Anda di halaman 1dari 52

44

Lampiran 1. Karakteristik Responden di Desa Pansur Natolu


Jenis
No Nama Umur Pekerjaan Keterangan
kelamin
1 Jonson Nainggolan 45 Laki-laki Petani Kepala desa
2 Holong Nainggolan 32 Laki-laki Petani Masyarakat
3 Rosenti Panjaitan 37 Perempuan Petani Masyarakat
4 Sudirman Nainggolan 40 Laki-laki Petani Tokoh agama
5 Jonson Nainggolan 34 Laki-laki Petani Masyarakat
6 Daniel H. Nainggolan 38 Laki-laki Petani Masyarakat
7 Raune Gultom 55 Laki-laki Petani Masyarakat
8 Mantap Tambunan 43 Laki-laki Petani Masyarakat
9 Erikson Nainggolan 50 Laki-laki Petani Masyarakat
10 Mentesina N 46 Perempuan PNS/Guru Masyarakat
11 Amin Adat Pakpahan 60 Laki-laki Petani Masyarakat
12 Jonveri Nainggolan 44 Laki-laki Petani Masyarakat
13 Donal Enri Pakpahan 61 Laki-laki Petani Masyarakat
14 Balongsu Pakpahan 55 Laki-laki Petani Masyarakat
15 Dewi Septiani Pakpahan 27 Perempuan Petani Masyarakat
16 Herliana Nainggolan 49 Perempuan Pedagang Masyarakat
17 Jhon Patar Pakpahan 55 Laki-laki Petani Masyarakat
18 Pantas Pakpahan 42 Laki-laki Petani Masyarakat
19 Remon Sinaga 35 Laki-laki PNS Masyarakat
20 Jonner Pakpahan 25 Laki-laki Petani Masyarakat

Universitas Sumatera Utara


45

Lampiran 2. Jumlah Tumbuhan Obat Per Plot Di Cagar Alam Dolok Saut
Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon
1 Harimonting 5 √
2 Apus tutung 3 √
Sanduduk 5 √
3 Apus tutung 2 √
Sanduduk 4 √
4 Sanduduk 5 √
Hapas-hapas pohon 1 √
5 Hapas-hapas pancang 1 √
6 Harimonting 4 √
Bunga-bunga paet 3 √
7 Apus tutung 2 √
Rias 3 √

8 Sanduduk 6 √
9 Sanduduk 5 √
Rias 5 √
10 Hapas-hapas pohon 2 √
11
12 Hapas semai 1 √
Hapas tiang 2 √
13
14 Rias 4 √
15 Rias 5 √
16 Sanduduk 4 √
Simarbosi pancang 1 √
17 Apus tutung 2 √
Sanduduk 3 √
18 Apus tutung 2 √
19 Hapas-hapas pancang 2 √
Bunga-bunga paet 2 √
Hapas-hapas pohon 1 √
Kemenyan semai 1 √
20 Harimonting 4 √
Bunga-bunga paet 3 √
Sanduduk 3 √
21 Langge 3 √
Rias 3 V
22 Hapas-hapas pohon 2 √
Hapas-hapas pancang 1 √
23 Hapas-hapas pohon 3 √

Universitas Sumatera Utara


46

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon


Hapas tiang 2 √
24 Apus tutung 3 √
Rias 2 √
25 Hapas semai 1 √
Hapas tiang 1 √
26 Apus tutung 3 √
27 Hapas-hapas pancang 2 √
Langge 3 √
28 Langge 4 √
Hapas-hapas pohon 2 √
29
30 Apus tutung 3 √
Hapas tiang 1 √
31 Cakar ayam 1 √
Simarbosi pancang 1 √
32 Rias 2 √
33
34 Apus tutung 2 √
Hapas semai 2 √
35 Langge 2 √
36 Apus tutung 3 √
Cakar ayam 1 √
37 Langge 4 √
38 Sanduduk 4 √
Hapas tiang 1 √
Tampar setan 3 √
39 Langge 4 √
Rias 1 √
Alang-alang 5 √
40 Harimonting 6 √
Bunga-bunga paet 3 √
Sanduduk 5 √
41
42 Apus tutung 2 √
Rias 2 √
Hapas semai 2 √
43 Hapas-hapas pancang 1 √
Simarbosi pohon 1 √
44 Hapas-hapas pancang 1 √
Hapas-hapas pohon 1 √
45 Rias 3 √

Universitas Sumatera Utara


47

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon


46
47 Hapas-hapas pohon 2 √
48 Rias 6 √
49 Langge 2 √
Cakar ayam 1 √
50 Apus tutung 1 √
Cakar ayam 1 √
Hapas-hapas pohon 1 √
51
52 Apus tutung 1 √
53
Simarbosi pancang 1 √
54 Hapas semai 2 √
Simarbosi pohon 1 √
55 Simarbosi tiang 1 √
56 Hapas-hapas pancang 2 √
Hapas-hapas pohon 1 √
57
58 Langge 6 √
Rias 6 √
Hapas semai 1 √
Simarbosi pohon 1 √
59 Hapas-hapas pancang 3 √
Bunga-bunga paet 4 √
Tampar setan 8 √
60 Harimonting 5 √
Cakar ayam 1 √
61 Hapas-hapas pohon 2 √
62 Rias 3 √
Hapas-hapas pohon 1 √
63 Apus tutung 3 √
64 Hapas semai 1 √
Hapas tiang 1 √
Langge 6 √
65 Hapas-hapas pohon 2 √
66 Apus tutung 3 √
Cakar ayam 2 √
67 Cakar ayam 1 √
Hapas-hapas pancang 1 √
68
69 Hapas-hapas pancang 3 √

Universitas Sumatera Utara


48

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon


Rias 4 √
70 Simarbosi tiang 1 √
71 Apus tutung 3 √
72 Hapas tiang 1 √
73 Hapas semai 2 √
Hapas tiang 2 √
74 Apus tutung 2 √
Simarbosi pohon 1 √
75
76 Apus tutung 2 √
Rias 3 √
77
78 Sanduduk 6 √
Hapas semai 3 √
Tampar setan 10 √
79 Bunga-bunga paet 7 √
Rias 2 √
Alang-alang 12 √
80 Harimonting 5 √
Bunga-bunga paet 4 √
Sanduduk 5 √
81 Harimonting 3 √
82 Langge 2 √
Rias 1 √
83 Apus tutung 2 √
Hapas-hapas pohon 1 √
84 Apus tutung 3 √
85
86 Apus tutung 4 √
Rias 2 √
87 Langge 5 √
Rias 7 √
88 Apus tutung 4 √
Cakar ayam 2 √
89
90 Rias 5 √
Hapas-hapas pancang 1 √
91 Hapas-hapas pancang 1 √
Simarbosi pohon 1 √
92
93

Universitas Sumatera Utara


49

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon


94
95 Hapas-hapas pohon 3 √
96
97 Apus tutung 2 √
98 Bunga-bunga paet 3 √
Sanduduk 3 √
Kemenyan pohon 1 √
Alang-alang 8 √
Total 424 358 22 13 31

Universitas Sumatera Utara


50

Lampiran 3. Dokumentasi

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar (a). Jalan masuk ke kawasan CA Dolok Saut, (b). Kondisi hutan CA Dolok Saut,
(c). Papan Informasi CA Dolok Saut, (d). Informan kunci dan pemandu,
(e). Kondisi di dalam Cagar Alam, (f). Wawancara dengan masyarakat Desa
Pansur Natolu.

Universitas Sumatera Utara


42

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Aliadi, A., dan H. S. Roemantyo. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman


Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan
Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara. 2011. Buku Informasi
Kawasan Informasi. Medan.

Balitbangkes. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan.


Jakarta.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Bunda.


Jakarta.

_________, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia Jilid 3. Pustaka Bunda.


Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Tumbuhan Obat Indonesia.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Hapsoh dan Yaya, H. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press.
Medan.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Edisi Kedua. ITB Press,Bandung. Hlm.5.

Hariana, H. A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1 Penebar Swadaya.


Jakarta.

Hasbah, O., A. A. Rahim, N. M. Isaa dan N. M. Bakhir. 2005

Ibrahim H, Setyowati FM, 1999. Etlingera. In: Plant Resources of South-East


Asia No. 13: Spices. Leiden, The Netherlands: Backhuys Publisher, 123-
26.Krebs, C. Z. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution
and Abundance. Third Edition. Harper and Row Publisher Inc. New York.

Indriyani, N.L.P, 2014. Karimunting, Si Kaya Manfaat. Balai Penelitian dan


Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


43

Ludwig, J.A and J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods
and Computing. New York : John Wiley and Sons

Marbun, E. R. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi


Kasus Hutan Batang Toru Blok Barat, Tapanuli Utara). Skripsi Fakultas
Kehutanan USU. Medan.

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta.

Pakpahan. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Humbang Hasundutan. Skripsi


Fakultas Kehutanan. Medan.

Sasmuko, s. A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil


Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar
Nasional Himpunan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah
Regional Sumatera. Medan.

Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan


Pemeliharaan Kesehatan. USU Repository. Medan.

Zuhud EAM., Ekarelawan, Soedarsono R. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai


Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Didalam Zuhud
EAM., Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata – Lembaga Alam Tropika Indonesia
(LATIN).

Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga


Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.

Zuraida, Agus L., Nuroniah H S. 2009. Perkembangan Biofarmaka Kehutanan. di


dalam: Djaban T, Ari W, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan
Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk Keunggulan Bangsa dan Negara.
Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 3-12.

Universitas Sumatera Utara


16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Oktober 2015 - Desember 2015. Penelitian ini

dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu,

Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi

tanaman obat, tally sheet, kantung plastik/stoples, kantung plastik

besar/keranjang, dan label identifikasi.

Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah meteran, pisau, kamera

digital, tali rafia, parang, sekop tangan, sarung tangan, skala pengukuran, dan alat

Universitas Sumatera Utara


17

tulis. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang tidak

dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, label.

Metode Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis

tumbuhan obat pada kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Data diperoleh dari

informan kunci yang ikut memandu dalam identifikasi tumbuhan obat.. Informan

kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang yang bisa mengenali jenis-

jenis tumbuhan yang ada dalam hutan tersebut serta mengetahui jenis tumbuhan

yang bisa dijadikan tumbuhan obat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara

bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan sampel di lapangan

yang dilakukan secara transek yang diletakkan secara purpossive sampling

berdasarkan keberadaan tanaman yang mewakili kawasan tersebut. Intensitas

sampling yang akan diambil adalah 10% atau seluas 3,9 hektar.

a
b

c
20 m

Desain Plot Pengamatan Tanaman Obat

Universitas Sumatera Utara


18

Keterangan:
a. = petak ukur semai 2x2 meter, yaitu anakan dengan tinggi <1,5 m dan tumbuhan
bawah/semak/herba, termasuk di dalamnya liana, epifit, pandan dan palem.
b. = petak ukur pancang 5x5 m, yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter
batangnya < 10 cm.
c. = petak ukur tiang 10x10 meter, yaitu diameter batang < 20 cm.
d. = petak ukur pohon 20x20 meter, yaitu pohin yang diameter batangnya ≥ 20 cm.

Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan formulasi metode

dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi dan indeks

nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, dengan rumus :

a. Kerapatan suatu jenis (K)


∑ individu suatu jenis
K=
Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)


K suatu jenis
KR = × 100%
∑K seluruh jenis

c. Frekuensi suatu jenis (F)


F = ∑ Sub-petak ditemukan suatu jenis
∑Seluruh sub-petak
d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)
F suatu jenis
FR = × 100%
∑F seluruh jenis

e. Dominansi (D)

D= Luas Bidang Dasar Suatu Spesies


Luas Petak Contoh

f. Dominansi relatif (DR)

DR = Dominansi Suatu Spesies x 100%


Dominansi Total Seluruh Jenis

g. Indeks Nilai Penting (INP)


INP = KR + FR (Untuk tingkat semai dan pancang)
INP = KR + FR + DR (Untuk tingkat tiang dan pohon)

Universitas Sumatera Utara


19

h. Indeks keragaman Shannon – Wiener



H’ = −� [(ni/N)ln(ni/N)]
�=1
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = Jumlah jenis dalam petak utama
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Total seluruh individu
Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah :
- H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah;
- H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang; dan
- H’ > 3, keanekaragaman tergolong tinggi (Odum, 1993).

Universitas Sumatera Utara


20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek pengetahuan lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui adanya jenis-jenis

tumbuhan obat yang ada di kawasan CA Dolok Saut. Sumber wawancara adalah

juru kunci kawasan cagar alam tersebut dan masyarakat yang dapat dijumpai di

sekitar kawasan tersebut yang memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat.

Jumlah responden dari masyarakat berjumlah 20 orang (lampiran 1). Dari hasil

survei, didapat jenis tumbuhan obat yang diketahui masyarakat yang disajikan

dalam tabel 6.

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat


Pemanfaatan
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Ya Tidak
1 Alang-alang Imperata cylindrica Raucsh. √
2 Apus tutung Clidemia Hirta √
(Senduduk bulu)
3 Bunga-bunga paet Eupatorium perfoliatum L. √
(Boneset)
4 Cakar ayam Selaginella doedreleinii Hieron. √
5 Hapas-hapas Exbucklandia populnea RW. √
(Kapas-kapasan)
6 Harimonting Rhodomyrtus tomentosa W.Ait √
(Kemunting)
7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. √
8 Langge Homalomena cordata Schott. √
(Nampu)
9 Rias Etlingera elatior √
(Kincung)
10 Sanduduk Melastoma malabathricum Linn. √
11 Simarbosi-bosi Hymenodictyon orixense Mabb. √
12 Tampar setan Stachytarpheta indica Vahl. √
(Pecut kuda)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa tidak semua jenis tumbuhan obat

yang terdapat di kawasan cagar alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa

Pansur Natolu. Dari ke-12 jenis tumbuhan obat yang didapat, hanya 8 jenis saja

Universitas Sumatera Utara


21

yang dimanfaatkan. Pengetahuan masyarakat tentang ke-8 tumbuhan obat tersebut

didapat secara turun-temurun. Alasan tidak dimanfaatkannya ke-4 tumbuhan obat

tersebut karena masyarakat kurang mengetahui khasiat dari ke-4 tumbuhan

tersebut.

Potensi Tumbuhan Obat

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dari 98 plot dengan luasan 3,9

ha, diperoleh 12 jenis tumbuhan obat yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut


Komposisi Tumbuham Obat
No Nama Lokal Nama Ilmiah Total
Semai Pancang Tiang Pohon
1 Alang-alang Imperata cylindrica 25 25
Raucsh.
2 Apus tutung Clidemia Hirta 57 57
3 Bunga-bunga Eupatorium 29 29
paet perfoliatum L.
4 Cakar ayam Selaginella 10 10
doedreleinii Hieron.
5 Hapas-hapas Exbucklandia 15 19 11 25 70
populnea RW.
6 Harimonting Rhodomyrtus 32 32
tomentosa W.Ait
7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. 1 1 2
8 Langge Homalomena cordata 41 41
Schott.
9 Rias Etlingera elatior 69 69
10 Sanduduk Melastoma 58 58
malabathricum Linn.
11 Simarbosi-bosi Hymenodictyon 0 3 2 5 10
orixense Mabb.
12 Tampar setan Stachytarpheta indica 21 21
Vahl.
Total 358 22 13 31 424

Merujuk data Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah jenis tumbuhan obat

yang ditemukan di CA Dolok Saut adalah sebanyak 12 jenis. Komposisi

tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pada tingkatan semai

dengan jumlah 358 tumbuhan. Jenis tumbuhan yang paling banyak dijumpai yaitu

jenis hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) dengan total 70. Dari hasil

Universitas Sumatera Utara


22

pengamatan, jenis pohon ini memang mendominasi jenis tumbuhan pohon yang

tumbuh di kawasan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan BBKSDASU (2011)

yang menyatakan bahwa jenis tumbuhan pohon yang paling mendominasi di

Cagar Alam Dolok Saut adalah pohon hapas-hapas (Exbucklandia populnea

RW.). Jenis tumbuhan yang paling sedikit dijumpai adalah kemenyan (Styrax

benzoin Dry.) yang berjumlah 2. Hal ini disebabkan kemenyan merupakan

tumbuhan yang dibudidayakan oleh masyarakat desa Pansur Natolu, sehingga

hanya akan banyak dijumpai di daerah perkebunan masyarakat dan tumbuhan ini

jarang dijumpai dijumpai di dalam hutan atau darah cagar alam.

Tabel 3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai


Jlh KR FR
NO Nama Lokal Nama Ilmiah INP H’
Ind % %
1 Alang-alang Clidemia Hirta 25 6,25 2,83 9,81
2 Apus Tutung Imperata cylindrica 57 14,25 21,69 37,62
Raucsh.
3 Bunga-bunga Eupatorium 29 7,25 7,54 15,64
paet perfoliatum L.
4 Cakar Ayam Selaginella 10 2,50 7,54 10,34
doedreleinii Hieron.
5 Hapas-hapas Exbucklandia populnea 15 3,75 8,49 12,68
RW.
6 Harimonting Rhodomyrtus 32 8,00 6,60 15,54
tomentosa W.Ait
7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. 1 0,25 0,94 1,22
8 Langge Homalomena cordata 41 10,25 10,37 21,83
Schott.
9 Rias Etlingera elatior 69 17,25 18,86 38,14

10 Sanduduk Melastoma 58 14,50 12,26 28,46


malabathricum Linn.
11 Tampar setan Stachytarpheta indica 21 5,25 2,83 8,69
Vahl.
Total 358 100,00 100,00 200,00 2,17

Soegianto (1994) menyatakan bahwa spesies-spesies yang dominan (yang

berkuasa) dalam komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang

tinggi. Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk

Universitas Sumatera Utara


23

menyatakan tingkat dominansi atau pnguasaan spesies dalam suatu komunitas

tumbuhan. Jadi, apabila komunitas tumbuhan tersebut rusak, akan mempengaruhi

ekosistemnya.

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat

di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat semai adalah Etlingera

elatior dengan INP sebesar 38,14. Nilai INP terendah adalah Styrax benzoin Dry.

dengan INP 1,22. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat

pada tingkat semai memiliki indeks keragaman jenis sebesar 2,17.

Keanekaragaman jenis tingkat semai tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa

apabila indeks keragaman 1-3 maka keanekaragamannya tergolong sedang.

Jenis yang paling banyak dijumpai pada tingkatan semai yaitu jenis rias

(Etlingera elatior) dengan jumlah 69. Tumbuhan ini banyak dan mudah

ditemukan karena tumbuhan ini berkoloni dan habitatnya banyak terdapat di

daerah tropis dan tumbuh di bawah kanopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Ibahim dkk. (1999) yang menyatakan bahwa spesies ini sangat banyak ditemukan

di daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan ini juga menyebar dengan benih

dan fragmen rimpang atau rhizoma yang membuat potensi untuk berkoloni sangat

tinggi. Koloni tumbuhan ini sangat banyak ditemukan di bawah kanopi hutan

alam.

Tabel 4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang


Jlh KR FR INP H’
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Ind % %
1 Hapas-hapas Exbucklandia populnea 19 86,36 80,00 166,36
RW.
2 Simarbosi- Hymenodictyon orixense 3 13,63 20,00 33,63
bosi Mabb.
Total 22 100,00 100,00 200,00 0,39

Universitas Sumatera Utara


24

Berdasarkan Tabel 3, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat

di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 166,36 Nilai INP terendah

adalah Hymenodictyon orixense Mabb. dengan INP 33,63. Berdasarkan hasil

analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pancang memiliki

indeks keragaman jenis sebesar 0,76. Keanekaragaman jenis tingkat semai

tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai

parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka

keanekaragamannya tergolong rendah.

Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas

(Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 19, sedangkan yang terendah yaitu

simarbosi-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) berjumlah 3. Dalam tingkat

pancang ini, hapas-hapas banyak ditemukan karena dalam BBKSDASU (2011)

menyatakan, bahwa di CA Dolok Saut didominasi pohon hapas-hapas.

Tabel 5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang


Jlh KR FR DR
No Nama Lokal Nama Ilmiah INP H’
Ind % % %
1 Hapas-hapas Exbucklandia 11 84,61 80,00 82,58 247,19
populnea RW.
2 Simarbosi- Hymenodictyon 2 15,38 20,00 17,40 52,78
bosi orixense Mabb.
Total 13 100,00 100,00 100,00 300,00 0,43

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat

di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 247,19. Nilai INP terendah

adalah Hymenodictyon orixense Mabb. dengan INP 52,78. Berdasarkan hasil

analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat tiang memiliki indeks

keragaman jenis sebesar 0,43. Keanekaragaman jenis tingkat tiang tergolong

Universitas Sumatera Utara


25

rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter

index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka

keanekaragamannya tergolong rendah.

Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas

(Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 11, sedangkan yang terendah yaitu

simarbosi-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) berjumlah 2. Sama halnya

dengan jenis tingkat pancang, hapas-hapas banyak didapat karena tumbuhan ini

mendominasi kawasan ini.

Tabel 6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon


Jlh KR FR DR INP H’
No Nama Lokal Nama Ilmiah
Ind % % %
1 Hapas-hapas Exbucklandia 25 80,64 71,42 67,94 220,01
populnea RW.
2 Kemenyan Styrax benzoin 1 3,22 4,76 6,90 14,89
Dry.
3 Simarbosi-bosi Hymenodictyon 5 16,12 23,80 25,15 65,08
orixense Mabb.
Total 31 100,00 100,00 100,00 300,00 0,58
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat

di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 220,01. Nilai INP terendah

adalah Styrax benzoin Dry. dengan INP 14,89. Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pohon memiliki indeks keragaman

jenis sebesar 0,58. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong rendah. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-

Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka keanekaragamannya tergolong

rendah. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas

(Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 25, sedangkan yang terendah yaitu

kemenyan (Styrax benzoin Dry.) berjumlah 1.

Universitas Sumatera Utara


26

Hasil analisis data semai sampai dengan pohon pada Tabel 3, 4, 5 dan 6,

dapat dilihat bahwa tingkat kenekaragaman yang paling tinggi terdapat pada

tumbuhan tingkat semai yaitu 2,17 dan yang paling rendah yaitu pada tingkat

pancang, yaitu 0,39. Keanekaragaman tingkat semai yang lebih tinggi dari yang

yang lainnya disebabkan karena jenis tumbuhan obat berupa semai yang didapat

jumlahnya lebih banyak dari jenis tumbuhan obat pada tingkat pancang, tiang, dan

pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996), yang menyatakan bahwa

semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragamannya.

Sebaliknya, jika nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau

sedikit jenis.

Penggunaan Tumbuhan Obat

Penggunaan tumbuhan sebagai obat ada beberapa cara, yaitu dikonsimsi

langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan tertentu sebelum digunakan.

Cara penggunaan tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat


Bagian yang
No Nama Lokal Nama Latin Kegunaan Cara Penggunaan
Digunakan

1 Alang-alang Imperata Obat sakit perut Akar Dikeringkan,direbus,


cylindrica diminum (Marbun,
Raucsh. 2014)
Apus Clidemia hirta Obat luka bakar Daun Ditumbuk, dioleskan
2 Tutung
3 Bunga- Eupatorium Obat sakit Daun Direbus, diminum
bunga paet perfoliatum L. perut, Ditumbuk, dioleskan
luka bakar
4 Cakar Ayam Selaginella Obat batuk, Semua Direbus, diminum
doedreleinii radang bagian (Dalimartha, 2008)
Hieron. pernafasaan
5 Hapas-hapas Exbucklandia Obat sakit perut Daun Direbus, dicampur
populnea RW. gula merah,
diminum
6 Harimonting Rhodomyrtus Obat diabetes Daun Direbus, diminum
tomentosa W.Ait dan luka dan dioleskan
(Indriyani, 2014)

Universitas Sumatera Utara


27

Bagian yang
No Nama Lokal Nama Latin Kegunaan Cara Penggunaan
Digunakan
7 Kemenyan Styrax benzoin Obat gatal- Getah Dibakar, ditambah
Dry. gatal minyak goreng,
dioleskan
8 Langge Homalomena Obat keseleo Batang Direbus, dicampur
cordata Schott. minyak goreng,
dioleskan
9 Rias Etlingera elatior Disentri Batang Inti batang direbus,
dimakan, air
diminum
10 Sanduduk Melastoma Obat sakit Daun Direbus, diminum
malabathricum perut, luka Ditumbuk, dioleskan
Linn. bakar
11 Simarbosi- Hymenodictyon Obat sakit Daun Dikeringkan,
bosi orixense Mabb. perut, sakit direbus, diminum
pinggang
12 Tampar Stachytarpheta Obat radang Daun Direbus, diminum
setan indica Vahl. tenggorokan (Depkes RI, 1985)
Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa penggunaan tumbuhan obat

lebih banyak menggunakan daunnya. Ada 9 jenis tumbuhan obat yang daunnya

dimanfaatkan sebagai obat, yaitu apus tutung, bunga paet, cakar ayam, hapas-

hapas, harimonting, pinus, sanduduk, simarbosi-bosi, dan tampar setan.

8%

8%

Daun

17% Batang

Akar
67%
Getah

Gambar 3. Proporsi bagian tumbuhan obat yang digunakan

Bagian tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Harbone (1987), menyatakan bahwa pada daun banyak

Universitas Sumatera Utara


28

terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang berguna sebagai obat, seperti

tannin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di

vakuola ataupun pada jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Perubahan

kuantitatif kandungan minyak atsiri dan senyawa metabolit sekunder lainnya,

sesuai dengan perjalanan waktu, dapat terjadi dengan baik dalam jaringan daun

maupun jaringan buah. Dan dilihat dari segi praktis dan efisiensinya, daun

merupakan bagian yang mudah diracik untuk dijadikan sebagai bahan obat.

Cara pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan masyarakat sekitar

kawasah Cagar Alam Dolok Saut masih tergolong sederhana. Pengobatan

menggunakan tumbuhan obat cukup dengan mengambil sari atau pati dari

tumbuhan obat baik dengan cara merebus bagian tumbuhan yang berkhasiat

sebagai obat kemudian meminum air rebusannya, memakan langsung (tumbuhan

obat yang bisa dimakan seperti daun muda, buah, dan biji) bagian tumbuhan yang

digunakan sebagai obat maupun menghaluskan bagian tumbuhan kemudian

menempelkannya pada bagian yang sakit.

Secara umum, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat terbagi

menjadi dua, yaitu digunakan sebagai obat luar dan obat dalam. Pemanfaatan

tumbuhan obat sebagai obat luar digunakan dengan cara menghaluskan bagian

tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat kemudian mengoleskan atau

menempelkannya pada bagian yang sakit seperti bisul, luka, gatal-gatal, dan

penyakit kulit lainnya. Sementara itu penggunaan tumbuhan obat sebagai obat

dalam sebagian besar digunakan dengan cara merebus bagian tumbuhan obat yang

berkhasiat sebagai obat kemudian meminum air rebusannya.

Universitas Sumatera Utara


29

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di CA Dolok Saut

A. Jenis Pohon

1. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.)

Exbucklandia populnea RW. merupakan tumbuhan berupa pohon.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun berbentuk lebar dengan ujungnya

yang meruncing sebanyak tiga, berwarna hijau, dan permukaan daunnya agak

licin. Batang hapas-hapas berbentuk silindris, berwarna coklat gelap, dan kulit

batangnya yang bersisik. Tinggi pohon ini mencapai 30 m. Pohon ini tumbuh

tersebar banyak di cagar alam ini. Tumbuhan ini juga berbunga dan berbuah.

Pohon ini tumbuh tersebar di dalam hutan dan mendominasi jenis tumbuhan

pohon yang ada.

Pohon hapas-hapas sebagai tumbuhan obat digunakan sebagai obat untuk

mengobati sakit perut. Cara pemakaiannya yaitu dengan merebus daunnya dan

menambahkan gula merah lalu hasil rebusannya diminum.

Gambar 4. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.)

Universitas Sumatera Utara


30

2. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)

Styrax benzoin Dry. merupakan tumbuhan berupa pohon yang termasuk

anggota dari Stryracaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun berbentuk

elips, permukaannya licin, pertulangan menyirip, dan ujungnya agak meruncing.

Batangnya berwarna kecoklatan, berbentuk silindris, dan batangnya dapat

mengeluarkan getah kemenyan yang sering dimanfaatkan.

Menurut Sasmuko (2003) , pohon kemenyan berukuran sedang sampai

besar, diameter antara 20-30 cm dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus,

percabangannya sedikit dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan.

Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu

bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Tempat tumbuh pohon kemenyan

bervcariasi, yaitu pada ketinggian 600-2100 mdpl.

Pohon kemenyan sebagai tumbuhan obat dipakai sebagai obat gatal-gatal.

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah getahnya. Cara penggunaannya yaitu

dengan membakar getah kemenyan, lalu ditambahkan minyak goreng dan

dioleskan ke kulit yang terasa gatal.

Gambar 5. (Styrax benzoin Dry.)

Universitas Sumatera Utara


31

3. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.)

Hymenodictyon orixense Mabb. merupakan tumbuhan berupa pohon.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, daunnya berbentuk elips memanjang

dengan ujunngnya yang meruncing, berwarna hijau tua, strukturnya opposite atau

berlawanan, daun biasanya berkumpul atau lebih banyak di ujung. Batangnnya

berwarna coklat keabu-abuan, permukaan kulit halus. Simarbosi-bosi dapat

tumbuh hingga mencapai 25 m. Tumbuhan ini memiliki bunga dan buah.

Simarbosi-bosi dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit pinggang dan

sebagai obat sakit perut. Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat yaitu bagian

daunnya. Cara penggunaanyan yaitu dengan mengeringkan daun kemudian

merebus daun yang telah kering dan air rebusannya diminum.

Gambar 6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.)

B. Jenis Semak

1. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.)

Imperata cylindrica Raucsh. merupakan tumbuhan berupa kelompok

semak yang termasuk dalam anggota suku Poaceae. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, tumbuhan ini tumbuh pada daerah yang terbuka dan daerah yang agak

Universitas Sumatera Utara


32

kering. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Bentuk daunnya pita

memanjang, berwarna hijau muda, ujung daunnya runcing, pertulangan daun yang

sejajar, dan tepi daun yang rata dan tajam. Bentuk perakaran tumbuhan ini

memiliki sistem akar serabut.

Menurut Marbun (2014), Imperata cylindrica Raucsh. sebagai tumbuhan

obat digunakan untuk mengobati sakit perut. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan

yaitu bagian akarnya. Cara meramunya adalah akar dikeringkan, kemudian

direbus, lalu airnya diminum. Menurut Hariana (2008), akar alang-alang baik

dalam kondisi segar maupun kering dapat dimanfaatkan untuk mengobati

beberapa permasalahan kesehatan dan penyakit seperti hepatitis akut menular,

kencing berdarah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing dan

radang ginjal akut. Penggunaannya dengan membuat minuman alang-alang yang

berbentuk seperti minuman teh.

Gambar 7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.)

2. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.)

Eupatorium perfoliatum L merupakan tumbuhan berupa semak yang

termasuk anggota suku Astaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun

Universitas Sumatera Utara


33

tumbuhan ini berbentuk meruncing membentuk seperti segitiga, sisi daun

bergerigi, berwarna hijau muda. Tumbuhan ini memiliki bunga yang berwarna

putih, bunganya bergerombol, dan letak bunganya berada di ujung ranting.

Batangnya berwarna hijau kecoklatan dan memiliki percabangan yang banyak.

Eupatorium perfoliatum L. dapat tumbuh mencapai 2 meter. Tumbuhan ini

tumbuh di daerah yang agak terbuka.

Eupatorium perfoliatum L. digunakan untuk mengobati sakit perut atau

maag dan sebagai obat luka. Untuk mengobati maag, bagian yang dipergunakan

adalah daunnya. Cara penggunaannya yaitu dengan merebus daunnya lalu air hasil

rebusan diminum. Untuk mengobati luka, bagian yang digunakan adalah daunnya.

Cara penggunaannya adalah dengan meremas atau menumbuk daun lalu dioleskan

ke luka.

Gambar 8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.)

C. Jenis Herba

1. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.)

Selaginella doederleinii Hieron. merupakan tumbuhan yang termasuk

dalam kelompok herba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini

Universitas Sumatera Utara


34

memiliki batang yang bersisik, percabangannya banyak. Daunnya terletak di

sepanjang sisi batangnnya, ukuran daun yang sangat kecil. Tingginya dapat

mencapai 30 cm. Tumbuhan ini ditemukan di dekat aliran air. Hal ini sesuai

dengan Dalimartha (2008), batang tumbuhan ini tegak, tingginya 15-35 cm,

memilik daun yang kecil-kecil, ukuran daunnya 4-5 mm, bentuk jorong, ujunnya

meruncing, daun tersusun di kiri kanan batang menyerupai cakar ayam dengan

sisik-sisiknya. Habitus tumbuhan ini merayap dan sedikit tegak. Tumbuhan ini

biasanya dijumpai di tepi-tepi sungai atau daerah yang basah.

Gambar 9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.)

Menurut Hariana (2008), Selaginella doederleinii berpotensi untuk

mengobati antipiretik, antitoksin, antikanker, menghentikan pendarahan, dan

pembersih darah. Selain itu, menurut Dalimartha (2008), tumbuhan ini juga

berkhasiat untuk mengobati batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis,

diare, keputihan, tulang patah, pendarahan, dan kanker. Bagian tumbuhan yang

digunakan sebagai obat adalah semua bagian tumbuhan baik itu kondisi kering

atau basah.

Universitas Sumatera Utara


35

2. Langge (Homalomena cordata Schott.)

Homalomena cordata Schott. merupakan tumbuhan yang termasuk dalam

kelompok herba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini terlihat

seperti talas, daun berwarna hijau tua di permukaan dan berwarna hijau muda di

bagian bawah, daunnya berbentuk hati, jumlah daun 2-5 helai, ujung daun

runcing, dan permukaan daunnya licin. Tinggi tumbuhan ini berkisar mencapai

0,5 meter. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di tempat yang lembab atau dekat

dengan sumber air seperti pinggir sungai.

Homalomena cordata Schott. sebagai tumbuhan obat digunakan untuk

mengobati keseleo. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah batangnya. Cara

penggunaannya yaitu batan daun dipanaskan, kemudian diangkat dan dicampur

dengan minyak goreng dan dioleskan ke bagian tubuh yang mengalami keseleo.

Gambar 10. Langge (Homalomena cordata Schott.)

3. Rias (Etlingera elatior)

Etlingera elatior merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok herba.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun Etlingera elatior berbentuk lonjong

panjang, saling berseling berlawanan, tersusun dalam dua baris per batang,

Universitas Sumatera Utara


36

berwarna hijau, dan jumlahnya 15-20 helai daun. Etlingera elatior memiliki bunga

yang berbentuk gasing. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Tumbuhan ini

banyak dijumpai di dalam hutan yang tidak banyak menerima sinar matahari.

Gambar 11. Rias (Etlingera elatior)

Etlingera elatior sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati disentri.

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah batangnya. Cara penggunaannya adalah

dengan mengambil bagian tengah atau inti batang yang berwarna putih lalu

direbus, dan bagian batang dimakan dan air hasil rebusannya juga dapat diminum

langsung.

Menurut Hasbah dkk. (2005) dalam Sukandar, dkk. (2010), Etlingera

elatior dapat dipakai untuk mengobati penyakit-penyakit yang tergolong berat

yaitu kanker dan tumor. Bunga dari tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan

kosmetik alami dimana bunganya dipakai untuk ccampuran untuk campuran

cairan pencuci rambut dan daun serta rimpangnya dipakai untuk bahan campuran

bedak oleh penduduk lokal.

Universitas Sumatera Utara


37

D. Jenis Perdu

1. Apus Tutung (Clidemia hirta)

Clidemia Hirta merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok tumbuhan

perdu dan anggota dari suku Melastomaceae. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, daun Clidemia Hirta memiliki warna hijau tua, terdapat bulu di

permukaanya, berbentuk oval, ujung daun lancip, tepi daun rata, daun tunggal.

Walaupun apus tutung terlihat mirip dengan sanduduk, tetapi tumbuhan ini

tumbuh di dalam hutan yang tertutup dan tidak berkelompok.

Clidemia hirta sebagai tumbuhan obat digunakan sebagai obat luka bakar.

Bagian yang dipergunakan adalah bagian daunnya. Cara penggunaannya adalah

dengan meremas atau menumbuk daun hingga halus dan berair lalu oleskan dan

tempelkan ke bagian yang terkena luka bakar.

Gambar 12. Apus Tutung (Clidemia hirta)

2. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)

Rhodomyrtus tomentosa W.Ait merupakan tumbuhan yang termasuk

kelompok semak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Rhodomyrtus tomentosa

W.Ait tingginya bisa mencapai 2 m, memiliki bentuk daun yang

oval,permukaannya agak licin, tepi rata, dan tidak terlalu besar. Rhodomyrtus

Universitas Sumatera Utara


38

tomentosa W.Ait memiliki bunga berwarna merah muda dan buahnya berwarna

hijau saat mentah dan berwarna ungu tua saat matang. Ukuran buahnya relatif

kecil dan berwarna merah saat matang.

Gambar 13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)

Menurut Indriyani (2014), Rhodomyrtus tomentosa W.Ait digunakan untuk

mengobati sakit diabetes dan obat luka. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu

bagian daunnya. Daun tumbuhan ini direbus dengan air yang secukupnya lalu air

hasil rebusan tersebut langsung diminum dan dioleskan untuk obat luka.

3. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.)

Melastoma malabathricum Linn. merupakan tumbuhan yang temasuk

dalam kelompok perdu. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini

tumbuh liar dengan cahaya matahari yang cukup atau biasanya tumbuh di tempat

terbuka. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Tinggi tumbuhan berkisar 1-

2 meter, bentuk daun elips dengan ujung lancip, berdaun majemuk, tepi daun rata,

dan permukaan daun terdapat berbulu tipis. Tumbuhan ini memiliki perbungaan

yang biasanya terletak di ujung rantingnya dan berwarna ungu kemerahan. Buah

Universitas Sumatera Utara


39

dari tumbuhan ini berwarna ungu kehitaman dan di dalamnya terdapat banyak

bijinya yang kecil.

Melastoma malabathricum Linn. sebagai tumbuhan obat digunakan untuk

mengobati sakit maag dan mengobati luka bakar. Untuk obat maag, cara

penggunaannya adalah dengan merebus daunnya dan menambah gula merah ke

dalam rebusan, lalu air rebusan diminum. Sebagai obat luka bakar, cara

penggunaanya adalah denga meremas atau menumbuk daunnya lalu dioleskan ke

luka bakar.Menurut Dalimartha (2000), mempunyai khasiat sebagai pereda

demam (antipiretik), penghilang nyeri (analgesik), peluruh urin (diuretik),

mengobati keputihan (leukorea), menghilangkan pembangkakan, darah haid yang

berlebihan, dan mengobati luka bakar, radang dinding pembuluh darah disertai

pembekuan darah di dalam salurannya.

Gambar 14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.)

4. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)

Stachytarpheta indica Vahl. merupakan tumbuhan yang termasuk

kelompok semak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini tumbuh

tegak, tinggi mencapai 90 cm. Batang berkayu, bulat, bercabang, hijau keputihan.

Universitas Sumatera Utara


40

Daun tunggal, berhadapan, bulat telur, ujung runcing, tepi bergerigi. Bunganya

berwarna ungu. Bunganya terletak di batang tumbuhan yang meruncing ke atas.

Gambar 15. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)

Menurut Depkes RI (1985), Stachytarpheta indica Vahl. digunakan

sebagai obat radang amandel atau tengorokan dan batuk. Bagian yang

dimanfaatkan yaitu bagian daunnya. Daun direbus kemudian air hasil rebusan

langsung diminum.

Universitas Sumatera Utara


41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut berjumlah

12 jenis, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.), apus tutung

(Clidemia Hirta), bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.), cakar ayam

(Selaginella doederleinii Hieron.), kemenyan (Styrax benzoin Dry.), hapas-

hapas (Exbucklandia populnea RW.), harimonting (Rhodomyrtus tomentosa

W.Ait), langge (Homalomena cordata Schott.), rias (Etlingera elatior),

simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.), sanduduk (Melastoma

malabathricum Linn.), dan tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.),

dimana yang dimanfaatkan masyarakat hanya 8 jenis.

2. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas

(Exbucklandia populnea RW.) yang berjumlah 70 dan yang paling sedikit

yaitu kemenyan (Styrax benzoin Dry.) yang berjumlah 2.

3. Tingkat keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut tingkat

semai yaitu 2,17, tingkat pancang yaitu 0,39, tingkat tiang yaitu 0,43, dan

tingkat pohon sebesar 0,58.

Saran

Perlu adanya upaya pelestarian tumbuhan obat oleh masyaraakat maupun

instansi pemerintah yang terdapat di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Saut

dengan teknik budidaya guna pelestarian spesies tersebut.

Universitas Sumatera Utara


11

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau

dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan

obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai

masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara

ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang

berkhasiat obat dan pengunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis

dan, (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga

mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum

dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit

ditelusuri (Zuhud et al, 1994).

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah

bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional yang digunakan

masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu

diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992,

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya,

bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan

yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah

diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya

terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang

Universitas Sumatera Utara


12

menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif pengobatan

(Zein, 2005).

Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama

yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar

kecilnya dukungan ilmiah serta teknologi proses pembuatan ramuan, yaitu:

1. Jamu

Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses

secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari

nenenk moyang dan belum di dukung oleh data ilmiah.

2. Obat ekstrak alam

Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman

yang disajikan setelah melalui berbagai proses ekstraksi. Pengujiannya

dilakukan melalui binatang percobaan.

3. Obat fitofarmaka

Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan

setelah melalui berbagai proses. Khasiat obat tersebut telah dibuktikan

melalui proses percobaan pada penderita penyakit mengikuti kaidah

percobaan klinis.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Pengetahuan penggunaan tumbuhan sebagai obat telah diketahui sejak

lama di Indonesia, bukti adanya penggunaan bahan alam terutama tumbuhan

sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah lama pada daun lontar

“Husodo” (Jawa), “Usada” (Bali), “Lontarak pabbura” (Sulawesi Selatan), dan

dokumen lain seperti Serat Primbon Jambi, Serat racikan Boreh Wulang Dalem,

Universitas Sumatera Utara


13

dan juga pada dinding Candi Borobudur dengan adanya relief tumbuhan yang

menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai

bahan bakunya (Zuraida et al. 2009).

Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah

besar, baik industri obat tradisional meupun fitofarmaka memanfaatkannya

sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi

habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi

hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat

bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini,

spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah

spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu

sebanyak 717 spesies (40,58%).

Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan

dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai beikut:

1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)

Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang

digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk

meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman

obat keluarga (toga).

2. Bahan baku obat tradisional

Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun-

temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman

obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal

dengan istilah simplisia.

Universitas Sumatera Utara


14

3. Bahan baku fitofarmaka

Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang tela memenuhi

persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat yang sering

digunakan dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman

obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain

sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis.

Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, cagar alam adalah

kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan,

satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan

perkembangannya berlansung secara alami.

Mengenai pemanfaatan cagar alam diatur juga dalam Peraturan

Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam, yaitu cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :

a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;

c. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon; dan

d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

Cagar Alam Dolok Saut ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan GB.

Nomor 36 Tanggal 4 Februari 1922 seluas 39 Ha dan direncanakan sebagai hutan

tutupan (lindung) berdasarkan Surat Nomor 637/70 tanggal 28 Juli 1922.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Sumatera Utara tahun 2003, kawasan

hutan Dolok Saut tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam. Dan

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 44 tahun 2005 tentang

Universitas Sumatera Utara


15

Penunjukan Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, CA Dolok Saut juga

tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam.

Kawasan CA. Dolok Saut berbatasan langsung dengan kawasan hutan

lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan hutan

lindung Aek Raut. Letak geografis CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10”

Bujur Timur dan 01o54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360

mdpl. Secara administrasi pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur

Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera

Utara.

Penataan batas Cagar Alam Dolok Saut berdasarkan hasil pengukuran

langsung di lapangan adalah sepanjang 1,4 km. Berdasarkan informasi dari Balai

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan dan dari dokumen yang ada di

kawasan ini belum dilakukan penataan batas. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Dinas Kehutanan Tapanuli Utara bahwa proses verbal tentang pengumuman

batas-batas hutan yang telah dibuat diatur berdasarkan kebulatan mufakat pada

tangal 25 oktober 1935 dengan catatan bahwa terdapat 5 buah pal yaitu NM. 5,

namun dokumen tersebut saat ini belum ditemukan.

Universitas Sumatera Utara


9

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam

megadiversitas, yaitu merupakan negara yang memiliki keanekaragaman yang

tinggi. Depkes R.I (2007), menambahkan bahwa Indonesia merupakan pusat

keragaman hayati dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia.

Diperkirakan sekitar 25% aneka jenis di dunia ini berada di Indonesia, yang dari

setiap jenis tersebut memuat ribuan plasma nuftah dalam kombinasi yang unik

sehingga terdapat aneka gen dalam individu (Arief, 2001).

Sumber daya tumbuhan di hutan tropis Indonesia yang sangat kaya

mendukung peluang pengembangan tanaman obat. Hal tersebut karena Indonesia

memiliki 30.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies

diketahui berkhasiat obat, dan baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai

bahan baku pada industri obat tradisional. Kondisi ini membuka peluang

pengembangan selebar-lebarnya bagi tanaman obat dan penggalian potensi

spesies-spesies tumbuhan berkhasiat obat yang belum termanfaatkan

(Hapsoh dan Yaya, 2011).

Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan

obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai

tumbuhan obat. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang

digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang

dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu, berarti peluang untuk

menyembuhkan suatu penyakit menjadi semakin besar, karena suatu ramuan

belum tentu cocok untuk masing-masing orang. Hal ini menunjukkan keragaman

Universitas Sumatera Utara


10

pengetahuan yang dimiliki suku-suku bangsa tersebut. Keragaman pengetahuan

diatas merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus

dipelihara untuk dikembangkan (Aliadi dan Roemantyo, 1994).

Penelitian memilih tempat di Kawasan Cagar Alam (CA) Dolok Saut

berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Dolok Saut register 17. Pada

bagian barat batas cagar alam dengan hutan lindung Aek Raut. Letak geografis

CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10” Bujur Timur dan 01o54’45”

Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360 mdpl. Secara administrasi

pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan

Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Berkaitan

dengan hal tersebut perlu dilakukan inventarisasi potensi tumbuhan obat di

kawasan hutan lindung dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat

di sekitar cagar alam tersebut.

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi potensi tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok

Saut yang terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten

Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Sebagai informasi dalam pemanfaatan tanaman obat bagi semua pihak

yang membutuhkan dan sebagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang

terdapat di Cagar Alam Dolok Saut yang terletak di Desa Pansur Natolu,

Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


3

ABSTRAK

MARJUKI SIHOMBING. Potensi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Dolok Saut,


Desa Pansur Natolu, Kecamatam Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.
Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan YUNUS AFIFUDDIN.

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan
lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun
demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum
seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di
Cagar Alam Dolok Saut.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi
tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang
didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat
diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar
Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar
0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.

Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Saut, keanekaragaman tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara


4

ABSTRACT

Marjuki Sihombing. Potential of Medical Plants in Dolok Saut Preserve, Pansur


Natolu Village, Pangaribuan, Tapanuli Utara. Under supervied of IRAWATI
AZHAR and YUNUS AFIFUDDIN.

Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products
potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in
the preserve had not been documented, so that need to be done of research to
analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve.
The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of
medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November
2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with
20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12
species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut
Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38,
and trees state was 0,58.

Keywords : medical plants, Dolok Saut Preserve, biodiversity.

Universitas Sumatera Utara


1

POTENSI TUMBUHAN OBAT DI CAGAR ALAM DOLOK


SAUT, DESA PANSUR NATOLU, KECAMATAN
PANGARIBUAN, KABUPATEN TAPANULI UTARA,
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:
Marjuki Sihombing
111201159/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara


2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Hasil : Potensi Tumbuhan Obat Di Hutan Cagar Alam Dolok


Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan,
Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Nama : Marjuki Sihombing
NIM : 111201159
Program studi : Kehutanan
Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut,.M.Si Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si


Ketua Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D


Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara


3

ABSTRAK

MARJUKI SIHOMBING. Potensi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Dolok Saut,


Desa Pansur Natolu, Kecamatam Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara.
Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan YUNUS AFIFUDDIN.

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan
lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun
demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum
seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di
Cagar Alam Dolok Saut.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi
tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah
purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang
didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat
diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar
Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar
0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.

Kata kunci : tumbuhan obat, Cagar Alam Dolok Saut, keanekaragaman tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara


4

ABSTRACT

Marjuki Sihombing. Potential of Medical Plants in Dolok Saut Preserve, Pansur


Natolu Village, Pangaribuan, Tapanuli Utara. Under supervied of IRAWATI
AZHAR and YUNUS AFIFUDDIN.

Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products
potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in
the preserve had not been documented, so that need to be done of research to
analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve.
The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of
medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November
2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with
20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12
species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut
Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38,
and trees state was 0,58.

Keywords : medical plants, Dolok Saut Preserve, biodiversity.

Universitas Sumatera Utara


5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pargaulan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18

Januari 1992 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari ayah bernama P.

Sihombing dan ibu N. Sianipar.

Penulis memulai pendidikan formal dari sekolah dasar di SD Santa Maria

Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tahun 1998 dan lulus

tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjukan pendidikan sekolah menengah

pertama di SMP Santa Lusia Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera

Utara dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Doloksanggul, Humbang Hasundutan,

Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima dan

terdaftar di Program Studi Kehutanan, Program studi Pertanian, Universitas

Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Pada semester

VII tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat Teknologi Hasil

Hutan.

Penulis telah melaksanakan kegiatan Paktek Pengenalan Ekosistem Hutan

(P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada

tahun 2013 yang dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga telah melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Raja pada

tahun 2015 yang berlangsung selama 30 hari.

Di akhir tahun, penulis fokus mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana kehutanan.

Universitas Sumatera Utara


6

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan Penelitan.......................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan Obat .......................................................................................... 3
Pemanfaatan Tumbuhan Obat ..................................................................... 4
Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut .................................................... 6

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 8
Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 8
Metode Penelitian........................................................................................ 9
Aspek Pengetahuan Lokal ................................................................. 9
Aspek Keanekaragaman .................................................................... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN


Potensi Tumbuhan Obat .............................................................................. 12
Aspek Pengetahuan Lokal ........................................................................... 12
Penggunaan Tumbuhan Obat ...................................................................... 19
Bagian Tumbuhan yang Digunakan ............................................................ 19
Deskripsi Tumbuhan Obat Yang Ditemukan di CA Dolok Saut ................ 18

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ................................................................................................. 33
Saran ............................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


7

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 8
2. Lokasi CA Dolok Saut ......................................................................... 13
3. Proporsi Bagian Tumbuhan yang Digunakan ...................................... 20
4. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.) ...................................... 22
5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) ......................................................... 23
6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) .............................. 24
7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.) ........................................ 25
8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.) ................................. 26
9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.) .................................. 27
10. Langge (Homalomena cordata Schott.) ............................................... 28
11. Rias (Eltingera elatior) ........................................................................ 29
12. Apus Tutung (Clidemia hirta) ............................................................. 30
13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait) .................................... 31
14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.) ..................................... 32
15. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)....................................... 33

Universitas Sumatera Utara


8

DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat .................... 12
2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut ................................... 13
3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai ........................................... 14
4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang ....................................... 15
5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang ........................................... 16
6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon .......................................... 17
7. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat ...................................................... 18

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai