Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

SITUASI PELAYANAN KESEHATAN

4.1 PELAYANAN KESEHATAN


4.1.1 Pelayanan Kesehatan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
pertama/baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses pelayanan kesehatan ibu hamil
sesuai standar. Pelayanan kesehatan antenatal dilakukan minimal 4 kali (K1 s/d K4)
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua
kali pada triwulan ketiga. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil (K1) setiap desa
di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.1
sebagai berikut:
Grafik 4.1 Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1) Setiap di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 17)

Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa persentase cakupan kunjungan


pertama ibu hamil (K1) di semua desa baru mencapai 98%.

27

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Persentase cakupan kunjungan ibu hamil (K4) setiap desa di wilayah kerja Puskesmas
Kajoran 2 Tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.2 sebagai berikut:

Grafik 4.2 Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) setiap desa di Wilayah
Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 17)

Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa persentase cakupan kunjungan


keempat ibu hamil (K4) yang sudah mencapai 100% yaitu yaitu di Desa
Pandansari,Pandanretno,Krumpakan dan Ngargosari (4 desa). Sedangkan persentase
cakupan K4 yang paling sedikit di Desa Mangunrejo sebesar 53 %.
Persentase cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) di wilayah kerja
Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.3 sebagai berikut :

28

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Grafik 4.3 Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4)
di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 17)

Berdasarkan grafik 4.3 persentase cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1)
di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017 adalah 98%. Sedangkan
persentase cakupan kunjungan keempat (K4) di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017 adalah 89 %.Hasil persentase cakupan kunjungan keempat ibu hamil
(K4) di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017
sebesar 89 % jika dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal Propinsi
Jawa Tengah sebesar 95% dibawah target. Hal ini berarti perlu ditingkatkan lagi
kesadaran masyarakat Kabupaten Magelang untuk mendapatkan pelayanan antenatal

29

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


paling sedikit 4 kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga
umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya.

4.1.2 Pertolongan Persalinan dan Pelayanan Ibu Nifas


Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan
bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih). Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan ibu nifas ditunjukkan pada tabel 4.1
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Cakupan Persalinan Ditolong Nakes dan Pelayanan Ibu Nifas
di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Ibu Bersalin Ibu Nifas


Ditolong
Jumlah % Jumlah Mendapat Pelayanan Nifas %
Tenaga Kesh
335 333 99,4% 331 331 100
Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 17)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah ibu bersalin di wilayah
kerja Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017 sebanyak 335 dengan 3
(99,4%) ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini berarti telah melebihi target yang
telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar
90%. Sedangkan untuk ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten
Magelang tahun 2017 semua mendapat pelayanan (100%).
4.1.3 Keluarga Berencana (KB)
Persentase cakupan peserta KB aktif dan baru di Wilayah Kerja Puskesmas
Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.4 sebagai berikut:

Grafik 4.4 Persentase Peserta KB Aktif dan Baru di Wilayah Kerja Puskesmas
Kajoran 2 tahun 2017

30

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: KIA Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 19)

Berdasarkan grafik 4.4 dapat diketahui bahwa 92% pasangan usia subur
(PUS) merupakan peserta keluarga berencana, sedangkan sisanya 8% bukan peserta
keluarga berencana. Cakupan pasangan usia subur sebagai peserta keluarga berencana
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 jika dibandingkan dengan target
Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 70% berarti telah melebihi target. Dari
seluruh pasangan usia subur (PUS) Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017,
77% merupakan peserta KB aktif, 15% merupakan peserta KB baru dan 8% pasangan
usia subur namun bukan peserta KB. Cakupan peserta KB aktif belum memenuhi
target jika dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa
Tengah sebesar 80%.
Metode kontrasepsi dalam KB ada dua macam yaitu MKJP dan non MKJP.
MKJP merupakan metode kontrasepsi jangka panjang meliputi IUD, MOP/MOW,
implant. Sedangkan non MKJP merupakan metode kontrasepsi jangka pendek yang
meliputi suntik, pil, kondom.
Pada grafik 4.5 ditunjukkan cakupan peserta KB aktif yang menggunakan
MKJP sebagai berikut:
Grafik 4.5 Peserta KB Aktif MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017

31

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 20)

Berdasarkan grafik 4.5 dapat diketahui bahwa 221 orang peserta KB aktif
MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 menggunakan jenis
kontrasepsi IUD. Peserta KB aktif MKJP yang memakai MOP/MOW atau Medis
Operatif Pria/Medis Operatif Wanita sebanyak 209 peserta. Sedangkan yang memakai
Implant 807 peserta.
Pada grafik 4.6 ditunjukkan cakupan peserta KB aktif yang memakai Non
MKJP, yaitu sebagai berikut:

Grafik 4.6 Peserta KB Aktif Non MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017

32

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 20)

Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB aktif
non MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 menggunakan alat
kontrasepsi suntik yaitu 1598 peserta. Peserta KB aktif non MKJP yang memakai pil
sebanyak 531 peserta. Sedangkan peserta yang memakai kondom sebanyak 40
peserta.

Pada grafik 4.7 ditunjukkan cakupan peserta KB baru yang memakai MKJP
sebagai berikut:

Grafik 4.7 Peserta KB Baru MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2


Tahun 2017

33

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 21)

Berdasarkan grafik 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB baru
MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 menggunakan alat
kontrasepsi implant yaitu 146 peserta. Peserta KB baru MKJP yang memakai IUD
sebanyak 38 peserta. Sedangkan peserta yang memakai MOP/MOW sebanyak 9
peserta.
Pada grafik 4.8 ditunjukkan cakupan peserta KB baru yang memakai non
MKJP sebagai berikut:

Grafik 4.8 Peserta KB Baru Non MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017

34

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 21)

Berdasarkan grafik 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar peserta KB baru
non MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 menggunakan alat
kontrasepsi suntik yaitu 335 peserta. Peserta KB baru non MKJP yang memakai pil
sebanyak 110 Sedangkan 16 peserta KB baru non MKJP memakai kondom.

4.1.4 Imunisasi
4.1.4.1 Desa UCI (universal child immunization)
Desa UCI (universal child immunization) merupakan desa/kelurahan dimana ≥
80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Grafik 4.9 menunjukkan persentase jumlah
desa/kelurahan UCI (universal child immunization) setiap desa di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 sebagai berikut:

Grafik 4.9 Persentase Jumlah Desa/Kelurahan UCI (universal child immunization)


desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017

35

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program P2P Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 22)

Berdasarkan grafik 4.9 dapat diketahui persentase jumlah desa/kelurahan UCI


(universal child immunization) di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
sudah mencapai 100%.

4.1.4.2 Cakupan Imunisasi pada Bayi


Pemberian imunisasi dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi misalnya TB Paru, Difteria, Pertusis, Tetanus, Polio,
Campak dan Hepatitis B. Bayi merupakan makhluk yang rentan terkena penyakit,
sehingga harus mendapatkan imunisasi lengkap yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, HB 3
kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali.
Persentase cakupan imunisasi pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.10 sebagai berikut:

Grafik 4.10 Persentase Cakupan Imunisasi Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kajoran 2 Tahun 2017
36

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program P2P Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 23)

Berdasarkan grafik 4.10 dapat diketahui bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas


Kajoran 2 Tahun 2017 cakupan imunisasi BCG pada bayi sebanyak 361(97,5%).
Cakupan imunisasi DPT1+HB1 pada bayi sebanyak 363 (98,11%). Cakupan
imunisasi DPT3+HB3 pada bayi sebanyak 355 (95,95%). Cakupan imunisasi Polio 4
pada bayi sebanyak 360 (97,3%). Cakupan imunisasi Campak pada bayi sebanyak
365 (98,65%). Cakupan imunisasi Hepatitis B3 pada bayi sebanyak 355 (95,95%).

4.1.5 Cakupan Drop Out Imunisasi DPT1-Campak


Imunisasi diberikan kepada bayi berguna untuk kekebalan tubuh. Bayi
seharusnya mendapatkan imunisasi lengkap yaitu imunisasi BCG 1 kali, DPT 3 kali,
HB 3 kali, polio 4 kali dan campak 1 kali. Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun
2017 angka drop out imunisasi DPT1-Campak sebesar 0,55%. Drop out merupakan
bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap dengan mendeteksi bayi yang mendapat
imunisasi DPT1 tetapi tidak terdeteksi pada imunisasi campak. Cakupan drop out
imunisasi DPT1-Campak di beberapa desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
tahun 2017 ada yang bernilai negatif yaitu 11 desa (78,6%).

37

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


4.1.6 Cakupan Vitamin A Bagi Bayi
Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik, salah satu
zat gizi yang sangat dibutuhkan adalah vitamin A yang harus diberikan sejak post
natal. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab kebutaan.
Oleh karena itu dalam rangka program penanggulangan KVA (Kurang Vitamin A)
diadakan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada balita dan
ibu nifas. Program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi mulai umur 6-11 bulan dan
balita umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari
kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000 IU yang diberikan pada bayi umur 6-11
bulan dan kapsul vitamin A merah dengan dosis 200.000 IU yang diberikan pada
balita (12-59 bulan). Kapsul vitamin A tersebut diberikan pada bulan Februari dan
Agustus setiap tahunnya. Cakupan bayi (6-11 bulan) yang mendapat vitamin A 1 kali
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai
berikut:

Tabel 4.2 Cakupan Bayi (6-11 bulan) Mendapat Vitamin A 1 Kali


Di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
Bayi (6-11 bln)

Jumlah Mendapat Vit A 1x %

229 229 100,00


Sumber : Program Gizi Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 24)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa semua bayi (6-11 bulan) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 mendapatkan vitamin A 1 kali
(100%). Hal ini berarti pada tahun 2017 untuk cakupan bayi mendapatkan vitamin A
1 kali telah melebihi target yang telah ditentukan di dalam Standar Pelayanan
Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar 95%.

38

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Balita juga memerlukan asupan zat gizi yang cukup, salah satunya yaitu
vitamin A. Hal ini dikarenakan anak balita juga merupakan kelompok umur yang
rawan gizi dan rawan penyakit. Cakupan balita (12-59 bulan) mendapat vitamin A 2
kali di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.3
sebagai berikut:

Tabel 4.3 Cakupan Balita (12-59 bulan) Mendapat Vitamin A 2 Kali


Di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
Anak balita (12-59 bln)

Jumlah Mendapat Vit A 2x %

1498 1498 100

Sumber : Program Gizi Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 24)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa semua balita (12-59 bulan) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 mendapatkan vitamin A 2 kali
(100%). Hal ini berarti pada tahun 2017 untuk cakupan balita mendapatkan vitamin A
2 kali telah melebihi target yang telah ditentukan di dalam Standar Pelayanan
Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar 95%.

4.1.7 Cakupan MP ASI Anak BGM (6-24 bulan)


Anak berusia 6-24 bulan juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi
dan rawan penyakit. Setelah anak berusia 6 bulan, anak harus diberi makanan
tambahan (PMT). Hal ini dikarenakan immunoglobulin yang berasal dari tubuh ibu
dapat bertahan pada anak sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI
juga memperhatikan umur anak dan kebutuhan kalori. Jika makanan pendamping ASI
tidak diberikan kepada anak usia 6-24 bulan dapat mengakibatkan anak tersebut
BGM. Oleh karena itu diperlukan MP ASI bagi anak BGM usia (6-24 bulan).
Cakupan anak BGM yang mendapat MP ASI (6-24 bulan) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

39

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Tabel 4.4 Cakupan Anak BGM (6-24 bulan) Mendapat MP ASI
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
Anak BGM (6-24 bln)
Jumlah MP ASI %
16 16 100
Sumber : Gizi Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 24)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa semua anak BGM (Bawah
Garis Merah) (6-24 bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
mendapatkan MP ASI (100%). Cakupan tersebut telah memenuhi target jika
dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah
sebesar 100%.

4.1.8 Cakupan Balita Gizi Buruk


Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita
akibat gizi (KKP). Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita
ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain:
a. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan
orang dewasa
b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja
penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang
c. Anak balita sudah mulai bermain tanah, dan sudah dapat bermain di luar
rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan
kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam
penyakit
d. Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih
makanan. Di lain pihak ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi
makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri.
Supaya anak balita tidak mengalami gizi buruk maka orang tua harus
memperhatikan gizi dan kesehatan anaknya. Jika sampai terjadi gizi buruk pada anak

40

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


balitanya, orang tua harus segera memberikan perawatan terhadap balitanya. Cakupan
balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
Balita Gizi Buruk
Jumlah Mendapat Perawatan %
11 11 100,00
Sumber : Sumber : Gizi Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 24)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa semua balita gizi buruk di
Kabupaten Magelang mendapatkan perawatan (100%). Hal ini berarti pada tahun
2008 untuk cakupan balita gizi buruk mendapatkan perawatan Kabupaten Magelang
telah sesuai dengan target yang telah ditentukan di dalam Standar Pelayanan Minimal
Propinsi Jawa Tengah sebesar 100%.

4.1.9 Cakupan Tablet Fe untuk Ibu Hamil


Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya
sebagai pendukung proses kehamilan tersebut. Untuk mendukung berbagai proses
pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat.
Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan
peningkatan suplai vitamin terutama thiamin, riboflavin, vitamin A dan D. Kebutuhan
berbagai mineral, khususnya Fe dan kalsium juga meningkat. Oleh karena itu setiap
ibu hamil harus mendapatkan tablet Fe baik tablet Fe1 maupun Fe3.
Persentase cakupan tablet Fe1 untuk ibu hamil setiap Desa di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.12 sebagai berikut:
Grafik 4.11 Persentase Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe1
Setiap desa Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017

41

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : KIA Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
(Lampiran: Tabel 25)

Berdasarkan grafik 4.11 dapat diketahui bahwa persentase cakupan ibu hamil
yang mendapatkan tablet Fe1 di semua desa di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2
sudah 100%
Persentase cakupan tablet Fe3 untuk ibu hamil setiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.12 sebagai berikut:

Grafik 4.12 Persentase Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 Setiap Desa di
Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

42

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : KIA Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 25)

Berdasarkan grafik 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata persentase cakupan


ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe3 adalah 95,31%.Desa dengan cakupan 100%
ada 5 desa yaitu Wuwuharjo, Pandansari, Krumpakan, Bumiayu dan Ngargosari,
sedangkan cakupan terendah 77,78% yaitu Desa Ngendrosari.
Sedangkan persentase cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe3 yang
terdapat Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 ditunjukkan pada grafik 4.13.

Grafik 4.13 Persentase Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3


Di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber : Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 25)

Berdasarkan grafik 4.13 dapat diketahui bahwa 95% ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017 mendapatkan tablet Fe3, sedangkan sisanya
5% tidak mendapatkan tablet Fe3.
43

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


4.1.10 Cakupan Vitamin A untuk Ibu Nifas
Persentase cakupan ibu nifas yang mendapat vitamin A di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017 telah mencapai 100% yaitu dari 379 ibu nifas telah
mendapatkan Vit A semua.
Sumber : KIA Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 25)

4.1.11 Cakupan Imunisasi TT untuk WUS (Wanita Usia Subur)


Imunisasi TT WUS merupakan pemberian imunisasi pada wanita usia subur
(15-39 tahun) sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu yang berguna bagi kekebalan
tubuh seumur hidup. Persentase cakupan imunisasi TT untuk WUS di Kabupaten
Magelang tahun 2008 ditunjukkan pada grafik 4.14 sebagai berikut:

Grafik 4.14 Persentase cakupan WUS Mendapat Imunisasi TT


di Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 26)

Berdasarkan grafik 4.14 dapat diketahui bahwa 1, % WUS mendapatkan


imunisasi TT, sedangkan 99% sisanya tidak mendapatkan imunisasi TT. Hal ini
berarti kesadaran wanita usia subur untuk mendapatkan imunisasi TT Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 masih perlu ditingkatkan.

44

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Imunisasi TT diberikan sebanyak 5 dosis. Selang waktu pemberian imunisasi
TT2 minimal 4 minggu setelah pemberian imunisasi TT1 dengan masa perlindungan
3 tahun. Selang waktu pemberian imunisasi TT3 minimal 6 minggu setelah
pemberian imunisasi TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun. Selang waktu
pemberian imunisasi TT4 minimal 1 tahun setelah pemberian imunisasi TT3 dengan
masa perlindungan 10 tahun. Selang waktu pemberian imunisasi TT5 minimal 1
tahun setelah pemberian imunisasi TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun. Status
imunisasi TT pada WUS Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
ditunjukkan pada grafik 4.15 sebagai berikut:
Grafik 4.15 Jumlah WUS Dengan Status Imunisasi TT di Wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 26)

Berdasarkan grafik 4.15 dapat diketahui jumlah WUS yang mendapatkan imunisasi
TT. Cakupan imunisasi TT1 sebanyak 424 orang. Cakupan imunisasi TT2 : 417
orang, TT3 sebanyak 106 orang, TT4 62 orang dan TT5 sebanyak 36 orang.

4.1.12 Cakupan Bumil Risti/Komplikasi


Cakupan ibu hamil (bumil) risti/komplikasi di Puskesmas Kajoran 2
Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Bumil Risti / Komplikasi yang Ditangani di Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017
45

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Bumil Risti/Komplikasi Bumil Risti/Komplikasi Ditangani
Jumlah Jumlah %

176 176 100


Sumber : Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017
(Lampiran: Tabel 28)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah bumil risti/komplikasi


sebanyak 176 orang. Sedangkan bumil risti/komplikasi yang ditangani sebanyak 176
(100%). Hal ini berarti cakupan ibu hamil risti/komplikasi yang ditangani telah
melebihi target dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar
90%.
4.1.13 Cakupan Neonatal Risti/Komplikasi
Cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani di Puskesmas Kajoran 2
Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Neonatal Risti/Komplikasi yang Ditangani Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017
Neonatal Risti/Komplikasi Neonatal Risti/Komplikasi Ditangani
Jumlah % Jumlah %
23 6.07 23 100,00

Sumber : Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 28)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah neonatal


risti/komplikasi sebanyak 23. Sedangkan neonatal risti/komplikasi yang ditangani
sebanyak 23 (100%). Hal ini berarti cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani
telah melebihi target dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar
80%.
4.1.14 KLB (Kejadian Luar Biasa)
Pada tahun 2017 di Puskesmas Kajoran 2 tidak terjadi KLB. Cakupan
tersebut sesuai dengan target Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah dan
Indikator Indonesia Sehat 2010.

46

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Salah satu upaya untuk mengantisipasi agar tidak terjadi KLB di tahun-tahun
mendatang yaitu dengan mengaktifkan laporan mingguan penyakit potensial wabah
yang biasa disebut laporan W2 puskesmas. Penyakit yang harus dilaporkan antara
lain diare, campak, hepatitis, thypoid, disentri dan sebagainya. Dari hasil analisa
laporan tersebut dapat diketahui kemungkinan terjadinya KLB sehingga dapat
dicegah maupun ditanggulangi sendini mungkin.

4.1.15 Attack Rate dan CFR Menurut Jenis KLB


Jumlah penduduk Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017
(23230 Jwa) tidak tidak ada ancaman KLB (attack rate) dikarenakan tidak pernah ada
KLB.
4.1.16 ASI Eksklusif
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi akan optimal apabila ASI diberikan sampai
dengan usia 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun.
Hasil survei persentase cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif di
Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.16
sebagai berikut:

Grafik 4.16 Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif


Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

47

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : Program KIA Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 32)

Berdasarkan grafik 4.16 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017 di


Puskesmas Kajoran tahun 2017 20% bayi diberi ASI eksklusif. Sedangkan sisanya
sebanyak 80% tidak diberi ASI eksklusif. Cakupan bayi diberi ASI eksklusif di
Kabupaten Magelang tahun 2008 belum memenuhi target yang telah ditetapkan di
dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah dan Indikator Indonesia
Sehat 2010 sebesar 80%. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya kesadaran ibu tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Selain itu juga bisa dikarenakan
kesehatan ibu yang tidak memungkinkan untuk menyusui dikarenakan kesehatannya
atau tidak lancarnya ASI yang keluar.

4.1.17 Garam Beryodium

Pemasyarakatan garam beryodium merupakan salah satu upaya


penanggulangan GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium). Pemantauan kualitas
garam beryodium dilakukan dengan menggunakan yodina test untuk mengetahui
kadar yodium dalam garam. Hal ini sangat mudah dilakukan tanpa harus mempunyai
ketrampilan khusus. Persentase cakupan desa/kelurahan di Puskesmas Kajoran 2
Kabupaten Magelang tahun 2017 yang menggunakan garam beryodium yang baik
ditunjukkan pada grafik 4.17 sebagai berikut:
Grafik 4.17 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

48

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : Program Gizi Puskesmas Kajoran Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 33)

Berdasarkan grafik 4.17 dapat diketahui bahwa pada pada tahun 2017 di
wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2 sebagian besar desa/kelurahan menggunakan
garam beryodium yang baik yaitu sebesar 93%. Sedangkan desa/kelurahan yang tidak
menggunakan garam beryodium yang baik sebesar 7%. Cakupan ini sudah memenuhi
target yang telah ditetapkan di dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa
Tengah, yaitu sebesar 90%.

4.1.18 Cakupan Kapsul Yodium untuk WUS


Upaya pemerintah dalam rangka penanggulangan GAKY meliputi upaya
jangka panjang dan jangka pendek. Pemberian kapsul beryodium kepada wanita usia
subur ini merupakan upaya jangka pendek penanggulangan GAKY. Wanita usia subur
di daerah endemis berat dan sedang mendapatkan 2 kapsul beryodium dalam dosis
yang berbeda. Wilayah Puskesmas Kajoran 2 merupakan daerah endemis
ringan.Persetase cakupan wanita usia subur yang memperoleh kapsul yodium di
Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.18
sebagai berikut:
Grafik 4.18 Persentase cakupan WUS yang Diberi Kapsul Yodium
di Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

49

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : Program Gizi Puskkesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 40)

Berdasarkan grafik 4.18 diketahui bahwa pada tahun 2017 Puskesmas


Kajoran 2 ,0,06% wanita usia subur di Wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2
Kabupaten Magelang tahun 2017 mendapatkan kapsul yodium.Yaitu WUS dengan
kasus gondok.

4.1.19 Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)


Keluarga sadar gizi merupakan keluarga yang seluruh anggota keluarganya
melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi
bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi masalah gizi yang dijumpai anggota keluarganya. Persentase cakupan
keluarga sadar gizi di Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.19
sebagai berikut:

Grafik 4.19 Persentase Keluarga Sadar Gizi di Puskesmas Kajoran 2


Tahun 2017
50

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : Seksi Gizi Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 67)

Berdasarkan grafik 4.19 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017 dari seluruh
keluarga yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas Kajoran 2, sebagian besar
merupakan keluarga sadar gizi (KADARZI) yaitu sebesar 60 %. Sedangkan yang
belum merupakan KADARZI sebesar 40%. Cakupan ini berarti belum memenuhi
target dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi jawa Tengah sebesar 80%. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang indikator KADARZI (Keluarga Sadar Gizi).

4.1.20 Darah Donor Diskrining terhadap HIV-AIDS

4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


4.2.1 Ketersedian Obat
Persentase ketersedian obat esensial di Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
ditunjukkan pada grafik 4.20 sebagai berikut:

Grafik 4.20 Persentase Ketersediaan Obat Esensial di Puskesmas Kajoran 2


Tahun 2017
51

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber : Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 68)

Berdasarkan grafik 4.20 dapat diketahui bahwa ketersediaan obat esensial di


Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 sebesar 91,67%. Sedangkan obat esensial yang
tidak tersedia sebesar 8,33%. Cakupan ketersediaan obat esensial ini masih dibawah
target yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah
sebesar 100%.
Persentase ketersedian obat generik di Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017
ditunjukkan pada grafik 4.21 sebagai berikut:
Grafik 4.21 Persentase Ketersediaan Obat Generik di Puskesmas Kajoran 2
Tahun 2017

Sumber : Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 68)

Berdasarkan grafik 4.21 dapat diketahui bahwa ketersediaan obat generik di


Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 sebesar 92%. Sedangkan obat generik yang tidak
52

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


tersedia sebesar 8%. Cakupan ketersediaan obat generik ini masih dibawah target
yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal
Propinsi Jawa Tengah sebesar 100%.
Persentase ketersedian obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas
Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.22 sebagai berikut:

Grafik 4.22 Persentase Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika


Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017

Sumber : Puskesmas Kajoran 2 Kab. MagelangTahun 2017


(Lampiran: Tabel 69)

Berdasarkan grafik 4.22 dapat diketahui bahwa ketersediaan obat narkotika


dan psikotropika di Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 sebesar 60%. Sedangkan obat
narkotika dan psikotropika yang tidak tersedia sebesar 40%. Cakupan ketersediaan
obat narkotika dan psikotropika ini masih dibawah target yang telah ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah
sebesar 100%.

4.3 Perilaku Hidup Masyarakat


4.3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

53

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Berdasarkan teori H.L. Blum, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat adalah faktor perilaku. Adanya perwujudan perilaku
yang sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit serta angka
kematian ibu dan anak yang diakibatkan keterlambatan atau kurangnya kesadaran
untuk mengunjungi sarana pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil survey PHBS yang dilakukan pada 16.101 rumah tangga
yang dipantau, rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Puskesmas
Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat di Puskesmas Kajoran 2
tahun 2017
Rumah Tangga
Jumlah Strata
Dipantau
Pratama % Madya % Utama % Paripurna %
5606 126 2,25 510 9,1 3275 58,41 1828 32,60
Sumber: Program Promkes Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 45)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rumah tangga strata utama
yang paling banyak berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 3275 rumah tangga
(58,41%). Sedangkan yang paling sedikit berperilaku hidup bersih dan sehat adalah
rumah tangga strata pratama sebanyak 126 rumah tangga (2,25%).

4.3.2 Posyandu
Posyandu adalah salah satu UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat) yang merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
bidang kesehatan. Sebagai unit pelayanan berbasis masyarakat, posyandu perlu
mendapat dukungan luas dari masyarakat melalui peran sertanya. Hal ini
dimaksudkan agar kegiatan posyandu dapat berkelanjutan dan jangkauannya meluas
sesuai kebutuhan kelompok sasaran yang dilayani.
Posyandu merupakan suatu wadah/bentuk partisipasi masyarakat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dan berfungsi
sebagai forum pertemuan antara masyarakat dan pemerintah. Pada hakikatnya
posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat,
54

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung
jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya. Ada 5 kegiatan pokok
posyandu antara lain KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Salah satu
tujuan penyelenggaraan posyandu adalah menurunkan angka kematian bayi, angka
kematian ibu hamil, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian ibu nifas.
Mengingat pentingnya keberadaan posyandu di masyarakat perlu adanya dukungan
dana dari pemerintah Kabupaten Magelang secara rutin melalui APBD Kabupaten
yang digunakan untuk revitalisasi posyandu.
Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 sebanyak 46
posyandu yang terdiri dari posyandu strata pratama, madya, purnama dan mandiri.
Posyandu pratama merupakan posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan
jumlah kader masih terbatas. Posyandu madya adalah posyandu dengan kegiatan
lebih teratur dibandingkan posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang. Posyandu
purnama adalah posyandu yang frekuensi kegiataannya lebih dari 8 kali per tahun,
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya
yaitu KB, KIA, Gizi dan Imunisasi lebih dari 50% serta sudah ada program
tambahan. Posyandu mandiri merupakan posyandu yang melakukan kegiatan secara
teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana
Sehat telah menjangkau 50% KK.
Persentase posyandu strata pratama, madya, purnama dan mandiri yang ada
di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.23
sebagai berikut:

Grafik 4.23 Persentase Posyandu Menurut Strata di Wilayah Kerja


Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

55

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Seksi Promkes Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 46)

Berdasarkan grafik 4.23 dapat diketahui bahwa strata di Wilayah Kerja


Puskesmas Kajoran 2 tahun 2017 yang paling banyak yaitu posyandu Mandiri
sebesar 54,35%. Sedangkan yang paling sedikit adalah posyandu pratama sebanyak
0%.. Jika dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan
Minimal Propinsi Jawa Tengah posyandu purnama sudah memenuhi target sebesar
40%. Sedangkan untuk posyandu mandiri sudah memenuhi target Standar Pelayanan
Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar > 2%.
Posyandu aktif merupakan posyandu yang melakukan kegiatan hari buka
dengan frekuensi lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5
orang atau lebih, cakupan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi lebih dari 50% dan sudah
ada program tambahan, serta cakupan dana sehat < 50%. Posyandu aktif merupakan
jumlah dari posyandu purnama dan posyandu mandiri. Persentase posyandu aktif
yang ada di Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada
grafik 4.24 sebagai berikut:

Grafik 4.24 Persentase Posyandu Aktif di Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

56

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Seksi Promkes di Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 46)

Berdasarkan grafik 4.24 dapat diketahui bahwa di Puskesmas Kajoran 2


Kabupaten Magelang tahun 2017 sebagian besar posyandunya merupakan posyandu
aktif sebesar 95,65%. Sedangkan sisanya merupakan posyandu belum aktif sebesar
4,35%.

4.4 Keadaan Lingkungan


Menurut H.L. Blum (1974) lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya
adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan ait bersih, pembuangan sampah dan lain
sebagainya. Profil kesehatan Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang ini
membahas tentang ruang lingkup kesehatan lingkungan rumah/bangunan, penyediaan
air bersih, TUPM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan).
4.4.1 Rumah/Bangunan

57

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian serta sebagai sarana dalam membina rumah tangga. Oleh sebab itu rumah
haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat terlindungi kesehatannya
sehingga dapat berkarya guna meningkatkan produktivitasnya. Kondisi rumah dan
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu faktor risiko
penularan berbagai jenis penyakit. Oleh karena itu kondisi rumah dan lingkungan
harus memenuhi syarat kesehatan. Rumah dapat dikatakan sehat apabila bahan
bangunan (lantai, dinding, atap genteng, lain-lain), ventilasi, cahaya, luas bangunan
rumah, dan fasilitas-fasilitas lain memenuhi persyaratan kesehatan. Persentase rumah
sehat yang diperiksa di Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017
ditunjukkan pada grafik 4.25 sebagai berikut:

Grafik 4.25 Persentase Rumah Sehat yang Diperiksa


di Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber: Kesling Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 47)

Berdasarkan grafik 4.25 diketahui bahwa rumah yang diperiksa di


Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017 merupakan rumah belum
sehat yaitu sebesar 58,79%. Sedangkan sisanya merupakan rumah sehat sebesar
41,21%. Cakupan ini dibawah target yang telah ditentukan di dalam Standar
58

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Pelayanan Minimal Propinsi Jawa Tengah sebesar 65% (desa), 85% (kota) dan
Indikator Indonesia Sehat yaitu 80%. Oleh karena itu lebih ditingkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya rumah sehat bagi kesehatan.
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam tubuh manusia itu sendiri
sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks anatara
lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negara-
negara berkembang termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60
liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk masak)
air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia. Persentase yang keluarga diperiksa mempunyai akses air
bersih Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017 ditunjukkan pada
grafik 4.29 sebagai berikut:
Grafik 4.26 Persentase Keluarga yang Diperiksa Mempunyai Akses Air Bersih
Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang Tahun 2017

Sumber: Program Kesling Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 48)

Berdasarkan grafik 4.26 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga yang
diperiksa mempunyai akses air bersih yaitu 69,91%. Sisanya 30,09% yang tidak
mempunyai akses air bersih. Cakupan tersebut jika dibandingkan dengan target

59

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 85% belum memenuhi target.
Ada beberapa macam akses air bersih di wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2
Kabupaten Magelang pada tahun 2017 antara lain ledeng, SPT (Sumur Pompa
Tangan), SGL (Sumur Galian), PAH (Penampungan Air Hujan), air kemasan dan
lainnya. Persentase cakupan akses air bersih keluarga yang diperiksa di wilayah Kerja
Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang pada tahun 2017 ditunjukkan pada grafik
4.30 sebagai berikut:
Grafik 4.27 Persentase Akses Air Bersih Keluarga yang Diperiksa
di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

Sumber: Program Kesling Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017


(Lampiran: Tabel 48)

Berdasarkan grafik 4.27 dapat diketahui beberapa akses air bersih yang
dimiliki keluarga di Puskesmas Kajoran 2 Kabupaten Magelang seperti ledeng, SGL
(Sumur Galian), dan lainnya. Sebagian besar keluarga yang diperiksa menggunakan
Ledeng dan SGL.
4.4.2 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh
badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh
masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas.
60

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat
umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari
bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat sekitarnya.
Pengelolaan makanan merupakan suatu bangunan menetap dengan segala
karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual makanan
bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin, warung kopi, snack
bar, tempat penjualan minuman dingin serta pabrik makanan minuman sederhana.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi sarana wisata, sarana
ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial, sarana/panti sosial, sarana
pendidikan dan sarana kesehatan. Sarana wisata meliputi hotel, losmen, salon, usaha
rekreasi, hiburan umum, dan gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah
meliputi meliputi masjid/mushola, gereja, klenteng, pura dan wihara. Sarana
transportasi meliputi terminal. Sarana sosial dan ekonomi meliputi pasar, pusat
pembelanjaan, apotek.
Tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) yang sehat di Puskesmas
Kajoran 2 Kabupaten Magelang tahun 2017 ditunjukkan pada grafik 4.28 sebagai
berikut:

Grafik 4.28 Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)


di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017

61

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Sumber: Program Kesling Puskesmas Kajoran 2 Tahun 2017
(Lampiran: Tabel 50)

Pada tahun 2017 Puskesmas Kajoran 2 mempunyai 33 TUPM (Tempat


Umum dan Pengelolaan Makanan). Dari keseluruhan TUPM, 33 TUPM yang
diperiksa tersebut dapat diketahui bahwa 14 TUPM yang dinyatakan sehat.

4.4.3 Sarana Kesehatan Lingkungan


Pembuangan kotoran yang meliputi sampah, air limbah maupun tinja
manusia yang tidak dikelola dengan baik dan tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
menyebabkan rendahnya kualitas air, selain itu dapat pula menimbulkan penyakit
menular di masyarakat. Sarana kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan hal
tersebut meliputi jamban, tempat sampah, pengelolaan limbah dan persediaan air
bersih.
Hasil inspeksi sanitasi dalam rangka kegiatan penyehatan lingkungan
pemukiman pada 4909 KK di Kabupaten Magelang tahun 2008 menunjukkan bahwa:
1. Jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sebanyak 122.730 KK
Jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sehat sebanyak 40.930 KK
Jumlah KK yang memiliki jamban sebanyak 3432 KK
Jumlah KK yang memiliki jamban sehat sebanyak 693 KK
2. Jumlah KK yang memiliki tempat sampah sebanyak 2893 KK

62

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009


Jumlah KK yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 305 KK
3. Jumlah KK yang memiliki pengelolaan limbah sebanyak 1703 KK
Jumlah KK yang memiliki pengelolaan limbah sehat sebanyak 365 KK

Cakupan kepemilikan persediaan air bersih, jamban, tempat sampah,


pengelolaan limbah yang sehat perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dikarenakan sanitasi
merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Adanya
penularan penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena tidak dilakukannya cara-
cara penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan
berdampak positif apabila diikuti dengan upaya perbaikan sanitasi yang meliputi
pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi yaitu pembuangan kotoran
manusia (jamban), pengelolaan air limbah, pembuangan sampah di lingkungan
rumah.

63

Profil Puskesmas Kajoran II tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai