Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL WEDUSAN (Ageratum conyzoides L.

)
TERHADAP MORTALITAS KUTU PUTIH (Bemisia tabaci Genn.)
(The Effectivity of Ageratum conyzoides L. Ethanol Extract on Bemisia tabaci Genn.
Mortality)

Elvi Nuraini1, Betty Lukiati1, Fatchur Rohman1


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang
Corresponding: betti.lukiati.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK Bemisia tabaci Genn. merupakan salah satu hama utama yang
menyerang tanaman sayuran di Indonesia. Serangan Bemisia tabaci Genn. menyebabkan
turunnya produktivitas bahkan kegagalan panen. Pengendalian Bemisia tabaci Genn.
yang dilakukan saat ini masih bertumpu pada penggunaan insektisida sintetis. Insektisida
sintetis memiliki dampak negatif terhadap komponen ekosistem lainya seperti,
menimbulkan resistensi, resurjensi hama, kematian organisme yang menguntungkan dan
menyebabkan kematian musuh alami Bemisia tabaci Genn. Usaha untuk mengatasi
dampak negatif tersebut, diperlukan alternatif pengendalian dengan menggunakan
insektisida nabati. Insektisida nabati berasal dari senyawa metabolit sekunder suatu
tanaman salah satunya adalah Ageratum conyzoides L. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui adanya pengaruh ekstrak Ageratum conyzoides L. terhadap mortalitas nimfa
Bemisia tabaci Genn, (2) mengetahui konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides L. yang
paling efektif terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn. Metode penelitian yang
dilakukan terdiri dari: persiapan nimfa Bemisia tabaci Genn., pembuatan ekstrak
Ageratum conyzoides L. dan pengujian ekstrak Ageratum conyzoides L. terhadap
mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat
pengaruh ekstrak Ageratum conyzoides L. terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci
Genn., akibat adanya kandungan senyawa bioaktif yang bersifat toksik dengan nilai LC₅₀
sebesar 4.06 (mg/ L)., (2) Konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides L. yang paling bagus
terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn. adalah 10% yang menyebabkan kematian
sebesar 94%, akan tetapi konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides L. paling efektif
adalah 4,06% karena konsentrasi tersebut memenuhi kriteria dapat menyebabkan
mortalitas sebanyak 50%.
ABSTRACT Bemisia tabaci Genn. is one of the main types of pests that attacks
vegetable plants in Indonesia. The attack of Bemisia tabaci Genn. caused a drop in
productivity and even crop failure. The control of Bemisia tabaci Genn that had been
done is still focused on the use of synthetic insectisides. The synthetic insectisides caused
negative effects on ecosystem components such as causing resistence, pests resurgence,
death of profitable organism, and causing death of Bemisia tabaci Genn natural enemis.
Effort to resolve the negative effects need alternative control using botanical insectisides.
The botanical insectisides derived from secondary metabolites compound of plant such as
Ageratum conyzoides L. The purposes of this research are (1) to know the effect of
Ageratum conyzoides L extract on mortality of Bemisia tabaci Genn nymph (2) to know
the most effective concentration of Ageratum conyzoides L extract on mortality of
Bemisia tabaci Genn nymph. The research methods are preparing Bemisia tabaci Genn
nymph, making Ageratum conyzoides L extract, and testing Ageratum conyzoides L
extract on mortality of Bemisia tabaci Genn nymph. The result showed that (1) there was
effect of Ageratum conyzoides L extract on mortality of Bemisia tabaci Genn nymph
caused by content of toxic bioactive compounds with value of LC50 of 4.06 (mg/L) (2) the
best concentration of Ageratum conyzoides L extract on mortality of Bemisia tabaci Genn
nymph was 10% causing 94% death, but the most effective concentration of Ageratum
conyzoides L extract was 4,06% because the concentration can cause the mortality of
50%.

1. Pengantar

Bemisia tabaci Genn. merupakan salah satu jenis hama utama yang menyerang
tanaman sayuran di Indonesia. Hama ini bersifat polifag dan menyerang tanaman dengan
cara mengisap cairan pada bagian daun, pucuk daun, tangkai bunga ataupun bagian
tanaman lainnya. Bemisia tabaci Genn. menyebabkan kerusakan pada tanaman sayuran
secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung pada tanaman ditandai dengan
adanya gejala bintik klorotik pada daun tanaman. Bintik klorotik diakibatkan oleh
aktivitas makan Bemisia tabaci Genn. dengan menghisap daun tanaman menggunakan
alat hisap (stilet). Adanya bintik klorotik tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
jumlah klorofil pada daun dan menyebabkan gejala klorosis, mudah mengering, sehingga
tanaman akan mudah gugur sebelum waktunya dan akhirnya mati (Yuliani dkk., 2006).

Kerusakan tidak langsung pada tanaman ditandai dengan terbentuknya noda hitam
pada permukaan daun tanaman. Noda tersebut muncul akibat akumulasi embun madu
atau sekret yang dihasilkan oleh Bemisia tabaci Genn.. Embun madu yang dihasilkan
akan menjadi media tumbuh kapang embun jelaga (Cladosporium spp. dan Alternaria
spp). Pertumbuhan kapang embun jelaga pada permukaan daun tersebut akan mengurangi
efisiensi fotosintesis karena menghalangi cahaya yang akan masuk ke daun (Antignus,
2007). Pengendalian yang dilakukan terhadap serangan Bemisia tabaci Genn. hingga saat
ini masih bertumpu pada penggunaan insektisida sintetis. Penggunaan insektisida sintetis
yang kurang tepat guna dapat menimbulkan dampak negatif seperti menimbulkan
resistensi, resurjensi hama, kematian organisme yang menguntungkan dan menyebabkan
kematian musuh alami Bemisia tabaci Genn. (Hendrival dkk., 2013).
Alternatif untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan
insektisida sintetis, perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida
nabati. Insektisida nabati berasal dari senyawa metabolit sekunder suatu tanaman dan
bersifat ramah lingkungan, murah, serta mudah diperoleh. Spesies tumbuhan yang
memiliki potensi sebagai insektisida nabati berasal dari famili Asteraceae, salah satunya
adalah Ageratum conyzoides L. (Hendrival dkk., 2013). Ageratum conyzoides L. selain
mengandung senyawa precocene juga mengandung senyawa aktif lain yang berperan
sebagai insetisida nabati seperti saponin, alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri. Senyawa
saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus nimfa
sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif (Kardinan, 2001).
Adanya potensi tanaman Ageratum conyzoides L. yang memiliki kandungan
senyawa sebagai insektisida nabati, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak Ageratum conyzoides L. terhadap mortalitas kutu putih (Bemisia tabaci Genn.)
dari tanaman Capsicum annum L. dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan variasi
konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides L. yang paling efektif terhadap mortalitas
hama Bemisia tabaci Genn.
2. Metode
Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2018 – April 2018, bertempat di
Ruang BIO 203 Laboratorium Biologi FMIPA, Universitas Negeri Malang dan
merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan dan 5 kali ulangan. Obyek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nimfa Bemisia tabaci Genn. yang diperoleh dari tanaman
yang terserang hama Bemisia tabaci Genn. yang diperoleh dari kebun Biologi Universitas
Negeri Malang. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nampan
plastik, alat penggiling daun, botol selai kaca, pipa pengaduk, corong penyaring, Rotary
evaporatory, nampan plastik, cawan petri, alat semprot, pinset, gelas plastik, elemeyer,
pipet, bolpoint. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aquades steril, plastik,
etanol 96%, daun Ageratum conyzoides L., kertas, kain kasa, kertas saring, tanah, pupuk
kandang, benih cabai merah.
Pengujian efektivitas terdiri dari pengujian pendahuluan untuk menentukan
kisaran konsentrasi dan pengujian utama untuk menentukan konsentrasi anjuran. Metode
yang digunakan pada pengujian ini adalah metode penyemprotan (kontak tubuh), dengan
langkah sebagai berikut: a) disiapkan ekstrak Ageratum conyzoides L. dengan variasi
konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%, b) disiapkan nimfa Bemisia tabaci Genn.
sebanyak 10 ekor dengan diletakkan pada kaca benda, c) dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan sprayer yang telah berisi ekstrak dengan volume semprot 1 ml, f)
dilakukan pengamatan setelah 24 jam dan dihitung jumlah nimfa yang mati (Subagiya,
dkk., 2009). Pengamatan efektivitas ekstrak Ageratum conyzoides L. terhadap nimfa
Bemisia tabaci Genn. dilakukan setelah 24 jam dengan menghitung jumlah nimfa yang
mati.

3. Hasil dan Pembahasan


Penghitungan tingkat mortalitas nimfa B.tabaci Genn. dihitung dengan
menentukan jumlah nimfa B.tabaci Genn. yang mati dalam setiap kelompok perlakuan.
Grafik mortalitas B.tabaci Genn. dapat dilihat pada Gambar 1.

94%
100%
80%
Tingkat Mortalitas (%)

80%
56%
60%
42%
40% 24%
20% 0%
0%
A B C D E
Konsentrasi ekstrak

Gambar 1 Histogram Tingkat Mortalitas nimfa B.tabaci Genn., A= 0%, B= 2%, C= 4%,
D= 6%, E= 8%, F= 10%

Berdasarkan grafik pada gambar 1 menunjukan bahwa pada tingkat konsentrasi


yang berbeda menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak Ageratum
conyzoides L. yang diberikan maka semakin besar tingkat mortalitas nimfa Bemisia
tabaci Genn. Hasil penelitian pada perlakuan kontrol atau konsentrasi 0% tidak
berpengaruh. Pada pemberian perlakuan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% terdapat
pengaruh dan mengalami gejala awal yang sama yaitu dengan hilangnya lapisan lilin pada
permukaan tubuh. Setelah lapisan lilin hilang terjadi kerusakan pada lapisan kutikula
yang menyebabkan perubahan pada tubuh nimfa menjadi pipih, memanjang, permukaan
tidak rata bahkan tubuh menjadi berongga. Semua perubahan bentuk tubuh nimfa Bemisia
tabaci Genn. tersebut akibat kehilangan cairan. Akibat kehilangan cairan tersebut
menyebabkan kematian pada nimfa Bemisia tabaci Genn.
Senyawa bioaktif lain pada ekstrak Ageratum conyzoides L. yang dapat
menyebabkan kematian dan kegagalan metamorfosis adalah alkaloid, precocene, saponin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri. Senyawa bioaktif merupakan zat toksik yang
dapat masuk kedalam tubuh nimfa B.tabaci Genn. dengan menembus lapisan kutikula
karena ukuran tubuh serangga yang kecil sehingga permukaan luar tubuh yang terkena
cairan ekstrak (terdedah) lebih besar (terhadap volume). Kutikula bersifat hidrofob dan
lipofilik sehingga senyawa bioaktif yang bersifat non polar mudah menembus lapisan
kutikula (Astrid, dkk., 2009).

Kandungan saponin pada ekstrak Ageratum conyzoides L. memiliki sifat yang


hampir sama dengan deterjen, yaitu memiliki kemampuan dalam merusak membrane sel
dan dapat melarutkan bahan-bahan lipofilik dengan air. Mekanisme dari saponin yaitu
dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus nimfa
sehingga dinding traktus digestivus menjadi korosif (Fitriana, 2016). Sifat lain dari
saponin tidak hanya menganggu lapisan lipid dari epikutikula tetapi juga menganggu
lapisan protein endokutikula sehingga senyawa toksik dapat dengan mudah masuk ke
tubuh nimfa B.tabaci Genn (Hopkins dan Huner, 2004). Alkaloid juga mampu
menghambat pertumbuhan serangga melalui sistem hormone. Tiga hormon utama dalam
serangga yaitu hormon otak (brain hormone), hormon ekdison (pergantian kulit), dan
hormon pertumbuhan (juvenile hormone). Tidak berkembangnya hormon tersebut dapat
menyebabkan kegagalan metamorphosis. Cara kerja lain alkaloid adalah dengan
bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut, bila senyawa tersebut masuk
kedalam tubuh maka alat alat pencernaanya akan terganggu (Fitriana, 2016).

Minyak atsiri pada ekstrak Ageratum conyzoides L. yang menghasilkan aroma


khas yang mana akan menganggu sistem pernafasan. Selanjutnya, minyak atsiri akan
menganggu system saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan atau tidak bergerak dan
akan menimbulkan kematian (Asmaliyah dkk., 2010). Volatilis minyak atsiri yang tinggi
menyebabkan minyak atsiri dapat berperan sebagai fumigant, yakni racun perut yang
bekerja melalui system pernafasan (Melati dkk., 2017). Menurut Dehgani dan Ahmadi
(2013) semakin volatile suatu minyak atsiri maka semakin kuat pengaruh repellent dan
antioviposisinya.

Precocene merupakan salah satu senyawa yang masuk kedalam golongan minyak
atsiri. Kandungan prococene yang terdapat didalam ekstrak Ageratum conyzoides L.
memiliki sifat antifeedant terhadap beberapa serangga sehingga dapat bekerja secara
kontak dan racun perut (Christiyanto, 2013). Senyawa precocene dapat menyebabkan
nimfa mengalami nekrosis dan atropi karena precocene anti terhadap homon juvenil.
Rendahnya produksi Hormon juvenil memicu PTTH (Prothoracicotropic Hormone)
untuk menstimulasi kelenjar protoraks menghasilkan hormon ekdison, akibatnya
pergantian kulit atau proses pemupaan menjadi tidak sempurna (cacat). Terjadinya
kematian pada pupa dapat disebabkan karena kurangnya cadangan makanan dan belum
siapnya serangga menjadi pupa (Nurhudiman dkk., 2018). Kandungan flavonoid akan
menganggu sistem pernafasan dengan merusak bagian spirakel, apabila flavonoid masuk
ke sel darah menimbulkan kelayuan pada saraf sehingga dapat menimbulkan kematian.
Flavonoid menyebakan ukuran tubuh nimfa Bemisia tabaci Genn. menyusut setelah mati
akibat terjadinya perenggangan dan mengalami perpanjangan. (Ravinder dan Sarabjit,
2015).

Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides


L. terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn dilakukan uji anava tunggal.
Berdasarkan hasil uji efektifitas ekstrak Agertum conyzoides L. terhadap mortalitas
Bemisia tabaci Genn. diperoleh Fhitung sebesar 113.061 dengan signifikansi (Sig.)
sebesar 0,000 ≤ 0,050. Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak H1 diterima, artinya
variasi konsentrasi ekstrak etanol Agertum conyzoides L. berpengaruh terhadap
mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn., sehingga perlu dilanjutkan uji Duncan’s dengan
taraf signifikan 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dalam mengetahui
mortalitas nimfa B.tabaci Genn. Hasil uji Duncan’s variasi konsentrasi ekstrak Agertum
conyzoides L. terhadap mortalitas nimfa B.tabaci Genn.
Berdasarkan uji lanjut Duncan’s taraf 5% konsentrasi ekstrak Ageratum conyzoides
L. yang paling tinggi menyebabkan mortalitas terhadap nimfa Bemisia tabaci Genn.
adalah 10%, yakni menyebabkan kematian sebesar 94%. Menurut (Safirah dkk, 2016)
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak insektisida nabati, maka peningkatan efek racun juga
semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka
mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn. juga semakin tinggi dan sebaliknya Takaran
konsentrasi yang diberikan akan mempengaruhi keefektifan suatu insektisida nabati
dalam membunuh organisme (Hasibuan, 2012).

Nilai LC₅₀ adalah konsentrasi insektisida yang diperlukan untuk membunuh 50%
dari spesies uji dalam kondisi percobaan yang ditetapkan. Data pengamatan selanjutnya
diolah untuk menentukan persamann regresi dan nilai LC₅₀. Perhitungan Nilai LC₅₀
menggunakan Analisis Probit didapatkan persamaan regresi. Persamaan regresi dapat
dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Pengujian Toksisitas Ekstrak A. conyzoides L. Terhadap B. tabaci Genn

Pengujian Toksisitas Ekstrak A


conyzoides L. terhadap B. tabaci Genn.
8
y = 3.0282x + 3.1552
6 R² = 0.8889
probit

4
Series1
2 Linear (Series1)
0
0.00 0.50 1.00 1.50
Log konsentrasi

Y = 3.0282x + 3.1552
LC50 = 3,0282x + 3,1552
5 = 3,0282x + 3,1552
LC50 = 0.60920679

ANTILOG 0,60920679 = 4.06 (mg/L).

Hasil uji toksisitas pada Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak Ageratum


conyzoides L. memiliki Lethal Concentration sebesar 4,06 (mg/L) dalam mematikan 50%
hama selama 24 jam perlakuan. Hal ini berarti ekstrak Ageratum conyzoides L. memiliki
efektivitas tinggi terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn. Pada Gambar 2
terdapat hubungan log konsentrasi terhadap probit persen mortalitas. Semakin besar
konsentrasi yang diberikan mengakibatkan mortalitas semakin meningkat. Grafik 1 juga
menunjukkan hubungan korelasi yang positif karena nilai R² = 0,8889. Artinya terdapat
hubungan antara variasi konsentrasi yang diberikan terhadap tingkat mortalitas. Hal ini
berarti terdapat hubungan antara macam variasi konsentrasi terhadap mortalitas nimfa
Bemisia tabaci Genn. Dapat disimpulkan juga bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
Ageratum conyzoides L. yang diberikan maka semakin tinggi pula kematian nimfa
Bemisia tabaci Genn., sebaliknya semakin rendah konsentrasi ekstrak Ageratum
conyzoides L. yang diberikan maka semakin rendah pula persentase kematian nimfa
Bemisia tabaci Genn (Ihsan dkk., 2018).

LC₅₀ digunakan untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam


membunuh hama sebesar 50%. Daya bunuh insektisida yang terlalu tinggi akan memiliki
dampak negatif terhadap keberlangsungan makhluk hidup yang lain karena dapat
membunuh organisme non target. Seperti pendapat Supriadi (2013) bahwa penggunaan
insektida dengan bahan aktif yang terlalu toksik akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan seperti hilangnya keragaman hayati, menurunya populasi organisme berguna
seperti musuh alami.

4. Simpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh ekstrak Ageratum


conyzoides L. terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci Genn., (2) Konsentrasi ekstrak
Ageratum conyzoides L. yang paling bagus terhadap mortalitas nimfa Bemisia tabaci
Genn. adalah 10% yang menyebabkan kematian sebesar 94%, akan tetapi konsentrasi
ekstrak Ageratum conyzoides L. paling efektif adalah 4,06% karena konsentrasi tersebut
memenuhi kriteria dapat menyebabkan mortalitas sebanyak 50%. Ekstrak Ageratum
conyzoides L. memiliki kemampuan insektisida nabati karena tergolong pada tingkat
toksik tinggi dengan nilai LC₅₀ sebesar 4.06 (mg/ L)

References
Antignus, Y. 2007. The management of tomato yellow leaf curl virus in greenhouses and
the open field, a strategy of manipulation. In: Czosnek H (ed) Tomato yellow
leaf curl virus disease. Springer Dordrecht: the Netherlands, pp 263–278
Asmaliyah., Sumardi., Musyafa. 2010. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Terhadap Serangga
Hama Fabricus (Lepidoptera: Noctuidae) Nicolaia atropurpurea Spodotera litura.
Astrid, E. Y., Nanik, H. S., Jafron, W. H., 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan
(eupatorium riparium) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva Aedes
aegypti. Bioma. 11(1): 11-17.
Babarinde, S.A., Sosina, A., Oyeyiola, E.I. 2008 Susceptibility of the selected crops in
Christiyanto, J. 2013. Toksisitas Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) diLaboratorium. Skripsi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung. 21 hlm.
Dehgani, M., Ahmadi, K. 2013. Repellence and antiposition activities of plant product on
greenhouse whitefly. Pharmacognosy 3(2): 91-99.
Environmental Protection Agency (EPA). 2002. Methods For Measuring the Acute
Toxicity of Effluensts and Receiving Waters to Freshwater and Marine Organism
Fifth Edition, U. S. EPA Office of Water. Washington. 275 hal.
Fitriana, A.D. 2016. Pengaruh Variasi Dosis Larutan Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides L.) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes Sp. Sebagai Sumber
belajar Biologi. Bioedukasi 7(1).
Hasibuan, R. 2012. Insektisida Pertanian. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 149 hlm.
Hendrival, Latifah, & Alfiatun, N. 2013. Efficacy Some Botanical Insecticides for
Controlling Pest Pod Sucking in Soybean Fields. Jurnal Agrista. 17(1).
Hopkins, W. G and Honer, N. P. A. 2004. Introduction to Plant Psysiology. Third
Edition.
Ihsan, T., Tivany, E., Nailul, H., Widia, D.R. 2018. Uji Toksisitas Akut Dalam Penentuan
LC50-96H Insektisida Klorpirifos Terhadap Dua Jenis Ikan Budidaya Danau
Kembar, Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Lingkungan. 16 (1): 98-103.
Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan Dan Aplikasi Cetakan Ke-3. Penebar
Swadaya:Jakarta.
Melati, N.A.A., Retno, W., Ato, S. 2013. Potensi Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis
Untuk Pengendalian Crocidolomia Pavonana. Agrotech Res 1(2). Issn: 2614-
7416.
Nurhudiman., Hasibuan, R., Hariri, A.M., & Purnomo, 2018. Uji Potensi Daun
Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Sebagai Insektisida Botani Terhadap Hama
(Plutella Xylostella L.) Di Laboratorium. J. Agrotek Tropika. 6(2).
Ravinder, K., Sarabjit, K. 2015. Anxiolytic Potential of Methanol Extract form Ageratum
conyzoides Linn Leaves. J.PHCOG 7 (4): 236241.
Safirah, R., Nur, W., Mochammad, A. K. B. 2016. Uji Efektifitas Insektisida Nabati
Buah Crescentia cujete Dan Bunga Syzygium aromaticum Terhadap Mortalitas
Spodoptera Litura Secara In Vitro Sebagai Sumber Belajar Biologi
Effectiveness. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. 2(3): 265-276.

Subagiya, Himawati, M.K., Wulandari, P. 2009. Pengujian Toksisitas Ekstrak Daun


Wedusan (Ageratum conyzides) Terhadap Ulat Jantung Kubis (Crocidolomia
binotalis zeller). Caraka tani 24(2).
Sumartini, 2016. Efikasi campuran minyak cengkeh dan ekstrak biji mimba untuk
pengendalian penyakit karat (Phakopspora pachyrhizi) pada kedelai (Glycine
max). jurnal hama dan penyakit tumbuhan tropika 16(1): 82-89.
Supriadi, 2013. Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida Untuk Mengendalikan
Hama Dan Penyakit Tanaman. J. Litbang 32 (1), 1-9.
Yuliani, Purnama, H., Dewi, S. 2006. Identifikasi Kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae)
dari Beberapa Tanaman Inang dan Perkembangan Populasinya. J. Entomol. 3(1):
41-49.

Anda mungkin juga menyukai