Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. “R” GIIIP2002 UK 13-14 MINGGU


DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI RUANG DAHLIA I RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

DI KAMAR BERSALIN RSUD GAMBIRAN KEDIRI

Disusun oleh :
ALFI ROHMATUL HAMIM
NIM. 1302460001

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2015
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 DEFINISI
a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan (Maryunani, 2012: 119), tanpa mempersoalkan penyebabnya, dengan berat
badan <500 gram atau umur kehamilan <20 minggu (Fadlun, 2014: 40).
b. Abortus imminens adalah keadaan dimana perdarahan yang berasal dari intrauterine
yang timbul sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin lanjut atau
dipertahankan.
(Maryunani, 2013: 122)
c. Abortus imminens (abortus yang mengancam) adalah perdarahan pervaginam atau
setiap duk vagina yang berdarah selama paruh pertama kehamilan.
(Gant, Norman F, 2010: 82)
d. Abortus immnens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan.
(Prawirohardjo, 2009: 460)
e. Abortus imminens yaitu terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan.
(Kemenkes RI, 2009: 147)
f. Abortus imminens mengacu pada perdarahan intrauterine pada umur <20 minggu
kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa
pengeluaran hasil konsepsi.
(Benson, Ralph. 2008: 294)

2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Pada kehamilan muda, abortus
tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat
kelainan berat, biasanya menyebabkan kematian mudigah pda hamil muda. Faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
1) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X. Paling sering
ditemukannya kromosom dengan trisomi 16.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Adanya faktor anatomi
kongenital pada ibu.
3) Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan. Termasuk faktor infeksi yang
diakibatkan oleh virus TORCH dan malaria yang menyerang ibu. Peranan obat-obatan
reaksional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari melalui anamnesa. Seperti
penggunaan alkohol dan tembakau.
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endartitis dapadapat terjadi di dalam villi koriales
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu.
c. Penyakit ibu yang kronis dan melemahkan, seperti pneumonia, tifus abdominalis,
anemia berat, dan keracunan.
d. Faktor endokrin
Dalam hal ini adalah karena hipertiroidisme, defisiensi progesteron dan diabetes melitus.
e. Faktor imunologi
Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang ari-ari. Selain
itu, karena antibodi antinuclear, antikoagulan lupus, antibodi kardiolipid, serta adanya
inkompabilitas ABO dengan reaksi antigen antibodi.
f. Faktor nutrisi
Adanya malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Namun, belum ditemukan bukti bahwa defisiensi salah satu/ semua nutrien
dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus paling penting.
g. Faktor psikologis
Biasanya ibu belum matang secara emosional merupakan kelompok yang peka terhadap
terjadinya abortus.
(Maryunani, 2013: 120-121)
h. Abnormalitas kariotipe abnormal yang paling umum adalah trisomy (52%), poliploidi
(26%) dan monosomi X (15%).
i. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
j. Kebanyakan etiologi bersifat multifaktorial (campuran genetic dan lingkungan)
k. Infeksi (misal: sitomegali virus), kelainan endokrin (misal: kegagalan korpus luteum)
dan kelainan traktus genetails (misal: uterus subseptata)
l. Penyakit ibu:
– Gangguan endokrin, malnutrisi, keracunan obat, pengaruh toksin
– Gangguan hormonal yang tidak terkendali (contoh: DM)
– Stres emosional
(Benson, Ralph. 2008:295)

2.1.3 KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALANYA


Abortus dapat dibagi menjadi:

1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor mekanik
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah (20% dari semua
abortus).
2. Abortus abortus provocatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan
maupun alat-alat abortus.
3. Abortus medisianalis (abortus Theruaoeutica) adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
4. Abortus kriminalis adalah abortus yang disengaja karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
5. Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedur standar yang aman
sehingga membahayakan keselamatan jiwa pasien.
6. Abortus imminens ( keguguran mengancam ) adalah terjadi perdarahan bercak yang
menunjukan ancaman terhadap suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga
sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan),
uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau
sedikit sekali, tidak ditemukan kelaianan pada serviks.
7. Abortus insipens ( keguguran berlangsung ) adalah terjadi perdarahan ringan hingga
sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi
abortus incomplete atau komplite, dengan tanda-tanda perdarahan sedang hingga masih
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa
kehamilan, kram nyeri perut bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus
terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
8. Abortus inkompletus ( keguguran tidak lengkap ) adalah perdarahan pada kehamilan
muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ditandai: perdarahan sedang, hingga
masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan
berlangsung terus; serviks terbuka, karena masih ada benda didalam uterus yang dianggap
orpus alliem maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi
tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali; uterus sesuai usia
kehamilan; kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules; ekspulsi sebagai
hasil konsepsi.
9. Abortus komplentus ( keguguran lengkap ) adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana seluruh dari hasil konsep telah dilakukan dari kavum uteri, ditandai dengan
perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup/terbuka, uterus lebih kecil dari usia
gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari riwayat hasil konsepsi, pada abortus
komplit perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai. Dan jika dalam 10 hari setelah abortus masih ada
perdarahan juga, maka abortus inkomplite atau edometrosis post abortus harus dipikirkan.
10.Abortus tertunda (missed abortion) adalah perdarahan pada kehamilan muda, disertai
retensi hasil konsepsi yang telah mati, hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai
amenorea, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaannya serta selama observasi
fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan
belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi yang menjadi negative pada 2-3 minggu
sesudah fetus mati, serviks tertutup da nada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa
perutnya dingin atau kosong.
11.Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah suatu keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturu-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERIG abortus spontan
terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus kemungkinan ke 4 berjalan normal sekitar
16%.
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010; 142-144)
Gejala klinis abortus incomplite:
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b. Perdarahan mendadak banyak ,menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma) .
(Manuaba, 2012; 294)
. Gejalanya ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks masih tertutup uterus
sesuai usia gestasi, kram perut bawah nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit
sekali, tidak ditemukan kelainan pada serviks.
(Maryunani, 2013: 123)
b. Perdarahan pervaginam pervaginam sedikit/ bercak pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu.
c. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali.
d. Hasil tes kehamilan (+) / positif
e. Palpasi: TFU sesuai UK
(Prawirohardjo. 2009:487)
f. Kram perut bagian bawah
g. Uterus lunak
(Kemenkes RI, 2009: 146)
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Ovum akhirnya
terlepas seluruhnya atau sebagian dan mungkin karena bersifat sebagai benda asing di uterus
merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan janin tersebut dikeluarkan.
Pada abortus setelah usia 12 minggu, dapat terjadi beberapa hal:
1. Janin yang tertahan mungkin mengalami maserasi. Pada keadaan ini tulang tengkorak
kolaps, abdomen membengkak dan terisi oleh cairan yang tercemar darah, dan janin tampak
berwarna merah suram seluruhnya. Pada saat yang sama, kulit melunak dan terkelupas in utero.
Organ-organ internal mengalami degenerasi dan nekrosis
2. Cairan amnion mungkin diabsorbsi saat janin terjepit dirinya sendiri dan mengalami
pengeringan, sehingga membentuk fetus kompresus
3. Kadang janin akhirnya menjadi sangat kering dan tertekan sehingga janin mirip dengan
kertas perkamen dan disebut sebagai fetus piparaseus. Pembentukan fetus papiraseus ini relative
sering terjadi pada kehamilan kembar dengan salah satu janin meningggal secara dini sementara
yang lain tetap tumbuh.
(Gant, Norman F. 2010: 79)
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi
khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta dan
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum),
mungkin pula janin telah mati lama (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus
dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah
mola tuberosa dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mongering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng
(fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan.
(Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. 141-142)
2.1.5 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
bisa terjadi sedikit dalam waktu yang panjang
dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok
2. Infeksi
3. Degenerasi ganas
Keguguran dapat menjadi korio karsinoma. Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan
berlansung lama, terjadi pembesaran atau perlukaan rahim, terdapat metastase ke vagina atau
lainnya.
4. Infertilitas dapat terjadi karena oklusi tuba yang meradang setelah abortus terinfeksi.
(Benson, Ralph. 2008:298)

2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui
keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran biometri janin/
kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin
dan gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya pembukaan kanalis servikaslis.
(Prawirohardjo. 2009:468)

2.1.7 PENATALAKSANAAN
Penilaian awal :
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90mmHg, nadi
>112x/menit)
3. Bila syok disertai dengan massa lunak adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas
dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang teganggu
4. Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret atau berbau perfaginam, nyeri
perut bawah, dinding perut tegang, nyerri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
5. Tentukan melalui efaluasi pasien dapat ditatlaksanakan pada fasilitas kesehatan setempat
atau dirujuk
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 149)
Penanganan spesifik abortus imminens
1. Tirah baring secara total
2. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual
3. Bila perdarahan :
- Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal and penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi
- Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hannya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 149)
Pasien harus tirah baring setelah bahaya perdarahan dan infeksi berlalu. Penilaian klinis
akan menentukan apakah tirah baring dapat dilakukan di rumah (biasanya hanya pada keadaan
tanpa masalah) atau du rumah sakit. Hubungan seksual dan pencucian vagina merupakan kontra
indikasi.
Pencitraan dengan ultrasonografi berguna untuk menentukan kesejahteraan janin. Jelas
bahwa penentu utama prognosis adalah janin yang hidup dan struktur janin yang normal.
Abortus tanpa tanda-tanda kehidupan janin harus yang memadai dengan pasien dan
keluarganya.
Terapi progesterone bermanfaat secara teoretis pada kurang 5% abortus (pada kasus-
kasus dengan defisiensi yang tercatat). Pada kasus-kasus ini, kita dapat memberikan
progesterone secara parenteral atau dengan supositoria vagina. Namun, pengobatan
progesterone tetap masih diperdebatkan. Masalah yang menjadi perdebatan utama adalah
pemilihan kasus yang tepat, efikasi yang masih diragukan, kemungkinan berlanjutnya retensi
kehamilan abnormal (yaitu missed abortion) dan kemungkinan teratogenesis. Tetapi lain (yaitu
tokolitik) bahkan lebih diragukan lagi.
(Benson, 2008; 300-301)
POHON MASALAH

Kehamilan TM I dengan
dengan abortus imminens.

Penyebab

Hasil konsepsi Ibu

Abortus imminens

Perdarahan dan disertai servik yang mengikat namun hasil konsepsi masih dalam
uterus (abortus insipiens)

Terjadi kontraksi uterus karena menganggap ada benda asing dalam uterus
sehingga perdarahan disertai pengeluaran sebagian hasil konsepsi dan masih ada
sisa dalam uterus (abortus incomplit).

Semakin banyak hasil konsepsi yang dikeluarkan sehingga seluruh hasil konsepsi
akhirnya keluar dari uterus.

 KIE kondisi saat ini


 Anjurkan untuk Tirah baring secara total
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual
 Konseling nutrisi
 Anjurkan ibu kunjungan ulang 2 minggu
kedepan
2.2 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HSMIL DENGAN ABORTUS
IMMINENS.
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : jam dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No register : nomer register masuk pasien di RS

2.2.1 PENGAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
Umur : merupakan termasuk golongan resiko tinggi atau tidak, usia yang reproduktif
untuk hamil dan melahirkan yaitu antara usia 20-35 tahun (Manuaba, 2008; 235)
Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sehingga mempermudah dalam pemberian
KIE.
2. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali
perdarahan pervaginam. (Prawirohardjo. 2009:467)
3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Mengkaji riwayat persalinan yang lalu untuk multipara. Untuk mengetahui bagaimana
riwayat persalinan, keadaan bayinya terdahulu, jenis kelamin, penolong, tempat persalinan
dan apakah terdapat komplikasi saat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
4. Riwayat menstruasi
Data ini penting sebagai acuan untuk mengetahui usia kehamilan ibu saat ini. Karena abortus
immnens biasanya terjadi saat usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
(Prawirohardjo. 2009: 467)
5. Riwayat KB
Kontrasepsi pernah dikaitkan dengan peningkatan insiden abortus, tetapi sekarang
tampaknya hubungan ini tidak terbukti. Hal ini berlaku baik bagi kontrasepsi oral maupaun
bahan spermatosida yang digunakan dalam bentuk gel dank rim kontrasepsu. Namun, AKDR
dihubungkan dengan peningkatan insiden abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.
6. Riwayat Penyakit
Perempuan yang menderita diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama,
resiko abortus dan malformasi janin meningkat signifikan.
(Prawirohardjo. 2009: 466)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
keadaan umum : baik sampai dengan lemah
kesadaran : compos mantis sampai dengan koma
TTV
TD : normal (100/60 – 120/80 mmHg)
N : normal (70 – 90 x/menit)
RR : normal (16 – 24 kali/menit)
Suhu : normal (36,5 - 37,5 C)
o o

2. Pemeriksaan Khusus
Lakukan pemeriksaan panggul:
 Bersihkan bekuan darah dan masa kehamilan dalam lumen vagina dan ostium
serviks
 Perhatikan adanya secret yang berbau
 Sifat dan jumlah perdarahan
 Pembukaan serviks
 Besar (sesuai dengan HPHT), konsistensi dan arah uterus
 Nyeri goyang serviks atau nyeri tekan paramentrium atau nyeri pada organ
genetalia dalam lain (lokasi, intensitas)
 Tumor pelvik
Pada penderita abortus imminens akan ditemukan:
 Jumlah perdarahan sedikit sampai sedang
 Serviks tertutup
 Besar uterus sesuai dengan usia kehamilan
(PONED. 2008: 3-5)

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
(Prawirohardjo. 2009:468)

2.2.2 INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : G…..UK....dengan Abortus Imminens
Ds : Ibu mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan
pervaginam. (Prawirohardjo. 2009:467)
Do : Keadaan umum : baik sampai dengan lemah
Kesadaran : composmentis sampai koma
TTV
TD : normal (110/60 – 120/80 mmHg)
N : normal (70 – 90 kali/menit)
RR : normal (16 – 24 kali/menit)
Suhu : normal (36,5 - 37,5 C)
o o

Palpasi : Lakukan pemeriksaan leopold untuk memastikan apakah TFU sesuai dengan usia
kehamilan atau tidak.

Pemeriksaan dalam : evaluasi sifat dan jumlah perdarahan, perhatikan adanya secret yang
berbau, serviks terbuka atau tertutup (PONED, 2008 : 3-5)
Masalah:
Ketidaknyamanan akan rasa nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung
bawah.
(Varney, 2007: 605)
Kebutuhan:
- Pemeriksaan rasa aman dan nyaman
- Penjelasan tentang kondisi ibu
- Berikan dukungan dan motivasi
- Informasi tentang makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

2.2.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


A. Diagnosa Potensial
Perdarahan yang menetap dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu sehingga
berpotensi terjadinya abortus insipiens dan abortus inkompletus.
(Gant, Norman F. 2010: 82)
- Abortus Insipiens
- Abortus inkomplit
B. Masalah Potensial
- Anemia berat
- Infeksi
- Syok

2.2.4 IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter Sp. OG.

2.2.5 INTERVENSI
Diagnosa/Masalah/
No Intervensi Rasional
Kebutuhan
1. Dx : Tujuan :
Kehamilan berlangsung
G…..UK...dengan
normal, keadaan ibu dan janin
abortus imminens
baik, janin dapat
dipertahankan.

Kriteria hasil :
1. Pertumbuhan dan
perkembangan janin
sesuai usia kehamilan.
2. Ibu dapat baradaptasi
dengan kehamilannya.
3. TTV ibu selalu dalam
batas normal.
4. Perdarahan berhenti, dan
1. Ibu menjadi lebih tenang dan
janin dapat dipertahankan. tidak khawatir dengan
kondisinya.
Intervensi : 2. Aktifitas yang berat dapat
1. Jelaskan pada ibu kondisi memperburuk kondisi ibu.
kehamilannya .
3. Hubungan seksual dapat
2. Anjurkan ibu untuk tirah
merangsang kontraksi uterus
baring 24-48 jam.
yang berakibat abortus
terutama pada kehamilan
3. Anjurkan ibu untuk
muda.
mengurangi aktifitas
seksual.
4. Untuk membantu tumbuh
kembang janin yang baik.

4. Beri konseling nutrisi


pada ibu agar dapat
5. Adanya kolaborasi dengan
memenuhi kebutuhan
dokter diharapkan pasien
nutrisinya.
dapat memperoleh terapi obat-
5. Kolaborasi dengan dokter.
obatan untuk mempertahankan
janin yang ada dalam rahim
ibu.

6. Ibu mendapatkan pelayanan


yang berkesinambungan, serta
6. Anjurkan ibu untuk
perkembangan kondisi ibu
kunjungan ulang 2 minggu
dapat dipantau.
kemudian.

2.2.6 IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi

2.2.7 EVALUASI
Sesuai dengan tindakan yang dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian data yang dilakukan pada kasus Ny. ”I” di atas meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan laboratorium dapat ditegakkan suatu diagnosa bahwa
kehamilan Ny.”I” merupakan kehamilan dengan abortus imminens. Oleh karena itu, perlu dilakukan
tindakan untuk mempertahan kan janin.
Dari hasil pengkajian di atas Ny.”I” mengeluh mengeluarkan darah sejak tadi malam pukul
00.45 WIB, setelah dilakukan pemeriksaan pervaginam ternyata terdapat pengeluaran lendir darah dan
tidak terjadi pembukaan serviks. Karena keadaan tersebut maka Ny.”I” dianjurkan untuk tirah baring
selama 24-48 jam sambil dilakukan evaluasi apakah terjadi perdarahan berlanjut atau tidak. Tindakan
tersebut sesuai dengan konsep menejemen yaitu ” Tirah baring secara total” (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. 2009: 149).
Karena selama pasien tirah baring tetap terjadi perdarahan maka pada tanggal 26 Mei 2015
pukul 10.00 dokter metutuskan melakukan tindakan USG. Tindakaan tersebut sesuai dengan konsep
menejemen yaitu “pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, diperhatikan pula ukuran
kantong gesatasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasaran HPHT”. (Prawirohardjo. 2009:470)
Selain itu dokter juga memberikan obat-obatan untu mempertahan kan keadaan janin.
Setelah dilakukan tindakah USG, pukul 12.30 pasien dipindahkan ke R.Dahlia II untuk rawat
inap.
BAB V
PENUTUP

2.3 Kesi
mpulan

Abortus imminens yaitu terjadinya perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman


terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. Abortus imminens biasanya terjadi saat usia kehamilan kurang dari
20 minggu.
Pasien yang mengalami abortus imminens memerlukan tirah baring selama 24-48 jam dan
menghindari hubungan seksual sampai lebih kurang 2 minggu. Jika perdarahan terus berlanjut
maka perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti tanda bahaya kehamilan sehingga abortus imminens pada ibu
hamil trimester pertama dapat di cegah.
5.2.2 Bagi tenaga kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang tepat dan bermutu
pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Alih bahasa, Susiani Wijaya.---Ed. 9---.
Jakarta: EGC.
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Gant, Norman F. 2010. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri. Alih bahasa, Brahm U. Jakarta: EGC
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kebidanan Maternal dan Neonatal Patologis. Jakarta: TIM
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
---Ed. 1, Cet. 5---. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarono Prawirohardjo
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

_________. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) JNPK-KR.
Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai