Anda di halaman 1dari 2

Kasus Bulukumba Disusun Oleh Kelompok 5 XI MIPA 4 SMA

Xaverius 1 Palembang
“Kasus Bulukumba Sebagai Cermin
Ketidakberdayaan Rakyat”

Disusun Oleh
Kelompok 5 XI MIPA 4 SMA Xaverius 1 Palembang
Nama Anggota:
1. Agung Kenedy (1)
2. Jerry Umar (14)
3. Nelsen Lim (26)
4. Raymond Z.A. (29)
5. Vico Christian (37)

Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=JubWv3iXJpY

Kasus pelanggaran HAM yang berupa perebutan tanah dan pembantaian kepada para
petani ini terjadi di Bulukumba, Sulawesi Selatan pada Senin, 21 Juli 2003 pukul 2 siang.
Kejadian ini bermula dari P.T. London Sumatra (Lonsum) ingin melakukan perluasan lahan
untuk kegiatan industri di Desa Bonto Mangiring Bukulumba, namun upaya ini ditolak warga
desa khususnya para petani karena akan merusak sawah mereka yang dilakukan dengan
memberontak dengan P.T. Lonsum. Setelah beberapa saat karena warga terus memberontak,
pihak tersebut tidak bisa membangun lahan untuk kegiatan industri, tanpa pikir panjang, seorang
Brimob bernama Bone, Polres Banteang dan Sinjai yang berjumlah 320 orang yang mempunyai
hubungan dengan P.T. Lonsum mendatangi Desa Bukulumba dan melakukan aksi penembakan
dan pembantaian oleh para petani yang ingin mempertahankan hak tanah milik mereka yang
menyebabkan 20 orang terluka parah, 4 orang tewas, dan hancurnya rumah - rumah warga
sekitar. Akibat peristiwa ini, beberapa warga melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Namun, pihak kepolisian malah menangkap mereka. Setelah beberapa saat, ada pihak Kepolisian
Daerah yang melancarkan 2 gelombang penyerangan dan mengamankan 12 orang Polres
Bukulumba dan Gatot Budiwiyono yang melakukan pembunuhan secara babi buta serta beberapa
orang yang telah terkena serangan tertangkap dan dijatuhi hukuman penjara sehingga kasus
Bulukumba ditutup.
Kasus ini termasuk kasus pelanggaran HAM karena dalam kasus ini, para petani tidak
diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya. Padahal, dalam Pasal 28 tercatat bahwa
semua orang bebas untuk berserikat, berkumpul, dan memberikan pendapat. Selain itu, dalam
kasus ini terjadi perebutan tanah yang menjadi hak milik para petani dan pembantaian terhadap
petani yang mempertahankan hak miliknya. Padahal, dalam Pasal 28 A dan Pasal 28 H ayat 4
tercatat bahwa semua orang memiliki hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya dan
semua orang memiliki hak milik pribadi yang tidak boleh diambil sewenang – wenang oleh
siapapun.
Sumber :
https://id.scribd.com/document/336705518/Kasus-Pembantaian-Di-Bulukumba-2003

Opini dari anggota kelompok :


1. Agung Kenedy
Menurut saya, peristiwa ini terjadi karena emosi dari pihak P.T. Lonsum karena tidak diberi
tanah untuk memperluas lahan industrinya. Seharusnya P.T. Lonsum tidak mengambil tanah
milik warga kalau tidak ingin merasakan akibatnya

2. Jerry Umar
Menurut saya, seharusnya P.T. Lonsum melakukan musyawarah mufakat dengan para warga
desa untuk menggunakan tanah mereka agar tidak terjadi peristiwa yang menyedihkan ini
3. Nelsen Lim
Menurut saya, peristiwa ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap Pasal 28 yang terlihat dari
warga petani yang tidak bebas dalam mengeluarkan pendapatnya. Padahal, semua orang
memiliki hak untuk bebas mengeluarkan pendapat dan hak itu tidak boleh diganggu gugat.

4. Raymond Z. A.
Menurut saya hal ini bisa terjadi karena pihak polisi membantu pihak P.T. Lonsum dan tidak
menghiraukan warga desa. Seharusnya polisi bersikap adil baik kepada pihak P.T. Lonsum
maupun warga desa

5. Vico Christian
Menurut saya, peristiwa ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap Pasal 28 A dan 28 H ayat 4
karena dalam peristiwa ini terjadi perebutan hak milik seseorang dan pembantaian terhadap para
petani. Padahal setiap orang berhak memiliki hak untuk hidup dan memiliki hak milik pribadi
yang tidak boleh diganggu gugat oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai