Lampiran 2. Jumlah Tumbuhan Obat Per Plot Di Cagar Alam Dolok Saut
Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon
1 Harimonting 5 √
2 Apus tutung 3 √
Sanduduk 5 √
3 Apus tutung 2 √
Sanduduk 4 √
4 Sanduduk 5 √
Hapas-hapas pohon 1 √
5 Hapas-hapas pancang 1 √
6 Harimonting 4 √
Bunga-bunga paet 3 √
7 Apus tutung 2 √
Rias 3 √
8 Sanduduk 6 √
9 Sanduduk 5 √
Rias 5 √
10 Hapas-hapas pohon 2 √
11
12 Hapas semai 1 √
Hapas tiang 2 √
13
14 Rias 4 √
15 Rias 5 √
16 Sanduduk 4 √
Simarbosi pancang 1 √
17 Apus tutung 2 √
Sanduduk 3 √
18 Apus tutung 2 √
19 Hapas-hapas pancang 2 √
Bunga-bunga paet 2 √
Hapas-hapas pohon 1 √
Kemenyan semai 1 √
20 Harimonting 4 √
Bunga-bunga paet 3 √
Sanduduk 3 √
21 Langge 3 √
Rias 3 V
22 Hapas-hapas pohon 2 √
Hapas-hapas pancang 1 √
23 Hapas-hapas pohon 3 √
Lampiran 3. Dokumentasi
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar (a). Jalan masuk ke kawasan CA Dolok Saut, (b). Kondisi hutan CA Dolok Saut,
(c). Papan Informasi CA Dolok Saut, (d). Informan kunci dan pemandu,
(e). Kondisi di dalam Cagar Alam, (f). Wawancara dengan masyarakat Desa
Pansur Natolu.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara. 2011. Buku Informasi
Kawasan Informasi. Medan.
Hapsoh dan Yaya, H. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press.
Medan.
Ludwig, J.A and J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods
and Computing. New York : John Wiley and Sons
METODE PENELITIAN
dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu,
digital, tali rafia, parang, sekop tangan, sarung tangan, skala pengukuran, dan alat
tulis. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang tidak
dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, label.
Metode Penelitian
tumbuhan obat pada kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Data diperoleh dari
informan kunci yang ikut memandu dalam identifikasi tumbuhan obat.. Informan
kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang yang bisa mengenali jenis-
jenis tumbuhan yang ada dalam hutan tersebut serta mengetahui jenis tumbuhan
yang bisa dijadikan tumbuhan obat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
2. Aspek Keanekaragaman
sampling yang akan diambil adalah 10% atau seluas 3,9 hektar.
a
b
c
20 m
Keterangan:
a. = petak ukur semai 2x2 meter, yaitu anakan dengan tinggi <1,5 m dan tumbuhan
bawah/semak/herba, termasuk di dalamnya liana, epifit, pandan dan palem.
b. = petak ukur pancang 5x5 m, yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter
batangnya < 10 cm.
c. = petak ukur tiang 10x10 meter, yaitu diameter batang < 20 cm.
d. = petak ukur pohon 20x20 meter, yaitu pohin yang diameter batangnya ≥ 20 cm.
dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi dan indeks
e. Dominansi (D)
tumbuhan obat yang ada di kawasan CA Dolok Saut. Sumber wawancara adalah
juru kunci kawasan cagar alam tersebut dan masyarakat yang dapat dijumpai di
Jumlah responden dari masyarakat berjumlah 20 orang (lampiran 1). Dari hasil
survei, didapat jenis tumbuhan obat yang diketahui masyarakat yang disajikan
dalam tabel 6.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa tidak semua jenis tumbuhan obat
yang terdapat di kawasan cagar alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa
Pansur Natolu. Dari ke-12 jenis tumbuhan obat yang didapat, hanya 8 jenis saja
tersebut.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dari 98 plot dengan luasan 3,9
Merujuk data Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah jenis tumbuhan obat
tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pada tingkatan semai
dengan jumlah 358 tumbuhan. Jenis tumbuhan yang paling banyak dijumpai yaitu
jenis hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) dengan total 70. Dari hasil
pengamatan, jenis pohon ini memang mendominasi jenis tumbuhan pohon yang
tumbuh di kawasan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan BBKSDASU (2011)
RW.). Jenis tumbuhan yang paling sedikit dijumpai adalah kemenyan (Styrax
hanya akan banyak dijumpai di daerah perkebunan masyarakat dan tumbuhan ini
berkuasa) dalam komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang
tinggi. Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
ekosistemnya.
di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat semai adalah Etlingera
elatior dengan INP sebesar 38,14. Nilai INP terendah adalah Styrax benzoin Dry.
dengan INP 1,22. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat
Keanekaragaman jenis tingkat semai tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan
Jenis yang paling banyak dijumpai pada tingkatan semai yaitu jenis rias
(Etlingera elatior) dengan jumlah 69. Tumbuhan ini banyak dan mudah
daerah tropis dan tumbuh di bawah kanopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ibahim dkk. (1999) yang menyatakan bahwa spesies ini sangat banyak ditemukan
di daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan ini juga menyebar dengan benih
dan fragmen rimpang atau rhizoma yang membuat potensi untuk berkoloni sangat
tinggi. Koloni tumbuhan ini sangat banyak ditemukan di bawah kanopi hutan
alam.
di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah
Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 166,36 Nilai INP terendah
analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pancang memiliki
tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai
di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah
Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 247,19. Nilai INP terendah
analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat tiang memiliki indeks
rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter
dengan jenis tingkat pancang, hapas-hapas banyak didapat karena tumbuhan ini
di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah
Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 220,01. Nilai INP terendah
adalah Styrax benzoin Dry. dengan INP 14,89. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pohon memiliki indeks keragaman
jenis sebesar 0,58. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong rendah. Hal ini
rendah. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas
Hasil analisis data semai sampai dengan pohon pada Tabel 3, 4, 5 dan 6,
dapat dilihat bahwa tingkat kenekaragaman yang paling tinggi terdapat pada
tumbuhan tingkat semai yaitu 2,17 dan yang paling rendah yaitu pada tingkat
pancang, yaitu 0,39. Keanekaragaman tingkat semai yang lebih tinggi dari yang
yang lainnya disebabkan karena jenis tumbuhan obat berupa semai yang didapat
jumlahnya lebih banyak dari jenis tumbuhan obat pada tingkat pancang, tiang, dan
pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996), yang menyatakan bahwa
Sebaliknya, jika nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau
sedikit jenis.
langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan tertentu sebelum digunakan.
Cara penggunaan tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut
Bagian yang
No Nama Lokal Nama Latin Kegunaan Cara Penggunaan
Digunakan
7 Kemenyan Styrax benzoin Obat gatal- Getah Dibakar, ditambah
Dry. gatal minyak goreng,
dioleskan
8 Langge Homalomena Obat keseleo Batang Direbus, dicampur
cordata Schott. minyak goreng,
dioleskan
9 Rias Etlingera elatior Disentri Batang Inti batang direbus,
dimakan, air
diminum
10 Sanduduk Melastoma Obat sakit Daun Direbus, diminum
malabathricum perut, luka Ditumbuk, dioleskan
Linn. bakar
11 Simarbosi- Hymenodictyon Obat sakit Daun Dikeringkan,
bosi orixense Mabb. perut, sakit direbus, diminum
pinggang
12 Tampar Stachytarpheta Obat radang Daun Direbus, diminum
setan indica Vahl. tenggorokan (Depkes RI, 1985)
Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan
lebih banyak menggunakan daunnya. Ada 9 jenis tumbuhan obat yang daunnya
dimanfaatkan sebagai obat, yaitu apus tutung, bunga paet, cakar ayam, hapas-
8%
8%
Daun
17% Batang
Akar
67%
Getah
Bagian tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Harbone (1987), menyatakan bahwa pada daun banyak
tannin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di
vakuola ataupun pada jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Perubahan
sesuai dengan perjalanan waktu, dapat terjadi dengan baik dalam jaringan daun
maupun jaringan buah. Dan dilihat dari segi praktis dan efisiensinya, daun
merupakan bagian yang mudah diracik untuk dijadikan sebagai bahan obat.
menggunakan tumbuhan obat cukup dengan mengambil sari atau pati dari
tumbuhan obat baik dengan cara merebus bagian tumbuhan yang berkhasiat
obat yang bisa dimakan seperti daun muda, buah, dan biji) bagian tumbuhan yang
menjadi dua, yaitu digunakan sebagai obat luar dan obat dalam. Pemanfaatan
tumbuhan obat sebagai obat luar digunakan dengan cara menghaluskan bagian
menempelkannya pada bagian yang sakit seperti bisul, luka, gatal-gatal, dan
penyakit kulit lainnya. Sementara itu penggunaan tumbuhan obat sebagai obat
dalam sebagian besar digunakan dengan cara merebus bagian tumbuhan obat yang
A. Jenis Pohon
yang meruncing sebanyak tiga, berwarna hijau, dan permukaan daunnya agak
licin. Batang hapas-hapas berbentuk silindris, berwarna coklat gelap, dan kulit
batangnya yang bersisik. Tinggi pohon ini mencapai 30 m. Pohon ini tumbuh
tersebar banyak di cagar alam ini. Tumbuhan ini juga berbunga dan berbuah.
Pohon ini tumbuh tersebar di dalam hutan dan mendominasi jenis tumbuhan
mengobati sakit perut. Cara pemakaiannya yaitu dengan merebus daunnya dan
besar, diameter antara 20-30 cm dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus,
Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu
dengan ujunngnya yang meruncing, berwarna hijau tua, strukturnya opposite atau
sebagai obat sakit perut. Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat yaitu bagian
B. Jenis Semak
lapangan, tumbuhan ini tumbuh pada daerah yang terbuka dan daerah yang agak
memanjang, berwarna hijau muda, ujung daunnya runcing, pertulangan daun yang
sejajar, dan tepi daun yang rata dan tajam. Bentuk perakaran tumbuhan ini
obat digunakan untuk mengobati sakit perut. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
direbus, lalu airnya diminum. Menurut Hariana (2008), akar alang-alang baik
kencing berdarah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing dan
bergerigi, berwarna hijau muda. Tumbuhan ini memiliki bunga yang berwarna
maag dan sebagai obat luka. Untuk mengobati maag, bagian yang dipergunakan
adalah daunnya. Cara penggunaannya yaitu dengan merebus daunnya lalu air hasil
rebusan diminum. Untuk mengobati luka, bagian yang digunakan adalah daunnya.
Cara penggunaannya adalah dengan meremas atau menumbuk daun lalu dioleskan
ke luka.
C. Jenis Herba
sepanjang sisi batangnnya, ukuran daun yang sangat kecil. Tingginya dapat
mencapai 30 cm. Tumbuhan ini ditemukan di dekat aliran air. Hal ini sesuai
dengan Dalimartha (2008), batang tumbuhan ini tegak, tingginya 15-35 cm,
memilik daun yang kecil-kecil, ukuran daunnya 4-5 mm, bentuk jorong, ujunnya
meruncing, daun tersusun di kiri kanan batang menyerupai cakar ayam dengan
sisik-sisiknya. Habitus tumbuhan ini merayap dan sedikit tegak. Tumbuhan ini
pembersih darah. Selain itu, menurut Dalimartha (2008), tumbuhan ini juga
berkhasiat untuk mengobati batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis,
diare, keputihan, tulang patah, pendarahan, dan kanker. Bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai obat adalah semua bagian tumbuhan baik itu kondisi kering
atau basah.
seperti talas, daun berwarna hijau tua di permukaan dan berwarna hijau muda di
bagian bawah, daunnya berbentuk hati, jumlah daun 2-5 helai, ujung daun
runcing, dan permukaan daunnya licin. Tinggi tumbuhan ini berkisar mencapai
0,5 meter. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di tempat yang lembab atau dekat
dengan minyak goreng dan dioleskan ke bagian tubuh yang mengalami keseleo.
panjang, saling berseling berlawanan, tersusun dalam dua baris per batang,
berwarna hijau, dan jumlahnya 15-20 helai daun. Etlingera elatior memiliki bunga
yang berbentuk gasing. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Tumbuhan ini
banyak dijumpai di dalam hutan yang tidak banyak menerima sinar matahari.
dengan mengambil bagian tengah atau inti batang yang berwarna putih lalu
direbus, dan bagian batang dimakan dan air hasil rebusannya juga dapat diminum
langsung.
yaitu kanker dan tumor. Bunga dari tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan
cairan pencuci rambut dan daun serta rimpangnya dipakai untuk bahan campuran
D. Jenis Perdu
lapangan, daun Clidemia Hirta memiliki warna hijau tua, terdapat bulu di
permukaanya, berbentuk oval, ujung daun lancip, tepi daun rata, daun tunggal.
Walaupun apus tutung terlihat mirip dengan sanduduk, tetapi tumbuhan ini
Clidemia hirta sebagai tumbuhan obat digunakan sebagai obat luka bakar.
dengan meremas atau menumbuk daun hingga halus dan berair lalu oleskan dan
oval,permukaannya agak licin, tepi rata, dan tidak terlalu besar. Rhodomyrtus
tomentosa W.Ait memiliki bunga berwarna merah muda dan buahnya berwarna
hijau saat mentah dan berwarna ungu tua saat matang. Ukuran buahnya relatif
mengobati sakit diabetes dan obat luka. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu
bagian daunnya. Daun tumbuhan ini direbus dengan air yang secukupnya lalu air
hasil rebusan tersebut langsung diminum dan dioleskan untuk obat luka.
tumbuh liar dengan cahaya matahari yang cukup atau biasanya tumbuh di tempat
2 meter, bentuk daun elips dengan ujung lancip, berdaun majemuk, tepi daun rata,
dan permukaan daun terdapat berbulu tipis. Tumbuhan ini memiliki perbungaan
yang biasanya terletak di ujung rantingnya dan berwarna ungu kemerahan. Buah
dari tumbuhan ini berwarna ungu kehitaman dan di dalamnya terdapat banyak
mengobati sakit maag dan mengobati luka bakar. Untuk obat maag, cara
dalam rebusan, lalu air rebusan diminum. Sebagai obat luka bakar, cara
berlebihan, dan mengobati luka bakar, radang dinding pembuluh darah disertai
tegak, tinggi mencapai 90 cm. Batang berkayu, bulat, bercabang, hijau keputihan.
Daun tunggal, berhadapan, bulat telur, ujung runcing, tepi bergerigi. Bunganya
sebagai obat radang amandel atau tengorokan dan batuk. Bagian yang
dimanfaatkan yaitu bagian daunnya. Daun direbus kemudian air hasil rebusan
langsung diminum.
Kesimpulan
1. Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut berjumlah
semai yaitu 2,17, tingkat pancang yaitu 0,39, tingkat tiang yaitu 0,43, dan
Saran
instansi pemerintah yang terdapat di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Saut
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara
dan, (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit
bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu
diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992,
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya,
bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan
yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah
terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang
(Zein, 2005).
Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama
yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar
1. Jamu
Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses
Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman
3. Obat fitofarmaka
percobaan klinis.
sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah lama pada daun lontar
dokumen lain seperti Serat Primbon Jambi, Serat racikan Boreh Wulang Dalem,
dan juga pada dinding Candi Borobudur dengan adanya relief tumbuhan yang
sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi
bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini,
spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah
spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu
obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal
obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain
satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, yaitu cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
Cagar Alam Dolok Saut ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan GB.
hutan Dolok Saut tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam. Dan
Penunjukan Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, CA Dolok Saut juga
lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan hutan
lindung Aek Raut. Letak geografis CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10”
Bujur Timur dan 01o54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360
mdpl. Secara administrasi pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur
Utara.
langsung di lapangan adalah sepanjang 1,4 km. Berdasarkan informasi dari Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan dan dari dokumen yang ada di
kawasan ini belum dilakukan penataan batas. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Dinas Kehutanan Tapanuli Utara bahwa proses verbal tentang pengumuman
batas-batas hutan yang telah dibuat diatur berdasarkan kebulatan mufakat pada
tangal 25 oktober 1935 dengan catatan bahwa terdapat 5 buah pal yaitu NM. 5,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
keragaman hayati dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia.
Diperkirakan sekitar 25% aneka jenis di dunia ini berada di Indonesia, yang dari
setiap jenis tersebut memuat ribuan plasma nuftah dalam kombinasi yang unik
memiliki 30.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies
diketahui berkhasiat obat, dan baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai
bahan baku pada industri obat tradisional. Kondisi ini membuka peluang
tumbuhan obat. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang
digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang
belum tentu cocok untuk masing-masing orang. Hal ini menunjukkan keragaman
diatas merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus
berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Dolok Saut register 17. Pada
bagian barat batas cagar alam dengan hutan lindung Aek Raut. Letak geografis
CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10” Bujur Timur dan 01o54’45”
Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360 mdpl. Secara administrasi
kawasan hutan lindung dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
terdapat di Cagar Alam Dolok Saut yang terletak di Desa Pansur Natolu,
ABSTRAK
Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan
lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun
demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum
seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di
Cagar Alam Dolok Saut.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi
tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang
didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat
diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar
Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar
0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.
Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Saut, keanekaragaman tumbuhan.
ABSTRACT
Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products
potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in
the preserve had not been documented, so that need to be done of research to
analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve.
The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of
medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November
2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with
20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12
species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut
Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38,
and trees state was 0,58.
SKRIPSI
Oleh:
Marjuki Sihombing
111201159/Teknologi Hasil Hutan
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui
ABSTRAK
Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan
lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun
demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum
seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di
Cagar Alam Dolok Saut.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi
tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang
didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat
diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar
Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar
0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.
Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Saut, keanekaragaman tumbuhan.
ABSTRACT
Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products
potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in
the preserve had not been documented, so that need to be done of research to
analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve.
The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of
medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November
2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with
20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12
species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut
Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38,
and trees state was 0,58.
RIWAYAT HIDUP
Januari 1992 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari ayah bernama P.
Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tahun 1998 dan lulus
tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjukan pendidikan sekolah menengah
Utara dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan
Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima dan
Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Pada semester
VII tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat Teknologi Hasil
Hutan.
tahun 2013 yang dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga telah melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Raja pada
Di akhir tahun, penulis fokus mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitan.......................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat .......................................................................................... 3
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ..................................................................... 4
Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut .................................................... 6
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 8
Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 8
Metode Penelitian........................................................................................ 9
Aspek Pengetahuan Lokal ................................................................. 9
Aspek Keanekaragaman .................................................................... 9
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 8
2. Lokasi CA Dolok Saut ......................................................................... 13
3. Proporsi Bagian Tumbuhan yang Digunakan ...................................... 20
4. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.) ...................................... 22
5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) ......................................................... 23
6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) .............................. 24
7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.) ........................................ 25
8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.) ................................. 26
9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.) .................................. 27
10. Langge (Homalomena cordata Schott.) ............................................... 28
11. Rias (Eltingera elatior) ........................................................................ 29
12. Apus Tutung (Clidemia hirta) ............................................................. 30
13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait) .................................... 31
14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.) ..................................... 32
15. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)....................................... 33
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat .................... 12
2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut ................................... 13
3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai ........................................... 14
4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang ....................................... 15
5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang ........................................... 16
6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon .......................................... 17
7. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat ...................................................... 18