Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian Stroke Iskemik

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan

harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya

gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan

kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)

dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Menurut Muttaqin (2008) menyebutkan bahwa klasifikasi Stroke yaitu:

1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,

yaitu:

a. Stroke Hemoragi,

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada

daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas

atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran

8
9

pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

1) Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena

hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,

dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi

sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan

serebelum.

2) Perdarahan subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi

willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim

otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid

menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur

peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang

berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan

kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,

dll)

b. Stroke Non Hemoragi

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
10

hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema

sekunder. Kesadaran umumnya baik.

2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:

a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang

terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala

yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu

kurang dari 24 jam.

b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana

gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk.

Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah

menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit

dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

2.1.3 Etiologi

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):

1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan

oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada

orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi

karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah

yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis


11

seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu

penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti

koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka. Aterosklerosis adalah

mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau

elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis

bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme

berikut:

1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran

darah.

2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.

3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian

melepaskan kepingan thrombus (embolus).

4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian

robek dan terjadi perdarahan.

b. Hyperkoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

d. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh


12

bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri

serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang

dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan

emboli:

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease

(RHD).

b. Myokard infark

c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil

dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan

embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan

terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

2. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.

Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.

Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah

kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan,sehingga otak

akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,

oedema, dan mungkin herniasi otak.


13

3. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

a. Hipertensi yang parah.

b. Cardiac Pulmonary Arrest

c. Cardiac output turun akibat aritmia

4. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.

b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

2.1.4 Manifestasi Klinik

Wilkins (2011) mengungkapkan bahwa ada beberapa tanda dan gejala

pada pasien dengan masalah stroke. Stroke menyebabkan defisit

neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang

tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran

darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak

tidak akan membaik sepenuhnya.

1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya

hemiparesis) yang timbul mendadak.

3. Tonus otot lemah atau kaku

4. Menurun atau hilangnya rasa

5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”

6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)


14

7. Disartria (bicara pelo atau cadel)

8. Gangguan persepsi

9. Gangguan status mental

10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

2.1.5 Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di

otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan

besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area

yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak

dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik

sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat

berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi (Susilo,

2007).

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan

otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan

kongesti disekitar area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih

besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam

beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan

berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena


15

thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi

pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan

nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada

dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau

jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan

menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur

(Susilo, 2007).

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik

dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas

akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit

cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa

otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat

menyebabkan herniasi otak (Shuaib, 2010).

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer

otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke

batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga

kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Jika

sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.

Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka

waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.

Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah

satunya henti jantung (Shuaib, 2010).


16

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang

relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan

mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya

drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade

iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron

di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Shuaib, 2010).

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume

darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan

dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan

serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan

kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons

sudah berakibat fatal (Susilo, 2007).


17

Pathway
Stroke Hemoragi

Peningkatan tekanan sistemik Stroke Non Hemoragi

Aneurisma Trombus/ Emboli di cerebral

Perdarahan
Arakhnoid/Ventrikel

Hematoma Cerebral Suplai darah ke jaringan


cerebral tidak adekuat

PTIK/Herniasi cerebral

Vasospasme arteri Perfusi jaringan cerebral tdk


Cerebral/ saraf cerebral adekuat
Penurunan penekanan
kesadaran saluran Iscemic/Infark
pernafasan
Defisit Neurologi
Hemisfer kiri
Pola nafas
tidak efektif
Hemisfer kanan
Hemiparese/plegi kanan

Hemiparese/plegi kiri
Area Grocca

Ke Defisit perawatan diri


rusakan fungsi N. VII dan N. XII Gangguan mobilitas fisik

Kerusakan komunikasi verbal


Resiko kerusakan Integritas kulit

Kurang
Resiko Resiko Resiko pengetahuan
aspirasi trauma jatuh
18

2.1.6 Penatalaksanaan Stroke Iskemik

Bederson (2010) menjelaskan bahwat tujuan intervensi adalah berusaha

menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai

berikut:

a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,

membantu pernafasan.

b) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk

untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

c) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

d) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat

mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-

latihan gerak pasif.

e) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala

yang berlebihan.

1. Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara

percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat

dibuktikan.

b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin

intra arterial.

c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk


19

menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi

sesudah ulserasi alteroma.

d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya

trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

2. Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu

dengan membuka arteri karotis di leher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan

manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.

c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga D e n g a n S t r o k e i s k e m i k

2.2.1 Pengkajian

Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke

kasus dengan masalah utama Stroke iskemik menurut Friedman

(2010) meliputi :

a. Data umum

Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Pada saat perawat melakukan pengkajian biodata pasien

maka perawat sangat penting mengkaji nama kepala keluarga

dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,


20

pekerjaan, pendidikan dan genogram keluarga. Pekerjaan yang

terlalu sibuk bagi keluarga mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap anggota keluarga yang mengalami

masalah dnegan kesehatan.

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga (Padila 2012). Biasanya keluarga yang mempunyai

masalah atau adanya penyakit keturunan maka akan rentang

terjadinya masalah kesehatan terutama stoke. Sehingga

perkembangan dan pertumbuhan dalam keluarga sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan. Dalam proses

pemulihan bagi anggota keluarga yang mengalami stroke

iskemik sangat berpengaruh bagi tipe keluarga itu sendiri

dan problem keluarga serta penyakit keturunan.

3) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan,

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula

oleh kebutuhan- kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga

(Padila, 2012). Pada pengkajian status sosial ekonomi

diketahui bahwa tingkat status social ekonomi berpengaruh


21

pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari

ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan

memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Harmoko,

2012). Biasanya keluarga dengan stroke iskemik

mempunyai sosial ekonomi yang rendah, sehingga

kemampuan untuk menyediakan rumah yang sehat,

kemampuan untuk pengobatan anggota keluarga yang sakit

dan kemampuan menyediakan makanan dengan gizi yang

seimbang tidak terpenuhi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini ditentukan oleh anggota keluarga tertua dari

keluarga inti (Candra, 2014). Biasanya keluarga dengan

stroke iskemik berada pada tahap perkembangan keluarga

dengan usia dewasa.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan

mengapa belum terpenuhi (Candra, 2014). Biasanya

keluarga belum mampu memenuhi kebutuhan anggota

keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa

aman, mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam


22

maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan

sekitar).

3) Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, status

imunisasi, sumber kesehatan yang biasa digunakan serta

pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan

(Candra, 2014).

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe

rumah, jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak

septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang

digunakan, tanda cat yang sudah mengelupas, serta

dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).

Biasanya keluarga dengan stroke iskemik mempunyai

keuangan yang tidak mencukupi kebutuhan sehingga luas

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela dan

sumber air minum yang digunakan tidak sesuai dengan

jumlah anggota keluarga.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif
23

Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh

dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang

lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap

perasaan (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan

stroke iskemik jarang memperhatikan kebutuhan akan

kasih sayang dan perhatian pada anggota keluarga, serta

tidak mau memperhatikan kondisi di sekitar lingkungan

tempat tinggal.

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima cinta

(Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan stroke

iskemik tidak disiplin terhadap aktivitas bermain pada

anggota keluarga.

3) Fungsi keperawatan

a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan

nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi

kesehatan yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga

(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak mengetahui

pencegahan yang harus dilakukan agar anggota keluarga

tidak mengalami stroke iskemik.


24

b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap

sakit yang dirasa : keluarga mengkaji status kesehatan,

masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan terkena

sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).

Bisanya keluarga tidak mampu mengkaji status kesehatan

keluarga.

c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber

makanan yang dikonsumsi, cara menyiapkan makanan,

banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan kebiasaan

mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).

Biasanya keluarga tidak terlalu memperhatikan menu

makanan, sumber makanan dan banyak makanan yang

tersedia.

d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri :

tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki status

kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga

dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan

dirumah (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan

stroke iskemik tidak tau cara pencegahan penyakit dan

mengenal penyakit.

e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi

anggota keluarga, kebersihan gigi setelah makan, dan


25

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman,

2010).

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah: berapa jumlah anggota keluarga, apa rencana keluarga

berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang

digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam

memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan

peningkatan status kesehatan (Candra, 2014). Biasanya

keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan anggota keluarga.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada anggota keluarga yang mengalami

stroke. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik head

to toe untuk pemeriksaan fisik untuk stroke iskemik adalah sebagai

berikut:

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda - tanda vital. Bisanya anggota keluarga

mempunyai BB rendah dan kelumpuhan anggota gerak.


26

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan

berdarah.

3) Sistem pulmonal

Biasanya pola dan jalan nafas normal, anggota keluarga biasanya

cengeng.

4) Sistem kardiovaskuler

Biasanya anggota keluarga mengalami sakit kepala, denyut

nadi meningkat, takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan

CRT.

5) Sistem neurosensori

Biasanya anggota keluarga gelisah, terkadang ada yang mengalami

penurunan kesadaran, kejang, refleks menurun/normal, letargi.

6) Sistem genitourinaria

Biasanya produksi urine normal dan tidak mengalami gangguan.

7) Sistem digestif

Biasanya anggota keluarga mengalami mual, kadang muntah,

konsistensi feses normal.

8) Sistem musculoskeletal

Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal,

retraksi paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.


27

9) Sistem integument

Biasanya anggota keluarga mempunyai turgor kulit menurun,

kulit pucat, sianosis, banyak keringat, suhu tubuh meningkat dan

kemerahan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga

dengan stroke iskemik mengacu pada problem (Friedman, 2010) adalah :

1. Ketidakefektifan pemeliharan kesehatan di keluarga

2. Kurang efektifnya koping keluarga

3. Kurang efektifnya pengelolaan kesehatan dalam keluarga

Tabel 2.1 Skala prioritas masalah keluarga

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3
b. Ancaman kesehatan 2 1
c. Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1 1

Sumber : (Friedman, 2010)


Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :


28

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

diagnosa keperawatan keluarga.

2.2.3. Intervensi/ Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi

alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak

bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu

dengan siapa perawat keluarga se dang bekerja (Friedman, 2010).

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan


No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Keluarga mampu Keluarga mampu
pemeliharaan mengenal masalah mengenal masalah:
kesehatan di tentang pengetahuan fisiologis dan perubahan
keluarga kesehatan dan perilaku: gaya hidup:
- Pengetahuan - Pendidikan kesehatan
manajemen stroke pengajaran proses
iskemik penyakit yang
- Pengetahuan dialaminy
trikregment - Pendidikan proses
penyakit
- Pendidikan tentang
pengobatan
29

Keluarga mampu Keluarga mampu


memutuskan untuk memutuskan untuk
meningkatkan atau membantu diri sendiri
memperbaiki kesehatan: membangun kekuatan
- Berpartisipasi dalam beradptasi dengan
memutuskan perubahan fungsi, atau
perawatan kesehatan mencapai fungsi yang
lebih tinggi :
- Dukunag membuat
keputusan
- Membangun harapan

Keluarga mampu Keluarga mampu merawat


merawat anggota anggota keluarga yang
keluarga untuk sakit dan memberikan
meningkatkan atau dukungan terhadap diet :
memperbaiki kesehatan: - Dukungan pemberi
- Kemampuan keperawatan
keluarga - Membangun
memberikan hubungan
perawatan langsung
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan
: control resiko dan dalam hal :
keamanan : - Identifikasi resiko
- Mengenali biologis, lingkungan,
kemampuan untuk dan perilaku serta
merubah perilaku hubungan timbal balik
- Memodifikasi gaya - Intruksikan faktor
hidup untuk resiko dan rencana
mengurangi resiko untuk mengurangi
faktor resiko
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
kesehatan : kesehatan :
- Pengetahuan sumber - Panduan pelayanan
kesehatan kesehatan
- Perilku mencari - Mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan kesehatan
- Partisipasi keluarga - Manajemen informasi
30

dalam perawatan
keluarga

2 Kurang Setelah dilakukan Setealah dilakukan


efektifnya intervensi keperawatan, intervensi keperawatan,
koping keluarga keluarga mampu keluarga mampu menegnal
mengenal masalah : masalah:
- Pengelolaan stres - Teaching individual
- Pengelolaan stroke - Teaching grup
iskemik
- Pencegahan stroke
iskemik
- Regimen
pengobatan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan untuk memutuskan :
meningkatkan atau - Dukungan membuat
memperbaiki kesehatan : keputusan
- Berpartisipasi dalam - Membangun harapan
memutuskan
perawatan kesehatan
Keluarga mampu Keluarga mampu merawat:
merawat : - Peningkatan koping
- Koping keluarga - Konseling
- Fungsi keluarga - Krisis intervensi
- Status kesehatan
keluarga
- Suasana lingkungan
keluarga

Keluarga mampu Keluarga mampu


memodifikasi memodifikasi lingkungan:
lingkungan: - Mendengar aktif
- Komunikasi - Mediasi konflik
- Pengambilan
keputusan
- Proses iinformasi
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatana:
31

- Pengetahuan tentang - Konsultasi


sumber kesehatan - Rujukan
- Perilaku mencari
pelayanan kesehatan
- Partisipasi keluarga
dalam perawatan
keluarga
3 Kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan
efektifya intervensi keperawatan, intervensi keperawatan,
pengololaan keluarga mampu keluarga mampu menegnal
kesehatan dalam mengenal masalah : masalah :
keluarga - Pengetahuan : body - Teaching individual
mekanik - Teaching grup
- Pengetahuan :
pengobatan
- Pengetahuan :
prosedur pengobatan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memutuskan : memutuskan :
- Berpartisipasi dalam - Dukungan membuat
memutuskan perawat keputusan
kesehatan - Membangun harapan
Keluarga mampu Keluarga mampu merawat:
merawat: - Penjelasan program
- Perilaku patuh pengobatan
terhadap pengobatan - Pemberian pengobatan
- Penampilan body oral
mekanik - Peningkatan kualitas
tidur
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi memodifikasi
lingkungan: lingkungannya:
- Komunikasi - Mendengar aktif
- Pengambilan - Mediasi konflik
keputusan
- Proses informasi

Keluarga mampu Keluarga mampu


memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan:
32

- Pengetahuan tentang - Konsultasi


sumber kesehatan - Rujukan
- Perilaku mencari
palayanan kesehatan
- Partisipasi keluarga
dalam perawatan
keluarga

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan

keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui

pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di

prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang

dimiliki keluarga (Friedman, 2010).

Sedangkan menurut Sudiharto (2007), implementasi keperawatan

keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang

memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan

keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai

potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk

mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan

persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota

keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang


33

sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan terdekat.

Menurut (Harmoko, 2012) guna membangkitkan minat keluarga

dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-

teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di

bawah ini:

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan

kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi

kehidupan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap

emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi kensekuensi untuk tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan

mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan

menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.
34

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

cara menggunakan fasilitas tersebut.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang

dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan

oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana anggota

berespons) daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi

merupakan kegiatan bersama antara perawat dan keluarga. Evaluasi

merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat perawat

memperbarui rencana asuhan keperawatan (Friedman, 2010).

Menurut Sudiharto (2012), evaluasi keperawatan keluarga adalah

proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanggota

keluargaan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang

tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.


35

Anda mungkin juga menyukai