Anda di halaman 1dari 36

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pneumonia


2.1.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut : Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur dan parasit.

Pneumonia terjadi karena rongga alveoli paru-paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme seperti Streptococcus pneumonia, Streptococcus

aures, Haemophyllus influenza, Escherichia coli dan Pneumocystis

jirovenci (Widagdo, 2012).

Pneumonia adalah peradangan dari paru dimana asinus terisi

dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

radang ke dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang

ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada

anak usia balita (Ridha, 2014). Dan Menurut WHO (2016),

pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang

mempengaruhi paru-paru, dimana alveoli paru-paru terisi dengan

cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas untuk bernafas.

2.1.2 Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan pedoman MTBS 2008 dalam Susilaningrum

(2013), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana

berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosis

medis, melainkan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang

berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil,


25

sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penanganan. Klasifikasi

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala

sebagai berikut :

1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau

menyusu, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak

letargis/ tidak sadar.

2) Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

3) Terdapat stridor (suara nafas bunyi “grok-grok” saat inspirasi).

b. Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat

adalah :

1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 kali per menit

atau lebih

2) Anak usia 12 bulan sampai 5 tahun apabila frekuensi nafas 40

kali per menit atau lebih.

3) Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda

pneumonia atau penyakit sangat berat.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) dalam Sari (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Community Acquired Pneumonia dimulai sebagai penyakit

pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.

Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.


25

Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau

kalangan orang tua.

b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia

nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.

Klibseilla atau aureus stapilo-coccus, merupakan bakteri umum

penyebab hospital acquired pneumonia.

c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi

anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut

osganisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan

pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk

mengidentifikasikan organisme perusak.

2.1.3 Etiologi

Menurut Reeves (2001), ada beberapa hal penyebab terjadinya infeksi

saluran pernafasan akut, yaitu :

a. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Osganisme

gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan

streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus

influenza, klebsiella pneumonia dan P Aeruginosa.

b. Virus
25

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi

droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai

penyebab utama pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar

melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya

ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis

bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus

streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korine

bacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,

koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus. Bakteri dan virus yang

paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus

dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan

menempel pada saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung

(Sari, 2013).

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah

2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan

musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA


25

pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan

buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2013).

2.1.4 Faktor Resiko

Menurut Dewi (2011), factor resiko meningkatkan resiko penularan

pneumokokus diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Anak berusia di bawah lima tahun (balita).

b. Anak ada di tempat penitipan anak/ playgroup, sehingga ia dapat

tertular oleh penderita batuk lain.

c. Anak tinggal di lingkungan polusi dan lingkungan perokok. d. Bayi

lahir prematur.

d. Bayi tidak mendapatkan ASI atau mendapat ASI tetapi tidak

memadai, kurang gizi, imunisasi tidak lengkap.

e. Anak tinggal di hunian padat atau di lingkungan yang tidak sehat.

f. Sedang terjadi pergantian cuaca, sehingga menyebabkan

terhirupnya asap / debu secara berulang-ulang.

g. Sedang terjadi musim hujan.

h. Anak merupakan penderita penyakit kronis seperti asma, HIV,

penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.

Menurut Dewi (2011), keadaan semakin parah jika ditemui gejala berikut

a. Anak batuk pilek dan tidak mau akan.


25

Hal yang sering dijumpai pada anak pneumonia mungkin batuk kering

dan mungkin juga berdahak diikuti dengan lendir atau mukus berwarna

hijau atau kuning.

b. Bernapas dengan nada yang tinggi,

Kesulitan bernapas. Umumnya anak Anda tetap akan merasakan

kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.

c. Nafasnya cepat.

Anak biasanya dibawa ke Puskesmas setelah sesak nafas, cyanosis atau

batuk-batuk disertai dengan demam tinggi

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Dewi (2011) sebagian besar pneumonia didapat melalui

aspirasi partikel infektif, antara lain :

a. Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma

pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran

nafas atas atau aliran darah.

b. Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang

terbatas pada dinding alveolar.

c. Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat

dari pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam ruang

alveolar. Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang

terjebak mengikuti. Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis,

sehingga pertukaran gas menjadi terganggu.


25

d. Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral

atau aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotik.

2.1.6 Manifestasi Klinis

Usia merupakan faktor penentu dalam manifestasi klinis

pneumonia. Neonatus dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa

ditemukannya gejala-gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang

khas pada pasien pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda

antara bayi yang lebih tua dan anak, walaupun perbedaan tersebut tidak

selalu jelas pada pasien tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk,

malaise, nyeri dada akibat pleuritis dan iritabilitas akibat sesak

respiratori, sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak (Nelson,

2014).

Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi,

atau stidor dan gejala demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia

bakterial. Pneumonia bakterial secara tipikal berasosiasi dengan demam

tinggi, menggigil, batul, dispneu dan pada auskultasi ditemukan

adanya tanda konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil

ditandai oleh gejala yang khas seperti takipneu, batuk, ronki

kering (crackles) pada pemeriksaan auskultasi dan seringkali

ditemukan bersamaan dengan timbulnya konjungtivitis chlamydial.

Gejala klinis lainnya yang dapat ditemukan adalah distres pernafasan


25

termasuk nafas cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, dan

merintih (grunting). Semua jenis pneumonia memiliki ronki kering yang

terlokalisir dan penurunan suara respiratori. Adanya efusi pleura dapat

menyebabkan bunyi pekak pada pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).

Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi &

Yuliani. 2010) antara lain :

a. Serangan akut dan membahayakan

Anak dengan kasus pneumonia akan kembali terulang dengan infeksi

riwayat kesehatan yang lama hal ini di karenakan dengan beberapa

faktor antara lain daya tahan tubuh seorang klien dan lingkungan yang

banyak tidak sehat

b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)

Hal yang sering dijumpai pada anak pneumonia dengan meningkatnya

suhu tubuh sianak saat pasien di bawa ketempat pelayanan kesehatan.

d. Batuk

Hal yang sering dijumpai pada anak pneumonia mungkin batuk kering

dan mungkin juga berdahak diikuti dengan lendir atau mukus berwarna

hijau atau kuning.

e. Rales (ronki)

Kesulitan bernapas. Umumnya anak Anda tetap akan merasakan

kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.

e. Wheezing
25

Kesulitan bernapas. Umumnya anak Anda tetap akan merasakan

kesulitan bernapas bahkan saat ia tengah beristirahat.

Anak biasanya dibawa ke Puskesmas setelah sesak nafas, cyanosis atau

batuk-batuk disertai dengan demam tinggi

f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)

Sering dijumpai kepala terangguk-angguk, pernapasan cuping hidung

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan muntah serta

perubahan nafsu makan.

2.1.7 Pencegahan

Menurut Wong, Donna. L (2013), penggunaan vaksin polisakarida

pneumokokus dianjurkan pada individu tertentu, seperti anak-anak yang

berusia lebih dari 2 tahun yang berisiko menderita infeksi pneumokokus

atau berisiko menderita penyakit serius. Bayi atau anak yang menderita

pneumonia kambuhan harus dievaluasi lebih lanjut untuk adanya fibrosis

kistik. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyakit ISPA pada anak menurut Sari (2013) antara lain :

a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya

dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung

cukup gizi.

b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya

tahan tubuh terhadap penyakit baik.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.


25

d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara

adalah memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung

dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit

ISPA.

Sedangkan menurut Dewi (2011), lakukan tindakan berikut

untuk mencegah munculnya penyakit, antara lain :

a. Berikan ASI kepada bayi atau anak usia 0-2 tahun.

Hal ini sangat perlu diperhatikan oleh semua orang tua yang memiliki

bayi terutama ibu yang menyusui, karena dengan asi yang cukup maka

akan menjaga status kesehatan anak.

b. Jauhkan bayi dari penderita batuk

Orang selalu memperhatikan bayi saat bermain dan juga

memperhatikan lingkungan sekitar nya dari keluarga yang menderita

penyakit menular karena bayi sangat rentang terjadinya infeksi silang.

c. Bersihkan lingkungan rumah. Usahakan ruangan memiliki udara

bersih dan ventilasi cukup.

d. Lakukan imunisasi atau vaksinasi lengkap.

Pemberian imunisasi yang lengkap sangat penting bagi bayi agar bisa

menjaga sistem kekebalan tubuh bayi dari ancaman penyakit terutama

penyakit infeksi saluran pernafasan.

e. Jauhkan bayi dari asap, debu atau asap dari tungku, asap dari obat

nyamuk bakar, asap kendaraan bermotor, dan udara tercemar lainnya.

2.1.8 Penatalaksanaan
25

Menurut Alimul (2012), tindakan yang dapat dilakukan pada

masalah pneumonia dalam manajemen terpadu balita sakit sebagai

berikut apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit sangat berat

maka tindakan yang pertama adalah :

1) Berikan dosis pertama antibiotika

Pilihan pertama adalah kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol)

dan pilihan kedua adalah amoxsilin dengan ketentuan dosis sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Pemberian Antibiotika pada Pneumonia

Batas Umur Kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2


Amoxsilin
kali sehari selama 5 hari beri 3 kali
sehari untuk
5 hari
Umur atau Tablet dewasa Tablet anak 20 Sirup/ per 5 ml Sirup 125
berat badan 8 mg trimetoprim mg trimetoprim 40 mg trimetoprim mg per 5 ml
+ 400 mg + 100 mg + 200 mg
sulfametoksazol sulfametoksazol sulfametoksazol

2-4 bulan
¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
(4-<6 kg)
4-12 bulan
½ 2 5 ml 5 ml
(6-<10 kg)
1-5 tahun
1 3 7,5 ml 10 ml
(10-<19 kg)
Sumer : Depkes (1999) dalam Alimul (2012)

2) Lakukan rujukan segera

Apabila hanya ditemukan hasil klasifikasi pneumonia saja maka

tindakannya adalah sebagai berikut : berikan antibiotika yang sesuai

selama 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu
25

ibu atau keluarga walaupun harus segera kembali ke petugas kesehatan

dan lakukan kunungan ulang setelah 2 hari.

Sedangkan apabila hasil klasifikasi ditemukan batuk dan bukan

pneumonia maka tindakan yang dilakukan adalah pemberian pelega

tenggorokan atau pereda batuk yang aman, lakukan pemeriksaan lebih

lanjut, beri tahu kepada keluarga atau ibu kapan harus segera kembali

ke petugas kesehatan dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.

Sedangkan merurut Dewi (2011), perawatan balita di rumah adalah

sebagai berikut :

1) Tingkatkan pemberian makanan bergizi dan selalu berikan ASI.

2) Bila badan anak panas, kompres dengan air hangat. Jangan

dipakaikan selimut tebal.

3) Jika anak panas, beri minum obat paracetamol.

4) Jika batuk, beri obat batuk tradisional campuran 1/4 sendok teh

jeruk nipis ditambah 2/3 sendok teh kecap atau madu dan

diberikan 3-4 kali sehari.

5) Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung

dengan sapu tangan bersih.

Beri minum lebih banyak daripada biasanya

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Kasus Infeksi

Saluran (Pneumonia)

2.2.1 Pengkajian
25

Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke

kasus dengan masalah utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) menurut Friedman (2010) meliputi :

a. Data umum

Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pekerjaan yang

terlalu sibuk bagi orang tua mengakibatkan perhatian orang

tua terhadap tumbuh kembang anak tidak ada dan keadaan

rumah juga tidak terurus jika orang tua terlalu sibuk dengan

pekerjannya.

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga (Padila 2012). Biasanya keluarga yang

mempunyai balita dengan infeksi saluran pernafasan akut

mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga

kebutuhan tidak terpenuhi.

3) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan,

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula

oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh


25

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga

(Padila, 2012). Pada pengkajian status sosial ekonomi

diketahui bahwa tingkat status social ekonomi berpengaruh

pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari

ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan

memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Harmoko,

2012). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran

pernafasan akut mempunyai sosial ekonomi yang rendah,

sehingga kemampuan untuk menyediakan rumah yang

sehat, kemampuan untuk pengobatan anggota keluarga yang

sakit dan kemampuan menyediakan makanan dengan gizi

yang seimbang tidak terpenuhi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti

(Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran

pernafasan akut berada pada tahap perkembangan keluarga

dengan anak pra sekolah.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan

mengapa belum terpenuhi (Candra, 2014). Biasanya

keluarga belum mampu memenuhi kebutuhan anggota


25

keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa

aman, mempertahankan hubungan yang sehat baik di

dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan

lingkungan sekitar), kegiatan dan waktu untuk stimulasi

tumbuh kembang anak.

3) Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status

imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan serta

pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan

(Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan infeksi saluran

pernafasan akut status imunisasi pada balita tidak

terpenuhi dan tidak mendapatkan ASI eksklusif yang

memadai (Wahid, 2013).

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe

rumah, jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak

septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang

digunakan, tanda cat yang sudah mengelupas, serta

dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).

Biasanya keluarga dengan infeksi saluran pernafasan

akut mempunyai keuangan yang tidak mencukupi


25

kebutuhan sehingga luas rumah, tipe rumah, jumlah

ruangan, jumlah jendela dan sumber air minum yang

digunakan tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarga.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh

dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang

lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap

perasaan (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan

infeksi saluran pernafasan akut jarang memperhatikan

kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian pada anak,

serta tidak mau memperhatikan kondisi di sekitar

lingkungan tempat tinggal.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta

(Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan infeksi

saluran pernafasan akut tidak disiplin terhadap aktivitas

bermain pada balita.

3) Fungsi keperawatan

a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan

nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi


25

kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga

(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak mengetahui

pencegahan yang harus dilakukan agar balita tidak

mengalami infeksi saluran pernafasan akut.

b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap

sakit yang dirasa : keluarga mengkaji status kesehatan,

masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena

sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).

Bisanya keluarga tidak mampu mengkaji status

kesehatan keluarga.

c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber

makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan,

banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman,

2010). Biasanya keluarga tidak terlalu memperhatikan

menu makanan, sumber makanan dan banyak makanan

yang tersedia.

d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri :

tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status

kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga

dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan

dirumah (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan


25

infeksi saluran pernafasan akut tidak tau cara

pencegahan penyakit dan mengenal penyakit.

e) Tindakan pencegahan secara medis : status

imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan

(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak membawa

anaknya imunisasi ke posyandu.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan

keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota

keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam

memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan

peningkatan status kesehatan (Candra, 2014). Biasanya

keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan balita.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk


25

pemeriksaan fisik untuk infeksi saluran pernafasan akut adalah

sebagai berikut:

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda - tanda vital. Bisanya balita mempunyai BB

rendah dan pernafasan yang cepat.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak

dan berdarah. Biasanya balita yang mengalami infeksi

saluran pernafasan akut terlihat pucat karena penurunan pada

nafsu makannya.

3) Sistem pulmonal

Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping

hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum

banyak, pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju

pernafasan meningkat dan anak biasanya cengeng.

4) Sistem kardiovaskuler

Biasanya anak mengalami sakit kepala, denyut nadi

meningkat, takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.

5) Sistem neurosensori
25

Biasanya anak gelisah, terkadang ada yang mengalami penurunan

kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.

6) Sistem genitourinaria

Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.

7) Sistem digestif

Biasanya anak mengalami mual, kadang muntah, konsistensi feses

normal.

8) Sistem musculoskeletal pada pneumonia

Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri

otot/normal, retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.

9) Sistem integument

Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit

pucat, sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan

kemerahan.

2.2.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis

ke system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah

kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki

kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya

berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman, 2010). Tipologi dari

diagnosa keperawatan adalah:


25

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/

gangguan kesehatan).

b. Diagnosa keperawatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan

apabila sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi

gangguan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan

suatu keadaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga

kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan

ISPA menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b. Ketidakefektifan pola nafas

c. Gangguan pertukaran gas

d. Hipertemi

e. Kekurangan volume cairan

f. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

g. Intoleransi aktivitas

h. Defisit pengetahuan

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang

mengalami ISPA dengan pneumonia mengacu pada problem (NANDA,

2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.


25

b. Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam mengenal masalah.

Tabel 2.2 Skala prioritas masalah keluarga

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
(2) Ancaman kesehatan 2 1
(3) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

Sumber : Padila (2012)

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan : Skor (tot al nilai krit eria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


25

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

diagnosa keperawatan keluarga


25

2.2.3 Intervensi/ Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan

keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi

intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,

intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi

keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga se dang bekerja

(Friedman, 2010.

Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara, bantu

pasien latihan nafas dan batuk secara efektif, suction sesuai indikasi,

lakukan fisioterapi dada, berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali

kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin dan kolaborasi

pemberian obat bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi (nebulizer).

Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku, dan jaringan

sentral, kaji status mental dan penurunan kesadaran, awasi frekuensi

jantung atau irama, awasi suhu tubuh, kolaborasi pemberian terapi oksigen

dengan benar, misalnya dengan masker, masker venturi, nasal prong,

tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki

perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri, pantau tanda vital,

berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak, menonton

film tentang anak-anak, berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan

punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas,


25

identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum

banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri, berikan wadah tertutup

untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan

mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan

sebelum makan, jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam

sebelum makan, auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi

abdomen, berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering

(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien,

evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar, kaji suhu tubuh dan

nadi setiap 4 jam dan evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat

laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan (Friedman, 2010).

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan pada Keluarga dengan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut:

DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN KRETERIA (NOC)
1. Bersihan jalan nafas, 1) Menunjukkan jalan 1) Tunjukkan atau bantu
tidak efektif b/d nafas paten dengan pasien mempelajari
obstruksi jalan bunyi nafas bersih, melakukan batuk mis,
napas/ peningkatan tak ada dispnea, menekan dada dan
sekresi atau sianosis dan batuk efektif
produksi mukus mengeluarkan sekret sementara posisi
berlebihan duduk tinggi.
2) Penghisapan sesuai
indikasi
3) Berikan cairan
sedikitnya 2500 ml/hr
25

(kecuali kontra
indikasi). Tawarkan
air hangat, dari pada
dingin

2. Kerusakan 1) Menunjukkan 1) Kaji frekuensi,


Pertukaran gas, b/d perbaikan ventilasi kedalaman, dan
perubahan dan oksigenasi kemudahan bernafas.
2) Observasi warna kulit,
membrane alveolar– jaringan dengan GDA
membrane mukosa,
kapiler (efek dalam rentang normal
dan kuku, catat adanya
inflamasi). dan tak ada gejala
sianosis perifeir
distress pernafasan
(kuku) atau sianosis
2) Berpartisipasi pada
sentral (sirkumoral).
tindakan untuk
3) Awasi suhu tubuh,
memaksimalkan
sesuai indikasi. Bantu
oksigenasi .
tindakan kenyamanan
untuk menurunkan
demam dan menggigil,
mis, selimut
tanmbahan/
menghilangkannya,
suhu ruangan nyaman,
kompres hangat atau
dingin.
4) Tinggikan kepala dan
dorong sering
mengubah posisi,
napas dalam, dan
batuk efektif.
3. Resiko tinggi 1) Mencapai waktu 1) Pantau tanda vital
terhadap penyebaran perbaikan infeksi dengan ketat,
25

infeksi b/d ketidak berulang tanpa khususnya selama


ada kekuatan konflikasi. awal terapi.
2) Anjurkan pasien
pertahankan utama 2) Menidentifikasi
memperhatikan
(penurunan kerja intervensi untuk
pengeluaran sekresi
silia, perlengketan mencegah/
(mis. Meningkatkan
secret pernapasan). menurunkan resiko
pengeluaran dari pada
infeksi.
menelannya) dan
melaporkan
perubahan warna,
jumlah dan bau secret.
3) Ubah posisi dengan
sering dan berikan
pembuangan paru
yang baik.
4) Batasi pengunjungan
sesuai indiukasi
5) Lakukan isolasi
pencegahan sesuai
individual.
6) Dorong keseimbangan
istirahat adekuat
dengan aktifitas
sedang. Tindakan
masukan nutrisi
adekuat.
7) Awasi keefetifan
terapi antimicrobial.
4. Intoleransi aktifitas 1) Melaporkan/ 1) Evaluasi respon
b/d menunjukkan pasien terhadap
ketidakseimbangan peningkatan toleransi aktifitas. Catatan
antara suplei dan terhadap aktifitas laporan dispnea,
kebutuhan oksigen yang dapat diukur peningkatan
25

Kelemahan umum. dengan tak adanya kelemahan /kelelahan


Kelelahan yang
dispnea, kelemahan dan perubahan tanda
berhubungan dengan
berlebihan, dan tranda vital selama dan
gangguan pola tidur
vital dalam rentang setelah aktifitas
yang berhubungan 2) Berikan lingkungan
normal
dengan ketidak tenang dan batasi
nyamanan, batuk pengunjung selama
berlebihan, dan fase akut sesuai
dispnea. indikasi. Dorong
penggunaan
manajmen stress dan
pengalih yang tepat.
3) Jelaskan pentingnya
istirahat dalam
rencana pengobatan
dan perlunya
keseimbangan
aktifitas dan istirahat
4) Bantu pasien memilih
posisi nyaman untuk
istirahat dan/ atau
tidur.
5) Bantu aktifitas
perawatan diri yang
diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan
aktifitas selama fase
penyembuhan
5. Nyeri Akut b/d 1) Menyatakan nyeri 1) Tentukan karaktristik
inflamasi parenkim hilang / terkontrol nyeri, mis, tajam,
paru. Reaksi seluler 2) Menunjukkan rilaks, konstan, ditusuk.
terhadap sirkulasi istirahat atau tidur, Selidiki perubahan
toksin dan batuk dan peningkatan karakter/ lokasi/
25

menetap. aktifitas dengan tepat. intsnsitas nyari.


2) Pantau tanda vital
3) Berikan tindakan
nyaman, mis, pijatan
punggung, perubahan
posisi, music tenang/
perbincangan,
relaksasi/ latihan
nafas
4) Tawarkan
pembersihan mulut
dengan sering.
6. Ketidak seimbangan 1) Menunjukkan 1) Identifikasi factor
nutrisi kurang dari peningkatan nafsu yang menimbulkan
kebutuhan tubuh b.d makan. mual/muntah.
ketidak mampuan 2) mempertahankan atau Mis,sptum banyak,
mencerna dan meningkatkan berat pengobatan aerosol,
menelan makanan badan. dispnea berat, nyeri.
2) Berikan wadah
tertutup untuk sputum
dan buang sesering
mungkin.
3) Berikan / bantu
kebersihan mulut
setelah muntah,
setelah tindakan
aerosol dan drainase
postural, dan sebelum
makan.
4) Jadwalkan
pengobatan
pernafasan sidikitnya
1 jam sebelum makan.
5) Auskultasi bunyi
25

usus. Observasi/
palpasi distensi
abdomen.
6) Berikan makan porsi
kecil dan sering
termasuk makanan
kering (roti panggan.
krekers) dan/atau
makan yang menarik
untuk pasien.
7) Evaluasi status nutrisi
umum, ukur berat
badan dasar.
7. Kekurangan volume 1) Menunjukkan 1) Kaji perubahan tanda
cairan b.d keseimbangan cairan vital, contoh
kehilangan cairan dibuktikan dengan peningkatan suhu/
aktif parameter individual demam memanjang,
yang tepat, mis, takikardia, hipotensi
membrane mukosa ortostatik.
2) Kaji turgor kulit,
lembab, turgor kulit
kelembaban
baik, pengisian
membrane mukosa
kapiler cepat, tanda
(bibir,lidah).
vital stabil.
3) Catat laporan mual/
muntah
4) Pantau masukan dan
keluaran, catat warna,
karakter urin. Hitung
keseimbangan cairan.
Waspadai kehilangan
yang tak tanpak. Ukur
berat badan sesuai
indikasi
25

5) Tekankan cairan
sedikitnya 2500 ml/hr
atau sesuai kondisi
individual.
8. Defisiensi/Kurang 1) Menyatakan 1) Kaji fungsi normal
pengetahuan pemahaman kondisi, paru, patologi kondisi
2) Diskusikan
(kebutuhan belajar, proses penyakit dan
ketidakmampuan dari
mengenai kondisi pengobatan.
penyakit, lamanya
dan kebutuhan 2) Melakukan perubahan
penyembuhan, dan
tindakan) b/d kurang pola hidup dan
harapan kesembuhan.
pajanan, Kesalahan berpartisipasi dalam
Identifikasi perawatan
intepretasi program pengobatan
diri dan kebutuhan/
informasi, Kurang
sumber pemeliharaan
mengingat
rumah
3) Berikan informasi
dalam bentuk tertulis
dan verbal
4) Tekankan pentingnya
melajutkan batuk
efektif/ latihan
pernafsan
5) Tekankan perlunya
melanjutkjan terapi
antiobiotik selama
priode yang di
anjurkan
6) Buat langkah untuk
meningkatkan
kesehatan umum dan
kesejahtraan mis,
istirahat dan aktifitas
seimbang, diet baik,
25

menhindadri
kerumunan selama
musim pilek/ flu dan
orang yang
mengalami infeksi
saluran nafas atas.
7) Takankan pentingnya
melanjutkan evaluasi
medic dan vaksin/.
Imunisasi dengan
tepat
8) Identifikasi
tanda/gejala yang
memerlukan
pelaporan pemberi
perawatan kesehatan,
mis, peningkatan
dipnea, nyri dada,
kelemahan
memanjang,
kehilangan berat
badan, demam/
menggigil,
menetapnya batu
produktif, perubahan
mental

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan

keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui

pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di


25

prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang

dimiliki keluarga (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto

(2007), implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses

aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di

dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan.

Keluarga di didik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka

dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat

memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya,

mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang

dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi

kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota

keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat.

Menurut (Harmoko, 2012) guna membangkitkan minat keluarga

dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-

teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di

bawah ini:

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kehidupan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat dengan cara mengidentifikasi kensekuensi untuk tidak


25

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan

mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan

menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang

dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan

oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota

berespons) daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi

merupakan kegiatan bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi

merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat perawat

memperbarui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2010). Sedangkan


25

menurut Ayu (2010), evaluasi merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan keterampilan

untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan

tuntutan keluarga.

Menurut Sudiharto (2012), evaluasi keperawatan keluarga adalah

proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam

mengembangkan setiap anggota keluarga.


41

Anda mungkin juga menyukai