Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANAJEMEN PELAYARAN

DI SUSUN OLEH

NAMA : MUHAMMAD ANNASH S.


STAMBUK : D311 16 316

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PERKAPALAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam
termasuk keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia.
Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan
atau lautan. Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan,
sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan
organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang terdapat di
laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya.
Selain untuk keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat
pembuangan sampah dan pengendapan barang sisa yang diproduksi manusia.
Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan
dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang
sering terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas
pantai, maupun akibat kecelakaan kapal.
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan
aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut
merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya
dapat menjangkau seluruh aktifitas manusia di laut dan karena sifat laut yang
berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut dapat mempengaruhi semua
negara pantai baik yang sedang berkembang maupun negara-negara maju,
sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan
terhadap masalah pencemaran laut.
Pencemaran minyak mendapat perhatian besar karena pengaruhnya tehadap
penurunan kualitas air yang merupakan efek langsung atau efek jangka panjang.
Petroleum hidrokarbon masuk ke perairan laut melalui berbagai cara, yaitu
rembesan alam dari dasar laut (natural seep), kecelakaan tanker (tanker accident),
operasi normal tanker, kebocoran dan semburan proses produksi dan eksplorasi,
run off sungai, kilang minyak di darat, limbah kota dan jatuhan atmosfer.
Kecelakaan tanker menjadi permasahan karena buangan minyak yang relatif besar
pada suatu lokasi. Konsentrasi polutan yang besar pada suat area akan
menyebabkan kerusakan pada area tersebut, karena efek akur dan berjangka
pendek pada area yang sempit dan efek kronis pada area yang lebih luas.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper dengan judul Pencemaran Minyak
adalah agar dapat mengetahui serta menguraikan sumber pencemaran minyak,
karakteristik minyak, toxisitas minyak, pengaruh tumpahan minyak pada
lingkungan laut, dan metode penanggulangan tumpahan minyak.
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Pencemaran Minyak

Pencemaran limbah belakangan ini terjadi di berbagai tempat, terlebih di


daerah yang merupakan koloni pabrik-pabrik industri besar. Bahkan pencemaran
tersebut ada yang dilakukan secara sengaja sebagai jalan pintas. Pencemaran
limbah minyak tidak hanya selalu di laut, namun di darat juga bisa. Berbagai
macam sumber pencemaran limbah minyak yakni limbah rumah tangga, limbah
industri, limbah pengerukan, limbah lumpur, limbah eksplorasi minyak, limbah
produksi minyak, limbah radioaktif, limbah dari kapal, limbah pertanian, dan
tumpahan minyak. Tak ada perbedaan yang mencolok antara kedua jenis limbah di
atas, karena masing-masing merugikan ekosistem di sekitar pencemaran baik
komponen biotiknya maupun komponen abiotiknya. Dibawah ini merupakan
beberapa penyebab terjadinya pencemaran minyak di laut, yang antara lain
a. Operasi Kapal Tanker
Produksi minyak dunia diperkirakan sebanyak 3 milyar ton per tahun dan
setengahnya dikirimkan melalui laut. Setelah kapal tanker memuat minyak kargo,
kapal pun membawa air ballast (sistem kestabilan kapal menggunakan mekanisme
bongkar-muat air) yang biasanya ditempatkan dalam tangki slop. Sampai di
pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan minyak dalam
tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop. Tangki
muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet, proses pembersihan
tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti dengan air ballast baru
untuk kebutuhan pada pelayaran selanjutnya.
Hasil buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini pun dialirkan
ke dalam tangki slop. Sehingga di dalam tangki slop terdapat campuran minyak
dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan
dengan memompakannya ke tangki penampungan limbah di terminal atau
dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak dapat
disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan
ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal tanker.
b. Docking (Perbaikan atau Perawatan Kapal)
Semua kapal secara periodik harus dilakukan reparasi termasuk
pembersihan tangki dan lambung. Dalam proses docking semua sisa bahan bakar
yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan
kebakaran. Dalam aturannya semua galangan kapal harus dilengkapi dengan
tangki penampung limbah, namun pada kenyataannya banyak galangan kapal
tidak memiliki fasilitas ini, sehingga buangan minyak langsung dipompakan ke
laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut
akibat proses docking ini.
c. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan, namun
banyak juga dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini
banyak menimbulkan resiko kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun
kecelakaan karena kesalahan manusia.
d. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Umumnya semua kapal memerlukan proses balas saat berlayar normal
maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk
memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki bahan bakar
yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka air
balas tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan
minyak. Selain air balas, juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga
bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan
pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan Internasional
mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk
terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air, namun pada
kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan
Internasional dibuang ke laut.

e. Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)
ini banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk
kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton per
tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan
kerusakan lingkungan setempat.
f. Kecelakaan Tanker
Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran lambung, kandas,
ledakan, kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di perairan Selat Malaka adalah
karena dangkalnya perairan, dimana kapal berada pada muatan penuh. Tercatat
beberapa kasus kecelakaan besar di dunia antara lain pada 19 juli 1979 bocornya
kapal tanker Atlantic Empress di perairan Tobacco yang menumpahkan minyak
sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak kalah besarnya adalah kasus terbakarnya kapal
Haven pada tahun 1991 di perairan Genoa Italia, yang menumpahkan minyak
sebesar 144.000 ton.
g. Kecelakaan pengeboran minyak lepas pantai
Biasanya kecelakaan yang seringn terjadi yaitu kebakaran, seperti contoh
pengeboran minyak di teluk meksiko yang mengakibatkan pencemaran di perairan
tersebut.

2.2 Pengaruh Tumpahan Minyak Pada Lingkungan Laut


Tumpahan minyak yang tejadi di laut terbagi kedalam dua tipe, minyak yang
larut dalam air dan akan mengapung pada permukaan air dan minyak yang tenggelam dan

terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di
pantai. Minyak yang mengapung pada permukaan air tentu dapat menyebabkan air
berwarna hitam dan akan menggangu organisme yang berada pada permukaan perairan,
tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang akan digunakan oleh fitoplankton
untuk berfotosintesis, dan dapat memutus rantai makanan pada daerah tersebut, jika hal
demikian terjadi, maka secara langsung akan mengurangi laju produktivitas primer pada
daerah tersebut karena terhambatnya fitoplankton untuk berfotosintesis.

Sementara pada minyak yang tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen


sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai, akan mengganggu
organisme interstitial maupun organime intertidal, organisme intertidal merupakan
organisme yang hidupnya berada pada daerah pasang surut, efeknya adalah ketika minyak
tersebut sampai ke pada bibir pantai, maka organisme yang rentan terhadap minyak
seperti kepiting, amenon, moluska dan lainnya akan mengalami hambatan pertumbuhan,
bahkan dapat mengalami kematian.

Pencemaran minyak di laut, selain mengganggu organisme yang media hidupnya


dilaut juga mengganggu organisme lain yang sering berinteraksi dengan laut tersebut baik
itu mencari makan maupun aktivitas lainnya. Salah satu contoh hewan yang sering
berinteraksi dengan laut adalah burung laut, karena laut merupakan tempatnya mencari
makan.
2.3 Metode Penanggulangan Tumpahan Minyak

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan


minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak
menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer
dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima
"reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini
akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air
yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ


burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan
penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan
minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.
a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga
mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut,
penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang
dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan
ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau
barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa
tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak
dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta
evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu
pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi
ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu
melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan
pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis
yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut
sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif,
seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal
tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan
cara ini menemui banyak kendala.
c. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak
melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent)
dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi
mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan
dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan
mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan
ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering,
serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis
(busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)
KESIMPULAN

1. Ada beberapa sumber yang dapat menyebabkan pencemaran minyak yaitu


operasi kapal tanker, terminal bongkar muat tengah laut, bilga dan tangki
bahan bakar, docking (perbaikan dan perawatan kapal), scrapping kapal,
kecelakaan tanker, dan kecelakaan pengeboran minyak lepas pantai.
2. Pengaruh tumpahan minyak pada lingkungan laut dapat mengubah
karakteristik populasi spesies dan struktur ekologi komunitas laut, dapat
mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serta reproduksi
organisme laut, bahkan dapat menimbulkan kematian pada organism laut.
3. Ada beberapa metode penanggulangan tumpahan minyak pada lingkungan
laut, cara pertama adalah melakukan in-situ burning, cara kedua adalah
penyisihan minyak secara mekanis, cara ketiga melakukan bioremedasi, cara
keempat menggunakan sorbent untuk menyisihkan minyak, dan yang kelima
mennggunakan disperan kimiawi untuk memecah minyak.
DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin.2004.Dampak Tumpahan Minyak Pada Biota Laut. Jakarta : Kompas

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Ramadhany, Dedy. 2009. Bioremediasi. Syakti, Agung Damar. 2008. Multi-Proses


Remediasi di Dalam Penanganan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut
dan Pesisir. http://pksplipb.or.id. [online]. 12 November 2009.

Sarodji, Heryadi.2009.Kebocoran Ladang Montara Diselidiki. Jakarta : Media


Indonesia

Anda mungkin juga menyukai