000/ ul;
leukosit 9500/ ul.
Hitungan jenis -> eosinofil 4,2 % limfosit 16,1% .
Elektrolit -> Na 139 mEq/1; K 3,4 mEq/; Cl 97 mEq/1; Mg 1,8 mg/dl.
Ureum 77 mg/dl ; kreatinin 7,6 mg /dl.
Tanggal 1 November 2007;
Kalsium 7,7 mg/dl; asam urat 8,5mg/dl.
Tanggal 2 november 2007;
LED 90%; Hb 7,8 g/dl; Ht 23,3%; eritrosit 2,56 jt/ul; leukosit 10.400/ul;
trombosit 250.000/ul
Hitungan jenis -> eosinofil 4,1 % limfosit 18,9%; monosit 11,3%
Kolonesterase 5204 U/1; protein total 6,3 g/dl; albumin 3,6 g/dl globulin 2,7
g/dl.
Elektrolit -> Na 140 mEq/dl; Cl 103 mEq/dl
Asam urat 9,2 mg/dl.
Tanggal 3 november 2007;
ureum 58 mg/dl; kreatinin 5,4 mg/dl.
Tanggal 5 november 2007;
Kreatinin darah 10,3 mg/dl; kreatinin urine 80,6 mg/dl; volume urine 250 ml;
CCT 1,63 ml/mnt; protein kuantitatif urine 763 mg/24jam.
Tanggal 6 november 2007;
LED 72mm; Hb 7,2 g/dl 21,6%
Eritrosit 2,28 jt/ul; leukosit 7.200/ul; trombosit 261.000/ul.
Kolinesterase 5252 U/1; protein total 5,8 g/dl; albumin 3,5 g/dl; globulin 2,3
g/dl.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
uremia, mual, dan penurunan selera makan.
Tindakan yg dapat dilakukan yaitu memantau asupan makanan klien. Klien di dorong untuk
menghabiskan makanan yg di berikan dari rumah sakit. Kemudian, selalu memantau dan
menanyakan adanya mual atau muntah. Klien di dorong untuk makan sedikit , tetapi sering,
sesuai kebutuhan kalori yg sudah di tetatkan oleh tim kesehatan berdasarkan kebutuhan diet,
yaitu 1900 kalori dan protein 0,8 gram/kg BB/perhari. Klien dianjurkan melakukan
perawatan mulut dan keluarga di anjurkan untuk membantu klien dapat menjaga kebersihan
mulut dan tubuh klien. Klien diberikan terapi vitamin B12 3x sehari dan asam folat sekali
sehari. Selain itu, untuk mengetahui kadar albumin klien dilakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemeriksaan kadar albumin.
Klien mengatakan tidak berani berdiri untuk berjalan atau ke kamar mandi untuk
mandi karena merasa lemah dan takut jatuh. Tindakan yg dilakuukan terhadap klien, yaitu
mengkaji faktor yg menyebabkan kelemahan klien. Hasilnya, diketahui nahwa klien
mengalami anemia, gangguan cairan/elektrolit, retensi toksin ureum masih tinggi meskipun
sudah menjani hemodialisis setiap selasa dan jumat. Klien di dorong untuk melakukan
aktivitas perawatan diri yg di tinggkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. Keluarga klien,
terutama suami dan anak yg menjaga klien bergantian di minta untuk turut membantu dan
mendorong klien agar meningkatkan kemampuan beraktivitas. Seperti duduk, kemudian
berdiri, dan berjalan selain itu klien diajarkan untuk melakukan aktivas yg di selingi dengan
istirahat misalnya setelah duduk dan berdiri di sisi tempat tidur kemudian istirahat. Lalu
merasa sudah dapat mencoba nerdiri lagi. Stelah setiap sesudah menjalani hemodialisis, yaitu
hari selasa dan jumat. Kondisi klien di panatau dan klien di anjurkan untuk beristirahat
dengan cukup sebelum melakukan aktivitas.
Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan akumulasi toksin uremik
di kulit dan penurunan aktivitas
Evaluasi dilakukan setiap hari. Secara umum, evaluasi masing masing diagnosa
keperawatan di bahas di bawah.
Klien mengatakan sudah merasa jauh lebih baik. Dari hari hari sebelumnya klien
mengaku hampir tidak pernah batuk lagi hanya kadang sedikit ada oada malam hari dan
dahak hampir tidak ada lagi klien mengatakan sudah hampir tidak sesak lagi dan tidak
memerlukan oksigen lagi suara ronki semakin terdengar sedikit/ hampir hilang dan kesadaran
klien CM. Tidak ada murmu, galop dan bunyi S2-S4. Bunyi jantung S1-S2 normal dan tidak
ada mengi serta tidak ada penggunaan otot bantu penafasan dan klien tidak sianosis. Tidak
ditemukan edema ansarka dan edema paru kecepatan pernafasan ratarata semakin membaik
dengan rentang kurang dari 20 kali permenit. Kulit klien terlihat tidak abu abu dan mukosa
bibir sudah tidak kering lagi. Hasil pemeriksaan AGD terakhir masih menujukan terjadinya
asidosi respiratorik. Tetapi klien tidk merasa sesak lagi . klien mendapatkan obat untuk
dibawa pulang di minum dirumah dan masih akan melanjutkan hemodialisis.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yg berhubungan dengan efek uremia,
mual dan penurunan selera makan
Secara umum, klien mengatakan sejak dua hari menjelang pulang nafsu makan mulai
meningkat dan makanan yg di sediakan sudah dapat di habiskan. Klien juga mengatakan
tidak mual dan tidak ada muntah. Klien juga sudah sikat gigi di kamar mandi.
Sehari menjelang pulang klien mengatakan sudah dapat berdiri untuk berjalan atau ke
kamar mandi untuk mandi atau buang air kecil dan besar, klien mengatakan merasa lebih
segar karena sudah dapat mandi dan keramas secara mandiri di kamar mandi.
Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir menunjukan klien masih mengalami anemia
dengan Hb 7,2g/dl dan Ht 21%. Sementara itu, kadar elektrolit klien masih dalam batas
normaal yaitu natrium 140 Meq/dl, kalium 3,83 mEq/dl, dan klorida 103 mEq/dl, sedangkan
kadar ureum masih tinggi, yaitu 58 mg/dl, dan kreatinin 5,4 mg/dl meskipun klien sudah
menjalani hemodialisis setiap selasa dan jumat. Tidak ada edema dan hasil aukultrasi jantung
paru klien juga menunjukan kondisi normal. Klien dianjurkan untuk beraktivitas terlalu berat
setelah pulang ke rumah dan meminta keluarga untuk membantu klien dalam beraktivitas
sehari hari
Klien mengatakan sudah mulai mandi dan kulit sudah mulai bersih tidak ada luka,
lecet, dan gatal gatal. Secara umum, kulit klien terlihat utuh, tidak ada yg rusak atau pecah
pecah. Serta tidak ada edema dan gatal pada kulit. Turgor kulit baik, kulit tidak terlihat
kering, dan vaskularisasi kulit klien terlihat baik dan lancar. Meskipun kadar ureum dan
kratinin serum klien masih tinggi. Dengan melakukan hemodialisa lanjutan setelah dirumah
di harapkan kondisi klien lebih baik lagi. Bekas kemerahan di leher dan tangan kiri klien
sudah berkurang, walapun sudah ada kemerahan.
Setelah memberikan asuhan keperawatan kepada klien, yg teridi atas lima tahapan
proses keperawatan diatas, mahasiswa sebaiknya melakuakan melakukan analisis
pengalaman klinis sebagai bahan evaluasi diri sehingga kelak dapat memberikan asuhan
keperawatan yg lebih baik lagi. Analisis pengalaman klinis terdiri atas tiga pase yaitu fase
orientasi (perkenalan/membuat kontrak dengan klien) fase kerja dan fase terminasi. Contoh
analisis pengalaman klinis berdasarkan skenario 1 di bahas dibawah.
FASE ORIENTASI
Saat pertama kali bertemu dan berkenalan serta menjelaskan maksud dan tujuan
praktik dan membuat kontrak dengan ibu M, ibu M menerima dan menyambut dengan baik.
Ibu M dan keluarga merespon dengan baik.ibu M dan keluarga samgat komperatif dan
terbuka dalam menjawab pertanyaan yg diberikan dan sering berdiskusi tentang penyakit dan
apa yg dirasakan ibu M. Ibu M mengatakan sudah bebrapa hari di rawat di ruangan dan sudah
merasakan sudah ada perbaikan selama ini dan merasa senang senang mendapatkan
perawatan di ruangan. Ibu M tampak semangat menceritakanberbagai hal tentang diri dan
penyakitnya, juga saat berdiskusi tentang penyakitnya.
FASE KERJA
Saat akan atau selama melakukan tindakan keperawatan kepada ibu M, ibu M
komperatif dan merespon baik sebelum melakukan tindakan diberikan kepada klien dan,
setelah klien menyetujui, baru dilakukan tindakan. Klien juga menyampaikan responnya
setelah tindakan dilakukan, misalnya setelah dilakukan inhalasi klien mengatakan rasanya
agak lega atau setelah dilakukan hemodialisi klien merasa badan lebih enak. Klien juga
mempersiapkan atau membeli dan menyediakan obat atau alat yg di perlukan melakukan
tindakan, seperti obat Oral atau injeksi dan juga venplon yg akan di pasang di tangan kiri
klien.
FASE TERMINASI
Beberapa hari menjelang pulang, klien mengatakan sudah ingin pulang dan badan
sudah merasa lebih baik. Saaat melakukan terminasi, waktu klien akan pulang klien dan
keluarga mengucapkan terimakasih atas semua bantuan perawatan yg telah diberikan selama
klien dirawat. Sebelum pulang, klien dan keluarga di evaluasi tentang apa yg di lakukan
terhadap klien selama klien dirawat. Klien dan keluarga mengatakan merasa senang atas
perawatan yg diberikan dokte, perawat, dan mahasiswa selama klien dirawat di ruangan ini.
1. Klien mengalami kejang sebelum masuk IGD dan saat di IGD terlihat nilai ureum dan
kretinin tinggi, semntara klien lain yg memiliki nilai ureum dan kreatinin yg hampir
sama tidak mengalami kejang dan justru mengalami edema yg cukup luas, sementara
klien sendiri mengatakan kaki hanya sedikit bengkak sebelum masuk rumah sakit. Hal
tersebut menimbulkan pertanyaan tersendiri untuk di telitik, yaitu pada rentang nilai
ureum dan kreatinin berapa kejang mulai dapat terjadi dan dengan pemicu atau faktor
lain apa yg mungkin menimbulkan kejang pada klien CKD.
2. Hal lain yg perlu yg diteliti adalah tindakan keperawatan yg tepat dam cukup
bermakna untuk klien CKD yg tiba tiba mengalami kejang, karena saat di IGD klien
segera mendapat hemodialisis sito untuk mengurangi efek uremik mungkin perlu
dikaji apakah ada terapi komplementer atau tindakan keperawatan yg cukup efektif
untuk mengurangi atau mencegah kejadian kejang pada klien CKD, terutama yg
sudah berada pada stadium V .
3. Klien selama perawatan dipriksa nilai asam uratnya dan terlihat nilai asam urat di atas
normal. Untuk klien yg memiliki kadar asam urat tinggi, asupan cairan atau minum
dan banyak merupakan hal yg penting, di samping terapi medikasi. Sementara itu,
pada klien CKD perlu dilakukan pembatasan cairan. Perlu dilakukan peneltian lebih
lanjut kemungkinanan adanya tindakan keperawatan yg efektif untuk mengurangi
asam urat pada klien CKD selain dengan terapi medikasi dan pengurangan diet yg
dapat meningkatkan kadar asam urat.