas ringan dan tidak
harus merupakan demensia, yang merupakan penyakit yang
dimanifestasikan oleh gangguan fungsi eksekutif tubuh.
 Perubahan sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan tubuh bisa
menjadi lebih lemah seiring bertambahnya usia sehingga para
manula rentan terkena infeksi.
 Perubahan pendengaran: Perubahan pada struktur telinga dan
pendengaran bisa mengganggu pendengaran dan menyebabkan
gangguan pendengaran terkait usia. Biasanya, frekuensi yang
lebih tinggi menjadi lebih sulit untuk didengar.
 Perubahan penglihatan: Mata bisa menjadi lebih kering dan
lensa bisa kehilangan fokusnya. Pandangan bisa menjadi kabur

6|Asuhan Keperawatan Gerontik


dan tidak fokus. Beberapa masalah ini bisa dimodifikasi dengan
memakai kacamata dan lensa kontak.
 Perubahan bau dan rasa: Rasa bau dan, yang kurang umum, rasa
pada indra pengecapan bisa berkurang menyebabkan nafsu
makan dan penurunan berat badan yang signifikan.
 Perubahan usus dan kandung kemih: Inkontinensia usus dan
kandung kemih (buang air besar atau kecil secara tidak
disengaja) sering terjadi. Konstipasi, frekuensi kencing, dan
kesulitan memulai kencing bisa sangat menyusahkan bagi
manula.
 Perubahan tidur: Tidur bisa berubah secara signifikan seiring
bertambahnya usia. Lama tidur, kualitas tidur, dan seringnya
waktu terbangun ketika tidur umumnya terlihat pada manula.
 Lansia tidak potensial adalah lansia ketergantungan yang sudah
tidak mampu mencari nafkah sehingga memerlukan bantuan
orang lain.

b. Perubahan Psikologis
 Kognisi merupakan proses dimana input sensory
ditransformasikan atau disimpan dan didapatkan kembali,
beberapa komponendari proses kognitif adalah persepsi,
berfikir, dan memory, semua bisa dipengaruhi oleh perubahan
pada lansia, mitos yang terdapat pada lanjut usia, mereka tidak
mampu atau tidak bisa untuk belajar, untuk mengingat, dan
untuk berfikir sebaik sewaktu mereka masih muda, tetapi
kenyataannya kebanyakan orang tua masih bisa untuk belajar,
berfikir, dan mampu untuk menyimpan kecerdasan mereka.
 Moral merupakan kepuasan hidup dan kebahagiaan hidup, hal
ini termasuk dalam komponen emosional dari perilaku lansia itu
sendiri sebagai gambaran dari perasaan lansia di masa lalu,
sekarang, dan masa depan.

7|Asuhan Keperawatan Gerontik


 Konsep diri pada lansia dikaitkan dengan perilaku lansia,
dimana akibat dari bertambahnya umur lansia cenderung untuk
menarik diri dari lingkungannya. Lansia ingin menceritakan
pengalaman hidup yang selama ini mereka alami, tetapi keluarga
selalu menganggapnya sebagai orang yang cerewet, akibatnya
lansia menjadi pendiam dan menarik diri, proses ini membentuk
persepsi seseorang terkait tubuhnya, persepsi ini mencakup
tentang perubahan fisik psikologis dan psikososial.

c. Perubahan Sosial
 Mudah tersinggung
 Tidak suka dengan keraiaman banyak orang
 Tidak mau berdiam diluar luar terlalu lama
 Merasa terasingkan
 Lebih banyak diam, marah, dan menangis (suasana hatinya cepat
berubah)

2.3 Perubahan Dasar Manusia Pada Lansia

Kebutuhan dasar manusia adalah segala sesuatu (seperti makan,


minum, rasa aman, dan cinta) yang penting untuk menjaga kesehatan
manusia sehingga manusia mampu mempertahankan hidupnya. Maslow
menyatakan hirarki kebutuhan dasar manusia dibagi menjadi

lima tingkatan prioritas.

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Harga Diri

„ Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki

Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

8|Asuhan Keperawatan Gerontik


Kebutuhan dasar Maslow terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan dan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri :

a. Kebutuhan fisiologis (Physiologic needs)

Prioritas tertinggi dari hirarki Maslow adalah kebutuhan fisiologis.


Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
mempertahankan hidup manusia. Seseorang akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu daripada kebutuhan
yang lain. Manusia mempunyai beberapa macam kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh,
kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan aktivitas, kebutuhan
istirahat dan tidur, terbebas dari rasa nyeri, kebutuhan tempat tinggal,
dan kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup seseorang, namun penting untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

b. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and security needs)


Prioritas selanjutnya setelah kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan
keselamatan dan rasa aman. Kebutuhan rasa aman adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang merasa aman dan bebas dari ancaman serta
bahaya. Sementara kebutuhan keselamatan merupakan bentuk
perlibatan dalam memelihara diri, seperti melindungi diri terhadap
trauma fisik. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman dapat berupa fisik
maupun psikologis.
1) Keselamatan dan rasa aman secara fisik

Keselamatan dan rasa aman fisik dapat dilakukan dengan cara


menjaga tubuh dari berbagai ancaman, seperti bahaya, kecelakaan,
cedera, dan pajanan lingkungan. Pemenuhan kebutuhan

keselamatan fisik pada kondisi tertentu terkadang dijadikan sebagai


prioritas lebih dahulu daripada kebutuhan fisiologis.

9|Asuhan Keperawatan Gerontik


2) Keselamatandan rasa aman secara psikologis

Keselamatan dan rasa aman secara psikologis dapat tercapai jika


seseorang mampu mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan
oleh orang lain terhadap dirinya.

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman dibagi menjadi dua yaitu


kebutuhan keselamatan dan rasa aman secara fisik dan secara
psikososial. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman juga berkenaan
dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keselamatan
dan rasa aman dalam konteks fisiologis berhubungan dengan sesuatu
yang mengancam tubuh seseorang dan kehidupannya. Perlindungan
yang diberikan terhadap klien bukan hanya mencegah terjadinya
kecelakaan saja, namun salah satunya juga menjaga kebersihan dan
kesehatan kulit klien. Sementara keselamatan dan rasa aman dalam
konteks hubungan interpersonal tergantung pada beberapa hal,
diantaranya kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol dan
mangatasi masalah, kemampuan untuk mengerti, serta kemampuan
untuk mengenal orang-orang disekitarnya dan lingkungan.

c. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki (Love and belonging needs)

Prioritas selanjutnya setelah kebutuhan keselamatan dan rasa


memiliki adalah kebutuhan cinta dan rasa memiliki. Kebutuhan cinta
dan rasa memiliki adalah kebutuhan untuk memberikan dan menerima
rasa cinta kasih dan memiliki. Setiap individu membutuhkann rasa cinta
dari orang lain dan membutuhkan penerimaan dari teman maupun
masyarakat.

Kebutuhan cinta dan rasa memiliki, meliputi :

1) Memberi dan menerima kasih sayang

2) Membutuhkan teman hidup dan teman bergaul

3) Membutuhkan hubungan interpersonal

10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
4) Membutuhkan peran yang memuaskan

5) Membutuhkan perlakuan yang halus

6) Membutuhkan kebersamaan

7) Membutuhkan pergaulan yang intim

Kebutuhan rasa cinta dan memiliki juga memiliki beberapa makna,


diantaranya cinta adalah dukungan (memberikanmotivasi dan
semangat), cinta adalah ketulusan (melayani dengan baik, ikhlas dan
tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan), dan cinta
adalah perhatian (memberikan perhatian dan kepedulian).

d. Kebutuhan harga diri (Self-esteem needs)

Prioritas selanjutnya setelah kebutuhan cinta dan rasa memiliki


adalah kebutuhan harga diri. Kebutuhan harga diri adalah suatu keadaan
yang membuat seseorang merasa puas akan dirinya, bangga, dan merasa
dihargai karena kemampuan dan perbuatannya. Kebutuhan harga diri
berkaitan dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian,
kompetensi, rasa cukup, dan kemerdekaan. Individu memerlukan
perasaan ingin dihargai oleh orang lain dan mendapatkan penghargaan
dari orang lain. Kebutuhan harga diri dan kebutuhan penghargaan dari
orang lain yang terpenuhi dapat membuat seseorang menjadi lebih
berguna dan percaya diri.

Jenis kebutuhan harga diri yang dikembangkan oleh Khalish


terdiri dari :

1) Menghargai diri sendiri


2) Menghargai orang lain

3) Dihargai oleh orang lain

4) Kebebasan yang mandiri

11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
5) Prestise

6) Dikenal dan diakui

7) Penghargaan

8) Kebutuhan akan status sosial yang lebih tinggi

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Needs for self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan prioritas kebutuhan paling


rendah, namun memiliki tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki
Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan bakatnya, ingin berprakarsa, mengeluarkan ide,
untuk terus berkembang dan berubah, serta berusaha ke arah tujuan
masa depan (51). Kebutuhan aktualisasi diri, diantaranya meliputi
(51)(53):

1) Kebutuhan pengenalan diri sendiri

2) Kebutuhan penerimaan diri

3) Kebutuhan pemenuhan diri sendiri

4) Demokratis

5) Penghargaan diri

Individu yang teraktualisasi dirinya akan memiliki kepribadian


multidimensi yang matang (50). Individu tersebut mampu
menyelesaikan tugasnya yang banyak dengan optimal sehingga mampu
menciptakan rasa kepuasan tersendiri. Individu tersebut akan bersikap
realitis dalam menghadapi kegagalan dan tidak terlalu bergantung
dengan pendapat orang lain mengenai metode

penyelesaian masalah yang digunakan.

12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
2.4 Terapi Modalitas Pada Lansia
1. Pengertian
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam
memberikan askep baik diInstitusi pelayanan maupun di masyarakat
yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapimodalitas tergantung pada
keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia(Maryam,
dkk 2008). Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada
keadaankesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi ini
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia ( Anastasia, 2010 ).
2. Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008) :
a. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai
eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
b. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain
serta merubah perilakuyang dekstruktif dan maladaptif.
c. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lainuntuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
d. Mengisi waktu luang bagi lansia.
e. Meningkatkan kesehatan lansia.
f. Meningkatkan produktivitas lansia.
g. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
3. Klasifikasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):
1. Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia
2. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan
kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untu
k terlaksananya terapi inidibutuhkan leader, co-leader dan
fasilitator.
3. Terapi Musik

13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
kebersamaan, gairahhidup dan dapat mengenang masa lalu.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
5. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-
hari sepinyadengan bermain bersama binatang.
6. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas denganmembuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan.
7. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan
cerdas cermat, mengisiTTS, dan lain-lain.
8. Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menurunkan rasa bosan, danmelihat pemandangan.
9. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasanyaman. Seperti mengadakan pengajian,
kebaktian, dan lain-lain.
10. Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diindentifikasi dankontribusi dari masing-masing anggoa keluarga
terhadap munculnya masalah tersebutdigali. Dengan demikian
terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri;apa
masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing
terhadaptimbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhankeluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
11. Terapi Aroma

14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak
alami yangdiuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang
menggunakan terapi aromamengatakan terapi aroma efektif dalam
menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu baik fisik maupun
psikologis.

2.5 Asuhan Keperawatan Pada Lansia


A. Pengkajian
Pengkajian meliputi aspek:
1) Fisik
 Wawancara
a) Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
b) Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
c) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
d) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan
pendengaran
e) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air
besar/kecil
f) Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
g) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat
h) Masalah seksual yang dirasakan
 Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi
sistem tubuh
b) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik
adalah head to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki)
2) Psikologis
a. Apakah mengenal masalah utamanya
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis
e. Bagaimana mengatasi stres yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah

3) Sosial — Ekonomi
a. Sumber keuangan lanjut usia
b. Apasaja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

4) Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

B. Diagnosis Keperawatan
1. Fisik/Biologis
1) Gangguan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan asupan tidak adekuat.

16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
2) Gangguan persepsi sensori: pendengaran, penglihatan yang
berhubungan dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
3) Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri.
4) Potensial cedera fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh.
5) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
6) Perubahan pola eliminasi yang berhubungan dengan penyempitan
jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas.
7) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekuatan sendi
dan lain-lain.
2. Psikososial
1) Isolasi sosial yang berhubungan dengan perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan yang berhubungan dengan perasaan
tidak mampu.
3) Depresi yang berhubungan dengan isolasi sosial.
4) Harga diri rendah yang berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Koping tidak adekuat yang berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan perasaan secara tepat.
6) Cemas yang berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
1) Reaksi berkabung/berduka yang berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan yang berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan yang berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
4) Perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.

C. Rencana Keperawatan

17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
1. Fisik/Biologis
1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
a. Kalori pada lanjut usia pria adalah 2100 kalori dan perempuan
1700 kalori. Dapat dimodifikasi bergantung pada keadaan lanjut
usia (misalnya; gemuk/kurus atau disertai demam).
b. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
c. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan
pencernaan dan terjadi penyakit 15-20% dari total kalori yang
dibutuhkan.
d. Protein, untuk mengganti sel yang rusak 20-25% dari total kalori
yang dibutuhkan.
e. Kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia muda.
f. Air, 6-8 gelas per hari.
Tindakannya seperti :
a) Beri makanan porsi kecil, tapi sering.
b) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
c) Beri makanan yang mengandung serat.
d) Batasi pemberian makan yang tinggi kalori.
e) Membatasi minum kopi dan teh.
2) Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia
Tindakannya seperti :
a) Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
b) Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
c) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
d) Bila klien menglami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien
untuk menggunakan alat bantu berjalan.
e) Bantu klien ke kamar mandi, terutama untuk lanjut usia yang
menggunakan obat penenang/diuretik.
3) Memelihara kebersihan diri
Upaya yang dilakukan antara lain :

18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
a) Mengingatkan/ membantu lanjut usia untuk melakukan upaya
kebersihan diri.
b) Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan losion kulit.
c) Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga,
mata, dan menggunting kukuk.
4) Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
Upaya yang dilakukan antara lain :
a) Menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman.
b) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
c) Melatih lanjut usia melakukan latihan fisik ringan untuk
memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot (dapat disesuaikan
dengan hobi).
d) Berikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu.
5) Menjaga mobilitas aman
2. Psikososial
1) Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
2) Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Upaya yang dilakukan antara lain :
a) Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
b) Menyediakan waktu unuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
c) Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk
mengekspresikan perasaan dan tanggap terhadap respons
nonverbal.

19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Perawat D, adalah perawat yang bertugas di Panti Werdha E. Hari
ini ada Ibu F yang diantar oleh petugas departemen social kota. Perawat D
melakukan pengkaiian pada Ibu F. Dari KTP yang ada pada kantongnya,
Ibu F berasal dari desa yang sangat jauh dari kota. Usia Ibu F 65 tahun. Hasil
pengkajian dari Ibu F adalah TD 170/100 mmHg, KATZ Index A, Barthel
Indeks Mandiri, Fungsi Mental MMSE kerusakan berat, Fungsi Intelektual
dari tes SPMSQ mengalami kerusakan berat, Resiko jatuh sedang. Kalau
tidak ditanya Ibu F diam saja, Ibu F terlihat murung, saat ditanya masih
sedih karena suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu. Perawat D
akan membuat perencanaan agar Ibu F dapat merasakan healthy ageing dan
active ageing di Panti Werdha E sesuai dengan terapi modalitas dan
kebutuhan dasar manusianya.

3.2 Asuhan Keperawatan br’ Kasus


I. PENGKAJIAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri Klien
Nama Lengkap : Ny. F
Usia : 65 Tahun
Tempat/ tgl lahir :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Janda
Agama :-
Suku Bangsa : Bangsa Indonesia
Pendidikan :-
Diagnosa Medis :-
Tanggal Pengkajian :-
Aalamat : Ny. F berasal dari desa yang sangat jauh dari kota

20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
2. Identitas Keluarga Yang Dihubungi
Nama : Petugas departemen social kota
Alamat :-
No. Telp :-
Hub dengan Klien :-

3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan saat ini :-
Pekerjaan sebelumnya :-
Sumber Pendapatan :-
Kecukupan Pendapatan :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

4. Aktivitas Rekreasi
Hobi :-
Bepergian/ wisata :-
Keanggotaan Organisasi :-
Lain- lain :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

5. Riwayat Keluarga
Saudara Kandung :-
Riwayat Kematian :
Ny. F terlihat murung, saat ditanya masih sedih karena suaminya yang telah
meninggal 5 tahun yang lalu.
Kunjungan Keluarga :-

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
1. Nutrisi
Frekuensi Makan :-
Nafsu Makan :-
Jenis Makanan :-
Kebiasaan Makan :-
Makanan yang tidak disukai : -
Alergi Makanan :-
Pantangan Makan :-
Keluhan yang berhubungan dengan makanan :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu :-
Kebiasaan BAK pada malam hari :-
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-

b. BAB
Frekuensi dan waktu :-
Konsistensi :-
Keluhan yang berhubungan dengan kelelahan :-
Pengalaman memakai laxantif/ pencahar :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

3. Personal Hygiene
a. Mandi :-
b. Oral Hygiene :-
c. Cuci Rambut :-
d. Gunting Kuku : -
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus
4. Istirahat Tidur
Lama Tidur Malam :-

22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
Tidur Siang :-
Keluhan yang berhubungan dengan tidur :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

5. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang


Olaharaga :-
Nonton TV :-
Berkebun dan Memasak :-
Lain- lain :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan


(Jenis,/Frekuensi,/Jumlah/ Lama Pakai)
Merokok :-
Minuman Keras :-
Ketergantungan Obat : -
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

7. Kegiatan Sehari-hari
Jenis Kegiatan Lama Waktu Untuk Setiap Kegiatan

Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D, Kalau tidak ditanya Ny.
F diam saja, dan terlihat murung saat ditanya Ny. F masih sedih karena
suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu.
a. Gejala yang dirasakan Klien :-

23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
b. Faktor Pencetus :
Ny. F merasa sedih karena suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang
lalu, dan TD 170/100 mmHg.
c. Upaya mengatasi Keluhan :-

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah diderita :-
b. Riwayat Alergi :-
c. Riwayat Kecelakaan :-
d. Riwayat di Rumah Sakit :-
e. Riwayat Pemakaian Obat : -
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

3. Pengkajian/ Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum (TTV) : TD 170/100 mmHg
b. BB/ TB :-
c. Rambut :-
d. Mata :-
e. Telinga :-
f. Mulut, Gigi dan Bibir :-
g. Dada :-
h. Abdomen :-
i. Kulit :-
j. Ekstremitas Atas :-
k. Ekstremitas Bawah :-

D. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah Kesehatan Kronis :
2. Masalah Emosional :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D, Kalau tidak ditanya Ny. F
diam saja, Ny. F terlihat murung, saat ditanya Ny. F masih sedih karena
suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu

24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
3. Status Fungsional :
a. Katz Indeks :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D Katz Indeks dari Ny. F
adalah A (Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi).
b. Barthel Indeks :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D Barthel Indeks dari Ny.
F adalah Mandiri.
c. SPSMQ :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D Fungsi Intelektual dari
tes SPMSQ dari Ny. F adalah mengalami kerusakan berat.
d. MMSE :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D Fungsi Mental MMSE
dari Ny. F adalah terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.
e. Keseimbangan :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D untuk keseimbangan
dari Ny. F hasilnya adalah Resiko jatuh sedang.
4. Status Psikologi :
Dari hasil pengkajian yang dilakukan perawat D, Kalau tidak ditanya Ny. F
diam saja.
5. Dukungan Keluarga :-

E. Lingkungan Tempat Tinggal


a. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan : -
b. Penerangan :-
c. Sirkulasi Udara :-
d. Keadaan kamar mandi dan WC : -
e. Pembuangan air kotor :-
f. Sumber air minum :-
g. Pembuangan sampah :-
h. Sumber pencemaran :-
i. Penataan halaman :-

25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
j. Privasi :-
k. Resiko Injury :-
Keterangan : Tidak Terdapat Dalam Kasus

F. Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : - o Dimensia Vaskular, di Gangguan Proses Pikir
tandai dengan:
DO :  Hipertensi (TD 170/100
o TD 170/100 mmHg, mmHg)
o Fungsi Mental MMSE  Depresi (Dari hasil
kerusakan berat pengkajian yang
o Fungsi Intelektual dari tes dilakukan perawat D,
SPMSQ mengalami Kalau tidak ditanya Ny. F
kerusakan berat diam saja, Ny. F terlihat
o Kalau tidak ditanya Ny. F murung, saat ditanya Ny.
diam saja, F masih sedih karena
o Ny. F terlihat murung saat suaminya yang telah
ditanya meninggal 5 tahun yang
o Ny. F masih sedih karena lalu).
suaminya yang telah  Fungsi Mental MMSE
meninggal 5 tahun yang lalu kerusakan berat
 Fungsi Intelektual dari
tes SPMSQ mengalami
kerusakan berat
DS: - o Adanya kematian orang Duka cita terganggu
terdekat.
DO: o Ketidakstablian emosional
o Ny. F masih sedih karena o Kurangnya dukungan social
suaminya yang telah o Depresi
meninggal 5 tahun yang lalu

26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
o Kalau tidak ditanya Ny. F o Merindukan almarhum, dan
diam saja, terus memikirkan
o Ny. F terlihat murung saat almarhum, dll
ditanya

DS: - o Hipertensi (TD 170/100 Resiko Cidera :Jatuh


mmHg)
DO: o Hasil dari pemeriksaan
o Dari hasil pengkajian yang keseimbangan pada Ny. F
dilakukan perawat D untuk adalah Resiko jatuh sedang.
keseimbangan dari Ny. F
hasilnya adalah Resiko jatuh
sedang.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Proses Pikir
2. Duka cita terganggu
3. Resiko Cidera :Jatuh

III. Intervensi/ Perencanaan


NO DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 1 Tindakan keperawatan untuk 1. Beri kesempatan bagi Penatalaksanaan
pasien: pasien untuk mengenal (Boedhi-Darmojo,
Tujuan agar pasien mampu: barang milik pribadinya 2009). Prinsip utama
o Mengenal/berorientasi misalnya tempat tidur, penatalaksanaan
terhadap waktu orang lemari, pakaian dll. penderita demensia
dan tempat 2. Beri kesempatan kepada adalah :
o Meklakukan aktiftas pasien untuk mengenal a. Optimalkan fungsi
sehari-hari secara waktu dengan dari penderita
optimal. menggunakan jam besar, - Obati penyakit

27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
kalender yang mempunyai yang mendasarinya
lembar perhari dengan (hipertensi, penyakit
tulisan besar. Parkinson, dll)
3. Beri kesempatan kepada b.Upayakan aktivitas
pasien untuk menyebutkan mental dan fisik
namanya dan anggota - Hindari situasi
keluarga terdekat yang menekan
4. Beri kesempatan kepada kemampuan mental,
klien untuk mengenal gunakan alat bantu
dimana dia berada. memori bila
5. Berikan pujian jika pasien memungkinkan
bila pasien dapat c. Upayakan
menjawab dengan benar. perumatan
6. Observasi kemampuan berkesinambungan
pasien untuk melakukan - Re-akses keadaan
aktifitas sehari-hari kognitif dan fisik
7. Beri kesempatan kepada - Pengobatan
pasien untuk memilih gangguan medik
aktifitas yang dapat d.Akses keadaan
dilakukannya. lingkungan, kalau
8. Bantu pasien untuk perlu buat perubahan
melakukan kegiatan yang bisa di terpakan
telah dipilihnya dengan terapi
9. Beri pujian jika pasien modalitas contohnya
dapat melakukan terapi lingkungan.
kegiatannya. e. Dan lain- lain.
10. Tanyakan perasaan
pasien jika mampu
melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien
membuat jadwal kegiatan
sehari-hari.

28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
12. Terapi modalitas :
terapi Lingkungan

2. 2 Tindakan keperawatan untuk 1. Membina dan Berduka merupakan


pasien: meningkatkan hubungan respons emosional
Tujuan agar pasien mampu: saling percaya dengan terhadap rasa
Mengungkapkan cara sebagai berikut. kehilangan, yang
perasaannya dengan cara dimanifestasikan oleh
a. Mendengarkan pasien
sebagai berikut. individu dalam cara
berbicara.
yang khusus,
o Menunjukkan sikap
b. Memberi dorongan berdasarkan
menerima dengan ikhlas
agar pasien mau pengalaman personal,
dan mendorong pasien
mengungkapkan harapan budaya, dan
untuk berbagi rasa.
perasaannya. kepercayaan spiritual
o Pasien mampu menerima
(Hooyman dan
dan memahami bahwa c. Menjawab pertanyaan
Kremer, 2006).
sikap tersebut biasa terjadi pasien secara langsung
Koping pada proses
pada orang yang menunjukkan sikap
berduka melibatkan
mengalami kehilangan. menerima, dan empati.
suatu periode
2. Mengenali faktor-faktor berkabung,
yang mungkin penampilan, ekspresi
menghambat dengan cara sosial terhadap
sebagai berikut. berduka, dan perilaku
berhubungan dengan
a. Bersama pasien
rasa kehilangan.
mendiskusikan
hubungan pasien
dengan orang atau
objek yang pergi atau
hilang.

b. Menggali pola
hubungan pasien

29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
dengan orang yang
berarti.

3. Mengurangi atau
menghilangkan faktor
penghambat dengan cara
sebagai berikut.

a. Bersama pasien
mengingat kembali
cara mengatasi
perasaan berduka di
masa lalu.

b. Memperkuat
dukungan serta
kekuatan yang
dimiliki pasien dan
keluarga.

c. Mengenali dan
menghargai social
budaya agama serta
kepercayaan yang
dianut oleh pasien dan
keluarga dalam
mengatasi perasaan
kehilangan.

4. Memberi dukungan
terhadap respons
kehilangan pasien dengan
cara sebagai berikut.

30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
a. Menjelaskan kepada
pasien atau keluarga
bahwa sikap
mengingkari, marah,
tawar-menawar,
depresi, dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi
kehilangan.

b. Memberi gambaran
tentang cara
mengungkapkan
perasaan yang bisa
diterima.

c. Menguatkan dukungan
keluarga atau orang
yang berarti.

5. Meningkatkan rasa
kebersamaan
antaranggota keluarga
dengan cara sebagai
berikut.

a. Menguatkan dukungan
keluarga atau orang
yang berarti.

b. Mendorong pasien
untuk menggali
perasaannya bersama
anggota keluarga

31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
lainnya, mengenali
masing-masing
anggota masyarakat.

c. Menjelaskan manfaat
hubungan dengan
orang lain.

d. Mendorong keluarga
untuk mengevaluasi
perasaan dan saling
mendukung satu sama
lain.

6. Menentukan tahap
keberadaan pasien dengan
cara sebagai berikut.

a. Mengamati perilaku
pasien.

b. Menggali pikiran
perasaan pasien yang
selalu timbul dalam
dirinya.

7. Terapi modalitas : terapi


Lingkungan

3. 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan 1. Untuk


keperawatan selama 3x12 jam tentang apa saja bahaya mengetahui
Ny. F tidak mengalami jatuh, lingkungan yang ada fakktor-faktor
dengan kriteria: disekitar wisma yang risiko jatuh pada
dapat menyebabkan resiko klien.
jatuh

32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
o Mampu mengidentifikasi 2. Anjurkan untuk memakai 2. Modifiasi
bahaya lingkungan yang alat bantu jalan lingkungan dapat
dapat meningkatkan cedera (jikamembutuhkan) menurukan risiko
o Mampu menggunakan alat 3. Ajarkan gerakan latihan jatuh pada pasien
bantu untuk menghindari keseimbangan 3. Meningkatkan
cidera kemandirian
o Mampu mempraktekan pasien untuk
gerakan latihan mencegah risiko
keseimbangan. jatuh.
4. Kolaborasi
dengan dokter
untuk meberikan
terpai yang sesuai
dengan penyakit
yang diderita
pasien

33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan suatu


tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan menurunnya
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres lingkungan. Penurunan
funsional tubuh secara fisik, psikologis dan sosal itu wajar terjadi sebagai
proses penuaan.

4.2 Saran

Perawatan pada lansia lebih memfokuskan pada bagaimana lansia


memaknai hidup dengan penurunan fungsi tubuh yang terjadi, bukan
membantu lansia untuk sembuh.karena proses menua akan terjadi pada semua
orang di masanya.

34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta :


FKUI.
Herdman,T.Heather.(2015).Nanda Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan :
definisi & Klasifikasi 2015-2017.Edisi:10.Jakarta: EGC

Stanley,Mickey. (2002). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta : EGC.

Dr.Ni Made Riasmini at all. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu,


Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan
NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Penerbit Universitas Indonesia
H. Wahjudi Nugroho, B.Sc.,SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi
3. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n G e r o n t i k

Anda mungkin juga menyukai