Anda di halaman 1dari 5

Tebu (Sacharum Officinarum) adalah tanaman rumput-rumputan yang

banyak mengandung gula pada batangnya. Namun untuk sampai menghasilkan


gula, terlebih dahulu tebu hasil panen dari kebun harus segera dikirim ke Pabrik
Gula (PG) untuk selanjutnya diolah. Dari pengolahan tebu ini dihasilkan apa yang
dikenal sebagai Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes sebagai produk utama.
Disamping itu proses pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu yang
kemudian dapat dimamfaatkan sebagai bahan bakar Boiler, media jamur merang,
serta pupuk organik (Kompos). Sedangkan blotong yang dihasilkan dari proses
pemurnian, dapat dimanfaatkan pula sebagai pupuk organik.
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang berasal dari
Guinea. Tanaman ini termasuk ke dalam kelompok Gramineae (rumput-rumputan).
Tebu merupakan tanaman dengan aktifitas fotosintesis yang tertinggi (aktifitasnya
bila dibandingkan dengan tanaman lainnya sekitar 150-200 persen). Tanaman
tahunan yang terus tumbuh dengan memiliki kemampuan adaptasi yang baik.
Tumbuh dengan tinggi antara 3-5 meter dan mengandung sukrosa antara 11-16%.
Tebu termasuk komoditas perkebunan penting di Indonesia. Perkebunan
tebu berkaitan erat dengan industri gula dan produk derivat tebu. Kondisi hulu
perkebunan tebu merupakan hal penting dalam mewujudkan tujuan swasembada
gula nasional. Luas area tebu di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir secara umum
mengalami pertumbuhan 0,71 persen per tahun. Produksi tebu juga tumbuh dengan
laju sebesar 3,54 persen per tahun, dengan produktivitas rata-rata hablur baru
mencapai 5,82 ton/ha. Hal ini menunjukkan masih berada di bawah kondisi
produksi potensialnya yang dapat mencapai 8 ton/ha (Fitriani, dkk., 2013).
Tebu adalah tanaman tropis yang mirip sifatnya dengan sorgum. Pemanenan
tebu bertujuan untuk memproduksi batang tebu yang memiliki kandungan sukrosa
yang tinggi, dengan rentang kandungan 10-15% dari total nira tebu. Kebanyakan
sukrosa disimpan di bagian dalam batang tebu yang kemudian diekstrak, juga
mengandung antioksidan, dan komponen lainnya yang terkandung di dalam batang
tebu (Koge, dkk., 2003).
Batang tanaman tebu beruas-ruas, dari bagian pangkal sampai pertengahan,
ruasnya panjang-panjang, sedangkan di bagian pucuk ruasnya pendek. Tinggi
batang antara 2 sampai 5 meter, tergantung baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu
maupun keadaan iklim. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang
mempunyai peranan penting untuk pertumbuhan meninggi (Supriyadi, 1992).
Budidaya tanaman tebu banyak ditentukan oelh faktor kualitas bibit tebu.
Bibit tebu yang baik adalah murni, bebas dari hama dan penyakit serta gulma,
sehingga mempunyai daya kecambah dan kecepatan tumbuh yang baik. Pesatnya
perkembangan gulma di areal perkebunan didukung oleh iklim basah sepanjang
tahundan tanah yang relatif subur untuk pertumbuhannya. Selain itu perubahan
lingkungan tumbuh dan teknik bududaya tebu di lahan kering tersebut sangat
mempengaruhi kerapatan pertumbuhan gulma. (Winarsih dan Sugiyarta, 2008)
Morfologi tanaman tebu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4
bagian, yaitu:
a. Akar: berbentuk serabut, tebal dan berwarna putih
b. Batang: berbentuk ruas-ruas yang dibatasi oleh buku-buku, penampang
melintang agak pipih, berwarna hijau kekuningan.
c. Daun: berbentuk pelepah, panjang 1-2 m, lebar 4-8 cm, permukaan kasar
dan berbulu, berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua.
d. Bunga: berbentuk bunga majemuk, panjang sekitar 30 cm.

Berikut merupakan klasifikasi tanaman tebu menurut (Tarigan dan


Sinulingga, 2006) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Standar Mutu Tebu

Tebu merupakan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim topris sebagai


bahan baku pembuatan gula. Tebu yang sudah masak memiliki kandungan gula
yang maksimal. Gula termasuk produk makanan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Oleh karena itu, gula harus memiliki dan memenuhi standar mutu yang
telah di tetapkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Ada 3 jenis gula
yang beredar dipasaran yaitu gula kristal putih (GKP), gula kristal mentah (GKM)
dan gula rafinasi. Gula kristal mentah digunakan sebagai bahan baku industri gula
rafinasi, gula kristal putih dikonsumsi secara langsung, dan gula rafinasi digunakan
sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Kriteria mutu gula yang
berlaku di Indonesia (SNI) saat ini pada dasarnya mengacu pada kriteria lama yang
dikenal dengan SHS (Superieure Hoofd Suiker), yang pada perkembangannya
kemudian mengalami modifikasi dan terakhir SNI 01-3140-2001/Rev 2005
(Kuswurj, 2009).

SNI 3140.3:2010
Table 1. Syarat Mutu Gula Kristal Putih
No. Parameter uji satuan Persyaratan
GKP 1 GKP 2
1 Warna
1.1 Warna Kristal CT 4,0-7,5 7,6-10,0
1.2 Warna larutan (ICUMSA) IU 81-200 201-300
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2 0,8-1,2
3 Susut pengeringan (b/b) % Maks 0,1 Maks 0,1
4 Polarisasi (*Z, 20 C) Z Min 99,6 Maks 99,5
5 Abu konduktiviti (b/b) % Maks 0,10 Maks 0,15
6 Bahan tambahan pangan
6.1 Belerang oksida (SO2) Mg/kg Maks 30 Maks 30
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 2 Maks 2
7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 2 Maks 2
7.3 Arsen (As) Mg/kg Maks 1 Maks 1

SNI 3140.1:2008
Table 2. syarat mutu gula Kristal mentah
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Warna larutan (ICUMSA) IU Min. 1200
2 Susut pengeringan (basis basah) % fraksi massa Maks. 0,50
3 Polarisasi (*Z, 20 C Z Min. 97,50
4 Abu konduktiviti % fraksi massa Maks. 0,40
5 Kandungan gula tereduksi % fraksi massa Maks. 0,40
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, Sutarni, dan Luluk I., 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi,
Curahan Kerja dan Konsumsi Petani Tebu Rakyat di Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmiah ESAI Volume 7. No 1, Lampung.

Koge, K., Michael S. dan Chung, C.C., 2003. Antioxidants and Other Functional
Extract from Sugar Cane. Asian Functional Foods Chapter 18 E 1, Jepang.

Kuswurj, R., 2009. Sugar Technology and Research: Kualitas Mutu Gula Kristal
Putih. Surabaya:Institut Teknologi Surabaya

Supriyadi, A., 1992. Rendemen Tebu. Yogyakarta:Kanisius

Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga, 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di


Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Medan:Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Winarsih, S., dan E. Sugiyarta. 2008. Acceleration of preparing healthy sugarcane


seedlings through microcutting multiplication. Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia. Majalah Penelitian Gula 44: 145 – 155.

Anda mungkin juga menyukai