Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nasional. Hal yang belum tercapai antara lain masih tingginya kematian akibat
penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, kanker dan orang dengan
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali penugukuran (Guyton, 2009). Data WHO tahun 2008
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia > 25 tahun
1
mengalami hipertensi ditahun 2007 dan meningkat menjadi 9,4% ditahun 2013
sedangkan ditahun 2018 meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% (Riskesdas, 2018).
2015 sebanyak 2352 ksus, meningkat di tahun 2016 menjadi 2804 kasus
sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan kasus menjadi 2547 kasus
berbagai faktor pemicu yaitu, faktor yang tidak dapat di kontrol, seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur, sedangkan yang dapat di kontrol seperti
kegemukan, gaya hidup, pola makan, aktivitas, kebiasaan merokok, serta alkohol
dan garam. Penelitian Ayu (2012) menyatakan bahwa subjek yang mengkonsumsi
kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko hipertensi 4,11 kali lebih tinggi
penyakit yang dibawa oleh gen keluarga, yaitu apabila salah satu anggota keluarga
atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun memiliki resiko
yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding yang diturunkan oleh
2
perilaku yang berhubungan dengan hipertensi adalah riwayat pola makan
sebanyak 16 orang (64%) penderita hipertensi dengan pola makan yang tidak
sehat dan sebagian banyak penderita hipertensi ini berjenis kelamin laki-laki.
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan
3
1.3.2. Tujuan Khusus
4
BAB II
PEMBAHASAN
darah yang keluar dari jantung dan kembali ke jantung. Ada dua macam tekanan
darah yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah
yang terjadi bila otot jantung memompa untuk mendorong darah keluar melalui
arteri sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah yang terjadi bila
WHO, batas normal tekanan darah adalah sistolik 120-140 mmHg dan diastolik
80-90 mmHg. Apabila tekanan darah di atas 140/90 mmHg dan dilakukan
(Bustan, 2000).
5
5) Mudah marah, susah tidur kadang disertai sesak nafas
garam/lemak
1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan
darah. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
6
3) Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
2.1.5. Penatalaksanaan
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
B. Terapi Farmakologi
7
keamanan dalam pengobatan hipertensi. terapi farmakologi hipertensi
1) Diuretik
2) Antagonis aldosteron
5) Penghambat renin
8
2.1.6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
berbagai faktor risiko. Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, riwayat
berlebih.
1) Usia
bersama aliran darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan tekanan
insidensi hipertensi pada usia 41-55 sebesar 24,52% dan pada usia lebih
2) Jenis Kelamin
9
darah sistolik. Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia
akhir tiga puluhan. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkat.
3) Riwayat Keturunan
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30%
4) Merokok
anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh
5) Aktivitas Fisik
Orang dengan aktivitas fisik kurang tetapi dengan nafsu makan yang
10
kurang terkontrol sehingga terjadi konsumsi energi yang berlebihan
juga telah membuktikan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
hipertensi.
6) Konsumsi Garam
hampir tidak pernah ditemukan pada orang dengan asupan garam rendah.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/hari yang setara
dengan 110 mmol natrium. Asupan yang tinggi dapat menyebabkan tubuh
Dusun. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran 2 kurang lebih 37.770 km2 atau
kurang lebih 37 % dari luas wilayah Kabupaten Magelang. Batas Wilayah Kerja
11
Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kajoran I
terbesar adalah desa Wuwuharjo. Sedangkan data dari Badan Pusat Statistik
Kajoran 2 Tahun 2017 paling banyak di Desa Wuwuharjo sebesar 4.606 jiwa.
12
2.2.2. Gambaran Umum Subjek Penelitian
yang sudah terdiagnosis hipertensi dan tercatat dalam rekam medis di Puskesmas
Distribusi responden menurut tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 28 orang (31,1%), sama halnya pada
(2,2%). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagain besar responden
13
penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 31 orang
(34,4%) dan tingkat pendidikan terakhir paling sedikit yaitu D3 yaitu sebanyak 1
orang (1,1%).
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 21 orang (23,3%), responden yang
bekerja sebagai buruh tani sebanyak 17 orang (18,9%), responden yang bekerja
sebanyak 3 orang (3,3%). Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian
14
2.2.3. Hasil Analisis
hipertensi terdiri dari 61 orang (67,8%) dengan umur 45-65 tahun dan 29 orang
(32,2%) dengan umur 18-44 tahun. Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value
sebesar 0,002 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti dapat
diketahui bahwa ada hubungan antara umur responden dengan kejadian Hipertensi
Sigalargi (2006), menemukan insidensi hipertensi pada usia 41-55 sebesar 24,52%
dan pada usia lebih dari 55 tahun sebesar 65,68%. Penelitian Sartik dkk (2017)
menyatakan bahwa umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.
Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui pula bahwa dari 90 responden yang
sebanyak 38 orang (42,2%). Dari hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar
0,0142 karena p value < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
15
ada hubungan antara jenis kelamin responden dengan kejadian Hipertensi di Desa
(53,3%) dan responden yang tidak merokok sebanyak 42 orang (46,7%). Dari
hasil uji Chi-Square, diperoleh p value sebesar 0,019 karena p value < 0,05
sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok
yang dilakukan oleh Kartikasari di desa Kabongan Kidul tahun 2012, kebiasaan
16
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
bahwa :
(57,8%).
3.2.Saran
hipertensi atau tidak dan dapat mencegah penyakit tidak menular lainnya serta
17
3.2.2. Bagi Puskesmas
18
DAFTAR PUSTAKA
Anna Palmer, 2007, Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.
Bustan, M N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Depkes RI. (2006). Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit
Hipertensi., Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI.
Guyton, Hall J., E. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan), 11 ed.,
EGC., Jakarta.
Kementiran Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Umum Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga., Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
M, Ayu. 2012. Faktor Risiko Hipertensi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Puskesmas Kajoran 2. 2017. Profil Puskesmas Kajoran 2. Magelang.
Sari, Rita Kartika. PH, Liviana. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hipertensi. Jurnal Ilmiah Permas, 1 (6) : 1-10
Sartik. Tjekyan, Suryadi. Zulkarnain, M. 2017. Faktor-Faktor Risiko dan Angka
Kejadian Hipertensi pada Penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8 (3) : 180-191
19