Anda di halaman 1dari 27

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat


Dosen : Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Keb

KONSEP PERSIAPAN SOSIAL KADERISASI DALAM PPM

Oleh Kelompok 5
Kelas : C Ajeng

Masdiah Nim : P00312018126


Mas Ati Nim : P00312018125
Mardia Nim : P00312018124
Krisnawati Nim : P00312018122
Lilis Sugianti Nim : P00312018123

DIV AHLI JENJANG KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KONSEP
PERSIAPAN SOSIAL KADERISASI DALAM PPM.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah


teknologi pelayanan kebidanan yang berjudul KONSEP PERSIAPAN
SOSIAL KADERISASI DALAM PPM Sini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kendari, Oktober 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar belakang maslah .............................................................. 1
B. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................03
A. Pengorganisasian Masyarakat .................................................03
B. Pengembangan Masyarakat ...................................................07
C. Petugas PPM ...........................................................................16
D. Model-Model PPM ...................................................................17
E. Mobilisasi Masyrakat ...............................................................20
BAB V.PENUTUP ..........................................................................22
1. Kesimpulan ................................................................................22
2. Saran .........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang, oleh sebab
itukesehatan, baik individu, kelompok maupun masyarakat merupakan
asset yangharus di jaga, dilindungi bahkan harus ditingkatkan.
Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat (PPM) atau
community organization or comunity development (COCD) merupakan
perencanaan, pengorganisasian, atau proyek dan atau pengembangan
berbagai aktivitaspembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang
tujuan utamanya meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial
masyarakat. sebagai suatu kegiatan kolektif, PPM melibatkan beberapa
aktor, seperti pekerja sosial,masyarakat setempat, lembaga donor, serta
instansi terkait yang saling bekerjasama mulai dari perancangan,
pelaksanaan, samapai evaluasi terhadap program atau proyek tersebut.

Pengembangan masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai


suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat dan pengorganisasian masyarakat.

Dari devinisi tersebut terlihat adapin tujuan utama dalam


pengembangan masyarakat, yaitu pengembangan kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat dan mengorganisir
masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan
tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, mencari
informasi, bertani dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan atau
permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu/masyarakat.

4
Perilaku yang yang perlu di ubah adalah perilaku yang tentunya
merugikanindividu atau msyarakat itu sendiri yang akan menghambat
peningkatan kesejahteraannya. Contoh yang yang sering kita temui
dalam seperti ibu hamil tidakboleh makan telur, anak tidak perlu sekolah,
membicarakan rencana pembangunan desa hanya kaum laki-laki saja,
dan lain sebagainya. Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan
sebagai suatu upayamasyarakat untuk saling mengatur dalam
mengelolah kegiatan atau program yangmereka kembangkan, disini
masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian
tugas, saling menga&asi, merencanakan kegiatan dan lain-lain.
Lembaga-lembaga yang ada sebaiknya perlu dilibatkan karena lembaga
inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan kemampuannya saja.

B.Tujuan

Adapun tujuan dari makalah pengembangan dan


pengorganisasianmasyarakat adalah:

1. Untuk mengetahui tentang Pengorganisasian Masyarakat

2. Untuk mengetahui tentang Pengembangan Masyarakat

3. Untuk mengetahui tentang Petugas PPM

4. Untuk mengetahui tentang Model-Model PPM

5. Untuk mengetahui tentang Kader Desa

C. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan


memperluas cakrawala berpikir khususnya tentang pengembangan dan
pengorganisasian Masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat adalah konsep yang sudah dikenal


dan dipakai oleh para pekerja sosial di Amerika pada akhir tahun 1800,
sebagai upaya koordinatif memberikan pelayanan kepada imigrasi,
kelompok miskin yang baru datang (Garvin dan Cox). Dalam
pengorganisasian terkandung tiga aspek penting yaitu:

1. Proses
a. Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin
juga tidak .
b. Dalam proses ditemukan unsur-unsur kesukarelaa.
Kesukarelaan timbul karena keinginan untuk memenuhi
kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk
mengatasinya.
c. Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kelompok atau masyarakat.
d. Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi
biasanya ditemukan pada segelintir orang yang kemudian
melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk
mengatasinya.

2. Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai berikut :

a. Kelompok yang mempunyai batas-batas geografis; Desa,


kelurahan, kecamatan, dstb.

6
b. Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan
bersama dari kelompokyang lebih besar.

c. Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat


menyadarkan kelompokyang lebih besar.

d. Kelompok yang secara bersama-sama mencoba mengatasi


masalah dan memenuhikebutuhannya.

3. Berfungsinya Masyarakat.
Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan
langkah-langkahsebagai berikut ;

a. Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja


untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.

b. Membuat recana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh


seluruh masyarakat.

c. Melakukan upaya penyebaran rencana atau kampanye untuk


mensukseskan rencana tersebut

Menurut “Adi Sasongko (1978)”, langkah-langkah yang harus


ditempuh dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah :

1. Persiapan Sosial
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan
perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan
program kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam
persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan
yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-
program kesehatan yang akan dilakukan.

7
a. Tahap Pengenalan Masyarakat. Dalam tahap awal ini kita
harus datang ketengah-tengah masyarakat dengan hati yang
terbuka dan kemauan untuk mengenal sebagaimana adanya,
tanpa disertai prasangka buruk sambil menyampaikan maksud
dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Tahap Pengenalan Masalah. Dalam tahap ini dituntut suatu


kemampuan untuk dapat mengenal masalah-masalah yang
memang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat.
Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk
menyusun skala prioritas penanggulangan masalah adalah :
1) Beratnya Masalah. Seberapa jauh masalah tersebut
menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
2) Mudahnya Mengatasi.
3) Pentingnya Masalah bagi Masyarakat, yang paling
berperan disini adalah subyektivitas masyarakat sendiri dan
sangat dipengaruhi oleh kultur budaya setempat.
4) Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah,misalnya
perbaikan gizi, akan lebih mudah dilaksanakan diwilayah
yang banyak balitanya.

c. Tahap Penyadaran Masyarakat. Tujuan tahap ini adalah


menyadarkan masyarakat agar mereka tentang tahu dan
mengerti masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi
sehingga dapat berpartisipasi dalam penanggulangannya serta
tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan
kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan
kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan
suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan

8
baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka menyadarkan masyarakat :
a) Lokakarya Mini Kesehatan.
b) Musyawarah Masyarakat Desa. (MMD).
c) Rembuk Desa.

2. Pelaksanaan

Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam


lokakarya mini, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan
kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah :

a. Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh


masyarakat.
b. Libatkan masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan
masalah.
c. Kegaitan agar disesuaikan dengan kemampuan, waktu, sumber
daya yang tersedia di masyarakat.
d. Tumbuhkan rasa percaya diiri masyarakat bahwa mereka
mempunyai ke mampuan dalam penanggulagan masyarakat.

3. Evaluasi

Penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang


dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penilaian dapat
dilakukan dengan :

a. Penilaian selama kegiatan berlangsung, disebut juga penilaian


formatif monitoring. Dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaan kegiatan yang telah dijalankan apakah telah sesuaI
dengan perencanaan penanggulangan masalah yang telah
disusun.

9
b. Penilaian setelah Prgram selesai dilaksanakan, disebut juga
penilaian sumati, penilaian akhir program. Dilakukan setelah
melalaui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
c. Dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan
kesehatan telah tercapai atau belum.
d. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang
dilakukan dan dapat dilaksankan dalam 2 cara :

1) Perluasan Kuantitatif. Perluasan dengan menambah jumlah


kegiatan yang dilakukan, baik pada wilayah setempat
maupun pada wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.

2) Perluasan Kualitatif. Perluasan dengan meningkatkan mutu


atau kualitas kegiatan yang telah dilaksankan sehingga
dapat nmeningkatkan kepuasan dari masyarakat yang
dilayani.

B. PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Di negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang


merupakan suatu lingkaran tak berujung yang menghambat
perkembangan komunitas secara keseluruhan. Sebagai contoh, keadaan
sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuan dan
ketidaktahuan. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan penurunan
produktivitas, produktivitas yang rendah selanjutnya mengakibatkan
keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan seterusnya. Langkah-
langkah yang bisa ditempuh dalam mengembangkan dan meningkatkan
dinamika komunitas adalah :

10
 Ciptakan kondisi agar kompetensi setempat dapat dikembangkan
dan di manfaatkan
 Pertinggi mutu potensi yang ada
 Pertahankan kontuinitas program di masyarakat
 Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

Unsur-unsur program pengembangan masyarakat

a. Program terencana yang berfokus pada kebutuhan-kebutuhan


menyeluruh (total needs) dari masyarakat yang bersangkutan.

b. Mendorong kemandirian atau swadaya masyarakat.

c. Adanya bantuan teknis dari pemerintah, badan-badan swasta, atau


organisai-organisai sukarela, yang meliputi tenaga, peralatan,
bahan, ataupun dana.

d. Mempersatukan berbagai disiplin ilmu seperti pertanian, peternakan,


kesehatan masyarakat, pendidikan kesejahteraan keluarga,
kewanitaan, kepemudaan, dan lainnya untuk membantu
msayarakat.

Bentuk-bentuk program pengembangan masyarakat.

Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha


pengembangan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a. Program integratif, memerlukan pengembangan melalui koordinasi


dinas-dinas teknis.

b. Program adaptif, fungsi pengembangan masyarakat cukup


ditugaskan pada salah satu kementrian.

11
c. Program proyek, dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah
tertentu dan program di sesuaikan khusus kepada daera daerah
yang bersngkutan.

Strategi operasional pengembangan masyarakat

a. Biarkan masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang di


hadapi secara perorangan atau kelompok. Perawat hanya sebagai
fasilitator atau memberikan arahan selama jalannya proses
lokakarya.

b. Biarkan masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya


menyusun rencana usaha perbaikan atau solusi yang akan
dilakukan.

c. Biarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisai diri untuk


melaksanakan usaha perbaikan tersebut.

d. Gali sumber-sumber yang ada dalam masyarakat seoptimal mungkin,


minta bantuan dari luar jika benar-benar memerlukannya.

Perencanaan dan pengorganisasian masyarakat

Dilihat dari segi perencanaannya, terdapat dua bentuk pengorganisasian


masyarakat, yaitu sebagi berikut.

a. Bentuk langsung (direct), langkah-langkahnya adalah:

1) Identifikasi masalah atau kebutuhan;

2) Perumusan maslah;

3) Penggunaan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikan


hal-hal tersebut.

12
b. Bentuk tidak langsung (indirect)

Disini harus ada orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya


kebutuhan atau masalah yang jika diambil tindakan untuk mengatasinya
maka akan timbul manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat berupa badan
perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

1) Untuk menampung apa yang direncakan secara tidak formal


oleh para petugas.

2) Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum


termotivasi dalam kegiatan ini.

Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat

a. Spesific content objective approach

Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanya


kepentingan bagi masyarakat dapat mengajukan suatu program
untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini bisa dilakukan
oleh yayasan, lembaga swadaya masyarakat, atau atas nama
perorangan.

b. General content objective approach

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengoordinasi berbagai usaha


dalam wadah tertentu. Kegiatan ini dapat dilakukan baik oleh
pemerintah maupun organisasi nonpemerintah (nongoverment
organization).

c. Process organization approach

Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul


kerjasama dari anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat
sendiri mengembangkan kemampuannnya sesuai dengan
kapasitas mereka dalam melakukan usaha mengatasi masalah.

13
Salah satu contohnya adalah kelompok kerja kesehatan (pokjakes)
yang dibentuk dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.

G. R. Murray (2001) membagi peranan tugas dalam beberapa


jenis, antara alain sebagai pembimbing (guide), enabler, dan ahli
(expert), sebagai pembimbing, petugas berperan membantu masyarakat
mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh
masyarakat sendiri dengan cara yang efektif. Tetepi pilihan cara dan
penentuan tujuan dilakukan sendiri oleh masyarakat bukan oleh petugas.
Sebagai enabler, petugas berperan memunculkan dan mengarahkan
keresahan yang ada dalam masyarakat untuk diperbaiki. Sebagai ahli,
menjadi tugasnya untuk memberikan keterangan dalam bidang-bidang
yang dikuasainya.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat ksehatan komunitas


dalam pengorganisasian masyarakat

1. Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsip


negosiasi, kemitraan, dan pemberdayaan di masyarakat.

2. Memahami konsep proses keperwatan kesehatan komunitas.

3. Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka,


mengajaknya untuk kerja sama, serta membangun rasa saling
percaya antara perawatan dan masyarakat.

4. Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-


sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-
dinas dan tenaga ahli yang dapat dihubungi jika memerlukan
bantuan.

5. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan


metode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat
dipindahkan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat.

14
6. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan
dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.

7. Mengetahui kemampuan tentang masyarakat dan keadaan


lingkungannya.

8. Mengetahui pengetahuan dasar mengenai keterampilan (skills)


tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh.

9. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sediri.

Tokoh masyarakat dan katalis dalam pengorganisasian komunitas

a. Tokoh masyarakat dalam pengorganisasian masyarakat

Dalam masyarakat, biasanya terdapat orang tertentu yang menjadi


tempat bertanya dan meminta nasehat anggota masyarakat lainnya
mengenai urusan-urusan tertentu. Mereka ini sering kali memiliki
kemampuan mempengaruhi orang lain untuk bertindak dengan
cara-cara tertentu. Pengaruh perubahan yang dimiliki tokoh
masyarakat bisa secara formal (bupati, camat, lurah, BPD, dan
lainnya) maupun nonformal (kyai, ulama, kader, dan lainnya).
Pengaruh formal terjadi jika pengaruh tersebut tumbuh karena
ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Sedangkan,
pengaruh nonformal diperoleh bukan karena jabatan resminya
tetpai karena kemampuan dan hubungan antar pribadi mereka
dengan anggota masyarakat. Orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain seperti itu disebut
tokoh masyarakat.

Para tokoh masyarakati ini memainkan peranan penting dalam


proses penyebaran inovasi. Tetapi perlu kita ingat ada tokoh
masyarakat yang aktif dan pasif terhadap inovasi. Mereka dapat
emepercepat difusi dan bisa juga melakukan sebaliknya. Oleh

15
karena itu, perawat komunitas harus menaruh perhatian khusus
pada tokoh masyarakat pada sistem sosial yang menjadi
binaannya. Mengenali dan melibatkan tokoh masyarakat setempat
adalah penting dalam pembangunan kesehatan yang berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Beberapa teknik untuk mengetahui atau mengenal serta
menentukan siapa yang menjadi pemuka atau tokoh masyarakat
adalah sebagai berikut :

1) Teknik sosiometri

Teknik ini dilkaukan dengan cara menanyakan anggota masyarakat


kepada siapa mereka meminta nasehat atau mencari informasi
mengenai masalah-masalah kemasyarakatan yang mereka hadapi.
Pemimpin adalah mereka yang banyak disebut para responden.
Teknik sosiometri ini adalah alat ukur yang paling valid untuk
menentukan individu yang diannggap pemimpin oleh
masyarakatnya. Kelemahan teknik ini adalah sulit dilakukan jika
sistem sosial yang digunakan memiliki populasi besar.

2) Teknik informsi rating

Teknik ini merupakan teknik fokus dengan menanyakan langsung


kepada narasumber di masyarakat ynag dianggap mengenal
dengan baik situasi sistem sosial. Para narasumber ini ditanya,
siapakan menurut pendapatnya yang diannggap pemimpin dan
siapa yang oleh pendapat umum dipandang pemimpin masyarakat.
Dalam menggunakan teknik ini kita harus dapat mengidentifikasi
para narasumber yang betul-betul mengenal masyarakat yang
dimaksud.

16
b. Katalis dalam pengorganisasian masyarakat

Dalam hal ini, katalis dapat diartikan sebagai seseorang atau


sesuatu yang mendorong adanya perubahan. Katalis dapat
mengarahakan adanya dialog yang efektif dalam komunitas,
memfasilitasi tindakan kolektif, dan memecahkan masalah umum
yang terjadi. Enam jenis katalis di antaranya sebagai berikut :

1) Stimulus internal

Stimulus dari dalam komunitas dapat terjadi jika masyarakat


sadar akan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.
Contohnya, meningkatnya jumlah unggas yang terkena flu
burung di wilayahnya secara otomatis akan menyadarkan
komunitas akan pentingnya dialog untuk memecahkan maslah
tersebut.

2) Agen perubahan

Seorang perawat komunitas dituntut berperan sebagai agen


perubahan (change agent) di dalam komunitas. Perawat
komunitas harus menyadarkan masyarakat akan masalah-
maslah kesehatan yang memerlukan perubahan sosial.

3) Inovasi

Perawat komunitas juga dituntut untuk selalu berfikir kreatif dan


menciptakan pembaharauan-pembaharuan dalam
memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada
dikomunitas

4) Kebijakan

Kebijakan yang dibuat pemerintah seharusnya dapat


menstimulasi komunitas untuk bertindak, seperti gerakan

17
massal pemberantasan demam berdarah dengan kewajiban
melakukan 3M di rumah masing-masing.

5) Ketersediaan teknologi

Perkembangan teknologi terkini khususnya teknologi kesehatan


seyogyanya selalu diikuti oleh perawat komunitas. Hal ini akan
memudahkan pekerjaan perawat komunitas ketika
bersinggungan dengan masyarakat. Sebagai contoh, adanya
metode kontrrasepsi nonhormonal akan menstimulasi
komunitas untuk mempertimbangkan ulang penggunaan
kontrasepsi hormonal yang lebih beresiko.

6) Media massa

Media massa berfungsi untuk mengubah opini publik yang


dirancang untuk mengubah perilaku individu atau kelompok
agar dapat mengadopsi hal-hal baru yang dismapaikan oleh
perawat komunitas.Pengembangan masyarakat adalah proses
memampukan masyarakat ‘dari, oleh dan untuk’ masyarakat itu
sendiri berdasarkan kemampuan sendiri. Secara terperinci
prinsif-prinsif pemberdayaan masyarakat , khususnya bidang
kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

2. mengembankan gotong royong masyarakat.

3. menggali konstribusi masyarakat.

4. menjalin kemitraan.

5. Desentralisasi.

18
C. PETUGAS PPM

Dari uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas kesehatan


dalam pengembangan dan pengorganisasian masyarakat bidang
kesehatan adalah bekerjasama dalam masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat. Oleh karena itu peran petugas atau sektor kesehatan
adalah :

1. Menfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-


program pengembangan, misalnya masyarakat ingin membangun
pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah menfasilitasi
pertemuan-pertemuan anggota masyarakat dengan pemerintah
daerah setempat dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.

2. Memotifasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong royong


dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk
kepentingan berdama di dalam masyarakat tersebut.Mengalihkan
pengetahuan teknologi dan keterampilan kepada masyarakat agar
sumber daya yang ada baik sumber daya manusia maupun suber
daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka
kemandirian mereka.

Untuk menentukan seseorang sebagai “Commuity Worker” atau“


Promotor Kesehatan Desa (Promokesa)”,harus memiliki sebagai berikut :

1. Mampu menggunkan berbagai pendekatan kepada masyarakat


sehingga dapat menarik kepercayaan masyarakat.

2. Mampu mengajak masyarakat untuk bekerjasama serta membangun


rasa saling percaya antara petugas dan masyarakat.

3. Mengetahui dengan baik sumber daya dan sumber alam yang ada di
masyarakat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
memecahkan masalah.

19
4. Mampu berkomunikasi secara baik dengan masyarakat,
menggunakan metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan
dengan keadaan masyarakat sehingga informasi dapat dimengerti
dan dilaksanakan oleh masyarakat.

5. Mempunyai kemampuan profesional dalam berhubungan dengan


masyarakat baik formal leader maupun informal leader.

6. Mempunyai pegetahuan tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat


dan keadaan lingkungannya.

7. Mempunyai pengetahuan dan keterampian tentang kesehatan yang


dapat diajarkan kepada masyarakat.

8. Mengetahui dinas-dinas terkait dan ahli yang ada di wilayah tersebut


untuk dimintakan bantuan keikutsertaannya dalam memecahkan
masalah masyarakat.

D. MODEL-MODEL PPM

Jack Rothman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai


bentuk intervesi pada tingkat masyarakat yang diarahkan pada
peningkatan atau perubahan lembaga masyarakat dan pemecahan
masalah-masalah.

1. Berdasarkan pengertian tersebut, Rothman membedakan tiga model


pengorganisasian masyarakat, yaitu :

a. Model A (Locality Development / Pengembangan Lokal), adalah


kegiatan yang berorientasi pada proses, tujuannya adalah
memberikan pengalaman belajar pada masyarakat,
menekankan pentingnya konsesus/kesepakatan, kerjasama,
membangun identitas, kepedulian dan kebanggaan sebagai
anggota masyarakat. Proses pengorganisasian masyarakat

20
dapat optimal jika adanya partisipasi masyarakat dalam
menetapkan tujuan dan pelaksanaan tindakan.

b. Model B (Social Planning / Perencanaan Sosial),adalah kegiatan


yang mementingkan tercapainya tujuan, metoda pemecahan
masalah yang bersifat rasional, emphiris. Proses menekankan
pada aspek teknis dalam penyelesaian masalah dengan
melalui perencanaan yang baik dan rasional, sedangkan
partisipasi masyarakat sifatnya bervariasi tergantung dari
permasalahan yang dihadapi.

c. Model C (Social Action / Aksi Sosial), adalah kegiatan yang


mempunyai tujuan mengadakan perubahan mendasar pada
lembaga kemasyarakatan. Sasaran utamanya adalah penataan
kembali sturktur kekuasan, sumber-sumber dan proses
pengabilan keputusan.

Kelemahannya :

a. Locality Development, sulitnya mendapatkan


dukungan/partisipasi apabila bukan berasal dari wilayah
geografis yang sama.

b. Social Planning, menbutuhkan tenaga ahli teknis dari luar,


membuat masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk
memecakan masalah.

2. Ciri ciri masing masing model

a. Tujuan

Dibedakan antara tujuan yang berorientasi kepada penugasan (task)


dan kepada proses. Orientasi pada penugasan akan menekankan
pada penyelesaian tugas-tugas yang diberikan untuk penyelesaian

21
masalah-masalah tertentu. Orientasi pada preses akan menekankan
pembinaan kerjasama, partisipasi dan kepamimpinan setempat.

1) Model A : Berorientasi pada proses, telihat dari banyaknya


penggunaan metode dinamika kelompok.

2) Model B : Berorientasi pada penugasa.

3) Model C : Kadang-kadang berorientasi pada proses, kadang-


kadang berorientasi pada penugasan.

b. Strategi dasar.

1) Model A : Pencapaian konsensus dan menghindari konfllik.

2) Model B : Pemecahan masalah secara rasional dan logis, untuk


itu perlu mengumpulkan data dan analisa data
sebelum membuat perencanaan yang baik.

3) Model C : Memanfaatkan konflik, konfrontasi dan aksi langsung.

c. Peran petugas.

1) Model A : Petugas berperan sebagai enabler, yang


memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengalami
proses belajar, melalaui kegiatan pemecahan masalah.
2) Model B : Petugas berperan sebagai seorang ahli (expert)
dengan kemampuan teknis untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi masyarakat.
3) Model C : Petugas berperan sebagai aktifis yang mampu
memanfaatkan media massa dan dukungan politis.

d. Orientasi pada struktur kekuasaan

1) Model A : diikut sertakan sebagai patner dalam usaha


mencapai tujuan.
2) Model B : penguasa merupakan sponsor.

22
3) Model C : struktur kekuasaan dijadikan sebagai sasaran
perubahan.

E. MOBILISASI MASYARAKAT

Mobilisasi merupakan pengerahan seluruh anggota masyarakat untuk


ikut aktif dalam suatu usaha demi kepentingan bersama. Dalam
masyarakat jawa terkenal dengan istilah “gugur gunung” yang berarti
bersama-sama bergerak dalam menangai suatu proyek bersama untuk
kepentingan semua orang.

Dalam masyarakat yang heterogen, kemungkinan untuk melakukan


mobilisasi langsung menjadi kurang efektif dan terlalu lama, jalan lain
yang kemungkinan dapat mengantisifasi hal tersebut adalah dengan
pendekatan melalui organisasi-organisasi mayarakat yang ada, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membuat daftar organisasi yang ada.

2. Mengetaui kegiatan utama dan mengenal tokohnya.

3. Menganalisa kemungkinan yang mendukung ataupun yang


menghambat program.

4. Membuat perkiraan kemungkinan hal-hal yang dapat membantu


program dari setiap organisasi.

5. Mengatur strategi agar organisasi-organisasi yang netral dapat segera


diajak masuk dalam program dan menetralisir organisasi-organisasi
lain yang menentang.

Partisipasi yang dibutuhkan adalah partisipasi yang bertanggung


jawab, bukan asal ikut ramai-ramai tanpa mengetahui apa yang
sebenarnya harus dilakukan dan untuk apa ikut dalam usaha bersama

23
itu. Partisipasi akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila masing-
masing telah mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari
kegiatan bersama tersebut. Peranan yang diharapkan dari organisasi
setempat sanga luas, diantaranya :

1. Pemberian fasilitas fisik, seperti : ruang untuk pertemuan, alat


transportasi, dll.

2. Pemberian fasilitas non fisik, seperti : wibawa, mekanisme control,


dukungan moral, bantuan pikiran, dll.

Di negara-negara yang sedang berkembang ,hamper sebagian


besar warga masyarakatnya berada pada tingkata pendidikan dan sosial
ekonomi rendad.hal ini mengakibatkan “terpendamnya”potensi-potensi
yang sebenarnya dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan tarap
hidupnya. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa dalam keadaan seperti
ini, prakarsa pembangunan hampIr selalu dimulai oleh aparat
pemerintah.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada


pengaturan local untuk memberdayakan individu, membangun
hubungan, dan membuat tindakan untuk perubahan social. Masyarakat
adalah sekumpulan individu yang tinggal di suatu wilayah dengan
batasan tertentu dan saling berinteraksi Aspek aspek masyarakat terdiri
dari proses pengorganisasian, masyarakat, dan tugas yang diemban
masyarakat.

Pengembangan masyarakat adalah proses perubahan sosial


berencana dilokalitas tertentu, dimana sasaran pengembangan
masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi,
teknologi, bahkan sosial dan politik sebagai upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat sepanjang mampu dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses


pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama
tersebut disebut kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa
yang menjadi pilihan hidupnya.

25
B. SARAN

1. Bagi Perawat Komunitas

penting bagi perawat komunitas dalam pengambilan tindakan


prioritas sesuai dengan masalah yang ada di masyarakat.
Pemahaman mengenai tujuan, sasaran, penorganisasian dan
pengembangan masyarakat sangat membanntu dalam proses
asuhan keperawatan, mengingat peran dan fungsi perawat
komunitas dalam suatu masyarakat sangat kompleks.

2. Bagi Mahasiswa keperawatan

Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan terjun di


masyarakat khusunya sebagai perawat komunitas, perlu adanya
pemahaman mendalam mengenai pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat serta pemberdayaan komunitas,
memahami konsep dasar tersebut sebagai landasan dan acuan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

26
DAFTAR PUSTAKA

Ferry Efendy dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas: Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar


Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGC

27

Anda mungkin juga menyukai