PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak,
mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses
kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan
masyarakat pada umumnya Casmini 2007 dalam (Bea Septriari, 2012).
Kecerdasan emosional sebagai kesanggupan untuk memperhitungkan
atau menyadari situasi tempat kita berada, untuk membaca emosi orang lain
dan emosi kita sendiri, serta untuk bertindak dengan tepat ( Hartono, 2012).
Kecerdasan sosial merupakan kemampuan yang membantu seseorang
untuk berhubungan baik dengan orang lain (Pariosi, 2013).
Di Indonesia, jumlah perceraian semakin meningkat. Data Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen BadilagMA),
kurun waktu 2010 ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke
Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi
sejak 5 tahun terakhir. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat
perceraian yang cukup tinggi (Anata Rahman, 2014).
Berdasarkan berbagai sumber referensi dan data yang ada jumlah
keluarga orang tua tunggal dari pada ayah yang menjadi orang tua tunggal,
lebih banyak dibandingkan dengan keluarga orang tua pria. Menurut
Wibowo (2008) perbandingan jumlah janda dan duda di Indonesia adalah
469:100, artinya jumlah duda yang tidak memlah janda yang tidak menikah
lagi. Jadi lebih banyak duda yang menikah akibatnya ibu orang tua
tunggal lebih banyak. Hasil survey sosial ekonomi nasional yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik tahun 1994 (Harian Tempo, 2011) menunjukkan
bahwa jumlah ibu di Indonesia yang menjadi kepala rumah karena bercerai
sebanyak 778.156 orang dan karena kematian suami berjumlah 3.681.586
orang (total 4.459.724). Berdasarkan data Program Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga (Pekka), terdapat sedikitnya 40 juta jiwa di Indonesia
1
2
berstatus janda. Hal ini berarti kenaikan jumlah orang tua tunggal ibu hampir
sepuluh kali lipat selama rentang 10 tahun (Akmalia, 2013).
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 mencatat jumlah orang tua
tunggal di Indonesia sebanyak 1,76% dari total rumah tangga dengan sebab
perceraian dan sebanyak 5,77% dengan sebab kematian pasangan. Tahun
2011 BPS juga mencatat 2,49% ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan
sebab perceraian dan 9,59% dengan sebab kematian pasangan. Ayah yang
menjadi orang tua tunggal, BPS mencatat sebanyak 1,02% dengan penyebab
perceraian dan dengan penyebab kematian pasangan sebanyak 1,96%
(Nihlatun Naf’ah, 2014).
Di lingkungan Jenetallasa jumlah orang tua tunggal pada tahun 2018
sebanyak 40 orang. Orang tua tunggal dibedakan menjadi empat yaitu duda
yang ditinggal cerai sebanyak 7 orang, duda yang ditinggal mati sebanyak 5
orang, janda yang ditinggal cerai sebanyak 9 orang dan janda yang ditinggal
mati sebanyak 19 orang.
Didalam keluarga, pengasuhan merupakan faktor terpenting yang ada
didalamnya. Bagaimana kepribadian anak pada nantinya akan banyak
dipengaruhi oleh pengasuhan yang digunakan oleh orang tuanya. Dalam
keluarga orang tua tunggal, pengasuhan yang diterapkan tentu tidak sama
dengan pengasuhan yang diterapkan pada keluarga utuh pada umumnya.
Termasuk dalam hal kecerdasan emosional dan sosial (Anata Rahman, 2014).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ hubungan pola asuh
orang tua tunggal terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial anak
di lingkungan Jenetallasa kecamatan Pallangga kabupaten Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka muncul
pokok permasalahan yaitu bagaimana hubungan pola asuh orang tua tunggal
terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial anak di lingkungan
Jenetallasa kecamatan pallangga kabupaten gowa.
2
3
C. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan sarana, prasarana dan waktu sehingga
pada penelitian ini peneliti melakukan batasan terhadap penelitian ini adalah
hanya mengambil pembahasan hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap
kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial anak.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap
kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial anak di lingkungan
Jenetallasa kecamatan Pallangga kabupaten Gowa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat gambaran pola asuh orang tua tunggal di lingkungan
Jenetallasa kecamatan Pallangga kabupaten Gowa.
b. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua tunggal dengan
tingkat kecerdasan emosional anak di lingkungan Jenetallasa kecamatan
Pallangga kabupaten Gowa.
c. Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua tunggal dengan
kecerdasan sosial di lingkungan Jenetallasa kecamatan Pallangga
kabupaten Gowa.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini sebagai sumbangan ilmiah dan bahan bacaan
bagi semua. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.
2. Manfaat Institusi
Memberikan informasi mengenai hasil yang dilakukan dan sebagai
gambaran informasi untuk institusi pendidikan STIKES Panakkukang
Makassar khususnya jurusan keperawatan.
3
4
3. Untuk Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat selama pendidikan.
b. Sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan S1
keperawatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan
menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang
dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua (Takdir, 2013).
Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh
lain berupa sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak,
memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang
dan sebagainya. Kemudian berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal
kesehatan fisik dan mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan
tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga, masyarakat dan
lain sebagainya (Bea Septriari, 2012).
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan
anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak dalam mencapai
proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang
diharapkan masyarakat pada umumnya Casmini 2007 dalam (Bea
Septriari, 2012).
2. Prinsip Dalam Mengasuh dan Membimbing Anak
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu
merupakan suatu proses. Agar pertumbuhan dan perkembangan berjalan
sebaik-baiknya anak perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa,
terutama dalam lingkungan kehidupan keluarga. Peran orang tua adalah
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak kearah
yang positif (Bea Septriari, 2012).
5
6
Kecerdasan Anak
Identifikasi Variabel
Adapun identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah
- Variabel independen adalah pola asuh
- Variabel dependen adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan
sosial.
4. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Pola Asuh
Pola asuh adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
anak.
Kriteria obyektif :
- Baik jika skor yang diperoleh > 18
- Buruk jika skor yang diperoleh ≤ 18
KO : Jumlah pertanyaan tertinggi x skor tertinggi
: 12 x 2 = 24
KO : Jumlah pertanyaan tertinggi x skor terendah
: 12 x 1 = 12
: 24 + 12 = 36
1
Ti. Median =2 x36
= 18
16
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional yang teliti adalah kecerdasan emosi
adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri
dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri.
Menggunakan skala Gutman dengan skor 2 (Ya) dan 1 (Tidak).
Kriteria obyektif :
- Baik jika skor yang diperoleh > 15
- Buruk jika skor yang diperoleh ≤ 15
KO :Jumlah pertanyaan tertinggi x skor tertinggi
: 10 x 2 = 20
KO : Jumlah pertanyaan tertinggi x skor terendah
: 10 x 1 = 10
20 + 10 = 30
1
Ti. Median =2 x30
= 15
c. Kecerdasan Sosial
Kecerdasan sosial yang teliti adalah kemampuan untuk
menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat.
Menggunakan skala Gutman dengan skor 2 (Ya) dan 1 (Tidak).
Kriteria obyektif :
- Baik jika skor yang diperoleh > 15
- Buruk jika skor yang diperoleh ≤ 15
KO : Jumlah pertanyaan tertinggi x skor tertinggi
: 10 x 2 = 20
KO : Jumlah pertanyaan tertinggi x skor terendah
: 10 x 1 = 10
20 + 10 = 30
1
Ti. Median =2 x30
= 15
17
5. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Nol (H0)
Adapun hipotesis nol (H0) dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap kecerdasan
emosional.
2) Tidak ada hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap kecerdasan
sosial.
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
Adapun hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Ada hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap kecerdasan
emosional.
2) Ada hubungan pola asuh orang tua tunggal terhadap kecerdasan sosial.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif menurut Sukmadinata 2006 adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang alamiah atau buatan manusia. Fenomena ini bisa
berupa hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena satu dengan
lainnya. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan pola
asuh orang tua tunggal terhadap kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial
anak di Lingkungan Jenetallasa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
(Budiman, 2013).
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Cross sectional, merupakan suatu
penelitian dimana subjek penelitian diamati, diukur, diminta jawabannya.
C. Populasi Penelitian
38
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan
menentukan keakuratan hasil penelitian. Sumber data atau subjek penelitian
mempunyai karakteristik tertentu, berbeda-beda sesuai dengan tujuan peneliti
(Saryono, 2013).
Pada penelitian ini populasinya adalah orang tua tunggal yang memiliki
anak di Lingkungan Jenetallasa, yang berjumlah 40 orang.
D. Sampel Penelitian
Sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi disebut sebagai
sampel. Adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan sebab lain, peneliti
hanya menggunakan sebagian dari populasi sebagai sumber data (Saryono,
2013).
18
19
a. Besar Sampel
N
𝑛=
Nd² + 1
40
𝑛=
40(0,05)2 + 1
40
𝑛 = 40(0,0025) +1
40
𝑛 = 0,1+1
40
𝑛=
1,1
𝑛 = 36
Keterangan:
n :jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : Kesalahan sampel yang masih dapat ditolelir ( 0,05 )
b. Sampling
Tekhnik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi dalam
penelitian (Riyanto, 2011).
Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Teknik pengambilan sampel bertujuan dilakukan tidak
berdasarkan strata, kelompok atau acak, tetapi berdasarkan
pertimbangan / tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan atas
pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya, tenaga, sehingga tidak
dapat mengambil sampel dalam jumlah besar dan jauh (Saryono dan
Dwi, 2013).
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
20
lainnya. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
F. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dalam penelitian
informasi yang diinginkan didapatkan melalui dua jenis sumber data
yaitu:
a. Data Primer
Data primer disebut juga sebagai data pertama. Data primer
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai
sumber informasi yang dicari (Saryono dan Dwi, 2013).
Data primer diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada
orang tua tunggal dan lembar observasi yang didapat dari hasil
observasi anak.
b. Data Sekunder
Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder
adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono dan Dwi,
2013).
Data diperoleh melalui instansi yang terkait yang merupakan
data pelengkap untuk data primer yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
2. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul diadakan:
a. Editing data
22