Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu

mempunyai masalah, setiap individu bisa mempunyai cara sendiri untuk

menyelesaikan masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat

menyelesaikan masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa.

Tidak dapat dipungkiri dengan adanya perkembangan zaman dan teknologi

semakin banyak masalah rumit yang timbul dan dampaknya sangat besar

berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi gejala

yang timbul (Rasmun, 2015).

Seiring dengan peradaban manusia masalah-masalah kehidupan

semakin komplek pula, masalah tersebut bias berasal dari manusia sendiri

maupun dari faktor luar. Manusia itu sendiri dapat mengalami perubahan

bahkan gangguan pada fisik maupun mental akibat kemunculan masalah

tersebut. Dengan demikian sikap sesorang terhadap dirinya baik sadar

maupun tidak sadar. Persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,

penampilan serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Jika individu menerima

dan menyukai dirinya,merasa aman dan bebas dari rasa cemas (Candra,

2014).

Banyak orang mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya akibat

berbagai persoalan hidup. Jika tidak segera ditangani, kondisi

1
2

ini berisiko berkembang menjadi sakit jiwa. Sakit jiwa banyak jenisnya,

mulai dari kecanduan obat, hingga gangguan kepribadian (Candra, 2014).

Harga diri merupakan konstruk yang penting dalam kehidupan sehari-

hari dan berperan dalam menentukan tingkah laku seseorang meliputi

penilaian, perasaan atau pandangan individu terhadap dirinya atau hal-hal

yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan pada dimensi positif yaitu

menghargai kelebihan diri serta menerima kekurangan yang ada dan dimensi

negatif yaitu tidak puas dengan kondisi diri, tidak menghargai kelebihan diri

serta melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Candra, 2014).

Harga diri rendah juga merupakan penilainan individu tentang nilai

personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik prilaku

seseoarang dengan dirinya sendiri tanpa syarat walaupun melakukan

kesalahan, kegagalan dan kekalahan, tetep merasa sebagai seorang yang tidak

penting dan berharga. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,

kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan

dengan orang lain. (Maramis, 2010)

World Health Organitation (WHO) (2015) memperkirakan sebanyak

450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar

10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk

diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama

hidupnya. gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan

kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030. Gangguan jiwa

ditemukan disemua negara, pada perempuan dan 2 laki-laki, pada semua


3

tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik pedesaan maupun

perkotaan mulai dari yang ringan sampai berat.

Dari 26 juta penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana

panik dan cemas adalah gejala paling ringan. gambaran gangguan jiwa berat

di Indonesia pada tahun 2015 memiliki prevalensi sebesar 4 permil, artinya

bahwa dari 100 penduduk indonesia terdapat empat sampai lima diantaranya

menderita gangguan jiwa berat. Penduduk Indonesia pada tahun 2017

sebanyak 225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesia pada tahun

2018 diperkirakan 1.037.454 orang. (Riskesdas, 2018)

Ada 22.033 kasus warga Aceh yang umum nya dalam usia produktif

mempunyai masalah dengan kejiwaan, mulai dari skala ringan sampai berat.

Mereka tersebar di berbagai kabupaten/ kota di Aceh. Jika tahun 2015 Orang

Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) tersebut tercatat mencapai 16.892 kasus,

ditahun 2016 meningkat menjadi 22.033 kasus. Dari 22.033 kasus ODMK se-

Aceh di tahun 2017, Pidie merupakan penyumbang terbanyak mencapai 2.820

kasus (Depkes, 2018).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pidie menemukan 537 orang

yang mengalami gangguan jiwa dan empat di antaranya masih dipasung pihak

keluarga dan banyak yang menyendiri di rumah. Angka itu diperoleh seusai

petugas melakukan pendataan di Puskesmas yang tersebar di 23 kecamatan.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Pidie, menyebutkan, jumlah pasien

jiwa ini berdasarkan hasil pendataan petugas Dinkes di seluruh Puskesmas.


4

Dia mengaku, ternyata Pidie belum bebas dari masalah gangguan jiwa (Dinas

Kesehatan Pidie, 2018).

Menurut data Rekam Medik (RM) yang penulis peroleh dari Puskesmas

Tiro pada bulan Januari sampai dengan Desember 2018 terdapat pasien yang

mengalami gangguan jiwa dengan masalah keperawatan konsep diri : Harga

Diri Rendah sebanyak 157 pasien. kurang nya minat keluarga dan perhatian

masyarakat dalam membawa pasien atau anggota keluarga ke puskesmas atau

rumah sakit masih sangat kurang hal ini di pengaruhi dengan keterbatasan

biaya dan budaya malu sehingga peran puskesmas sangat penting untuk

melakukan cek up di gampong-gampong dalam wilayah kerja puskesmas

(Puskesmas Tiro, 2019).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka penulis

tertarik untuk memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan melalui

pendekatan proses keperawatan dalam bentuk laporan studi kasus yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tiro Kabupaten Pidie”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menggambarkan bagaimana Asuhan keperawatan yang

diberikan pada keluarga dengan pasien Harga Diri Rendah (HDR)

melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif.


5

1.3.1 Tujuan Khusus

1.3.1.1 Dapat mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien dengan

pasien Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja puskesmas

Tiro Kabupaten Pidie.

1.3.1.2 Dapat menetapkan masalah atau diagnosa keperawatan pada

pasien dengan Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja

puskesmas Tiro Kabupaten Pidie.

1.3.1.3 Dapat mengetahui rencana tindakan keperawatan pada pasien

dengan Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja puskesmas

Tiro Kabupaten Pidie

1.3.1.4 Dapat mengetahui implementasi keperawatan pada pasien

dengan Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja puskesmas

Tiro Kabupaten Pidie

1.3.1.5 Dapat menetapkan evaluasi proses keperawatan pada pasien

dengan Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja puskesmas

Tiro Kabupaten Pidie

1.3.1.6 Dapat menggambarkan dokumentasi keperawatan pada pasien

dengan Harga Diri Rendah (HDR) di wilayah kerja puskesmas

Tiro Kabupaten Pidie.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi responden
Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi pasien sebagai bahan

sumber informasi dan dapat digunakan sebagai dasar dan masukan

dalam managemen kegiatan sehari–hari sehingga meminimalisir


6

terjadinya permasalaahan harga diri rendah (HDR) yang sering terjadi

pada kalangan masyarakat.


1.4.2 Bagi Puskesmas/ Rumah Sakit
Penelitian ini bisa dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan terutama pada puskemas ata rumah sakit.


1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang positif dan

terarah dalam upaya peningkatan pendidikan terhadap perubahan harga

diri rendah (HDR) pada pasien masyarakat pada masa sekarang dan

masa yang akan datang di Poltekkes Kemenkes Aceh.


1.4.4 Bagi Peneliti
Dapat dijadikan dasar untuk membuat penelitian lanjutan dalam bentuk

yang lebih rinci serta menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai