Anda di halaman 1dari 6

Penelitian Perbandingan Larutan KOH 10% Dan Krim Imiquimod 5%

Untuk Pengobatan Moluskum Kontagiosum Pada Usia Anak-Anak

Namitha Chathra, D Sukumar, Ramesh M.Bhat, B.Nanda Kishore, Jacintha Martis,


Ganesh kamath, M.K.Srinath, Rochelle Monteiro

ABSTRAK
Latar Belakang: Meskipun Molluscum contagiosum (MC) adalah
penyakit yang dapat sembuh sendiri, tetapi terapi aktif bisa mencegah penyebaran
lebih lanjut dan meningkatkan kosmetik. Sebagian besar modalitas pengobatan
yang tersedia membuat trauma lesi sehingga harus dilakukan di rumah sakit, dan
sering menimbulkan ketakutan pada anak-anak.Dalam penelitian terapi alternatif,
penelitian ini membandingkan 10% larutan KOH dan 5% krim imiquimod.
Tujuan penelitian: Untuk membandingkan efikasi dan tolerabilitas KOH
10% dan imiquimod 5% dalam pengobatan MC.
Metode penelitian: Penelitian perbandingan ini dilakukan selama 18
bulan dari Oktober 2011 hingga Maret 2013, berjumlah 40 pasien dalam
kelompok usia 1-18 tahun dengan MC yang di diagnosis secara klinis dibagi
menjadi dua kelompok (metode acak), 20 pasien diobati dengan 5% krim
imiquimod (Grup A) dan 20 lainnya diobati dengan larutan KOH 10% (Grup B).
Pasien dievaluasi pada minggu 4 dan minggu 12 setelah perawatan.
Hasil: Pada akhir minggu ke 12, dari 20 pasien yang mendapat terapi
KOH 10%, 17 pasien menunjukkan kesembuhan total, sedangkan dari 20 pasien
yang mendapat terapi imiquimod 5%, hanya 10 pasien yang menunjukkan
kesembuhan total. Efek samping lebih sering terjadi pada KOH 10% seperti
gangguan pigmen adalah yang paling umum.
Kesimpulan: Dengan hanya efek samping minor, KOH 10% adalah
modalitas yang murah dan efisien untuk pengobatan MC pada kelompok usia
anak. Meskipun imiquimod 5% efektif dalam menyembuhkan lesi dengan efek
samping minimal, durasi yang lebih lama diperlukan untuk mencapai efikasinya
dan dapat menghalangi penggunaannya yang lebih luas.

24
Resume Jurnal Terapi
Moluskum kontagiosum (MC) adalah infeksi virus pada kulit yang sering
dijumpai pada anak-anak dengan ciri khasnya berupa resolusi spontan.Meskipun
sifatnya jinak, terapi aktif mungkin diinginkan untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut, meredakan gejala, mencegah jaringan parut, dan untuk alasan kosmetik,
dan sosial. Modalitas pengobatan meliputi: pengobatan mekanis dengan kuretase,
cryoterapi atau pengeluaran isi; pengobatan kimiawi menggunakan potassium
hydroxide (KOH) atau cantharidin; agen imunomodulator seperti imiquimod
topikal, tretinoin, dan simetidin oral; dan agen antivirus cidofovir.
Kalium hidroksida bekerja dengan melarutkan keratin dan menghancurkan
kulit yang telah digunakan dalam berbagai konsentrasi, yaitu, 5%, 10%, dan 20%
untuk pengobatan MC. KOH 10% memiliki keunggulan ganda yaitu dari segi
keselamatan dan efikasi. Imiquimod adalah pengubah respons jaringan yang
menginduksi interferon-a, zat antivirus yang efisien.Zat ini telah terbukti memiliki
profil keamanan yang sangat baik dalam perawatan penyakit virus kulit.
Dengan mempertimbangkan hal ini, peneliti melakukan penelitian
perbandingan acak untuk menilai dan membandingkan efikasi larutan KOH 10%
dan krim imiquimod 5% untuk pengobatan MC pada kelompok usia anak.
Setelah mendapat izin dari Komite Etik Institusional, 40 pasien dengan
kelompok usia 1-18 tahun dengan minimal 3 lesi MC direkrut dalam penelitian
ini. Pasien dengan keterlibatan kelopak mata, infeksi sekunder dan riwayat
hipersensitivitas terhadap imiquimod tidak diikutkan dalam penelitian
ini.Persetujuan tertulis telah diperoleh dari peserta. Detail dari gejala, durasi,
riwayat keluarga, lokasi, dan jumlah lesi dicatat.
Pasien dibagi dengan metode acak menjadi dua kelompok; A dan B,
masing-masing berisi 20 pasien. Pasien di Grup A diberi krim imiquimod 5%
dalam 0,25 g sachet (Galderma) dan orang tua mereka disarankan untuk
mengoleskannya dengan lapisan tipis, gosokkan sampai tidak lagi terlihat. Pasien
di Grup B diberi larutan KOH 10% dengan instruksi kepada orang tua untuk
menggunakan tusuk gigi setelah menutupi daerah sekitarnya dengan petrolatum
dan hindari terjadinya tumpahan pada kulit normal. Kedua kelompok disarankan
untuk menggunakan agen masing-masing di malam hari dan mencuci di pagi hari,

25
3 kali seminggu selama 12 minggu atau sampai lesi sembuh, tergantung mana
yang lebih awal terjadi.
Foto diambil sebelum dan sesudah perawatan. Pasien ditindaklanjuti pada
minggu ke 4, 8 dan 12 setelah perawatan. Pada setiap kunjungan, tanggapan
klinis pengobatan, efikasi, dan parameter tolerabilitas dievaluasi.Respon klinis
terhadap pengobatan dinilai sebagai kesembuhan lengkap, kesembuhan parsial
dan tidak ada perubahan.
Semua pasien mematuhi pengobatan dimana jumlah maksimum kasus
pada kelompok usia 5-10 tahun (42,5%) dan wanita 24/40 (60%) lebih banyak
dari pria 16/40 (40%). Tidak ada variasi yang signifikan antara kedua kelompok
dalam hal usia dan jenis kelamin. Riwayat keluarga yang positif diperoleh pada 18
dari 40 pasien (45%). Hanya 3 pasien yang memiliki riwayat atopi, di mana 2
pasien memiliki eksema di sekitar lesi.Lokasi lesi yang paling umum adalah
wajah diikuti oleh dada dan leher, yang melibatkan 22, 9, dan 6 pasien masing-
masing.
Pada akhir penelitian ini, Grup A menunjukkan kesembuhan penuh pada
10 (50%) dari 20 pasien, dengan tidak ada yang menunjukkan kesembuhan pada
minggu ke 4, 2 pasien menunjukkan kesembuhan lengkap pada minggu ke 8 dan
sisanya pada minggu ke 12. Kelompok B menunjukkan kesembuhan total lesi
pada 17 (85%) dari 20 pasien, di mana 2 pasien pada minggu ke 4, 5 lainnya pada
akhir minggu ke 8 dan 10 pasien lebih banyak pada minggu ke 12
Secara keseluruhan, respon yang lebih baik ditunjukkan oleh pasien yang
menerima KOH dibandingkan dengan mereka yang menerima imiquimod, dan
perbedaannya signifikan secara statistik seperti P = 0,010. 5 (25%) dari 20 pasien
yang mendapatkan terapi imiquimod mengalami kemunculan lesi baru sedangkan
pada mereka yang mendapatkan terapi KOH tidak ada lesi baru yang terlihat.
Perbedaannya signifikan secara statistik (P = 0,024)
Dari 20 pasien yang mendapat terapi KOH, 10 (50%) pasien menunjukkan
efek samping, sedangkan dari 20 pasien yang mendapat terapi imiquimod, hanya 4
(20%) pasien menunjukkan efek yang merugikan. Hasilnya signifikan secara
statistik dengan P = 0,18. Efek samping terbanyak dengan KOH adalah gangguan
pigmen, 6 dari 20 pasien menunjukkan hipopigmentasi, sedangkan 4

26
menunjukkan hiperpigmentasi dan 1 pasien menunjukkan ulkus. 5 dari pasien ini
juga mengeluhkan sensasi terbakar. Efek buruk yang paling umum terlihat dengan
imimod adalah eritema, (2 pasien).
Sebagai kesimpulan kedua krim imiquimod 5% dan larutan KOH 10%
telah berubah untuk menjadi modalitas aman, berkhasiat, dan mudah digunakan di
rumah. Di negara miskin sumber daya seperti kita, kuretase akan menjadi pilihan
terbaik, tetapi dalam kasus kekambuhan lesi, anak-anak mungkin tidak
diperbolehkan untuk mengulangi prosedur karena timbulnya kepedihan dan
ketakutan. Dalam skenario ini, penggunaan larutan KOH 10% tampaknya
bijaksana karena murah dan efisien, walaupun dengan beberapa efek samping
minor.Jika orang tua dapat menanggung biaya tanpa kerugian serius, maka krim
imiquimod 5% tampaknya menjadi pilihan yang lebih baik karena efek
sampingnya hampir dapat diabaikan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
sehubungan dengan berbagai konsentrasi KOH dan cara pemberian obat standar.

27
Kritisi Jurnal

Penelitian Perbandingan Larutan KOH 10% Dan Krim


Imiquimod 5% Untuk Pengobatan Moluskum Kontagiosum Pada
Kelompok Usia Anak-Anak
1 Apakah alokasi subyek penelitian  Semua responden dibagi dengan metode acak
ke kelompok terapi atau kontrol menjadi 2 kelompok terapi, masing-masing
betul-betul secara acak (random) berisi 20 pasien
atau tidak?
→ Ya
2 Apakah semua keluaran (outcome)  Pada penelitian ini semua keluaran dilaporkan
dilaporkan?  Untuk analisa data pada penelitian ini
dilakukan juga penyajian dalam bentuk tabel
→ Ya
dan grafik yang berisikan informasi data yang
dianalisis
3 Apakah lokasi studi menyerupai  Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah
lokasi anda bekerja atau tidak? Sakit
→ Ya

4 Apakah kemaknaan statistik  Berdasarkan uji statistik didapatkan


maupun klinis dipertimbangkan perbedaan yang signifikan antara kedua terapi
ataupun dilaporkan? dengan nilai p=0,010 pada tindak lanjut ke-2
→ Ya dan p=0,019 pada follow up terakhir, seluruh
kemaknaan statistik dan klinis dilaporkan
pada penelitian ini
5 Apakah tindakan terapi yang  Terapi obat-obatan yang dipakai dalam
dilakukan dapat dilakukan di penelitian ini dapat diterapkan di Rumah
tempat anda bekerja atau tidak? Sakit Indonesia karena tersedia di Rumah
→ Ya Sakit dan umum digunakan.

6 Apakah semua subyek penelitian  Semua subyek penelitian dilaporkan dan


diperhitungkan dalam diperhitungkan dalam kesimpulan
kesimpulan?
→ Ya

28
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan memiliki
jawaban “ya” sebanyak 6 pertanyaan dan “tidak” sebanyak 0 pertanyaan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul “Penelitian Perbandingan Larutan
KOH 10% Dan Krim Imiquimod 5% Untuk Pengobatan Moluskum Kontagiosum
Pada Kelompok Usia Anak-Anak” layak untuk dibaca dan layak untuk
diadaptasikan sebagai penelitian lanjutan di RSUDZA.

29

Anda mungkin juga menyukai