Anda di halaman 1dari 3

Sun Flowers

Ungu mulai berganti jingga, terdengar suara santapan pagi kamu, Hehehe”, sahut Rain
nyaring sang jagoan mengiringi langkahku dari meledekku Lagi dengan kedipan sebelah matanya
singgasana kecilku. Pagi yang cerah, hangat itu.
mentari yang bersinar, dan sejuk embun dipagi itu
membuat mataku seayu kicau burung yang merdu Ting..ting…ting
dan melangkahkan ku gerak yang lincah, dan
lengkungan manis bibir kecilku pagi ini sangat Lonceng sekolah berbunyi, putaran jarum jam
bergairah. Ntah mengapa semangatku di pagi ini terdengar jelas, suasana hening terasa saat kepala
sekolah memasuki persegi emas kami. Ia membawa
sangat maksimal untuk menuntut ilmu, bagaikan
seorang laki-laki yang memakai seragam sama
bayi yang mendapatkan kebahagiaan dirinya.
seperti kami dengan senyuman khas bibir kecilnya
Lompatan kecil nan girang, kulangkahkan di
trotoar sekolah, segera ku menuju persegi emas. yang sangat manis.

“Selamat Pagi anak-anak”, sahut Kepala sekolah


“Plaakkkk….”,tiba-tiba seorang laki-laki yang
mengenakan tas merah menabrakku dari belakang dengan suara bergairah.
dan membuat ku terjatuh.
“Selamat Pagi Bu”, sorak kami dengan riang dan
“Upsss…I’m sorry, saya nggak sengaja”, kata laki- semangat.
laki itu sambil menjulurkan tangannya menolongku
dan menebarkan senyuman manis. “Yah, Baik anak-anak, Ibu bawa temen baru untuk
kalian, dia pindahan dari Amerika, dan dia bakal
“Duuhh ! kamu sih nggak lihat-lihat kalau jalan”, menjadi anggota dari kelas ini, Ibu harap kalian
aku langsung pergi meninggalkannya. bisa menerimanya dengan baik, dia akan
Akan tetapi, lelaki itu tetap memandangiku dengan memperkenalkan dirinya ke kalian”,ujar kepala
sinar-sinar bola matanya yang mengalahkan efek sekolah.
tyndal sorot lampu, pandangan pertamanya seperti “Silahkan Nak”, sahut Kepala sekolah kepada
membawa alun-alun perasaan yang tersimpul rapi. murid baru itu .
Namun, aku tetap mengabaikannya dengan sikap
jutekku. “Helo ! Kenalin nama saya Abirel, Biasa dipanggil
Birel, saya pindahan dari Amerika, dan saya pindah
Pelangi pudar berganti kabut, semangatku dipagi because my parents have a new job in Indonesia”,
ini sirna ditelan kekesalan yang merajalela. Hitam kata birel dengan gaya bicara Bule sambil
putihku menatap tajam satu arah dengan spontan tersenyum lebar.
bibir kecilku menggambarkan amarahku, “Ah !
Dasar gak punya mata kali yah, bikin aku mumet “Baiklah anak-anak, untuk perkenalan lebih lanjut
aja, nih kan lututku jadi memar”, kataku dengan silahkan di luar KBM berlangsung, dan kamu Nak,
nada tinggi sambil mengelus lututku yang memar. silahkan duduk di bangku kosong sana”, kata ibu
Kepala sekolah sambil menunjuk bangku tepat
Tiba-tiba Echa dan Rain menghampiriku yang didepanku.
sedang duduk dibangku sudut paling belakang.
Echa adalah temenku yang baik, pintar, dan agak Langkah kaki lelaki bule itu semakin mendekat
sedikit pendiam. Sedangkan Rain adalah temanku kearah ku, sorotan mata ku hanya tertuju padanya,
yang paling usil dan suka ngeledek, tapi baik juga aku melihatnya dengan tajam , dan wajah cerahku
sih dengan gaya komediannya itu. seketika menjadi Kaku membawa kembali ingatan
ku kalau ternyata dia yang menabrakku tadi pagi.
“Pagi Key…”, Echa menyapaku dengan senyum Tiba-tiba Echa teman sebangku ku menyenggolku
manisnya itu sambil menepuk pundakku. dengan sikunya.
“Loh kamu kenapa ? masih pagi tuh tampang kok “Kamu kenapa mandangin dia sampai melotot
ditekuk kayak benang kusut aje”, kata Rain dengan ternganga gitu sih ? jangan-jangan kamu terpesona
suara ledekannya itu. dengan tampang manisnya itu yah”, tanya Echa
dengan suara pelan.
“Ih aku kesal banget nih ! orang gak jelas itu tadi
nabrak aku”, kataku dengan muka kesal. “Ah ! Kamu ini ada-ada aja, sepertinya
kekesalanku semakin melonjak drastis deh seketika
“Hahaha, pantesan aja kamu kaya benang kusut aku melihatnya”, kataku dengan ngotot.
gitu, udah udah ngga usah dipikirin anggap aja
“Ngaur kamu ! emang kamu kenal dia ya? “Szzzt… jangan ngomong gitu Rain”, bisik Echa
Hahaha”, kata Echa menertawaiku. dengan suara pelan.
“Bukan Gitu Echa, dia mah yang nabrak aku tadi “Yaudah nih kita kasih”, kata Rain sambil menulis
pagi sampai lutut ku memar gini”, seru ku lagi di secarik kertas putih.
dengan kesal..
Senja memudar, cakrawala telah berganti, samudra
“Hahaha, Jadi itu toh orang ga jelas yang kamu gelap tak berujung, malam pun Bertahta. Ku
bilang itu, jodoh kale “, seru Echa sambil nyengir. baringkan tubuhku di singgasana kecilku seraya ku
“ssszzt, nggak Mungkin banget deh Echa”, seru ku menatap asbes, bisiknya suara getaran dari bawah
sambil mengacak-acak rambut Echa. bantalku merusak imajinasiku. Tampak telpon dari
private number di layar ponselku, aku
menghiraukannya karna aku nggak terlalu open
*** sama hal begituan.
Matahari mulai mendaki kaki langit, Jarum jam Malam semakin larut, ku tarik sehelai kain
menunjuk angka 2, bel pun berbunyi.. menandakan menyelimuti tubuhku, ku pejamkan mata sipitku
pulang sekolah. Ketua kelas segera bersiap ini. lagi-lagi terdengar suara getaran ponselku yang
memimpin doa. Setelah itu para murid segera mengganggu tidurku, tanpa sengaja aku
berhamburan menuju pintu kelas. Tetapi birel mengangkat telpon itu.
menghampiriku.
“Hello hello Im Birel”, kata Birel dengan suara
“Hey, Kamu blom pulang”, tanya Birel memulai yang lembut.
percakapan sambil tersenyum melihatku.
“Hah”, aku spontan shock mendengar suara dari
“Ini mau pulang, aku duluan ya, Bye”, kataku telpon itu, dan segera bangkit dari tempat tidur.
sambil berjalan meninggalkan Birel dengan sikap
jutekku. “Helo.. apa ada orang disana”, tanya Birel lagi

“Hey, Wait wait ! Whats Your Name ? aku ingin “iyaa..ada apa malam-malam gini nelpon ”, tanya
mengenalmu lebih dekat lagi”, seru Birel sambil ku menyahutnya dengan nada datar.
mengangkat tangan kanannya. Tetapi aku tetap “Aku mau minta maaf ke kamu, soal yang tadi
berjalan tanpa menolehnya lagi. pagi.. I’m sorry”, kata Birel dengan sangat
memohon.
Abirel menghampiri Echa dan Rain yang sedang
asyik bercerita di trotoar sekolah. “Oke.. lupain aja. Nggak apa-apa kok”, kataku
cuek padanya.
“Helo Friends, kalian teman perempuan itu yah”,
tanya Birel dengan senyuman manis itu. “Really ? berarti aku boleh dekat sama kamu kan ?
I really hope”, kata Birel dengan girang.
“Perempuan mana”, tanya rain sambil melihat Birel
dan menatap senyuman manis Birel nan indah “Yah.. udah dulu yah, aku ngantuk”, kataku singkat
bagai bunga matahari. dan langsung mematikan telpon itu.

“Mungkin Keyla Kali yah”, tanya Echa menyahut. Tuut..tuuutt..tuuut… telepon terputus.

“Hm Maybe”, seru Birel. ***


“Hem Yang duduk di depan kamu bukan”, tanya Sudah 2 bulan birel menjadi anggota kelas kami.
Rain lagi. Tetapi perhatian aneh hanya tertuju kepadaku, biar
“Yeah, Kalian tahu alamat rumah nya tidak”, tanya bagaimanapun aku masih saja seperti logam nan
Birel dengan tampang penasaran. sukar bereaksi. Saat aku duduk didepan cermin
kamarku, kucurahkan semua, curhatku pada sebuah
“Kita tau sih, tapi dia mah nggak suka kalau ada cermin. bibir tipisku berkata “Sebenarnya yah aku
cowok yang datang kerumahnya, soalnya dia tau kalau birel punya perasaan Hyper ke aku, tapi
termasuk anak yang sensitive dengan cowok”, ujar aku akan tetap dengan pendirian jutek dan cuekku
Rain dengan tampang serius. yang telah mendarah daging sejak aku kecil,
“Hmm.. apa kalian punya number phone Keyla ? walaupun semua orang terpanah dengan paras si
maybe lebih baik kalau saya call dia ajah, I will cowok bule itu, tetapi tidak dengan ku, aku yah
apologize her”, kata birel sambil menekuk aku”.
keningnya.
Matahari mulai lenyap, perlahan beranjak dari
“Ribet amat dah bule yang satu ini”, seru Rain peraduannya, Birel duduk diatas rerumputan hijau
dengan ledekannya itu. dengan memainkan sebuah gitar, dibawah pohon
rindang sembari menikmati sejuknya hembusan “Iyaa loh Key.. makanya jangan jutek deh, makan
angin yang menyapanya. Tiba-tiba Keyla lewat dan hati sendiri loh ntar karna bule itu”, seru Rain usil
Abirel segera menghampirinya lagi.. padaku.

“Hey.. mau kemana”, tanya Birel dengan senyuman “Nggak bakal lah”, jawabku dengan singkat dan
manis. nada datar.

“Mau pulang ini, udah dulu ya”, kataku dengan Keesokan Harinya, tak tampak lagi sosok bule
dingin kepadanya. tinggi, berkulit putih dengan senyuman manis yang
khas itu dikelasku, tapi saat aku menuju bangku ku,
“Tunggu dulu.. aku mau bercerita sama kamu, aku melihat ada secarik amplop berisi kertas putih
Please”, kata Birel sambil memandangiku. dari birel buatku, kertas putih itu bertuliskan, ‘I
Like You and I Never Forget You key,
“Maaf Birel, aku lagi terburu-buru, lain kali aja, ok Sebelumnya, Aku belom pernah Kenal dengan
”, kata ku sambil melangkahkan kaki ku cewek seperti kamu, bagi saya kamu itu dewasa,
meninggalkan birel. see you again Key.. bye bye , You Are Sun Flowers
For me’.
“Aku suka cewe jutek kaya kamu, I really like you”
teriakan Birel dengan keras. Novita Butarbutar
SMAN 1 Siantar Narumonda
Lagi-lagi jawaban jutekku membuat Birel semakin
penasaran dengan ku. Bagi Birel sikap seperti itu
menunjukkan bahwa aku gadis yang dewasa. Dan
Birel nggak bosan-bosannya menebarkan senyum-
senyum kecilnya kepadaku, meskipun aku sama
sekali nggak response padanya.

***

3 bulan telah berlalu, perasaan tak karuan mulai


datang menghampiriku seolah-olah, membuat
harapan bagiku.” Ah ! mungkin ini hanya
imajinasiku saja”, kataku sambil memukul
keningku dengan tangan ku sendiri. Bahkan Rain
dan Echa mulai curiga dengan perhatian-perhatian
kecil yang diberi cowok bule itu padaku.

Saat itu kami sedang dikantin, mengisi perut


kosong kami..

“Key..”, Echa memulai pembicaraan sambil


memukul pundakku dengan pelan.
“Kenapa Cha”, tanya ku melihat echa.
“Kamu ngerasa ada yang aneh nggak dari cowok
bule itu”, tanya Echa lagi.
“Iyaa Key, sepertinya dia nggak jenuh-jenuh deh
menghadapi sikap kamu yang super jutek dan cuek
itu, tapi kamu kok nggak peka-peka sih Key, apa
jangan jangan kamu abnormal yeh.. heheh”,sahut
Rain sambil meledek juga.
“Ah ! kalian ini ada ada aja sih.. udah lupain aja
deh”, seru ku sambil meminum minuman yang
diatas meja.
“Eh… tapi ngemeng-ngemeng sih, kaya nya cowo
bule maco itu bakal balik ke Amerika lagi deh
besok, kalo nggak salah sih job orang tua nya udah
habis deh di Indonesia”, kata rain lagi .
“Masa iya sih..”, tanyaku dengan sedikit penasaran.

Anda mungkin juga menyukai