Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan tahap awal seseorang memasuki masa pubertas


dimana organ-organ reproduksi mereka mulai berkembang. Perkembangan organ
reproduksi pada laki-laki ditandai dengan perubahan bentuk tubuh seperti bentuk
dada yang membesar dan menbidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan pada
perempuan di tandai dengan perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti
pinggul dan payudara yang menmbesar, keadaan puting susu yang menjadi lebih
menonjol, dan terjadi menstruasi. Masa ini mungkin bagi sebagian para remaja
sesuatu yang aneh terjadi pada diri mereka. Antara pubertas laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan salah satunya menstruasi.

Menstruasi merupakan salah satu tanda bahwa alat-alat reprodusi


perempuan telah matang dan awal dimana remaja memasuki masa pubertas
sebelum memasuki masa reproduksi. Pada umumnya usia 11-14 tahun dengan
berbagai faktor seperti faktor kesehatan,gizi, soaial ekonomi, keturunan
menyebabkan datangnya menstruasi berbeda-beda pada remaja perempuan (mansur
2009).

Pada Remaja perempuan biasanya mengalami gangguan-gangguan pada


saat menstruasi seperti penurunan Hb dan nyeri haid (dysmenorea) Yang paling
sering dialami oleh remaja putri adalah nyeri haid (dysmenorea). Disminorea
adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin.
Dismenorea dibagi menjadi menjadi dua yaitu dismenorea primer dan dismenorea
sekunder. Dismenorea primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologis
pelvis yang dapat diidentivikasi dapat terjadi pada waktu menarche atau segera
setelah sehingga berusia tahun. Apabila nyeri saat menstruasi muncul saat anda
berumur lebih dari 20 tahun maka ini masuk dalam katagori kedua yaitu nyeri
menstruasi sekunder, yaitu nyeri menstruasi yang berasal dari panggul dan organ
didalamnya. Biasanya timbul 2 hari sebelum menstruasi.
2

Saat menstruasi timbulnya nyeri diduga karena kontraksi rahim (uterus)


yang berlebihan. Nyeri menstruasi juga timbul karena peningkatan produksi
prostaglandin (oleh dinding rahim). Sifat dan derajat rasa nyeri tiap remaja
perempuan berbeda-beda mulai dari yang ringan hingga berat. Keadaan nyeri yang
hebat ini dapat mengganggu aktivitas sebagian remaja perempuan. Nyeri haid pada
remaja perempuan dapat ditanggulangi dengan berolahraga secara rutin tidak hanya
saat menstruasi saja, sangat dianjurkan kepada setiap orang untuk melakukan
kegiatan olahraga secara rutin dan tersetruktur dengan baik.

Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk


mempertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga merupakan salah satu
metode penting untuk mereduksi stress. Olahraga juga merupakan suatu perilaku
aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi fungsi kelenjar di dalam
tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan
tubuh dari gangguan penyakit serta stress.

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Di Amerika


Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu
melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine,
2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap
tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di
Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya
di dapatkan 1,07 %-1,31 % dari jumlah penderita dismenore datang kebagian
kebidanan (Harunriyanto, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 3 januari 2012 pada 50 responden di SMA N 1 Sukawati didapatkan
35 orang (70 %) yang mengalami dismenore dan 15 orang (30%) tidak mengalami
disminore. Dari data tersebut di dapatkan juga derajat nyeri haid yang dirasakan
remaja putri bervariasi dan sebagian besar yang mengalami nyeri haid (disminore)
tidak melakukan olahraga secara rutin dan sebagian mengalami nyeri haid
(disminore)melakukan olahraga secara rutin. Hal inilah yang menjadi latar belakang
kami ingin melakukan penelitian tentang pengaruh olahraga di sore hari 1 x 1 jam
terhadap remaja putri yang mengalami disminore.
3

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penulis membuat


rumusan masalah yaitu adakah pengaruh olahraga sore hari 1 x 1 jam terhadap
remaja putri yang mengalami nyeri haid di SMA N 1 Sukawati.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh olahraga sore hari 1 x 1 jam terhadap remaja putri
yang mengalami nyeri haid di SMA N 1 Sukawati.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi remaja putri yang mengalami menstruasi.
b. Mengidentifikasi remaja putri yang mengalami nyeri haid.
c. Mengidentifikasi tingkat nyeri haid yang dialami oleh remaja putri
d. Mengidentifikasi pengaruh olahgara di pagi hari 1 x 1 jam terhadap
penurunan nyeri haid.

1.3 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembelajaran baru bagi remaja
putri yang mengalami nyeri haid (dysmenorea) .
b. Memberikan masukkan dan saran kepada kelompok usia remaja putri
tentang cara menurunkan intensitas nyeri haid (dyismenorea) .

2. Manfaat praktis.
a. Remaja putri yang mengalami nyeri haid (dysmenorea). dapat
mengaplikasikan olahraga sore hari pada klien Remaja putri dapat
menjadikan proposal ini sebagai pengetahuan baru.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERKEMBANGAN INDIVIDU

Perkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu


(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian
lainnya yaitu : Perubahan – perubhan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progesif,
dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.

Pengertian perkembangan oleh beberapa ahli antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Eggan & Kauchak, Perkembangan adalah perubahan yang


berurutan dan kekal dalam diri seseorang hasil dari pembelajaran,
pengalaman dan kematangan.
2. Menurut Slavin (1997) Perkembangan adalah berkaitan dengan
mengapa dan bagaimana individu itu berkembang dan membesar,
menyesuaikan diri dengan masyarakat dan berubah melalui peredaran
masa. Perkembangan melibatkan fizikal, emosi, personality,
sosioekonomi, kognitif dan bahasa.

1. TEORI TENTANG PERKEMBANGAN INDIVIDU

a. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan


psikologi atau yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah
teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud, psikoanalisis ialah
sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita
5

gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang


bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan
mental dan syaraf. Lebih lanjut lagi, psikoanalisis merupakan psikologi
ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya tertuju ke arah bidang-bidang
motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan
sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud
ketika ia menangani neurosis dan masalah mental lainnya.

Dalam teori psikoanalisis yang dipakainya, kepribadian dipandang


sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id (Das
Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber Ich). Ketiga sistem
kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas
dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi
ketiganya. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis,
sedangkan superego merupakan komponen sosial. Berikut akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai ketiga sistem kepribadian menurut teori
psikoanalisis Sigmund Freud.

1. Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang


paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan. Id ialah
bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan naluriah
dasar. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat
tidak sadar. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai,
etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id
merupakan sumber semua energi psikis, yakni libido, dan pada
dasarnya bersifat seksual.
2. Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak
sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego tampak
sebagai pikiran dan pertimbangan. Ego timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang
sesuai dengan dunia kenyataan. Tugas ego adalah untuk
mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian
6

dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk
kesadaran dan apa yang akan dikerjakannya.
3. Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-
aturan yang sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah atau
hakim bagi egonya. Superego adalah zat yang paling tinggi pada diri
manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-
norma yang harus dianut. Fungsi utama dari superego antara lain (1)
sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id
agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang
dapat diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan ego pada tujuan-
tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3)
mendorong individu kepada kesempurnaan.

Mekanisme pertahanan (defense mekanism), pada ego membantu


dapat dilaksanakannya fungsi penolakan, sekaligus melindungi individu
dari kecemasan yang berlebihan. Ego akan mereaksi dengan dua cara,
yaitu:

1. Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah


laku sadar
2. Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan
atau diubah. Selain itu, ciri-ciri mekanisme perlahan, yaitu:
1. Mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2. mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau
memutarbalikkan kenyataan.
3. Mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata
seseorang, sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.

Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme


pertahanan ego yang umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil
sembilan macam saja, yakni: (1) represi, (2) sublimasi, (3) proyeksi, (4)
displacement, (5) rasionalisasi, (6) pembentukan reaksi atau reaksi formasi,
(7) melakonkan, (8) nomadisme, dan (9) simpatisme.
7

1. Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling umum dan


merupakan dasar bagi banyak teori Freud. Menurut Freud represi ialah
sebentuk upaya pembuangan setiap bentuk impuls, ingatan, atau
pengalaman yang menyakitkan atau memalukan dan menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan ego ini sangat
berbahaya. Apabila otak bawah sadar mereka tidak mampu menampung
lagi, maka kecemasan-kecemasan tersebut akan timbul ke permukaan
dalam bentuk reaksi emosi yang berlebihan.
2. Menurut Freud, sublimasi ialah suatu proses bawah sadar dimana libido
ditunjukkan atau diubah arahnya ke dalam bentuk penyaluran yang
lebih dapat diterima. Sublimasi selalu mengubah berbagai rangsangan
yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan,
ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa
diterima secara sosial. Mekanisme pertahanan ego seperti ini sangat
bermanfaat, karena tidak ada pihak yang merasa dirugikan, baik
individu itu sendiri ataupun orang lain.
3. Menurut Koeswara, proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan ego
yang mengalihkan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang
menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Proyeksi sering kali
melayani tujuan rangkap. Ia mereduksikan kecemasan dengan cara
menggantikan suatu bahaya besar dengan bahaya yang lebih ringan, dan
memungkinkan orang yang melakukan proyeksi mengungkapkan
impuls-impulsnya dengan berkedok mempertahankan diri dari musuh-
musuhnya. Mekanisme pertahanan ego ini merupakan kebalikan dari
melawan diri sendiri. Individu yang secara tidak sadar melakukan
mekanisme pertahanan ego seperti ini, biasanya berbicara sebaliknya
atau pengkambing hitaman kepada orang atau kelompok lain.
4. Menurut Koeswara, displacement ialah pengungkapan dorongan yang
menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang
berbahaya atau kurang mengancam dibandingkan dengan objek atau
individu yang semula. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan
kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih
rendah kedudukannya.
8

5. Menurut Poduska rasionalisasi ialah suatu mekanisme pertahanan


dengan mana anda berusaha untuk membenarkan tindakan-tindakan
anda terhadap anda sendiri ataupun orang lain. Seseorang yang
melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, akan membuat
informasi-informasi palsu atau dibuat-buat sendiri.
6. Pembentukan Reaksi atau Reaksi Formasi ialah suatu mekanisme
pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam
kesadarannya. Jika perasaan-perasaan yang awal dapat menimbulkan
ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan
guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman
itu.
7. Menurut Poduska melakonkan ialah suatu mekanisme pertahanan ego
yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan
cara membiarkan ekspresinya keluar. Melakonkan merupakan
kebalikan dari represi yang menekan dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke
dalam alam tak sadar. Mekanisme pertahanan ego ini membiarkan
ekspresinya mengalir apa adanya. Tidak ada bentuk penahanan atau
penutupan atas kecemasan yang diterimanya.
8. Menurut Poduska, nomadisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego,
yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan
cara berusaha lepas dari kenyataan. Dalam menggunakan mekanisme
pertahanan ego seperti ini, dia berusaha mengurangi kecemasan dengan
memindahkan diri sendiri (secara fisik) dari ancaman. Dia berusaha
sesering mungkin atau tidak sama sekali berhadapan dengan individu
atau objek yang akan menimbulkan kecemasan.
9. Menurut Poduska, simpatisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego,
yang untuk meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan
cara mencari sokongan emosi atau nasihat dari orang lain. Seseorang
yang melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini akan mencari
teman dekatnya untuk membicarakan masalah-masalah atau kecemasan
yang telah diterimanya. Dia berusaha mendapatkan kata-kata yang bisa
membangkitkan gairah untuk menghadapinya.
9

b. Teori Kognitif Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat


membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin
bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai
gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah
pemahaman mereka terhadap dunia.

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari


perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian.
Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan
pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin
bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan
akomodasi.Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi
baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru

Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk


memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu
adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku.
Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan
pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat
dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok,
sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian
kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat


tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia
dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut:
10

1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir


hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini,
perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik.
2. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2
hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai
muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme
adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif
seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat
sesuatu hanya dari sisi dirinya.
3. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak
memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti
sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang
mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah
anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin
mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka
mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
4. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke
dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
5. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada
usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari
piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-
pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
6. Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua
yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal
yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-
11

kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa


yang mereka lakukan.
7. Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap
berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak
bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu
karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang
bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap
praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur
bukanlah patokan utama.

C.Teori Erik H. Erikson

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson


merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam
psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi
penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap
perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang
tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak
berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang
membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih
realistis.

Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat


selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama,
karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau
hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati
kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan
yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan,
dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit
mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan
sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan
dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui
teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari
mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat
maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh
12

manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson
banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang
terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia

2.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang individu.


Dari faktor-faktor ini muncullah teori-teori perkembangan yang dikemukakan
oleh ahli-ahli perkembangan antara lain sebagai berikut:

- Teori Nativisme : Schopenhaur berpendapat bahwa perkembangan


manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor
keturunan atau bawaan dari seorang individu. Dari teori ini akan terkesan
bahwa seakan-akan individu telah ditentukan sebelumnya, tergantung pada
sifat-sifat bawaan dan tidak dapat dirubah. Individu yang terlahir dari
orang tua yang baik akan menjadi baik, dan sebaliknya. Dari kalangan
pendidikan menjadi pesimis dengan pandangan nativisme ini karena
berarti usaha pendidikan tidak berguna dalam membantu perkembangan
individu. Dan beberapa ahli perkembangan tidak dapat menerima teori
nativisme ini.
- Teori Empiris : Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Teori ini
menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengalaman-
pengalaman yang diperoleh individu dari lingkungannya. Dalam teori
empiris ini, saat individu lahir digambarkan sebagai sehelai kertas
putihbersih, dan individu akan berkembang sesuai dengan apa yang akan
tertulis di kertas putih bersih itu. Pandangan empiris ini membuat
optimisme dari kalangan pendidikan, karena berarti hasil pendidikan yang
akan menentukan perkembangan individu. Teori empiris ini nampak
berlawanan dengan teori nativisme, sehigga muncul teori konvergensi
yang merupakan gabungan dari kedua teori tersebut.
- Teori Konvergensi : William Stern menggabungkan teori nativisme
dengan empiris menjadi teori konvergensi. William Stern telah melakukan
penelitian terhadap beberapa bayi kembar, yang dipisahkan dan dibesarkan
di lingkungan yang berbeda yang dimulai dari sejak kelahiran mereka. Dan
13

ternyata bayi-bayi kembar tersebut mengalami perbedaan perkembanngan.


William Stern menyimpulkan bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh faktor-faktor bawaan (endogen) dan faktor-faktor lingkungan
(eksogen). Faktor bawaan (endogen) dan lingkungan (eksogen) saling
berhubungan dalam perkembangan individu. Bakat individu yang
merupakan salah satu faktor bawaan akan menjadi aktual atau berkembang
membutuhkan kesempatan untuk dapat mengkatualisasi bakat tersebut.
Untuk itu diperlukan lingkungan yang baek dan mendukung
perkembangan atau aktualisasi bakat individu, misalnya pendidikan yang
mendukung perkembangan bakat individu. Sebenarnya pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan adalah tidak terlalu memaksa, tetapi
tetap memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan individu,
tergantung pula pada keputusan individu bersikap menerima, menolak atau
netral terhadap kesempatan-kesempatan itu. Dengan demikian proses
perkembangan individu merupakan suatu interaksi antar faktor bawaan,
lingkungan dan penetuan diri individu itu sendiri.

3. CIRI – CIRI PERKEMBANGAN SECARA UMUM YAITU :

1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan


dan organ – organ tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan
berpikir, mengingat, dan berkreasi)
2. Terjadinya perubahan dalam proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh
anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek
psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas)
3. Lenyapnya tanda – tanda yang lam; tanda - tanda fisik (lenyapnya
kelenjar thymus (kelenjar anak – anak) seiring bertambahnya usia)
aspek psikis (lenyapnya gerak – gerik kanak – kanak dan perilaku
impulsif).
4. Diperolehnya tanda – tanda yang baru; tanda – tanda fisik
(pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) tanda – tanda
psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral,
interaksi dengan lawan jenis)
14

4. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN INDIVIDU

Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam


kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan
mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada
faktor fisik. Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005
mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian dengan
kecenderungan yang bipolar:

1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust mistrust.


Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya
mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia
tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi
menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan
saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada
benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi
menangis.
2. Masa kanak-kanak awal (early childhood ditandai adanya
kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-
batas-batas tertentu anak sudahbisa berdiri sendiri, dalam arti duduk,
berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong
oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia juga telah mulai memiliki
rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan
initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa
kecakapan, dengan kecakapankecakapan tersebut dia terdorong
melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan.
Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
15

bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau
berbuat.
4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan
industry–inferiority.
Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa
ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadangkadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan
kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity
– Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan
didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan
identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk
dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali
sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan
pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi
oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok
sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran
yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya
kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya,
individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun
pada masa iniikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah
mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan
orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul
dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan
orangorang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang
lainnya.
16

7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan


generativity – stagnation.Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada
tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun
pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk
mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami
hambatan.
8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego
integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan
atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya
telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu
pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia
masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan
dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa
putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi
pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
17

B. REMAJA
1. PENGERTIAN REMAJA

Masa remaja merupakan suatu periode dalam rantang kehidupan


manusia. Pada masa ini remaja akan mengalami berbagai proses-proses
perubahan secara biologis juga perubahan secara psikologis yang di
pengaruhi beberapa faktor, termasuk oleh masyarakat, teman sebaya, dan
juga media masa. Seseorang yang berada di masa remaja ini juga belajar
meninggalkan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan pada saat yang
bersamaan akan mempelajari perubahan pola perilaku dan sikap baru orang
dewasa. Selain itu, remaja juga di hadapkan pada tuntutan yang terkadang
bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun di
masyarakat sekitar (Yahya, 2006).
Kesehatan manusia pada akhirnya dipengaruhi oleh kapasitas
masyarakat untuk mengelola interaksi antara kegiatan-kegiatan manusia dan
lingkungan fisik serta biologi sedemikian sehingga menjaga serta
meningkatkan kesehatan tetapi tidak mengancam integritas system alamiah
yang menopang lingkungan fisik serta biologis. (Widiati, 2001)
Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batas usia
remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program
pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
adalah mereka yang berusia 10 samapai 19 tahun dan belum kawin.
Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan perlindungan Hak
reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (Anonim, 2007).
Masa remaja adalah periode transisi dengan perubahan fisik yang
menandai seorang anak mempunyai kemampuan bereproduksi. Anak
perempuan mulai mengalami menstruasinya, anak laki-laki mulai ejakulasi.
Serta tingkah laku mereka pada saat itu akan berubah cepat dan kadang-
kadang menimbulkan suatu pertentangan. Menjadi remaja berarti menjalani
proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan
kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badan dan pematangan organ-organ
reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan
seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun
18

kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya.
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12
pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke
kebudayaan lain. Secara umum di definisikan sebagai waktu dimana
individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Perubahan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering di kenal dengan istilah
masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada perempuan) atau
mimpi basah (pada laki-laki) Datangnya menstruasi dan mimpi basah
pertama tidak sama pada setiap orang (Yudi, 2008).

2. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA REMAJA


Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak
memasuki usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu
dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.

a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah
pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang
sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan
untuk ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara
mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan
tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat
kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan
perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara
19

cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.

b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget
(2007) (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode
terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period
of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para
remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah
dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan
abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-
dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi
apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga
mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan.

c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
20

membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan


ditanamkan kepadanya.

C. MENSTRUASI

1. PENGERTIAN MENSTRUASI

Setiap wanita pasti mengalami menstruasi. Menstruasi biasanya


dimulai pada masa pubertas (puber) dan biasanya terjadi di usia 11 tahun
dan berakhir hingga masa monopouse. Menstruasi mengacu pada
pengeluaran secara rutin darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal
dinding rahim. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium)
yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya secara rutin
kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi terjadi secara terus-menerus
setiap bulannya itu disebut siklus menstruasi.

Normalnya, Menstruasi berlangsung selama 3–7 hari. Menstruasi


yang pertama kali (menarke) sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bias
juga terjadi pada usia dibawah 11 thn atau bahkan lebih dari usia 11 tahun
misalnya saja usia 16 th. Hari pertama terjadinya pendarahan dihitung
sebagai awal menstruasi (hari ke 1). Siklus berakhir tepat sebelum siklus
mens berikutnya. Hampir dari 90 % siklus menstruasi pada wanita berkisar
antara 25–35 hari dan hanya 10–15 % wanita yang memiliki tidak teratur
yaitu siklus 28 hari, hal ini merupakan indikasi bahwa adanya
permasalahan pada kesuburan.

2 . SIKLUS MENSTRUASI

Pada saat seorang bayi perempuan dilahirkan ovariumnya


mengandung ratusan ribu sel telur tetapi belum berfungsi. Ketika seorang
perempuan memasuki usia pubertas baru ovariumnya mulai berfungsi dan
terjadi proses yang disebut siklus menstruasi.
21

Siklus menstruasi adalah lamanya atau jarak waktu mulainya


menstruasi sampai mulai menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada
setiap wanita berbeda-beda. Biasanya, siklus menstruasi umumnya
berlangsung 28 hari namun masih dikatakan normal bila berada dalam
rentang 21-35 hari. Siklus ini tidak selalu sama tiap bulannya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gizi, usia dan stres yang
kesemuanya dapat menyebabkan cepat atau tertundanya menstruasi.

Siklus menstruasi yang terjadi tiap bulannya, terdiri dari 4 tahap yaitu :

a.Stadium menstruasi atau desquamasi

Pada masa ini endometrium meluruh disertai dengan


perdarahan, hanya tersisa lapisan tipis yang disebut stratum basale,
stadium ini berlangsung 4 hari.jadi darah saat haid merupakan
campuran dari potongan-potongan endometrium dan lender dari
cerviks. Darah tersebut tidak membeku sebab adanya fermen yang
mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan
mukosa. Hanya jika darah terlalu banyak keluar maka fermen tersebut
tidak mencukupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah haid.
Banyaknya perdarahan selama haid normalnya sekitar 50 cc.

b.Stadium post menstruum atau stadium regenerasi

Stadium ini sudah mulai saat stadium menstruasi dan


berlangsung kurang lebih 4 hari.luka pada endometrium berangsur-
angsur ditutupi oleh selaput lendir yang baru.

c.Stadium intermensturum atau stadium proliferasi

Endometrium tumbuh menjadi tebal kurang lebih 3,5 cm.


kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain yang
berkelok. Stadium proliferasi berlngsung dari hari ke-5 sampai hari ke-
14 dari hari pertama haid.

d.Stadium pramensturum atau stadium sekresi


22

Pada stadium ini endometrium kira-kira tetap tebalnya tapi


bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berliku dan mengeluarkan
getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glikogen dan kapur yang
kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang


padat (sratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran
keluar dari kelenjar-kelenjar, lapisan mampung (stratum spongiosum),
yang banyak berlubang-lubang karena disini terdapat rongga dari
kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale.

Stadium sekresi ini berlangsung dari hari ke-14-28. jika tidak


terjadi kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan
dan berulang lagi siklus menstruasi. Pada tahun-tahun pertama
datangnya haid dan pada masa remaja biasanya siklus haid belum
teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja,
hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya
siklus menstruasi menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju
atau mundur karena faktor stres atau kelelahan.

3. PROSES TERJADINYA MENSTRUASI

Perempuan mengalami menstruasi saat dalam keadaan tidak


hamil. Dalam satu siklus terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai
akibat dari produksi hormon-hormon oleh ovarium. Dinding rahim akan
makin menebal sebagai persiapan jika terjadi kehamilan. Ketika ada sel
telur yang matang akan mempunyai potensi untuk dibuahi oleh sperma
hanya dalam 24 jam. Bila ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel
telur akan mati dan terjadilah perubahan pada komposisi kadar hormon
yang akhirnya membuat dinding rahim tadi akan meluruh disertai
perdarahan yang akan dikeluarkan melalui vagina, inilah yang disebut
proses terjadinya menstruasi.
Perempuan tidak mengalami menstruasi pada saat kehamilan.
23

Biasanya, setelah bayi lahir, haid tidak muncul selama beberapa bulan
karena masa menyusi menunda kedatangan haid. Seorang wanita
memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200,000
hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya,
hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode
menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika
sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan
dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk
kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi.

Pada permulaan siklus, hipotalamus melepaskan hormon yang


disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah
sehingga membuat sel-sel telur (ovum) tumbuh didalam ovarium. Salah
satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel
telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam
aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH
membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima
sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup
sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari


dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone
ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel
telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika
pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut,
maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk


berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya
“menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan
membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic
Gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dengan. Hormone tersebut
24

membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.


Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka
endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi
berikutnya.

4. GANGGUAN MENSTRUASI
Menurut Simanjuntak:1999, Ada beberapa istilah medis yang
sering di jumpai untuk menyebutkan adanya gangguan pendarahan pada
siklus menstruasi, diantaranya :
1) Hipermenoria : Pendarahan haid yang lebih banyak dari
normal.Biasanya berlangsung lebih dari 8 hari, ini karena
terdapat gangguan pada uterus atau rahim.
2) Polimenorea : Pendrahan haid yang tidak begitu banyak
dan siklus menstruasi kurang dari 21 hari. Biasanya
diakibatkan dari gangguan ovulasi atau karena adanya
penyakit sistemik yang berhubungan dengan sistem
hormonal.
3) Metroregia : Pendarahan yang terjadi antara 2 siklus haid
dan darah yang keluar kebanyakan sedikit atau bahkan
banyak
4) Oligomenorea : Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35
hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang.
5) Amenorea : Keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya
3 bulan berturut-turut.
6) Dismenorea : Nyeri yang dirasakan pada saat haid

Diantara gangguan-gangguan menstruasi tersebut, yang


paling sering dan umum dirasakan oleh remaja putri adalah disminore.
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau
beberapa hari.
25

Dismenorea dibagi menjadi dua berdasarkan ada-tidaknya kelainan


ginekologis, yaitu:

1. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik), yaitu


dismenorea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan
ginekologis.
2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, aquaired), yaitu
dismenorea yang berkaitan dengan kelainan ginekologis,
baik kelainan anatomi maupun proses patologis pada
pelvis.

Namun, pembagian di atas tidak seberapa tajam


batasannya karena dismenorea yang pada mulanya didiagnosa sebagai
dismenorea primer, kadang-kadang memperlihatkan kelainan
ginekologis setelah diteliti lebih lanjut sehingga menjadi dismenorea
sekunder.

Dismenorea primer timbul sejak menarche, biasanya pada


tahun pertama atau kedua haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25
tahun dan kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an.
Nyeri biasanya terjadi beberapa jam sebelum atau setelah periode
menstruasi dan dapat berlanjut hingga 48-72 jam. Nyeri diuraikan
sebagai mirip-kejang, spasmodik, terlokalisasi pada perut bagian bawah
(area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah.
Dapat disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang
bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya.

Dismenorea sekunder biasanya terjadi beberapa tahun setelah


menarche, dapat juga dimulai setelah usia 25 tahun. Nyeri dimulai sejak
1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung hingga beberapa
hari setelah menstruasi. Pada dismenorea sekunder dijumpai kelainan
ginekologis seperti endometriosis, adenomiosis, kista ovarium, mioma
uteri, radang pelvis dan lain-lain. Dapat pula disertai dengan dispareuni,
kemandulan, dan perdarahan yang abnormal.
26

5. PEMBAGIAN DISMENOREA BERDASARKAN BERAT-


RINGANNYA RASA NYERI :

Dismenorea ringan, yaitu dismenorea dengan rasa nyeri yang


berlangsung beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk
menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian obat.

1. Dismenorea sedang, yaitu dismenorea yang memerlukan obat untuk


menghilangkan rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktivitas
sehari-hari.
2. Dismenorea berat, yaitu dismenorea yang memerlukan istirahat
sedemikian lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari
selama 1 hari atau lebih.

6. DERAJAD NYERI HAID

Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat disminore (nyeri


haid0 ada empat derajad, yaitu dari 0-3 :

a. Derajad 0 : Tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak


terpengaruhi
b. Derajad 1 : Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun
aktifitas jarang terpengaruhi
c. Derajad 2 : Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang
nyeri,namun aktiftas sehari-hari terganggu
d. Derajad 3 : Nyeri sangat hebat dan tidak berkurang walaupun telah
menggunakan obat dan tidak dapat bekerja, kasus seperti ini harus
segera ditangani dokter.
27

7. PATOFISIOLOGI DISMENOREA

Patofisiologi terjadinya dismenorea hingga kini masih belum jelas.


Beberapa faktor diduga berperan dalam timbulnya dismenorea primer yaitu:

1. Faktor psikis dan konstitusi

Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dismenorea


primer mudah terjadi. Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor
psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea hilang, dan jarang
sekali dismenorea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua
keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan
fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. Disamping itu,
psikoterapi terkadang mampu menghilangkan dismenorea primer.

2. Faktor obstruksi canalis cervicalis

Dismenorea sering terjadi pada wanita yang memiliki uterus


posisi hiperantefleksi dengan stenosis pada canalis servicalis.
Namun, hal ini tidak dianggap sebagai faktor yang penting dalam
terjadinya dismenorea sebab banyak wanita yang mengalami
dismenorea tanpa adanya stenosis canalis cervicalis ataupun uterus
hiperantefleksi.

3. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya


hubungan antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma
bronkiale.

4. Faktor neurologis

Uterus dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri


dari syaraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan
bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan
pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada
28

keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf


simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium
uteri internum menjadi hipertonik.

5. Vasopresin

Kadar vasopresin pada wanita dengan dismenorea primer


sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea.
Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan
meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada
uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti
vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum
jelas.

6. Prostaglandin

Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan


bahwa prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya
dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu prostaglandin
E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin diinduksi
oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat
pelepasan lisosim.

Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus


dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi
antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan
miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg
dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya,
kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan
mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel
miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika
prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam
peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual,
dan muntah.

7. Faktor hormonal
29

Umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer


dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Dalam
penelitian Novak dan Reynolds terhadap uterus kelinci didapatkan
kesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas
uterus, sedang hormon progesteron menghambatnya. Tetapi teori ini
tidak menerangkan mengapa dismenorea tidak terjadi pada
perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya
kadar estrogen tanpa adanya progesteron.

Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya


PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat
regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas
membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim
fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis
prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat.
Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti
turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan
peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus.

8. Leukotren

Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren


meningkatkan sensitivitas serabut nyeri pada uterus. Leukotren
dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita dengan
dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian
antagonis prostaglandin.

Sama seperti dismenorea primer, penyebab dismenorea


sekunder juga belum diketahui dengan pasti. Dismenorea sekunder
diduga disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang merupakan
mediator dalam reaksi radang yang jumlahnya akan tinggi pada
keadaan adanya penyakit radang panggul seperti endometriosis,
fibromioma, serta kelainan ginekologis lainnya. Namun, pemberian
30

obat anti-inflamasi nonsteroid dan kontrasepsi oral untuk mengatasi


dismenorea sekunder kurang memberi respon yang memuaskan.

8. PERBEDAAN GAMBARAN KLINIS DISMENOREA PRIMER DAN


SEKUNDER

Dismenorea primer Dismenorea sekunder

Onset singkat setelah menarche Onset dapat terjadi kapan saja setelah
menarche
Nyeri kram di perut bawah atau pelvis Waktu dari nyeri berubah-ubah sepanjang
dengan awal keluarnya darah selama 8-72
jam siklus menstruasi

Pola nyeri sama setiap siklus Memburuk setiap waktu, dapat unilateral,
dapat memburuk pada waktu berkemih
Nyeri pada paha dan pinggang, sakit kepala, Dijumpai gejala ginekologi: dispareunia
diare, mual dan muntah dapat dijumpai dan menorragia

Tidak dijumpai kelainan patologis pelvis Dijumpai abnormalitas pelvis patologis

9. GEJALA DAN KELUHAN PADA DISMINORE

Keluhan disminore banyak terdapat pada perempuan yang berjiwa


labildan mengalami konflik dalam kehidupan seksualnya, serta mengalami
trauma sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch). Dan ternyata hamper
30% perempuan yang mengeluh disminore adalah anak gadis dari ibu yang
dulunya juga mengeluh disminore, serta sebanyak 7% saudara perempuan
yang mengalami disminore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu
mereka dulunya tidak mengeluhkan disminore. Keluhan disminore yang
menjelma menjadi keluhan di seluruh tubuh, antara lain :
a. Mual dan muntah-muntah
b. Rasa letih, sakit daerah bawah pinggang
c. Perasaan cemas dan tegang
d. Pusing kepala dan bingung
31

e. Diare
f. Sakit kepala
Keluhan sakitnaya bisa ringan sampai berat. Lokasi rasa sakit ini
dirasakan pada perut bagian bawah, sampai ke paha dan pinggul belakang.
Keluhan sakit bertambah beratbila ada pengaruh kejiwaan dan stress. Rasa
sakit segera berkurang dalam beberapa jam setelah darah menstruasi keluar.
Pada disminore primer, pemeriksaan daerah rongga panggul biasanya tidak
ditemukan kelainan apa. Sedangkan pada disminore sekunder, sering
ditemukan berbagai jenis kelainan patologi di daerah rongga panggul (Faizal,
2001).

10. FAKTOR RESIKO DISMINORE


Beberapa factor dibawah ini dianggap sebagai factor resiko timbulnya
nyeri menstruasi (Atikah dan Siti,2009),yakni :
a. Menstruasi pertama (Menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun)
b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak (Nullipara)
c. Darah menstruasi terlalu banyak keluar
d. Merokok
e. Kegemukan

D. OLAH RAGA (AKTIVITAS FISIK )

1. OLAHRAGA
Olah raga atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Olahraga yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor
risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan
diperkirakan menyebabkan kematian secara global ( WHO, 2010; Physical
Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008).
32

2. JENIS-JENIS OLAHRAGA
Triangto (2005) menyebutkan bahwa olahraga terbagi menjadi
dua jenis, yaitu olahraga aerobic dan olahraga anaerobic.
a. Olahraga aerobic
Yaitu olahraga yang membutuhkan oksigen sebagai sumber
energy utama bagi tubuh untuk bergerak. Definisinya adalah olahraga
yang sifatnya ringan, gerakan yang dilakukan sama dan dilakukan
berulang-ulang, selain itu waktu untuk melakukannya lama. Olahraga
jenis inilah yang dapat digunakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Contohnya seperti jalan cepat, jogging, renang, lari, dan
sepeda jarak jauh.
b. Olaheaga anaerobic
Olahraga anaerobikmembutuhkan asam laktat sebagai energy
utama. Definisinya adalah olahraga yang dilakukan dengan intensitas
yang berat, gerakannnya tidak selalu harus dilakukan berulang-ulang
dan waktu melakukannya pendek. Tujuan dari olahraga ini adalah untuk
meningkatkan penampilan fisik dan meningkatkan prestasi atlet seperti
membesarkan, menguatkan otot tubuh dan menambah daya ledak (
explosive power) otot. Contohnya seperti angkat besi, binaraga, lari dan
sepeda jarak pendek/sprint.

3. MANFAAT OLAHRAGA TERHADAP KESEHATAN


Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang
menguntungkan terhadap kesehatan yaitu :
 Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan
darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain.
 Berat badan terkendali
 Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
 Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
33

 Lebih percaya diri


 Lebih bertenaga dan bugar
 Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (Pusat
Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2006 )

4. TIPE-TIPE OLAHRAGA
Ada 3 tipe/macam/sifat olahraga yang dapat kita lakukan untuk
mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:
1. Ketahanan (endurance)
Olahraga yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu
jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan
membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka
olahraga yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
 Berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat
kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat
pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki
menuju rumah.
 Lari ringan
 Berenang
 senam
 Bermain tenis
 Berkebun dan kerja di taman.

2. Kelenturan (flexibility)
Olahraga yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu
pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur)
dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka
olahraga yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
34

 Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau


sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari
tangan dan kaki
 Senam taichi, yoga
 Mencuci pakaian, mobil
 Mengepel lantai.

3. Kekuatan (strength)
Olahraga yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat,
dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan
pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan
kelenturan maka olahraga yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per
minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:
 Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan
sendi dari kecelakaan
 Naik turun tangga
 Angkat berat/beban
 Membawa belanjaan
 Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)

Olahraga tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan


energi (pembakaran kalori), misalnya:
 Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit)
 Berkebun (5,6 kkal/menit)
 Menyetrika (4,2 kkal/menit)
 Menyapu rumah (3,9 kkal/menit)
 Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit)
 Mencuci baju (3,56 kkal/menit)
 Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit)
35

5. TAKARAN LATIHAN OLAHRAGA


Helena (2000) menyebutkan bahwa takaran olahraga yang perlu
diperhatikan adalah intensitas, lama, dan frekuensi latihan.
a. Intensitas latihan
Intensitas latihan merupakan factor terpenting dalam olahraga.
Untuk mendapat kesegaran jasmani yang diharapkan, olahraga harus
dilakukan dalam takaran yang cukup, secara sederhana dapat diukur
dengan menghitung detak nadi saat melakukan olahraga. Denyut nadi
maksimal (DNM) bagi seseorang tergantung pada usianya dan dapat
dihitung dengan rumus berikut :

DNM = 220-usia (dalam tahun)

b. Lama latihan
Lama latihan olahraga juga ada takarannya. Setiap melakukan olahraga
sebaiknya zona sasaran harus dicapai dan dipertahankan paling sedikit
25 menit. Latihan mencapai zona sasaran dilakukan lebih lama
memberikan efek yang lebih baik.
c. Frekuensi latihan
Yang dimaksud frekuensi latihan adalah frekuensi latihan setiap
minggu. Latihan olahraga yang dilakukan 3 kali dalam seminggu akan
memberikan efek yang berarti bagi kesehatan dan kebugaran.

6. PENGARUH OLAHRAGA TERHADAP DISMENOREA

Berikut ini merupakan pengaruh olahraga terhadap penurunan disminore


yang dialami oleh remaja putri. (Tjokronegoro (2004) dan Rager (1999)).

a. Peningkatan efisiensi kerja paru

Seorang terlatih dapat menyediakan oksigen hampir dua kali


lipat per menit dari pada yang tidak terlatih. Sehingga ketika terjadi
disminore, oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di
36

organ reproduksi yang pada saat itu terjadi vasokontriksi sehingga


menyebabbkan timbulnya rasa nyeri, disebabkan respon dari oksigen
yang tidak tersampaikan ke pembuluh darah paling ujung. Tetapi
apabila seseorang rutin melakukan olahraga, maka dia akan dapat
menyediakan oksigen hampir dua kali lipat per menit, sehingga
oksigen tersampaikan ke pembuluh darah yang mengalami
vasokontriksi. Dan akan menyebabkan terjadinya penurunan nyeri
disminore.

b. Peningkatan efisiensi kerja jantung

Jantung semakin kuat dan dapat memompa lebih banyak darah.


Sehingga pada orang terlatih, denyut jantungnya lebih lambat 20 kali
per menit dari pada yang tidak terlatih. Pada orang yang melakukan
olahraga, darah dipompa lebih banyak ke pembuluh darah organ
reproduksi yang mengalami vasokontriksi. Karena aliran pembuluh
darah lancar, maka nyeri disminore tidak begitu dirasakan.

c. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh-pembuluh darah yang


menyalurkan darah ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi.

Pada seseorang yang rutin olahraga, terjadi peningkatan jumlah


dan ukuran pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh
tubuh, termasuk organ reproduksi sehingga memperlancar aliran
darah ketika terjadi disminore dan terjadi penurunan disminore.

d. Peningkatan volume darah yang mengalir ke seluruh tubuh, termasuk


organ reproduksi.

Dengan olahraga rutin, maka akan terjadi peningkatan volume


darah yang mengalir ke seluruh tubuh, termasuk organ reproduksi.
Sehingga memperlancar pasokan oksigen ke pembuluh darah yang
mengalami vasokontriksi, sehingga nyeri disminore dapat berkurang.

e. Peningkatan pelepasan endorfhin beta (penghilang rasa nyeri).

Olagraga teratur untuk remaja putri yang menderita


disminore karena latihan yang dilakukan secara teratur akan
37

meningkatkan pelepasan endorfhin beta (penghilang rasa nyeri) ke


dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri disminore
38

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, VARIABEL DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Kematangan pada Akibat menstruasi:


reproduksi wanita:

- menstruasi - Nyeri haid Derajat nyeri


- Rambut kemaluan
timbul - Penurunan HB

- payudara membesar -

Factor-faktor nyeri
Penanggulangan nyeri Jenis-jenis olahraga :
haid :
haid :
- senam aerobic
- usia - olahraga
- renang
- jenis kelamin
- kompres hangat
- pengalaman - Jogging
- istirahat yang cukup
- jenjang pendidikan

Efek olahraga :

- peningkatan efisien kerja


paru

- peningkatan efisien kerja


Mengurangi nyeri haid jantung

(-) - peningkatan volume darah


yang mengalir ke seluruh
tubuh
39

Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh olahraga pagi hari 1 x 1 jam terhadap remaja
putri yang mengalami nyeri haid di SMA N 1 Sukawati tahun 2012

Keterangan :

: variabel yang tidak diteliti

: variable yang diteliti

: garis adanya hubungan

Masa remaja merupakan proses awal seseorang memasuki masa pubertas


ditandai dengan organ-organ reproduksi mereka mulai berkembang. Pada pria dan
wanita mempunyai perbedaan dan persamaan dalam perkembangannya. Perkembangan
pada wanita ditandai dengan Kematangan pada reproduksi wanita diantaranya rambut
kemaluan timbul, payudara membesar, dan menstruasi. Berbeda dengan pria yang tak
bisa menstruasi. Kematanga Wanita yang sudah mengalami menstruasi akan
mengakibatkan penurunan hb (hemoglobin) dalam darah dan nyeri haid. Penurunan Hb
dalam darah diakibatkan oleh pengeluaran darah yang berlebihan, sedangkan nyeri haid
mengakibatkan timbul rasa tidak nyaman dimana rasa nyeri dapat dikatehorikan dalam
derajat nyeri haid menurut Riyanto (2002) ada empat, yaitu : Derajad 0 tanda-tandanya
tanpa rasa nyeri dan aktifitas sehari-hari tak terpengaruhi, Derajad 1 tanda-tandanyanya
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktifitas jarang terpengaruhi,
Derajad 2 tanda-tandanya nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang
nyeri,namun aktiftas sehari-hari terganggu dam Derajad 3 tanda-tandanya Nyeri sangat
hebat dan tidak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja,
kasus seperti ini harus segera ditangani dokter. Faktor – faktor yang menyebabkan nyeri
haid yaitu usia, jenis kelamin, pengalaman, jenjang pendidikan. Nyeri haid dapat
ditanggulangi dengan melakukan kebiasaan olahraga, kompres hangat, dan istirahat
yang cukup. Salah satu cara penanggulangan nyeri haid yang kurang diminati wanita
yaitu Olah raga. Olah raga ada banyak jenisnya diantaranya senam aerobik, renang,
jogging. Jenis-jenis olah raga tersebut mempunyai efek meningkatkan efisiensi kerja
paru, peningkatan efisiensi kerja jantung, dan peningkatan volume darah yang mengalir
ke seluruh tubuh. Efek olahraga seperti tersebut mengakibakan berkurangnya nyeri haid
pada wanita yang mengalami menstruasi.
40

B. Hipotesa

Adanya pengaruh olagraga di sore hari 1 x 1 jam terhadap penurunan


nyeri haid di SMA N 1 Sukawati Tahun 2012.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah perilaku dan karakteristik yang memberikan nilai


beda pada sesuatu (soeparto, Dkk dalam Nursalam, 2003). Variabel dalam
penelitian ini adalah Remaja yang mengalami nyeri haid dan Olahraga di sore
hari 1x 1jam.

2. Definisi operasional

Alat
Cara
Variabel Definisi operasional Pengumpulan Hasil Skala
pengumpulan data
data
Remaja Wanita yang Wawancara Wawancara Derajat Nyeri Ordinal
yang dikatagorikan sudah dilakaukan sesuai haid :
mengala remaja yaitu wanita prosedur dengan 0 = tidak nyeri
mi nyeri yang berumur 16-18 menanyakan 1 = nyeri ringan
haid tahun dan sudah nama, umur pada 2 = nyeri sedang
mengalami siklus responden dan 3 = nyeri berat
menstruasi. Remaja skala nyeri yang
di usia ini rentan dirasakan saat
mengalami nyeri mengalami
haid, nyeri yang menstruasi.
dirasakan di daerah
perut bagian bawah
saat menstruasi.
41

Olahraga Seberapa sering Wawaancara Wawancara Kategori Ordinal


di sore remaja putri usia 16- dilakukan dengan Olahraga :
hari 1x 18 tahun melakukan menanyakan pada  Selalu, jika ≥
1jam olahraga di sore hari responden 3x
1x1 jam . disini frekuensi olah  Kadang-
difokuskan pada raganya dalam kadang, jika
olah raga jenis seminggu. 1-2 x
jogging  Tidak pernah
42

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimen : komparatif
(Nursalam,2008). Penelitian ini menggunakan desain komparasi dimana peneliti
membandingkan dua kejadian dengan melihat penyebabnya, artinya dua subjek
dibandingkan dengan mengukur variabel dependen pada saat pengambilan data
(Arikunto,2002). Penelitian ini juga termasuk penelitian cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Sukawati pada tanggal 3 januari 2012.

C. Populasi dan Sempel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini semua remaja putri yang
berumur 16-18 tahun yang mengalami nyeri haid di SMA N 1 Sukawati.
Perhitungan jumlah populasi menggunakan data jumlah remaja putri di SMA
N 1 Sukawati kelas XI IPA yang terdiri dari tiga kelas dengan total siswi 198
orang, yaitu XI IPA1 66 orang, XI IPA2 66 orang, XI IPA3 66 orang.

2. Sempel
Sempel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat, 2007).
a. Besar Sampel
Besar sampel dapat dihitung dengan rumus :
43

Za 2 xP1  P 
n=
d 2

1,962 x0,51  0,5


n=
0,12
= 96

Keterangan :
n : jumlah sampel
Za : 1,96 (a=0,5)
P : Estimasi Proporsi kejadian P tidak diketahui digunakan 0,5
d : tingkat prepisi = 10% (0,1)

karena populasi kurang dari 10.000 maka perlu dilakukan koreksi sebagai
berikut :

1
nk =
n
1
N

96
nk =
96
1
198

nk = 66

berdasarkan perhitungan maka besar sampel keseluruhan yang diperlukan


adalah 66 orang remaja putri. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan probability sampling dengan stratified sampling method, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan atas strata tertentu dalam hal ini adalah kelas
IPA1, IPA2, dan IPA3 remaja putri kelas XI SMA N 1 Sukawati. penentuan
pada jumlah sampel pada masing-masing strata berdasarkan pada proporsi
kelas adalah :
44

66
Kelas IPA1 = X 66  22 orang
198

66
Kelas IPA2 = X 66  22 orang
198

66
Kelas IPA3 = X 66  22 orang
198

Pengambilan sampel dari masing-masing kelas dilakukan dengan


metode simple random sampling.

b. Kriteria Sempel

dalam penelitian keperawatan kriteria sempel meliputi kriteria


inklusi dan kriteria eksklusai, dimana kriteria ini menentukan dapat dan
tidaknya sempel tersebut digunakan.

- Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam,2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
 Remaja putri yang mengalami nyeri haid
 Remaja putri yang melakukan olahraga sore hari 1 x 1 jam
 Remaja putrid yang bersedia menjadi responden

- Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang
memenuhi kriteria tidak di ikut sertakandalam penelitian (Nursalam,
2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang
tidak berada ditempat saat dilakukannya penelitian
45

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data


Jenis instrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar
wawancara. Lembar wawancara diperlukan untuk mengetahui aktivitas olahraga
responden dan nyeri yang dilakukan responden saat mengalami nyeri haid
(Disminore). Lembar wawancara untuk mengetahui aktivitas olahraga ini berisi,
kode responden, nama (inisial), umur, dan frekuensi olahraga pada sore hari 1 x 1
jam sehingga bisa mengkategorikan responden rutin atau jarang melakukan
olahraga. Jika frekuensinya ≥ 3 dikatakan selalu, jika frekuensinya 1-2 seminggu
di katakana kadang-kadang, dan jika tidak sama sekali dikatakan tidak pernah.
Sedangkan lembar wawancara untuk mengetahui nyeri yang dirasakan
saat mengalami nyeri haid (Disminore) dengan menggunakan pembagian derajat
nyeri haid (disminore) antara lain:
a. Derajat 0
Tanpa rasa Nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi

b. Derajat 1
Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktivitas
jarang erpengaruhi

c. Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun
aktivitas sehari-hari terganggu.

d. Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tidak terkurang walaupun telah
menggunakan obat dan tidaj dapat bekerja, karena ini harus
ditangani dokter.
46

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan
Adapun hal-hal yang dipersiapkan sebelum penelitian dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1) Surat Ijin Penelitian
Peneliti mengajukan ijin berupa surat permohonan ijin
penelitian yang ditandatangani oleh peneliti sebagai
permohonan kepada pembimbing pembuatan ini.
2) Surat permohonan untuk menjadi responden.
3) Surat persetujuan menjadi responden (inform consent)
4) Menggunakan alat-alat yang digunakan dalam penelitian,
lembar wawancara untuk mengetahui hasil jawaban responden,
kertas dan bolpoin.
b. Tahap Pelaksanan
Setelah ijin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan.
1) Peneliti menentukan populasi sebanyak 198 orang
2) Peneliti menentukan sampel untuk menjadi responden. Sampel
pada peneli ini berjumlah 66 orang yang telah masuk dalam
kriteria inklusi terdiri dari 22 orang mahasiswi kelas XI IPA 1,
22 orang siswi kelas XI IPA 2, 22 orang siswi kelas XI IPA 3.
3) Responden yang menjadi sampel diberikan penjelasan
mengenai maksud dan tujuan penelitian.
4) Bila bersedia dijadikan sampel, responden wajib
menandatangani informed consent sebagai bukti persetujuan.
5) Peneliti melakuakan wawancara kepada responden mengenai
aktivitas olahraga responden dan nyeri yang dirasakan
responden saat mengalami nyeri haid (Dysmenorea). Hasil
wawancara di catat pada lembar wawancara.
6) Peneliti memeriksa kelengkapan data yang diperoleh setelah
melakukan penelitian.
7) Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas
partisipasinya dalam penelitian.
47

E. Teknik analisa data


Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data yang diawali
dengan editing yang merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahapan
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Lalu dilakukan tahap coding
merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) dimana sangat penting
bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Selanjutnya enteri
data yang merupakan kegiatan memasukan data setelah dikumpulkan kedalam
master table atau database computer. Dan terkhir melakukan teknik analisis
(Hidayat,2007)
Analisa pada penelitian dibedakan menjadi analisis univariate dan
bivariate. Analisis univariate merupakan anlisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dan hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan analisis bivariate
adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2005).

1. Univariat untuk data derajat nyeri haid pada remaja putri yang
melakukan olahraga
Untuk derajad nyeri haid pada remaja putri yang jarang
melakukan olahraga diberikan skor. Untuk menjelaskan secara deskriptif
maka dikategorikan sebagai berikut :
a. Drajad 0 ( tidak nyeri) =0
b. Derajad 1 (nyeri ringan) =0
c. Derajad 2 (nyeri sedang) =2
d. Derajad 3 (nyeri berat) =3

Masing-masing kategori kemudian dihitung persentasenya drngan


rumus

P=
 fx  100%
n
Keterangan
P = persentase responden yang berada dalam satu katagori
48

 fx = Frekuensi responden yang berada dalam satu katagori

n = jumlah seluruh responden


presentase dari masing-masing kategori selanjutnya diujikan
dalam bentuk diagram batang
2. Unuvariat untuk data derajad nyri haid pada remaja putri yang jarang
melakukan olahraga diberikan skor. Untuk menjelaskan secara deskriptif
maka dikatagorikan sebagai berikut :
a. Drajad 0 ( tidak nyeri) =0
b. Derajad 1 (nyeri ringan) =0
c. Derajad 2 (nyeri sedang) =2
d. Derajad 3 (nyeri berat) =3

Masing-masing kategori kemudian dihitung persentasenya drngan


rumus

P=
 fx  100%
n
Keterangan
P = persentase responden yang berada dalam satu katagori

 fx = Frekuensi responden yang berada dalam satu katagori

n = jumlah seluruh responden


presentase dari masing-masing kategori selanjutnya diujikan
dalam bentuk diagram batang.

Keterangan :

P = Persentase responden yang berada dalam satu kategori

∑ 𝑓𝑥 = Frekwensi responden yang berada dalam satu kategori

N = Jumlah seluruh responden

Persentase dari masing-masing kategori selanjutnya disajikan


dalambentuk diagram batang.
49

3. Bevariate untuk data perbedaan derajat nyeri haid antara yang rutin
melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga.

Sesuai tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis


perbedaanderajat nyeri haid (disminore) pada remaja putri antara yang
rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga.
Dalam analisis ini dilakukan pengujian statistic. Uji statistic yang
digunakan pada penelitian ini adalah T-test independent independent
yang bertujuan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data
yang independent, yaitu menggunakan uji T. Analisis bivariate ini
menggunakan SPSS 13.

Prosedur pelaksanaan uji T :

1. Setelah data diperoleh pertama-tama lakukan pemeriksaan


homogenitas kedua data dengan menggunakan uji F dn
menentukan nilai df.
Df = n1+n2-2

2. Dari nilai F dan kedua df tersebut kemudian dilihat pada table


F, dimana masing-masing nilai df sebagai numerator dan
denominator

3. Setelah didapat varian yang sama, langkah selanjutnya adalah


menguji perbedaan mean kedua kelompok data tersebut dengan
menggunakan uji T untuk varian yang sama :

(𝑛1−1) 𝑆12 + (𝑛2−1)𝑠12


Sp2=
𝑛1+𝑛2−2

𝑋̅1 − 𝑋̅2
T=
𝑆𝑝 √(1/𝑛1)+(1/𝑛2)

Keterangan :

n1 atau n2 = jumlah sampel kelompok 1 atau 2

S1 atau S2 = Standar deviasi sampel kelompok 1 atau 2


50

4. Kemudian dicari nilai p dengan menggunakan table distribusi t


5. Keputusan uji statistic
Bila nilai p < dari nilai alpha, maka Ho ditolak (ada perbedaan)
Bila nilai p > dari nilai alpha, maka Ho diterima, Ha ditolak (tidak
ada perbedaan) (Sabri,2008).

F. Etika Penelitian

1. Inform Consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian


dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent
tersebut diberikan oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan
dari informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti
harus menghormati hak responden.

2. Anonimity

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak


memberikan nama responden, pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data. Peneliti juga menjelaskan kepada responden untuk
mengisi nama dengan inisial saja, sehingga kerahasiaan data responden akan tetap
terjaga.

3. Confidentiality

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian


baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Dalam penelitian ini,peneliti
menjelaskan kepada responden bahwa peneliti tidak akan membocorkan data yang
didapat dari responden dan semua informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti , hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
51

Anda mungkin juga menyukai