Anda di halaman 1dari 20

BLOK 4_SKEN 1

PEMBAHASAN
1. OTOT
1.1 Anatomi otot
1.1.1 Macam-macam jaringan otot
Jaringan otot dibagi menjadi 3 tipe.
a. Skeletal muscle (otot bergaris)
b. Cardiac muscle (otot jantung)
c.Smooth muscle (otot polos)

Ciri-ciri
1. Skeletal muscle (otot bergaris)
 Inti di tepi
 Tidak bercabang
 Garis2 melintang gelap & terang pd sabut otot à otot bergaris/lurik
 Fungsi: menggerakkan anggota gerak & melekat pd tulang à jar. otot skelet
 Gerakannya dikendalikan kemauan kita à voluntary muscles
 Setiap sabut otot tdd serabut2 (myofibril)
2. Cardiac muscle (otot jantung)
 Serabut bercorak
 Kontraksi spontan berirama
 Inti di tengah, sarkoplasma banyak mengelilingi inti dan myofibril
 Sabut otot bercabang2, membentuk anyaman
 Garis2 melintang: intercalated disk
 Ada sinsitium yang memungkinkan sinyal untuk menimbulkan kontraksi yang
berpindah dari sel satu ke sel lain dalam bentuk gelombang.
 Ada discus intercalaris

Kekhususan taut diskus pada otot jantung


a. Fasia adherens
Membran khusus yang paling mencolok pada bagian transversal diskus,
berfungsi sebagai penambat filamen aktin dan sarkomer terminal.
b. Makula adherens
Mengikat sel-sel jantung agar tidak berpisah oleh aktivitas kontraktil
yang konstan
c. Taut rekah
Memungkinkan pertukaran ion antarsel yang bersebelahan

3. Smooth muscle (otot polos)


 Involuntary muscle
 Visceral muscle
 Bentuk sel: spindle shape, panjang bervariasi
 Inti di tengah

 Tipe-tipe otot polos:


1. Otot polos multi unit
Terdiri atas serabut otot polos tersendiri dan terpisah. Tiap serabut bekerja
tanpa bergantung pada serabut lain dan pengaturannya terutama dilakukan
oleh sinyal saraf. Membrane basalnya terdiri dari campuran kolagen halus dan
glikoprotein yang membantu menyekat serabut-serabut yang terpisah satu
sama lain.
Contoh: otot siliaris mata, otot iris mata, dan otot piloerektor
2. Otot polos unit tunggal
Serabut-serabut berkontraksi bersama-sama dan membrane selnya
berlekatan satu sama lain pada banyak titik. Disebut juga sebagai otot polos
sinsitial karena sifat antarhubungan sinsitialnya diantara serabut-serabut. Juga
dikenal sebagai otot polos visceral karena ditemukan pada dinding sebagian
besar otot visera tubuh, seperti usus, ureter, dan pembuluh darah.

1.1.2 Otot kepala


a. Muscullus Epicranius (terdiri atas M. occipitofrontalis)

 Origo : Veter frontalis, kulit alis mata, dan glabella


 Insersi : Gale aponeurotika
 Fungsi : Menggerakkan kulit kepala dan menciptakan kerut miring di dahi
b. Muscullus Temporoparietalis

 Origo : kulit temporal, fascia temporalis


 Insersi : galea oponeurotika
 Fungsi : menggerakkan kulit kepala

1.1.3 Otot Wajah


a. Mucullus Orbicularis oculi

 Origo : sisi medial ruang orbitalis


 Insersi : mengelilingi mata
 Fungsi : menutup mata

b. Muscullus orbicularis

 Origo : mengelilingi mulut


 Insersi : Kulit kepala pada sudut mulut
 Fungsi : mengerutkan bibir

c. Muscullus Maseter

 Origo : Maxilla, zigomatikum


 Insersi : mandibula
 Fungsi : otot pengunyah

d. Muscullus Businator

 Origo : maxilla, mandibula


 Insersi : urbikularis
 Fungsi : menarik sudut mulut ke samping

e. Muscullus procerus

 Origo : os nasale
 Insersi : kulit glabella
 Fungsi : naik turunnya kulit dahi dan alis mata
1.1.4 Otot tenggorok dan leher
a. Muscullus Digastrikus
 Origo : belly anterior
 Insersi : tulang hyoid melalui tendon tengah antara belly anterior dan
posterior
 Fungsi : depresi mandibular
b. Stilohyoid
 Origo: Prosesus stilod tulang temporal
 Insersi: badan tulang hyoid
 Fungsi: menarik tulang hyoid secara anterior dan posterior, elongasi
bagian dasar mulut selama menelan
c. Milohyoid
 Origo : permukaan internal mandibular
 Insersi: badan tulang hyoid
 Fungsi: elevasi tulang hyoid dan dasar mulut sehingga lidah dapat
menggerakkan bolus makanan ke dalam faring
d. Geniohyoideus
 Origo : permukaan internal simfisis mandibular
 Insersi : badan tulang hyoid
 Fungsi: menarik tulang hyoid kea rah anterior dan posterior,
memperpendek bagian dasar mulut dan memperlebar faring.
1.2 H
isto
logi

Otot
1.2.1 Organel pada sel otot:
1. Sarkoplasma: protoplasma
2. Sarkosom: mitokondria
3. Reticulum sarkoplasma: reticulum
endoplasma
4. Sarkolema: membrane sel yang
sebenarnya ditambah satu lapisan tipis
materi polisakarida yang
mengandung sejumlah kolagen
fibril tipis.

1.2.2 Pengaturan serabut otot

 Aktin
Molekul aktin terdiri dari tiga protein
a. F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu
sama lain
b. Molekul tropomiosin merupakan suatu molekul halus yang membentuk
filament yang berjalan di atas sub-unit aktin di sepanjang tepian luar alur
yang berada di antara dua untai rantai yang terpilin.
c. Molekul troponin merupakan kompleks dari 3 unit:
1. TnT: melekat pada tropomiosin
2. TnC: terikat pada ion Ca2+
3. TnI: menghambat interaksi aktin-miosin
 Miosin
Terdiri dari 2 rantai berat identic dan 2 pasang rantai ringan. Tonjolan globulus
kecil pada setiap rantai berat membentuk kepala yang memiliki tempat
penggabungan ATP, kapasitas enzimatik untuk menghidrolisis ATP dan
kemampuan untuk mengikat aktin.

Myofibril
 Benang-benang parallel, dengan diameter 1-3 mikron(mikrometer). Dan tdd
satuan yang lebih kecil: mifilamen
 Filament yang lebih tebal mengandung myosin. Dengan diameter 12-15 nm
dengan panjang 1,5 mikron dan menempati sarkomer sebagai Pita A.
 Filament yang lebih tipis menganding aktin, diameter 5 nm dengan panjang 1
mikron dan terikat pada kedua belah garis Z. Ujung-ujung bebasnya menyelip
diantara Pita A.
 Gurat H, bagian Pita A yang tidak mengandung filament tipis dan lebarnya
tergantung derajat kontraksi
 Garis M merupakan garis yang membagi pita A menjadi 2, fungsinya untuk
memelihara susunan dan jarak yang teratur dari filament tebal pada sarkomer.
 Tiap filament tebal(miosin) dikelilingi 6 filamen tipis(aktin).

1.3 Fisiologi Otot


1.3.1 Proses kontraksi Otot terjadi dalam beberapa tahap:
 Step 1: Active-site Exposure
Pada saat otot menerima rangsangan, RE sarkoplasma melepaskan Ca dari
Tubulus T ke sarkoplasma. Kemudian Ca akan bergerak menuju dan menempel
pada Troponin yang menutupi active-site dan Ca menggeser troponin dari
active-site. Active-site akan bebas dan kepala myosin akan mempunyai
kesempatan untuk menempel pada active-site yang berdekatan dengannya.
 Step 2: Cross-bridge attachment
Kepala myosin yang mempunyai ATP akan memecahnya menjadi ADP dan
Fosfat yang dibutuhkan untuk kontraksi dengan ATP ase yang dipunyai oleh
kepala miosin. ADP dan fosfat tadi akan dilepas sebagai energy pada kepala
myosin untuk menarik aktin menuju garis M. Dan menarik garis-garis Z yang
berhadapan untuk saling mendekat . Pita H akan menghilang pada kontraksi
penuh dan ujung-ujung filament tebal mencapai garis Z.
 Step 3: Pivoting
Pada saat kepala myosin masih menempel pada aktin, ADP dan Fosfat (ATP
ditambahkan dari sarkosom) diluar kepala myosin terkumpulkan secara cepat
untuk membentuk ATP agar mengisi kembali kepala myosin. Setelah ATP
terbentuk, ATP akan masuk ke dalam kepala myosin.
 Step 4: Cross-bridge detachment
Setelah ATP tersebut masuk ke kepala myosin, kepala myosin akan terlepas
dari active-site pada aktin.
 Step 5: Myosin reactivation
Kepala myosin yang sudah terlepas dari active-site itu akan active kembali
pada saat ATP tersebut sudah dipecah menjadi ADP dan Fosfat dan akan
melanjutkan proses kontraksi. Proses pembentukkan ATP ini sangat cepat.

1.3.2 Proses Relaksasi


 Pada saat relaksasi berarti rangsangan telah hilang dan konsentrasi Calsium
pada sarkoplasma akan menurun pada tingkat normal dengan mekanisme:
1) Calsium yang aktif tadi akan menuju ke luar sel melalui transpor
membrane
2) Kemudian Ca akan kembali menuju ke reticulum sarkoplasma.

 Kemudian tropomiosin kembali pada posisi perifer menutupi active-site.


 Jadi, tropomiosin dan troponin merupakan pengatur mekanisme pengunci
kontraksi dan Calsium sebagai kunci terbukanya mekanisme kontraksi. Sel otot
tidak dapat berkontraksi selain sampai kapasitas maksimal yaitu hukum “all or
none” dan kekuatan otot bergantung pada jumlah satuan otot yang
berkontraksi.

Sumber: Kuliah dr. jauhar pada hari Rabu

1.3.3 Yang berperan pada proses kontraksi otot yaitu :


1) Sistem Tubulus Tranversus T : berfungsi untuk menghasilkan kontraksi yang
merata.
2) Triade : lateral bagian dari reticulum sarkoplasma
3) Sumber Energi : ATP dan fosfokeratin
4) Troponin yang terdiri dari 3 subunit yaitu Tn T ( melekat pada tropomionin ) , Tn
C ( melekat pada ion Ca ) dan Tn I ( menghambat interaksi aktin dan myosin ).
5) Tropomiosin
6) Aktin dan Miosin

1.3.4 Sumber Energi untuk Kontraksi


Setelah sepuluh kali kontraksi, ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis.
Oleh karena itu, ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktifitas otot melalui
sumber lain. Antara lain :
1) Creatin fosfat (CP)
 menyumbangkan fosforil pada ADP saat berkontraksi.
 → memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan
dibentuk melalui metabnolisme glukosa secara aerob dan anaaerob.
 → meneyediakan energi sekitar 100 kontraksidan harus disintesis ulang dengan
cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP + Kreatin ADP + CP)
 → ATP tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui
reaksi aerob dan anaaerob .

2) Reaksi Anaerob
Glukosa (C6H12O6) → Asam laktat + 2 ATP
 Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan
menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaaerob, langkah pertama dalam
respirasi seluler.
 Berlangsung cepat, tapi tidak efisien karena hanya menghasilkan 2 molekul ATP
per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi kebutuhan ATP untuk kontraksi otot
dalam waktu singkat jika persediaan oksigen tidak mencukupi.
 Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob\
 Tanpa oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat
 Jika aktifitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan oksigen yang
adekuat akan menghalangi akumulasi asam laktat
 Asam laktat berdifusi ke luar dari otot dan dibawa ke hati u ntuk disintesis ulang
menjadi glukosa

3) Reaksi Aerob (memakai oksigen)


 Saat aktifitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis
anerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat
(trikarboksilat) untuk oksidasi.
 Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbon dioksida, air
dan energi (ATP).
 Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi sampai 36
mol ATP per mol glukosa

4) Oxygen debt
Saat terjadi aktifitas berat dan singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat
sehingga simpanan energi anaerob menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan
pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk
ATP melalui reaksi aerob.
 Asam laktat berakumulasi, mengubah pH, dan menyebabkan keletihanserta
nyeri otot.
 Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktifitas berat disebut oxygen debt.
 Volume oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai semua
asam laktat dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau
disintesis ulang menjadi glukosa dalam hati.
1.3 Biokimia Otot
a) Fase anaerob(kontraksi)
ATP à ADP + P + Energi
ADP à AMP + P + Energi
Kreatinfosfat à Kreatin + Fosfat + Energi
b) Fase aerob(pembentukan kembali ATP)
ATP yang habis digunakan selama fase anaerob dibentuk kembali dengan mendapat energi
dari hasil penguraian glukosa
Glikogen à Laktasidogen à Glukosa + Asam Laktat
Glukosa à CO2 + H2O + Energi
Asam Laktat = zat peleleh
 Otot polos,tidak seperti otot rangka dan otot jantung,tidak mengandung troponin dan
kontraksi dipicu oleh fosforilasi rantai pendek miosin
 Terdapat sejumlah perbedaan antara otot rangka dan otot jantung,khususnya otot
jantung memiliki berbagai reseptor pada permukaannya

2. Tulang

2.1 Anatomi Tulang

2.1.1 Neuro-cranium
a) Calvarium (atap tengkorak)
 terdiri atas tulang pipih
 mempunyai 2 lapisan tulang padat yang dipisahkan lapisan tulang berongga
disebut diploe.
 Tulang calvarium meliputi:
o Os Occipitale
o Os Parientale
o Os Frontale
o Os Temporale
o Os Sphenoidale
 Sutura
o Sendi fibrosa yang tidak bergerak antara tulang calvaria
o Terdiri atas:
1. Sutura coronalis
2. sutura saggitalis
3. sutura squamosa
4. sutura lamboidea
 Titik Pertemuan: Lambda, Bregma, pterion, asterion
b) Basis cranii (dasar tengkorak)
 Basis crania interna
a. Fossa cranii anterior
- Tulang: Pars orbitalis os frontalis
ala minor os sphenoidalis
Pars cribriformis os etmoidalis
- Foramina: Pars cribriformis--> Nn.olfactorius
Canalis opticus --> N.opticus
b. Fossa cranii medius
– Tulang: Ala mayor os sphenoidalis
Os temporal
– Foramina:
 Fissura orbitalis superior: N.Okulomotorius, N.Toklearis,
N.Optalmicus, N.Abduscens
 Foramen rotundum: N.Maxillaris cab.N.Trigeminus
 Foramen ovale: N.Mandibularis cab.N.Trigeminus
 Foramen spinosum: A.meningea media
 Foramen lacerum: A.carotis interna
c. Fossa cranii posterior
– Tulang: Os temporale pars petrosa
Os occipitale
– Foramina:
 Foramen magnum: medulla spinalis bag bawah, a.vertebra,
n.accesorius spinalis
 Meatus acusticus Internus: N.Facialis, N.Vestibulocochlearis
 Foramen jugularis: N.Vagus, N Glossopharingeus, N.Accecor,
v.jugularis int.
 Canalis hypoglosus--> N.Hipoglosus

 Basis Cranii Externa


– Tulang: Os temporal, os palatinum,
ala major Os sphenoidalis, os occipital.
– Foramina:
 Foramen ovale, spinosum, lacerum, magnum, hypoglosus, jugularis,
stylomastoideus, mastoideus.
 Canalis caroticus : A carotis Interna dan N Simpatis
– Struktur lain:
 Processus Styloheoideus
 Processus mastoideus
 Condylus occipitalis : Artikulasi dengan Tulang Atlas.

2.1.2 Splancho-cranium
Tulang:
– Os Maxillaris
 sinus maxillaris
– Pars pterygoid os sphenoidalis
– Os palatinum
 membentuk palatum durum bersama maxilla
– Os Zygomaticum
– Os nasale
– Os frontale
– Os lacrimale
– Os mandibularis
 terdiri dari corpus dan ramus
 ramus: proc.coronoideus dan caput
 foramen mandibularis a.v.n. alveolaris inf.
Foramina:
– supraorbitalis
– infraorbitalis
– mentalis
– palatina mayor et minor
– incisivus--> a.v.n. nasopalatinus

Tulang – tulang pembentuk wajah:


Caput mandibulare
Prosesus
coronoideus Incisura mandibulare
Lingula
mandibulae

prosesus
condylaris
Ramus
mandibulae

Angulus
mandibularis
Protuberatia
mentalis
Foramen mentalius
Corpus mandibularis

2.2 Fisiologi tulang

a) menyangga struktur berdaging dan melindungi organ-organ vital.


b) sebagai cadangan kalsium,fosfat dan ion lain dengan cara terkendali untuk
meprtahankan konsentrasi ion-ion penting ini didalam tubuh
c) dapat membentuk suatu system pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang
dapat dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi
gerakan tubuh.
2.3 Histologi Tulang
2.3.1 Jenis sel Tulang

1. Sel osteo progenitor


Yaitu merupakan sel induk yang berasal dari mesenkim. Selnya berbentuk
gelendong dengan inti pucat memanjang dan sitoplasma jarang. Sel ini
ditemukan pada periosteum, edosteum dan tulang kompakta.
Sel osteo progenitor dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Preosteoblas
Dengan sedikit reticulum endoplasma, dan akan menghasilkan osteoblas
b. Preosteoklas
Dengan banyak sarkosom dan ribosom bebas, akan menghasilkan osteoklas
2. Osteblas
pyramidal dengan inti besar yang mempunyai satu anak inti. Sarkoplasma
bersifat sangat basofil, mempunyai enzim fosfatase alkali untuk proses
kalsifikasi(pemberian kekuatan sementara saat proses penulangan). Sarkoplasma
ini mempunyai tonjolan kea rah matriks tulang dan k e arah osteoblas yang
berdekatan.
3. Osteosit
Merupakan sel tulang. Berasal dari osteoblas yang terpendam dalam tulang.
Matriksnya basofil ringan, mempunyai titik-titik lemak, sejumlah glikogen dengan
inti gelap. Tonjolan halus sarkoplasmanya menjulur ke kanalikuli. Gap junction
ada pada setiap tempat-tempat temu tonjolan sarkoplasma dalam kanalikuli
untuk aliran ion dan molekul kecil antarsel.
4. Osteoklas
Merupakan sel raksasa dengan inti banyak dan besar, mempunyai jumlah anak
inti yang bervariasi. Matriksnya basofil ringan dan ada enzim menandakan
adanya lisosom.

2.3.2 Jenis-jenis tulang:


1. Berdasarkan bentuknya, tulang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;
a. Tulang pipa.
Bentuknya memanjang seperti pipa, yaitu bulat, memanjang, bagian
tengahnya berlubang, contohnya pada os humerus, os femur dan lain –
lain. Di bagian dalam ujung tulang pipa berisi sum – sum merah yang
berperan sebagai tempat pembentukan sel darah merah. Tulang pipa
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kedua ujung persendian dengan tulang
lain, disebut epifisis, bagian tengah disebut diafisis, dan diantara epifisis
dan diafisis adalah cakra epifisis.
b. Tulang pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang kompak dan
tulang spons. Di dalamnya berisi sum – sum merah yang berfungsi
sebagai tempat pembuatan sel – sel darah merah dan sel – sel darah
putih. Contoh os costae, os sternum dan tulang – tulang yang ada pada
cranium.
c. Tulang pendek.
Berbentuk bulat pendek dan sering disebut sebagai ruas tulang. Di
dalamnya berisis sum – sum merah yang berfungsi sebagai tempat
pembuatan sel darah merah dan putih. Contoh pada tulang – tulang
pergelangan tangan, pergelangan kaki dll.
2. Berdasarkan penyusunnya, tulang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Tulang keras.
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas). Osteoblas
menghasilkan sel – sel tulang keras yang disebut osteosit. Osteoblas
juga mensekresikan zat – zat interselular yang tersusun dari selaput
kolagen yang akan membentuk matriks tempat garam – garam kalsium
didepositkan. Zat kapur itu dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO 3) dan
kalsium fosfat (Ca(PO4)2.selain osteoblas dan osteosit, tulang juga
mempunyai sel osteoklast, yaitu sel – sel tulang yang terletak pada
permukaan trabekule, berinti banyak, banyak mempunyai vakuola dan
terletak pada cekungan howship.
b. Tulang rawan.
Tulang rawan tersusun dari sel – sel tulang rawan yang disebut kondrosit,
yang menghasilkan matriks berupa kondrin. Ruang antarsel tulang rawan
banyak terisi oleh zat perekat dan sedikit mengandung zat kapur
sehingga bersifat lentur. Sel kondrosit berasal dari sel –sel mesenkim
yang berdiferensiasi menjadi sel – sel kondroblast yang kemudian
menjadi kondrosit. Kondrosit terletak di dalam suatu rongga yang di
sebut lacuna. Bila dalam satu lacuna terdapat lebih dari satu kondrosit,
membentuk suatu kelompok yang disebut kelompok isogen atau cell
nest.
Bahan antar sel:
BASA : sabut kolagen dan sabut elastic.
BASA :BASA bersifat basofil bila diwarnai dengan HE karena
mengandung proteoglikans (terutama kondroitin sulfat, sedikit keratin
sulfat dan asam hialuronat.

2.3.3 Jenis jaringan tulang rawan:


1. Jaringan tulang rawan hialin.
BASB terdiri atas sabut – sabut kolagen yang ahlus yang mempunyai index bias
sama dengan BASA sehingga sabut kolagen tidak tampak dibawah mikroskop,
akibatnya matrix tampak homogen. Contoh: tulang rawan persendian, ujung –
ujung tulang kosta, ujung hidung.
2. Jaringan tulang rawan elastic.
BASB didominasi oleh sabut – sabut elastic dengan arah tidak teratur, sabut
kolagen sangat sedikit. Contoh tulang rawan pada daun telinga.
3. Jaringan tulang rawan fibrous.
BASB terdiri atas sabut – sabut kolagen dal;am jumlah yang sangat banyak dan
tersusun dalam berkas – berkas yang saling sejajar. Kondrosit pipih – pipih karena
terjepit diantara sabut – sabut kolagen. Cell nest tidak tampak. Contoh: diskus
intervertebralis, tulang rawan yang menghubungkan dua tulang simphisis.

Sumber: buku ajar histology, leeson leeson paparo

3. Saraf
3.1 Anatomi saraf

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medula spinalis yang dilindungi
tulang kranium dan kanal vertebral.
2. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini
terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medula
spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional, sistem saraf perifer
terbagi menjadi sistem saraf aferen dan eferen.
a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke
SSP.
b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot atau ke
kelenjar.
 Somatik (volunter)berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal
dan pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka
 Otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot
polos, otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls
dengan dua jalur. Yaitu simpatis dan parasimpatis.
3.2 Fisiologi Saraf

Potensial membran adalah potensial listrik yang melintasi membran


Potensial membran istirahat atau Resting Membrane Potential terjadi ketika sel tidak
mentransmisikan sinyal
Potensial aksi saraf adalah perubahan cepat pada potensial membran yang menyebar
secara cepat di sepanjang membran serabut saraf.
Proses terjadinya impuls
1. Sel dalam keadaan istirahat, di luar bermuatan (+) dan di dalam bermuatan (-).
2. Pada saat terjadi rangsangan, terjadi
a. depolarisasi
membran sel menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, sehingga
sejumlah besar ion Natrium berdifusi ke dalam akson. Potensial membran
menjadi (+)
b. repolarisasi
sesudah membran menjadi permeanel terhadap Na, kanal Na tertutup
dan kanal K terbuka lebih lebar dari biasanya. K keluar sel dan potensial
membran kembali (-)
3. Terjadi potensial aksi
4. Potensial aksi berpindah sepanjang jaringan dan menimbulkan isyarat saraf.
5. Potensial aksi menyebabkan vesikel dalam bongkol sinaps mengeluarkan
neurotransmitter yang akan meneruskan isyarat saraf ke neuron lainnya.

3.3 Histologi Saraf

3.3.1 Jaringan saraf dibedakan menjadi:

a. Sel saraf(neuron)
b. Sel penyangga:
 Sel schwann: Sel satelit yang terletak di sistem saraf tepi
 Sel glia : sel yang terletak di sistem saraf pusat yang terdiri dari
(yunglia,lem)
yunglia: sel yang bertugas mengelilingi badan sel,cabang-cabang
akson dan dendrit
3.3.2 Pada umumnya susunan saraf manusia merupakan sistem yang paling kompleks di
dalam tubuh manusia karena terbentuk dari jaringan-jaringan khusus lebih dari 100 juta
sel saraf(neuron).Setiap neuron memiliki sekurangnya seribu hubungan dengan neuron
lain dan membentuk sistem yang sangat kompleks untuk komunikasi
a. Neuron terdiri dari:
1. Badan sel saraf
2. Juluran sitoplasma(dendrit dan akson)
a) Badan sel saraf terdiri dari:
a. Inti(bersifat vesikuler/open face type)
b. Sitoplasma:
1) Badan dari nissl
 Granula kasar,basofil
 Kumpulan ribosom,polisom,dan retikulum
endoplasma kasar
 Sintesis protein di sitoplasma
 Neuron(menerima dan meneruskan stimuls)
- Dendrit : cabang yg dikhususkan
menerima stimuls
- Akson : cabang tunggal yg dikhususkan
untuk menghantarkan impuls saraf ke sel-
sel lain(otot,saraf,kelenjar)
- Badan sell: menerima stimulus(pusat trofik
untuk keseluruhan sel saraf)
2) Neurofibril:
- Mikrotubulus dan mikrofilamen terdiri dari
sabut-sabut halus
- Fungsi untuk transport intraselular dan
penyangga bentuk neuron
- Sitoplasma,badan sell,akson dan dendrit
b) Juluran sitoplasma(dendrit dan akson)
- Juluran sitoplasma terdapat di sistem saraf tepi yang
terdiri dari ganglion(ganglion spinalis dan ganglion
otonom)
- Ganglion spinalis:dekat dg medula spinalis,bersifat neuro
pseudo unipoler(1 akson bercabang 2,I sebagai akson dan
1 sebagai dendrit)
- Ganglion otonom:terdapat pada organ
dalam/kelenjar,bersifat neuro multipoler(1 akson dan
beberapa dendrit pada sel piramid,sel tanduk depan dan
sel ganglion otonom)
a) Akson :
o Juluran panjang dari akson Hillock(pelebaran
akson yg berbentuk kerucut pd titik yg melekat di
badan sel saraf)biasanya tunggal
o Meneruskan rangsang dari badan sell ke
perifer(efferent)termasuk sistem saraf pusat
b) Dendrit:
o Juluran pendek yang jumlahnya satu atau
lebih
o Fungsinya menghantarkan rangsang dari
perifer ke badan sel(afferent)sistem saraf tepi
o
4. Vaskularisasi pada Facei
4.1 Vaskularisasi kulit kepala
Pada kulit kepala terdapat vascular terutama arteri dan vena. Arteri yang penting di kulit
kepala adalah :
 A.supratrochlearis
 A.supraorbitalis
 A.Temporalis superficialis
 A.Auricularis posterior
 A.Occipitalis
Sedangkan vena yang terdapat pada kulit kepala adalah Vena emissaria.

4.2 Vaskularisasi region facei


Pada region facei terdapat arteri yang merupakan cabang dari Arteri carotis Externa yaitu:
 A.facialis
 A.Maxillaris interna
 A.temporalis superficialis

5. Gangguan pada Facei dan Terapinya


Bell’s Palsy
Merupakan suatu kelainan pada otot wajah yang menyebabkan kelumpuhan atau
kelemahan tiba-tiba pada otot di salah satu sisi wajah. Menyerang saraf no. VII (facialis).
Ditandai dengan susahnya menggrakkan otot wajah dibagian yang terserang, seperti tidak
bisa menutup mata, tidak bisa meniup, dsb.
Penyebabnya adalah angin yang masuk ke dalam tulang tengkorak atau foramen
stilo mastoideum. Angin ini membuat saraf di sekitar wajah menjadi sembab lalu
membesar. Pembesaran N.facialis ini menyebabkan pasokan darah ke saraf tersebut
terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi penghantar impuls atau
rangsangan terganggu. Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah
tidak dapat diteruskan. N.facialis terjepit hingga akhirnya mengalami kelumpuhan.
Terapinya adalah dengan latihan menggerakkan otot wajah ,contohnya adalah
seperti tersenyum, tertawa, membuka-menutup rahang.

Kesimpulan

Jawaban scenario
1.Otot yang berperan dalam

o Membuka Pintu

a. Biseps Lengan

O= kepala pendek prosesus korakoid pada scapula proksimal

I= tuberositas tulang radius proksimal melalu tendon besar

A= fleksi lengan bawah pada persendian siku

N=saraf serviks C5 dan C6

b. Brakialis

O= ujung distal sisi anterior humerus

I=tuberositas dan prosessus koroid ulna

A= fleksor yang kuat pada lengan bawah

N=saraf muskulokutaneus (serviks C5 dan C6) dan saraf radial (saraf serviks C7)

o .Makan dan minum

a. Muscullus Digastrikus
 Origo : belly anterior
 Insersi : tulang hyoid melalui tendon tengag antara belly anterior dan
posterior
 Fungsi : depresi mandibular
b. Stilohyoid
 Origo: Prosesus stilod tulang temporal
 Insersi: badan tulang hyoid
 Fungsi: menarik tulang hyoid secara anterior dan posterior, elongasi
bagian dasar mulut selama menelan
c. Milohyoid
 Origo : permukaan internal mandibular
 Insersi: badan tulang hyoid
 Fungsi: elevasi tulang hyoid dan dasar mulut sehingga lidah dapat
menggerakkan bolus makanan ke dalam faring
d. Geniohyoideus
 Origo : permukaan internal simfisis mandibular
 Insersi : badan tulang hyoid
 Fungsi: menarik tulang hyoid kea rah anterior dan posterior,
memperpendek bagian dasar mulut dan memperlebar faring.

o 3.Mengerutkan dahi
a. Muscullus Epicranius (terdiri atas M. occipitofrontalis)
 Origo : Veter frontalis, kulit alis mata, dan glabella
 Insersi : Gale aponeurotika
 Fungsi : Menggerakkan kulit kepala dan menciptakan kerut miring di dahi
b. Muscullus Temporoparietalis

 Origo : kulit temporal, fascia temporalis


 Insersi : galea oponeurotika
 Fungsi : menggerakkan kulit kepala

o Menggerakkan Ujung Bibir

a. Muscullus orbicularis

 Origo : mengelilingi mulut


 Insersi : Kulit kepala pada sudut mulut
 Fungsi : mengerutkan bibir
b. Muscullus Businator

 Origo : maxilla, mandibula


 Insersi : urbikularis
 Fungsi : menarik sudut mulut ke samping

2.Otot bisa bergerak karena adanya interaksi antara aktin dan myosin yang mendapat sinaps dari
saraf serta karena otot yang melekat pada tulang yang bisa menggerakkannya, serta vaskularisasi
yang baik. Sehingga dalam menimbulkan suatu gerakkan dibutuhkan koordinasi yang baik antara
otot, saraf, tulang dan system vascular.

Anda mungkin juga menyukai