Anda di halaman 1dari 20

Modul 1: Akidah dan Rukun Iman |5

KEGIATAN BELAJAR 1:

HAKIKAT AKIDAH ISLAM DAN IMAN KEPADA

ALLAH

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN

Menguasai, memahami dan menghayati makna Akidah Islam dan iman kepada
Allah dan berbagai aspeknya, serta mengidentifikasi ruang lingkup akidah Islam.

SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN

1. Memahami hakikat Akidah Islam dan Posisi Akidah dalam Ajaran Islam.
2. Memahami dan meyakini tentang Allah dan Kemaha-Esaan Allah.
3. Memahami tauhid dan berbagai aspeknya

POKOK-POKOK MATERI

1. Hakikat Akidah Islam


2. Ruang lingkup Akidah Islam
3. Hakikat Iman kepada Allah
4. Dalil Iman Kepada Allah
5. Hakikat Tauhid
6|Pendalaman Materi Akidah Akhlak

URAIAN MATERI

A. Akidah Islam
1. Definisi Akidah
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Malaikat Jibril pernah datang kepada
Rasulullah dengan menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman, Islam
dan Ihsan.
Tiga hal yang merupakan dimensi ajaran (syariat) Islam, Keimanan merupakan
konsepsi akidah Islam yang menjadi Ushul (Dasar) dari agama Islam, sedangkan Islam
dalam penjelasan hadits tersebut menjelaskan domain syariah dan atau ibadah Amaliyah
yang didasarkan pada akidah, kemudian dari akidah dan ibadah tersebut bila dilakukan
dengan benar akan melahirkan ihsan dan akhlak mulia yang merupakan misi besar
Rasulullah saw
‫امنا تـثت ٔلمتم ماكرم ا ٔلذالق‬
Tiga hal tersebut bila dianalogikan maka ibarat pohon akidah (Iman) sebagai
akarnya, Islam (fiqih dan Ibadah) sebagaai batangnya dan ihsan sebagai bunga dan
buahnya.
Berdasarkan riwayat diatas Syariah dapat dibagi menjadi dua yaitu: I‘tiqodiyah
dan ‗amaliyah.
I‟tiqodiyah adalah sesuatu yang menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia,
atau kepadanya didasarkan bagaimana perbuatan manusia, seperti keyakinan akan Ke-
esaan Allah dan kewajiban menyembah allah
Sedangkan ‗amaliyah adalah: sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana
perbuatan manusia seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Maka dari itu keimanan dalam pembahasan ini merupakan dimensi akidah.
Akidah secara Bahasa Akidah diambil dari kata al ‗aqdu yang merupakan bentuk
infinitive (masdar) darai kata ‗aqoda ya‘qidu yang berarti mengikat sesuatu. Akidah
merupakan ―amalun qolbiyun‖ atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia
membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang dengan yang diyakininya
sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang merupakan pencipta
dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan
sedikitpun.
Modul 1: Akidah dan Rukun Iman |7

Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus diimani
dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima
sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana
aqidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qada‘ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman.
Akidah sebagai hal pertama yang harus diyakini seorang muslim ini menjadikannya
sebagai dasar atas praktek beragama seorang muslim juga menjadi dasar dari sahnya
amal seorang muslim, dalam kata lain benar atau sahnya suatu amal didasarkan juga
pada benarnya akidah.
Menurut Yusuf Qardawi Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke
dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi
alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti dengan
kata Islam, maka berarti ikatan keyakinan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut
sama dengan kata iman (keyakinan) yang terpatri kuat dalam hati seseorang muslim.
Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan dan
merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah
swt. Oleh sebab itu seseorang yang ber- akidah Islamiyah yang benar adalah seseorang
yang keterkaitan antara hati, ucapan dan perbuatannya secara kuat dan padu terhadap
ajaran Islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah atau terhadap
sesama makhluk. .
Adapun prestasi seseorang yang belajar ber akidah atau beriman kepada ajaran
Islam bertingkat-tingkat sesuai dingan kesucian hatinya dari perbuatan dosanya,apabila
ketaatannya kepada Allah telah mampu melenyapkan sifat-sifat buruk yang bersarang
dihatinya seperti diantaranya sifat iri, dengki, ria angkuh, sombong, bakhil, malas dll
maka ia berhak menyandang gelar mukmin, tapi apabila ia masih suka berbuat maksiat
atau dosa, ia bergelar fasiq,mukmin fasiq atau mukmin ―ashi‖ dan belum pantas
menyandang mukmin hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al araf ayat
43 dan Al hijr ayat 47;
‫َوىَ َز ۡؾيَا َما ِِف ُصسُ ِور ِِه ِ ّم ۡن ِك ٖ ّل َ َۡت ِصي ِمن ََتِۡتِ ِ ُم ب ۡ َلنۡ َ َٰه ُ ُۖص َوكَامُو ْا بمۡ َح ۡمسُ ِ ه ِّلِل ب ه َِّلي َُسَ ىٰيَا ِمَِ َٰه َشا َو َما ُنيها ِهَنَ ۡخَ ِس َي م َ ۡو ََل ٓ َب ۡن‬
٣٤ ‫ون‬ ۡ ُ ‫َُسَ ىٰيَا ب ه ُ ُّۖلِل مَلَسۡ َجا ٓ َء ۡث ُر ُس ُل َ ِرت ّيَا تِبمۡ َح ّ ُِۖق َوه ُو ُد ٓو ْا َبن ِثوۡ ُ ُُك بمۡ َجيه ُة ُب ِورزۡ ُخ ُموَُا ِت َما ُن‬
َ ُ‫يُت ثَ ۡـ َمو‬
Artinya: “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada
mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji
8|Pendalaman Materi Akidah Akhlak

bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak
akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah
datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka:
"ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan"
(QS. Al araf:43

ُ ُ ‫َوىَ َز ۡؾيَا َما ِِف ُصسُ ِور ِِه ِ ّم ۡن ِك ٍ ّل اد َ َٰۡو نً ؿَ َ ٰل‬


٣٤ ‫ُس ٖر ُّمذَلَ َٰه ِد ِو َي‬
Artinya: ―Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati
ّ
mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-
dipan.‖ (QS. Al-hijr:47)
Mukmin fasiq, ‗ashi atau fasiq keimanannya naik turun, keimanan syaethon atau
manusia berwatak syethon turun terus, keimanan malaikat tidak naik dan tidak
turun,sementara itu keimanan orang makmin seperti orang yang sholeh dan sholeha,
para wali selalu naik keatas mencari kenikmatan spiritual dan meninggalkan selera
kenikmatan material.Adapun ruang lingkup akidah menurut pendapat yang popular
seperti ulama mesir Abdullah bin Abi Shalah‘ (wafat 1830) Adalah iman kepada Allah,
para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya, Hari Akhir dan Qadar baik maupun
buruk. Ini juga dikenal dengan rukun iman menurut keimanan pada zaman Rasulullah
keimanan para shabat itu meliputi, mereka mempercayai dan menganmalkan seluruh
perintah Allah dan Rasulullah dan meninggalkan seluruh laranganNya pasti akan
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat baik untuk dirinya atau untuk umat
Islam lainnya seperti percaya terhadap pentingnya mengamalkan ―rukun iman‖
persatuan dan persaudaraan umat Islam dan bahayanya perpecahan dan permusuhan
anatar umat Islam. Lalu kemudian pada zaman tabiin ulama ahli hadits Imam Abu
Bakar Al Baehaqi menyusun kitab Syu‘b al iman yang jumlah rukunnya ada 77,
menurut ulama tabiin yang lain seperti Abu Hatim bin Hibban ra beliau
berpendapat stelahnya meneliti seluruh ayat al-Qur an dan al-Hadits beliau berpendapat
bahwa jumlah rukun iman itu ada 79. Oleh karena itu keimanan dalam agama Islam
merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun syariat Islam. Antara keimanan
dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan erat, tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang. apabila akidah
dan syariat Islamnya dilaksanakan secara sempurna maka akan melahirkan akhlaq yang
terpuji
Modul 1: Akidah dan Rukun Iman |9

2. Sumber Akidah Islam


Akidah Islam bersumber dari al-Qur‘an, al-Hadis dan ijtihad (dengan
kemampuan akal yang sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan
perpecahan umat isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima
dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur‘an sebagaimana firmanNya dalam Surah al-
Baqarah: 177

‫ۡش ِق َوبمۡ َم ۡل ِص ِة َومَ َٰه ِك هن بمۡ ِ هِب َم ۡن َءا َم َن تِب ه ِّلِل َوبمۡ ََ ۡو ِم ب ۡ ٔل ٓ ِد ِص‬
ِ ۡ ‫۞م ه ُۡ َس بمۡ ِ هِب َبن ث َُومُّو ْا ُو ُجوُ ُ َُۡك ِك َد َل بمۡ َم‬
٧٤٤ ...‫َوبمۡ َموَ َٰه ٓ ِئ َك ِة َوب ۡم ِكذَ َٰ ِة َوبميه ِخ ِِّۧ َن‬
Artinya: ―Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……”
Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis
nabi, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab
ٍ‫ٔبن ثؤمن ابهلل ومالئكذَ ونخحَ ورسهل وامَوم ا ل ٓدص وثؤمن ابملسر ذريٍ ورش‬
Artinya: “Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, rasul- rasulNya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada
qadar baik maupun buruk.”
Adapun dasar hadits yang dijadikan pedoman para Tabiin adalah sabda
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
‫ون ُش ْـ َح ًة فَبَفْضَ وَُِا‬
َ ُّ‫ون َب ْو ِتضْ ٌؽ َو ِس خ‬
َ ‫ « اَلمي َ ُان ِتضْ ٌؽ َو َس ْح ُـ‬-‫صل هللا ؿوََ وسمل‬- ‫اّلِل‬ِ ‫ول ه‬ ُ ‫َؾ ْن َب ِِب ُ َُصٍْ َص َت كَا َل كَا َل َر ُس‬
ّ
)‫امع ِص ًِق َوامْ َح ََا ُء ُش ْـ َح ٌة ِم َن اَلمي َ ِان (رواٍ امحزارى ومسمل‬ ُ ‫كَ ْو ُل ََل ا َ ََل اَله ه‬
‫اّلِل َو َبدْنَ َُا ا َم َاظ ُة ا َل َذى َؾ ِن ه‬
ّ
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu ia berkata: Rasulullah
ّ ّ ّ
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan „Laailaahaillallah‟, sedangkan yang
paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan
malu itu salah satu cabang keimanan‖ (HR. Bukhari dan Muslim) 1
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi
keimanan kepada Allah yang wajib dipatuhi. Dalam rangka mengubah kehidupan
manusia.dari yang belum sholeh menjadi shaleh dari yang belum madani menjadi
madani Nabi Muhammad saw. terus menerus menyeru manusia agar mempercayai

1
Makbatah Syamilah versi 3.45, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‗Asqalani)
10 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

dengan sepenuh hati dan mengamalkannya dengan tulus ikhlash bahkan nikmat
mengamalkan rukun rukun iman tersebut sehingga melahirkan amal shaleh amal yang
berkwalitas dan berguna baik untuk diri seseorang atau untuk orang lain oleh karena itu
nabi Muhambad dan ummatnya bertugas dibumi ini untuk menyebarkan rahmat/kasih
sayang keseluruh alam baik yang lahir maupun yang batin, umat Islam mengemban
amanah untuk menjadi umat teladan (wasatha) dan harus ikut berpartisipasi mengawal
peradaban duni ini adalah merupakan tujuan iman umat Islam secara sosial adapun butir
butir rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap
hal hal sebagai berikut; 1). Bangkit di alam kubur 2). Padang mahsyar. 9). Surga dan
neraka. 10). mencintai Allah 11), hormat dan takut kepada Allah. 12). tawakkal kepada
Allah setelahnya maksimal berusaha dan doa, 13). mengharap ridla Allah 14). mencintai
Nabi Muhammad 15). menghormati Nabi 16). setia pada Islam 17). menuntut ilmu 18).
menyebarkan ajaran Islam, 19). memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan
shahabatnya, 20). suci jasmani dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari
dosa, 21). iman dan amal sholeh dilakukan karena Allah 22). jujur dll, mengikuti dan
mentaati agama yang diturunkan Allah merupakan tujuan utama beriman adapun tujuan
tujuan perinciannya secara individu adalah:
a. Menentukan orientasi kehidupan
Akidah Islam menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada ummat Islam
dalam bertingkah laku, mendorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orintasi
yang dimaksud adalah niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap perbuatan
manusia. sebagai bekal menempuh kehidupan di akhirat kelak.
b. Menentramkan jiwa dan menghilangkan keraguan.
Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan keyakinan akan kebenaran
ajaran Islam agar mampu menghapuskan sifat-sifat tercela yang bersarang dihati
penganut Islam. Islam diterima sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2: 2-
5; “Kitab Al-Qur‟an ini tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa”.
﴾٢﴿ ‫َذَٰ ِ َِل بمْ ِكذَ َٰ ُة ََل َرًْ َة ِفِ َِ ُُسً ى ِن ّوْ ُمخه ِل َي‬
c. Membangkitkan rasa ketuhanan
Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang memiliki naluri beragama,
naluri tersebut sudah ada semenjak manusia hidup dialam kandungan telah terjadi
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 11

perjanjian primordial antara seorang hamba dengan Allah, sehingga melahirkan


kesadaran akan kehadiran Allah pada dirinya setiap saat sampai akhirnya ia menjadi
pribadi yang jujur.dan muhsin (QS. Al A‘raf 7: 172);
‫ل بَه ُف ِسِ ِۡم َبم َ ۡس ُت ِج َ ِجصّ ُ ُۡك ُۖ كَامُو ْا ت َ َ ٰل َشِِسۡ نَ ۚٓ ٓ َبن ثَ ُلومُو ْا ً َ ۡو َم‬
ٓ ٰ َ َ‫َواذ َب َذ َش َرت ُّ َم ِمن ت َ ِِن َءا َد َم ِمن ُػِ ُِور ِِه ُذ ِّرٍهِتَ ُم َو َب ۡشَِسَ ُ ِۡه ؿ‬
٧٤٢ ‫بمۡ ّ ِلَِ َٰ َم ِة انه ُنيها َؾ ۡن َُ َٰه َشا قَ َٰه ِف ِو َي‬
Artinya: ―Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
ّ
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al A‘raf 7: 172)
Secara esensial manusia dimuliakan karena amal ketakwaannya. Bukan karena
keturunan, warna kulit atau kewargaannya, bukan pula pangkat, harta dan jabatan yang
disandangnya. Keyakinan tersebut akan membuat manusia terlepas dari penindasan,
perbuatan, karena itu bertentangan dengan akidah Islam yang diyakininya.

d. Memberikan kepastian
Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan kuat, supaya
dapat membedakan mana yang baik yang harus dijalankannya, dan mana yang buruk
yang harus dijauhi. (QS. Al Baqarah 2: 185);
‫ٌُك بمشه ِ َۡص فَوۡ ََ ُص ۡم َُُۖ َو َمن‬ ُ ُ ‫َشِ ُۡص َر َمضَ َان ب ه َِّل ٓي ُبى ِز َل ِفِ َِ بمۡ ُل ۡص َء ُان ُُسٗ ى ِن ّويه ِاس َوت َ ِ ًَّ َ َٰ ٖت ِ ّم َن بمُِۡسَ ٰى َوبمۡ ُف ۡصكَ ِ ۚٓان فَ َمن َشِِسَ ِم‬
ٞ
َ ۡ ُۡ‫ََك َن َم ِصًضً ا َب ۡو ؿَ َ ٰل َس َف ٖص فَ ِـسهت ِ ّم ۡن َب هَّي ٍم ُبد َ ََۗص ٍُ ِصًسُ ب ه ُّلِل ِج ُ ُُك بم‬
َ ۡ ‫ُۡس َو ََل ٍُ ِصًسُ ِج ُ ُُك بمۡ ُـ‬
‫ۡس َو ِم ُخ ۡ ِۡكوُو ْا بمۡ ِـ هس َت َو ِم ُخ َك ِ ّ ُِبو ْا ب ه َّلِل‬
٧٨١ ‫ون‬ َ ‫ؿَ َ ٰل َما َُسَ ٰى ُ ُۡك َوم َ َـو ه ُ ُۡك جَشۡ ُك ُص‬
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
12 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-


Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

e. Berani berjuang membela kebenaran dan keadilan.


Akidah Islam akan mendorong manusia berani berjuang menegakkan kebenaran,
berani dalam pengertian bahwa seseorang mempunyai kesiapan untuk menyatakan
kebenaran. Kebenaran yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya.akan
membuat Dia rela terhina dihadapan manusia karena menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan demi menegakkan ajaran - ajaran Allah.

f. Bertawakkal setelah berikhtiar maksimal.


Seseorang yang memiliki dan kuat akidahnya meyakini bahwa segala sesuatu
akan berhasil atau gagal karena kehendak dari Allah. Tugas utama manusia adalah
bekerja, ikhtiar, evaluasi dan berdoa berdasarkan ketetapan yang benar, sedangkan
hasilnya diserahkan pada Allah atau bertawakkal sambil meneliti ulang kekurangan dan
kelebihan dalam berikhtiar tersebut.

3. Kelebihan Akidah Islam


Beberapa keelebihan akidah Islam dibandingkan akidah akidah yang lainya
antara lain:
a. Akidah Islam terjaga keasliannya sebagaimana diturunkan kepada nabi Muhammad
QS. al-Hijr: 9;

َ ‫انه َ َۡن ُن ىَ هزمۡيَا ب َِّّل ۡن َص َوانه ََلُۥ م َ َح َٰه ِف ُؼ‬


٩ ‫ون‬
ّ ّ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
b. Akidah Islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
c. Akidah Islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS.
Al-A‘raf: 172
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 13

‫ل بَه ُف ِسِ ِۡم َبم َ ۡس ُت ِج َ ِجصّ ُ ُۡك ُۖ كَامُو ْا ت َ َ ٰل َشِِسۡ نَ ۚٓ ٓ َبن ثَ ُلومُو ْا‬
ٓ ٰ َ َ‫َوا ۡذ َبذ ََش َرت ُّ َم ِم ۢن ت َ ِ ِٓن َءا َد َم ِمن ُػِ ُِور ِ ِۡه ُذ ِّرٍهِتَ ُ ۡم َو َب ۡشَِسَ ُ ِۡه ؿ‬
٧٤٢ ‫ً َ ّۡو َم بمۡ ِل َِ َٰ َم ِة انه ُنيها َؾ ۡن َُ َٰه َشا قَ َٰه ِف ِو َي‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
ّ
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

d. Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.

4. Tujuan Akidah Islam


Tujuan akidah Islam adalah:
a. Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah semata, karena Allah itu satu
dan tiada sekutu bagiNya
b. Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari tindakan diluar petunjuk
yang menyebabkan kerusakan
c. Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak gundah dan pikiran tidak kacau
d. Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari penyimpangan didalam
beribadah kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan makluk
e. Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan amal sholih

5. Hubungan antara Akidah dan akhlak


Akidah dan akhlak adalah bagian penting dalam syariat Islam, keduanya
merupakan kesatuan dan memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan
akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Akidah melahirkan Akhlak,
sebagaimana dijelaskan dalam kaitan Iman Islam dan Ihsan, akidah merupakan Usul
(dasar) yang menjadi Pondasi Amaliyah Ibadah maupun akhlak, oleh kerenanya Akidah
yang benar akan melahirkan akhlak yang baik. Terlebih lagi akidah sebagai konsepsi
keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan
dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan, maka ketika seorang muslim meyakini
bahwa Allah dan RasulNya harus lebih dicintai melebihi yang lainnya maka keyakinan
14 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

ini tidak cukup hanya di dalam hati tetapi harus diwujudkan dalam ucapan dan
perbuatannya. Oleh kerena itu seringkali Allah dalam al-qur‘an selalu menghubungkan
antara iman dan amal sholeh.
Kedua, akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah. Karena iman bisa
berkurang dan bisa bertambah, berkurangnya karena maksiat dan bertambahnya dengan
ketaatan, maka sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan
senantiasa taat kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang
salah satunya adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul
karimah akan menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah.

B. Iman kepada Allah


1. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah bagian terpenting dalam akidah Islam. Iman kepada
Allah ini merupakan pesan dakwah Rasul yang pertama kali didakwahkan Rasulullah,
rasulullah datang menyampaikan wahyu menyeru manusia untuk beribadah menyembah
Allah semata, melarang segala penyekutuan Allah dengan suatu apapun maka tradisi
arab jahiliyah yang menyembah berhala ditolak oleh Islam.
Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu
dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu
satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupaiNya
suatu apapun termasuk dalam sifat dan asmaNya inilah tauhid yang merupakan pokok
dari keimanan kepada Allah.
Keimanan sebagai mana dijelaskan di atas didalamnya meliputi: keyakinan dan
membenarkan dalam hati, mengungkapkan secara lisan serta mengimplementasikannya
dalam perbuatan. Keimanan adalah keyakinan yang selaras antara hati, lisan dan
perbuatan. Begitupun keimanan kepada Allah adalah meyakini dan membenarkan
dalam hati, diucapkan atau diikrarkan melalui lisan dan diwujudkan melalui tindakan
dalam perbuatan.
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 15

2. Tauhid
Asli makna tauhid adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu
bagiNya, Secara Bahasa tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan
yang berarti mengesakan. lebih rinci lagi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang
wujud Allah, sifat-sifat Wajib Allah, sifat yang Jaiz bagi Allah dan sifat sifat mustahil
bagi Allah yang harus dinafikan, serta membahas tentang Rasul dan ketetapan
risalahnya apa yang wajib bagi rasul, Jaiz dan apa yang tidak boleh ada pada Rasul.
Tauhid atau keesaan Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba kepada
Allah bahkan ketika Allah mengenalkan dirinya kepada makhlukNya adalah
mengenalkan bahwa Allah maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di
dalam surat al-ikhlas ayat 1 - 4.
٣ ُ‫ َومَ ۡم ٍَ ُكن هَلُۥ ُن ُف ًوا َب َح ۢس‬٤ ‫وَل‬
ۡ َ ًُ ‫ م َ ۡم ً َ ِ ِۡل َوم َ ۡم‬٢ ُ‫ ب ه ُّلِل ب همص َمس‬٧ ‫كُ ۡل ُ َُو ب ه ُّلِل َب َح ٌس‬
Artinya: ―Katakanlah (wahai Muhammad)!: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 1,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 2., Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan,3. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". 4.
Dalam surat al-ikhlas Allah mengenalkan dirinya sebagai dzat yang Maha Esa
(ahad). Kata Ahad yang digunakan dalam surat Al Ikhlas memiliki makna yang berbeda
dengan kata Wahid. Jika seseorang mendengar kata Wahid maka akan terlintas dalam
pikirannya 2 dan seterusnya atau terlintas dalam benaknya ketiadaan. Tetapi jika kata
Ahad yang dialami yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan Yang Maha Esa Maha
Esa. Tidak akan terbayang kecuali yang ―satu ini‖. (Shihab, 2018: 34-35)
Kalimat yang menjelaskan bahwa Allah itu Esa dari segi Dzat pada ayat di atas
adalah kalimat ―lam yalid wa lam yuulad‖, yang secara harfiah berarti ―Dia tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan‖. Beranak berarti terbagi, karena anak dan turunan
adalah bagian dari orangtuanya. Itu sebabnya, anak pada umumnya secara fisik mirip
dengan orangtuanya. Sementara Allah tidak beranak, artinya secara Dzat tidak terbagi
kepada bagian-bagian. Diperanakkan, artinya dilahirkan, karena dilahirkan maka dia
membawa unsur/gen dari orang yang melahirkannya (orangtuanya). Demikian juga,
manusia bisa hidup (eksis) di muka bumi disebabkan kombinasi dan persenyawaan
antara tiga unsur pokok, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Salah satunya tidak ada, maka
manusia tidak akan bisa hidup. Sementara Allah tidak diperanakkan. Artinya, Allah
tidak berasal dari mana dan siapa, karenanya tidak mirip dengan siapa dan apa, serta
16 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

wujudnya Allah secara Dzat tidak dibentuk oleh banyak unsur. Dalam kalimat lain,
bahwa Allah secara Dzat, tidak terbagi kepada beberapa unsur dan tidak terdiri dari
beberapa unsur. Allah adalah unsur tunggal (Ahad). Karenanya pada akhir ayat surat al-
Ikhlash, Allah menegaskan bahwa ―tidak ada sesuatu apapun yang bisa
menyamai/menyerupai Allah (dari segi Dzat).
Karena pentingnya tauhid dalam syariat Islam maka ilmu akidah disebut juga
dengan ilmu tauhid. Penamaan ilmu akidah dengan ilmu tauhid ini mengingat Tauhid
adalah bagian paling penting dalam akidah, karena membahas ke-Esaan Allah di dalam
Dzat maupun sifat Nya dalam menciptakan Alam semesta, dan Allah adalah satu
satunya tempat kembali dan akhir segala tujuan. Inilah tujuan besar diutusnya Nabi
Muhammad SAW.
Tauhid atau meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus
untuk menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi
dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid. Tauhid sebagai esensi
dari Islam mengandung arti bahwa setiap aktivitas manusia senantiasa berorientasikan
transcendental, mengharap ridho Allah semata. Dan sebagai pengalam keagamaan maka
tauhid menjadi inti dari aqidah Islam (iman)
Al-Faruqi (1986) menjelaskan bahwa tauhid sebagai pandangan dunia memiliki
tiga prinsip yang terkandung didalamnya: pertama, dualitas artnya tauhid menjelaskan
bahwa realitas bersifat ganda ada Tuhan dan bukan Tuhan, maka, tauhid dalam hal ini
secara tegas memsisahkan Tuhan dan yang bukan Tuhan. Kedua, ideasionalitas, yakni
hubungan antara dua tatanan realitas bersifat ideasional. Titik rujjuknya adalah kekuatan
pemahaman. Ketiga, teleologi yakni, hakikat alam ini bertujuan untuk melayani tujuan
pencipta-Nya sesuai dengan rencana-Nya. (Sirait, 2013: 11)
Di terangkan di atas bahwa tauhid adalah misi dari para Rasul, sehingga tauhid
juga merupakan landasan dari agama agama samawi, al-qur‘an menjelaskan bahwa para
nabi dan rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, missal nya dalam Q.S. al-A‘raf (7):
59; 65; 73; 85.
١٩ ‫مَلَسۡ َب ۡر َسوۡيَا ه ُو ًحا ا َ َٰل كَ ۡو ِم َِۦ فَلَا َل ً َ َٰ لَ ۡو ِم ب ۡؾ ُحسُ و ْا ب ه َّلِل َما مَ ُُك ِ ّم ۡن ام َ َٰه ٍَ كَ ۡ ُري ٍُۥٓ ا ِ ّ ّٓن َبذ َُاف ؿَوَ َۡ ُ ُۡك ؿَ َش َاة ً َ ۡو ٍم َؾ ِؼ ٖمي‬
ّ
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia
ّ ّ
berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 17

Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan
ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (Q.S. al-A‘raf (7): 59}

َ ‫َاِه ُُو ٗداۚٓ كَا َل ً َ َٰ لَ ۡو ِم ب ۡؾ ُحسُ و ْا ب ه َّلِل َما مَ ُُك ِ ّم ۡن ام َ َٰه ٍَ كَ ۡ ُري ٍُ ۚٓۥٓ َبفَ َال ثَخه ُل‬
٥١ ‫ون‬ ۡ ُ ‫َوا َ َٰل ؿَا ٍد َبذ‬
ّ
Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ´Aad saudara mereka, Hud.ّ
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”.(Q.S. al-A‘raf (7): 65)
ٞ
‫َاِه َص َٰه ِو ٗحاۚٓ كَا َل ً َ َٰ لَ ۡو ِم ب ۡؾ ُحسُ و ْا ب ه َّلِل َما مَ ُُك ِ ّم ۡن ام َ َٰه ٍَ كَ ۡ ُري ٍُۥُۖ كَسۡ َجا ٓ َءحۡ ُُك ت َ ُِ ٌَّة ِ ّمن ه ِجرّ ُ ُۡك ُۖ َُ َٰه ِش ٍِۦ نَ كَ ُة ب ه ِّلِل مَ ُ ُۡك َءاً َ ٗ ُۖة‬
ۡ ُ ‫َوا َ َٰل زَ ُمو َد َبذ‬
ّ ۡ ُ ۡٔ‫فَ ّ َش ُروَُا ثَب‬
٤٤ ‫مي‬ٞ ‫اة َب ِم‬ ٌ ‫ك ِ ِٓف َب ۡر ِض ب ه ُِّۖلِل َو ََل ثَ َم ُّسوَُا ث ُِس ٓوءٖ فَ َِبٔۡذ َُش ُ ۡك ؿَ َش‬
Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu.
Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah,
dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya)
kamu akan ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. al-A‘raf (7): 59)
ٞ
‫َاِه ُش َـ َۡ ٗحاۚٓ كَا َل ً َ َٰ لَ ۡو ِم ب ۡؾ ُحسُ و ْا ب ه َّلِل َما مَ ُُك ِ ّم ۡن ام َ َٰه ٍَ كَ ۡ ُري ٍُۥُۖ كَسۡ َجا ٓ َء ۡح ُُك ت َ ُِ ٌَّة ِ ّمن ه ِجرّ ُ ُۡك ُۖ فَبَ ۡوفُو ْا بمۡ َك ِۡ َل َوبمۡ ِم َزي َان‬
ۡ ُ ‫َوا َ َٰل َمسۡ ٍَ َن َبذ‬
ّ
٨١ ‫َري م ه ُ ُۡك ان ُن ُيُت ُّم ۡؤ ِم ٌِ َي‬ٞ ۡ ‫َوّ ََل ثَ ۡحر َُسو ْا بميه َاس َب ۡش ََا ٓ َء ُ ِۡه َو ََل ثُ ۡف ِسسُ و ْا ِِف ب ۡ َل ۡر ِض ت َ ۡـسَ ا ۡصوَ َٰه ِحَِاۚٓ َذَٰ ِم ُ ُۡك ذ‬
ّ
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara
ّ
mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman" (Q.S.
al-A‘raf (7): 85;
Al-qur‘an dalam menerangkan tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara
lain: Al-Qur‘an mengabarkan tentang ke Esaan Allah; al-qur‘an menyeru untuk
menyembah dan beribadah hanya kepada Allah semata; dalam al-Qur‘an menerangka
Perintah Allah (yang harus ditaati) juga larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi)
serta kewajiban taat kepada Allah yang hal ini adalah manifestasi dari nilai tauhid; serta
dijelaskan didalam al-Qur‘an balasan bagi Ahli Tauhid maupun orang yang melenceng
dari tauhid.
18 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu kalam, hal ini karena masalah yang paling
masyhur yang menjadi perbedaan pendapat di antara para ulama adalah permasalahan
tentang kallamullah apakah hadis atau qadim. Atau karena ilmu ini membangun
argumentasinya dengan dalil rasional akal. Tujuan akhir dari ilmu tauhid adalah
makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya yang wajib dan mensucikan dari sifat-sifat
yang mustahil bagi Allah serta membenarkan para Utusan utusan Allah dengan penuh
keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang bersandar pada dalil tidak hanya sekedar
taqlid.

3. Macam macam Tauhid


a. Tauhid Rububiyah,
Arti kata Rabb, merupakan bentuk infinitif (Mashdar) dari kata Rabba Yarubbu
yang berarti menata, memelihara, membimbing, juga berarti sesuatu yang tumbuh dari
satu kedaan menuju keadaan yang sempurna. Dari beberapa ayat al-Qur`an yang
memuat kata Rabb, di antaranya menjelaskan bahwa Allah adalah Dzat Pencipta,
Penata, Pemelihara, dan Pembimbing alam semesta. Di antaranya dapat dilihat dalam
QS. Al-Fatihah/1: 2; QS. Al-Anbiya`/21: 56; QS. Asy-Syu‘ara/26: 28; Ash-Shaffat/37:
5, dan lain-lain.
Tauhid Rububiyyah artinya kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa
Allah adalah Dzat pencipta, pemelihara, dan penata alam yang sempurna. Keyakinan
terhadap Allah sebagai Pencipta merupakan naluri bawaan yang telah ditanamkan Allah
sejak manusia berada dalam rahim sang ibu, yang dalam al-Qur`an disebut dengan
fithrah. Hal itu dapat dilihat dalam QS. Ar-Ruum/30: 30, QS. Al-A‘raf: 172.
‫فَبَ ِك ۡم َو ۡ َۡج َم ِن ِِّل ٍِن َح ٌَِ ٗفاۚٓ ِف ۡع َص َث ب ه ِّلِل بم ه ِِت فَ َع َص بميه َاس ؿَوَۡيۡ َاۚٓ ََل ثَ ۡح ِسً َل ِم َزوۡ ِق ب ه ۚٓ ِّلِل َذَٰ ِ َِل ب ّ َِل ٍُن بمۡلَ ِ ّ ُمي َوم َ َٰه ِك هن َب ۡن َ ََث بميه ِاس‬
٤٣ ‫ون‬ َ ‫ََل ً َ ۡـوَ ُم‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui” (QS. Ar-Ruum/30: 30)
‫َوا ۡذ َب َذ َش َرت ُّ َم ِم ۢن ت َ ِ ِٓن َءا َد َم ِمن ُػِ ُِور ِ ِۡه ُذ ِّرٍهِتَ ُ ۡم َو َب ۡشَِسَ ُ ِۡه ؿَ َ ٰ ٓل بَه ُف ِسِ ِۡم َبم َ ۡس ُت ِج َ ِجصّ ُ ُۡك ُۖ كَامُو ْا ت َ َ ٰل َشِِسۡ نَ ۚٓ ٓ َبن ثَ ُلومُو ْا ً َ ۡو َم‬
٧٤٢ ‫بمۡ ّ ِلَِ َٰ َم ِة انه ُنيها َؾ ۡن َُ َٰه َشا قَ َٰه ِف ِو َي‬
ّ
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 19

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A‘raf: 172)
Pengakuan atas ke Esaan dan Rububiyah Allah adalah Fitrah manusia, dan
sebaliknya Syirik merupakan sesuatu yang baru (bukan fitrah Manusia). Jadi seandainya
Fitrah manusia ini tidak terpengaruh hal-hal yang menyimpang pasti akan mengarah
pada Tauhid sebagaimana ajaran yang dibawa Rasulullah, akan tetapi karena
Pendidikan dan lingkungan yang menyimpang dari ajaran Islam sehingga merubah
arah fitrah manusia mengikuti Pendidikan atau lingkungannya. Demikian disampaikan
oleh Rasulullah SAW:
... َ‫ك مومود ًوَل ؿل امفعصت فبٔتواٍ هيوداهَ ٔبو ًيرصاهَ ٔبو ميجساه‬
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih
(berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani)
1) Makna Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah meng-Esakan Allah Ta‘ala dalam segala
perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penata, dan
Pemelihara alam serta segala makhluk, seperti disebtkan dalam QS. Al-Baqarah /2:21-
22

              

               

    


Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu Mengetahui”.
20 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

Allah juga pemberi rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS Hud: 6

                



Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Serta meyakini bahwa Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam
seluruhnya, maha kuasa atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27.

               

                   

               

Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau


berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 26 Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS.
Ali Imran 26-27)

b. Tauhid Uluhiyah
Arti kata ilah,yang terdiri dari tiga huruf: hamzah, lam dan ha‘ dalam Mu‘jam
al-Lughah memiliki arti antara lain:
1. Menyembah seperti dalam kata alaha–ilaahatan-uluhatan
2. Berlindung atau merasa aman dan tentram seperti dalam kalimat alahtu ila
fulanin
3. Tertutup seperti arti kata laaha yaliihu laihan
4. Rindu atau cinta seperti dalam kalimat Alaha al-fasiil bi ummihi
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 21

5. Menghadap seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ila ar-Rajuli


6. Meminta pertolongan seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ya‘lahu
Dalam kaidah Bahasa arab kata yang memiliki materi (huruf yang
membentuknya) yang sama maka memiliki keterkaitan diantaranya. Begitu juga dengan
kata-kata di atas jika diamati memiliki keterikatan makna bahwa tuhan adalah tempat
kita merasa aman dan tentram untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepadaNya
yang kita cintai, rindukan dan disembah. Maka makna laailaha illallahu menganduk
makna tersebut.

Makna Tauhid Uluhiyah


Tauhid uluhiyah adalah meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah)
manusia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat, seperti
dalam sholat, do‘a, nadzar, kurban, pengharapan, takut, tawakkal dan cinta. Tauhid
uluhiyah mengandung arti bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus
disembah, kepada Allahlah kita beribadah, memohon pertolongan dan perlindungan,
kepadaNya kita berharap dan takut. Tauhid uluhiyah mengandung makna tiada Tuhan
yang layak dan wajib disembah selain Allah. Inilah misi dakwah rasul dari awal hingga
akhir. Di antara ayat yang menjelaskan tentang itu terdapat dalam QS. Thaha/20:

           

Artinya: “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
Keimanan kepada Allah mengandung makna bahwa seseorang yang beriman
kepada Allah disamping meyakini bahwa Allah itu ada, juga yakin akan ke-Esaan Allah
dalam DzatNya, menyakini Pula Bahwa Allah Esa dalam SifatNya, Esa dalam
PerbuataNya dan diwujudkan dengan Beribadah hanya kepada Allah.

4. Sifat Allah
Salah satu bentuk perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan ke-
Esaan Allah dalam Asma‘ dan SifatNya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang
menyerupai Sifat Allah dalam kesempurnaan dan kualitasnya. Kecuali itu, juga penting
diyakini bahwa seluruh Nama dan Sifat Allah yang ada dalam Asma` al-Husna,
semuanya baik/bagus (al-husna), dan tidak ada Nama dan Sifat yang buruk pada Allah
22 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

SWT. Hal itu dapat dipahami dari beberapa ayat, yaitu Q.S. Al-A‘raf/7: 180; Thaha/20:
8; Al-Hasyr/59: 24; dan Al-Isra`/17: 110.
Dalam menerangkan sifat Allah dan meneguhkan ke-Esaan Allah, kalangan
teolog pengikut As‘ariyah mengklasifikasikan Sifat Allah Menjadi Tiga, Pertama, sifat
wajib (yang harus ada pada Allah) ada 20 sifat; kedua, Sifat Mustahil (yang tidak boleh
ada pada Allah) yang merupakan kebalikan atau lawan dari sifat Wajib jumlahnya juga
20 sifat dan Ketiga, sifat Jaiz (boleh) ada satu sifat, yang kemudian digabung dengan 4
sifat wajib Rasul, 4 sifat Mustahil rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul genap 50 sifat,
sehingga sering juga dikenal dengan ―„aqidatul Khomsuun‖ atau aqidah lima puluh
Tabel.1

Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah AL-QUR`AN.

No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti


1 Wujud (‫)ًجٌد‬ Ada Adam (‫)أدم‬ Tiada
2 Qidaam (‫)قذام‬ Terdahulu Huduuts| (‫)حذًث‬ Ada yang
mendahului

3 Baqaa` (‫)بقاء‬ Kekal Fanaa` (‫)فناء‬ Musnah


4 Mukhaalafatu Berbeda Mumaatsalatu Lil- Ada yang
Lil-Hawaadisti dengan Hawaditsi ( ‫ هواثلة‬menyamai
)‫(هخالفة للحٌادث‬ Makhluk ‫(للحٌادث‬

5 Qiyaamuhu bi- Berdiri Sendiri Ihtiyaaju Li- Memerlukan


Nafsihi ( ‫قياهو‬ Gairihi( ‫(احتياج لغيره‬ (membutuhkan)
‫(بنفسو‬ yang lain

6 Wahdaaniyah Esa Ta‘adud (‫)تعذد‬ Berbilang


)‫(ًحذانية‬ (banyak)

7 Qudrah (‫)قذرة‬ Kuasa ‗Ajzun (‫)عجز‬ Lemah (tidak


berkuasa)

8 Iraadah (‫)إرادة‬ Berkehendak Karaahah (‫)كراىو‬ Terpaksa


9 Ilmun (‫)علن‬ Mengetahui Jahlun (‫)جيل‬ Bodoh
10 Hayat (‫)حياة‬ Hidup Mautun (‫)هٌت‬ Mati
11 Sama‘ (‫)سوع‬ Mendengar Shummun ( ‫)صن‬ Tuli
12 Bashar (‫)بصر‬ Melihat ‗Umyun (‫)عوي‬ Buta
M o d u l 1 : A k i d a h d a n R u k u n I m a n | 23

No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti


13 Kalaam (‫)كالم‬ Berfirman Bukmun (‫)بكن‬ Bisu
14 Qadiriian(‫)قذيرا‬ Maha Kuasa ‗Aajizan (‫)عاجزا‬ Yang lemah
15 Muriidan (‫)هريذا‬ Maha Mukrahan (‫)هكرىا‬ Yang terpaksa
Berkehendak

16 ‗Aaliman (‫)عالوا‬ Maha Jaahilan (‫)جاىال‬ Yang bodoh


Mengetahui.

17 Hayyan (‫)ح يا‬ Maha Hidup Mayyitan (‫)هيتا‬ Yang mati


18 Samii‘an (‫)سويعا‬ Maha Ashammu ( ‫)أصن‬ Yang tuli
Mendengar

19 Bashiran (‫)بصيرا‬ Maha Melihat A‘ma (‫)أ ْعن‬ Yang buta


20 Mutakalliman Maha Abkam (‫)أبْكن‬ Yang bisu
)‫(هتكلوا‬ Berfirman

Sedangkan Sifat jaiz Allah SWT. berarti sifat kebebasan Allah SWT untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak
terikat oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi
Allah. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya satu, yaitu:
َُ ‫ِف ْـ ُل ُم ْم ِك ٍن َب ْو حَ ْص ُن‬
Artinya: “Allah SWT memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala
sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya‖.
Sifat jaiz bagi Allah dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, Q.S. al- Qashash
[28]: 68

              

 

Artinay: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki.
Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa
yang mereka persekutukan.‖
24 | P e n d a l a m a n M a t e r i A k i d a h A k h l a k

Selain dari sifat wajib 20 menurut teologi Asy‘ariyah, dalam pandangan


sebagian ulama, Allah juga memiliki sifat yang jumlahnya lebih banyak yakni 99, yang
dikenal dengan Asmaul Husna. Asmaul Husna, secara harfiyah bermakna ―nama-nama
yang baik atau bagus‖. Hal itu dimasukkan sebagai sifat-sifat Allah, karena nama bagi
Allah adalah sekaligus sebagai sifat Allah. Kita mengenal Allah dari nama dan sifat
yang disebutkan-Nya di dalam al-Qur`an. Berkenaan dengan Asmaul Husna, akan
dibicarakan dalam pembahasan khusus.

RANGKUMAN

1. Akidah merupakan konsep keimanan yang menjadi dasar akidah Islam, yang
terkait dengan dua aspek lainya yaitu Islam dan Ihsan, membentuk satu kesatuan
utuh ajaran agama Islam. Maka makna Akidah adalah: sesuatu yang pertama kali
harus diimani dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti,
ridho dan menerima sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya
tersebut. Atau secara sederhana aqidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat
Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir serta qada‘ dan qadar, yang
kemudian dikenal dengan rukun Iman
2. Antara akidah dan akhlak memiliki hubungan yang saling terkait, yaitu bahawa
akidah sebagai dasar ajaran Islam menjadi dasar sekaligus melahirkan akhlak Islam,
sebaliknya menghiasi diri dengan akhlak Islam akan mempertebal keimanan
sebagai unsur akidah.
3. Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada
sekutu dan bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah,
satu satunya Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang
menyerupaiNya suatu apapun termasuk dalam sifat dan asma‘Nya inilah tauhid
yang merupakan pokok dari keimanan kepada Allah

Anda mungkin juga menyukai