Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMINENS

Disusun untuk memenuhi tugas pada stase maternitas

DI SUSUN OLEH :
EVA MUDALIYA
18.0532.N

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN-PEKALONGAN
2018
A. DEINISI
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010). Abortus
iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih baik dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi serviks (Nugroho, 2010, h:13)

B. TANDA GEJALA
Menurut Nugroho (2010, h: 31) ada beberapa tanda gejala yang muncul yaitu:
1. Mules sedikit atau sama sekali tidak
2. Uterus membesar sebsar tuanya kehamilan
3. Serviks belum membuka
4. Tes kehamilan positif
5. Perdarahan pervagina

C. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus menurut Mitayani (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama
trisomi autosom dan monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi
kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan,
tembakau, dan alcohol
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks dan retroversion uterus
4. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.

D. PATIFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya (Wiknjosastro, 2007, hh: 303-305). Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan). Mekanisme
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu
dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis
servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007, hh: :303-305). Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil USG Menunjukkan (Kusmiyati, 2009, h:150):
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
2. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
3. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
4. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
5. Data laboratorium:
a. Tes urine
b. Hemoglobin dan hematokrit
c. Menghitung trombosit
d. Kultur darah dan urine
6. Pemeriksaan ginekologi:
a. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

F. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penatalaksanaan menurut Nugroho (2010, h: 31) yaitu:
1. Tirah baring
2. Pemberian hormon progesteron, sebelumnya dipastikan dulu karena
adanya kekurangan hormon progesteron
3. USG: penentuan kondoso janin

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan hingga shock
2. Perforasi
3. Infeksi
H. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Data Dasar
a. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan
sirkulasi
Gejala: keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, malaise,
intoleransi terhadap latihan rendah
Tanda: kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia
b. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri
Gejala: perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat)
Tanda: wajah meringis, tampak sangat berhati – hati
c. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Gejala: masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi
bingung terhadap keadaan, merasa cemas
Tanda: peka rangsangan (sensitif)
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Gejala: pengeluaran cairan pervaginal
Tanda: tidak seimbangnya intake dan output cairan
e. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
yang lembab
Gejala: terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap
disertai bau, kurang kebersihan genitalia
Tanda: terjadinya infeksi, vulva lembab

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Intoleransi aktivitas b.d respon tubuh terhadap aktivitas (perdarahan,
keletihan)
3. Resiko infeksi b.d adanya jalan masuk organisme kedalam tubuh
4. Kecemasan b.d masalah kesehatan (abortus)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d perdarahan
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi (1-2 hari)
Kriteria hasil:
a. Tidak ada perdarahan pervagina
b. Tidak ada tanda-tanda kekurangan cairan
Intervensi:
a. Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan: kesadaran, nadi, tekanan
darah
c. Monitor tanda-tanda perdarahan
d. Ukur intake dan output tiap shift
e. Pantau kadar Hb dan Ht
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan pemeriksaan
labor
2. Intoleransi aktivitas b.d respon tubuh terhadap aktivitas
(perdarahan, keletihan)
Tujuan: aktivitas maksimal dapat tercapai (2-3 hari)
Kriteria hasil:
a. Memperlihatkan kemajuan aktivitas sampai dengan mandiri
b. Respon terhadap aktivitas (perdarahan)
Intervensi:
a. Jelaskan batasan-batasan aktivitas klien sesuai kondisi
b. Kaji respon klien terhadap aktivitas
c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
d. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari-hari
e. Ajarkan metode penghematan energi: luangkan waktu istirahat
selama aktivitas, istirahat 3 menit setiap 5 mrnit beraktivitas
f. Bantu pemenuhan aktivitas yang dapat atau tidak boleh dilakukan
klien, kalau perlu libatkan keluarga
3. Resiko infeksi b.d adanya jalan masuk organisme kedalam tubuh
Tujuan: infeksi tidak terjadi (1-3 hari)
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi:
a. Kaji fakto resiko infeksi
b. Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan steril
untuk perawatan luka dan tindakan invasif
c. Kurangi kerentanan terhadap infeksi: motivasi dan pertahankan
masukan kalori dan protein, minimalkan tinggal dirumah sakit
d. Pantau tanda-tanda infeksi: demam, bau, keadaan luka
e. Kolaborasi dokter untuk terapi pencegahan infeksi
4. Kecemasan b.d masalah kesehatan (abortus)
Tujuan: kecemasan teratasi (1-2 hari)
Kriteria hasil:
a. Menampilkan pola koping yang positif: tenang, komunikatif,
kooperatif
Intervensi:
a. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan
b. Beri informasi yang cukup mengenai perawatan dan pengobatan
yang akan dilakukan dan direncanakan
c. Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan
d. Beri pendampingan, libatkan keluarga, bila perlu libatkan tim
pendampingan pasien
e. Ajarkan teknik relaksasi: nafas lembat, meditasi, membaca,
mengobrol
f. Singkirkan stimulasi yang berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogykarta: Fitramaya

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit


Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

http://yasminwardani.blogspot.com/2017/03/asuhan-keperawatan-abortus-
imminens.html . Didownload tanggal 11 Desember 2018
Pathways

Perdarahan Nekrosis

Hsil Konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar sempurna merasa kehilangan hasil konsepsi keluar


tidak sempurna

Cemas perdarahan

stress Defisit Volume cairan

Nyeri

Intoleransi aktivitas Gangguan rasa nyaman Gangguan istirahat


dan tidur

Anda mungkin juga menyukai