Makalah Thypoid Juni 2018
Makalah Thypoid Juni 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan jumlah kasus Demam Thypoid
di seluruh dunia mencapai 21 juta dengan 222 ribu kematian pada tahun 2014. Di Indonesia
diperkirakan insiden demam typhoid berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan
responden adalah 1,60% dan mempunyai prevalensi di atas prevalensi nasional (Riskesdas,
2007)
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus menerus
lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demamdan diperkuat dengan kesan
anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari
(Latif Bahtiar, 2008).
Istirahat atau tirah baring adalah bertujuan untuk mencegahkomplikasi. Tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya di tempat tidur seperti makan, minum, mandi, buang air kecil
dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Pasien demam
tifoidperlu dirawat untuk isolasi,observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus
atau perforasi usus. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien.
Berdasakan anamnesa pasien dan keluarga dengan Demam Thypoid yang di rawat di
puskesmas Salaman I, rata-rata belum mengetahui tentang pentingnya tirah baring atau
istirahat untuk kesembuhan pasien.
2
Data 10 besar penyakit pasien rawat inap Puskesmas Salaman 1 Tahun 2016 angka
kejadian thypoid sebanyak 26.33 % (tertinggi pertama). Dengan Masih tingginya jumlah
kasus penderita Demam tiphoid di Puskesmas Salaman I, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Tentang Efektifitas Tirah Baring
Terhadap Penurunan Suhu Pada Penderita Demam Thypoid Di Puskesmas Salaman I Tahun
2017”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi Demam Thypoid ?
b. Apakah penyebab Demam Thypoid ?
c. Bagaimana Patofisiologi Demam Thypoid ?
d. Menjelaskan gejala Demam Thypoid?
e. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang yang diperlukan untuk Demam Thypoid ?
f. Bagaimana Therapi demam Thypoid ?
g. Apakomplikasi demam Thypoid ?
h. Bagaimana cara Perawatan demam Thypoid?
i. Gambaran Kasus demam Thypoid di Puskesmas Salaman I
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi Demam Thypoid
b. Untuk mengetahui penyebab Demam Thypoid
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Demam Thypoid .
d. Untuk mengetahui gejala Demam Thypoid
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang yang diperlukan untuk Demam Thypoid.
f. Untuk mengetahui Therapi demam Thypoid.
g. Untuk mengetahui komplikasi demam Thypoid.
h. Untuk mengetahui cara Perawatan demam Thypoid
i. Untuk mengetahui gambaran kasus Thypoid yang ada di Puskesmas Salaman I
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypii dan bersifat
endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena Demam Thypoid, walaupun
gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa, dihampir semua daerah endemik insiden
Demam Thypiod banyak terjadi pada usia 5-44 tahun (Hadinegoro, 2011).
PATHWAYS
Salmonella typhosa
Saluranpencernaan
Perubahan nutrisi
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam
remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput
kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono,
dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran
‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik.
(Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal) 100%
- Kurang enak di perut 50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
- Berak-berak 50%
- Muntah 50%
Gejala:
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik 60%
- Letargik 60%
- Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam
hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan
kesadaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada
nafsu makan, mual, dan kembung
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan,
dan peningkatan suhu tubuh
C. PERENCANAAN
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
Beri minum yang cukup
Berikan kompres air biasa
Lakukan tepid sponge (seka)
Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
Pemberian obat antipireksia dan cairan parenteral (IV) yang adekuat
8
Tabel 1.1
Frekuensi Pasien Thypoid Dari 10 Desa
Di Puskesmas Salaman I Magelang Tahun 2017
1. Salaman - 1 1 4 6 14,6
2. Kalisalak - - 1 3 4 9,8
3. Menoreh - 5 - 1 6 14,6
4. kalirejo - 1 2 2 5 12,2
5. Paripurno - 2 1 1 4 9,8
6. Ngargoretno - 1 - 1 2 4,9
7. Ngadirejo 1 4 - - 5 12,2
8. Sidomulyo - - - 2 2 4,9
9. Kebonrejo - 2 - 5 7 17,1
10. Banjarharjo - - - - - -
Berdasarkan Tabel 1.1 Jumlah kasus pasien Thypoid di puskesmas Salaman I tahun
2017 adalah sebanyak 41 kasus. Dengan jumlah pasien terbanyak ada di Desa
kebonrejo yaitu sebanyak 17,1%.
10
Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pasien Thypoid
Di Puskesmas Salaman I Magelang Tahun 2017
Frekuensi Prosentase
No Variabel
n = 41 (%)
1 Umur
< 18 Tahun 6 14,6
>18 Tahun 35 85,4
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 17 41,5
Perempuan 24 58,5
3 Pengetahuan tentang Efektifitas
istirahat untuk penurunan suhu tubuh
pada Thypoid
Tahu 5 12,2
TidakTahu 36 37,8
Berdasarkan tabel1.2 dapat diketahui bahwa umur responden kurang dari 18 tahun
(anak-anak) adalah 6 responden (14,6%) dan pada kategori umur lebih dari 18 Tahun
(dewasa) sebanyak 35 responden (85,4%), sedangkan pada kategori jenis Kelamin
Laki-laki sebanyak 17 responden (41,5%) dan pada kategori jenis kelamin perempuan
sebanyak 24 responden (58,5%) .
Pengetahuan tentang efektifitas istirahat untuk penurunan suhu tubuh yang tahu
sebanyak 5 responden (12,2%) dan pada kategori tidak tahu sebanyak 36 responden
(37,8%) .
Hasil penelitian siti nasrah, dkk dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kesembuhan PasienPenderita Demam Typhoid Di Ruang
Perawatan Interna Rsud Kota Makassar dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
istirahat/tirah baring, penanganan suhu dan penanganan diet dengan kesembuhan
penderita demam typoid di RSUD Kota Makasar.
Istirahat atau tirah baring adalah bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah
baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat tidur seperti makan, minum, mandi,
buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa
penyembuhan. Pasien demam tifoid perlu dirawat untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari.
11
1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan
3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
4. Penderita memerlukan istirahat
5. Diit lunak tidak merangsang dan rendah serat
(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut
9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
(Suriadi & Rita Y, 2001)
Rata-rata hari perawatan pasien demam Thypoid yang dirawat di puskesmas
Salaman I adalah lima hari, oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan kesehatan
kepada pasien dan keluarga untuk tetap istirahat atau tirah baring selama kurang lebih
14 hari atau 7 hari setelah bebas demam, pentingnya minum obat secara teratur, selalu
menjaga kebersihan atau melakukan PHBS, untuk mempercepat kesembuhan dan
mencegah kekambuhan.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Demam Thypoid juga merupakan penyakit yang dapat menimbukan kematian bila tidak
ditangani dengan tepat. Hal kecil yang seharusnya bisa dilakukan yaitu Tirah baring atau
istirahat total sangat penting dalam proses perawatan penderita Demam Thypoid untuk
kesembuhan pasien kadang masih belum diketahui oleh pasien maupun keluarga, disamping
ketraturan minum obat dan cara perawatan yang lain.
SARAN
Demikian yang dapat saya tulis mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Pada akhirnya saya berharap tujuan dari penulisan makalah ini tercapai, dimana
pemahaman tentang penyakit Demam Thypoid dapat bermanfaat bagi pembaca juga
masyarakat awam.
Pendidikan kesehatan bagi masyarakat awam sangat penting, sehingga mereka dapat
memahami tentang kesehatan dan pengertian sehat sakit itu sendiri agar mereka bisa
menjaga dan menghargai kesehatannya
Semoga makalah ini berguna bagi saya dan khususnya juga untuk para pembaca dan
masyarakat awam, sebagai pengetahuan terhadap penyakit Demam Thypoid.
13
DAFTAR PUSTAKA