Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan

negara dan merupakan agenda ke 5 Nawa Cita Presiden Indonesia. Banyak

program pembangunan kesehatan nasional namun bangsa Indonesia belum

mencapai “Indonesia Sehat” seperti Rencana Pembangunan Jangka panjang

Nasional. Hal yang belum tercapai antara lain masih tingginya kematian akibat

penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, kanker dan orang dengan

gangguan jiwa (Kemenkes, 2016).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dimana terjadi

peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali penugukuran (Guyton, 2009). Data WHO tahun 2008

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia > 25 tahun

di dunia sekitar 38,4%. Data tersebut juga menunjukkan bahwa prevalensi

hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36,6%. Indonesia adalah negara

berkembang dengan prevalensi hipertensi tertinggi kedua setelah Myanmar untuk

kawasan Asia Tenggara yaitu sekitar 41% (Sari dkk, 2016).

Tren kasus hipertensi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring

terjadinya transisi epidemiologi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di

Indonesia menunjukkan bahwa 7,2% responden pernah didiagnosis dokter

1
mengalami hipertensi ditahun 2007 dan meningkat menjadi 9,4% ditahun 2013

sedangkan ditahun 2018 meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% (Riskesdas, 2018).

Jawa Tengah merupakan provinsi ke 4 dengan prevalensi hipertensi

tertinggi. Salah satu penyumbang terbesar penyakit hipertensi di Jawa tengah

adalah Kabupaten Magelang sebanyak 11.327 kasus atau 23,60%. Berdasarkan

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yang meliputi 29

Puskesmas, Puskesmas Kajoran 2 merupakan puskesmas dengan prevalensi

hipertensi tertinggi. Total kasus hipertensi di Puskesmas Kajoran 2 pada tahun

2015 sebanyak 2352 ksus, meningkat di tahun 2016 menjadi 2804 kasus

sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan kasus menjadi 2547 kasus

(Profil Puskesmas Kajoran 2, 2017).

Meningkatnya kasus hipertensi di Puskesmas kajoran 2 terjadi karena

berbagai faktor pemicu yaitu, faktor yang tidak dapat di kontrol, seperti

keturunan, jenis kelamin, dan umur, sedangkan yang dapat di kontrol seperti

kegemukan, gaya hidup, pola makan, aktivitas, kebiasaan merokok, serta alkohol

dan garam. Penelitian Ayu (2012) menyatakan bahwa subjek yang mengkonsumsi

kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko hipertensi 4,11 kali lebih tinggi

dibandingkan subjek yang tidak minum kopi. Faktor keturunan penyakit

hipertensi memang selalu memainkan peranan penting dari timbulnya suatu

penyakit yang dibawa oleh gen keluarga, yaitu apabila salah satu anggota keluarga

atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun memiliki resiko

yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh

gen orang tua. Penelitian Sihombing (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor

2
perilaku yang berhubungan dengan hipertensi adalah riwayat pola makan

(konsumsi garam berlebihan), aktivitas fisik kurang, konsumsi alkohol berlebihan,

kebiasaan merokok, obesitas.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di desa Wuwuharjo

terhadap 25 penderita hipertensi didapatkan hasil sebanyak 18 orang (72%)

penderita hipertensi merokok, selain itu sebanyak 6 orang (24%) penderita

hipertensi dengan riwayat keturunan. Dari 25 penderita hipertensi ditemukan

sebanyak 16 orang (64%) penderita hipertensi dengan pola makan yang tidak

sehat dan sebagian banyak penderita hipertensi ini berjenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran tahun 2018. Karena peneliti menganggap bahwa

belum adanya data dan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi di masyarakat.

1.2.Rumusan masalah

Faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran tahun 2018 ?

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi di Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran tahun 2018

3
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Apakah umur berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran ?

2. Apakah jenis kelamin berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran ?

3. Apakah merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir didinding pembuluh

darah yang keluar dari jantung dan kembali ke jantung. Ada dua macam tekanan

darah yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah

yang terjadi bila otot jantung memompa untuk mendorong darah keluar melalui

arteri sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah yang terjadi bila

otot jantung beristirahat membiarkan darah kembali masuk ke jantung. Menurut

WHO, batas normal tekanan darah adalah sistolik 120-140 mmHg dan diastolik

80-90 mmHg. Apabila tekanan darah di atas 140/90 mmHg dan dilakukan

pengukuran minimal 2 kali berulang maka orang tersebut mengalami hipertensi

(Bustan, 2000).

2.1.2. Gejala Klinis Hipertensi

Menurut Bustan (2000) penyakit hipertensi tidak memiliki gejala yang

spesifik namun gejala yang sering dijumpai antara lain :

1) Sakit kepala atau sering merasa pusing

2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada bagian tengkuk

3) Dada sering berdebar-debar karena detak jantung terasa cepat

4) Telinga kadang berdenging

5
5) Mudah marah, susah tidur kadang disertai sesak nafas

2.1.3. Pencegahan Hipertensi

Cara untuk mencegah terjadinya hipertensi antara lain :

1) Periksa kesehatan secara teratur supaya mengetahui ksehatan tubuh minal

dengan periksa tekanan darah setiap bulan

2) Tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan diet rendah

garam/lemak

3) Rajin aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehati

4) Mengkonsumsi makanan yang bergizi

5) Istirahat yang cukup supaya tubuh menjadi lebih bugar

2.1.4. Komplikasi Hipertensi

1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan

darah. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma (suatu dilatasi dinding arteri, akibat

kongenital atau perkembangan yang lemah pada dinding pembuluh).

2) Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik

tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

6
3) Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus,

darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu

dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema.

4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang

interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Elizabeth Corwin, 2001).

2.1.5. Penatalaksanaan

A. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan penanganan awal sebelum

penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh

seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang

terkontrol, pendekatan non farmakologi ini dapat membantu pengurangan

dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup

merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam

keberhasilan penanganan hipertensi.

B. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologis adalah dengan menggunakan obat-obatan

antihipertensi. Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan

7
keamanan dalam pengobatan hipertensi. terapi farmakologi hipertensi

terdiri dari beberapa kelompok antihipertensi, antara lain:

1) Diuretik

Obat jenis diuretik adalah obat pilihan pertama pada hipertensi.

Mekanisme diuretik dengan menekan reabsorbsi natrium di tubulus

ginjal sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air.

2) Antagonis aldosteron

Spironolakton dan eplerenon bekerja dengan menahan retensi natrium.

Efek samping dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan

penyakit gagal ginjal kronis.

3) Penghambat reseptor beta adrenergik

Mekanisme kerja dengan menghambat reseptor beta adrenergik

sehingga terjadi penurunan curah jantung dan penghambatan pelepasan

renin, frekuensi dan kontraksi otot jantug.

4) Penghambat angiotensin coverting enzyme (ACE)

Mekanisme kerja dengan menghambat enzim yang mengkonversi

perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah).

5) Penghambat renin

Mekanisme obat ini mencegah pemecahan angiotensinogen menjadi

angiotensin I (Depkes RI, 2006).

8
2.1.6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan karena interaksi

berbagai faktor risiko. Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, riwayat

keturunan, merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan konsumsi garam/lemak

berlebih.

1) Usia

Hipertensi pada orang dewasa berkembang mulai umur 18 tahun ke

atas. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur, semakin tua

usia seseorang maka pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium)

terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar

bersama aliran darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan tekanan

darah pun meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah

menyebabkan penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis). Aliran

darah pun menjadi terganggu dan memacu peningkatan tekanan darah.

Dalam penelitian yang dilakukan Sigalargi (2006), menemukan

insidensi hipertensi pada usia 41-55 sebesar 24,52% dan pada usia lebih

dari 55 tahun sebesar 65,68%. Penelitian Sartik dkk (2017) menyatakan

bahwa umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.

Pertambahan usia menyebabkan elastisitas arteri berkurang dan jantung

harus memompa darah lebih kuat sehingga meningkatkan tekanan darah.

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan tekanan

9
darah sistolik. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia

akhir tiga puluhan. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

Meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Akan

tetapi setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan

meningkat.

3) Riwayat Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi

dalam keluarga. Faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor

lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seseorang menderita

hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan

garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya

menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan

bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%

akan turun ke anak-anaknya (Anna palmer, 2007).

4) Merokok

Salah satu faktor risiko yang dapat dikontrol adalah kebiasaan

merokok. Kebiasaan merokok banyak dijumpai mulai dari kalangan anak -

anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh

Kartikasari di desa Kabongan Kidul tahun 2012, kebiasaan merokok

terbukti sebagai salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.

5) Aktivitas Fisik

Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah kurangnya aktivitas fisik.

Orang dengan aktivitas fisik kurang tetapi dengan nafsu makan yang

10
kurang terkontrol sehingga terjadi konsumsi energi yang berlebihan

mengakibatkan nafsu makan bertambah yang akhirnya berat badan akan

naik dan dapat menyebabkan obesitas. Penelitian sebelumnya telah

membuktikan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi (p= 0,04). Hasil penelitian Rahajeng dan Tuminah di Indonesia

juga telah membuktikan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

hipertensi.

6) Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada orang dengan asupan garam rendah.

Apabila asupan garam antara 5-15 gr/hari prevalensi hipertensi meningkat

menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.

Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/hari yang setara

dengan 110 mmol natrium. Asupan yang tinggi dapat menyebabkan tubuh

meretensi cairan sehingga meningkatkan volume darah.

2.2. Hasil Penelitian

2.2.1. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Kajoran 2

Wilayah administrasi Puskesmas Kajoran 2 terdiri dari 14 Desa dan 74

Dusun. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 kurang lebih 37.770 km2 atau

kurang lebih 37 % dari luas wilayah Kabupaten Magelang. Batas Wilayah Kerja

Puskesmas Kajoran 2 adalah sebagai berikut :

11
Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran I

Sebelah Timur : Kecamatan Salaman

Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo

Sebelah Barat : Kabupaten Wonosobo

Luas wilayah menurut desa di Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2

disajikan pada grafik sebagai berikut:

Sumber: Kecamata Kajoran Dalam Angka Tahun 2017

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa desa dengan luas wilayah

terbesar adalah desa Wuwuharjo. Sedangkan data dari Badan Pusat Statistik

Kecamatan Kajoran Tahun 2017, jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Kajoran 2 sebanyak 25.099 Jiwa. Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas

Kajoran 2 Tahun 2017 paling banyak di Desa Wuwuharjo sebesar 4.606 jiwa.

Sedangkan yang paling sedikit di desa Ngargosari sebesar 727 jiwa.

12
2.2.2. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penilitian ini adalah penderita hipertensi di Desa Wuwuharjo

yang sudah terdiagnosis hipertensi dan tercatat dalam rekam medis di Puskesmas

Kajoran 2. Sesuai dengan perhitungan sampel minimal, jumlah sampel yang

didapatkan adalah 90 orang. Cara penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional dan teknik pengambilan sampelnya dengan random sampling di Desa

Wuwuharjo. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara

tersetruktur pada penderita hipertensi di Desa Wuwuharjo. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan didapatkan gambaran umum responden penelitian.

Distribusi responden menurut tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Distribusi Responden Menurut Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. Tamat SD 31 34,4
2. Tamat SMP 28 31,1
3. Tamat SMA 28 31,1
4. Tamat D3 1 1,1
5. Tamat S1 2 2,2
Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa dari 90 responden tingkat

pendidikan terakhir SD sebanyak 31 orang (34,4%), diikuti responden dengan

tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 28 orang (31,1%), sama halnya pada

responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 28 orang

(31,1%), responden dengan tingkat pendidikan terakhir D3 sebanyak 1 orang

(1,1%) dan responden dengan tingkat pendidikan terakhir S1 sebanyak 2 orang

(2,2%). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagain besar responden

13
penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 31 orang

(34,4%) dan tingkat pendidikan terakhir paling sedikit yaitu D3 yaitu sebanyak 1

orang (1,1%).

Tabel 2.2 di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan

pekerjaan yang dimiliki responden penelitian.

Tabel 2.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan


No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. Ibu Rumah Tangga 21 23,3
2. Buruh Tani 17 18,9
3. Pedagang 10 11,1
4. Wiraswasta 39 43,3
5. PNS 3 3,3
Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 2.2 dapat diketahui bahwa dari 90 responden yang

bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 21 orang (23,3%), responden yang

bekerja sebagai buruh tani sebanyak 17 orang (18,9%), responden yang bekerja

sebagai pedagang sbanyak 10 orang (11,1%), responden yang bekerja sebgai

wiraswasta sebanyak 39 (43,3%), dan responden yang bekerja sebagai PNS

sebanyak 3 orang (3,3%). Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar pekerjaan responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 39 (43,3%) dan

pekerjaan paling sedikit yaitu PNS sebanyak 3 orang (3,3%).

14
2.2.3. Hasil Analisis

Tabel 2.3 Hasil Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi di Desa Wuwuharjo
Hipertensi Nilai p
No. Variabel Kategori PR
Jumlah Persentase (%) value
1. Umur 18-44 tahun 29 32,2 0,002 2,34
45-65 tahun 61 67,8
2. Jenis Laki-laki 52 57,8 0,014 1,22
Kelamin Perempuan 38 42,2
3. Merokok Merokok 48 53,3 0,019 2,10
Tidak merokok 42 46,7

Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa dari 90 responden yang menderita

hipertensi terdiri dari 61 orang (67,8%) dengan umur 45-65 tahun dan 29 orang

(32,2%) dengan umur 18-44 tahun. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value

sebesar 0,002 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat

diketahui bahwa ada hubungan antara umur responden dengan kejadian Hipertensi

di Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran. Dalam penelitian yang dilakukan

Sigalargi (2006), menemukan insidensi hipertensi pada usia 41-55 sebesar 24,52%

dan pada usia lebih dari 55 tahun sebesar 65,68%. Penelitian Sartik dkk (2017)

menyatakan bahwa umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.

Pertambahan usia menyebabkan elastisitas arteri berkurang dan jantung harus

memompa darah lebih kuat sehingga meningkatkan tekanan darah.

Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui pula bahwa dari 90 responden yang

menderita hipertensi yang terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 52 orang (57,8%) dan responden dengan jenis kelamin perempuan

sebanyak 38 orang (42,2%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar

0,0142 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa

15
ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan kejadian Hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran. Pada umumnya pria lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk

peningkatan tekanan darah sistolik. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi

pada usia akhir tiga puluhan.

Berdasarkan tabel 2.3 diketahui pula bahwa dari 90 responden yang

menderita hipertensi yang terdiri dari responden merokok sebanyak 48 orang

(53,3%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 42 orang (46,7%). Dari

hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,019 karena p value < 0,05

sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok

dengan kejadian Hipertensi di Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran. Penelitian

yang dilakukan oleh Kartikasari di desa Kabongan Kidul tahun 2012, kebiasaan

merokok terbukti sebagai salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

kejadian hipertensi di Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran dapat disimpulkan

bahwa :

1. Ada hubungan antara umur responden dengan kejadian Hipertensi di Desa

Wuwuharjo Kecamatan Kajoran dengan nilai p (0,002) yang terdiri dari 61

orang (67,8%) dengan umur 45-65 tahun.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan kejadian Hipertensi

di Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran dengan nilai p (0,0142) yang

terdiri dari responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52 orang

(57,8%).

3. Ada hubungan antara merokok responden dengan kejadian Hipertensi di

Desa Wuwuharjo Kecamatan Kajoran dengan nilai p (0,019) yang terdiri

dari responden merokok sebanyak 48 orang (53,3%).

3.2.Saran

3.2.1. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan untuk lebih meningkatkan kesadaran

mengenai pentingnya kesehatan dengan cara memeriksa kesehatan secara rutin

agar dapat mengetahui kesehatannya secara dini apakah berisiko terkena

hipertensi atau tidak dan dapat mencegah penyakit tidak menular lainnya serta

mencari informasi atau pengetahuan tentang hipertensi.

17
3.2.2. Bagi Puskesmas

Memberikan edukasi berupa penyuluhan dan menyediakan media

informasi mengenai cara pengobatan dan pencegahan penyakit hipertensi serta

pengendalian penyakit hipertensi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anna Palmer, 2007, Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.
Bustan, M N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi., Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI.
Guyton, Hall J., E. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan), 11 ed.,
EGC., Jakarta.
Kementiran Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Umum Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga., Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
M, Ayu. 2012. Faktor Risiko Hipertensi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Puskesmas Kajoran 2. 2017. Profil Puskesmas Kajoran 2. Magelang.
Sari, Rita Kartika. PH, Liviana. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Permas, 1 (6) : 1-10
Sartik. Tjekyan, Suryadi. Zulkarnain, M. 2017. Faktor-Faktor Risiko dan Angka
Kejadian Hipertensi pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8 (3) : 180-191

19

Anda mungkin juga menyukai