Anda di halaman 1dari 10

 LED 30 mm; Hb 8,5 g/dl; Ht 24,4%; eritrosit 2,74 jt/ul; trombosit 245.

000/ ul;
leukosit 9500/ ul.
 Hitungan jenis -> eosinofil 4,2 % limfosit 16,1% .
 Elektrolit -> Na 139 mEq/1; K 3,4 mEq/; Cl 97 mEq/1; Mg 1,8 mg/dl.
 Ureum 77 mg/dl ; kreatinin 7,6 mg /dl.
 Tanggal 1 November 2007;
 Kalsium 7,7 mg/dl; asam urat 8,5mg/dl.
 Tanggal 2 november 2007;
 LED 90%; Hb 7,8 g/dl; Ht 23,3%; eritrosit 2,56 jt/ul; leukosit 10.400/ul;
trombosit 250.000/ul
 Hitungan jenis -> eosinofil 4,1 % limfosit 18,9%; monosit 11,3%
 Kolonesterase 5204 U/1; protein total 6,3 g/dl; albumin 3,6 g/dl globulin 2,7
g/dl.
 Elektrolit -> Na 140 mEq/dl; Cl 103 mEq/dl
 Asam urat 9,2 mg/dl.
 Tanggal 3 november 2007;
 ureum 58 mg/dl; kreatinin 5,4 mg/dl.
 Tanggal 5 november 2007;
 Kreatinin darah 10,3 mg/dl; kreatinin urine 80,6 mg/dl; volume urine 250 ml;
CCT 1,63 ml/mnt; protein kuantitatif urine 763 mg/24jam.
 Tanggal 6 november 2007;
 LED 72mm; Hb 7,2 g/dl 21,6%
 Eritrosit 2,28 jt/ul; leukosit 7.200/ul; trombosit 261.000/ul.
 Kolinesterase 5252 U/1; protein total 5,8 g/dl; albumin 3,5 g/dl; globulin 2,3
g/dl.

Obat yg diberikan kepada ibu M

Obat yg diberikan kepada ibu M, diantaranya:

 Vitamin B12 3X1


 Biknat 3x2
 CaCO3 3x1
 Asam folat 1x3
 Ambroksol 3x1
 Klonidin 2x10,15
 Adalat oros 1x30 mg
 Seftriakson 1x2 vial
 Lasix 1x2 ampul
 Vectrin 3x1

Tabel 2 Rencana asuhan keperawatan untuk ibu M


Diagnosis Keperawatan Tujuan Rencana tindakan/rasional
Ketidak efektipan pemberisihan jalan Jalan nafas 1. Kaji suara, frekuensi, irama,
nafas yg berhubungan dengan kembali bersih dan kedalaman serta usaha
akumulasi sputum yg kental, dan berfngsi nafas dan penggunaan otot
kelemahan fisik, dan akumulasi efektif bantu pernafasan.
toksin dalam tubuh, di buktikan oleh: Penurunan suara nafas
DS : klien mengatakan nafas agak menadajan penurunan
sesak, sering batuk, kadang sulit fungsi par. Ronko dan
tidur. mengi mengidikasikan
DO : akumulasi sekret/ jalan
 Kesadaran CM; suhu 36; nafas tidak bersih, yg dapat
frekuensi pernafasan menyebabkan pengunaan
20x/menit. otot bantu penafasan dan
 Pernafasan teratur, tidak ada peningkatan usaha nafas
pernafasan kussmaul,tidak (doenges, 1993).
ada penggunaan otot 2. Ubah posisi klien
tambahan, ronki basah di semifauler atau fowler
kedua lapang paru, tidak ada tinggi dan bantu klien
mengi. mengatur posisi yg nyaman
 Hasil rontgen : proses untuk bernafas guna
spesifik lama aktif (3/10/07) memaksimalkan ekspansi
 Hasil pemeriksaan paru dan menurunkan usaha
laboratorium : ureum nafas.
133mg/dl; kreatinin 6,0 3. Dorong klien bernafas
mg/dl; Hb 8,4 mg/dl; Ht secara teratur dan
28,2% (28/10/07). mengunakan pernafasan
bibir mencucu (pursed-lip
breathing) dengan teratur
untuk membantu
mendistribusikan udara
keseluruh paru dan
mengurangi pendek nafas.
4. Kaji status mental dan
warna kulit serta membran
mukosa. Akumulasi sekret
dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan
jaringan
5. Dorong klien untuk
mengeluarkan sputum,
ajarkan batuk efektif untuk
membantu mengurangi
akumulasi sekret ( doenges;
1993).
6. Patau tanda tanda vital dan
bunyi jantung. Hipoksemia
dapat menyebabkan
iritabilitas miokardium,
membuat disritmia, dan
menyebabkan perubahan
tanda tanda vital.
7. Evaluasi tingkat toleransi
aktivitas, kurangi aktivitas
selama pasien akut untuk
mengurangi kebutuhan
oksigen tubuh.
8. Beri terapi oksien seuai
indikasi untuk memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh
dan mengoreksi hipoksemia
(doenges;1993)
9. Beri medikasi seuai indikasi
untuk membantu
mengencerkan sputum agar
mudah di keluarkan oleh
klen.
10. Pantau hasil AGD.
Penurunan kadar oksigen
dan / atau saturasi oksigen
atau peningkatan paCO2
mengindikasikan perlunya
intervensi/ regimen terapi
tambahan( doenges;1993).
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan nutrisi 1. Pantau asupan makanan
kebutuhan tubuh yg berhubungan terpenuhi, yg di dan catat kebutuhan kalori
dengan efek urenia, mual, dan tunjukan dengan harian untuk
penurunan selera makan, di buktikan berat badan ideal mengidentivikasi devisit
oleh : dan nilai albumin nutrisi klien dan terapi yg
DS : klien mengatakan makan tidak dalam batas di perlukan (doenges; 1993)
nafsu, hanya menghabiskan separuh normal. 2. Kaji adanya mual dan
porsi makana n. muntah. Akumulasi toksin
DO : dalam darah dapat
 Kesadaran CM, muntah (-), menimbulkan gejala yg
berat badan belum dapat mengakibatkan penurunan
dikaji tersebab oleh klien asupan makanan klien.
merasa belum kuat berdiri.. 3. Dorong klien makan
 Hasil pemeriksaan sedikit, tetapi sering, sesuai
laboratorium : albumin 3,2 kebutuhan kalori. Porsi
g/dl (11/10/07). kecil dapat mendorong
 Hasil pemeriksaan klien meningkatkan asupan.
laboratorium: ureum 4. Dorong/ bantu klien
133mg/dl:; kreatinin 6,0 melakukan perawatan
mg/dl (28/10/07) mulut untuk mengurangi
ketidak nyamanan akibat
stomatitis oral atau sampah
metabolik di dalam mulut
yg dapat bercampur dengan
makan yg di makan
(doenges;1993)
5. Timbang berat badan klien
setiap hari untuk
mengetahui status cairan
dan indeks massa tubuh
klien.
6. Konsuktasi dengan ahli gizi
untuk menentukan
kebutuhan nutrisi klien
guna membantu
penyusunan program diet
yg tepat untuk klien.
7. Beri multivitamin sesuai
indikasiuntuk membantu
memenuhi kebutuhan
vitamin yg hilang akibat
malnutrisi atau anemia
selama dialisi.
8. Pantau kadar albumin.
Kadar albumin adalah
indikator kebutuhan protein
klien.
Intoleran aktivitas yg berhubungan Klien dapat 1. Kaji paktor yg
dengan kelemahan fisik, anemia, dan melakukan menyebabkan kelemahan
penumpuka toksin uremik alam aktivitas seperti anemia, gangguan
darah, dibuktikan oleh: perawatan diri cairan/ elektrolit retensi
DS : klien mengatakan badan terasa sesuai toleransi. toksin ureum
lemah, tidak kuat berdiri (smeltzer&bare,2004)
DO : untuk mengidetivikasi
 Kesadaran CM; TD 130/80 faktor yg berkontribusi
mmHg; nadi 80x/menit atur, terhadap keparahan
denyut kuat suhu 36, kelemahan
prekuensi pernafasan (smeltzer&bare,2004)
20x/menit 2. Dorong klien melakukan
 Pernafasan teratur tidak ada aktivitas perawatan diri
penggunaan otot tambahan sesuai toleransi, bantu jika
 Hasil pemeriksaan perlu untuk meningkatkan
laboratorium Hb 8,4g/dl dan harga diri dan aktivitas
133 mg/dl dan kratinin 6,0 klien menuju normal,
mg/dl (28/10/07) meningkatkan kekuatan
otot.
3. Dorong klien beraktivitas
dengan diselingi istirahat
unyuk mempertahankan
tingkat energi dan
mengurangi kerja sistem
kardiovaskular dan sistem
pernafasan (doenges;1993)
4. Dorong klien istirahat
setelah selesai menjalani
homedialisi. Beberapa klien
hemodialisis memerlukan
istirahat yg cukup
(smeltzer&bare2004)
5. Ukur asupan dan haluaran
cairan setiap hari untuk
mengetahui kebutuhan
penggantian cairan dan
risiko overload cairan yg
dapat menghambat
kemampuan beraktivitas .
Risiko kerusakan integritas kulit yg Integritas kulit 1. Infeksi kulit terhadap
berhubungan dengan akumulasi terjaga dengan warna, turgor eritema,
toksin urenik di kulit, penurunan baik, kerusakan ekimosis,purpura, dan
aktivitas, di buktikan oleh : integritas kulit vaskularisasi. Kondisi kulit
DS : klien mengatakan ada bekas tidak terjadi. di pengaruhi oleh sirkulasi,
kebiruan di leher dan tangan kiri nutrisi, toksin uremik, dan
bekas hemodialisis. mobilitas jaringan kulit
DO : kesadaran CM; turgor kulit mudah menjadi kering
baik, kulit agak kering, terlihat akibat atropi kelenjar
merah kebiruan pada leher dan keringat, sementara pruritus
tangan kiri klien. terjadu akibat
hiperparatirodisme sekunder
dan devosit kalsium dalam
kulit pruritus. Dapat
menyebabkan ekskoriasi
kulit pendarahan pada kulit
dapat terjadi akibat
peningkatan memar,
petekie. Dan purpura.
Penumpukan urkrom
menyebabkan kulit menjadi
abu abu atau kuning
kehijauan dan tidak
bercahaya (black& hawks
2005)
2. Pantau asupan cairan dan
hidrasi kulit dan membran
mukosa untuk medeteksi
adanya dehidrasi atau over
hidrasi yg memengaruhi
sirkulasi dan integritas kuli
pada tingkat sel.
3. Infeksi adanya edema.
Jaringan yg edema mudah
menjdi rusak.
4. Ubah posisi setiap 2jam
untuk menurunkan tekanan
yg lama pada kulit /
jaringan yg kurang baik
sirkulasinya guna mencegah
iskemia kulit (doenges;
1993)
5. Anjurkan penggunaan krim
pelembab pada kulit untuk
menurunkan risiko kulit
kering dan pecah pecah.
6. Pertahankan limen tetap
kring dan bebas kerutan
untuk menurunkaniritasi
kulit dan risiko kerusakan
kulit (doenges;1993)
7. Kaji adanya gatal pada
kulit. Hemodialisi memang
membantu mengurangi
masalah kulit akibat toksis
uremik, tetapi gatal akibat
terjadi tersebab oleh kulit
mengeluarka produk
sampah,sperti kristal posfat
pada klien CKD yg
mengalami hiperparatiroid
(doenges;1993)
IMPLEMENTASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA IBU M

Impementasi yg dilakukan pada ibu M disesuaikan dengan rencana asuhan


keperawatan yg telah di buat sebelumnya. Secara umum, implementasi yg dilakukan terhadap
masing masing diagnosis keperawatan dibahas dibawah.

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi


sputum yang kental kelemahan fisik, dan akumulasi toksin dan tubuh

Intervensi yg dilakukan dapat pada ibu M meliputi melakukan pengkajian terhadap


suara nafas menggunakan stetoskop dan menkaji kecepatan, irama, serta kedalaman napas
klien dan usaha napas srta apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pengkajian
dilakukan setiap hari saat pratik. Selain itu, posisi klien selalu di ubah dengan meninggikan
posisi kepala atau tempst tidur klien semifowler sampai klien meras nyaman untuk bernafas
atau istirahat. Klien juga di ajarkan dan di dorong untuk mengatur nafas, terutama jika sedang
merasa sesak supaya bernafas secara teratur. Teknik bernafas bibir mencucu juga diajarkan
kepada klien. Pengkajian status kesadaran dan status mental dilakukan dengan berkumunikasi
dengan klien. Kulit klien tidak terlihat abu abu dan mukosa bibir tampak kering. Klien di
anjurkan untuk melembabkan bibir dengan madu. Untuk membantu mengeluarkan sputum,
klien di ajarkan teknik batuk efektif. Selain itu, klien mendapat terapi inhalasi dengan
ventolin, bisolpon, dan salin normal dengan rasio 1:1:1 per8 jam untuk memudahkan klien
mengeluarkan sputum. Tanda vital dan bunyi jantung klien juga di pantau setiap hari. Klien
memiliki riwayat hipertensi sehingga tekanan darah klien terkadang tinggi dan sesekali
terpantau normal. Saat klien merasa sesak, klien diberikan oksigen 3 litter/menit untuk
mengantisipasi kekurangan oksigen. Kolaborasi yg lain berupa pemantauan hasil analisi gas
darag klien untuk mengevaluasi status pernafasan klien. Klien juga mendapat terapi/medikasi
lain, seperti seftriakson CaCO3 biknat, adalat oros, dan klonidin serta lasix.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
uremia, mual, dan penurunan selera makan.

Tindakan yg dapat dilakukan yaitu memantau asupan makanan klien. Klien di dorong untuk
menghabiskan makanan yg di berikan dari rumah sakit. Kemudian, selalu memantau dan
menanyakan adanya mual atau muntah. Klien di dorong untuk makan sedikit , tetapi sering,
sesuai kebutuhan kalori yg sudah di tetatkan oleh tim kesehatan berdasarkan kebutuhan diet,
yaitu 1900 kalori dan protein 0,8 gram/kg BB/perhari. Klien dianjurkan melakukan
perawatan mulut dan keluarga di anjurkan untuk membantu klien dapat menjaga kebersihan
mulut dan tubuh klien. Klien diberikan terapi vitamin B12 3x sehari dan asam folat sekali
sehari. Selain itu, untuk mengetahui kadar albumin klien dilakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemeriksaan kadar albumin.

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik, anemia, penumpukan


toksin uremik di dalam darah

Klien mengatakan tidak berani berdiri untuk berjalan atau ke kamar mandi untuk
mandi karena merasa lemah dan takut jatuh. Tindakan yg dilakuukan terhadap klien, yaitu
mengkaji faktor yg menyebabkan kelemahan klien. Hasilnya, diketahui nahwa klien
mengalami anemia, gangguan cairan/elektrolit, retensi toksin ureum masih tinggi meskipun
sudah menjani hemodialisis setiap selasa dan jumat. Klien di dorong untuk melakukan
aktivitas perawatan diri yg di tinggkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. Keluarga klien,
terutama suami dan anak yg menjaga klien bergantian di minta untuk turut membantu dan
mendorong klien agar meningkatkan kemampuan beraktivitas. Seperti duduk, kemudian
berdiri, dan berjalan selain itu klien diajarkan untuk melakukan aktivas yg di selingi dengan
istirahat misalnya setelah duduk dan berdiri di sisi tempat tidur kemudian istirahat. Lalu
merasa sudah dapat mencoba nerdiri lagi. Stelah setiap sesudah menjalani hemodialisis, yaitu
hari selasa dan jumat. Kondisi klien di panatau dan klien di anjurkan untuk beristirahat
dengan cukup sebelum melakukan aktivitas.

Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan akumulasi toksin uremik
di kulit dan penurunan aktivitas

Tindakan yg dilakukan setiap hari terkait diagnosis tersebut berupa menginspeksi


kulit klien, baik ekstremitas atas, bawah, atau pada bagian belakang dengan memantau kulit
terhadap warna, turgor, eritema, ekimosis, purpura, dan vaskularisasi, secara umum kulit
klien masih terlihat utuh. Belum ada yg rusak atau pecah pecah, asupan cairan klien juga
dipantau yaitu maksimal 800ml/hari untuk mencegah terjadinya edema dan overload cairan
dan untuk mempertahankan hidrasi kulit atau membran mukosa inspeksi terhadap edema juga
dilakukan dan hasilnya tidak terdapat edema pada bagian tubuh klien. Klien juga di anjurkan
untuk miring kiring, berbaring terlentang dan miring kanan bergantian setiap 2 jam. Keluarga
diminta untuk membantu membawakan krim pelembap kulit untuk klien. Linen tempat klien
tidur dijaga setiap hari agar tetap kering dan bebas dari kerutan. Juga dipantau kulit klien dari
adanya gatal pada kulit dan klien mengatakan tidak ada gatal gatal pada kulit.

Evaluasi tindakan keperawatan pada ibu M

Evaluasi dilakukan setiap hari. Secara umum, evaluasi masing masing diagnosa
keperawatan di bahas di bawah.

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas yg behubungan dengan akumulasi sputum yg


kental, kelemahan fisik, dan akumulasi toksin dalam tubuh.

Klien mengatakan sudah merasa jauh lebih baik. Dari hari hari sebelumnya klien
mengaku hampir tidak pernah batuk lagi hanya kadang sedikit ada oada malam hari dan
dahak hampir tidak ada lagi klien mengatakan sudah hampir tidak sesak lagi dan tidak
memerlukan oksigen lagi suara ronki semakin terdengar sedikit/ hampir hilang dan kesadaran
klien CM. Tidak ada murmu, galop dan bunyi S2-S4. Bunyi jantung S1-S2 normal dan tidak
ada mengi serta tidak ada penggunaan otot bantu penafasan dan klien tidak sianosis. Tidak
ditemukan edema ansarka dan edema paru kecepatan pernafasan ratarata semakin membaik
dengan rentang kurang dari 20 kali permenit. Kulit klien terlihat tidak abu abu dan mukosa
bibir sudah tidak kering lagi. Hasil pemeriksaan AGD terakhir masih menujukan terjadinya
asidosi respiratorik. Tetapi klien tidk merasa sesak lagi . klien mendapatkan obat untuk
dibawa pulang di minum dirumah dan masih akan melanjutkan hemodialisis.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yg berhubungan dengan efek uremia,
mual dan penurunan selera makan

Secara umum, klien mengatakan sejak dua hari menjelang pulang nafsu makan mulai
meningkat dan makanan yg di sediakan sudah dapat di habiskan. Klien juga mengatakan
tidak mual dan tidak ada muntah. Klien juga sudah sikat gigi di kamar mandi.

Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir menunjukan albumin naik menjadi normal


yaitu, 3,5g/dl hari sebelumnya 3,2g/dl pada tanggal 11 oktober 2007 nerat badan klien
bervariasi terkadang naik terkadang turun terutama setelah hemodialisis. Berat badan klien
naik menjadi 47 kg dari 44 kg klien juga diberi mediasi vitamin untuk diminum di rumah.
Klien di ajarjan dan keluarga juga di ajarkan agar ibu M minum maksimal 800 ml/hari selama
dirumah dan mengurangi kunsumsi garam dan protein tinggi.

Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik, anemia, dan


penumpukan toksin uremik dalam darah.

Sehari menjelang pulang klien mengatakan sudah dapat berdiri untuk berjalan atau ke
kamar mandi untuk mandi atau buang air kecil dan besar, klien mengatakan merasa lebih
segar karena sudah dapat mandi dan keramas secara mandiri di kamar mandi.
Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir menunjukan klien masih mengalami anemia
dengan Hb 7,2g/dl dan Ht 21%. Sementara itu, kadar elektrolit klien masih dalam batas
normaal yaitu natrium 140 Meq/dl, kalium 3,83 mEq/dl, dan klorida 103 mEq/dl, sedangkan
kadar ureum masih tinggi, yaitu 58 mg/dl, dan kreatinin 5,4 mg/dl meskipun klien sudah
menjalani hemodialisis setiap selasa dan jumat. Tidak ada edema dan hasil aukultrasi jantung
paru klien juga menunjukan kondisi normal. Klien dianjurkan untuk beraktivitas terlalu berat
setelah pulang ke rumah dan meminta keluarga untuk membantu klien dalam beraktivitas
sehari hari

Risiko kerusakan integritas kulit yg berhubungan dengan akumulasi toksin uremik di


kulit dan penurunan aktivitas

Klien mengatakan sudah mulai mandi dan kulit sudah mulai bersih tidak ada luka,
lecet, dan gatal gatal. Secara umum, kulit klien terlihat utuh, tidak ada yg rusak atau pecah
pecah. Serta tidak ada edema dan gatal pada kulit. Turgor kulit baik, kulit tidak terlihat
kering, dan vaskularisasi kulit klien terlihat baik dan lancar. Meskipun kadar ureum dan
kratinin serum klien masih tinggi. Dengan melakukan hemodialisa lanjutan setelah dirumah
di harapkan kondisi klien lebih baik lagi. Bekas kemerahan di leher dan tangan kiri klien
sudah berkurang, walapun sudah ada kemerahan.

ANALISIS PENGALAMAN KLINIS

Setelah memberikan asuhan keperawatan kepada klien, yg teridi atas lima tahapan
proses keperawatan diatas, mahasiswa sebaiknya melakuakan melakukan analisis
pengalaman klinis sebagai bahan evaluasi diri sehingga kelak dapat memberikan asuhan
keperawatan yg lebih baik lagi. Analisis pengalaman klinis terdiri atas tiga pase yaitu fase
orientasi (perkenalan/membuat kontrak dengan klien) fase kerja dan fase terminasi. Contoh
analisis pengalaman klinis berdasarkan skenario 1 di bahas dibawah.

FASE ORIENTASI

Saat pertama kali bertemu dan berkenalan serta menjelaskan maksud dan tujuan
praktik dan membuat kontrak dengan ibu M, ibu M menerima dan menyambut dengan baik.
Ibu M dan keluarga merespon dengan baik.ibu M dan keluarga samgat komperatif dan
terbuka dalam menjawab pertanyaan yg diberikan dan sering berdiskusi tentang penyakit dan
apa yg dirasakan ibu M. Ibu M mengatakan sudah bebrapa hari di rawat di ruangan dan sudah
merasakan sudah ada perbaikan selama ini dan merasa senang senang mendapatkan
perawatan di ruangan. Ibu M tampak semangat menceritakanberbagai hal tentang diri dan
penyakitnya, juga saat berdiskusi tentang penyakitnya.

FASE KERJA

Saat akan atau selama melakukan tindakan keperawatan kepada ibu M, ibu M
komperatif dan merespon baik sebelum melakukan tindakan diberikan kepada klien dan,
setelah klien menyetujui, baru dilakukan tindakan. Klien juga menyampaikan responnya
setelah tindakan dilakukan, misalnya setelah dilakukan inhalasi klien mengatakan rasanya
agak lega atau setelah dilakukan hemodialisi klien merasa badan lebih enak. Klien juga
mempersiapkan atau membeli dan menyediakan obat atau alat yg di perlukan melakukan
tindakan, seperti obat Oral atau injeksi dan juga venplon yg akan di pasang di tangan kiri
klien.

FASE TERMINASI

Beberapa hari menjelang pulang, klien mengatakan sudah ingin pulang dan badan
sudah merasa lebih baik. Saaat melakukan terminasi, waktu klien akan pulang klien dan
keluarga mengucapkan terimakasih atas semua bantuan perawatan yg telah diberikan selama
klien dirawat. Sebelum pulang, klien dan keluarga di evaluasi tentang apa yg di lakukan
terhadap klien selama klien dirawat. Klien dan keluarga mengatakan merasa senang atas
perawatan yg diberikan dokte, perawat, dan mahasiswa selama klien dirawat di ruangan ini.

1. Klien mengalami kejang sebelum masuk IGD dan saat di IGD terlihat nilai ureum dan
kretinin tinggi, semntara klien lain yg memiliki nilai ureum dan kreatinin yg hampir
sama tidak mengalami kejang dan justru mengalami edema yg cukup luas, sementara
klien sendiri mengatakan kaki hanya sedikit bengkak sebelum masuk rumah sakit. Hal
tersebut menimbulkan pertanyaan tersendiri untuk di telitik, yaitu pada rentang nilai
ureum dan kreatinin berapa kejang mulai dapat terjadi dan dengan pemicu atau faktor
lain apa yg mungkin menimbulkan kejang pada klien CKD.
2. Hal lain yg perlu yg diteliti adalah tindakan keperawatan yg tepat dam cukup
bermakna untuk klien CKD yg tiba tiba mengalami kejang, karena saat di IGD klien
segera mendapat hemodialisis sito untuk mengurangi efek uremik mungkin perlu
dikaji apakah ada terapi komplementer atau tindakan keperawatan yg cukup efektif
untuk mengurangi atau mencegah kejadian kejang pada klien CKD, terutama yg
sudah berada pada stadium V .
3. Klien selama perawatan dipriksa nilai asam uratnya dan terlihat nilai asam urat di atas
normal. Untuk klien yg memiliki kadar asam urat tinggi, asupan cairan atau minum
dan banyak merupakan hal yg penting, di samping terapi medikasi. Sementara itu,
pada klien CKD perlu dilakukan pembatasan cairan. Perlu dilakukan peneltian lebih
lanjut kemungkinanan adanya tindakan keperawatan yg efektif untuk mengurangi
asam urat pada klien CKD selain dengan terapi medikasi dan pengurangan diet yg
dapat meningkatkan kadar asam urat.

Anda mungkin juga menyukai