22 1 36 2 10 20170330 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17, No.

2, 2012, halaman 92-97 ISSN : 1410-0177

UJI BIOAKTIVITAS LOSARTAN TERHADAP JARINGAN FIBROSIS HATI


TIKUS YANG DI INDUKSI KARBON TETRAKLORIDA (CCL4)

Anisyah Achmad
Laboratorium Famasi Klinik, Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu- Ilmu
Kesehatan, UNSOED Dr.Soeparno, Kampus Karangwangkal, Purwokerto, Jawa Tengah
( 0281- 642840 ) Telp. 08122582885
Email : r3600mc@yahoo.com

ABSTRACT

Hepatic fibrosis is an inflammation of liver which involves series of cells and mediators.
Hepatic fibrosis can lead to cirrhosis. Hepatic fibrosis increase the risk of clinical
complication such as portal hypertension and hepatocyte disfunction. This study aimed at
finding amarker for non invasive hepatic fibrosis or an antifibrotic by comparison of the
degree of hepatic fibrosis after administration of CCl4 and losartan. Thirty five rat’s were
divided into 7 groups which were K-1, K-2, K-3, K-4, K-5, K-6, K-7 respectively. K-1 was
olive oil control group, K-2, K-3 and K-4 were given CCl4 0,2 ml/100g interperitonially third
a week, K-5, K-6 and K-7 were given CCl4 and losartan 5 mg/Kg BB per oral per day. CCl4
and losartan were given for 6 weeks and the change in rat’s hepatic histopathology was
observed at week 1st, 4th, and 6th. Histopatology of rat’s liver changed from centrotubular
necrosis to centrotubular degeneration but did not show hepatic fibrosis.

Keyword : Histology, Hepatic fibrosis, Carbon Tetrachloride

PENDAHULUAN kronik. Akumulasi protein ECM


mendistorsi struktur hati dengan
Hati merupakan organ metabolisme membentuk bekas luka berserat, yang
terpenting dalam proses sintesis, selanjutnya dapat menjadi sirosis. Sirosis
penyimpanan, metabolisme dan klirens menghasilkan disfungsi hepatoseluler dan
banyak senyawa endogen (Aslam et al, ketahanan intrahepatik meningkat menjadi
2003). Liver atau hati adalah organ vital aliran darah, menyebabkan kegagalan hati
yang memiliki peran besar dalam sistem dan hipertensi portal (Leija et al., 2007;
pencernaan, biosintesis, metabolisme Iredale et al., 2007).
energi, pembersihan sampah tubuh, dan
pengatur sistem kekebalan tubuh. Sejumlah obat antifibrotik dapat
mengurangi penumpukan jaringan parut
Fibrosis hati merupakan akumulasi dalam model eksperimental cedera hati
berlebihan protein matriks ekstraselular kronis. Terapi antifibrotik yang ideal
termasuk kolagen yang terjadi pada seharusnya bersifat spesifik untuk hati,
sebagian besar jenis penyakit hati kronis ditoleransi dengan baik pada pemberian
(Bataller dan Brenner, 2005). Fibrosis hati jangka lama, dan efektif dalam mengurangi
terjadi sebagai akibat kerusakan hati deposisi kolagen yang berlebihan tanpa
kronik dalam hubungannya dengan mempengaruhi sintesis ECM normal
akumulasi protein matriks ekstraseluler (Bataller dan Brenner, 2005). Kesulitan
(extracellular matrix, ECM) yang khas penelitian untuk membuktikan khasiat
bagi kebanyakan jenis penyakit hati antifibrotik pada manusia disebabkan
92
Anisyah A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

adanya kebutuhan untuk melaksanakan METODE PENELITIAN


biopsi hati untuk menilai secara akurat
perubahan dari fibrosis hati. Bahan dan Alat

Biopsi merupakan baku emas namun Bahan-bahan yang digunakan dalam


memiliki beberapa keterbatasan seperti penelitian ini adalah tikus putih jantan
keengganan pasien untuk melakukan galur wistar, umur 3 bulan dengan berat
biopsi, biaya yang lebih mahal, kesalahan 150-200 gram dan sehat, CCl4 (carbon
sampel, kesalahan interpretasi, resiko yang tetraclorida), olive oil, akuades, Losartan
akan didapat oleh pasien, cenderung tablet, NaCl fisiologis, formalin 10%,
perdarahan, dan keterbatasan pemahaman alkohol absolute, xylol, parafin, pereaksi
fibrosis bila sampel minimal. Dengan warna haematoxylin-eosin (HE).
keterbatasan biopsi hati, petanda fibrosis
non invasif sangat dibutuhkan untuk Alat yang digunakan adalah peralatan
melihat progresifitas penyakit dan fibrosis gelas (Pyrex), neraca analitik, timbangan
hati sebelum dan sesudah pengobatan. hewan uji, spuit injeksi 3 ml, sonde tikus,
Adapun petanda non infasif fibrosis hati mikropipet, fotometer, alat sentrifugasi,
harus memenuhi persyaratan seperti : alat bedah, object glass, cover glass,
spesifik untuk hati, mudah dilakukan di mikroskop cahaya, kamera.
laboratorium klinik, menggambarkan
stadium dari fibrosis, tidak mahal, Rancangan Penelitian
pemeriksaan terstandarisas di laboratorium
(Mardini, 2005 ; Afdhal, 2004 ; Sebastiani, Penelitian ini menggunakan metode
2006). eksperimen laboratorium dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jenis
Salah satu obat yang dapat berfungsi penelitian ini adalah post test only control
sebagai antifibrotik adalah Losartan. group design dengan parameter yang
Losartan adalah salah satu obat dengan diamati adalah gambaran histopatologi
mekanisme kerja blok reseptor hati tikus. Teknik sampling dalam
angiostensin II. Angiotensin II merupakan penelitian ini adalah purposive sampling
suatu vasokonstriktor yang berupa peptida untuk pemilihan sampel hewan uji dan
efektor dari sistem renin-angiotensin simple random sampling untuk
dengan regulator mayor dalam homeostasis pengelompokan ke dalam kelompok
tekanan arteri pada manusia. Inhibisi perlakuan. Dalam penelitian ini terdapat 7
sistem renin-angiotensin boleh jadi kelompok perlakuan yang terbagi menjadi
merupakan strategi yang paling kelompok kontrol (K-1), kelompok CCl4
menjanjikan dalam pengobatan fibrosis (K,2; K-3; K-4) dan kelompok perlakuan
hati karena menimbulkan peningkatan CCl4 + Losartan (K-5; K-6; K-7) dengan
kontraksi dan proliferasi HSC (Hepar masing-masing kelompok terdiri dari 5
Stellate Cell). Oleh karena itu perlu hewan uji.
dilakukan penelitian mengenai “ uji
bioaktivitas Losartan terhadap jaringan Cara Kerja
fibrosis hati tikus yang diinduksi dengan
karbon tetraklorida ( CCl4)” Sebanyak 35 ekor tikus dikelompokkan ke
dalam 7 kelompok yaitu kelompok kontrol
(K-1), kelompok CCl4 (K-2, K-3, K-4),
dan kelompok perlakuan CCl4 + Losartan
93
Anisyah A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

(K-5, K-6, K-7) dengan masing-masing ditambah Losartan peroral setiap


kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. harinya.
1. Penyiapan Hewan Uji c. Kelompok K-3 & K-6 (Early
Semua hewan uji dalam kelompok Fibrosis)
dikandangkan secara terpisah dan Hewan uji pada K-3 diberi
diadaptasikan selama lebih kurang 7 perlakuan CCl4 secara intra
hari. Selama penelitian tikus peritonial setiap 3 kali seminggu
mendapatkan makan dan minum standar selama 4 minggu sedangkan K-6
yang sama ad libitum. diberikan CCl4 seperti K-3
2. Penentuan Dosis ditambah Losartan peroral setiap
 CCl4 harinya.
CCl4 diberikan secara intra d. Kelompok K-4 & K- 7
peritonial 0,2 ml/ 100 gr BB tikus (Reversible Fibrosis)
dengan olive oil sebagai pelarut. Hewan uji K- 4 diberi perlakuan
Perbandingan dosis CCl4 dan olive CCl4 secara intra peritonial setiap
oil didasarkan pada penelitian yang 3 kali seminggu selama 6 minggu
dilakukan oleh Reyes (2008). sedangkan K-7 diberikan CCl4
Perbandingan CCl4 : olive oil (1:6) seperti K-4 ditambah Losartan
pada minggu ke-1 peroral setiap harinya.
Perbandingan CCl4 : olive oil (1:5)
pada minggu ke-2 pengamatan histopatologi
Perbandingan CCl4 : olive oil (1:4)
pada minggu ke-3 Hewan uji dikorbankan dengan cara
Perbandingan CCl4 : olive oil (1:3) dislokasi cervical setelah waktu perlakuan
pada minggu ke-4 sampai minggu dari masing-masing kelompok selesai.
ke-6 Hewan uji kemudian dibedah untuk
 Losartan mengambil organ hatinya. Organ hati yang
Terapi losartan yang diberikan diambil kemudian dicuci dengan NaCl
berdasarkan pada penelitian fisiologis, selanjutnya difiksasi dengan
Gultom (2001) pada tikus yang menggunakan formalin 10%. Jaringan
mengalami cedera hati yaitu yang telah difiksasi kemudian didehidrasi
dengan dosis 5 mg/kg BB tikus per dengan alkohol mulai dari konsentrasi
hari dengan rute pemberian secara 50%, 70%, 80%, 90%, 96% masing-
per oral. masing selama 1 jam dilanjutkan dengan
alkohol 100% selama 1 jam yang diulang
3. Perlakuan tiga kali. Setelah didehidrasi dilanjutkan
a. Kelompok Kontrol (K-1) dengan penjernihan dengan menggunakan
Hewan uji pada kelompok ini xilol sebanyak tiga kali masing-masing
hanya diberikan perlakuan olive selama 1 jam, jaringan kemudian ditanam
oil selama 6 minggu. dalam media parafin. Selanjutnya
b. Kelompok K-2 & K-5 (Self- dilakukan penyayatan dengan ketebalan 4-
Limiting Injury) 5 mikron. Hasil sayatan diletakan pada
Hewan uji pada K-2 diberi kaca objek, kemudian diwarnai dengan
perlakuan CCl4 secara intra pewarnaan hematoksilin-eosin (HE)
peritonial setiap 3 kali seminggu Preparat organ hati selanjutnya diamati di
selama 1 minggu sedangkan K-5 bawah mikroskop cahaya.
diberikan CCl4 seperti K-2
94
Anisyah A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

mengalami kematian sel terpogram


HASIL DAN PEMBAHASAN (apoptosis).

Gambaran histopatologi hati tikus untuk


kelompok kontrol negatif terlihat sebagian
sel normal. Seperti yang diutarakan oleh
Susanti (2002) dan Oktaviani (2005) sel
hati normal memiliki bentuk sel polyhedral
yang tersusun radial mengelilingi vena
sentralis, berbatas jelas dan inti terlihat di
tengah sel. Namun terdapat sebagian sel
yang mengalami peradangan.

Gambar 2. Histopatologi hati tikus kelompok


Gambar 1. Gambaran Histopatologi hati tikus self limiting injury (K-2)
kelompok kontrol (K-1)

Peradangan sel adalah suatu degenerasi sel


yang secara mikroskopik ukurannya lebih
besar dari pada ukuran sel normal akibat
kegagalan sel tersebut untuk
mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit intraseluler, sehingga terjadi
akumulasi air di dalam sel. Peradangan
tersebut ditandai dengan terjadinya
kekeruhan sitoplasma karena munculnya
granula-granula dalam sitoplasma akibat
endapan protein pada mitokondria dan Gambar 3. Histopatologi hati tikus
retikulum endoplasma akibat gangguan kelompok self limiting
oksidasi. Hal ini diduga karena stres yang injury (K-5)
didapatkan oleh hewan uji selama Gambaran histopatologi pada kelompok K-
perlakuan, dimana stres tersebut dapat 2 (self limiting injury) tampak jelas
memacu pengeluaran ROS (reactive terjadinya degenerasi sentrolobular.
oxygen species). Pada kelompok ini juga Degenerasi ini terjadi karena adanya
terdapat kematian sel, walaupun jumlahnya gangguan pada membran sel yang
sangat sedikit. Kematian sel merupakan hal menyebabkan cairan masuk ke dalam
yang wajar pada suatu jaringan makhluk sitoplasma sehingga menimbulkan
hidup dimana sel-sel di dalamnya vakuola-vakuola kecil sampai besar,
karena sel tidak dapat menyingkirkan
95
Anisyah A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

cairan yang masuk (Oktavianti, 2005). nekrosis sel yang kerusakannya terlihat
Pada kelompok K-5 yang merupakan jelas pada lobulus zona sentral sedangkan
kelompok terapi losartan juga terjadi pada kelompok K-5 yang merupakan
degenerasi sentrolobular, namun hanya kelompok terapi losartan terlihat kerusakan
sedikit bila dibandingkan dengan jaringan hati hanya sampai tahap
kelompok K-2 yang hanya diinduksi CCl4 degenerasi. Hal ini menunjukan terjadi
tanpa diberi terapi. penurunan keparahan antara kelompok
yang tidak diberi terapi losartan yaitu K-3
dengan kelompok yang diberi terapi
losartan (K-6).

Gambar 4. Histopatologi hati tikus Gambar 6. Histopatologi hati tikus


kelompok early fibrosis kelompok reversible fibrosis
(K-3) (K-4)

Gambar 5. Histopatologi hati tikus


kelompok early fibrosis Gambar 7. Histopatologi hati tikus
kelompok reversible fibrosis
(K-6)
(K-7)
Hasil pengamatan gambaran histopatologi
pada kelompok early fibrosis (K-3) Hasil pengamatan gambaran histopatologi
menunjukan terjadinya nekrosis. Hal ini pada kelompok reversible fibrosis (K-4)
ditunjukan dengan warna inti sel yang terlihat jelas terjadinya nekrosis
hitam menunjukan adanya nekrosis. sentrolobuler. Nekrosis sentrolobular dapat
Seperti yang diketahui daya toksisitas disebabkan oleh gangguan peredaran darah
CCl4 pada hepar dapat menyebabkan hepatik yang ditandai dengan hepatosit
96
Anisyah A., et al. J. Sains Tek. Far., 17(2), 2012

yang menunjukkan eosinofilia, diikuti Gressner A.M, Weiskirchen R. 2006. Modern


dengan kongesti dan inflamasi (Gressner, Pathogenetic Concepts of Liver
2006). Menurut Ressang (1984) nekrosis Fibrosis Suggest Stellate Cells and
pada hati bisa juga disebabkan oleh TGF-β as Major Players and
pengaruh langsung agen yang bersifat Therapeutic Targets. J.Cell.Mol.Med;
10:76-99
toksik seperti zat kimia maupun toksin
Gultom, E.T.M., 2001, Efek Proteksi Kaptopril
kuman (nekrosis toksopatik), atau karena dan Losartan terhadap Cedera Sel Hati
kekurangan faktor-faktor yang sangat Tikus yang Diinduksi dengan
diperlukan sel seperti oksigen dan zat-zat Parasetamol, CCL4, dan Etanol,
makanan (nekrosis trofoatik) sedangkan Iredale, J.P., 2007, Models of Liver Fibrosis:
pada kelompok yang diberi terapi losartan Exploring The Dynamic Nature of
(K-7), hanya terjadi degenerasi Inflammation And Repair In A Solid
sentrolobuler. Organ, J Clin Invest, 117:539-548.
Leija, A., Reyes, J., Rodriquez, L., 2007,
Hasil gambaran histopatologi ini Hepatic stellate cells are a major
menunjukan adanya perbaikan jaringan component of liver fibrosis and a
target for the treatment of chronic liver
pada kelompok perlakuan yang diberi disease, Biotecnologia Aplicada,
losartan. Losartan akan menghambat 24:19-25.
terjadinya proses proliferasi sel hati yang Mardini, H., Record, C., Detection Assessment
akan menginduksi terjadinya fibrogenesis, and Monitoring of Hepatic Fibrosis:
selain itu losartan dapat menyebabkan Biochemistry or Biopsy, Ann Clin
fasodilatasi yang dapat mengakibatkan Biochemistry, 42:441-47.
penurunan proliferasi hati sehingga sel Oktavianti, R., Harini, M., Handajani, N.S.,
miofibroblas tidak akan terbentuk dan akan 2005, Struktur Histologis Hepar
meminimalisir akumulasi kolagen serta Mencit (Mus musculus L.) setelah
lemak pada jaringan hati. Pemberian Aspartam Secara Oral,
Enviro, 5 (1), 30-33.
Reyes, A.G.L., Netzahualcoyotl, A.C.,
KESIMPULAN Beiman, G.C., Victor, J.L.D., Gustavo,
E., Guajardo, S., Jose, F.I., Vincente,
Gambaran histopatologi hati tikus belum M.O., Luis, A.M.G., Francisco, J.G.G.,
menunjukkan terjadinya fibrosis namun Guillermo, G., Jorge, E.M.C., 2008,
histopatologi kelompok yang diberi terapi Black Been Extract Ameliorates Liver
Losartan mengalami kerusakan jaringan Fibrosis in Rats with CCl4-Induced
hati yang lebih ringan dibandingkan Injury, Annals of Hepatology,
dengan kelompok yang tidak diberi terapi 7(2):April-June:130-135.
Losartan. Sebastiani, G., Albert A., 2006. Non Invasive
Fibrosis Biomarkers Reduce but Not
DAFTAR PUSTAKA Substitute The Need for iver Biopsy,
Gastroenterol, 12:3682-94.
Afdhal, N.H., and Nunes, D., 2004, Evaluation Susanti, R., Nuryanto, Salasia, S.I.O., 2002,
of Liver Fibrosis : a Concise Review, Intoksikasi 2,3,7,8
Am J Gastroenterol, 99:1160-74. Tetrachlorodibenzo-p-Dioxin
Aslam, M, dkk. 2003. Farmasi Klilnik (TCDD):II Efek Terhadap
(Clinical Pharmacy). Jakarta : PT. Histopatologis Hati, Ginjal dan Paru
Elex Media Komputindo Tikus Putih (Rattus novergicus), Biota
Bataller, R., and Brenner, D.A., 2005, Liver Vol VII, (1), 29-36
fibrosis, The Journal of Clinical
Investigation, 115:209-218.
97

Anda mungkin juga menyukai